Nama : SUTISNA
NIM : 1920.02.1.057
Prodi : Ekonomi Syariah 2B
I. Abstrak
1
https://covid19.go.id (Diakses pada 25 April 2020, Pukul 17.25).
Walikota Nomor 14 Tahun 2020 Tentang Pelaksanaan Pembatasan Sosial
Berskala Besar dalam Penanganan Corona Virus Disease 2019.
Dalam kebijakan yang diterapkan tersebut, ada beberapa aturan yang
dikeluarkan baik oleh Gubernur maupun Walikota/ Kabupaten yang mengatur
tentang pembatasan kegiatan orang-orang di tempat kerja, tempat pendidikan
maupun tempat ibadah. Diantara hal yang mengatur tentang pembatasan
kegiatan keagamaan di tempat ibadah, yaitu penghentian sementara kegiatan
ibadah semala PSBB dan menggantikannya dengan kegiatan keagamaan di
rumah masing-masing. Shalat berjamaah tidak dilakukan di masjid, namun
dilakukan bersama keluarga inti di rumah. Ibadah shalat jumat diganti dengan
shalat dzhuhur dan dilaksanakan di rumah masing-masing. Kegiatan
pembinaan keagamaan dilaksanakan secara virtual atau secara langsung
dengan menerapkan ketentuan mengenai jaga jarak secara fisik (physical
distancing). Kegiatan pendidikan keagamaan yang dilaksanakan di masjid
maupun di madrasah dihentikan sementara, dan diganti dengan sistem
pembelajaran jarak jauh.
Peraturan Walikota tentang pelaksanaan PSBB yang mengatur tentang
pembatasan kegiatan keagamaan tersebut dkuatkan pula dengan
dikeluarkannya Fatwa Majelis Ulama Indonesia Nomor 14 Tahun 2020 tentang
Penyelenggaraan Ibadah dalam Situasi Terjadi Wabah Covid-19. Fatwa
tersebut kemudian diturunkan oleh MUI Kota Bandung dengan dikeluarkannya
Surat Edaran MUI Kota Bandung Nomor 503/A/MUI-KB/III/2020. Dalam
surat edaran tersebut disampaikan bahwa MUI Kota Bandung mengajak
kepada seluruh warga Kota Bandung untuk mentaati dan melaksanakan
panduan dan protokoler tindakan preventif yang telah ditetapkan oleh
pemerintah. Menghimbau kepada seluruh warga Kota Bandung agar
menghindari kegiatan dan beraktifitas dalam kerumunan orang banyak,
termasuk aktifitas ibadah shalat berjamaah di masjid, seperti termasuk shalat
berjamaan lima waktu dan shalat jum’at sesuai dengan Fatwa MUI Pusat.
Selain Peraturan Gubernur dan Walikota serta Fatwa MUI Pusat yang
diturunkan dengan Surat Edaran MUI Kota Bandung, beberapa ormas Islam
juga mengeluarkan pandangannya terkait pelaksanaan ibadah di masa wabah
ini. Nahdhatul Ulama Jawa Timur dengan Bahtsul Masailnya mengeluarkan
Keputusan Nomor : 643/PW/A-II/L/III/2020. Muhammadiyyah dengan
Majelis Tarjihnya juga mengeluarkan edaran yang serupa. Persatuan Islam
dengan Dewan Hisbahnya juga mengeluarkan Surat Edaran Nomor : 1786/JJ-
C.3/PP/2020. Al Irsyad juga tidak ketinggalan dengan mengeluarkan Fatwa
Nomor : 026/DFPA/VII/1441. Setelah itu Kementrian Agama juga turut
menyampaikan pandangannya dengan dikeluarkannya Surat Edaran Nomor : 6
Tahun 2020.
Dengan demikian lengkap sudah Fatwa dan Edaran serta Peraturan
Kepala Daerah tentang pelaksanaan kegiatan keagamaan atau ibadah di masa
wabah ini sebagai panduan bagi umat Islam khususnya di Indonesia agar tetap
produktif dalam beribadah meskipun dengan segala keterbatasan yang ada.
2
Rosihon Anwar, dkk. Pengantar Studi Islam. (Bandung; Pustaka Setia, 2017) Cet. 4. Hlm. 26.
Islam adalah agama yang mengikat penganutnya dalam sebuah aturan
dan perjanjian. Islam memiliki kedudukan penting dalam sejumlah peran dan
fungsi di masyarakat. Oleh karena itu, studi Islam menjadi penting karena
agama Islam mempengaruhi seluruh sendi-sendi kehidupan. Mempelajari
Islam artinya sama dengan menyelesaikan masalah-masalah dalam kehidupan.
Studi Islam diharapkan mampu memberikan pedoman dan pegangan hidup
bagi umat Islam agar tetap menjadi Muslim sejati, yang hidup dan mampu
menjawab tantangan serta tuntutan zaman modern maupun era global sekarang
ini.
ۡ َ َ ۡ َ ۡ ََ َ َ َ َ
ٱه ح
ج ۡر وثِيابك فط ِهر وٱلرجز ف
“Dan bersihkanlah pakaianmu dan tinggalkan segala macam perbuatan yang
keji.”
Karakteristik Studi Islam Bidang Ibadah
Dalam konsep Islam, manusia diciptakan oleh Allah hanya untuk
beribadah kepada-Nya. Secara harfiah ibadah dapat diartikan sebagai rasa
tunduk melakukan pengabdian, merendahkan diri dan menghinakan diri.
Hakikat ibadah adalah pengambaan dan perbudakan.
Ketenangan jiwa, rendah hati, menyandarkan diri kepada amal shalih dan
ibadah bukan pada nasab keturunan, semua itu adalah gejala kedamaian dan
keamanan sebagai pengamalan dari ibadah. Dengan demikian, visi ajaran Islam
tentang ibadah merupakan sifat, jiwa dan misi ajaran Islam itu sendiri yang
sejalan dengan tugas penciptaan manusia, sebagai makhluk yang hanya
siperintahkan agar beribadah kepada-Nya.
ْ ۡ ح َ ََٰٓ ح ۡ َ َ َّ
َ َّ َي ََش
ٱَّلل م ِۡن عِبَادِه ِ ٱلعلم ْۗؤا إِنما...
“... Sesungguhnya yang paling takut kepada Allah adalah ulama.” (Q.S.
Fathir, 34; 28)
V. Pembahasan
3
Imad Zuhair Hafidz, Tafsir Web, https://tafsirweb.com/1591-quran-surat-an-nisa-ayat-59.html
(Diakses tanggal 11 Juli, Pukul 19.35)
Oleh karena itu, menjadi kewajiban bagi kita untuk menaati apa yang
sudah menjadi kebijakan pemerintah dan juga menaati apa yang sudah
difatwakan para ulama dalam pelaksanaan ibadah di masa wabah ini.
Tentu saja para ulama mengeluarkan fatwa tersebut telah melakukan telaah
mendalam serta bermusyawarah dengan para ahli di berbagai bidang
keilmuan yang berkompeten di bidangnya masing-masing.
Pemerintah beserta para ulama telah bersungguh-sungguh untuk
selalu berupaya melakukan tindakan agar penyebaran wabah di negeri kita
dapat terkendali. Kebijakan pemerintah dan juga fatwa ulama tentu
bertujuan demi kemashlahatan umat. Bisa dibayangkan jika kita semua
berpendapat bahwa kebijakan pemerintah dan fatwa ulama tidak perlu
diikuti, sudah pasti negeri ini chaos seperti yang dialami oleh Italia dan
Iran yang pada masa awal kemunculan virus ini mereka tidak peduli dan
tetap meramaikan tempat ibadah.
Sudah seharusnya umat ini bersatu untuk bersama-sama berperang
melawan penyebaran virus Covid 19 yang sudah melanda ke berbagai
penjuru negeri. Umat Islam hendaklah berada dalam satu komando, ketika
ulama dan umara sudah bersatu menyuarakan, maka tidak ada yang dapat
dilakukan oleh umat kecuali sami’na wa atha’na, kami mendengar dan
kami menaatinya. Sangat disayangkan sekali dengan apa yang terjadi di
negeri ini. Sebuah institusi MUI yang mewadahi para ulama itu ketika
sudah mengeluarkan fatwa, banyak orang yang tidak mengindahkan
fatwanya, termasuk oleh struktur yang ada di tingkat yang lebih bawah.
Padahal hampir semua ormas Islam juga sudah mengeluarkan fatwa yang
serupa dengan fatwa yang dikeluarkan oleh MUI Pusat. Padahal sangat
tidak mungkin sekali mereka bersepakat dalam kemaksiatan. Kesepakatan
mereka adalah untuk kemashalatan umat dan negeri tercinta ini.
4
Faried F. Saenong, Buku Saku Fikih Pandemi (Jakarta: Nuo Publishing, 2020), Cet I. Hlm. 5.
dzhuhur. Sehingga banyak orang merasa khawatir apabila tidak
melaksanakan shalat jumat bahkan sampai sebanyak tiga kali berturut-
turut. Padahal apabila kita cermati, bahwa kedua hadits itu menjelaskan
“meremehkan” dan “tanpa udzur.’ Artinya apabila tidak melaksanakan
Jum’atan itu bukan karena meremehkan, bukan pula tanpa udzur,
melainkan dikarenakan udzur yang sangat genting, yaitu menghindari dari
wabah penyakit yang berbahaya, maka yang demikian itu tidak termasuk
ke dalam hadits tersebut.
Beberapa udzur yang diperbolehkan untuk tidak melaksanakan
shalat Jum’at adalah diantaranya hujan lebat, cuaca yang sangat dinging,
sakit yang menyulitkan untuk mendatangi masjid, kekwahatiran karena
adanya gangguan keselamatan jiwa, kehormatan diri dan harta benda.
Wabah Covid 19 itu juga merupakan udzur, karena kehawatiran
tertularnya kita atau kita yang menularkannya kepada orang lain, sehingga
penyebaran virus menjadi tidak terkendali, maka udzur ini juga
membolehkannya untuk tidak melaksanakan shalat Jum’at. Begitu pula
dengan shalat berjamaah di masjid, shalat tarawih dan shalat idul fitri yang
hukumnya sunnah. Inilah yang dalam Islam dinamakan dengan rukhsah.
Akan tetapi, jangan bersedih karena kita tidak bisa melakukan
ibadah sebagaimana biasanya. In syaa Allah, Allah akan mencatatkan bagi
kita pahala sebagaimana pahala ketika kita melaksanakannya saat dalam
keadaan normal. Rasulullah bersabda : “Jika seorang hamba sakit atau
melakukan safar (perjalanan jauh), maka dicatat baginya pahala
sebagaimana kebiasaan dia ketika mukim dan ketika sehat.” (H.R.
Bukhari no 2996). Dan dalam hadits yang lain menyebutkan : “Seorang
hamba jika ia berada pada jalan yang baik dalam ibadah, kemudian ia
sakit, maka dikatakan pada malaikat yang bertugas mencatat amalan,
“tulislah padanya semisal yang ia amalkan rutin jika ia tidak terikat
sampai Aku melepasnya atau sampai Aku mencabut nyawanya.” (H.R.
Ahmad).
VI. Kesimpulan dan Saran
Ibadahnya satu orang yang berilmu lebih baik daripada ibadahnya seribu
orang yang bodoh. Kebodohan merupakan musuh terbesar umat Islam. Dengan
kebohodan ini umat menjadi terpecah belah. Dengan kebodohan pula ibadah
seseorang tidak akan diterima oleh Allah. Dengan kebodohan dan keegoisan,
umat menjalankan ibadahnya dengan perasaan, bukan dengan ilmu. Keyakinan
tanpa ilmu hanya akan menjadikan siapapun yang melakukannya menjadi
tambah kesesatannya. Bukan jalan terang yang dia dapatkan, malah akan
semakin menjerumuskannya ke lembah kenistaan.
Belajarlah, dan bertanyalah kepada ahlinya. Para ulama yang sudah
malang melintang di dunia da’wah dan keagamaan, tentu saja kapasitas
keilmuannya tidak pantas untuk kita remehkan. Apalagi ulamanya bukan satu
orang, melainkan banyak ulama yang berkumpul dan bermusyawarah untuk
mencarikan jalan terbaik bagi umat. Memudahkan umat untuk menjalankan
syariat agama tanpa khawatir akan keselamatan diri dan jiwanya. Bagi kita
seharusnya apabila ulama sudah mengeluarkan fatwanya, tidak ada hal yang
dapat kita lakukan selain sami’na wa atha’na, kami mendengar dan kami siap
menaati. Siapakah kita yang ilmunya belum ada apa-apanya dibandingkan
dengan mereka.
Para ulama telah mengeluarkan fatwanya tentang pelaksanaan ibadah di
masa wabah. Penguasa juga sudah mengeluarkan kebijakannya tentang hal
serupa. Hal ini dilakukan untuk mencegah penyebaran virus mematikan yang
tidak terkendali. Sehingga semakin banyak orang yang dapat diselamatkan
dengan adanya fatwa dan kebijakan ini. Oleh karena itu, kita sebagai umat dan
bangsa yang beradab, hendaklah bersatu padu melawan musuh yang sama.
Abaikan perbedaan furu’iyah, utamakan keselamatan umat dan bangsa ini.
Semoga wabah ini segera diangkat kembali oleh Allah swt. Dan semoga wabah
ini dapat menjadi pelajaran berharga bagi kita semua. Aamiin.
DAFTAR PUSTAKA