Gender Dan Fundraising
Gender Dan Fundraising
LAPORAN
2008305021
2022/1444 H
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Kegiatan penggalangan dana di jalanan kini dapat mudah dijumpai diberbagai daerah
mulai dari kota besar sampai di daerah-daerah terpencil. Tujuan dari kegiatan penggalangan
dana yang dilakukan di jalanan sangat beragam seperti halnya penggalangan dana untuk
korban bencana alam, pembangunan masjid, atau bahkan ditemukan penggalangan dana
untuk korban yang menderita penyakit tertentu. Penggalangan dana merupakan sebuah
usaha, aktivitas atau kegiatan yang dilakukan untuk mengumpulkan kontribusi yang bersifat
sukarela dalam bentuk materi baik berupa dana atau yang lain, adapun caranya yaitu dengan
mengajak dan meminta kepada masyarakat (Rahmatullah, 2020).
Diberbagai daerah sering dijumpai kegiatan penggalangan dana yang bertujuan untuk
pembangunan masjid dengan melibatkan peran perempuan sebagai pelaku dari kegiatan
penggalangan dana tersebut yang dilakukan di ruas jalan raya. Maraknya kegiatan
penggalangan dana untuk pembangunan atau renovasi masjid tiada lain guna mencari dana
sebesar-besarnya. Kegiatan penggalangan dana yang dilakukan masih sering mengkaitkan
dengan aspek keagamaan dengan dalil untuk mengajak masyarakat supaya bersedekah dan
sedikit iming-iming balasan pahala surga nantinya.
Penggalangan dana yang dilakukan di jalanan memang dianggap efektif dan praktis,
selain mudah kegiatan ini juga dirasa setiap harinya mendatangkan penghasilan dengan
hanya mengeluarkan modal minim tetapi income yang didapatkan sangat berguna, meskipun
setiap hari nominal angkanya berbeda dan tidak pasti. Penggalangan dana di jalanan
menimbulkan kontradiksi, kondisi ini dilakukan atas dasar keterbatasan dana dan
membutuhkan dana lebih banyak, namun disisi lain kegiatan penggalangan dana dijalanan
yang dilakukan oleh kelompok perempuan sangat beresiko dan berbahaya.
Aktivitas yang dilakukan yaitu dengan memasang spanduk, keranjang dipinggir jalan
disertai atribut toa (speaker) dan bahkan sampai ada yang berdiri di tengah jalan sambil
berteriak-teriak. Hal ini jelas menunjukan suatu aktivitas yang nekat dan mengundang bahaya.
Selain menimbulkan kemacetan dan mengganggu lalu lintas, kegiatan penggalangan dana
yang dilakukan di jalan raya dapat berpotensi terjadi kecelakaan. Bahkan, dalam ajaran islam
pun disebutkan bahwa tindakan yang mengganggu dan merugikan orang lain sangat tidak
dibenarkan. Memang kegiatan penggalangan dana di jalanan ini sekilas merupakan jalan
alternatif yang mudah dan cepat dalam upaya proses pembangunan dan renovasi masjid.
Ketika pengaruh dari ajaran agama telah mendoktrin terhadap sistem nilai dalam
masyarakat, maka akan terdapat sistem kebudayaan yang menjelma kedalam dengan
berbagai bentuk simbol suci yang bermakna dan bersumber pada ajaran agama yang menjadi
acuannya (Holis, 2017). Fenomena keterlibatan dan partisipasi perempuan dalam kegiatan
penggalangan dana di ruas jalan raya diyakini telah dianggap sebagai tradisi. Keterlibatan
perempuan dalam segala aspek kegiatan merupakan jawaban atas masalah yang ditujukan
pada suatu konstruksi sosial, bahwa teori feminis ditujukan untuk menentang asusmsi-asumsi
gender yang berlaku luas dalam masyarakat tujuannya untuk mencapai cara-cara yang
membebaskan perempuan dan laki-laki untuk eksis di dunia (Sendjaja, 1994).
Di samping itu, dalam kontruksi sosial budaya relasi antara kelompok perempuan dengan
aktivitas filantropi ternyata sangat erat dan sulit untuk dipisahkan. Dengan didasari sifat kasih
sayang, kelompok perempuan memiliki kekuatan sosial yang tinggi. Hal ini tercermin dengan
bentuk kedermawanan perempuan yang terlibat dalam kegiatan penggalangan dana di
jalanan. Fenomena ini sejalan dengan bangkitnya suatu gerakan pembebasan dan
pemberdayaan perempuan dengan tujuan menolak pola-pola tradisional yang menjadikan laki-
laki lebih dominan berada dalam ruang publik (Turner, 1998). Aktvitas perempuan dalam hal
kedermawanan sangat penting dan tentunya relevan dengan tujuan filantropi yang
dikembangkan untuk tujuan pembangunan dan renovasi masjid.
B. Rumusan Masalah
1. Bagaimana proses kegiatan penggalangan dana yang dilakukan masjid Al-Ishlah dalam
pembangunan masjid?
2. Bagaimana keterlibatan perempuan dalam kegiatan penggalangan dana untuk
pembangunan masjid yang dilakukan di jalan raya?
C. Tujuan Penelitian
1. Untuk mengetahui proses kegiatan fundraising yang dilakukan masjid Al-Ishlah dalam
pembangunan masjid serta untuk mengetahui keterlibatan perempuan dalam kegiatan
penggalangan dana untuk peembangunan masjid yang dilakukan di jalan raya.
D. Manfaat Penelitian
1. Manfaat Teoritis, kajian ini bagi para pembaca khususnya penulis bermanfaat dapat
menambah pengetahuan dan wawasan tentang keterlibatan perempuan dalam
penggalangan dana pembangunan masjid di jalan raya.
2. Manfaat Praktis, sebagai upaya membentuk sumbangan pemikiran untuk penelitian
selanjutnya mengenai topik pembahasan mengenai keterlibatan perempuan dalam
penggalangan dana pembangunan masjid di jalan raya.
BAB II
KAJIAN PUSTAKA
A. Fundraising
Purwanto (2009) dalam Muhdiyar fundraising diartikan sebagai aktivitas yang dilakukan
dalam rangka menghimpun dana dari masyarakat atau sumber daya lainnya baik individu,
kelompok, organisasi ataupun pemerintah yang tujuannya untuk digunakan sebagai
pembiayaan dari program atau kegiatan sehingga mencapai tujuannya. Kegiatan menggalang
dana merupakan suatu proses menghimpun dana bukan mengenai meminta uang tetapi lebih
mengedepankan ide yang dapat mewujudkan perubahan masyarakat. Apabila masyarakat
telah menerima ide tersebut, maka masyarakat akan menyumbang (Norton dalam Muhdiyar).
Sebagaimana fundraising atau penggalangan dana dalam hal ini dibutuhkan suatu proses
atau tahapan dalam melakukannya. Suatu kegiatan fundraising membutuhkan manajemen
supaya dalam pelaksanannya terstruktur dan berjalan sesuai yang telah direncanakan.
Menurut George R Terry dalam bukunya yang berjudul Principles of Management dan dikutip
oleh Winardi, menyatakan bahwa terdapat empat fungsi-fungsi manajemen, yaitu sebagai
berikut:
1. Perencanaan
2. Pengorganisasian
3. Penggerakan
4. Pengawasan
B. Keterlibatan Perempuan
Konsep keterlibatan dalam (KBBI) Kamus Besar Bahasa Indonesia adalah keadaan
terlibat. Artinya terdapat keterlibatan suatu individu dengan peranan sikap atau emosi dalam
situasi tertentu (Balai Pustaka, 2007). Konsep keterlibatan sosial perempuan merupakan
suatu kondisi perempuan yang berperan dalam kehidupan masyarakat. Aspek keterlibatan
sosial perempuan tidak hanya kehidupan politik dan sosial, namun kondisi dimana perempuan
ikut serta dalam kehidupan umum dengan memberikan solusi pada masalah-masalah
nasional yang menyeluruh, seperti masalah sosial, ekonomi dan politik serta peran
perempuan dilibatkan dalam bentuk kerja sama di lembaga-lembaga kemasyarakatan.
Dalam mayoritas kehidupan masyarakat, keterlibatan perempuan masih minim hal ini
dibuktikan dengan masih adanya perempuan yang berpendapatan rendah. Aspek keterlibatan
perempuan ini memiliki tiga peran yaitu mengurusi aktivitas reproduktif, produktif dan aturan
yang ada di masyarakat (Hatima, dkk, 2000).
C. Pembangunan Masjid
Sebagaimana uraian penjelasan diatas mengenai pembangunan dari para ahli dapat
disimpulkan bahwa menurut Zulina (2013) pembangunan adalah seluruh proses
pembangunan yang dilakukan melalui proses yang direncanakan dan secara sadar.
Sedangkan perkembangan merupakan suatu proses perubahan yang terjadi secara
sendirinya atau alami sebagai akibat dari pelaksanaan pembangunan. Dalam aspek agama
terutama agama islam, pembangunan yang ditujukan pada manusia berarti manusia diangkat
sebagai pembangun di muka bumi dengan harapan melaksanakan fungsi dan kewajibannya
kepada Allah SWT dalam upaya kesejahteraan rakyat (Depag RI dalam Zulina).
Jika dilihat pada judul penelitian ini maka membahas mengenai salah satunya
pembangunan masjid. Masjid merupakan sarana atau tempat ibadah umat islam. Dalam
bahasa Arab masjid artinya tempat sujud, secara terminologis sujud bermakna sebagai
pekerjaan yang meletakan kening ke tanah dan juga bermakna sebagai bentuk menyembah.
Masjid merupakan simbol persatuan dan kesatuan umat islam. Supriyanto Abdullah (2003)
mengemukakan bahwa fungsi dari kedudukan masjid sangat beragam diantaranya: (1)
sebagai tempat beribadah, (2) sebagai saran untuk melakukan kegiatan pendidikan
kegamaan, (3) sebagai tempat untuk melakukan musyawarah, (4) sebagai tempat konsultasi
umat islam. Dalam perencanaan pembangunan masjid terdapat beberapa hal yang perlu
diperhatikan diantaranya (Zulina, 2013):
D. Penelitian Terdahulu
Penelitian terdahulu adalah sebuah kajian yang meninjau terhadap beberapa penelitian
terdahulu dan karya ilmiah yang membahas topik penelitian yang sama. Dengan demikian,
tujuannya untuk mengetahui sejauh mana penelitian sebelumnya dilakukan serta untuk
mengetahui persamaan dan perbedaan penelitian yang telah dilakukan dengan penelitian
yang akan dilakukan. Untuk mendukung penelitian ini, penulis melakukan kajian terhadap
penelitian-penelitian terdahulu sebagai bahan acuan untuk mendapatkan informasi yang
berkaitan dengan topik penelitian. Dalam hal ini, maka penulis mengkaji dan meninjau
beberapa karya ilmiah yang telah ditulis sebagai berikut.
Moch. Cholid Wardi menulis artikel ilmiah dengan judul penelitian Pencarian Dana Masjid
Di Jalan Raya Dalam Perspektif Hukum Islam, penelitiannya dilakukan pada tahun 2012.
Dalam penelitiannya Moch. Cholid Wardi membahas permasalahan tentang bagaimana
aktivitas pengorganisasian sumbangan di jalan raya dari perspektif islam. Jenis penelitian
yang digunakan oleh Moch. Cholid Wardi adalah penelitian studi pustaka atau literatur.
Adapun hasil penelitian yang dilakukan oleh Moch. Cholid Wardi adalah ditemukan bahwa: (1)
Menurut perspektif sumber hukum islam yaitu Al-Quran dan Hadits bahwa pentingnya
kegiatan memakmurkan masjid lebih diperintahkan daripada aktivitas membangun atau
renovasi masjid secara fisik. (2) Menurut pandangan islam bahwasanya aktivitas meminta
sumbangan tidak dibenarkan karena dapat berpotensi mempengaruhi posisi dan martabat
agama islam (Wardi, 2012).
Sari Kurnia Putri menulis artikel ilmiah dengan judul penelitian Tindakan Meminta
Sumbangan Di Jalanan Desa Lombang Dajah Kecamatan Blega Kabupaten Bangkalan.
Dalam penelitiannya Sari Kurnia Putri membahas permasalahan tentang bagaimana tindakan
para peminta sumbangan di jalanan Desa Lombang Dajah dalam kegiatan pengumpulan dana
pembangunan masjid. Jenis penelitian yang digunakan oleh Sari Kurnia Putri adalah
penelitian kualitatif dengan pendekatan deskriptif. Adapun hasil penelitian yang dilakukan oleh
Sari Kurnia Putri adalah ditemukan bahwa kegiatan meminta sumbangan yang dilakukan di
jalanan Desa Lombang Dajah dilatarbelakangi oleh keterbatasan dana pembangunan masjid,
oleh karena itu muncul sebuah ide untuk melakukan penggalangan dana melalui tindakan
meminta sumbangan di jalanan. Selain itu ditemukan bahwa tindakan para peminta
sumbangan termasuk kedalam bentuk orientasi tindakan baik itu tindakan rasional
instrumental, rasional nilai, afektif, ataupun tradisional (Putri, 2019).
Abdurrohman Kasdi menulis artikel ilmiah dengan judul penelitian Membangun
Kemandirian Melalui Filantropi Kaum Perempuan; Potensi Kedermawanan Untuk
Pemberdayaan Perempuan Indonesia. Dalam penelitiannya Abdurrohman Kasdi mengkaji
topik permasalahan mengenai bagaimana membangun kemandirian dan pemberdayaan
perempuan melalui kegiatan filantropi kaum perempuan. Jenis penelitian yang digunakan oleh
Abdurrohman Kasdi adalah penelitian kualitatif dengan pendekatan fenomenologi. Adapun
hasil penelitiannya adalah ditemukan bahwa bentuk kedermawanan perempuan Indonesia
mengalami perkembangan yang signifikan. Selain itu, dengan potensi yang dimiliki
bahwasanya kegiatan filantropi kaum perempuan menunjukan pentingnya memberikan
perhatian kepada masyarakat yang kekurangan dan membutuhkan bantuan. Hal ini berpotensi
untuk membangun kemandirian dengan mengoptimalkan kaum perempuan sebagai
pendukung atau donatur. Sehingga kontribusi perempuan signikan sebagai agen perubahan
sosial (Kasdi, 2019).
Dari hasil tinjauan pustaka ini, beberapa penelitian-penelitian terdahulu tersebut memiliki
kesamaan dengan kajian penelitian yang penulis lakukan, yaitu terletak pada topik
permasalahan mengenai penggalangan atau pencarian dana sumbangan yang dilakukan di
jalan raya. Namun dalam penelitian yang penulis lakukan terdapat aspek yang berbeda
dengan penelitian-penelitian terdahulu, yaitu pada penelitian-penelitian terdahulu hanya
membahas penggalangan dana pembangunan masjid yang dilakukan di jalan raya dengan
meninjau dari perspektif hukum positif dan hukum islam, juga pada beberapa penelitian
menelaah dan mengkaji kaitan antara peran perempuan dengan lembaga filantropi islam.
Sementara pada penelitian yang penulis lakukan menganalisis fenomena keterlibatan dari
kelompok perempuan dalam kegiatan penggalangan dana untuk pembangunan dan renovasi
masjid yang dilakukan di jalan raya. Dengan demikian, hal ini yang menunjukan letak
perbedaan penelitian penulis dengan penelitian-penelitian terdahulu.
E. Bagan Kerangka Berfikir
Keterlibatan
Perempuan
Kegiatan
Fundraising
Fundraising di Fundraising
jalan raya keliling
Pembangunan
masjid
Pengaruh
Masyarakat
Agama
BAB III
METODE PENELITIAN
B. Lokus Penelitian
Penelitian ini berlokasi di ruas jalan raya Rajagaluh-Prapatan tepatnya di Masjid Al-Ishlah
Desa Parungjaya Kecamatan Leuwimunding Kabupaten Majalengka, pada penelitian ini
berkaitan dengan permasalahan keterlibatan perempuan dalam kegiatan penggalangan dana
untuk pembangunan dan renovasi Masjid Al-Ishlah yang dilakukan di jalan raya. Alasan
penulis memilih lokasi penelitian tersebut, yaitu karena terdapat suatu kegiatan fundraising
atau penggalangan dana yang dilakukan di jalan raya, selain itu kegiatan tersebut merupakan
dibawah naungan program DKM masjid Al-Ishlah tujuannya dalam rangka mewujudkan
pembangunan masjid. Hal tersebut sesuai dengan tujuan penulis yakni terdapat keinginan
dalam mencari tahu lebih jauh mengenai keterlibatan perempuan dalam kegiatan fundraising
yang dilakukan di jalan raya. Lebih lanjut penulis menyampaikan bahwa hal itu sejalan dengan
salah satu tujuan penelitian yaitu menciptakan atau menemukan suatu pengetahuan yang
baru, oleh karena itu penulis mengambil lokasi penelitian tersebut diharapkan sedikitnya dapat
memberikan gambaran mengenai keterlibatan perempuan dalam kegiatan fundraising di jalan
raya.
C. Informan Penelitian
Berdasarkan dari penjelasan yang telah diuraikan, dapat ditarik kesimpulan bahwa
tujuannya adalah supaya mendapatkan informasi yang menyeluruh, akurat dan detail
mengenai pembahasan masalah penelitian yang akan diteliti. Selain itu, penelitian kualitatif
dalam menentukan sampel tidak didasarkan pada perhitungan statistik melainkan berfungsi
untuk mendapatkan informasi yang akurat dan menyeluruh, bukan untuk digeneralisasikan
(Ibrahim, 2018). Dalam penelitian kualitatif ini penulis menentukan informan penelitian dengan
berjumlah 4 orang yaitu 1 informan kunci yakni sebagai ketua DKM masjid Al-Ishlah dan 3
informan utama yakni perempuan yang terlibat kegiatan penggalangan dana.
Dalam penelitian ini, teknik pengumpulan data memiliki fungsi dan peran yang penting
dalam sebuah penelitian karena akan menentukan kualitas dari penelitian yang dilakukan.
Adapun teknik pengumpulan data yang penulis gunakan yaitu sebagai berikut:
Bogdan dalam Sugiyono (2009) mengemukakan bahwa analisis data merupakan proses
mencari dan menyusun data secara sistematis yang diperoleh dari lokasi penelitian melalui
teknik wawancara, catatan lapangan dan lain-lain. Miles dan Haberman dalam Ibrahim (2018)
mengemukakan bahwa aktivitas dalam analisis data kualitatif dilakukan secara interaktif dan
terus-menerus hingga tuntas, sampai datanya jenuh. Adapun langkah-langkah dalam
melakukan analisis data yaitu sebagai berikut:
1. Reduksi data atau Reduction Data merupakan suatu proses memilih hal-hal pokok,
meringkas dan mengumpulkan data sesuai kebutuhan. Adapun jika data tersebut tela
direduksi maka akan memberikan suatu gambaran yang detail dan akan
mempermudah penulis dalam menyajikan data.
2. Penyajian data atau Display Data merupakan suatu proses menyajikan data dalam
bentuk uraian kalimat yang singkat. Apabila telah dilakukan penyajian data maka akan
memudahkan penulis untuk memahami realitas yang terjadi sehingga penulis akan
merencanakan aktivitas selanjutnya.
3. Memverifikasi data atau Conclusion Data merupakan suatu proses yang dikerjakan
dengan tujuan untuk mendapatkan gambaran berupa kesimpulan tentang data yang
telah dikumpulkan serta dapat berfungsi untuk menjawab rumusan masalah penelitian.
F. Teknik Validasi Data
Validasi data merupakan suatu usaha yang dilakukan untuk memperkuat data-data yang
didapatkan, adapun usaha tersebut dilakukan dengan cara menganalisis, memeriksa data,
mencari dan menemukan apa yang penting sesuai dengan kebutuhan penelitian. Dalam
penelitian ini, teknik validasi data yang digunakan adalah triangulasi sumber. Triangulasi data
merupakan metode yang digunakan untuk memeriksa keabsahan atau verifikasi data.
Triangulasi sumber bertujuan untuk menguji keabsahan data yang diperoleh dari beberapa
sumber dalam artian jika sumber tersebut meragukan, maka harus mencari data dari sumber
lain.
BAB IV
Masjid Al-Ishlah awalnya merupakan sebuah mushola kecil yang berada di belakang
SMPN 3 Leuwimunding. Kemudian seiring berjalannya waktu juga dikarenakan masjidnya
tidak terlihat, jadi pada akhirnya masjid tersebut sedikit demi sedikit di bangun kembali
yang lokasinya di samping SMPN 3 Leuwimunding dan sekarang letaknya berada di pinggir
jalan. Disamping itu bangunan awal masjid Al-Ishlah sangat memperihatinkan, karena
fasilitas yang ada masih kurang baik untuk kegiatan syiar islam dan ibadah. Hal itu
ditunjukan dengan sarana yang kurang bahwasanya lantai sebelumnya masih berbentuk
tanah dan hanya memakai alas terpal untuk menutupi tanah tersebut, akibatnya hal
tersebut menurut masyarakat perlu adanya perubahan bangunan masjid untuk
kenyamanan dalam hal beribadah kepada Allah SWT.
2. Letak Geografis
Masjid Al-Islah berkapasitas sekitar 900 orang jamaah dan dibangun diatas lahan
sekuas kurang lebih 600 meter persegi. Masjid Al-Ishlah berada di Jalan Raya Rajagaluh-
Prapatan tepatnya di Desa Parungjaya Kecamatan Leuwimunding Kabupaten Majalengka.
Menjadikan Masjid Al-Ishlah sebagai pusat syiar islam dan sosial kemasyarakatan
dalam rangka meningkatkan keimanan dan ketaqwaan.
Masjid Al-Ishlah telah dimodifikasi bukan hanya sebagai tempat beribadah melainkan
juga dapat digunakan sebagai kegiatan sosial kemasyarakat. Lebih jelasnya program-
program dan kegiatan-kegiatan yang dilakukan di Masjid Al-Ishlah diantaranya yaitu
sebagai berikut:
Dalam sebuah lembaga atau organisasi maka proses pengorganisasian itu sangat
diperlukan. Pengorganisasian dapat diartikan sebagai suatu kegiatan yang berisi
pendelegasian pengurus dan tanggung jawab pekerjaannya. Sesuai dengan hal itu, masjid
Al-Ishlah dalam hal ini telah melakukan pembentukan pengurus disertai dengan pembagian
tanggung jawab kepada masing-masing pengurus atau divisi. Sehingga pada saat
pelaksanaannya diharapkan setiap divisi atau pengurus mampu mengemban amanah
dengan baik serta dapat melaksanakan seluruh kegiatan yang telah diagendakan atau
direncanakan sebelumnya.
Masjid Al-Ishlah Parungjaya dalam hal ini memiliki beberapa sarana dan prasarana
sedikitnya dapat bermanfaat dan dibutuhkan oleh para jamaah, adapun sarana dan
prasarana yang dimiliki masjid Al-Ishlah diantaranya yaitu sebagai berikut:
a. Ruang ibadah
Ruang ibadah merupakan sebuah tempat yang disediakan untuk
melaksanakan berbagai kegiatan yang sifatnya adalah beribadah kepada Allah
SWT. Misalnya ibadah sholat fardhu, sholat Jumat, sholat idul fitri dan idul adha
serta kegiatan-kegiatan keagamaan dan pendidikan lainya seperti kegiatan
pengajian rutinan. Ruang ibadah yang dimiliki masjid Al-Ishlah tergolong sangat
luas dengan ruang ibadah pendukung yang berada di lantai dua, dalam hal ini
bertujuan supaya jamaah merasa nyaman dan tidak terbatas apabila tidak
mendapatkan tempat ketika melaksanakan ibadah. Disamping itu, ruang ibadah
pada masjid Al-Ishlah dapat dikatakan memiliki fasilitas yang lengkap, hal ini
dibuktikan dengan adanya sound system yang baik, kipas angin, mimbar untuk
khotib, karpet yang bersih disertai pembatasan shaf (barisan), adanya kotak amal
serta tempat penyimpanan Al-Quran dan peralatan sholat.
b. Tempat wudhu dan toilet
Tempat wudhu dan toilet yang dimiliki oleh masjid Al-Ishlah umumnya
mempunyai dua ketegori yakni penyediaan fasilitas tempat wudhu dan toilet untuk
laki-laki dan untuk perempuan. Antara jamaah laki-laki dan jamaah perempuan
mempunyai hak yang sama dalam mendapatkan akses yang nyaman dan bersih.
Pelayanan yang disediakan oleh masjid Al-Ishlah sangat memperhatikan pada
aspek keamanan dan kenyamanan yakni antara fasilitas tempat wudhu dan toilet
untuk laki-laki dan perempuan sama-sama bersifat tertutup karena dalam agama
islam hal ini sangat berpengaruh dan menyangkut aurat jamaah yang harus
tertutup.
c. Gudang
Masjid Al-Ishlah memiliki sebuah ruangan yang digunakan sebagai gudang.
Adapun keberadaan sebuah gudang ini memiliki fungsi untuk menyimpan barang-
barang inventaris yang dimiliki oleh masjid Al-Ishlah, barang-barang tersebut
terkadang digunakan hanya pada waktu-waktu tertentu saja, kemudian sebagai
upaya perawatan dan penyimpanan maka barang-barang tersebut disimpan dan
dikumpulkan digudang.
d. Ruang sekretariat
Ruang sekretariat ini secara fungsinya hampir sama dengan gudang. Namun
pada ruang sekretariat ini lebih berkaitan dengan barang-barang yang bersifat
administrasi, arsip-arsip maupun dokumen yang dimiliki masjid Al-Ishlah. Dalam
sebuah masjid ruangan tersebut lebih dikenal dengan ruang sekretariat atau kantor
masjid.
e. Tempat parkir yang luas
Bagi para jamaah yang membawa kendaraan yang hendak melakukan ibadah
dapat menyimpan kendaraannya di halaman masjid Al-Ishlah. Masjid Al-Ishlah
memiliki tempat parkir yang cukup luas hal ini merupakan salah satu upaya untuk
membuat para jamaah merasa nyaman dan aman dalam melakukan ibadah kepada
Allah SWT tanpa memikirkan kendaraannya.
Masjid merupakan sebuah ruang atau tempat yang biasa dilakukan untuk kegiatan
sarana beribadah umat islam. Disamping itu masjid juga merupakan sebuah organisasi,
yang mana organisasi ini adalah sebuah wadah yang terstruktur dan mempunyai suatu
tujuan bersama dengan melibatkan partisipasi masyarakat. Sebagai sebuah organisasi,
tentunya masjid mempunyai strategi serta rancangan yang bertujuan untuk
mengembangkan masyarakat dalam aspek sosial dan keagamaan dengan memposisikan
masjidn sebagai pusat syiar islam dan sosial kemasyarakatan dalam rangka meningkatkan
keimanan dan ketaqwaan.
Dalam sebuah masjid, pelaku organisasi sering disebut sebagai pengurus masjid.
Seorang pengurus masjid mempunyai tugas pokok yaitu memakmurkan masjid, dalam
kaitannya pengurus masjid lazim disebut sebagau takmir masjid atau yang lebih dikenal
dengan sebutan DKM (Dewan Kemakmuran Masjid). DKM ini yang memegang tanggung
jawab untuk mewujudkan sebuah masjid yang baik, salah satunya dengan melaksanakan
seluruh administrasi dan mengatur masjid sebagaimana masjid disebut sebagai organisasi.
a. Perencanaan
Dalam sebuah organisasi, perencanaan sangat penting dan diperlukan
untuk mewujudkan suatu tujuan tertentu. Layaknya sebuah organisasi, masjid Al-
Ishlah dalam mewujudkan sebuah tujuan yakni pembangunan masjid dengan
memperluas ruang ibadah tentunya mempunyai sebuah perencanaan yang telah
disiapkan. Untuk keberlangsungan proses pembangunan masjid maka DKM
masjid Al-Ishlah sebelumnya telah melakukan rapat koordinasi bersama dengan
masyarakat seperti ketua RT dan RW serta juga melibatkan pihak desa untuk
membahas mengenai pembangunan masjid dengan memperhatikan anggaran
biaya yang dibutuhkan.
Berbicara mengenai anggaran biaya maka DKM Al-Ishlah telah
merencanakan beberapa kegiatan untuk proses pembangunan masjid. Disamping
itu, dalam prosesnya DKM masjid Al-Ishlah merencanakan sebuah kegiatan yang
inovatif dalam strategi pengumpulan dana yang bertujuan untuk membantu
kelancaran pembangunan masjid. Selain itu dalam hal kegiatan pengumpulan
dana yang biasa telah berjalan sebagaimana mestinya yaitu dengan kegiatan
pengumpulan dana harian dan mingguan seperti infaq dan sedekah dari jamaah
sholat fardhu dan sholat jumat.
Dalam hal kegiatan pengumpulan dana harian dan mingguan ini hasilnya
tidak seluruhnya dialokasikan untuk pembangunan masjid, namun DKM masjid Al-
Ishlah lebih mengutamakan hasilnya tersebut untuk program syiar islam (dakwah),
sosial kemasyarakatan dan perawatan masjid, oleh karena itu apabila terdapat
dana yang lebih maka akan disalurkan untuk membantu kelancaran pembangunan
masjid. Sedangkan untuk kegiatan penggalangan dana dengan cara yang lain
yaitu DKM masjid Al-Ishlah telah merencanakan suatu kegiatan yang melibatkan
masyarakat yaitu kegiatan penggalangan dana di jalan raya yang dilakukan oleh
sekelompok perempuan dan kegiatan penggalangan dana keliling atau di
lingkungan masyarakat Desa Parungjaya.
Sebagaimana istilah perencanaan menurut T. Hani Handoko
mengemukakan bahwa perencanaan merupakan suatu pemilihan kegiatan dan
untuk memutuskan kegiatan selanjutnya apa yang harus dilakukan, kapan,
bagaimana dan oleh siapa. Dalam hal ini antara teori dan hasil temuan penulis
terdapat kesesuaian. Yang mana dalam perencanaannya DKM masjid Al-Ishlah
telah merencanakan suatu kegiatan yang akan dilaksanakan pada waktunya. Hal
ini sesuai dengan teori perencanaan menurut T. Hani Handoko seperti yang telah
diuraikan diatas.
b. Pengorganisasian
Setelah tahap perencanaan tersusun maka selanjutnya dilakukan proses
pembagian tugas atau yang dimaksud dengan pengorganisasian. Dalam
pengorganisasian selain telah terbentuknya organisasi DKM masjid Al-Ishlah,
namun untuk tujuan pembangunan masjid ketua DKM masjid Al-Ishlah melakukan
pembentukan pengurus beserta pembagian kerja dan tanggung jawabnya.
Pengurus ini dikelompokan ke dalam sebuah organisasi yang disebut sebagai tim
pembangunan.
Tim pembangunan ini masih dibawah organisasi DKM masjid Al-Ishlah,
namun supaya tidak terbentur antara tujuan kemakmuran masjid dan
pembangunan masjid, maka dibentuk sebuah organisasi tersebut. Selain itu
pembentukan tim pembangunan ini bertujuan untuk memisahkan tanggung jawab
dan wewenang supaya tidak tumpang tindih antara melaksanakan pekerjaan DKM
masjid Al-Ishlah dan pembangunan masjid. Dalam upaya memaksimalkan
kegiatan penggalangan dana yang akan disalurkan untuk pembangunan majsid,
maka DKM masjid Al-Ishlah dalam hal ini melakukan pembagian kerja sesuai
dengan unit kerja yang telah dibentuk. Tim pembangunan tersebut terdiri dari:
1. Ketua
2. Sekretaris
3. Bendahara pembangunan
4. Koordinator fundraising di jalan raya
5. Koordinator fundraising keliling di lingkungan masyarakat
c. Penggerakan
Masjid Al-Ishlah dalam upaya merealisasikan kegiatan fundraising yang
telah direncanakan, maka tim pembangunan setiap divisinya yang telah memiliki
tanggung jawab dan wewenang masing-masing harus melaksanakan sebuah
penggerakan. Penggerakan ini dilakukan oleh tim pembangunan dibawah arahan
DKM masjid Al-Ishlah, yaitu para pengurus pada setiap divisinya bekerja sesuai
bidang mereka dengan disertai pengarahan dan masukan-masukan yang
diberikan kepada setiap divisi atau bidang masing-masing. Sebagaimana tujuan
utamanya dari proses kegiatan fundraising yaitu untuk pembangunan masjid, oleh
karena itu atas dasar pengarahan, perintah dan bimbingan dari DKM masjid Al-
Ishlah maka dalam pelaksanaannya tim pembangunan berusaha untuk
melakukannya sesuai dengan bidang atau divisinya masing-masing. Adapun
dalam pelaksanaannya tim pembangunan melaksanakan tugas dan wewenangnya
yaitu sebagai berikut:
d. Pengawasan
Setelah tahap sebelumnya yakni perencanaan, pengorganisasian dan
penggerakan dilakukan, selanjutnya yaitu pengawasan atau (controlling). Dalam
sebuah organisasi tak terkecuali sebuah masjid pengawasan ini sangat penting
dan diperlukan untuk mengetahui kinerja anggota dan pelaksanaan kegiatan yang
terealisasi ataupun tidak. Dalam pelaksanaannya DKM masjid Al-Ishlah dan tim
pembangunan melaksanakan pengawasan secara rutin dengan baik yaitu dengan
melakukan kegiatan rapat evaluasi.
Dalam kegiatan rapat evaluasi yang dilakukan oleh DKM masjid Al-Ishlah
dan tim pembangunan ini bertujuan untuk mengawasi dan mengontrol pekerjaan
yang telah diamanhkan pada masing-masing anggota. Pada rapat evaluasi ini, jika
terdapat kekeliruan atau kesalahan dapat segera dilakukan perbaikan dan mencari
solusinya bersama-sama. Pengawasan yang dilakukan oleh DKM masjid Al-Ishlah
Parugjaya telah sesuai dengan apa yang dikemukakan oleh Henry Fayol yang
dikutip oleh A.M Kadarman bahwa pengawasan adalah suatu usaha yang
dilaksanakan dengan tujuan untuk memastikan bahwa seluruh kegiatannya
berjalan dan sesuai dengan rencana yang telah ditentukan, perintah yang telah
diberikan dan tujuan yang telah ditetapkan.
Dalam aktivitas penggalangan dana atau fundraising maka dibutuhkan proses atau
tahapan-tahapan yang harus dilakukan sebelum masuk pada tindakan (action) nyata atau
kegiatan dari fundraising itu sendiri. Masjid Al-Ishlah sebelumnya telah melakukan
beberapa proses atau tahapan dalam upaya aktivitas fundraising, maka kali ini masjid Al-
Ishlah melaksanakan kegiatan fundraising yang telah direncanakan dan ditetapkan
sebelumnya. Kegiatan fundraising umumnya biasa disebut juga sebagai aktivitas atau
tindakan dalam upaya mengumpulkan dana dari masyarakat, berkaitan dengan sebuah
masjid maka penggalangan dana yang dilakukan hanya bertujuan untuk pembangunan
masjid.
Kegiatan fundraising ini dilakukan dari pukul 08.00-15.00, dalam hal ini
kegiatan tersebut biasanya rutin dilakukan selama enam hari dalam satu minggu,
hanya pada hari jumat kegiatan tersebut libur karena waktunya sempit dan
berdekatan dengan persiapan ibadah sholat jumat di masjid Al-Ishlah. Kegiatan ini
dilakukan oleh lima blok dalam waktu enam hari dengan waktu kegiatannya
bergantian setiap harinya. Jadi misalnya pada hari sabtu dilakukan oleh blok wage
maka untuk hari-hari selanjutnya bergantian dengan blok lain, sehingga
pembagian kerja ini sifatnya berputar. Sedangkan untuk petugasnya itu adalah
perempuan, namun hal ini menekankan bahwa kegiatan ini tidak bersifat memaksa
artinya bagi siapa saja yang berkeinginan terlibat dalam kegiatan fundraising,
maka tinggal mengikuti kegiatan fundraising di jalan raya. Adapun dalam
kegiatannya para perempuan petugas penggalangan dana diberikan upah sebesar
Rp. 20.000 disertai dengan pemberian nasi makan
Keterlibatan artinya keadaan terlibat. Maksud dari terlibat yaitu adanya keikutsertaan
individu atau berperan dalam sebuah kegiatan atau aktivitas pada situasi tertentu. Keterlibatan
sosial perempuan merupakan suatu kondisi perempuan yang berperan dalam kehidupan
masyarakat. Aspek keterlibatan sosial perempuan tidak hanya kehidupan politik dan sosial,
namun kondisi dimana perempuan ikut serta dalam kehidupan umum. Dalam hal ini konsep
keterlibatan berkaitan dengan sebuah kegiatan masyarakat yaitu kegiatan fundraising yang
dilakukan di jalan raya. Kegiatan fundraising ini merupakan sebuah program kegiatan yang
dilakukan oleh tim pembangunan masjid Al-Ishlah, tujuannya yaitu untuk mengumpulkan dana
sebanyak-banyaknya dan dialokasikan untuk pembangunan masjid.
Dari hasil penelitian yang telah dilakukan bahwa keterlibatan perempuan dalam kegiatan
fundraising bersifat partisipatif. Artinya peran tersebut diberikan oleh perempuan dengan
memberikan sumbangan tenaganya yang sangat berguna untuk keberlangsungan kegiatan
fundraising di jalan raya. Keterlibatan perempuan dalam kegiatan fundraising di jalan raya
dilakukan karena adanya dukungan dan dorongan dari tokoh masyarakat atau tokoh ulama
setempat yang sekaligus merupakan pengurus DKM masjid Al-Ishlah. Hal tersebut dijelaskan
dengan hasil wawancara dengan informan SR (27/11/2022), beliau mengatakan:
“Kebetulan saya mah gapunya anak kecil a, soalnya kata pa ustad juga sok siapa aja
yang mau ikutan silahkan ikut, jadinya ya saya ikut. Karena gaada anak kecil juga a
jadinya saya mau aja, kebetulan suami juga jauh kerja di Bandung. Kasian juga saya
mah a, kan ini juga biar pembangunan masjidnya cepat beres.”
Hal tersebut senada dengan penjelasan hasil wawancara dengan informan yang lain yaitu
wawancara dengan informan SY (30/11/2022), beliau mengatakan:
“Kalau saya, dibilang mau atau engganya ya mau gamau si soalnya disuruh juga sama
pa ustad, terus pengurus DKM. Karena saya sehari-harinya cuma ibu rumah tangga
gaada kerjaan jadi ikutan ajalah, terus ya karena suami saya juga ikutan terlibat
jadinya ya mau.”
Berdasarkan penjelasan dari informan di atas dapat ditarik kesimpulan sementara bahwa
keterlibatan perempuan dalam kegiatan fundraising ini terdapat suatu dorongan dari
masyarakat terutama dari pihak tokoh agama atau ulama di Desa Parungjaya. Sehingga hal
ini merupakan salah satu faktor yang menyebabkan perempuan terlibat dalam kegiatan
fundraising di jalan raya. Dalam hal ini dorongan dari tokoh agama tersebut tentunya sangat
mempengaruhi pemikiran dari perempuan. Sedangkan masyarakat apabila yang memerintah
adalah tokoh agama atau ulama, maka sikap yang ditunjukan oleh masyarakat terkesan
menerima dan sulit untuk menolaknya namun hal ini juga dari pihak tokoh agama tidak bersifat
memaksa, artinya kegiatan ini memberikan kesempatan kepada masyarakat terutama
perempuan untuk ikut serta dalam sebuah kegiatan.
Selain itu, terdapat adanya faktor lain yang menyebabkan perempuan terlibat dalam
kegiatan fundraising di jalanan yaitu salah satunya timbul dari keinginan yang diniatkan ibadah
untuk mencari pahala dari Allah SWT. Hal itu sesuai dan relevan dengan apa yang dikatakan
oleh informan SR (27/11/2022), bahwasanya beliau mengatakan:
“Buat ngisi waktu luang a, terus kalo di jalan bisa lihat apa aja a itung-itung buat
mencerahkan pikiran. Kalo saya berhenti nanti engga ada yang ganti a, soalnya
engga ada yang mau a ikutan ginian itu, jadi saya mah mau aja lumayan dapat pahala
dari Allah SWT.”
Selanjutnya hal tersebut senada dengan apa yang dikatakan oleh informan yang lain,
maka dari hasil wawancara dnegan informan SY (30/11/2022), beliau mengatakan:
“Saya mah emang disuruh sama pa ustad, pa haji tapi ya saya juga ikutan nyair ini ya
ada keinginan sendiri, jadi diniatkan buat nyari amalan dan barokahnya, kan kita gatau
semoga aja bisa jadi ladang pahala dari Allah SWT.”
“Kebetulan saya menganggur engga ada pekerjaan juga, bicara upah yang dikasih
mah tidak terlalu dipikirkan, karena saya ikut kegiatan ini diniatkan buat ibadah aja, ya
semoga aja dapat pahala dari Allah SWT.”
Berdasarkan penjelasan dari informan tersebut, maka dapat ditarik kesimpulan sementara
bahwa terdapat faktor kuat yang menyebabkan perempuan terlibat dalam kegiatan
fundraising di jalan raya, yaitu persepsi perempuan yang selalu menganggap kegiatan
tersebut diniatkan ibadah yang semata-mata mencari pahala atau balasan dari Allah SWT.
Dalam hal ini terdapat kesinambungan dengan faktor penyebab yang sebelumnya,
dikarenakan adanya dorongan dan dukungan yang kuat dari tokoh agama maka apa yang
diungkapkannya dapat mengubah persepsi perempuan yang mengarah pada kegiatan yang
diniatkan untuk ibadah dan mencari pahala dari Allah SWT.
Dari penjelasan hasil wawancara tersebut dapat dibuktikan bahwa perempuan yang
terlibat dalam kegiatan fundraising di jalan raya memang benar adanya bahwa perempuan
tersebut ikut serta murni hanya diniatkan untuk ibadah dan mencari pahala dari Allah SWT.
Artinya walaupun dalam kegiatan tersebut terdapat upah atau komisi yang diberikan namun
hal itu bukan menjadi suatu alasan perempuan untuk terlibat dalam kegiatan fundraising di
jalan raya. Hal ini diperkuat dengan pernyataan hasil wawancara dengan informan SR
(27/11/2022), beliau mengatakan:
“Susah nyari sumbangan di jalanan itu, gampang-gampang susah a. Saya mah engga
ngejar komisi, engga nyari komisi soalnya komisinya juga ga seberapa lah komisinya
juga kecil.”
Berdasarkan data yang diperoleh penulis dari informan bahwa keterlibatan perempuan
dalam kegiatan fundraising di jalan raya tentunya memberikan beberapa pernyataan yang
berbeda-beda. Namun dari penjelasan yang telah diuraikan dapat ditarik kesimpulan bahwa
faktor yang menyebabkan perempuan ikut serta dalam kegiatan tersebut adalah adanya
persepsi dari perempuan yang beranggapan bahwa kegiatan tersebut dijadikan sebagai
ladang untuk menccari pahala, lebih lanjut bahwa komisi atau upah yang didapat nampaknya
tidak terlalu berpengaruh bagi perempuan, karena mereka mengikuti kegiatan fundraising di
jalan raya diibaratkan hanya untuk beribadah kepada Allah SWT. Oleh karena itu, perempuan
yang memberikan sumbangan tenaganya untuk terlibat dalam kegiatan fundraising di jalan
raya adalah merupakan suatu bentuk peran yang partisipatif karena dalam hal ini sedikitnya
dapat membantu mencapai tujuan yaitu kelancaran pembangunan masjid.
Dalam pelaksanannya perempuan yang terlibat dalam kegiatan fundraising di jalan raya
setidaknya sering memiliki keluhan yang dialami, artinya bukan berarti perempuan yang
terlibat dalam kegiatan tersebut merasa baik namun ternyata terdapat sisi keluhan yang
dirasakan oleh perempuan tersebut. Keluhan yang dirasakan oleh perempuan yang terlibat
dalam kegiatan tersebut berbentuk permasalahan yang dirasakan oleh anggota tubuhnya. Hal
ini sejalan dengan pernyataan hasil wawancara dengan informan SR (27/11/2022), beliau
mengatakan:
“Kalau ikutan nyair itu kadang suka perih matanya, karena banyak mobil motor yang
lewat, jadi banyak polusi, asap kendaraan jadinya suka perih matanya. mau pakai
kacamata disangkanya gaya jadi gausah lah mending biasa aja, kalo panas juga ya
gitu karena gaada yang mau si mau gimana lagi.”
Pernyataan tersebut kemudian selanjutnya disampaikan oleh salah satu informan yang
lain, dalam hal ini berdasarkan wawancara dengan inform SY (30/11/2022), beliau
mengatakan:
Dalam hal ini lebih lanjut diperkuat oleh penyataan hasil wawancara dengan informan lain,
yakni wawancara dengan informan IW (4/12/2022), beliau mengatakan:
“Ya pas awal-awal ikutan kegiatan nyair mah saya kaget ko tiba-tiba badan suka sakit
terutama kepala saya terasa pusing sakit kepala. Terus kadang juga perut saya perih,
tapi makin kesini mah ya sudah jarang si sakit kepala karena sudah terbiasa juga jadi
ya biasa aja.”
Berdasarkan uraian hasil wawancara dengan informan maka diperoleh sebuah data
bahwa perempuan yang terlibat dalam kegiatan fundraising di jalan raya sedikitnya
merasakan dampak negatif dari keikutsertaannya dalam kegiatan penggalangan dana
tersebut. Keterlibatan perempuan dalam kegiatan fundraising di jalan raya yang tidak berjalan
dengan baik maka akan berpengaruh terhadap pelaksanaan kegiatan fundraising tersebut,
dalam hal ini ketika perempuan penggalang dana mempunyai keluhan yang dirasakan dalam
artian kondisi tubuhnya kurang fit, maka tentunya akan mengganggu proses keberlangsungan
kegiatan fundraising tersebut. Selain itu jika perempuan memaksakan, tentunya tidak baik
untuk kondisi tubuhnya sehingga akan menimbulkan dampak negatif yang berlebih.
Keterlibatan perempuan dalam kegiatan fundraising yang dilakukan di jalan raya sangat
membantu, dalam hal ini partisipasi aktif dari perempuan secara pelaksanaannya sangat
efektif dan mampu mendatangkan pendapatan yang akan berguna untuk pembiayaan
pembangunan masjid. Keterlibatan perempuan ini dalam pelaksanaannya yaitu dimulai pada
pukul 08.00-15.00, lebih lanjut dalam kegiatanya setiap perempuan duduk disebuah kursi
yang telah disediakan dan diletakan di pinggir jalan raya. Dengan sambil memegang jaring
yang berfungsi untuk menyimpan uang dari para pengendara, mereka juga melakukan
sebuah ajakan kepada para pengendara yang lewat dengan tujuan supaya masyarakat atau
pengendara yang lewat dapat melemparkan uangnya ke dalam jaring, dalam artian
masyarakat diharapkan menyisihkan sebagian rezekinya untuk berpartisipasi dalam bentuk
materi yang akan digunakan sebagai biaya pembangunan masjid.
Namun seluruh perempuan yang terlibat tidak diikutsertakan dalam mengelola keuangan
dalam artian tidak terlibat dalam kegiatan penghitungan hasil yang didapatkan. Oleh karena
itu hal ini dapat dibuktikan dengan hasil temuan dilapangan yang diperoleh melalui kegiatan
wawancara dengan salah satu informan yaitu informan SR (27/11/2022), bahwsanya beliau
mengatakan:
“Kalo hasil nyair biasanya langsung dikumpulin ke ketua, karena kan gini a jadi
kegiatan nyair ini kan misal dilakukan dari pagi sampe siang, jadi pas siangnya itu
langsung dikumpulin ke pak haji, kan pak haji yang jadi ketuanya. Kalo saya biasanya
langsung pulang, begitu uang disetorkan ke ketua saya mah ga ikut campur karena itu
mah bagian tugasnya ketua a.”
Sejalan dengan hal itu terdapat anggapan yang lain dari para perempuan bahwasanya
kegiatan fundraising tersebut diibaratkan sebagai salah satu bentuk ibadah kepada Allah
SWT, kemudian hal itu diperkuat juga dengan tujuan dari kegiatan fundraising yaitu untuk
pembangunan masjid, maka dalam rangka berniat untuk memakmurkan masjid maka para
perempuan yang terlibat dalam kegiatan tersebut melakukannya dengan ikhlas dan
menerimanya, dalam artian walaupun terdapat adanya upah atau komisi yang diberikan tetapi
para perempuan ini tidak terlalu berpengaruh atas upah yang diberikan tersebut. Dari uraian
tersebut dapat ditarik kesimpulan bahwa para perempuan tersebut melakukan kegiatan
fundraising dengan senang hati dan tidak merasa tertekan, juga keinginannya terlibat bukan
didasari oleh pemberian upah namun yang berpengaruh adalah keadaan dorongan dari
aspek agama, masyarakat dan dirinya sendiri.
Dari hasil penelitian yang diperoleh bahwasanya terdapat adanya kesesuaian dengan
sebuah teori peran partisipatif yang dikemukakan oleh Soekanto. Menurutnya peran
partisipatif merupakan sebuah aktivitas yang berperan dan diberikan oleh sebuah kelompok
kepada anggota kelompok dalam rangka mencapai sebuah tujuan dengan menekankan pada
aspek kebutuhan. Dalam hal ini sesuai dengan hasil yang ditemukan bahwa peran partisipatif
perempuan dalam penggalangan dana yang dilakukan di jalan raya dapat diartikan sebagai
keterlibatan atau keikutsertaan dan mengambil bagian sebagai petugas penggalang dana
dalam upaya mendapatkan dana dari masyarakat dan pengendara yang melewati jalan raya
Desa Parungjaya. Tentunya keterlibatan perempuan ini telah direncanakan sebelumnya
sehingga pada saat pelaksanaan sudah sesuai arahnya. Selain itu peran partisipatif ini
dijalankan oleh seluruh perempuan yang terlibat dalam kegiatan fundraising di jalan raya. Hal
ini ditunjukan oleh para perempuan dengan sikap yang konsisten dan ikhlas dalam
melakukan kegiatan tersebut, sebagai upaya dalam membantu mempercepat kegiatan
pembangunan masjid supaya segera selesai.
BAB V
A. Kesimpulan
Masjid Al-Ishlah dalam hal ini Dewan Kemakmuran Masjid (DKM) telah melakukan
beberapa proses dalam upaya pelaksanaan kegiatan fundraising yang bertujuan untuk
pembangunan masjid. Dalam hal ini DKM masjid Al-Ishlah telah memulai proses atau tahapan
yang dimulai dari tahap perencanaan dengan ditunjukan dengan adanya rapat koordinasi
dengan masyarakat terutama ketua RT dan RW dengan membahas mengenai pembangunan
masjid dan strategi kegiatan yang akan dilakukan dalam upaya mendapatkan dana bantuan
dari masyarakat. Kemudian tahap pengorganisasian, dalam hal ini DKM masjid Al-Ishlah
membentuk sebuah tim yang disebut tim pembangunan, tujuannya adalah supaya proses
pelaksanaan pembangunan masjid dapat terstruktur dan terarah. Untuk memudahkan
pembagian tugas dan tanggung jawab maka dalam sebuah tim pembangunan terdiri dari
beberapa divisi atau struktur tim pembangunan yaitu ketua pembangunan, sekretaris
pembangunan, bendahara pembangunan, koordinator fundraising yang dilakukan di jalan
raya, serta koordinator fundraising keliling di lingkungan masyarakat. Kemudian selanjutnya
tahap penggerakan, dalam hal ini merupakan aksi tindak lanjut dari pembentukan tim
pembangunan. setiap pengurus dan anggota tim pembangunan untuk selalu berkoordinasi
dengan antar divisi dan melaksanakan tugas dan tanggung jawabnya masing-masing. Tahap
yang terakhir yaitu pengawasan, dalam tahap ini ditunjukan dengan pelaksanaan sebuah
rapat evaluasi yang dilakukan saat pelaksanaan setiap step selesai dan menuju ke step
berikutnya. Adapun setelah proses atau tahapan dilakukan, maka selanjutnya implementasi
dalam bentuk aksi atau tindaka dalam merealisasikan dua metode fundraising yang diterapkan
oleh DKM masjid Al-Ishlah. Kegiatan tersebut yaitu kegiatan fundraising di jalan dan kegiatan
fundraising keliling di lingkungan masyarakat.
Keterlibatan perempuan dalam kegiatan fundraising di jalan raya cukup baik dan efektif
serta dalam hal ini sangat membantu dalam rangka berjalannya kegiatan tersebut. Para
perempuan dalam hal ini terlibat dalam kegiatan tersebut tentunya dilakukan dengan atas
keinginan sendiri juga mendapat dukungan sosial dari masyarakat sehingga dukungan
tersebut akan mempengaruhi persepsi dan pandangan para perempuan. Adapun aspek yang
mempengaruhi para perempuan yaitu aspek masyarakat dan agama. Keterlibatan perempuan
dalam fundraising bentuk partisipasinya hanya dalam kegiatan fundraising berlangsung.
Namun dalam kegiatan yang lain kehadiran perempuan nampaknya kurang terlalu dilibatkan.
Dalam hal ini kegiatan yang lain maksudnya kegiatan penghitungan hasil yang telah
didapatkan dari kegiatan fundraising di jalan raya. Dalam pelaksanaannya perempuan
penggalang dana tidak mendapatkan akses dan kontrol dalam aktivitas mengelola keuangan
terutama kegiatan penghitungan dana yang didapatkan. Lebih lanjut bahwa keterlibatan
perempuan ini dapat juga disebut sebagai peran partisipatif. Artinya keterlibatan atau
keikutsertaan perempuan dalam kegiatan fundraising dan mengambil bagian sebagai petugas
penggalang dana dalam upaya mendapatkan dana dari masyarakat dan pengendara yang
melewati jalan raya Desa Parungjaya.
B. Saran
Berdasarkan hasil penelitian yang diperoleh, maka dalam rangka menuju ke arah yang
lebih baik. Penulis sampaikan saran yang membangun kepada masjid Al-Ishlah terutama
pihak DKM masjid Al-Ishlah, yaitu pihak DKM masjid Al-Ishlah diharapkan lebih
memaksimalkan kinerjanya dan mengoptimalkan sumberdaya manusia yang telah terbentuk,
dalam hal kegiatan fundraising yang telah diterapkan, perlu adanya suatu inovasi dalam
menerapkan strategi yang tepat dan efektif dalam upaya mencari pendanaan untuk
pembangunan masjid, serta para perempuan yang terlibat perlu dilibatkan dalam aktivitas di
kegiatan fundraising yang dapat memenuhi aksesnya sebagai anggota dari kegiatan tersebut.
DAFTAR PUSTAKA
Ibrahim. (2018). Analisis Sosial Keterlibatan Perempuan Dalam Struktural (Sebuah Kajian
Sosiologi Politik Masyarakat Kabupaten Wajo). Skripsi, Universitas Muhammadiyah
Makassar.
Muhdiyar, Asep. (2013). Manajemen Fundraising Masjid Jami Al-Hidayah Tangerang. Skripsi, UIN
Syarif Hidayatullah Jakarta.
Munawarudin, Asep. (2019). Pencarian Sumbangan Pembangunan Masjid Di Jalan Raya Dalam
Pandangan Hukum Positif Dan Hukum Islam (Studi Kasus Pencarian Sumbangan
Pembangunan Masjid Baitul Falah, Desa Kemanisan, Kecamatan Curug Kota Serang).
Skripsi, UIN Sunan Kalijaga Yogyakarta.
Mutmainah, Nurul. (2014). Keterlibatan Dan Partisipasi Perempuan Dalam Program Peningkatan
Peran Wanita Keluarga Sehat Sejahtera Di Kota Tangerang Selatan Banten. Skripsi, UIN
Syarif Hidayatullah Jakarta.
Putri, Sari Kurnia. (2019). Tindakan Meminta Sumbangan Di Jalanan Desa Lombang Dajah
Kecamatan Blega Kabupaten Bangkalan. Skripsi, Universitas Airlangga.
Rahmatullah, A. Aqim Alam. (2020). Penggalian Dana Masjid Di Jalan Raya Dalam Perspektif
Hadis (Kajian Ma’ani Al-Hadith Sahih Al-Bukhari No. Indeks 2465). Skripsi, UIN Sunan
Ampel Surabaya.
Sugiyono. (2013). Metode Penelitian Kuantitatif, Kualitatif Dan R&D. Bandung : Alfabeta.
Wardi, Moch Cholid. (2012). Pencarian Dana Masjid Di Jalan Raya Dalam Perspektif Hukum
Islam. Jurnal Al-Ihkam, Vol. 7, No. 2.
Widad, Azhar Lujjatul. (2014). Manajemen Fundraising Lembaga Amil Zakat Mizan Amanah
Bintaro. Skripsi, UIN Syarif Hidayatullah Jakarta.
Zulina. (2013). Partisipasi Masyarakat Dalam Pembangunan Masjid Babul Maghfiroh Mengkirau
Kecamatan Tasik Putri Puyu Kabupaten Kepulauan Meranti. Skripsi, UIN Sultan Syarif
Kasim Riau.
Lampiran
Dokumentasi