Anda di halaman 1dari 14

MAKALAH

SIRAH NABAWIYAH

PIAGAM MADINAH

Oleh :

Ilham Dima

Zainul Arifin

Dosen Pengampu

Idris M.Th.I

INSTITUT PESANTREN KH ABDUL CHALIM

FAKULTAS DAKWAH DAN USULUDDIN

ILMU AL-QUR’AN DAN TAFSIR

MOJOKERTO

2018
BAB I

KATA PENGANTAR

Assalamualaikum,wr,wb.

Segala puja dan puji syukur kepada Allah SWT yang telah memberikan
kesehatan, untuk berfikir leluasa dan memikirkan ciptaannya.

Sholawat serta salam kita panjatkan kepada keharibaan baginda Rasullullah


SAW, yang telah memberikan pertolongan pada diri kita baik pertolongan yang
telah jelas kita rasakan pada saat ini yakni jalan kebenaran, dan mudah mudahan
pertolongan yang ke_dua kalinya senantiasa pada diri kita semua di Alam
berbeda yaitu bisyafa’ati Rasulullah SAW, selanjutnya kami banyak berterima
kasih atas bimbingan bapak dosen dan kerjasama teman-teman telah ikut
berpartisipasi dalam terselesaikannya makalah kelompok kami ini dan kata maaf
mengakhiri dari sekapur sirih apabila terdapat celah dalam makalah ini atau jauh
dari kata kesempurnaan.

Wasalamualaikum wr,wb

Mojokerto, 13 Desember 2018

Penyusun
BAB II

PENDAHULUAN

A. LATAR BELAKANG

Madinah pra kedatangan Rasulullah SAW merupakan sebuah kota yang penuh dengan
sisi negatif, Pasca kedatanga Rasulullah SAW, sisi negatif yang melekat pada kota
Madinah berubah menjadi positif. Persatuan merupakan kunci bagi kejayaan dan
kesuksesan sebuah masyarakat yang heterogen, saling menghormati dan saling membantu
diantara masyarakat yang heterogen. Akan melahirkan keuntungan dan menjauhkan
kerugian bagi semua komponen dalam masyarakat yang heterogen tersebut, namun
sebaliknya, penghiantan dan pengingkaran atas sebuah kesepakatan dalam sebuah
masyarakat yang heterogen tersebut, sebaliknya pengkhianatan dan pengingkaran atas
sebuah kesepakatan dalam sebuah masyarakat yang heterogen, merupakan pintu masuk
bagi tersingkirnya komunitas yang melakukan pengkhianatan dan pengingkaran tersebut.
Dalam hal ini kami sebagai pemateri akan mengulas bebarapa poin penting yang
terjadi ketika Rasulullah SAW berhijrah dari kota Yatsrib ( Madinah ).

B. RUMUSAN MASALAH
a. Menganalisis kemajemukan masyarakat Madinah
b. Mengulas isi dari piagam Madinah
c. Penghianatan terhadap piagam Madinah dan tindakan Nabi terhadap para
penghianat
d. Titik temu piagam madinah dan kesepakatan bersama bangsa Indonesia

C. PENUTUP
BAB III
PEMBAHASAN

1) Menganalisis kemajemukan masyarakat Madinah


Sebelum kita meranjak ke pembahasan mengenai kemajemukan masyarakat Madinah
alangkah baiknya kita sdikit mengulas kembali mengenai kota Yatsrib atau sebelum
dinamakan kota Madinah.
Yatsrib merupakan nama kota Madinah pra Islam, secara makna kata “Yatsrib”
terambil dari kata Tsraba. Dikatakan Tsarabahu artinya dia mencelanya atas dosa yang
dilakukannya dan lain sebagainya. Dalam radaksional al-Qur’an, kita dapatkan penyebutan
kata yang memiliki awal kata yang sama dengan kata “Yatsrib” yakni pernyataan Nabi
Yusuf as kepada saudara-saudaranya. Setelah mereka menyadari bahwasanya pembesar
negri Mesir yang mereka hadapi pada saat itu adalah saudaranya sendiri yang bernama
Yusuf, sosok yang dahulu mereka buang dan jauhkan dari bapaknya nabi Ya’kub as:
) 92 ‫قال التثريب عليكم اليوم يغفرهللا لكم وهوأرحم الرحمين ( يوسف‬
“Dia (Yusuf) berkata, “pada hari ini tidak ada cercaan terhadap kamu, mudah-mudahan
Allah mengampuni kamu. Dan Dia Maha penyayang di antara para penyayang”. (Q.S.
Yûsuf [12]: 92)
Muhammad Sayyid Thanthawi dalam tafsirnya menjelaskan bahwa yang dimaksud
dengan kata Tatsrîb pada ayat di atas adalah Ta`yîr, Taubîkh dan Ta’nîb, yang kesemuanya
bermakna hinaan, celaan dan cercaan. Yakni: tidak ada hinaan, celaan dan cercaan atas
kalian, dikarenakan aku telah memaafkan kalian atas perbuatan dosa dan salah yang telah
kalian lakukan atas diriku dan saudaraku, aku berharap Allah swt dapat mengampuni kalian
atas apa yang sudah kalian lakukan, dikarenakan Allah swt Dzat Yang Maha Penyayang
atas hamba-hamba-Nya (Thanthawi, 2007).
Madinah merupakan kisah tentang keberhasilan Nabi dalam membangun tatanan
sosial masyarakat yang adil, damai dan berkeadaban. Keberhasilan tersebut merupakan
kebanggaan dan sumber inspirasi bagi umat Islam dari dulu hingga sekarang. Madinah
merupakan simbol kemenangan yang dapat membangkitkan gairah solidaritas dan
kebanggan di kalangan Muslim.
Aktivitas yang sangat penting dan tugas besar yang dilakukan oleh Nabi setelah
menetap di Madinah pada tahun pertama hijrah adalah membangun masjid Quba, dan
menata kehidupan sosial politik masyarakat kota itu yang bercorak majemuk.
Pembangunan masjid itu dari segi agama berfungsi sebagai tempat beribadah kepada Allah,
sedangkan dari segi sosial berfungsi sebagai tempat mempererat hubungan antar
komunitas.1
Langkah berikut Nabi adalah menata kehidupan sosial-politik komunitas-komunitas
di Madinah. Sebab, dengan hijrahnya kaum Muslimin dari Makkah ke kota itu, masyarakat
semakin bercorak heterogen dalam hal etnis dan keyakinan. Diantaranya adalah komunitas
Arab muslim dari Makkah, komunitas Arab Madinah dari suku Aus, komunitas Khazraj
muslim, komunitas Yahudi, dan komunitas Arab Paganis.2
Melihat kondisi masyarakat yang heterogen ini, Nabi mengambil dua langkah.
Langkah pertama, menata interen kehidupan kaum muslimin, yaitu mempersaudarakan
antara kaum Muhajirin dan kaum Anshar secara efektif. Persaudaraan ini bukan diikat oleh
hubungan darah dan kabilah, melainkan atas dasar ikatan iman (agama). Inilah awal
terbentuknya komunitas Islam untuk pertama kali, yang menurut Hitti, merupakan “suatu
miniatur dunia Islam”. Kedua, Nabi mempersatukan antara kaum muslimin, kaum Yahudi
dan suku-suku yang lainnya melalui perjanjian tertulis yang dikenal dengan “Piagam
madinah” pada tahun 622 M.3

2) Mengulas isi piagam Madinah


Piagam Madinah merupakan dasar ketiga yang terpenting yang dilakukan Rasulullah
SAW ketika berfhijrah ke Madinah. Dalam sejarah Islam, setelah Rasulullah berhijrah ke
Madinah, beliau membuat peraturan yang disebut dengan “Konstitusi Madinah” atau
“Piagam Madinah”. Isi penting dari prinsip Piagam Madinah adalah membentuk suatu
masyarakat yang harmonis, mengatur sebuah umat dan menegakkan pemerintahan atas
dasar persamaan hak. Piagam Madinah juga merupakan suatu konstitusi yang telah
meletakkan dasar-dasar sosial politik bagi masyarakat Madinah dalam sebuah Dalam
sejarah Islam, setelah Rasulullah berhijrah ke Madinah, beliau membuat peraturan yang
disebut dengan “Konstitusi Madinah” atau “Piagam Madinah”. Isi penting dari prinsip

1
J. Suyuti Pulungan, Fiqih Siyasah, Jakarta: Lembaga Studi Islam dan Kemasyarakatan, 1995, hal. 79-81
2
Ibid, hlm ; 82
3
Ibid, hlm ; 84
Piagam Madinah adalah membentuk suatu masyarakat yang harmonis, mengatur sebuah
umat dan menegakkan pemerintahan atas dasar persamaan hak. Piagam Madinah juga
merupakan suatu konstitusi yang telah meletakkan dasar-dasar sosial politik bagi
masyarakat Madinah dalam sebuah pemerintahan di bawah kepemimpinan nabi
Muhammad. Piagam Madinah dianggap oleh para pakar politik sebagai Undang-Undang
Dasar pertama dalam negara Islam yang didirikan oleh Nabi Muhammad.
Shahîfat al-Madînah sebagai undang-undang dasar telah mendeklarasikan Yastrib
bertransformasi menjadi negara Madinah (City-State of Madinah), membangun aturan-
aturan pemerintahan, mengamanatkan isu-isu sosial yang spesifik yang dapat mengubur
perpecahan yang telah lama terjadi di kota itu, mengamanatkan perlindungan terhadap hak
dan kewajiban warga negara, dan mengamanatkan penyediaan pelayanan hukum yang adil
bagi semua pihak sehingga tidak ada lagi penyelesaian masalah dengan aksi-aksi militer
dari masing-masing suku.4
Dalam kesempatan kali kami sebagai pemateri akan mengulas beberapa point
penting dari piagam Madinah, dengan tujuan untuk mengetahui beberapa aturan pokok
(undang-undang) yang berlaku bagi masyarakat muslim dan negara mereka yang baru di
madinah;
1. aKaum muslimin dari kalangan Quraisy dan Yatsrib, juga siapapun yang mengikuti
dan berjihad Bersama mereka, adalah satu umat.
2. Semua muslim meskipun berbeda suku sama-sama harus membayar ‘aql5 dan
menebus para tawanan mereka dengan cara yang makruf dan adil dikalangan orang-
orang mukmin
3. Sesungguhnya orang-orang mukmin tidak meniggalkan (mengabaikan) seseorang
yang menanggung hutang diantara mereka untuk mmemberinya uang tebusan atau
‘aql
4. Sesungguhnya orang-orang mukmin yang bertaqwa haryus melawan orang-orang
yang melampui batas atau melakukan kejahatan besar berupa kedzhaliman, dosa,

4
Zainal Abidin Ahmad, Piagam Nabi Muhammad SAW. Konstitusi Negara yang Pertama di Dunia, (Jakarta:
Bulan Bintang, 1975), hlm, 93.
5
‘Aql : sejumlah uang tebusan yang harus dibayarkan karena ayang bersangkutan melakukan pembunuhan
atau melukai orang lain.
permusuhan, atau kerusakan kaum mukminin sendiri, walaupun ia adalah anak dari
salah seorang diantara mereka.
5. Seseorang mukmin tidak boleh membunuh mukmin yang lain demi membela orang
kafir, dan seseorang mukmin tidak boleh membantu orang kafir untuk menyerang
sesame mukmin
6. Sesungguhnya kata damai bagi kaum mukminin adalah satu, seorang mukmin tidak
boleh berdamai tanpa orang mukmin yang lain, dalam berperang dijalan Allah,
kecuali delakukan atas kesetaraan dan keadilan antara mereka
7. Dzimmah6 Allah adalah satu. Dia melindungi mukmin yang lemah. Dan orang
mukmin adalah wali bagi mukmin yang lain, dihadapan seluruh umat manusia
8. Seorang mukmin yang telah mengikrarkan isi piagam ini, juga beriman kepada
Allah SWT dan hari akhir, tidak tidak dihalalkan membantu dan melindungi
seorang pendosa. Barang siapa membantu atau melindungi seorang pendosa, maka
dihari kiamat ia dilaknat dan dimurkai Allah SWT. Tak ada tebusan yang dapat
membebaskannya dari laknat dan murka_NYA.
9. Orang-orang yahudi harus mengeluarkan belanja Bersama orang-orang mukmin
selama mereka masih dalam kondisi perang.
10. Orang-orang yahudi Bani Auf adalah satu umat dengan orang-orang mukmin. Bagi
kaum Yahudi agama mereka, dan bagi kaum muslimin agama mereka, kecuali
orang yang berbuat aniaya dan durhaka. Orang semacam ini hanya menghancurkan
diri dan keluarganya.7
Dalam beberapa isi dari paiagam Madinah diatas sangat jelas mengandung beberapa
poin penting yang berhubungan dengan berbagai hukum dan aturan bagi sebuah
masyarakat islam, bberikut ini poin-poin yang dapat kami ambil;
1. Satu-satunya istilah dalam zaman modern ini dalam mendifinisikan piagam
madinah adalah “undang-undang” (dustur), karena piagam Madinah menyerupai
undang-undang. Isi dalam piagam Madinah ini mencakup hampir semua elemen
yang biasa terkandung dalam undang-undang modern seperti saat ini, seperti halnya

6
Dzimmah adalah orang-orang yang dijamin keselamatannya
7
Said Ramdhan al-Buthy, terjemahan kitab Fiqh Sirah an-Nabawiyah ma’a Mu’jaz Lita>rich al-Khilafah
ar-Rasyidah, (Jakarta selatan, penerbit ; Hikmah/PT Mijan Publika, tahun 2010), hlm 237-238
dalam masalah pengaturan dalam sebuah negara baik secara internal maupun
eksternal. Selain itu juga mengandung peraturan tentang hal-hal yang berkaitan
dengan hubungan antar warga, bahkan hubungan antar negara.
2. Piagam Madinah mencerminkan mencerminkan keadilan yang dipersentasikan
sikap Rasulullah SAW. Terhadap kaum yahudi dan piagam Madinah juga
menghasilkan buah manis dari dua belah pihak yakni muslim dan yahudi.
3. Piagam Madinah menunjukkan bebrapa aspek hukum yang terdapat didalam ajaran
islam.
Pertama, piagam Madinah telah membuktikan bahwa islam adalah satu-satunya
alat yang dapat menyatukan umat islam.sebagaiman klausul piagam Madinah yang
pertama .
Kedua, menunjukan bahwa salah satu faktor terpenting dalam terbentuknya
masyarakat islam adalah penanaman makna persatuan dan gotong-royong dengan
sebaik-baiknya.
Ketiga, piagam Madinah menunjukkan arti sesungguhnya dari perinsip kesetaraan
antar sesama kaum muslim.8

3) Penghianatan terhadap piagam Madinah dan tindakan Nabi terhadap para penghianat
a) Penghiantan Bani Qainuqa’
Pengkhianatan Bani Qainuqa dimulai ketika Rasulullah mengumpulkan mereka di
pasar Qainuqa, lalu bersabda, “Wahai orang-orang Yahudi, takutlah kalian kepada Allah,
seperti petaka yang telah menimpa orang-orang Quraisy. Masuklah kalian ke dalam Islam,
karena sesungguhnya kalian telah mengetahui bahwa aku benar-benar seorang nabi yang
diutus. Kalian mengetahui hal itu di dalam kitab suci kami, dan di dalam janji Allah kepada
kalian.” Mereka berkata, “Wahai Muhammad, apakah engkau menganggap kami ini seperti
kaummu? Janganlah tertipu hanya karena engkau menghadapi suatu kaum yang tidak
memiliki pengetahuan tentang perang, sehingga engkau dapat mengambil kesempatan.
Demi Allah, seandainya engkau memerangi kami, engkau pasti mengerti bahwa kami
adalah orangnya (orang yang pandai berperang).9

8
Ibid, hlm.243
9
Ibid, hlm 272
Ibnu Hisyam meriwayatkan dari Abdullah ibnu Ja’far ibn Miswar ibn Makhramah dari
Abu ‘Uwanah berkata, “seorang perempuan Arab datang membawa barang dagangan
untuk dijual dipasar Qainuqa’. Disitu menemui seorang pandai emas. Tiba-tiba, orang-
orang di pasar Qainuqa’ menggoda perempuan itu, membuka cadar yang dikenakannya.
Tentu saja perempuan itu membela diri dan menolak. Akhirnya, ditempuhlah cara-cara
licik. Si pandai emas mengikat ujung kain perempuan itu. ketika berdiri, kain yang ia
kenakan terlepas. Orang-orang Qainuqa’ ramai menertawakannya. Dan, menjerit-menjrit
menahan malu. Dalam kejadian tersebut muncullah laki-laki muslim dan langsung
menyerang si pandai emas hingga tewas. Karean ia orang yahudi, maka orang-orang yahudi
yang ada di kejadian tersebut langsung balik mengeroyok si muslim sampai tewas. Setelah
itu., berita pembunuhan tersebut tersebar luas. Umat Islam yang mendengar hal tersebut
sangat marah. Maka, terjadilah peperangan antara kaum muslim dan Bani Qainuq’.
Merekalah kaum yahudi yang pertama melanggar perjanjian dengan Rasulullah Saw”.10
b) Pengkhianatan Bani Nadzir
Yahudi Ban Nadhir diusir dari Madinah pada bulan Rabiul Awwal tahun keempat
Hijriah. Ibnu Sa’ad meriwayatkan bahwa pada hari sabtu di bulan Rabiul Awwal tahun
keempat Hijriah itu, Rasulullah Saw, meninggalkan Madinah dan shalat di Masjid Quba
Bersama puluhan orang sahabat dari kalangan Muhajirin dan Anshar. Setelah shalat,
Rasulullah mendatangi suku Bani Nadhir untuk menyampaikan permintaan bantuan
bayaran diyat atas terbunuhnya dua orang dari Bani Kilab ditangan Amr ibn Umayyah
Adh-Dhamiri. Padahal, kedua orang itu telah dijamin keselamatannya oleh Rasulullah
Saw.pada saat itu, sebagaimana telah diriwayatkan oleh Ibnu Ishaq dan para sejarawan
lainnya, Bani Nadhir tengah menjalin perjanjian damai dengan Bani Amir.
Pada saat itu, orang-orang yahudi Bani Nadhir berkata kepada Rasulullah saw,
“Wahai Abul Qasim, kami akan melakukan apa yang kau inginkan.” Sementar itu, disaat
yang sama, sebagian orang Yahudi Bani Nadhir justru sibuk merencanakan/merancang
pengkhianatan terhadaap Rasulullah saw.11

10
Sirah Ibnu Hisyam, juz 2, hlm, 47
11
Ibid , hlm, 317
Tidak lama kemudian, Allah SWT, memberitahu rencana busuk pengkhianatan
Yahudi Bani Nadhir kepada Rasulullah Saw. beliaupun segera meninggalkan tempat
tinggal Bani Nadhir menuju Madinah, dengan meninggalkan kesan seolah-olah memrlukan
sesuatu.
Setiba Rasulullah Saw di Madinah, Rasulullah bertemu dengan sahabat, mereka
berkata, “Engkau sudah disini, sementara kami nyaris tidak merasakan kehadiran_MU. ”
Rasulullah Saw bersabda, “orang-orang yahudi telah merencanakan sebuah
pengkhianatan. Allah SWT, memberitahuku hal itu. Maka, akupun segera meninggalkan
kota Madinah.
Rasulullah Saw. mengutus sahabat untuk menemui Yahudi Bani Nadhir dengan
membawa pesan yang berbunyi, “segeralah kalian dari negriku, karena sesungguhnya
kalian telah berencana melakukan pengkhianatan terhadapku. Kuberi kalian tenggat waktu
sepuluh hari. Barang siapa diantara kalian masih terlihat dikota ini, akan ku penggal
lehernya.”
c) Pengkhianatan Bani Quraizhah
pada tahun kelima hijrah, bani Quraizhah (kelompok Yahudi Madinah) melakukan
pengkhianatan yang sama, sebagaimana yang dilakukan oleh dua kelompok Yahudi
Madinah sebelumnya terhadap Rasulullah saw dan komunitas Islam. Dikisahkan
bahwasannya bani Quraizhah membantu suku-suku Arab yang memerangi komunitas
Islam dalam perang Khandaq. Maka sepulangnya Rasululullah saw dari perang Khandaq,
Allah swt memerintahkan beliau untuk memerangi bani Quraizhah dan membersihkan kota
Madinah dari keberadaan mereka. Dengan jumlah pasukan 3000 pasukan, Rasulullah saw
keluar dan mengepung bani Quraizhah selama 25 hari. Mereka pun kemudian menyerah
dan atas permintaan mereka, Sa`ad bin Muazh (Pemimpin Suku Aus di Madinah)
memerintahkan kalangan laki-laki dari mereka untuk dibunuh, dan kalangan wanita dan
anak-anaknya untuk ditawan. Rasulullah saw pun menerima keputusan Sa`ad bin Muazh,
eksekusi atas keputusan Sa`ad bin Muazh pun diberlakukan atas bani Quraizhah, inilah
ganjaran setimpal bagi mereka yang kerap melakukan pengkhianatan yang dapat
membahayakan pihak yang telah terikat perjanjian damai dengan mereka.12

12
Ibid,..hlm, 370
4) Titik temu piagam Madinah dengan kesepakatan bersama bangsa Indonesia

Seperti yang kita ketahwi bahwa piagam Madinah adalah sebuah ketetapan mengenai
dasar-dasar negara Islam yang bekerja untuk mengatur suatu umat dan membentuk suatu
masyarakat serta menegakkan suatu pemerintahan.

Kesamaan konsep antara Piagam Madinah dengan Konstitusi Indonesia diantaranya


terletak pada adanya ikatan agama dengan negara. Nabi Muhammad SAW mendirikan
negara Madinah tidak melabelkan Negara Islam namun bersifat umum dan berdasarkan
atas kesepakatan masyarakat atau kontrak sosial.

Hubungan agama dan negara, diletakkan sebagai relasi yang kuat dan resmi.
Pluralisme keagamaan dilihat sebagai keniscayaan yang harus dilindungi oleh negara.
Konstitusi Indonesia meletakkan agama sebagai sumber nilai dalam kehidupan berbangsa
dan bernegara. Meskipun negara tidak boleh mencampuri urusan internal umat beragama.

Piagam Madinah berisi perjanjian yang benilai strategis bagi Nabi SAW untuk
mengembangkan risalahnya dalam menata hubungan manusia Muslim dengan Tuhan dan
hubungan sesama umat Islam di satu sisi serta hubungan umat Islam dengan non-Muslim
di sisi lain. Sebab itu, kaum Yahudi dan penyembah berhala tetap dalam agama dan
keyakinan mereka, dan mereka boleh tetap tinggal di tengah-tengah masyarakat Madinah.

Piagam Madinah yang dikeluarkan Nabi Muhammad SAW tidak memaksa untuk
mengubah agama dalam kapasitasnya sebagai Nabi dan kepala negara. Ia hanya
mendakwahkan Islam. Soal konversi ke agama Islam tergantung kepada kesadaran mereka.
Bahkan, Nabi SAW menciptakan kerukunan antar komunitas agama dan keyakinan yang
ada. Dalam Piagam Madinah ada sebuah jaminan kebebasan beragama bagi orang-orang
Yahudi sebagai suatu komunitas dan mewujudkan kerjasama yang erat dengan kaum
Muslimin.
Sementara dalam konstitusi Indonesia juga menerapkan hal serupa dengan mengesakan
bahwa Negara Indonesia adalah Negara kesatuan yang berideologi Pancasila dan UUD
1945 sebagai dasar struktur Negara.

Sila pertama adalah Ketuhanan Yang Maha Esa. Bab XI UUD 1945 menyatakan
bahwa Negara menjamin kemerdekaan tiap-tiap penduduk untuk memeluk agamanya
masing-masing dan beribadat menurut agama dan kepercayaannya.
BAB IV
PENUTUP
A.kesimpulan
Kedatangan Rasulullah Saw ke Madinah membawa situasi yang sangat cerah bagi
penduduk Madinah khususnya, yang dulunya pasca Rasulullah Saw kota Madinah
merupakan kota yang penuh dengan sisi negatif, namun pasca kedatang Rasulullah Saw
justru sisi negatif yang melekat pada kota Madinah berubah menjadi positif.
Ketegasan dalam menindak lanjuti para penghianat piagam Madinah bukan semata-mata
Rasulullah Saw adalah seorang pemimpin yang tegas dan komitmen terhadap
konstitusi Piagam Madinah yang telah disepakati bersama. Karena itu, ketika beberapa
kelompok yang melanggar perjanjian, beliau memerangi mereka, kemudian menghukum
mereka dengan mengusir mereka keluar Madinah tanpa kompromi ketika kesalahan sudah
jelas. Sikap tegas beliau sekaligus menegaskan kepada seluruh warga Madinah untuk tetap
taat dengan Piagam Madinah, karena dengan inilah ketertiban di dalam kota Madinah bisa
tetep terjaga dan persatuan tetap terpelihara.
DAFTAR PUSATAK
Suyuti J. Pulungan, Fiqih Siyasah, Jakarta: Lembaga Studi Islam dan Kemasyarakatan,
1995
Abidin Zainal Ahmad, Piagam Nabi Muhammad SAW. Konstitusi Negara yang Pertama
di Dunia, (Jakarta: Bulan Bintang, 1975)
Ramdhan Said al-Buthy, terjemahan kitab Fiqh Sirah an-Nabawiyah ma’a Mu’jaz
Lita>rich al-Khilafah ar-Rasyidah, (Jakarta selatan, penerbit ; Hikmah/PT Mijan
Publika, tahun 2010)

Anda mungkin juga menyukai