Anda di halaman 1dari 30

KETERLIBATAN PEREMPUAN DALAM PENGGALANGAN DANA PEMBANGUNAN MASJID

AL-ISHLAH DI JALAN RAYA DESA PARUNGJAYA KECAMATAN LEUWIMUNDING


KABUPATEN MAJALENGKA

LAPORAN

Diajukan untuk memenuhi salah satu tugas akhir semester

Mata Kuliah Gender dan Pembangunan

Dosen Pengampu: Anggi Yus Susilowati, M.Si

Ahmad Gianul Mushlih

2008305021

JURUSAN PENGEMBANGAN MASYARAKAT ISLAM

FAKULTAS DAKWAH DAN KOMUNIKASI ISLAM

INSTITUT AGAMA ISLAM NEGERI SYEKH NURJATI CIREBON

2022/1444 H
BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang

Kegiatan penggalangan dana di jalanan kini dapat mudah dijumpai diberbagai daerah
mulai dari kota besar sampai di daerah-daerah terpencil. Tujuan dari kegiatan penggalangan
dana yang dilakukan di jalanan sangat beragam seperti halnya penggalangan dana untuk
korban bencana alam, pembangunan masjid, atau bahkan ditemukan penggalangan dana
untuk korban yang menderita penyakit tertentu. Penggalangan dana merupakan sebuah
usaha, aktivitas atau kegiatan yang dilakukan untuk mengumpulkan kontribusi yang bersifat
sukarela dalam bentuk materi baik berupa dana atau yang lain, adapun caranya yaitu dengan
mengajak dan meminta kepada masyarakat (Rahmatullah, 2020).

Diberbagai daerah sering dijumpai kegiatan penggalangan dana yang bertujuan untuk
pembangunan masjid dengan melibatkan peran perempuan sebagai pelaku dari kegiatan
penggalangan dana tersebut yang dilakukan di ruas jalan raya. Maraknya kegiatan
penggalangan dana untuk pembangunan atau renovasi masjid tiada lain guna mencari dana
sebesar-besarnya. Kegiatan penggalangan dana yang dilakukan masih sering mengkaitkan
dengan aspek keagamaan dengan dalil untuk mengajak masyarakat supaya bersedekah dan
sedikit iming-iming balasan pahala surga nantinya.

Penggalangan dana yang dilakukan di jalanan memang dianggap efektif dan praktis,
selain mudah kegiatan ini juga dirasa setiap harinya mendatangkan penghasilan dengan
hanya mengeluarkan modal minim tetapi income yang didapatkan sangat berguna, meskipun
setiap hari nominal angkanya berbeda dan tidak pasti. Penggalangan dana di jalanan
menimbulkan kontradiksi, kondisi ini dilakukan atas dasar keterbatasan dana dan
membutuhkan dana lebih banyak, namun disisi lain kegiatan penggalangan dana dijalanan
yang dilakukan oleh kelompok perempuan sangat beresiko dan berbahaya.

Aktivitas yang dilakukan yaitu dengan memasang spanduk, keranjang dipinggir jalan
disertai atribut toa (speaker) dan bahkan sampai ada yang berdiri di tengah jalan sambil
berteriak-teriak. Hal ini jelas menunjukan suatu aktivitas yang nekat dan mengundang bahaya.
Selain menimbulkan kemacetan dan mengganggu lalu lintas, kegiatan penggalangan dana
yang dilakukan di jalan raya dapat berpotensi terjadi kecelakaan. Bahkan, dalam ajaran islam
pun disebutkan bahwa tindakan yang mengganggu dan merugikan orang lain sangat tidak
dibenarkan. Memang kegiatan penggalangan dana di jalanan ini sekilas merupakan jalan
alternatif yang mudah dan cepat dalam upaya proses pembangunan dan renovasi masjid.

Ketika pengaruh dari ajaran agama telah mendoktrin terhadap sistem nilai dalam
masyarakat, maka akan terdapat sistem kebudayaan yang menjelma kedalam dengan
berbagai bentuk simbol suci yang bermakna dan bersumber pada ajaran agama yang menjadi
acuannya (Holis, 2017). Fenomena keterlibatan dan partisipasi perempuan dalam kegiatan
penggalangan dana di ruas jalan raya diyakini telah dianggap sebagai tradisi. Keterlibatan
perempuan dalam segala aspek kegiatan merupakan jawaban atas masalah yang ditujukan
pada suatu konstruksi sosial, bahwa teori feminis ditujukan untuk menentang asusmsi-asumsi
gender yang berlaku luas dalam masyarakat tujuannya untuk mencapai cara-cara yang
membebaskan perempuan dan laki-laki untuk eksis di dunia (Sendjaja, 1994).

Di samping itu, dalam kontruksi sosial budaya relasi antara kelompok perempuan dengan
aktivitas filantropi ternyata sangat erat dan sulit untuk dipisahkan. Dengan didasari sifat kasih
sayang, kelompok perempuan memiliki kekuatan sosial yang tinggi. Hal ini tercermin dengan
bentuk kedermawanan perempuan yang terlibat dalam kegiatan penggalangan dana di
jalanan. Fenomena ini sejalan dengan bangkitnya suatu gerakan pembebasan dan
pemberdayaan perempuan dengan tujuan menolak pola-pola tradisional yang menjadikan laki-
laki lebih dominan berada dalam ruang publik (Turner, 1998). Aktvitas perempuan dalam hal
kedermawanan sangat penting dan tentunya relevan dengan tujuan filantropi yang
dikembangkan untuk tujuan pembangunan dan renovasi masjid.

Berdasarkan latar belakang diatas, penelitian ini dilakukan untuk menganalisis


keterlibatan perempuan dalam kegiatan penggalangan dana di jalan raya. Penelitian ini
mengambil latar sosial pada penggalang dana perempuan dalam pencarian dana
pembangunan masjid di jalanan, sehingga peneliti tertarik untuk melakukan penelitian lebih
dalam. Penelitian ini dilakukan di ruas Jalan Raya Rajagaluh-Prapatan tepatnya di Masjid Al-
Ishlah Desa Parungjaya, Kecamatan Leuwimunding Kabupaten Majalengka. Pada lokasi
tersebut dijumpai kelompok perempuan yang terlibat dalam kegiatan penggalangan dana
untuk pembangunan dan renovasi masjid. Dalam kegiatan penggalangan dana, perempuan
yang terlibat didominasi oleh kelompok ibu-ibu, dengan potensi dan semangat keagamaan ini
yang melatarbelakangi kelompok perempuan terlibat dalam kegiatan penggalangan dana di
jalanan. Peran laki-laki pada kegiatan penggalangan dana di jalanan tersebut bukan berarti
tidak ada, namun peran dan tugas laki-laki hanya bertugas untuk memantau situasi dan
keadaan itupun peran laki-laki berbeda dengan perempuan, karena pada realitasnya laki-laki
hanya berada di sebuah saung tetapi perempuan berada di jalanan langsung dibawah terik
panas matahari, hal ini secara sepintas telah melahirkan suatu ketidakadilan gender.

B. Rumusan Masalah

1. Bagaimana proses kegiatan penggalangan dana yang dilakukan masjid Al-Ishlah dalam
pembangunan masjid?
2. Bagaimana keterlibatan perempuan dalam kegiatan penggalangan dana untuk
pembangunan masjid yang dilakukan di jalan raya?

C. Tujuan Penelitian

1. Untuk mengetahui proses kegiatan fundraising yang dilakukan masjid Al-Ishlah dalam
pembangunan masjid serta untuk mengetahui keterlibatan perempuan dalam kegiatan
penggalangan dana untuk peembangunan masjid yang dilakukan di jalan raya.

D. Manfaat Penelitian

1. Manfaat Teoritis, kajian ini bagi para pembaca khususnya penulis bermanfaat dapat
menambah pengetahuan dan wawasan tentang keterlibatan perempuan dalam
penggalangan dana pembangunan masjid di jalan raya.
2. Manfaat Praktis, sebagai upaya membentuk sumbangan pemikiran untuk penelitian
selanjutnya mengenai topik pembahasan mengenai keterlibatan perempuan dalam
penggalangan dana pembangunan masjid di jalan raya.
BAB II

KAJIAN PUSTAKA

A. Fundraising

Secara definisi pengertian fundraising menurut Kamus Indonesia-Inggris adalah


pengumpulan dana, dan orang yang yang mengumpulkan dana biasanya disebut fundraiser.
Sedangkan dalam kamus besar bahasa Indonesia penggalangan dana lebih dekat diartikan
sebagai proses mengumpulkan, menghimpun dan cara perbuatan (Pusat Bahasa Departemen
Pendidikan RI dalam Muhdiyar, 2013). Lebih lanjut pengertian dana adalah uang yang
tersedia untuk keperluan biaya, hadiah, penerimaan dan derma. Pengertian fundraising
adalah suatu kegiatan dalam pengumpulan dana yang dilakukan secara kelompok atau
lembaga yang diperoleh dari masyarakat dan untuk kepentingan masyarakat (Muhdiyar,
2013).

Purwanto (2009) dalam Muhdiyar fundraising diartikan sebagai aktivitas yang dilakukan
dalam rangka menghimpun dana dari masyarakat atau sumber daya lainnya baik individu,
kelompok, organisasi ataupun pemerintah yang tujuannya untuk digunakan sebagai
pembiayaan dari program atau kegiatan sehingga mencapai tujuannya. Kegiatan menggalang
dana merupakan suatu proses menghimpun dana bukan mengenai meminta uang tetapi lebih
mengedepankan ide yang dapat mewujudkan perubahan masyarakat. Apabila masyarakat
telah menerima ide tersebut, maka masyarakat akan menyumbang (Norton dalam Muhdiyar).

Dapat disimpulkan bahwa penggalangan dana adalah serangkaian proses dalam


menghimpun dana dengan cara menjual ide yang kreatif dan imajinasi yang tinggi dilakukan
secara terorganisir dan sistematis yang terdiri dari kegiatan perencanaan, pengorganisasian,
penggerakan dan pengawasan penggalangan dana dengan memanfaatkan sumber daya
manusia dalam upaya mencapai tujuannya (Muhdiyar, 2013). Kegiatan penggalangan dana di
Indonesia banyak dilakukan dengan beragam tujuannya. Dalam pengertian lain istilah
penggalangan dana diambil dari bahasa asing yaitu filantropi. Kata filantropi berasal dari
Bahasa Yunani yaitu philanthropy yang berarti cinta kasih kepada sesama (Abdillah dan
Hikmah, 2003). Secara umum penggalangan dana merupakan suatu kegiatan yang berusaha
mengumpulkan kontribusi secara sukarela. Adapun kontribusi ini dapat berupa uang ataupun
sumber daya lain.

Sebagaimana fundraising atau penggalangan dana dalam hal ini dibutuhkan suatu proses
atau tahapan dalam melakukannya. Suatu kegiatan fundraising membutuhkan manajemen
supaya dalam pelaksanannya terstruktur dan berjalan sesuai yang telah direncanakan.
Menurut George R Terry dalam bukunya yang berjudul Principles of Management dan dikutip
oleh Winardi, menyatakan bahwa terdapat empat fungsi-fungsi manajemen, yaitu sebagai
berikut:

1. Perencanaan

Secara istilah perencanaan merupakan suatu proses pemikiran yang


menyeluruh dan proses penentuan yang tepat terhadap sesuatu hal yang akan
dilakukan diwaktu yang akan datang untuk mencapai tujuan yang telah ditentukan
(Simbolon dalam Widad, 2014). Perencanaan juga dapat diartikan sebagai suatu
pemilihan kegiatan dan menentukan langkah selanjutnya apa yang akan dilakukan,
kapan, bagaimana dan oleh siapa (Handoko dalam Widad, 2014).

Dalam penyusunan suatu rencana dapat dikatakan bahwa perencanaan artinya


suatu kegiatan menemukan dan mencari jawaban yang berlandaskan pada enam
pertanyaan yaitu bagaimana, apa, mengapa, dimana, siapa dan bilamana (Siagian
dalam Widad, 2014). Handoko mengemukakan bahwa dalam perencanaan memiliki
dua tipe rencana yaitu:
a. Rencana-rencana strategik, rencana ini dibentuk untuk memenuhi tujuan
sebuah organisasi yang lebih besar dan selanjutnya pada implementasi misi
yang memberi alasan terhadap keberadaaan sebuah organisasi.
b. Rencana-rencana operasional, rencana ini merupakan lanjutan dari rencana
strategik, dalam rencana ini diuraikan bagaimana rencana-rencana strategik
akan dicapai. Tipe rencana-rencana operasional ini memiliki dua sub-tipe dalam
pelaksanaannya. Pertama rencana sekali pakai, pada rencana ini dilaksanakan
hanya untuk tujuan-tujuan tertentu dan apabila telah tercapai maka rencana
tersebut tidak akan digunakan kembali. Kedua rencana tetap, rencana ini
berdasarkan pada penanganan situasi dan kondisi yang diperkirakan dapat
terjadi kembali dalam artian berulang-ulang.

2. Pengorganisasian

Pengorganisasian merupakan seluruh proses menggabungkan orang-orang,


tugas-tugas, fungsi-fungsi, wewenang dan tanggung jawab sedemikian rupa serta
alat-alat sehingga menciptakan sebuah organisasi yang dapat bergerak sebagai
kesatuan yang bulat dan utuh dalam rangka mencapai tujuan yang telah ditentukan
(Siagian dalam Widad, 2014).

Pengorganisasian juga dapat diartikan sebagai statis dan dinamis. Artinya


secara statis, organisasi merupakan bentuk atau skema yang menghubungkan
antara fungsi dan otoritas dengan tanggung jawab saling berkaitan satu sama lain.
Sedangkan secara dinamis, organisasi merupakan suatu proses menyalurkan tugas
pekerjaan yang harus dilaksanakan baik oleh individu maupun kelompok dengan
memerlukan suatu kepemimpinan dalam pengoperasiannya. Berdasarkan yang telah
diuraikan maka dapat disimpulkan bahwa pengorganisasian adalah membentuk dan
menetapkan sistem organisasi yang dipahami dan melakukan pendistribusian
tanggung jawab pekerjaan kepada individu atau kelompok supaya memudahkan
dalam merealisasikan sebuah tujuan.

3. Penggerakan

Setelah menetapkan sebuah perencanaan dan membentuk sebuah organisasi


maka selanjutnya penggerakan. Penggerakan merupakan seluruh kegiatan atau
aktifitas yang dilakukan dengan usaha, cara, teknik dan metode tertentu yang
bertujuan untuk menggerakan anggota dari sebuah organisasi supaya bekerja
dengan baik dan ikhlas demi tercapainya tujuan organisasi yang efektif dan efisien
(Siagian dalam Widad, 2014).

4. Pengawasan

Menurut buku Maringan Mary Simbolon dalam (Widad, 2014) menjelaskan


bahwa pengawasan adalah keseluruhan proses yang mana pimpinan ingin
mengetahui lebih jauh mengenai kinerja bawahannya selama pelaksanaan
pekerjaan, apakah sesuai dengan rencana, perintah dan tujuan yang telah
ditentukan. Lebih lanjut bahwa pengawasan juga menurut Fayol yang dikutip oleh
A.M Kadarman mengemukakan pengawasan dilakukan untuk bertujuan memastikan
keseluruhan yang dimiliki oleh sebuah organisasi sesuai dengan rencana
sebelumnya yang telah ditentukan ataupun perintah yang diberikan serta prinsip yang
telah ditentukan (Kadarman dalam Widad, 2014).

Berkaitan dengan pembangunan masjid, praktek kegiatan penggalangan dana ini


bertujuan untuk mengumpulkan dana sebesar-besarnya untuk biaya perawatan masjid.
Secara spesifik praktek penggalangan dana untuk masjid ini lazim dilakukan di jalan raya yang
bertujuan untuk mendapatkan sumbangan dan digunakan sebagai biaya pembangunan dan
renovasi masjid. Kegiatan penggalangan dana tersebut beberapa orang terlibat dipinggir jalan
raya dan melakukan tindakan meminta sumbangan kepada para pengguna jalan. Aktivitas
penggalangan dana ini biasanya didasari dengan nuansa keagamaan, seperti halnya ajakan
bersedekah, himbauan untuk berhati-hati di jalan raya, serta diiringi suara recorder lantunan
ayat suci Al-Quran, sholawat nabi dan ceramah keagamaan. Tak jarang kegiatan
penggalangan dana untuk masjid yang dilakukan di jalan raya ini berpotensi mengundang
bahaya untuk pengguna jalan maupun penggalang dana yang ditempatkan di pinggir jalan.

B. Keterlibatan Perempuan

Konsep keterlibatan dalam (KBBI) Kamus Besar Bahasa Indonesia adalah keadaan
terlibat. Artinya terdapat keterlibatan suatu individu dengan peranan sikap atau emosi dalam
situasi tertentu (Balai Pustaka, 2007). Konsep keterlibatan sosial perempuan merupakan
suatu kondisi perempuan yang berperan dalam kehidupan masyarakat. Aspek keterlibatan
sosial perempuan tidak hanya kehidupan politik dan sosial, namun kondisi dimana perempuan
ikut serta dalam kehidupan umum dengan memberikan solusi pada masalah-masalah
nasional yang menyeluruh, seperti masalah sosial, ekonomi dan politik serta peran
perempuan dilibatkan dalam bentuk kerja sama di lembaga-lembaga kemasyarakatan.

Dalam mayoritas kehidupan masyarakat, keterlibatan perempuan masih minim hal ini
dibuktikan dengan masih adanya perempuan yang berpendapatan rendah. Aspek keterlibatan
perempuan ini memiliki tiga peran yaitu mengurusi aktivitas reproduktif, produktif dan aturan
yang ada di masyarakat (Hatima, dkk, 2000).

1. Kerja reproduktif ini melibatkan sikap kepedulian dan pelestarian terhadap


keberlangsungan rumah tangga dan keluarga. Misalnya merawat anak, mencuci,
menyiapkan makanan dan membersihkan rumah, itulah termasuk kerja kasar yang
menyita waktu dan selalu menjadi kewajiban perempuan.
2. Kerja produktif ini identik dengan kegiatan kegiatan yang menghasilkan produksi baik
barang maupun jasa yang bertujuan untuk dijual ataupun dikonsumsi. Misalnya kerja
produktif pada sektor perikanan, pertanian dan ketenagakerjaan. Dalam kerja
produktif baik laki-laki maupun perempuan memiliki hak untuk mendapatkan upah
yang sama, namun seringkali perempuan tidak terlihat dan tidak dihargai dalam
pekerjaan produktif.
3. Pekerjaan masyarakat ini melibatkan suatu peran dan tugas sosial yang dilakukan
secara bersama antara laki-laki dan perempuan. Pekerjaan masyarakat bersifat
secara sukarela dan menekankan pada aspek spiritual dan budaya yang bertujuan
sebagai alat untuk pengaturan kehidupan bermasyarakat. Misalnya kegiatan
partisipasi masyarakat, kegiatan peningkatan masyarakat dan kegiatan-kegiatan
politik lokal.

C. Pembangunan Masjid

Pembangunan secara etimologi merupakan bangun yang berarti maksudnya sadar,


bangkit dan berdiri. Lebih lanjut Raharjo mengemukakan bahwa pembangunan merupakan
suatu proses yang yang sengaja direncanakan untuk tujuan mengubah keadaan yang tidak
dikehendaki menuju ke arah dikehendaki. Pembangunan lazim diartikan dengan istilah
Development, walaupun istilah Development arti sebenarnya adalah pengembangan tanpa
direncanakan (Zulina, 2013). Istilah pembangunan menurut Kartasasmita (1990) dalam Zulina
yaitu suatu proses perubahan menuju ke arah yang lebih baik melalui upaya proses yang
telah direncanakan. Pembangunan nasional merupakan suatu transformasi sosial, ekonomi
dan budaya dengan disengaja melalui aturan dan strategi menuju ke arah yang lebih baik
(Tikson, 2006 dalam Zulina).

Sebagaimana uraian penjelasan diatas mengenai pembangunan dari para ahli dapat
disimpulkan bahwa menurut Zulina (2013) pembangunan adalah seluruh proses
pembangunan yang dilakukan melalui proses yang direncanakan dan secara sadar.
Sedangkan perkembangan merupakan suatu proses perubahan yang terjadi secara
sendirinya atau alami sebagai akibat dari pelaksanaan pembangunan. Dalam aspek agama
terutama agama islam, pembangunan yang ditujukan pada manusia berarti manusia diangkat
sebagai pembangun di muka bumi dengan harapan melaksanakan fungsi dan kewajibannya
kepada Allah SWT dalam upaya kesejahteraan rakyat (Depag RI dalam Zulina).
Jika dilihat pada judul penelitian ini maka membahas mengenai salah satunya
pembangunan masjid. Masjid merupakan sarana atau tempat ibadah umat islam. Dalam
bahasa Arab masjid artinya tempat sujud, secara terminologis sujud bermakna sebagai
pekerjaan yang meletakan kening ke tanah dan juga bermakna sebagai bentuk menyembah.
Masjid merupakan simbol persatuan dan kesatuan umat islam. Supriyanto Abdullah (2003)
mengemukakan bahwa fungsi dari kedudukan masjid sangat beragam diantaranya: (1)
sebagai tempat beribadah, (2) sebagai saran untuk melakukan kegiatan pendidikan
kegamaan, (3) sebagai tempat untuk melakukan musyawarah, (4) sebagai tempat konsultasi
umat islam. Dalam perencanaan pembangunan masjid terdapat beberapa hal yang perlu
diperhatikan diantaranya (Zulina, 2013):

1. Menentukan lokasi sesuai hierarkinya


2. Peranan imam dalam penentuan lokasi masjid
3. Partisipasi masyarakat

Membangun masjid diharapkan tidak terlalu lama, karena terdapat aktivitas


memakmurkan masjid yang lebih penting. Dalam hal ini terdapat dua aspek dalam
memakmurkan masjid: Pertama, memakmurkan masjid secara fisik yaitu dengan ditandai
bangunan yang bersih, indah dan megah. Kedua, secara sprititual dalam artian makmur
dengan ditandainya antusiasme jamaah dalam melaksanakan ibadah dan kegiatan
keagamaan lainnya.

D. Penelitian Terdahulu

Penelitian terdahulu adalah sebuah kajian yang meninjau terhadap beberapa penelitian
terdahulu dan karya ilmiah yang membahas topik penelitian yang sama. Dengan demikian,
tujuannya untuk mengetahui sejauh mana penelitian sebelumnya dilakukan serta untuk
mengetahui persamaan dan perbedaan penelitian yang telah dilakukan dengan penelitian
yang akan dilakukan. Untuk mendukung penelitian ini, penulis melakukan kajian terhadap
penelitian-penelitian terdahulu sebagai bahan acuan untuk mendapatkan informasi yang
berkaitan dengan topik penelitian. Dalam hal ini, maka penulis mengkaji dan meninjau
beberapa karya ilmiah yang telah ditulis sebagai berikut.

Moch. Cholid Wardi menulis artikel ilmiah dengan judul penelitian Pencarian Dana Masjid
Di Jalan Raya Dalam Perspektif Hukum Islam, penelitiannya dilakukan pada tahun 2012.
Dalam penelitiannya Moch. Cholid Wardi membahas permasalahan tentang bagaimana
aktivitas pengorganisasian sumbangan di jalan raya dari perspektif islam. Jenis penelitian
yang digunakan oleh Moch. Cholid Wardi adalah penelitian studi pustaka atau literatur.
Adapun hasil penelitian yang dilakukan oleh Moch. Cholid Wardi adalah ditemukan bahwa: (1)
Menurut perspektif sumber hukum islam yaitu Al-Quran dan Hadits bahwa pentingnya
kegiatan memakmurkan masjid lebih diperintahkan daripada aktivitas membangun atau
renovasi masjid secara fisik. (2) Menurut pandangan islam bahwasanya aktivitas meminta
sumbangan tidak dibenarkan karena dapat berpotensi mempengaruhi posisi dan martabat
agama islam (Wardi, 2012).

Sari Kurnia Putri menulis artikel ilmiah dengan judul penelitian Tindakan Meminta
Sumbangan Di Jalanan Desa Lombang Dajah Kecamatan Blega Kabupaten Bangkalan.
Dalam penelitiannya Sari Kurnia Putri membahas permasalahan tentang bagaimana tindakan
para peminta sumbangan di jalanan Desa Lombang Dajah dalam kegiatan pengumpulan dana
pembangunan masjid. Jenis penelitian yang digunakan oleh Sari Kurnia Putri adalah
penelitian kualitatif dengan pendekatan deskriptif. Adapun hasil penelitian yang dilakukan oleh
Sari Kurnia Putri adalah ditemukan bahwa kegiatan meminta sumbangan yang dilakukan di
jalanan Desa Lombang Dajah dilatarbelakangi oleh keterbatasan dana pembangunan masjid,
oleh karena itu muncul sebuah ide untuk melakukan penggalangan dana melalui tindakan
meminta sumbangan di jalanan. Selain itu ditemukan bahwa tindakan para peminta
sumbangan termasuk kedalam bentuk orientasi tindakan baik itu tindakan rasional
instrumental, rasional nilai, afektif, ataupun tradisional (Putri, 2019).
Abdurrohman Kasdi menulis artikel ilmiah dengan judul penelitian Membangun
Kemandirian Melalui Filantropi Kaum Perempuan; Potensi Kedermawanan Untuk
Pemberdayaan Perempuan Indonesia. Dalam penelitiannya Abdurrohman Kasdi mengkaji
topik permasalahan mengenai bagaimana membangun kemandirian dan pemberdayaan
perempuan melalui kegiatan filantropi kaum perempuan. Jenis penelitian yang digunakan oleh
Abdurrohman Kasdi adalah penelitian kualitatif dengan pendekatan fenomenologi. Adapun
hasil penelitiannya adalah ditemukan bahwa bentuk kedermawanan perempuan Indonesia
mengalami perkembangan yang signifikan. Selain itu, dengan potensi yang dimiliki
bahwasanya kegiatan filantropi kaum perempuan menunjukan pentingnya memberikan
perhatian kepada masyarakat yang kekurangan dan membutuhkan bantuan. Hal ini berpotensi
untuk membangun kemandirian dengan mengoptimalkan kaum perempuan sebagai
pendukung atau donatur. Sehingga kontribusi perempuan signikan sebagai agen perubahan
sosial (Kasdi, 2019).

Asep Munawarudin menulis skripsi dengan judul penelitian Pencarian Sumbangan


Pembangunan Masjid Di Jalan Raya Dalam Pandangan Hukum Positif Dan Hukum Islam
(Studi Kasus Pencarian Sumbangan Pembangunan Masjid Baitul Falah, Desa Kemanisan,
Kecamatan Curug Kota Serang). Dalam penelitiannya Asep Munawarudin membahas topik
permasalahan mengenai bagaimana pandangan hukum positif dan hukum islam dalam praktik
pencarian sumbangan pembangunan masjid di jalan raya. Jenis penelitiaan yang digunakan
oleh Asep Munawarudin adalah penelitian kualitatif. Adapun hasil penelitiannya adalah
diketahui bahwa ditinjau dari sudut pandang hukum positif yaitu kegiatan sumbangan
pembangunan masjid yang dilakukan di jalan raya belum memenuhi standar prosedur yang
diatur oleh undang-undang karena belum memiliki izin penyelenggaraan dari pemerintah
setempat. Lebih lanjut, Pemerintah Daerah Kota Serang melarang orang atau badan hukum
mempergunakan fasilitas jalan selain untuk digunakan sebagai jalan umum, karena tujuannya
adalah untuk ketertiban lalu lintas. Sementara itu dalam sudut pandang hukum islam, aspek
kemaslahatan merupakan faktor utama dan penting untuk diperhatikan, sebab dalam hal ini
akan berkaitan dengan keselamatan jiwa dari pengguna jalan dan petugas pencari
sumbangan.

Dari hasil tinjauan pustaka ini, beberapa penelitian-penelitian terdahulu tersebut memiliki
kesamaan dengan kajian penelitian yang penulis lakukan, yaitu terletak pada topik
permasalahan mengenai penggalangan atau pencarian dana sumbangan yang dilakukan di
jalan raya. Namun dalam penelitian yang penulis lakukan terdapat aspek yang berbeda
dengan penelitian-penelitian terdahulu, yaitu pada penelitian-penelitian terdahulu hanya
membahas penggalangan dana pembangunan masjid yang dilakukan di jalan raya dengan
meninjau dari perspektif hukum positif dan hukum islam, juga pada beberapa penelitian
menelaah dan mengkaji kaitan antara peran perempuan dengan lembaga filantropi islam.
Sementara pada penelitian yang penulis lakukan menganalisis fenomena keterlibatan dari
kelompok perempuan dalam kegiatan penggalangan dana untuk pembangunan dan renovasi
masjid yang dilakukan di jalan raya. Dengan demikian, hal ini yang menunjukan letak
perbedaan penelitian penulis dengan penelitian-penelitian terdahulu.
E. Bagan Kerangka Berfikir

Keterlibatan
Perempuan

Kegiatan
Fundraising

Fundraising di Fundraising
jalan raya keliling

Pembangunan
masjid

Pengaruh

 Masyarakat
 Agama
BAB III

METODE PENELITIAN

A. Pendekatan dan Jenis Penelitian

Penulis dalam menyusun karya ilmiah menggunakan pendekatan kualitatif. Penelitian


kualitatif merupakan penelitian yang mempunyai karakteristik, bahwasanya data yang
didapatkan harus dalam keadaan sewajarnya dengan tidak menambahkan simbol atau tanda
apapun. Dalam hal pengumpulan data, penelitian kualitatif lebih fokus pada fakta-fakta yang
ditemukan di lapangan dan tidak menggunakan teori (Irina, 2017). Lebih lanjut, Sujiono
(2009) mengemukakan bahwa penelitian kualitatif adalah penelitian yang berupaya
membangun pandangan yang diteliti sehingga membentuk sebuah kalimat dan gambaran,
dapat disimpulkan penelitian ini hanya menggambarkan dan mendeskripsikan pendapat dan
tidak menggunakan prosedur analisis statistik atau cara kuantitatif lainnya.

Sementara jenis penelitian yang digunakan adalah penelitian deskriptif. Penelitian


deskriptif merupakan penelitian yang berpusat dari pendapat dengan menggambarkan suatu
pemecahan masalah yang bersifat aktual. Seperti halnya yang disebutkan oleh Andi
Prastowo, dalam Ibrahim (2018) bahwa penelitian deskriptif adalah metode yang digunakan
dalam kegiatan penelitian mengenai status kelompok, suatu set kondisi, objek, sebuah sistem
pemikiran maupun kelas peristiwa yang terjadi pada masa sekarang. Jelasnya metode ini
lebih menekankan pada keadaaan sebenarnya dengan fakta-fakta yang ditemukan.

B. Lokus Penelitian

Penelitian ini berlokasi di ruas jalan raya Rajagaluh-Prapatan tepatnya di Masjid Al-Ishlah
Desa Parungjaya Kecamatan Leuwimunding Kabupaten Majalengka, pada penelitian ini
berkaitan dengan permasalahan keterlibatan perempuan dalam kegiatan penggalangan dana
untuk pembangunan dan renovasi Masjid Al-Ishlah yang dilakukan di jalan raya. Alasan
penulis memilih lokasi penelitian tersebut, yaitu karena terdapat suatu kegiatan fundraising
atau penggalangan dana yang dilakukan di jalan raya, selain itu kegiatan tersebut merupakan
dibawah naungan program DKM masjid Al-Ishlah tujuannya dalam rangka mewujudkan
pembangunan masjid. Hal tersebut sesuai dengan tujuan penulis yakni terdapat keinginan
dalam mencari tahu lebih jauh mengenai keterlibatan perempuan dalam kegiatan fundraising
yang dilakukan di jalan raya. Lebih lanjut penulis menyampaikan bahwa hal itu sejalan dengan
salah satu tujuan penelitian yaitu menciptakan atau menemukan suatu pengetahuan yang
baru, oleh karena itu penulis mengambil lokasi penelitian tersebut diharapkan sedikitnya dapat
memberikan gambaran mengenai keterlibatan perempuan dalam kegiatan fundraising di jalan
raya.

C. Informan Penelitian

Dalam mendapatkan sebuah data penulis menggunakan teknik Purposive Sampling,


maksudnya dalam menentukan informan penelitian memperhatikan pertimbangan tertentu.
Pertimbangan ini menentukan kriteria mengenai orang yang dianggap terkait atau terdapat
hubungan dengan pembahasan penelitian yang penulis lakukan. Dalam penelitian kualitatif,
penentuan sampel tidak menekankan pada aspek perhitungan statistik melainkan berfungsi
untuk mendapatkan informasi yang tepat, bukan untuk digeneralisasikan (Ibrahim, 2018).
Tujuan informan pada penelitian kualitatif untuk memberikan informasi selama proses
penelitian berlangsung. Ade Heryana (2018) mengemukakan bahwa dalam penelitian
kualitatif, informan meliputi tiga macam yaitu:

1. Informan kunci merupakan informan yang mempunyai informasi secara menyeluruh


mengenai permasalahan yang diangkat oleh penulis.
2. Informan utama merupakan informan yang mengetahui informasi secara detail
mengenai permasalahan penelitian yang akan di teliti.
3. Informan pendukung merupakan informan yang dapat memberikan informasi
tambahan mengenai pembahasan dalam penelitian yang akan diteliti.

Berdasarkan dari penjelasan yang telah diuraikan, dapat ditarik kesimpulan bahwa
tujuannya adalah supaya mendapatkan informasi yang menyeluruh, akurat dan detail
mengenai pembahasan masalah penelitian yang akan diteliti. Selain itu, penelitian kualitatif
dalam menentukan sampel tidak didasarkan pada perhitungan statistik melainkan berfungsi
untuk mendapatkan informasi yang akurat dan menyeluruh, bukan untuk digeneralisasikan
(Ibrahim, 2018). Dalam penelitian kualitatif ini penulis menentukan informan penelitian dengan
berjumlah 4 orang yaitu 1 informan kunci yakni sebagai ketua DKM masjid Al-Ishlah dan 3
informan utama yakni perempuan yang terlibat kegiatan penggalangan dana.

D. Teknik Pengumpulan Data

Dalam penelitian ini, teknik pengumpulan data memiliki fungsi dan peran yang penting
dalam sebuah penelitian karena akan menentukan kualitas dari penelitian yang dilakukan.
Adapun teknik pengumpulan data yang penulis gunakan yaitu sebagai berikut:

1. Observasi merupakan teknik pengumpulan data dengan cara mengamati dan


mencatat terhadap fenomena yang terjadi di lokasi penelitian (Hariwijaya dan Djaelani,
2006). Pada observasi ini, penulis mengamati langsung ke lokasi penelitian yang
terletak di jalan raya Rajagaluh-Prapatan tepatnya di Desa Parungjaya Kecamatan
Leuwimunding Kabupaten Majalengka. Tujuan dari kegiatan pengamatan ini untuk
mengetahui bagaimana proses dan aktivitas penggalangan dana yang dilakukan oleh
kelompok perempuan dengan tujuan untuk pembangunan dan renovasi Masjid Al-
Ishlah yang dilakukan di jalan raya Rajagaluh-Prapatan.
2. Wawancara merupakan teknik pengumpulan data yang dilakukan dengan cara tanya
jawab antara pewawancara dengan narasumber dilakukan secara langsung atau tatap
muka, baik menggunakan ataupun tidak menggunakan pedoman wawancara (Bungin,
2010). Pada teknik wawancara ini, penulis menggunakan teknik wawancara secara
terstruktur yaitu dengan melakukan kegiatan tanya jawab dengan 1 informan kunci
yakni bertugas sebagai ketua DKM masjid Al-Ishlah, dan 3 informan utama yakni
sebagai petugas penggalang dana di jalan raya. Dari kegiatan wawancara ini
harapannya dapat memperoleh data dan informasi dari lapangan secara akurat.
3. Dokumentasi merupakan teknik pengumpulan data yang dilakukan dengan cara
mengumpulkan data dari berbagai sumber seperti halnya foto, buku, artikel ilmiah dan
skripsi yang membahas materi mengenai keterlibatan perempuan dalam kegiatan
penggalangan dana untuk pembangunan dan renovasi masjid.

E. Teknik Analisa Data

Bogdan dalam Sugiyono (2009) mengemukakan bahwa analisis data merupakan proses
mencari dan menyusun data secara sistematis yang diperoleh dari lokasi penelitian melalui
teknik wawancara, catatan lapangan dan lain-lain. Miles dan Haberman dalam Ibrahim (2018)
mengemukakan bahwa aktivitas dalam analisis data kualitatif dilakukan secara interaktif dan
terus-menerus hingga tuntas, sampai datanya jenuh. Adapun langkah-langkah dalam
melakukan analisis data yaitu sebagai berikut:

1. Reduksi data atau Reduction Data merupakan suatu proses memilih hal-hal pokok,
meringkas dan mengumpulkan data sesuai kebutuhan. Adapun jika data tersebut tela
direduksi maka akan memberikan suatu gambaran yang detail dan akan
mempermudah penulis dalam menyajikan data.
2. Penyajian data atau Display Data merupakan suatu proses menyajikan data dalam
bentuk uraian kalimat yang singkat. Apabila telah dilakukan penyajian data maka akan
memudahkan penulis untuk memahami realitas yang terjadi sehingga penulis akan
merencanakan aktivitas selanjutnya.
3. Memverifikasi data atau Conclusion Data merupakan suatu proses yang dikerjakan
dengan tujuan untuk mendapatkan gambaran berupa kesimpulan tentang data yang
telah dikumpulkan serta dapat berfungsi untuk menjawab rumusan masalah penelitian.
F. Teknik Validasi Data

Validasi data merupakan suatu usaha yang dilakukan untuk memperkuat data-data yang
didapatkan, adapun usaha tersebut dilakukan dengan cara menganalisis, memeriksa data,
mencari dan menemukan apa yang penting sesuai dengan kebutuhan penelitian. Dalam
penelitian ini, teknik validasi data yang digunakan adalah triangulasi sumber. Triangulasi data
merupakan metode yang digunakan untuk memeriksa keabsahan atau verifikasi data.
Triangulasi sumber bertujuan untuk menguji keabsahan data yang diperoleh dari beberapa
sumber dalam artian jika sumber tersebut meragukan, maka harus mencari data dari sumber
lain.
BAB IV

HASIL DAN PEMBAHASAN

A. Gambaran Umum Masjid Al-Ishlah

1. Latar Belakang dan Sejarah Berdirinya Masjid Al-Ishlah Parungjaya

Masjid Al-Ishlah awalnya merupakan sebuah mushola kecil yang berada di belakang
SMPN 3 Leuwimunding. Kemudian seiring berjalannya waktu juga dikarenakan masjidnya
tidak terlihat, jadi pada akhirnya masjid tersebut sedikit demi sedikit di bangun kembali
yang lokasinya di samping SMPN 3 Leuwimunding dan sekarang letaknya berada di pinggir
jalan. Disamping itu bangunan awal masjid Al-Ishlah sangat memperihatinkan, karena
fasilitas yang ada masih kurang baik untuk kegiatan syiar islam dan ibadah. Hal itu
ditunjukan dengan sarana yang kurang bahwasanya lantai sebelumnya masih berbentuk
tanah dan hanya memakai alas terpal untuk menutupi tanah tersebut, akibatnya hal
tersebut menurut masyarakat perlu adanya perubahan bangunan masjid untuk
kenyamanan dalam hal beribadah kepada Allah SWT.

Kemudian atas kesepakatan bersama, maka dilakukan suatu perubahan yang


mengarah pada pembangunan dan renovasi masjid. Pada tahun 2010 sampai sekarang
maish dilakukan pembangunan dan renovasi masjid. Masjid Al-Ishlah merupakan
bangunan dua lantai, untuk tahapan dalam pembangunan, masjid Al-Ishlah memiliki tujuan
dengan 6 tahap, pembangunan masjid Al-Ishlah dapat dikatakan memakan waktu yang
sangat lama hal ini dikarenakan pembangunan masjid tersebut memiliki keterbatasan
anggaran dana yang pada akhirnya masjid tersebut “mangkrak” (tidak berjalan). Namun
dengan niat yang ikhlas pembangunan masjid Al-Ishlah saat ini telah berada di tahap ke 4
dengan progres dan kemajuan yang ditunjukan oleh bangunan masjid yang memiliki nilai
estetika dan megah meskipun pembangunan masjid belum selesai.

2. Letak Geografis

Masjid Al-Islah berkapasitas sekitar 900 orang jamaah dan dibangun diatas lahan
sekuas kurang lebih 600 meter persegi. Masjid Al-Ishlah berada di Jalan Raya Rajagaluh-
Prapatan tepatnya di Desa Parungjaya Kecamatan Leuwimunding Kabupaten Majalengka.

a. Sebelah Timur berbatasan dengan Jalan Raya Rajagaluh-Prapatan


b. Sebelah Barat berbatasan dengan rumah penduduk
c. Sebelah Utara berbatasan dengan SMPN 3 Leuwimunding
d. Sebelah Selatan berbatasan dengan Kantor Kepala Desa Parungjaya

3. Visi, Misi, dan Tujuan Masjid Al-Ishlah

a. Visi Masjid Al-Ishlah

Menjadikan Masjid Al-Ishlah sebagai pusat syiar islam dan sosial kemasyarakatan
dalam rangka meningkatkan keimanan dan ketaqwaan.

b. Misi Masjid Al-Ishlah

a. Menyelenggarakan kegiatan pendidikan dan keagamaan


b. Mengajak anak-anak muda bergabung dalam upaya meningkatkan sumber daya
manusia dan kepedulian terhadap bidang keagamaan melalui pembentukan IRMA
(Ikatan Remaja Masjid)

c. Tujuan Masjid Al-Ishlah


Berperan aktif dalam bidang keagamaan dan sosial kemasyarakatan sehingga
terciptanya kemaslahatan umat dan kehidupan masyarakat yang aman.

4. Program Kegiatan Masjid Al-Ishlah

Masjid Al-Ishlah telah dimodifikasi bukan hanya sebagai tempat beribadah melainkan
juga dapat digunakan sebagai kegiatan sosial kemasyarakat. Lebih jelasnya program-
program dan kegiatan-kegiatan yang dilakukan di Masjid Al-Ishlah diantaranya yaitu
sebagai berikut:

a. Kegiatan harian yang biasa dilakukan yaitu sholat berjamaah


b. Kegiatan mingguan, masjid Al-Ishlah menyelenggarakan sholat jumat berjamaah
dan kegiatan pengajian yang dilaksanakan hari sabtu dan minggu. Selain itu ada
pengajian yang dilakukan pada malam hari yaitu pengajian malam jumat. Kegiatan
ini dihadiri oleh masyarakat umum seperti bapak-bapak, ibu-ibu dan remaja
setempat.
c. Kegiatan hari-hari besar
1. Ramadhan dan Idul Fitri yaitu dengan mengadakan sholat tarawih dan tadarus
Al-Quran. Kemudian memperingati malam nuzulul Quran, menerima zakat fitrah
dan membagikannya kepada mustahik serta melaksanakan sholat idul fitri.
2. Idu Adha yaitu menyelenggarakan sholat idul adha dan mengadakan acara
penyembelihan hewan Qurban sekaligus mendistribusikannya.
3. Maulid Nabi Muhammad SAW yaitu dengan bekerja sama dengan organisasi
IRMA (Ikatan Remaja Masjid) untuk mengadakan sebuah acara sholawatan
dan tabligh akbar, juga disamping itu masjid Al-Ishlah mengadakan berbagai
lomba untuk anak-anak seperti lomba pidato cilik, lomba adzan anak-anak,
lomba adzan manula, lomba kaligrafi, selain itu juga mengadakan bazar
pengobatan gratis untuk masyarakat.

5. Struktur Kepengurusan Masjid Al-Ishlah

Dalam sebuah lembaga atau organisasi maka proses pengorganisasian itu sangat
diperlukan. Pengorganisasian dapat diartikan sebagai suatu kegiatan yang berisi
pendelegasian pengurus dan tanggung jawab pekerjaannya. Sesuai dengan hal itu, masjid
Al-Ishlah dalam hal ini telah melakukan pembentukan pengurus disertai dengan pembagian
tanggung jawab kepada masing-masing pengurus atau divisi. Sehingga pada saat
pelaksanaannya diharapkan setiap divisi atau pengurus mampu mengemban amanah
dengan baik serta dapat melaksanakan seluruh kegiatan yang telah diagendakan atau
direncanakan sebelumnya.

Sebagaimana yang telah diuraikan, menurut penulis antara temuan di lapangan


terdapat kesesuaian dengan teori pengorganisasian, dalam hal ini ditemukan bahwa masjid
Al-Ishlah telah melakukan sebuah pengorganisasian dengan baik, yaitu telah membentuk
struktur kepengurusan, memberikan tugas dan tanggung jawab kepada masing-masing
pengurus atau divisi, telah melakukan pembagian kerja dan lain-lain. Hal ini relevan dengan
yang dikemukakan oleh Malayu Hasibuan bahwa pengorganisasian adalah suatu
pengelompokan, pembentukan pengurus atau divisi serta memberikan tugas dan tanggung
jawab dalam rangka mencapai tujuan, selain itu perlunya menyediakan peralatan dan
pendelegasian pada setiap pengurus yang akan melaksanakan pekerjaan atau kegiatan
yang telah diberikan dan direncanakan.

6. Sarana dan Prasarana Masjid Al-Ishlah

Masjid Al-Ishlah Parungjaya dalam hal ini memiliki beberapa sarana dan prasarana
sedikitnya dapat bermanfaat dan dibutuhkan oleh para jamaah, adapun sarana dan
prasarana yang dimiliki masjid Al-Ishlah diantaranya yaitu sebagai berikut:

a. Ruang ibadah
Ruang ibadah merupakan sebuah tempat yang disediakan untuk
melaksanakan berbagai kegiatan yang sifatnya adalah beribadah kepada Allah
SWT. Misalnya ibadah sholat fardhu, sholat Jumat, sholat idul fitri dan idul adha
serta kegiatan-kegiatan keagamaan dan pendidikan lainya seperti kegiatan
pengajian rutinan. Ruang ibadah yang dimiliki masjid Al-Ishlah tergolong sangat
luas dengan ruang ibadah pendukung yang berada di lantai dua, dalam hal ini
bertujuan supaya jamaah merasa nyaman dan tidak terbatas apabila tidak
mendapatkan tempat ketika melaksanakan ibadah. Disamping itu, ruang ibadah
pada masjid Al-Ishlah dapat dikatakan memiliki fasilitas yang lengkap, hal ini
dibuktikan dengan adanya sound system yang baik, kipas angin, mimbar untuk
khotib, karpet yang bersih disertai pembatasan shaf (barisan), adanya kotak amal
serta tempat penyimpanan Al-Quran dan peralatan sholat.
b. Tempat wudhu dan toilet
Tempat wudhu dan toilet yang dimiliki oleh masjid Al-Ishlah umumnya
mempunyai dua ketegori yakni penyediaan fasilitas tempat wudhu dan toilet untuk
laki-laki dan untuk perempuan. Antara jamaah laki-laki dan jamaah perempuan
mempunyai hak yang sama dalam mendapatkan akses yang nyaman dan bersih.
Pelayanan yang disediakan oleh masjid Al-Ishlah sangat memperhatikan pada
aspek keamanan dan kenyamanan yakni antara fasilitas tempat wudhu dan toilet
untuk laki-laki dan perempuan sama-sama bersifat tertutup karena dalam agama
islam hal ini sangat berpengaruh dan menyangkut aurat jamaah yang harus
tertutup.
c. Gudang
Masjid Al-Ishlah memiliki sebuah ruangan yang digunakan sebagai gudang.
Adapun keberadaan sebuah gudang ini memiliki fungsi untuk menyimpan barang-
barang inventaris yang dimiliki oleh masjid Al-Ishlah, barang-barang tersebut
terkadang digunakan hanya pada waktu-waktu tertentu saja, kemudian sebagai
upaya perawatan dan penyimpanan maka barang-barang tersebut disimpan dan
dikumpulkan digudang.
d. Ruang sekretariat
Ruang sekretariat ini secara fungsinya hampir sama dengan gudang. Namun
pada ruang sekretariat ini lebih berkaitan dengan barang-barang yang bersifat
administrasi, arsip-arsip maupun dokumen yang dimiliki masjid Al-Ishlah. Dalam
sebuah masjid ruangan tersebut lebih dikenal dengan ruang sekretariat atau kantor
masjid.
e. Tempat parkir yang luas
Bagi para jamaah yang membawa kendaraan yang hendak melakukan ibadah
dapat menyimpan kendaraannya di halaman masjid Al-Ishlah. Masjid Al-Ishlah
memiliki tempat parkir yang cukup luas hal ini merupakan salah satu upaya untuk
membuat para jamaah merasa nyaman dan aman dalam melakukan ibadah kepada
Allah SWT tanpa memikirkan kendaraannya.

B. Proses dan Kegiatan Fundraising Masjid Al-Ishlah Parungjaya

1. Proses atau Tahapan Fundraising Masjid Al-Ishlah Parungjaya

Masjid merupakan sebuah ruang atau tempat yang biasa dilakukan untuk kegiatan
sarana beribadah umat islam. Disamping itu masjid juga merupakan sebuah organisasi,
yang mana organisasi ini adalah sebuah wadah yang terstruktur dan mempunyai suatu
tujuan bersama dengan melibatkan partisipasi masyarakat. Sebagai sebuah organisasi,
tentunya masjid mempunyai strategi serta rancangan yang bertujuan untuk
mengembangkan masyarakat dalam aspek sosial dan keagamaan dengan memposisikan
masjidn sebagai pusat syiar islam dan sosial kemasyarakatan dalam rangka meningkatkan
keimanan dan ketaqwaan.

Dalam sebuah masjid, pelaku organisasi sering disebut sebagai pengurus masjid.
Seorang pengurus masjid mempunyai tugas pokok yaitu memakmurkan masjid, dalam
kaitannya pengurus masjid lazim disebut sebagau takmir masjid atau yang lebih dikenal
dengan sebutan DKM (Dewan Kemakmuran Masjid). DKM ini yang memegang tanggung
jawab untuk mewujudkan sebuah masjid yang baik, salah satunya dengan melaksanakan
seluruh administrasi dan mengatur masjid sebagaimana masjid disebut sebagai organisasi.

Guna menjawab perubahan zaman, keberadaan masjid telah mengalami perubahan


baik dalam hal bangunan fisik maupun suatu sistem yang progresif demi kenyamanan dan
keamanan para jamaah dalam beribadah. Berkaitan dengan perubahan masjid dalam hal
bangunan fisik, realitasnya masjid-masjid yang berdiri telah dirancang dengan sedemikian
rupa hingga terlihat megah, mewah, dan sangat menunjukan nilai estetika namun tidak
menghilangkan identitas masjidnya. Dalam pembangunan ataupun renovasi masjid, untuk
mencapai sebuah target yang telah ditentukan sebelumnya, sebuah masjid harus tentu
harus memiliki proses atau tahapan-tahapan yang baik serta telah memikirkan perihal
anggaran biaya yang akan dikeluarakan dan dibutuhkan.

Untuk meminimalisir terjadinya keterbatasan biaya ditengah jalan, maka sebuah


masjid perlu melakukan kegiatan penggalangan dana atau lebih dikenal sebagai
fundraising. Fundraising merupakan suatu kegiatan mengumpulkan dana yang dilakukan
secara kelompok atau lembaga yang diperoleh dari masyarakat dan untuk kepentingan
masyarakat (Muhdiyar, 2013). Dalam mendukung keberhasilan tujuan utama yakni
pembangunan masjid melalui kegiatan fundraising, masjid Al-Ishlah Parungjaya
memerlukan beberapa tahapan. Tahapan-tahapan itu antara lain perencanaan,
pengorganisasian, penggerakan dan pengawasan. Seluruh tahapan dalam sebuah
organisasi disebut juga sebagai manajemen. Manajemen ini perlu dilakukan dengan baik,
sehingga DKM sebagaimana penyelenggara organisasi mampu mewujudkan tujuan yang
telah ditentukan namun hal ini juga perlu ditekankan bahwa keterlibatan dan partisipasi
masyarakat juga sangat penting dan dibutuhkan. Adapun uraian penjelasan mengenai
proses atau tahapan fundraising dalam pembangunan masjid Al-Ishlah yaitu sebagai
berikut:

a. Perencanaan
Dalam sebuah organisasi, perencanaan sangat penting dan diperlukan
untuk mewujudkan suatu tujuan tertentu. Layaknya sebuah organisasi, masjid Al-
Ishlah dalam mewujudkan sebuah tujuan yakni pembangunan masjid dengan
memperluas ruang ibadah tentunya mempunyai sebuah perencanaan yang telah
disiapkan. Untuk keberlangsungan proses pembangunan masjid maka DKM
masjid Al-Ishlah sebelumnya telah melakukan rapat koordinasi bersama dengan
masyarakat seperti ketua RT dan RW serta juga melibatkan pihak desa untuk
membahas mengenai pembangunan masjid dengan memperhatikan anggaran
biaya yang dibutuhkan.
Berbicara mengenai anggaran biaya maka DKM Al-Ishlah telah
merencanakan beberapa kegiatan untuk proses pembangunan masjid. Disamping
itu, dalam prosesnya DKM masjid Al-Ishlah merencanakan sebuah kegiatan yang
inovatif dalam strategi pengumpulan dana yang bertujuan untuk membantu
kelancaran pembangunan masjid. Selain itu dalam hal kegiatan pengumpulan
dana yang biasa telah berjalan sebagaimana mestinya yaitu dengan kegiatan
pengumpulan dana harian dan mingguan seperti infaq dan sedekah dari jamaah
sholat fardhu dan sholat jumat.
Dalam hal kegiatan pengumpulan dana harian dan mingguan ini hasilnya
tidak seluruhnya dialokasikan untuk pembangunan masjid, namun DKM masjid Al-
Ishlah lebih mengutamakan hasilnya tersebut untuk program syiar islam (dakwah),
sosial kemasyarakatan dan perawatan masjid, oleh karena itu apabila terdapat
dana yang lebih maka akan disalurkan untuk membantu kelancaran pembangunan
masjid. Sedangkan untuk kegiatan penggalangan dana dengan cara yang lain
yaitu DKM masjid Al-Ishlah telah merencanakan suatu kegiatan yang melibatkan
masyarakat yaitu kegiatan penggalangan dana di jalan raya yang dilakukan oleh
sekelompok perempuan dan kegiatan penggalangan dana keliling atau di
lingkungan masyarakat Desa Parungjaya.
Sebagaimana istilah perencanaan menurut T. Hani Handoko
mengemukakan bahwa perencanaan merupakan suatu pemilihan kegiatan dan
untuk memutuskan kegiatan selanjutnya apa yang harus dilakukan, kapan,
bagaimana dan oleh siapa. Dalam hal ini antara teori dan hasil temuan penulis
terdapat kesesuaian. Yang mana dalam perencanaannya DKM masjid Al-Ishlah
telah merencanakan suatu kegiatan yang akan dilaksanakan pada waktunya. Hal
ini sesuai dengan teori perencanaan menurut T. Hani Handoko seperti yang telah
diuraikan diatas.
b. Pengorganisasian
Setelah tahap perencanaan tersusun maka selanjutnya dilakukan proses
pembagian tugas atau yang dimaksud dengan pengorganisasian. Dalam
pengorganisasian selain telah terbentuknya organisasi DKM masjid Al-Ishlah,
namun untuk tujuan pembangunan masjid ketua DKM masjid Al-Ishlah melakukan
pembentukan pengurus beserta pembagian kerja dan tanggung jawabnya.
Pengurus ini dikelompokan ke dalam sebuah organisasi yang disebut sebagai tim
pembangunan.
Tim pembangunan ini masih dibawah organisasi DKM masjid Al-Ishlah,
namun supaya tidak terbentur antara tujuan kemakmuran masjid dan
pembangunan masjid, maka dibentuk sebuah organisasi tersebut. Selain itu
pembentukan tim pembangunan ini bertujuan untuk memisahkan tanggung jawab
dan wewenang supaya tidak tumpang tindih antara melaksanakan pekerjaan DKM
masjid Al-Ishlah dan pembangunan masjid. Dalam upaya memaksimalkan
kegiatan penggalangan dana yang akan disalurkan untuk pembangunan majsid,
maka DKM masjid Al-Ishlah dalam hal ini melakukan pembagian kerja sesuai
dengan unit kerja yang telah dibentuk. Tim pembangunan tersebut terdiri dari:

1. Ketua
2. Sekretaris
3. Bendahara pembangunan
4. Koordinator fundraising di jalan raya
5. Koordinator fundraising keliling di lingkungan masyarakat

Kemudian setelah membentuk struktur kepengurusan tim pembangunan


masjid Al-Islah dalam menjalankan kegiatan pengumpulan dana, maka selanjutnya
menempatkan pengurus sesuai dengan kamauan dan kemampuannya. Tidak
hanya sampai disitu kemudian selanjutnya memberikan tanggung jawab dan
wewenang dari pimpinan kepada setiap pengurus tim pembangunan, serta dalam
pelaksanaannya diharapkan mampu menciptakan hubungan kerja sama yang baik
sehingga memiliki tim kerja yang solid.

Pengorganisasian yang dilakukan oleh DKM masjid Al-Ishlah telah sesuai


dan relevan dengan apa yang dikatakan oleh Sandang P. Siagian bahwa
pengorganisasian merupakan seluruh proses pengelompokan orang-orang,
peralatan, pembagian tugas, serta tanggung jawab dan wewenang, sehingga
menciptakan sebuah organisasi yang mampu digerakan sebagai suatu kesatuan
suatu kelompok yang utuh dan bulat dalam rangka mencapai tujuan yang telah
ditentukan.

c. Penggerakan
Masjid Al-Ishlah dalam upaya merealisasikan kegiatan fundraising yang
telah direncanakan, maka tim pembangunan setiap divisinya yang telah memiliki
tanggung jawab dan wewenang masing-masing harus melaksanakan sebuah
penggerakan. Penggerakan ini dilakukan oleh tim pembangunan dibawah arahan
DKM masjid Al-Ishlah, yaitu para pengurus pada setiap divisinya bekerja sesuai
bidang mereka dengan disertai pengarahan dan masukan-masukan yang
diberikan kepada setiap divisi atau bidang masing-masing. Sebagaimana tujuan
utamanya dari proses kegiatan fundraising yaitu untuk pembangunan masjid, oleh
karena itu atas dasar pengarahan, perintah dan bimbingan dari DKM masjid Al-
Ishlah maka dalam pelaksanaannya tim pembangunan berusaha untuk
melakukannya sesuai dengan bidang atau divisinya masing-masing. Adapun
dalam pelaksanaannya tim pembangunan melaksanakan tugas dan wewenangnya
yaitu sebagai berikut:

Posisi/Jabatan Indikator Kerja


Ketua  Memimpin dan mengarahkan pengurus tim
pembangunan
 Memimpin rapat-rapat terutama pada saat rapat
evaluasi
Sekretaris  Mengatur dan mengurus mengenai
pengadministrasian yang perlu disiapkan dan
dibutuhkan.
Bendahara pembangunan  Mengelola & mengatur keuangan
 Menerima laporan keuangan dan dana dari
setiap koordinator
 Membuat laporan hasil keuangan yang
diperoleh dari fundraising
Koordinator fundraising di  Menerima dana hasil dari kegiatan fundraising di
jalan raya jalan raya dari setiap anggota
 Melaporkan keuangan pada bendahara
pembangunan
 Memantau dan mengawasi kegiatan fundraising
Koordinator fundraising  Menerima dana hasil dari kegiatan fundraising
keliling keliling dari setiap anggota
 Melaporkan keuangan pada bendahara
pembangunan
 Memantau dan mengawasi kegiatan fundraising

Seperti yang telah diuraikan sebelumnya bahwa dalam penggerakan ini


tidak bisa terlepas dari keterlibatan DKM masjid Al-Ishlah, dalam hal ini DKM
masjid Al-Ishlah telah melakukan beberapa upaya kepada tim pembangunan yaitu:
1. Pengarahan
Pengarahan ini dilakukan untuk tujuan memberikan arahan yang
dilakukan oleh ketua DKM masjid Al-Ishlah kepada tim pembangunan.
Pengarahan ini dilakukan dan berfungsi sebagai kegiatan bertukar pikiran
informasi supaya terjalin adanya kesepahaman. Untuk itu pengarahan ini
sangat diperlukan, sehingga dalam pelaksanaannya setiap pengurus tim
pembangunan dapat melaksanakan aktivitas pekerjaan dan tanggung
jawabnya dengan baik.
2. Perintah
Perintah ini berisi sesuatu yang ditugaskan kepada individu atau
kelompok dan harus dilaksanakan. Dalam hal ini perintah ini turun dari
ketua DKM masjid Al-Ishlah Parungjaya atau perintah ini bisa datangnya
dari ketua tim pembangunan yang bertujuan untuk melaksanakan suatu
kegiatan yang telah diperintahkan pada waktu tertentu.
3. Bimbingan
Bimbingan ini dilakukan setelah kegiatan mengarahkan dan
memerintah, bahwa bimbingan ini dilakukan oleh ketua DKM masjid Al-
Ishlah kepada tim pembangunan dalam upaya melaksanakan tugas dan
tanggung jawab mengenai pengumpulan dana untuk pembangunan masjid.
Bimbingan sangat diperlukan, dengan adanya tindakan dari ketua DKM
masjid Al-Ishlah diharapkan seluruh tanggung jawab dan tujuan kegiatan
dapat terealisasi dengan baik.

d. Pengawasan
Setelah tahap sebelumnya yakni perencanaan, pengorganisasian dan
penggerakan dilakukan, selanjutnya yaitu pengawasan atau (controlling). Dalam
sebuah organisasi tak terkecuali sebuah masjid pengawasan ini sangat penting
dan diperlukan untuk mengetahui kinerja anggota dan pelaksanaan kegiatan yang
terealisasi ataupun tidak. Dalam pelaksanaannya DKM masjid Al-Ishlah dan tim
pembangunan melaksanakan pengawasan secara rutin dengan baik yaitu dengan
melakukan kegiatan rapat evaluasi.

Dengan tujuan untuk memotivasi dan mengetahui sejauh mana kegiatan-


kegiatan yang telah dilaksanakan, maka DKM masjid Al-Ishlah melakukan sebuah
rapat evaluasi yang dilakukan setiap step atau tahapan pembangunan masjid
selesai. Perlu diingat kembali bahwasanya masjid Al-Ishlah dalam mencapai
tujuan pembangunan masjid memiliki pembagian dasar yakni dengan membangun
masjid berdasarkan step by step atau tahapan demi tahapan, oleh karena itu
masjid Al-Ishlah ini memiliki 6 step dalam pelaksanaan pembangunan masjid.

Contohnya pada step 3 dilakukan pembangunan masjid yang berada


didalam masjid tepatnya pada bagian atas, dengan kegiatan mengecor dan
pemasangan granit. Setelah step 3 selesai maka akan melakukan rapat evaluasi
dengan membahas berbagai laporan baik laporan pengeluaran dan pemasukan
hasil dari kegiatan fundraising. Begitu juga seterusnya ketika telah mencapai step-
step selanjutnya dan apabila telah selesai, maka akan dilakukan rapat evaluasi.

Dalam kegiatan rapat evaluasi yang dilakukan oleh DKM masjid Al-Ishlah
dan tim pembangunan ini bertujuan untuk mengawasi dan mengontrol pekerjaan
yang telah diamanhkan pada masing-masing anggota. Pada rapat evaluasi ini, jika
terdapat kekeliruan atau kesalahan dapat segera dilakukan perbaikan dan mencari
solusinya bersama-sama. Pengawasan yang dilakukan oleh DKM masjid Al-Ishlah
Parugjaya telah sesuai dengan apa yang dikemukakan oleh Henry Fayol yang
dikutip oleh A.M Kadarman bahwa pengawasan adalah suatu usaha yang
dilaksanakan dengan tujuan untuk memastikan bahwa seluruh kegiatannya
berjalan dan sesuai dengan rencana yang telah ditentukan, perintah yang telah
diberikan dan tujuan yang telah ditetapkan.

2. Kegiatan Fundraising Masjid Al-Ishlah Parungjaya

Dalam aktivitas penggalangan dana atau fundraising maka dibutuhkan proses atau
tahapan-tahapan yang harus dilakukan sebelum masuk pada tindakan (action) nyata atau
kegiatan dari fundraising itu sendiri. Masjid Al-Ishlah sebelumnya telah melakukan
beberapa proses atau tahapan dalam upaya aktivitas fundraising, maka kali ini masjid Al-
Ishlah melaksanakan kegiatan fundraising yang telah direncanakan dan ditetapkan
sebelumnya. Kegiatan fundraising umumnya biasa disebut juga sebagai aktivitas atau
tindakan dalam upaya mengumpulkan dana dari masyarakat, berkaitan dengan sebuah
masjid maka penggalangan dana yang dilakukan hanya bertujuan untuk pembangunan
masjid.

Kegiatan fundraising juga merupakan keseluruhan proses atau tahapan rencana


yang telah dipertimbangkan dan dipilih untuk melakukan sebuah aktivitas penggalangan
dana yang efektif dan efisien, sehingga dapat tercapai sebuah tujuan yang telah dikonsep
sebelumnya. Dalam hal ini pihak DKM masjid Al-Ishlah selalu meningatkan kepada
masyarakat bahwa diharapkan terdapat partisipasi dari masyarakat, adapun bentuknya
tidak hanya berbentuk dana, dapat berbentuk tenaga atau ide yang dapat membantu
proses pembangunan masjid lebih cepat selesai. Dalam hal tujuan penggalangan dana,
maka terdapat beberapa metode atau cara yang dilakukan oleh DKM masjid Al-Ishlah
dengan tim pembangunan dalam melakukan kegiatan fundraising, yaitu sebagai berikut:

a. Kegiatan fundraising yang dilakukan di jalan raya


Kegiatan fundraising ini dilaksanakan menggunakan teknik secara
langsung. Artinya dalam rangka menggalang dana dari masyarakat, bentuk
kegiatan ini dilakukan secara langsung dengan cara melibatkan partisipasi
masyarakat. Keterlibatan masyarakat tersebut merupakan bentuk pelaksanaan
yang telah direncanakan sebelumnya, dalam hal ini cara fundraising yang
dilakukan akan berjalan dengan lancar apabila terdapat kerja sama yang kuat.
Kegiatan fundraising di jalanan ini melibatkan peran masyarakat dan salah satu
pihak yang aktif terlibat adalah pihak perempuan.

Kegiatan fundraising ini dilakukan dari pukul 08.00-15.00, dalam hal ini
kegiatan tersebut biasanya rutin dilakukan selama enam hari dalam satu minggu,
hanya pada hari jumat kegiatan tersebut libur karena waktunya sempit dan
berdekatan dengan persiapan ibadah sholat jumat di masjid Al-Ishlah. Kegiatan ini
dilakukan oleh lima blok dalam waktu enam hari dengan waktu kegiatannya
bergantian setiap harinya. Jadi misalnya pada hari sabtu dilakukan oleh blok wage
maka untuk hari-hari selanjutnya bergantian dengan blok lain, sehingga
pembagian kerja ini sifatnya berputar. Sedangkan untuk petugasnya itu adalah
perempuan, namun hal ini menekankan bahwa kegiatan ini tidak bersifat memaksa
artinya bagi siapa saja yang berkeinginan terlibat dalam kegiatan fundraising,
maka tinggal mengikuti kegiatan fundraising di jalan raya. Adapun dalam
kegiatannya para perempuan petugas penggalangan dana diberikan upah sebesar
Rp. 20.000 disertai dengan pemberian nasi makan

Dalam pelaksanaannya kegiatan fundraising di jalan raya ini dilakukan oleh


enam orang perempuan, yakni untuk kegiatannya dibagi menjadi tiga tempat
bahwasanya tiga orang berada di sebelah barat jalan raya dan tiga orang lainnya
berada di sebelah timur jalan raya. Aktivitas fundraising ini dilakukan dengan
diiringi lantunan-lantunan sholawat, ayat Al-Quran, sepanjang kegiatan tak henti-
hentinya petugas fundraising mengajak kepada masyarakat terutama kepada
pengendara yang melewati jalan raya tersebut, dengan ajakan untuk bershodaqoh
dan beramal ibadah dengan cara menyisihkan sebagian rezekinya untuk membantu
kelancaran proses pembangunan masjid Al-ishlah. Sedangkan unsur pendukung
untuk membantu jalannya kegiatan fundraising di jalanan dalam hal ini terdapat
beberapa unsur yaitu sebagai berikut:
a. Peralatan
Dalam mendukung kegiatan fundraising di jalanan, maka beberapa
peralatan yang telah disediakan diantaranya kursi yang disediakan untuk
petugas fundraising, juga disediakan payung yang berfungsi untuk
mengurangi terpapar sinar matahari dan air hujan, sebuah jaring yang
berfungsi untuk menyimpan atau menerima uang dari pengendara yang
melempar sebagian uangnya, sebuah toa yang berfungsi untuk menambah
suasana keislaman dengan iringan lantunan sholawat atau ayat Al-Quran
yang bertujuan untuk mengajak pengendara supaya mensisihkan sebagian
uangnya untuk pembangunan masjid Al-Ishlah.
b. Lokasi yang strategis
Kegiatan fundraising yang dilakukan di jalanan ini sangat strategis
apabila ditinjau dari lokasi kegiatan berlangsung. Karena kegiatan
fundraising ini berada di jalan raya Rajagaluh-Prapatan yang mana sering
dilewati kenddaraan-kendaraan dengan jumlah yang banyak. Oleh karena
itu diharapkan dapat menambah hasil yang didapatkan. Selain itu lokasi
kegiatan fundraising ini juga bersebrangan dengan sekolah SMPN 3
Leuwimunding, yang mana banyak masyarakat terutama anak sekolah
yang melewati jalanan, sehingga diharapkan masyarakat dapat
memberikan sedikit dananya untuk berpartisipasi membantu proses
pembangunan masjid Al-Ishlah.
c. Sumber daya manusia
Dalam kegiatan fundraising yang dilakukan di jalan raya tidak lepas
dari partisipasi dari manusia atau masyarakat. Sumber daya manusia yang
dimiliki dalam kegiatan penggalangan dana menggambarkan sebuah
kelompok perempuan yang kompak, ditunjukan dengan kerja sama yang
baik antar petugas penggalangan dana.

b. Kegiatan fundraising yang dilakukan keliling di lingkungan masyarakat

Kegiatan fundraising ini dilaksanakan menggunakan teknik atau metode


jemput bola. Artinya dalam rangka kegiatan penggalangan dana, masyarakat yang
telah ditugaskan melakukan aktivitas menggalang dana dengan cara berkeliling ke
setiap rumah di lingkungan masyarakat Desa Parungjaya. Kegiatan fundraising ini
sangat efektif dan dapat dikatakan juga sebagai kegiatan fundraising secara
langsung, artinya aktivitas fundraising ini dilakukan dengan cara turun langsung
menggalang dana ke setiap rumah warga dalam upaya mendapatkan partisipasi
masyarakat dalam bentuk materi.

Kegiatan fundraising keliling di lingkungan masyarakat ini biasanya rutin


dilakukan satu minggu sekali yaitu pada saat hari minggu. Seperti yang telah
disebutkan bahwasanya kegiatan fundraising ini dilakukan dengan melibatkan
masyarakat, maka dalam pelaksanaannya kegiatan fundraising ini dilakukan oleh
perwakilan masyarakat sekitar dua orang dari setiap bloknya untuk melakukan
aktivitas penggalangan dana di masing-masing bloknya. Sedangkan secara
pelaksanaannya biasanya masyarakat yang melakukan penggalangan dana
tersebut adalah perempuan.

Dilihat dari pendapatan, kegiatan fundraising ini sangat membantu dalam


menambah pemasukan keuangan untuk pembangunan masjid. Karena kegiatan
fundraising dengan cara jemput bola ini dilakukan satu minggu sekali, maka
terhitung dalam satu bulan dilakukan selama empat kali. Adapun penghasilan
yang didapatkan selama satu bulan jumlah nominalnya tidak tetap, namun dapat
dihitung pendapatan selama satu bulan sekitar Rp. 2.000.000-Rp. 3.000.000.
Kegiatan fundraising dengan cara ini cukup efektif namun apabila melihat dari
pendapatan yang dihasilkan tidak terlalu banyak.

C. Keterlibatan Perempuan Dalam Kegiatan Fundraising Di Jalan Raya

Keterlibatan artinya keadaan terlibat. Maksud dari terlibat yaitu adanya keikutsertaan
individu atau berperan dalam sebuah kegiatan atau aktivitas pada situasi tertentu. Keterlibatan
sosial perempuan merupakan suatu kondisi perempuan yang berperan dalam kehidupan
masyarakat. Aspek keterlibatan sosial perempuan tidak hanya kehidupan politik dan sosial,
namun kondisi dimana perempuan ikut serta dalam kehidupan umum. Dalam hal ini konsep
keterlibatan berkaitan dengan sebuah kegiatan masyarakat yaitu kegiatan fundraising yang
dilakukan di jalan raya. Kegiatan fundraising ini merupakan sebuah program kegiatan yang
dilakukan oleh tim pembangunan masjid Al-Ishlah, tujuannya yaitu untuk mengumpulkan dana
sebanyak-banyaknya dan dialokasikan untuk pembangunan masjid.

Dari hasil penelitian yang telah dilakukan bahwa keterlibatan perempuan dalam kegiatan
fundraising bersifat partisipatif. Artinya peran tersebut diberikan oleh perempuan dengan
memberikan sumbangan tenaganya yang sangat berguna untuk keberlangsungan kegiatan
fundraising di jalan raya. Keterlibatan perempuan dalam kegiatan fundraising di jalan raya
dilakukan karena adanya dukungan dan dorongan dari tokoh masyarakat atau tokoh ulama
setempat yang sekaligus merupakan pengurus DKM masjid Al-Ishlah. Hal tersebut dijelaskan
dengan hasil wawancara dengan informan SR (27/11/2022), beliau mengatakan:

“Kebetulan saya mah gapunya anak kecil a, soalnya kata pa ustad juga sok siapa aja
yang mau ikutan silahkan ikut, jadinya ya saya ikut. Karena gaada anak kecil juga a
jadinya saya mau aja, kebetulan suami juga jauh kerja di Bandung. Kasian juga saya
mah a, kan ini juga biar pembangunan masjidnya cepat beres.”
Hal tersebut senada dengan penjelasan hasil wawancara dengan informan yang lain yaitu
wawancara dengan informan SY (30/11/2022), beliau mengatakan:

“Kalau saya, dibilang mau atau engganya ya mau gamau si soalnya disuruh juga sama
pa ustad, terus pengurus DKM. Karena saya sehari-harinya cuma ibu rumah tangga
gaada kerjaan jadi ikutan ajalah, terus ya karena suami saya juga ikutan terlibat
jadinya ya mau.”

Berdasarkan penjelasan dari informan di atas dapat ditarik kesimpulan sementara bahwa
keterlibatan perempuan dalam kegiatan fundraising ini terdapat suatu dorongan dari
masyarakat terutama dari pihak tokoh agama atau ulama di Desa Parungjaya. Sehingga hal
ini merupakan salah satu faktor yang menyebabkan perempuan terlibat dalam kegiatan
fundraising di jalan raya. Dalam hal ini dorongan dari tokoh agama tersebut tentunya sangat
mempengaruhi pemikiran dari perempuan. Sedangkan masyarakat apabila yang memerintah
adalah tokoh agama atau ulama, maka sikap yang ditunjukan oleh masyarakat terkesan
menerima dan sulit untuk menolaknya namun hal ini juga dari pihak tokoh agama tidak bersifat
memaksa, artinya kegiatan ini memberikan kesempatan kepada masyarakat terutama
perempuan untuk ikut serta dalam sebuah kegiatan.

Selain itu, terdapat adanya faktor lain yang menyebabkan perempuan terlibat dalam
kegiatan fundraising di jalanan yaitu salah satunya timbul dari keinginan yang diniatkan ibadah
untuk mencari pahala dari Allah SWT. Hal itu sesuai dan relevan dengan apa yang dikatakan
oleh informan SR (27/11/2022), bahwasanya beliau mengatakan:

“Buat ngisi waktu luang a, terus kalo di jalan bisa lihat apa aja a itung-itung buat
mencerahkan pikiran. Kalo saya berhenti nanti engga ada yang ganti a, soalnya
engga ada yang mau a ikutan ginian itu, jadi saya mah mau aja lumayan dapat pahala
dari Allah SWT.”

Selanjutnya hal tersebut senada dengan apa yang dikatakan oleh informan yang lain,
maka dari hasil wawancara dnegan informan SY (30/11/2022), beliau mengatakan:

“Saya mah emang disuruh sama pa ustad, pa haji tapi ya saya juga ikutan nyair ini ya
ada keinginan sendiri, jadi diniatkan buat nyari amalan dan barokahnya, kan kita gatau
semoga aja bisa jadi ladang pahala dari Allah SWT.”

Kemudian pernyataan tersebut diperkuat dengan pernyataan hasil wawancara dengan


informan yang lain yaitu wawancara dengan informan IW (4/12/2022), beliau mengatakan:

“Kebetulan saya menganggur engga ada pekerjaan juga, bicara upah yang dikasih
mah tidak terlalu dipikirkan, karena saya ikut kegiatan ini diniatkan buat ibadah aja, ya
semoga aja dapat pahala dari Allah SWT.”

Berdasarkan penjelasan dari informan tersebut, maka dapat ditarik kesimpulan sementara
bahwa terdapat faktor kuat yang menyebabkan perempuan terlibat dalam kegiatan
fundraising di jalan raya, yaitu persepsi perempuan yang selalu menganggap kegiatan
tersebut diniatkan ibadah yang semata-mata mencari pahala atau balasan dari Allah SWT.
Dalam hal ini terdapat kesinambungan dengan faktor penyebab yang sebelumnya,
dikarenakan adanya dorongan dan dukungan yang kuat dari tokoh agama maka apa yang
diungkapkannya dapat mengubah persepsi perempuan yang mengarah pada kegiatan yang
diniatkan untuk ibadah dan mencari pahala dari Allah SWT.

Dari penjelasan hasil wawancara tersebut dapat dibuktikan bahwa perempuan yang
terlibat dalam kegiatan fundraising di jalan raya memang benar adanya bahwa perempuan
tersebut ikut serta murni hanya diniatkan untuk ibadah dan mencari pahala dari Allah SWT.
Artinya walaupun dalam kegiatan tersebut terdapat upah atau komisi yang diberikan namun
hal itu bukan menjadi suatu alasan perempuan untuk terlibat dalam kegiatan fundraising di
jalan raya. Hal ini diperkuat dengan pernyataan hasil wawancara dengan informan SR
(27/11/2022), beliau mengatakan:
“Susah nyari sumbangan di jalanan itu, gampang-gampang susah a. Saya mah engga
ngejar komisi, engga nyari komisi soalnya komisinya juga ga seberapa lah komisinya
juga kecil.”

Berdasarkan data yang diperoleh penulis dari informan bahwa keterlibatan perempuan
dalam kegiatan fundraising di jalan raya tentunya memberikan beberapa pernyataan yang
berbeda-beda. Namun dari penjelasan yang telah diuraikan dapat ditarik kesimpulan bahwa
faktor yang menyebabkan perempuan ikut serta dalam kegiatan tersebut adalah adanya
persepsi dari perempuan yang beranggapan bahwa kegiatan tersebut dijadikan sebagai
ladang untuk menccari pahala, lebih lanjut bahwa komisi atau upah yang didapat nampaknya
tidak terlalu berpengaruh bagi perempuan, karena mereka mengikuti kegiatan fundraising di
jalan raya diibaratkan hanya untuk beribadah kepada Allah SWT. Oleh karena itu, perempuan
yang memberikan sumbangan tenaganya untuk terlibat dalam kegiatan fundraising di jalan
raya adalah merupakan suatu bentuk peran yang partisipatif karena dalam hal ini sedikitnya
dapat membantu mencapai tujuan yaitu kelancaran pembangunan masjid.

Dalam pelaksanannya perempuan yang terlibat dalam kegiatan fundraising di jalan raya
setidaknya sering memiliki keluhan yang dialami, artinya bukan berarti perempuan yang
terlibat dalam kegiatan tersebut merasa baik namun ternyata terdapat sisi keluhan yang
dirasakan oleh perempuan tersebut. Keluhan yang dirasakan oleh perempuan yang terlibat
dalam kegiatan tersebut berbentuk permasalahan yang dirasakan oleh anggota tubuhnya. Hal
ini sejalan dengan pernyataan hasil wawancara dengan informan SR (27/11/2022), beliau
mengatakan:

“Kalau ikutan nyair itu kadang suka perih matanya, karena banyak mobil motor yang
lewat, jadi banyak polusi, asap kendaraan jadinya suka perih matanya. mau pakai
kacamata disangkanya gaya jadi gausah lah mending biasa aja, kalo panas juga ya
gitu karena gaada yang mau si mau gimana lagi.”

Pernyataan tersebut kemudian selanjutnya disampaikan oleh salah satu informan yang
lain, dalam hal ini berdasarkan wawancara dengan inform SY (30/11/2022), beliau
mengatakan:

“Terkadang ya saya juga suka terganggu pernapasannya, yaitu si soalnya banyak


motor mobil yang lewat jadinya suka gaenak napasnya soalnya banyak polusi kalo di
jalan raya itu. Tapi buat jaga-jaga mah saya sama ibu-ibu yang lain suka pake masker
biar aman, kan disini juga disediain payung gitu biar aman ga kepanasan.”

Dalam hal ini lebih lanjut diperkuat oleh penyataan hasil wawancara dengan informan lain,
yakni wawancara dengan informan IW (4/12/2022), beliau mengatakan:

“Ya pas awal-awal ikutan kegiatan nyair mah saya kaget ko tiba-tiba badan suka sakit
terutama kepala saya terasa pusing sakit kepala. Terus kadang juga perut saya perih,
tapi makin kesini mah ya sudah jarang si sakit kepala karena sudah terbiasa juga jadi
ya biasa aja.”

Berdasarkan uraian hasil wawancara dengan informan maka diperoleh sebuah data
bahwa perempuan yang terlibat dalam kegiatan fundraising di jalan raya sedikitnya
merasakan dampak negatif dari keikutsertaannya dalam kegiatan penggalangan dana
tersebut. Keterlibatan perempuan dalam kegiatan fundraising di jalan raya yang tidak berjalan
dengan baik maka akan berpengaruh terhadap pelaksanaan kegiatan fundraising tersebut,
dalam hal ini ketika perempuan penggalang dana mempunyai keluhan yang dirasakan dalam
artian kondisi tubuhnya kurang fit, maka tentunya akan mengganggu proses keberlangsungan
kegiatan fundraising tersebut. Selain itu jika perempuan memaksakan, tentunya tidak baik
untuk kondisi tubuhnya sehingga akan menimbulkan dampak negatif yang berlebih.

Keterlibatan perempuan dalam kegiatan fundraising yang dilakukan di jalan raya sangat
membantu, dalam hal ini partisipasi aktif dari perempuan secara pelaksanaannya sangat
efektif dan mampu mendatangkan pendapatan yang akan berguna untuk pembiayaan
pembangunan masjid. Keterlibatan perempuan ini dalam pelaksanaannya yaitu dimulai pada
pukul 08.00-15.00, lebih lanjut dalam kegiatanya setiap perempuan duduk disebuah kursi
yang telah disediakan dan diletakan di pinggir jalan raya. Dengan sambil memegang jaring
yang berfungsi untuk menyimpan uang dari para pengendara, mereka juga melakukan
sebuah ajakan kepada para pengendara yang lewat dengan tujuan supaya masyarakat atau
pengendara yang lewat dapat melemparkan uangnya ke dalam jaring, dalam artian
masyarakat diharapkan menyisihkan sebagian rezekinya untuk berpartisipasi dalam bentuk
materi yang akan digunakan sebagai biaya pembangunan masjid.

Keterlibatan perempuan ini setidaknya melakukan kegiatan fundraising sampai pukul


12.00 dan waktu tersebut digunakan sebagai waktu istirahat dan perempuan diizinkan untuk
dapat pulang ke rumah masing-masing dan sekitar pukul 13.00 mereka harus kembali ke
jalan untuk melanjutkan kegiatan fundraising sampai pukul 15.00. Selain itu pada saat waktu
istirahat seluruh perempuan yang terlibat menyetorkan hasil yang didapatkan selama
kegiatan berlangsung dari pukul 08.00-12.00 siang. Pada saat itu juga perempuan yang
terlibat kegiatan fundraising mendapatkan upah atau komisi yang diberikan sebagai tanda
terima kasih atas partisipasi dan keterlibatannya.

Namun seluruh perempuan yang terlibat tidak diikutsertakan dalam mengelola keuangan
dalam artian tidak terlibat dalam kegiatan penghitungan hasil yang didapatkan. Oleh karena
itu hal ini dapat dibuktikan dengan hasil temuan dilapangan yang diperoleh melalui kegiatan
wawancara dengan salah satu informan yaitu informan SR (27/11/2022), bahwsanya beliau
mengatakan:

“Kalo hasil nyair biasanya langsung dikumpulin ke ketua, karena kan gini a jadi
kegiatan nyair ini kan misal dilakukan dari pagi sampe siang, jadi pas siangnya itu
langsung dikumpulin ke pak haji, kan pak haji yang jadi ketuanya. Kalo saya biasanya
langsung pulang, begitu uang disetorkan ke ketua saya mah ga ikut campur karena itu
mah bagian tugasnya ketua a.”

Berdasarkan hasil wawancara dengan informan dapat disimpulkan bahwa keterlibatan


perempuan dalam penggalangan dana tersebut bentuk partisipasinya hanya dalam kegiatan
fundraising berlangsung. Namun dalam kegiatan yang lain kehadiran perempuan nampaknya
kurang terlalu dilibatkan. Dalam hal ini kegiatan yang lain maksudnya kegiatan penghitungan
hasil yang telah didapatkan dari kegiatan fundraising di jalan raya. Dalam pelaksanaannya
perempuan penggalang dana tidak mendapatkan akses dan kontrol dalam aktivitas
mengelola keuangan terutama kegiatan penghitungan dana yang didapatkan. Oleh karena itu
secara realitasnya perempuan penggalang dana itu secara murni tidak ikut campur dan
menyerahkan hasilnya kepada ketua untuk dilakukan penghitungan.

Sebagaimana yang telah diuraikan bahwasanya keterlibatan perempuan dalam kegiatan


fundraising di jalan raya cukup baik dan efektif serta dalam hal ini sangat membantu dalam
rangka berjalannya kegiatan tersebut. Para perempuan dalam hal ini terlibat dalam kegiatan
tersebut tentunya dilakukan dengan atas keinginan sendiri juga mendapat dukungan sosial
dari masyarakat sehingga dukungan tersebut akan mempengaruhi persepsi dan pandangan
para perempuan. Sehingga pada akhirnya keterlibatan perempuan dalam kegiatan tersebut
salah satunya dipengaruhi oleh pandangan agama, dalam hal ini terdapat adanya anggapan
dari para perempuan yang berasumsi bahwa dengan keterlibatannya dalam kegiatan
fundraising maka perempuan penggalang dana berharap supaya mendapat balasan yang
terbaik dari Allah SWT.

Sejalan dengan hal itu terdapat anggapan yang lain dari para perempuan bahwasanya
kegiatan fundraising tersebut diibaratkan sebagai salah satu bentuk ibadah kepada Allah
SWT, kemudian hal itu diperkuat juga dengan tujuan dari kegiatan fundraising yaitu untuk
pembangunan masjid, maka dalam rangka berniat untuk memakmurkan masjid maka para
perempuan yang terlibat dalam kegiatan tersebut melakukannya dengan ikhlas dan
menerimanya, dalam artian walaupun terdapat adanya upah atau komisi yang diberikan tetapi
para perempuan ini tidak terlalu berpengaruh atas upah yang diberikan tersebut. Dari uraian
tersebut dapat ditarik kesimpulan bahwa para perempuan tersebut melakukan kegiatan
fundraising dengan senang hati dan tidak merasa tertekan, juga keinginannya terlibat bukan
didasari oleh pemberian upah namun yang berpengaruh adalah keadaan dorongan dari
aspek agama, masyarakat dan dirinya sendiri.

Dari hasil penelitian yang diperoleh bahwasanya terdapat adanya kesesuaian dengan
sebuah teori peran partisipatif yang dikemukakan oleh Soekanto. Menurutnya peran
partisipatif merupakan sebuah aktivitas yang berperan dan diberikan oleh sebuah kelompok
kepada anggota kelompok dalam rangka mencapai sebuah tujuan dengan menekankan pada
aspek kebutuhan. Dalam hal ini sesuai dengan hasil yang ditemukan bahwa peran partisipatif
perempuan dalam penggalangan dana yang dilakukan di jalan raya dapat diartikan sebagai
keterlibatan atau keikutsertaan dan mengambil bagian sebagai petugas penggalang dana
dalam upaya mendapatkan dana dari masyarakat dan pengendara yang melewati jalan raya
Desa Parungjaya. Tentunya keterlibatan perempuan ini telah direncanakan sebelumnya
sehingga pada saat pelaksanaan sudah sesuai arahnya. Selain itu peran partisipatif ini
dijalankan oleh seluruh perempuan yang terlibat dalam kegiatan fundraising di jalan raya. Hal
ini ditunjukan oleh para perempuan dengan sikap yang konsisten dan ikhlas dalam
melakukan kegiatan tersebut, sebagai upaya dalam membantu mempercepat kegiatan
pembangunan masjid supaya segera selesai.
BAB V

KESIMPULAN DAN SARAN

A. Kesimpulan

Masjid Al-Ishlah dalam hal ini Dewan Kemakmuran Masjid (DKM) telah melakukan
beberapa proses dalam upaya pelaksanaan kegiatan fundraising yang bertujuan untuk
pembangunan masjid. Dalam hal ini DKM masjid Al-Ishlah telah memulai proses atau tahapan
yang dimulai dari tahap perencanaan dengan ditunjukan dengan adanya rapat koordinasi
dengan masyarakat terutama ketua RT dan RW dengan membahas mengenai pembangunan
masjid dan strategi kegiatan yang akan dilakukan dalam upaya mendapatkan dana bantuan
dari masyarakat. Kemudian tahap pengorganisasian, dalam hal ini DKM masjid Al-Ishlah
membentuk sebuah tim yang disebut tim pembangunan, tujuannya adalah supaya proses
pelaksanaan pembangunan masjid dapat terstruktur dan terarah. Untuk memudahkan
pembagian tugas dan tanggung jawab maka dalam sebuah tim pembangunan terdiri dari
beberapa divisi atau struktur tim pembangunan yaitu ketua pembangunan, sekretaris
pembangunan, bendahara pembangunan, koordinator fundraising yang dilakukan di jalan
raya, serta koordinator fundraising keliling di lingkungan masyarakat. Kemudian selanjutnya
tahap penggerakan, dalam hal ini merupakan aksi tindak lanjut dari pembentukan tim
pembangunan. setiap pengurus dan anggota tim pembangunan untuk selalu berkoordinasi
dengan antar divisi dan melaksanakan tugas dan tanggung jawabnya masing-masing. Tahap
yang terakhir yaitu pengawasan, dalam tahap ini ditunjukan dengan pelaksanaan sebuah
rapat evaluasi yang dilakukan saat pelaksanaan setiap step selesai dan menuju ke step
berikutnya. Adapun setelah proses atau tahapan dilakukan, maka selanjutnya implementasi
dalam bentuk aksi atau tindaka dalam merealisasikan dua metode fundraising yang diterapkan
oleh DKM masjid Al-Ishlah. Kegiatan tersebut yaitu kegiatan fundraising di jalan dan kegiatan
fundraising keliling di lingkungan masyarakat.

Keterlibatan perempuan dalam kegiatan fundraising di jalan raya cukup baik dan efektif
serta dalam hal ini sangat membantu dalam rangka berjalannya kegiatan tersebut. Para
perempuan dalam hal ini terlibat dalam kegiatan tersebut tentunya dilakukan dengan atas
keinginan sendiri juga mendapat dukungan sosial dari masyarakat sehingga dukungan
tersebut akan mempengaruhi persepsi dan pandangan para perempuan. Adapun aspek yang
mempengaruhi para perempuan yaitu aspek masyarakat dan agama. Keterlibatan perempuan
dalam fundraising bentuk partisipasinya hanya dalam kegiatan fundraising berlangsung.
Namun dalam kegiatan yang lain kehadiran perempuan nampaknya kurang terlalu dilibatkan.
Dalam hal ini kegiatan yang lain maksudnya kegiatan penghitungan hasil yang telah
didapatkan dari kegiatan fundraising di jalan raya. Dalam pelaksanaannya perempuan
penggalang dana tidak mendapatkan akses dan kontrol dalam aktivitas mengelola keuangan
terutama kegiatan penghitungan dana yang didapatkan. Lebih lanjut bahwa keterlibatan
perempuan ini dapat juga disebut sebagai peran partisipatif. Artinya keterlibatan atau
keikutsertaan perempuan dalam kegiatan fundraising dan mengambil bagian sebagai petugas
penggalang dana dalam upaya mendapatkan dana dari masyarakat dan pengendara yang
melewati jalan raya Desa Parungjaya.

B. Saran

Berdasarkan hasil penelitian yang diperoleh, maka dalam rangka menuju ke arah yang
lebih baik. Penulis sampaikan saran yang membangun kepada masjid Al-Ishlah terutama
pihak DKM masjid Al-Ishlah, yaitu pihak DKM masjid Al-Ishlah diharapkan lebih
memaksimalkan kinerjanya dan mengoptimalkan sumberdaya manusia yang telah terbentuk,
dalam hal kegiatan fundraising yang telah diterapkan, perlu adanya suatu inovasi dalam
menerapkan strategi yang tepat dan efektif dalam upaya mencari pendanaan untuk
pembangunan masjid, serta para perempuan yang terlibat perlu dilibatkan dalam aktivitas di
kegiatan fundraising yang dapat memenuhi aksesnya sebagai anggota dari kegiatan tersebut.
DAFTAR PUSTAKA

Ibrahim. (2018). Analisis Sosial Keterlibatan Perempuan Dalam Struktural (Sebuah Kajian
Sosiologi Politik Masyarakat Kabupaten Wajo). Skripsi, Universitas Muhammadiyah
Makassar.

Kasdi, Abdurrohman. (2019). Membangun Kemandirian Melalui Filantropi Kaum Perempuan;


Potensi Kedermawanan Untuk Pemberdayaan Perempuan Indonesia. Jurnal Palastren, Vol.
12, No. 1.

Muhdiyar, Asep. (2013). Manajemen Fundraising Masjid Jami Al-Hidayah Tangerang. Skripsi, UIN
Syarif Hidayatullah Jakarta.

Munawarudin, Asep. (2019). Pencarian Sumbangan Pembangunan Masjid Di Jalan Raya Dalam
Pandangan Hukum Positif Dan Hukum Islam (Studi Kasus Pencarian Sumbangan
Pembangunan Masjid Baitul Falah, Desa Kemanisan, Kecamatan Curug Kota Serang).
Skripsi, UIN Sunan Kalijaga Yogyakarta.

Mutmainah, Nurul. (2014). Keterlibatan Dan Partisipasi Perempuan Dalam Program Peningkatan
Peran Wanita Keluarga Sehat Sejahtera Di Kota Tangerang Selatan Banten. Skripsi, UIN
Syarif Hidayatullah Jakarta.

Putri, Sari Kurnia. (2019). Tindakan Meminta Sumbangan Di Jalanan Desa Lombang Dajah
Kecamatan Blega Kabupaten Bangkalan. Skripsi, Universitas Airlangga.

Rahmatullah, A. Aqim Alam. (2020). Penggalian Dana Masjid Di Jalan Raya Dalam Perspektif
Hadis (Kajian Ma’ani Al-Hadith Sahih Al-Bukhari No. Indeks 2465). Skripsi, UIN Sunan
Ampel Surabaya.

Sugiyono. (2013). Metode Penelitian Kuantitatif, Kualitatif Dan R&D. Bandung : Alfabeta.

Wardi, Moch Cholid. (2012). Pencarian Dana Masjid Di Jalan Raya Dalam Perspektif Hukum
Islam. Jurnal Al-Ihkam, Vol. 7, No. 2.

Widad, Azhar Lujjatul. (2014). Manajemen Fundraising Lembaga Amil Zakat Mizan Amanah
Bintaro. Skripsi, UIN Syarif Hidayatullah Jakarta.

Zulina. (2013). Partisipasi Masyarakat Dalam Pembangunan Masjid Babul Maghfiroh Mengkirau
Kecamatan Tasik Putri Puyu Kabupaten Kepulauan Meranti. Skripsi, UIN Sultan Syarif
Kasim Riau.
Lampiran
Dokumentasi

Gambar bangunan masjid Al-Ishlah tampak luar

Gambar bangunan masjid Al-Ishlah tampak dalam


Gambar kegiatan fundraising di jalan raya

Gambar kegiatan fundraising di jalan raya

Anda mungkin juga menyukai