PLURALISME MASYARAKAT
MADINAH DAN PIAGAM MADINAH
Pokok-Pokok Materi
1
Yatsrib dihuni oleh masyarakat yang multietnis dengan keyakinan agama
yang beragam. Peta sosiologis masyarakat Madinah itu secara garis
besarnya terdiri atas:
2
kalangan masyarakat di manapun di bumi ini. Kesamaan agama biasanya
menjadi pengikat dan mendorong sekelompok masyarakat untuk bersatu.
Namun yang terjadi di Madinah rupanya lebih kompleks. Karena kaum
Yahudi lebih mendominasi dalam tatanan kehidupan di Madinah di masa
sebelum peristiwa hijriyah tersebut. Perundingan saja barangkali belum
cukup kuat untuk mengantisipasi munculnya berbagai konflik. Sebab tidak
menutup kemung-kinan salah satu kelompok akan dengan mudah
menghianati suatu kesepatan yang tidak tertulis tersebut.
3
kondisi sosial masyarakat Madinah pada saat itu belum stabil dan
harmonis. Singkatnya masyarakat Madinah pada masa itu merupakan
masyarakat plural yang membutuhkan tatanan sosial baru (Munawir
Sjadzali; 1993).
Realitas kondisi masyarakat Madinah yang sangat plural ini
kemudian menjadi pertimbangan utama Nabi dalam membangun
kehidupan sosial. Nabi memandang perlu adanya penataan dan
pengendalian sosial untuk mengatur hubungan-hubungan antar golongan
dalam kehidupan social, ekonomi, politik, dan agama. Setidaknya terdapat
tiga langkah cerdas Nabi pada masa itu yang dilaksanakan. Pertama,
membangun masjid. Lembaga ini, dari sisi agama berfungsi sebagai tempai
ibadah dan dari segi sosial berfungsi sebagai tempat mempererat hubungan
dan ikatan di antara anggota jamaah. Kedua,menciptakan persaudaraan
nyata dan efektif antara orang Islam Mekah dan Madinah. Kedua langkah
tersebut ditunjukkan untuk konsolidasi umat Islam secara internal.
Sedangkan langkah ketiga adalah membuat perjanjian tertulis yang bersifat
universal yang ditujukan kepada seluruh penduduk Madinah. Adapun
tujuan utama perjanjian tersebut diantaranya adalah membangun
persatuan yang erat di kalangan kaum muslimin dan kaum Yahudi,
menjamin kebebasan beragama bagi semua golongan, menekankan
kerjasama dan persamaan hak dan kewajiban semua golongan dalam
kehidupan sosial politik dalam mewujudkan pertahanan dan perdamaian,
dan menetapkan wewenang bagi Nabi untuk menengahi dan memutuskan
segala perbedaan pendapat dan perselisihan yang timbul di antara mereka
(Suyuti Pulungan; 199).
Secara garis besar piagam Madinah tersebut berisi tentang rumusan
dasar dan prinsip-prinsip dalam membangun kehidupan bermasyarakat
mencakup perjanjian persaudaraan diantara masyarakat Madinah,
jaminan hak, dan ketetapan kewajiban. Piagam Madinah itu juga
mengandung prinsip kebebasan beragama, hubungan antar kelompok,
kewajiban mempertahankan kesatuan hidup, dan sebagainya. Insiatif dan
usaha Muhammad dalam mengorganisir dan mempersatukan pengikutnya
dan golongan lain, menjadi suatu masyarakat yang teratur, berdiri sendiri,
dan berdaulat yang akhirnya menjadi suatu negara di bawah pimpinan
Nabi sendiri merupakan praktek siyasah, yakni proses dan tujuan untuk
mencapai tujuan (Suyuti Pulungan; 1996).
Perjanjian atau kontrak sosial tersebut dibuat secara tertulis yang
disebut dengan shahîfah dan kitâb. Perjanjian itu oleh kebanyakan penulis
dan peneliti sejarah Islam serta para pakar politik Islam disebut sebagai
konstitusi negara Islam pertama. Hal ini menunjukkan bahwa Piagam
Madinah mempunyai kedudukan penting dalam perjalanan hidup
Muhammad dan kaum muslimin, khususnya dalam masalah
ketatanegaraan dalam Islam. Singkatnya Nabi memberikan pelajaran
kepada umat Islam tentang pentingnya mempertimbangkan realitas kondisi
masyarakat dalam membangun kehidupan berbangsa dan bernegara
(Ahmad Sukardja; 1995)
4
pertama yang telah meletakkan dasar-dasar persamaan, prinsip-prinsip
kesamaan, asas-asas toleransi dan memberikan penghargaan serta
jaminan hak-hak yang setara kepada pihak-pihak yang terikat dengan butir-
butir komitmen perjanjian yang tercantum dalam konstitusi Madinah itu. Isi
konstitusi Madinah antara lain:
5
tawanan (-tawanan) mereka”: (ini barus dilakukan) dengan benar dan adil di
kalangan sesama mu‟minin.
7. Banu an-Najar, seperti kelaziman mereka masa lalu, bersama-sama (secara
kelompok) membayar diyat. Setiap thaifah (sub-clan) menerima tebusan
tawanan (-tawanan) mereka”: (ini barus dilakukan) dengan benar dan adil di
kalangan sesama mu‟minin.
8. Banu Amir ibn Auf, seperti kelaziman mereka masa lalu, bersama-sama
(secara kelompok) membayar diyat. Setiap thaifah (sub-clan) menerima
tebusan tawanan (-tawanan) mereka”: (ini barus dilakukan) dengan benar
dan adil di kalangan sesama mu‟minin.
9. Banu an-Nabit, seperti kelaziman mereka masa lalu, bersama-sama (secara
kelompok) membayar diyat. Setiap thaifah (sub-clan) menerima tebusan
tawanan (-tawanan) mereka”: (ini barus dilakukan) dengan benar dan adil di
kalangan sesama mu‟minin.
10. Banu al-Aus, seperti kelaziman mereka masa lalu, bersama-sama (secara
kelompok) membayar diyat. Setiap thaifah (sub-clan) menerima tebusan
tawanan (-tawanan) mereka”: (ini barus dilakukan) dengan benar dan adil di
kalangan sesama mu‟minin.
11. Mu‟minin tidak (diperkenankan) menyingkirkan orang yang berhutang tapi
harus memberinya (bantuan) menurut kewajaran, baik untuk, (membayar)
tebusan maupun untuk (membayar) diyat.
12. Setiap mu‟min tidak diperkenankan mengangkat sebagai keluarga (halif)
maula (klien) dari seorang mu‟min lainnya tanpa kerelaan (induk
semangnya).
13. Mu‟min yang taqwa kepada Allah akan bermusuhan dengan siapa saja yang
berbuat salah, atau merencanakan berbuat keonaran, dan/atau yang
menyebarkan kejahatan, dan/atau yang berbuat dosa, dan/atau bersikap
bermusuhan, dan/atau membuat kerusakan di kalangan mu‟minin. Semua
orang akan turun tangan walaupun dia (yang berbuat jahat itu adalah)
salah seorang anak mereka sendiri.
14. Seorang mu‟min tidak (perkenankan) membunuh seseorang mu‟min untuk
kepentingan kafir, dan tidak (diperkenankan) juga berpihak kepada kafir
(dalam sengketanya dengan) seorang mu‟min.
15. Lindungan Allah adalah satu, namun seseorang boleh memberikan
perlindungan terhadap orang asing atas tanggung jawabannya sendiri.
Sesama mu‟min adalah bersaudara; antara satu sama lain (wajib) bersama-
sama menghadapi pengecilan orang luar.
16. Siapa saja Yahudi yang mau bergabung (berhak) mendapat bantuan dan
persamaan (hak). Dia tidak boleh diperlakukan secara buruk dan tidak
boleh pula memberikan bantuan kepada musuh-musuh mereka.
17. Perdamaian (silm) (di kalangan) mu‟minin tidak dapat dibagi-bagi (dipecah-
pecah). Tidak diperkenankan membuat perdamaian terpisah di kalangan
orang-orang mu‟minin sedang perang di jalan Allah. Persyaratan haruslah
benar dan adil terhadap semua pihak.
18. Dalam peperangan, setiap prajurit (kaveleri) harus mengambil gilirannya,
saling susul-menyusul.
19. Mu‟minin harus menuntut balas darah yang tertumpah di jalan Allah.
Mu‟min yang taqwa kepada Allah akan mendapat nikmat bimbingan yang
terbaik dan yang paling mulia.
20. Tidak ada musyrik (polytheis) yang akan mengambil milik atau diri orang-
orang Quraisy yang berada di bawah proteksinya, tidak pula dia campur
tangan terhadap seseorang mu‟min.
21. Siapa saja yang menyebabkan terjadinya pembunuhan terhadap seseorang
mu‟min tanpa alasan yang benar akan diambil tuntut balas, kecuali
keluarganya rela dengan menerima diyat, dan mu‟min akan menghadapinya
sebagai seorang oknum, dan mereka terikat untuk mengambil tindakan
6
terhadapnya.
22. Adalah suatu perbuatan yang tidak diperkenankan (melanggar hukum) bagi
mu‟min yang diberlakukan piagam ini dan beriman kepada Allah serta hari
Kiamat, membantu kejahatan dan atau melindunginya. Jika dia
melakukannya, maka laknat dan kemurkaan Allah akan menimpa dirinya
pada hari bangkit nanti; dan tidak ada taubat serta tebusan yang diterima
lagi darinya.
23. Kapan saja terjadi perselisihan paham tentang sesuatu masalah di antara
anda (orang-orang yang terikat dengan piagam ini), haruslah dikembalikan
kepada Allah dan Rasul-Nya (untuk diselesaikan).
24. Yahudi akan menyokong biaya perang selama (dan sepanjang) mereka (ikut)
berperang bersama-sama mu‟min.
25. Yahudi Banu Auf adalah satu umat dengan mu‟min (Yahudi berada dalam
agama mereka dan muslim dalam agama mereka sendiri), (termasuk) orang-
orang merdeka di kalangan mereka dan pribadi-pribadi mereka, kecuali
mereka yang berperilaku tidak benar dan jahat, karena mereka mengikuti
orang-orang yang di luar mereka dan keluarga mereka.
26. Hal yang sama (seperti tersebut pada pasal 25) diberlakukan juga terhadap
orang-orang Yahudi Banu an-Najjar.
27. Hal yang sama (seperti tersebut pada pasal 25) diberlakukan juga terhadap
orang-orang Yahudi Banu al-Harits.
28. Hal yang sama (seperti tersebut pada pasal 25) diberlakukan juga terhadap
orang-orang Banu Sa‟idah.
29. Hal yang sama (seperti tersebut pada pasal 25) diberlakukan juga terhadap
orang-orang Yahudi Banu Jusham
30. Hal yang sama (seperti tersebut pada pasal 25) diberlakukan juga terhadap
orang-orang Yahudi banu al-Aws
31. Hal yang sama (seperti tersebut pada pasal 25) diberlakukan juga terhadap
orang-orang Yahudi Banu Tsa‟labah.
32. Hal yang sama (seperti tersebut pada pasal 25) diberlakukan juga terhadap
orang-orang Yahudi Banu Jafnah thehaifah (Sub-clan) dari Banu Tsa‟labah,
(dan); 33.
33. Hal yang sama (seperti tersebut pada pasal 25) diberlakukan juga terhadap
orang-orang Yahudi as-Syutaibah.
Loyalitas adalah satu perlindungan terhadap pengkhianatan.
34. Maula Banu Tsa‟labah adalah seperti mereka sendiri.
35. Teman dekat (bithanah) orang-orang Yahudi adalah seperti mereka sendiri.
36. Tidak boleh seorang pun (anggota ummah) pergi berperang tanpa izin
Muhammad SAW., namun mereka tidak dicegah mengambil tindakan balas
terhadap luka yang diderita oleh seseorang (di antara mereka). Orang yang
membunuh seseorang tanpa peringatan (terlebih dahulu sama artinya
dengan) membunuh dirinya sendiri dan anak isterinya, kecuali
(pembunuhan itu dilakukan) terhadap seseorang yang telah berbuat jahat
terhadapnya; karena (hal seperti itu) Allah akan menerimanya.
37. Yahudi memikul beban biaya mereka sendiri, demikian juga muslim
memikul beban biaya mereka sendiri pula. Setiap pihak harus membantu
pihak lain terhadap siapa pun yang menyerang orang-orang yang tersebut
dalam piagam ini. Mereka harus nasehat menasehati dan berkonsultasi yang
saling menguntungkan; (dan)
Loyalitas adalah satu perlindungan terhadap pengkhianatan.
38. Seorang anggota aliansi tidak mempunyai tanggung jawab hukum terhadap
kejahatan yang dilakukan oleh orang aliansinya orang yang dizalimi harus
dibantu.
39. Yatsrib akan menjadi tempat suci (pusat pemerintahan) bagi orang-orang
tersebut dalam piagam ini.
40. Orang asing yang berada di bawah perlindungan (jar) sama seperti si
7
pelindungnya (sendiri), tidak melakukan hal-hal yang berbahaya dan
terlibat dalam kejahatan.
41. Seseorang perempuan hanya bisa diberikan perlindungan (tujar) jika ada
kerelaan dari keluarganya.
42. Seandainya ada perselisihan, atau perdebatan yang berkepanjangan yang
bisa menimbulkan kesulitan haruslah dikembalikan kepada Allah dan
Rasul-Nya. Allah menerima apa yang paling dekat kepada kesalehan dan
kebajikan dalam piagam ini.
43. Quraisy (jahili) dan penolong-penolongnya tidak boleh diberikan
perlindungan.
44. Pihak-pihak yang terikat dalam persetujuan (ini), berkewajiban untuk saling
membantu melawan penyerangan terhadap Yatsrib.
45. Jika mereka diminta untuk membuat perdamaian dan menjaga
perdamaian, mereka haruslah melakukannya; dan jika mereka membuat
sebuah tuntutan yang sama terhadap muslim, maka harus (pula)
dilaksanakan, kecuali dalam hal jihad. Setiap orang akan mendapat
bagiannya dari pihak di mana dia berada.
46. Yahudi dari al-‟Aus, orang-orang merdeka (di kalangan) mereka dan mereka
sendiri, mempunyai kedudukan yang sama dengan orang-orang yang
terikat Piagam ini dalam loyalitas yang murni dari orang-orang yang
tersebut dalam piagam ini.
47. Seseorang yang memperoleh sesuatu (boleh) memilikinya sendiri.
Tuhan berkenan akan piagam ini. Piagam ini tidak akan melindungi orang
yang berbuat jahat dan berdosa.
Orang yang pergi berperang dan orang yang tinggal di rumah di dalam kota
adalah aman, kecuali yang berbuat jahat dan berdosa.
Allah adalah pelindung yang baik (baik) orang-orang yang taqwa dan
Muhammad adalah Rasul Allah.
Dari Piagam 47 butir Piagam Madinah menurut penomoran Schacht jelas
terlihat beberapa asas yang dianut:
1. Asas kebebasan beragama.
Negara mengakui dan melindungi setiap kelompok untuk beribadah
menurut agamanya masing-masing.
2. Asas persamaan.
Semua orang mempunyai kedudukan yang sama sebagai anggota
masyarakat, wajib saling membantu dan tidak boleh seorang pun
diperlakukan secara buruk. Bahkan orang yang lemah harus dilindungi dan
dibantu.
3. Asas kebersamaan
Semua anggota masyarakat mempunyai hak dan kewajiban yang sama
terhadap negara.
4. Asas keadilan.
Setiap warga negara mempunyai kedudukan yang sama di hadapan hukum.
Hukum harus ditegakkan. Siapa pun yang melanggar harus terkena
hukuman. Hak individu diakui.
5. Asas perdamaian yang berkeadilan.
6. Asas musyawarah.
8
pada prinsip:
3. Saling menasihati
9
penduduknya untuk melindungi pembuat kekacauan yang akan
menciptakan instabilitas kehidupan sosial. Piagam madinah juga mengatur
kebebasan berpendapat, perlindungan terhadap hak sipil dan hak hidup.
Memperkenalkan ide nasionalisme dan negara dalam arti luas. Toleran,
bekerjasama dan humanis. Prinsip itu menjamin persamaan hak dan
kewajiban setiap individu, tanpa membedakan ras, bahasa, ataupun
kepercayaan.38
Nabi Muhammad SAW sebagai seorang pemimpin yang berasal dari kaum
muslimin ternyata telah berani meletakkan prinsip-prinsip dasar
masyarakat pluralis yang majemuk dengan mengedepankan aspek
kebersamaan dalam bernegara melalui sebuah konstitusi tertulis demi
10
tercapainya masyarakat yang madani serta terwujudnya integrasi sosial
yang harmonis. Dengan kenega-rawanannya, Nabi berusaha merangkul
seluruh komponen masyarakat untuk secara politik ikut menjaga stabilitas
negara dan menciptakan kedamaian yang berkeadilan.
11