BAB I PENDAHULUAN 1
A. Latar Belakang 1
B. Rumusan Masalah 2
C. Tujuan dan Manfaat Hasil Penelitian 3
D. Tinjauan Pustaka 3
E. Sistematika Penulisan 4
i
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Islam adalah agama yang memiliki kekuatan filantropi sosial yang kuat dengan
beberapa instrumen pendukung seperti zakat infaq shadaqah (ZIS). Pengamalan ZIS telah
dijelaskan melalui firman Allah dalam bentuk Al-Quran. Diantara tiga komponen tersebut,
zakat memiliki keistimewaan tersendiri, karena bersifat wajib sebagaimana yang telah
dijelaskan dalam Al-Quran “sesungguhnya orang-orang yang beriman, mengerjakan amal
sholeh, mendirikan sholat dan menunaikan zakat, mereka mendapat pahala disisi
Tuhannya, tidak ada kekhawatiran terhadap mereka dan tidak pula mereka bersedih hati”
(Q.S Al-Baqarah:277). Selain zakat, meskipun infaq dan shadaqah tidak diwajibkan secara
eksplisit untuk ditunaikan, tetapi sudah menjadi pengamalan penting bagi umat muslim
dalam mendekatkan diri kepada Allah.
Indonesia sebagai negara dengan penduduk muslim terbesar memiliki angka yang
fantastis mengenai potensi ZIS. Berdasarkan hasil penelitian yang dilakukan oleh UIN
Syarif Hidayatullah yang bekerjasama dengan Ford Foundation membuktikan besarnya
potensi ZIS yang diakumulasikan dalam bentuk angka adalah sejumlah 19,3 trilliun (tahun
2005), angka tersebut belum termasuk dengan potensi wakaf yang saat ini juga sedang
menjadi perhatian lembaga amil. Apabila kita bandingkan dengan potensi ZIS yang telah
terkumpul di Malaysia dengan total 620 trilliun dari 24 juta penduduk, jelas sekali jarak
angkanya sangat jauh dan ini menjadi tantangan tersendiri bagi pemerintah untuk selalu
menghasilkan kebijakan dan program yang dapat mendorong pengoptimalan potensi ZIS di
Indonesia.
Kesenjangan sosial yang semakin memiliki jurang pemisah antara kaya dengan miskin
mendorong para cendikiawan serta aparat pemerintah beralih pandangan dan fokus
terhadap potensi ZIS yang ada di Indonesia (Azzuhri, 2011). Pembaharuan kebijakan
selalu dilakukan serta melakukan berbagai penelitian tentang program serta angka
peningkatan jumlah dana ZIS.
Berdasarkan penelitian yang dilakukan oleh Badan Amil Zakat Nasional (BASNAZ),
potensi zakat sebesar 217 trilliun1. Potensi ini terdiri dari: Potensi zakat rumah tangga
sebesar 82,7 triliun, potensi zakat industri swasta 114,89 triliun, potensi zakat BUMN 2,4
1
Haekal Reza, Mengangkat Nilai Zakat Dengan Hati: Refleksi Fenomenologis Zakat Perusahaan Pengusaha Arab, Yayasan
Al-Irsyad Malang: 2011, hlm.48
1
2
triliun, potensi zakat tabungan sebesar 17 triliun, namun realisasinya baru mencapai 1,5
triliun tahun 2011 (Irfan 2012).
Dari permasalahan tersebut memaksa harus adanya pembaharuan baik dibidang
pengumpulan dana maupun bidang pengelolaan dana ZIS sehingga menciptakan
kesejahteraan dan mengurangi kesenjangan sosial. Untuk memaksimalkan potensi ZIS
perlu adanya penerapan teknologi sehingga kendala seperti kurangnya tenaga professional,
jauhnya jarak, kurangnya konektivitas dapat teratasi. Penerapan teknologi yang sesuai
dapat berupa media online dalam bentuk website dengan konten yang memberikan layanan
sehingga memudahkan dalam menunaikan zakat.
Pengumpulan dana yang optimal melalui media online juga harus diimbangi dengan
menciptakan dana ZIS yang produktif. Rendahnya kesadaran masyarakat tentang dana ZIS
produktif menyebabkan kemalasan dan menanamkan sifat konsumtif. Salah satu cara untuk
menciptakan dana ZIS produktif adalah dengan menggalakan program desa binaan yang di
sinergikan dengan program One Village One Product (OVOP). Pelaksanaan mengenai
desa binaan telah diatur dalam Peraturan Pemerintah Republik Indonesia Nomor 43 Tahun
20142, Keberhasilan program OVOP juga telah dibuktikan oleh beberapa daerah seperti
salah satunya adalah wisata kampung batik kauman, kabupaten pekalongan, jepara dan lain
sebagainya. Apabila potensi dana ZIS diberdayakan melalui program desa binaan serta
OVOP dengan pengelolaan modern digital maka akan meningkatkan tingkat produktivitas
masyarakat khusunya di pedesaan.
Dompet dhuafa Jawa Tengah sebagai salah satu lembaga amil zakat besar yang berada
di kota Semarang sudah melaksanakan program tersebut dan untuk mengetahui keefektifan
dan keefisian hal itu. Salah satunya adalah dusun Truko, desa branjang, Kecamatan
Semarang barat. Desa ini adalah salah satu contoh yang sedang berkembang terkait
pengelolaan dana ZIS untuk pemberdayaan desa binaan dimana yang dibina adalah petani
jamur di dusun tersebut sebagai salah satu upaya untuk pendistribusian zakat secara
produktif maka penulis tertarik untuk membuat penelitian mengenai hal itu dengan judul
“Implementasi Pengelolaan Digital Dana ZIS untuk stabilisasi perekenomian desa Binaan
Dompet Dhuafa Jawa tengah (Studi kasus Dusun Jamur Truko Ungaran Jawa Tengah)”
B. Rumusan Masalah
Berdasarkan latar belakang masalah yang telah di uraikan, maka penulis
mengidentifikasi masalah pada penulisan ini adalah bagaimana strategi serta manajemen
2
https://www.kemenkopmk.go.id/sites/default/files/produkhukum/PP%20Nomor%2043
%20Tahun%202014.pdf diakses pada 03 soktokber 01.19 WIB
3
pengelolaan distribusi zakat menggunakan media digital dan pemberdayaan desa binaan.
Adapun identifikasi masalahnya sebagai berikut:
1. Bagaimana strategi penggunaan media digital dalam pengelolaan zakat di LAZ
Dompet Dhuafa Jawa Tengah?
2. Bagaimana mekanisme pelaksanaan disribusi ZIS Produktif melalui pemberdayaan
desa binaan di Dusun Jamur Truko?
D. Tinjauan Pustaka
Tinjauan Pustaka atau bisa diartikan sebagai penelitian terdahulu, yang mana
digunakan untuk mendapatkan gambaran tentang pembahasan permasalahan dengan
penelitian yang pernah dilakukan oleh peneliti sebelumnya, yang mana pembahasannya
mengenai strategi serta manajemen distribusi dana zis berbasis pemberdayaan desa binaan,
yang mana akan penulis fokuskan pada penelitian ini.
Pertama, Mohammad Toriqudin dan Abdur Rouf dari UIN Maulana Malik Ibrahim
Malang yang dalam penelitiannya membahas bagaimana menganalisis strategi
pendistribusian zakat dengan cara yang produktif yang mana mengambil studi kasus di
4
Yayasan As Shahwah Malang. Dalam pembahasan penelitian ini adalah bagaimana pihak
yayasan melakukan manajemen POACE dalam mengorganisasi zakat selain itu yayasan
juga menggunakan dua cara pendistribusian zakat yakni melalui cara produktif dan
konsumtif yang menghasilkan berbagai program yakni di bidang pendidikan keagamaan
maupun kewirausahaan.
Kedua, Dinar wahyuni dalam jurnalnya di jurnal aspirasi. Dalam penelitian ini
membahas tentang pentingnya pemberdayaan masyarakat desa atau pengembangan desa
hal ini tidak lain dan tidak bukan karena dalam sektor ekonomi mikro perdan desa
terkadang justru dilupakan padahal desa adalah salah satu sektor yang tertinggal dan justru
mempunyai besar sebagai penyokong ekonomi nasional.3
Ketiga, Herman menulis dalam jurnalnya serta melakukan penelitian. Dalam
penelitian ini membahas tentang analisis faktor-faktor yang berpengaruh dalam
pengoptimalan dana ZIS salah satunya adalah penggunaan media sosial sebagai media
komunikasi pada Lembaga Amil Zakat. Pembahasan dalam penelitian ini berfokus kepada
bagaimana strategi penggunaan media sosial sebagai upaya untuk mengoptimalkan
pengelolaan dana ZIS bagi lembaga amil zakat khususnya di lembaga Amil zakat Darut
Tauhid Bandung.4
Penelitian penulis ini akan berbeda dengan penelitian sebelumnya, dari segi objek
penulis akan melakukan penelitian di Lembaga Amil Zakat Dompet Dhuafa Jawa Tengah
yang terletak di Kota Semarang, dikarenakan penelitian terdahulu hanya di Yayasan As
Shahwah Malang dan di Lembaga Amil Zakat Darut Tauhid. Pada penelitian ini berfokus
pada strategi media sosial dan strategi distribusi dana ZIS kepada pemberdayaan desa.
Selain itu, perbedaan penelitian penulis yang berbeda dengan lainnya disini adalah
bagaimana menganalisa terkait bagaimana agar sinergi antara penggunaan media sosial
serta pemberdayaan desa menggunakan dana ZIS dapat terintegrasi dengan baik.
E. Sistematika Penulisan
Untuk menguraikan rumusan masalah di atas, maka penulis berusaha menyusun
kerangka penelitian secara sistematis, supaya pembahasan penelitian mudah dipahami dan
lebih terarah sehingga tujuan- tujuan yang telah ditetapkan dapat tercapai. Penulisan skripsi
ini terbagi kedalam lima bab dengan perincian, sebagai berikut:
3
Dinar Wahyuni, “Strategi Pemberdayaan Masyarakat Dalam Pengembangan Desa Wisata Nglanggeran”
Jurnal Aspirasi, Vol. 9 No.1, 2018.
4
Herman, “Strategi Komunikasi Pengelolaan Zakat, Infak, dan Sedekah (ZIS) Melalui Media Sosial” Jurnal Ilmiah,
Communicatus UIN Sunan Gunung Djati Bandung Vol. 1 No. 2, 2017.
5
A. Jenis Penelitian
Penelitian ini menggunakan metode penelitian kualitatif, dimana penelitian ini secara
umum bertujuan untuk memahami dunia makna yang disimbolkan dalam perilaku
masyarakat menurut perspektif masyarakat. Kirl dan Miller dalam Sudarto mendefinisikan
bahwa penelitian kualitatif adalah tradisi tertentu dalam ilmu pengetahuan sosial yang
secara fundamental bergantung pada pengamatan manusia dalam kawasannya sendiri dan
berhubungan dengan orang-orang dalam bahasannya dan istilahnya.5
Sedangkan dalam penelitian ini menggunakan jenis penelitian deskriptif kualitatif
yang mana mempelajari masalah-masalah yang ada serta tata cara kerja yang berlaku.
Penelitian deskriptif kualitatif ini bertujuan untuk mendeskriptifkan apa saja yang saat ini
berlaku. Didalamnya terdapat upaya mendeskripsikan, mencatat, analisis dan
menginterpretasi kondisi yang sekarang ini terjadi. Dengan kata lain penelitian ini
bertujuan untuk memperoleh informasi-informasi mengenai keadaan yang ada.6
B. Bentuk Penelitian
Pada penelitian ini penulis menggunakan bentuk penelitian survei, Kerlinger (1996)
mengatakan bahwa “penelitian survei adalah penelitian yang dilakukan pada populasi besar
maupun kecil, tetapi data yang dipelajari adalah data dari sampel yang diambil dari
populasi tersebut, sehingga ditemukan kejadian-kejadian relatif, distribusi, dan hubungan
antar variabel sosiologis maupun psikologis.” Penelitian survei biasanya dilakukan untuk
mengambil suatu generalisasi dari pengamatan yang tidak mendalam, tetapi generalisasi
yang dilakukan bisa lebih akurat bila digunakan sampel yang representatif. Maka disini
penulis langsung melakukan survei ke kantor LAZ Dompet Duafa yang berlokasi di Kota
Semarang dan Dusun jamur Truko seabagai objek dari desa binaan.
C. Sumber Data
Sumber data utama dalam penelitian kualitatif adalah kata-kata dan tindakan yang
didapat dari informan melalui wawancara, selebihnya adalah data tambahan seperti
dokumen dan lain-lainnya. Untuk mendapatkan data dan informasi maka informan dalam
5
Sudarto, Metodelogi Penelitian Filsafat,Jakarta : Raja Grafindo Persada, 1995, hal 62.
6
Mardalis, Metode Penelitian Suatu Pendekatan Proposal, Jakarta : Bumi Aksara, 1999, hal. 26.
6
7
penelitian telah ditetapkan sebelumnya dan proses pelaksanaan dan perumusan program
dilokasi penelitian.7
D. Jenis Data
Data yang digunakan penulis dalam penelitian ini berasal dari dua sumber, yaitu:
a. Data Primer, adalah data yang diperoleh langsung dari lapangan baik melalui observasi
maupun wawancara langsung dengan pihak informan yaitu pihak LAZ Dompet
Dhuafa.
b. Data Sekunder, yaitu berupa dokumen atau literatur dari Badan Pengawas Statistik,
internet, jurnal dan lain sebagainya.
7
Moleong , Lexy J. Metodelogii Penelitian Kualitatif, Bandung : Renaja Rosdakarya Offset, 2007, hal. 165.
8
BAB III
LANDASAN TEORI
B. Pengelolaan Digital
1. Pengertian Pengelolaan Digital
Peran teknologi saling berkaitan dengan bidang informasi, komunikasi, dan internet.
Dengan adanya teknologi, akan mempermudah manusia dalam berkomunikasi dan mencari
informasi dengan cepat. Peran teknologi sangatlah besar, karena dengan adanya kemajuan
teknologi maka akan majulah suatu perusahaan. Teknologi digital (internet) telah banyak
mengubah wajah dunia bisnis, termasuk aktivitas pemasaran. Banyak manajemen yang tidak
menyadari kehebatan teknologi digital (internet) dalam aktivitas marketing.
Dengan digunakannya teknologi cerdas melalui teknologi digital (internet) dan telepon
cerdas makin membuat orang mudah menggunakan teknologi digital (internet) dimana saja dan
kapan saja. Mereka bisa menelusur microblogging, membuat blog atau jejaring sosial. Dengan
terhitung ada 150 milyar lebih pengguna internet, jelas ini adalah marketplace (pasar) yang luas.
8
Hamid Abidin , Reinterpretasi Pendayagunaan ZIS (Jakarta: Piramedia, 2004), h. 6
9
10
Ada beberapa penggunaan teknologi digital (internet) dalam komunikasi pemasaran di era
digital, yakni sebagai;28
a. Pengiriman pesan (email)
Satu fungsi utama teknologi digital (internet) adalah pertukaran world wide web.
Kelebihan teknologi digital (internet) adalah secara dasar dan luas menggunakan berbagai
alamat pada ribuan email hanya dengan satu tekanan (pijatan) tuts pada keypad. Apalagi
kehadiran milinglist mengkompilasi alamat email, sehingga email bisa secara bersamaan
dikirim.
b. Transfer Data/Files
Penggunaan program FTP (File Transfer Protocol), files computer dapat ditransfer
dari komputer satu ke yang lain lewat internet. Hal ini sangat bernilai untuk menghubungkan
antara organisasi misalnya perusahaan, supplier, dan konsumen.
c. Penelusuran dan Pencarian
Sejumlah besar literatur dan khazanah di dunia ini, seperti; buku, mjalah dan karya-
karya rujukan, juga terbitan Pemerintah ada di internet. Hanya dengan menggunakan
penelusuran (search engine) maka semua itu dapat ditelusur melalui internet,
d. Pengiriman, Penyimpanan dan Penyajian Informasi
Laporan perusahaan, pesan komunikasi pemasaran dan informasi dikirim
kepada publik melalui situs dan laman yang ada di teknologi digital (internet), sehingga
mudah dan cepat dicari dan ditelusuri.
Dari berbagai fungsi dan peran yang telah disebutkan diatas, dapat disimpulkan bahwa
teknologi digital (internet) memiliki peran yang penting dalam membantu fundraising zakat,
infak, dan sedekah. Teknologi digital (internet) dapat menjadi alat kemudahan bagi masyarakat
dalam menyalurkan zakat dan bersedekah kepada lembaga penerima zakat tanpa harus datang
langsung ke lembaga zakat. Bagi lembaga, teknologi digital (internet) adalah suatu alat yang
efektif untuk mengenalkan lembaga nya kepada masyarakat yang lebih luas dan melalui
teknologi digital (internet), lembaga-lembaga zakat dapat dengan cepat menggalang dana untuk
kepentingan yang urgent, seperti contoh : peduli gempa, peduli banjir, dsb.
9
Alfiyatun Ni’mah, “Pemanfaatan Internet Sebagai Sumber Belajar Mata Pelajaran Pendiddikan Agama Islam”, (Tesis
Master, Pendidika Agama Islam, Universitas Muhammadiyah Purwokerto, 2016), h. 12
11
dalam dengan hitungan detik. Menurut Supriyanto (2009) dampak positif dari teknologi digital
(internet) yaitu :
A. Dapat dengan mudah memperoleh informasi dengan waktu yang singkat
B. Sebagaimedia komunikasi dengan pengguna teknologi digital (internet)
lainnya dari seluruh dunia
C. Memudahkan dalam pengiriman data-data. Hal ini dapat memudahkan lembaga
zakat dalam pengiriman data-data, mengkonfirmasi keberhasilan pembayaran
kepada donatur, ataupun mengaudit laporan hasil fundraising yang otomatis
tersimpan pada sistem teknologi digital (internet)
D. Sebagai sumber penghasilan. Bagi lembaga zakat, teknologi digital (internet)
menjadi peluang yang besar dalam meningkatkan pengumpulan dana zakat,
infak, dan sedekah. Lembaga zakat yang inovatif akan memanfaatkan
momentum ini dan akan mentargetkan sekian persen dari fundraising zakat,
infak, dan sedekah diperoleh melalui teknologi digital (internet).
Adapun dampak negatif menurut Supriyanto (2009) dari teknologi digital yaitu :
A. Penipuan
Dalam hal membayar zakat atau berdonasi, sebagian kecil dari calon donatur masih ada
yang belum percaya dalam melakukan pembayaran melalui teknologi digital (internet), karena
banyaknya kasus penipuan yang terjadi melalui teknologi digital (internet), sehingga sebagian
calon donatur terkadang berfikir bahwa ada yang mempermainkan atau mengatasnamakan
lembaga penerima zakat dengan hanya mencari keuntungan individual.
Cara yang terbaik bagi calon donatur yang ingin berdonasi atau membayar zakat adalah
dengan mencari lembaga zakat yang terpercaya dan mengantisipasi jika diarahkan untuk
membayar zakat atau donasi dengan mentransfer dana tersebut ke rekening pribadi. Karena
lembaga zakat yang terpercaya tidak menerima transferan dana zakat melalui rekening atas nama
pribadi, melainkan atas nama lembaga zakat itu sendiri.
12
BAB IV
GAMBARAN UMUM OBJEK PENELITIAN
A. Profil Dompet Dhuafa Jawa Tengah
A. Sejarah Singkat Dompet Duafa Jawa Tengah
Dompet Dhuafa Republika adalah lembaga nirlaba milik masyarakat Indonesia yang
berkhidmat mengangkat harkat sosial kemanusiaan kaum dhuafa dengan dana Zakat,
Infaq, Shodaqah dan Wakaf (ZISWAF) serta dana lainnya yang halal dan legal, dari
perorangan, kelompok, dan perusahaan atau lembaga (http://jateng.dompetdhuafa.org/
diakses pada tanggal 14/01/2017/11.05).
Kelahirannya berawal dari empati kolektif komunitas jurnalis yang banyak berinteraksi
dengan masyarakat miskin, sekaligus kerap jumpa dengan kaum kaya. Digagaslah
manajemen galang kebersamaan dengan siapapun yang peduli kepada nasib dhuafa.
Empat orang wartawan yaitu Parni Hadi, Haidar Bagir, S. Sinansari Ecip, dan Eri
Sudewo berpadu sebagai Dewan Pendiri lembaga independen Dompet Dhuafa
Republika.
Awal Kelahiran Dompet Dhuafa bermula pada April 1993, Koran Republika
menyelenggarakan promosi untuk surat kabar yang baru terbit tiga bulan itu di stadion
Kridosono, Yogyakarta. Di samping sales promotion untuk menarik pelanggan baru,
acara di stadion itu juga dimaksudkan untuk menarik minat masyarakat Yogya untuk
membeli saham koran umum Harian Republika. Hadir dalam acara itu Pemimpin
Umum atau Pemred Republika Parni Hadi, Dai Sejuta Umat yaitu (alm) Zainuddin MZ,
Raja Penyanyi Dangdut H. Rhoma Irama dan awak pemasaran Republika. Memang,
acara itu dikemas sebagai gabungan antara dakwah dan entertainment.
Selepas acara tersebut, rombongan Republika bergabung dengan teman-teman dari
Corps Dakwah Pedesaan (CDP) di bawah pimpinan Ustadz Umar Sanusi dan binaan
pegiat dakwah di daerah miskin Gunung Kidul, (Alm) Bapak Jalal Mukhsin. Dalam
obrolan ringan, pimpinan CDP melaporkan kegiatan mereka yang meliputi mengajar
ilmu pengetahuan umum, ilmu agama Islam dan pemberdayaan masyarakat miskin. Jadi
anggota CDP berfungsi all- round: ya guru, dai dan sekaligus aktivis sosial. Dari
obrolan tersebut, terungkap bahwa gaji atau honor perbulan dari masing- masing pihak
CDP hanya Rp. 6.000,-.Uang tersebut merupakan hasil penyisihan oleh para mahasiswa
13
dari kiriman orang tua mereka. Sehingga Parni Hadi berujar untuk membantu teman-
teman, yang kemudian Zainuddin MZ segera menambahkan bahwa dia bersiap untuk
mencarikan dana.
Peristiwa itulah yang menginspirasi lahirnya Dompet Dhuafa Republika. Dari
penggalangan dana internal, Republika lalu mengajak segenap masyarakat untuk ikut
menyisihkan sebagian kecil penghasilannya. Pada 2 Juli 1993, sebuah rubrik di halaman
muka Harian Umum Republika dengan tajuk “Dompet Dhuafa” pun dibuka. Kolom
kecil tersebut mengundang pembaca untuk turut serta pada gerakan peduli yang
diinisiasi Harian Umum Republika. Tanggal ini kemudian ditandai sebagai hari jadi
Dompet Dhuafa Republika.
Rubrik “Dompet Dhuafa” mendapat sambutan luar biasa, hal ini ditandai dengan adanya
kemajuan yang signifikan dari pengumpulan dana masyarakat. Maka, muncul
kebutuhan untuk memformalkan aktivitas yang dikelola Keluarga Peduli di
Republika. Pada 4 September 1994, Yayasan Dompet Dhuafa Republika pun didirikan.
Empat orang pendirinya adalah Parni Hadi, Haidar Bagir, Sinansari Ecip, dan Erie
Sudewo. Sejak itu, Erie Sudewo ditunjuk mengawal Yayasan Dompet Dhuafa dalam
mengumpulkan dan menyalurkan dana Ziswaf dalam wujud aneka program
kemanusiaan, antara lain untuk kebutuhan kedaruratan, bantuan ekonomi, kesehatan,
dan pendidikan bagi kalangan dhuafa (Katalog Dompet Dhuafa “Menyantun Dhuafa,
Menjalin Ukhuwah dan Membangun Etos Kerja”, 2015: 2).
Profesionalitas Dompet Dhuafa kian terasah seiring meluasnya program
kepedulian dari yang semula hanya bersifat lokal menjadi nasional, bahkan
internasional. Tidak hanya berkhidmat pada bantuan dana bagi kalangan tak berpunya
dalam bentuk tunai, DD juga mengembangkan bentuk program yang lebih luas seperti
bantuan ekonomi, kesehatan, pendidikan dan bantuan bencana.
Pada 10 Oktober 2001, Dompet Dhuafa Republika dikukuhkan untuk pertama kalinya
oleh pemerintah sebagai Lembaga Zakat Nasional (Lembaga Amil Zakat) oleh
Departemen Agama RI. Pembentukan yayasan dilakukan di hadapan Notaris H. Abu
Yusuf, SH tanggal 14 September 1994, diumumkan dalam Berita Negara RI No.
163/A.YAY.HKM/1996/PNJAKSEL. Berdasarkan Undang-undang RI Nomor 38
Tahun 1999 tentang Pengelolaan zakat, Dompet Dhuafa merupakan institusi pengelola
zakat yang dibentuk oleh masyarakat. Tanggal 8 Oktober 2001, Menteri Agama
Republik Indonesia mengeluarkan Surat Keputusan Nomor 439 Tahun 2001 tentang
PENGUKUHAN DOMPET DHUAFA REPUBLIKA sebagai Lembaga Amil Zakat
tingkat nasional. Dompet Dhuafa saat ini telah memiliki jaringan pelayanan yang
14
D. Struktur Organisasi
Bidan dan
Perawat
Balqis Annisa
Dokter
dr. Wahyudi P
Surveyor
Rina gustiana
LKC Jateng Manager Area
Purwokerto Titi Ngudiati Program
Arif Rahman
CRM Oktafian
Yolanda
Koor LKC
Program
Wahyu Nur Arifah
Pimpinan Setiawan
Cabang GA
Fundraising Staf Asep Fajar
Imam Baihaqi
Satriyo Prajab Yasinta
Keu dan
Operasional GA
Fani Suwito Slamet Riyadi
Deskom
Hajar Nuris
SHofa
Keterangan:
CRM : Customer Relation Management
GA : General Affair
LKC : Layanan Kesehatan Cuma-Cuma Deskom :
Desain Komunikasi
E. Program
BAB V
HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN
BAB VI
PENUTUP
A. Kesimpulan
B. Saran
C. Penutup
20
DAFTAR PUSTAKA
Alfiyatun Ni’mah, “Pemanfaatan Internet Sebagai Sumber Belajar Mata Pelajaran Pendiddikan Agama
2016), h. 12
Haekal Reza, Mengangkat Nilai Zakat Dengan Hati: Refleksi Fenomenologis Zakat Perusahaan
Herman, “Strategi Komunikasi Pengelolaan Zakat, Infak, dan Sedekah (ZIS) Melalui Media Sosial”
Jurnal Ilmiah, Communicatus UIN Sunan Gunung Djati Bandung Vol. 1 No. 2, 2017.
https://www.kemenkopmk.go.id/sites/default/files/produkhukum/PP%20Nomor%2043%20Tahun
Mardalis, Metode Penelitian Suatu Pendekatan Proposal, Jakarta : Bumi Aksara, 1999, hal. 26.
Moleong , Lexy J. Metodelogii Penelitian Kualitatif, Bandung : Renaja Rosdakarya Offset, 2007, hal.
165.
Sudarto, Metodelogi Penelitian Filsafat,Jakarta : Raja Grafindo Persada, 1995, hal 62.