Anda di halaman 1dari 10

KONSTITUSI MADINAH DAN KETATANEGARAAN MODERN

MAKALAH

Oleh :

Kelompok 3

NAFISAH

10200121003

NURUL ISMATUL KHAERA

10200121013

REFENDY SEPTIAN

10200121030

PROGRAM STUDI HUKUM TATANEGARA

FAKULTAS SYARIAH DAN HUKUM UNIVERSITAS ISLAM NEGERI


ALAUDDIN MAKASSAR

2023
DAFTAR ISI

JUDUL...........................................................................................................................i

DAFTAR ISI.................................................................................................................ii

BAB I PENDAHULUAN.............................................................................................1

A. Latar Belakang .........................................................................................................1

B. Rumusan Masalah ....................................................................................................2

C. Tujuan...................................................................................................................... 2

BAB II PEMBAHASAN.............................................................................................3

A. Pengertian Konstitusi Madinah dan Ketatanegaraan Modern..................................3

B. Konstitusi Madinah dalam Kategori Ketatanegaraan Modern..................................4

BAB III PENUTUP.......................................................................................................6

A. Kesimpulan ...............................................................................................................6

B. Implikasi....................................................................................................................6

DAFTAR PUSTAKA....................................................................................................7

ii
BAB 1

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang

Berbicara soal sejarah konstitusi Madinah (constitution of Medina) tidak lepas dari
pembahasan piagam madinah (charter of Medina), tentunya tidak lepas pula dari pembicaraan
tentang masyarakat (society) di Madinah, utamanya pada masa Nabi Muhammad Saw. dalam
catatan sejarah, Yatsrib pada waktu itu merupakan suatu lingkungan yang subur. Kota itu
(Madinah) dihuni oleh orang-orang Arab Pagan atau musyrik dengan suku-suku utama ‘Aus dan
Khazraj. Kota itu agaknya sudah sejak zaman kuno dengan nama Yatsrib atau menurut catatan
ilmu bumi Yetroba.1 Keberhasilan Nabi Muhammad Saw., dalam membentuk masyarakat Muslim
awalnya berbentuk negara kota (city state), tetapi dengan dukungan dari beberapa kabilah dari
semua penjuru Jazirah Arab, kemudian terbentuk sebuah Negara Bangsa (Nation State) dalam
babak pembangunan ummah baru Madinah (new society). 2 Terbentuknya konstitusi Madinah,
didukung dengan terbentuknya komunitas masyarakat (ummah/society) di Madinah menjadi
kelompok sosial (community) yang meimiliki kekuatan politik pada pasca periode Makkah
dibahwah pimpinan Nabi Muhammad Saw., sebagai kepala Negara Madinah sekaligus menjadi
suatu komunitas ummah yang kuat dan berdiri sendiri, yang kemudain menjadi sebuah Konstitusi
Negara Madinah.3 Pada waktu itu, setidaknya ada dua hal yang dilakukan oleh Nabi Muhammad
Saw., sebagai pemimpin (leader) bagi keberhasilan ummah di Madinah. Pertama, mengirimkan
ekspedisi-ekspedisi kaum Muslim Muhajirin untuk menghadang dan menakut-nakuti kafilah
dagang Makkah. Kedua, membuat kebijakan politik ekonomi yang berisikan peraturan-peraturan
tentang perekonomian.

1
M. Fatkhan, Piagam Madinah Konstitusi Pertama Negara Muslim, dalam Jurnal Eksploria, No. 1, Vol. VII, 2009,
hlm. 66.
2
Abd. Salam Arief, Konsep Ummah dalam Piagam Madinah, dalam Jurnal Aljamiah No. 50. Tahun 1992, hlm. 85.
3
Suyuthi Pulungan, Fiqh Siyasah Ajaran, Sejarah, dan Pemikiran, (Jakarta: Rajawali Press, Cet. Ke-5, 2002), hlm. 77-
78.

1
2

Sedangkan ketatanegaraan modern juga tidak terlepas dari membahas nabi Muhammad yang
dahulu sebagai kepala negara dan pemerintahan dimadinah, Meski negara Madinah tidak
sesempurna negara demokrasi modern saat ini yakni dengan adanya pemisahan kekuasann
eksekutif,legislatif dan yudikatif, negara Madinah telah menjadi prototype negara modern karena
telah memenuhi syarat-syarat pokok pendirian suatu negara modern yaitu adanya wilayah, rakyat
dan pemerintah yang berdaulat serta adanya UUD dan konstitusi. 4

B. Rumusan Masalah

1. Apa itu konstitusi Madinah dan ketatanegaraan modern?

2. Apakah konstitusi Madinah dapat dikategorikan sebagai ketatanegaraan atau konstitusi modern?

C. Tujuan

1. Mengetahui pengertian konstitusi Madinah dan ketatanegaraan modern

2. Mengetahui apakah konstitusi Madinah dapat atau tidak dikategorikan sebagai konstitusi
modern

4
Q. Zaman, ‘Negara Madinah (Sebuah Prototy Ketatanegaraan Modern)’, Jurnal Agama Dan Hak Azazi Manusia,
Vol. 2, No.1 (2012), h. 75 .
BAB II

PEMBAHASAN

A. Pengertian konstitusi Madinah dan ketatanegaraan modern

Konstitusi Madinah adalah perjanjian tertulis antara nabi dengan komunitas yatsrib
(Madinah) tersebut diawali oleh satu proses yang Panjang. Bermula ketika nabi bertemu dengan 6
orang komunitas Madinah dari suku khazraj di aqabah pada musim haji tahun 620 M. 5

Setelah hijrahnya nabi ke Madinah, nabi memaklumkan suatu piagam dengan komunitas
Madinah dan kemudian dikenal dengan “piagam Madinah”. Tentang waktu yang pasti tanggal
berapa perjanjian tersebut dibuat, tidak ada data yang pasti apakah tahun 1 H, atau sebelum dan
sesudah perang badar. Dalam hal ini banyak terdapat pandangan, namun menurut Watt. Para
sarjana umumnta sepakat bahwa piagam Madinah dibuat pada permulaan periode Madinah tahun
1 H.6 welhausen menetapkannya sebelum perang badar.7

Menurut J. Suyuti Pulungan, Marduke Pickthal, H.A.R. Gibb, Wensinc, dan Montgomery
Watt menyebut Piagam Madinah itu sebagai Konstitusi Madinah (Madinah Constitution). Alasan-
alasan yang menempatkan Piagam Madinah sebagai Konstitusi Madinah karena di dalamnya
terdapat prinsip-prinsip untuk mengatur kepentingan umum dan dasar sosial politik yang bertujuan
untuk membentuk suatu masyarakat dan pemerintahan sebagai wadah persatuan penduduk
Madinah yang bersifat majemuk itu.8

Ahmad Syafi’i memaparkan Piagam Madinah sebagai konstitusi tertulis dengan istilah al-
Kitab (buku), al-Shahifah (bundelan kertas), yang dalam penelitian modern dokumen ini
dinamakan al-Watsiqah (piagam), dan sekarang disebut al-Dustur (konstitusi). Umar sendiri
menamakannya Watsiqah Madinah (Piagam Madinah), sedangkan Al-Bahansawi menamakannya
al-Dustur a-Madinah (Konstitusi Madinah).9

5
Ibnu Katsir., al-Bidajar wa at Nirayar, Jilid III. (Beimt: Dar al-Fik, 1978). h. 224.
6
W.Montogmery Watt, Muhammad prophet and statesman, (London:oxford university press, 1969), h.93
7
W.Montogmery Watt, Muhammad at medina, (London:oxford university press, 1956), h.225-226.
8
J. Suyuti Pulungan, Prinsip-prinsip Pemerintahan dalam Piagam Madinah Ditinjau dari Pandangan Al-Qur’an.
Loc. Cit.
9
Ahmad Syafi’i dalam Jazim Hamidi dan Malik, Hukum Perbandingan Konstitusi, (Jakarta: Prestasi Pustaka
Publisher, 2009), hlm. 134.

3
4

Ketatanegaraan modern adalah paham pembatasan kekuasaan yang didasarkan pada dalil
bahwa berlakunya konstitusi sebagai hukum dasar yang mengikat didasarkan atas kekuasaan
tertinggi atau prinsip kedaulatan yang dianut dalam suatu negara dan juga dapat diartikan sebagai
negara yang telah menghasilkan UU dan konvensi yang telah diakui untuk melaksanakan fungsi-
fungsi ketiga kekuasaan pemerintahan. 10

B. Konstitusi Madinah dalam kategori ketatanegaraan modern

Secara umum, ada dua pendapat yang berbeda mengenai Piagam Madinah sebagai
konstitusi. Pertama, pendapat yang menyatakan Piagam Madinah adalah piagam biasa yang berisi
mengenai visi negara modern yang untuk ukuran saat itu sudah sangat maju. Pendapat ini tidak
mengakui Piagam Madinah sebagai sebuah konstitusi. Alasannya, pandangan ahli konstitusi
mengisyaratkan keharusan adanya pembagian kekuasaan antara badan legislatif, eksekutif, dan
pendapat yang secara pendapat yang secara confidence mengakui konstitusi Madinah sebagai
sebuah konstitusi. Alasannya, Negara Madinah telah menetapkan konstitusi Madinah sebagai
aturan bersama dan pemegang hukum tertinggi. Di samping itu, dari segi formal dan substansial
apa yang diatur dalam teks-teks Piagam Madinah mencirikan sebagai sebuah konstitusi. Dari dua
pendapat tersebut, kebanyakan sarjana Islam menganggap masyarakat Madinah di bawah
kepemimpinan Nabi Muhammad telah memenuhi syarat untuk bisa disebut sebuah negara menurut
hukum konstitusi pada zaman modern ini.

Pendapat kedua tersebut cukup beralasan bila dilihat pendapat K.C. Wheare yang
menjelaskan konstitusi sebagai keseluruhan sistem ketatanegaraan dari suatu negara berupa
kumpulan peraturan yang membentuk, mengatur pemerintahan suatu negara. Sifat yang khas dan
mendasar dari bentuk konstitusi yang terbaik dan ideal adalah konstitusi itu harus sesingkat
mungkin untuk menghindari kesulitan para pembentuk konstitusi memilih mana yang terpenting
dan harus dicantumkan dalam konstitusi dan mana yang tidak perlu pada saat mereka akan
merancang suatu konstitusi, sehingga hasilnya akan dapat diterima, baik oleh mereka yang akan
melaksanakan maupun pihak yang akan dilindungi oleh konstitusi tersebut. 11

10
Brian Thompson, op.cit., hal.5
11
K.C. Wheare, Konstitusi-Konstitusi Modern Op. Cit., hlm. 34.
5

Hamidullah berpendapat bahwa Piagam Madinah dapat disebut konstitusi karena ciri-ciri
lain, misalnya dalam bentuk tertulis, menjadi dasar organisasi pemerintahan masyarakat Madinah
sebagai suatu umat, adanya kedaulatan negara yang dipegang oleh Nabi Muhammad, dan adanya
ketetapan prinsip-prinsip pemerintahan yang bersifat fundamental, yaitu mengakui kebiasaan-
kebiasaan masyarakat Madinah, mengakui hak-hak mereka dan menetapkan kewajiban-kewajiban
mereka. 12

12
Hamidullah dalam Lukman Thaib, Politik Menurut perspektif Islam, Kajang, Selangor Darul Ehsan: Synergymate
Sdn. Bhd., 1998), hlm. 80.
BAB III

PENUTUP

A. Kesimpulan

Konstitusi Madinah adalah perjanjian tertulis antara Nabi Muhammad dan masyarakat
Madinah yang dianggap sebagai konstitusi karena memuat prinsip-prinsip untuk mengatur
kepentingan umum dan dasar sosial politik untuk membentuk masyarakat dan pemerintahan
sebagai wadah persatuan penduduk Madinah yang bersifat majemuk. Meskipun ada beberapa
pandangan yang berbeda, kebanyakan sarjana Islam menganggap Konstitusi Madinah memenuhi
syarat sebagai sebuah negara menurut hukum konstitusi pada zaman modern ini. Sementara itu,
ketatanegaraan modern adalah paham pembatasan kekuasaan yang didasarkan pada keberlakuan
konstitusi sebagai hukum dasar yang mengikat dan mengakui pembagian kekuasaan antara badan
legislatif, eksekutif, dan yudikatif. Meskipun demikian, terdapat pandangan yang menganggap
Piagam Madinah bukanlah sebuah konstitusi karena tidak memenuhi semua unsur-unsur yang
diperlukan dalam sebuah konstitusi modern.

B. Implikasi

Dilihat dari isi secara umum, Implikasi dari pengertian konstitusi Madinah dan ketatanegaraan
modern adalah:

1. Konstitusi Madinah dapat dilihat sebagai awal mula terbentuknya konsep konstitusi pada
zaman modern. Hal ini mengindikasikan bahwa Islam memiliki peran penting dalam
perkembangan konstitusi dan ketatanegaraan.
2. Konstitusi Madinah memberikan contoh bahwa kekuasaan tertinggi dalam suatu negara
harus dibatasi oleh hukum dan prinsip-prinsip yang mengatur kepentingan umum. Konsep
ini juga menjadi dasar bagi sistem ketatanegaraan modern yang menganut prinsip
kekuasaan yang terbatas dan diatur oleh konstitusi.
3. Piagam Madinah mengatur prinsip-prinsip persatuan, toleransi, dan kesetaraan antara
masyarakat Madinah yang majemuk. Hal ini menunjukkan bahwa konstitusi dapat

5
6

digunakan sebagai alat untuk menciptakan persatuan dan memperkuat keragaman dalam
suatu negara.

4. Konstitusi Madinah memberikan contoh tentang pentingnya pembagian kekuasaan antara


badan legislatif, eksekutif, dan yudikatif. Konsep ini juga menjadi dasar bagi sistem
pemerintahan modern yang mengutamakan prinsip pembagian kekuasaan sebagai salah
satu bentuk pengamanan terhadap penyalahgunaan kekuasaan.
5. Konstitusi Madinah mengatur hak-hak dan kewajiban warga negara secara rinci. Hal ini
menunjukkan bahwa konstitusi dapat dijadikan sebagai acuan bagi setiap warga negara
untuk memahami hak dan kewajiban mereka dalam suatu negara.

Dengan demikian, konstitusi Madinah memiliki implikasi penting dalam perkembangan


konstitusi dan ketatanegaraan modern. Konsep-konsep yang diatur dalam konstitusi Madinah
seperti kekuasaan yang terbatas, pembagian kekuasaan, hak dan kewajiban warga negara, serta
prinsip persatuan dan toleransi menjadi dasar bagi sistem pemerintahan modern yang
mengutamakan keadilan dan kepentingan umum.
DAFTAR PUSTAKA

M. Fatkhan, Piagam Madinah (Konstitusi Pertama Negara Muslim), dalam Jurnal Eksploria, No.
1, Vol. VII,( 2009).

Abd. Salam Arief, Konsep Ummah dalam Piagam Madinah, dalam Jurnal Aljamiah No. 50. Tahun
(1992).

Suyuthi Pulungan, Fiqh Siyasah Ajaran, Sejarah, dan Pemikiran, Jakarta: Rajawali Press, Cet. Ke-
5, (2002).

Q. Zaman, ‘Negara Madinah (Sebuah Prototy Ketatanegaraan Modern)’, Jurnal Agama Dan Hak
Azazi Manusia, Vol. 2, No.1 (2012), h. 75

Ibnu Katsir, al-Bidq’at wa al-Nihayat, Jilid lll. Beirut, Dar al-Fik, (1978).

Watt, W. Montgomery, Muhammad Prophet and Statesmah, London, Oxlorcl University Press,
(1969).

Watt, W. Montgomery, Muhammad at Medina, London, Oxfo.d University press. (1956).

J. Suyuti Pulungan. Prinsip-prinsip Pemerintahan dalam Piagam Madinah Ditinjau dari


Pandangan Al-Qur’an. Jakarta: Raja Grafindo Persada, (1994).

Jazim Hamidi dan Malik. Hukum Perbandingan Konstitusi. Jakarta: Prestasi Pustaka Publisher,
(2009).

K.C. Wheare. Konstitusi-konstitusi Modern. Terjemahan. Surabaya: Pustaka Eureka, (2003).

Lukman Thaib. Politik Menurut perspektif Islam. Kajang, Selangor Darul Ehsan: Synergymate
Sdn. Bhd, (1998).

Anda mungkin juga menyukai