Anda di halaman 1dari 21

BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang Masalah

Zakat infak dan sedekah yang kini lebih sering disebut dengan

singkatan ZIS merupakan salah satu ibadah dalam Islam yang tidak hanya

bersifat religius pribadi semata tapi merupakan salah satu pengamalan religius

yang bersifat sosial yang berdampak ekonomi bagi masyarakat. ZIS adalah

sumber sekaligus instrumen pemerataan harta agar tidak terpusat pada orang

kaya. Dengan adanya dana ini, diharapkan para mustahik dapat memperbaiki

taraf kesejahtraan minimal untuk memenuhi kebutuhan dasarnya.

Selain mengatur tentang hubungan antara manusia dan Tuhan, Islam

juga mengatur hubungan antar manusia dalam kehidupan bermasyarakat.1

Hubungan dengan tuhannya yaitu dengan menjalankan aktivitas ibadah, sholat

atau puasa sebagai sarana mendekatkan diri kepada sang khaliq, sedangkan

hubungan dengan manusia dapat ditempuh dengan menaruh rasa perhatian

pada orang sekitar dengan memberikan uluran bantuan bagi yang

membutuhkan dalam bentuk zakat, Infaq, dan shodaqoh. Apabila keduanya

diaplikasikan dengan baik maka terbentuklah suatu peradaban yang

meninggikan derajat manusia di sisi Allah.

1
Yusuf Qardhawi, Musykilah AL-Faqr wakaifa „Aalajaha al-Islam, Terj., Syafril Halim dalam
“Kiat Islam Mengentaskan Kemiskinan (Jakarta : Gema Insani Press, 1995), 03

1
Indonesia merupakan Negara dengan jumlah penduduk muslim terbesar

di dunia, namun angka kemiskinan di Indonesia masih sangat tinggi.

Kemiskinan yang melanda umat islam merupakan suatu ironi mengingat agama

islam merupakan agama yang dengan tegas menganjurkan umatnya untuk

mengeluarkan zakat, infaq dan sedekah, yang mana amaliyah tersebut

berfungsi untuk pemerataan kesejahteraan umat dan kemakmuran negara itu

sendiri. Kemiskinan merupakan masalah fundamental yang tengah dihadapi

oleh seluruh bangsa yang ada di dunia, termasuk Indonesia. Jumlah angka

kemiskinan di Indonesia tercatat tinggi. Pada bulan maret 2021, jumlah

penduduk miskin (penduduk dengan pengeluaran perkapita per bulan di bawah

garis kemiskinan) mencapai 27,57 juta orang (10,14 persen) dari keseluruhan

jumlah penduduk Indonesia.2 Walaupun menurut Badan Pusat Statistik tingkat

kemiskinan terus menurun, adanya gerakan infaq diharapkan mampu turut

andil membantu menurunkan tingkat kemiskinan. Menurut Kepala BPS Margo

Yuwono, jumlah penduduk miskin Maret 2021 mengalami penurunan 0,05

persen poin jika dibandingkan September 2020.3

Infaq merupakan salah satu amalan sunnah yang dianjurkan oleh Islam

bagi setiap umatnya, yaitu membelanjakan atau memberikan sebagian harta

yang dimiliki untuk kepentingan sosial. Sedangkan menurut pasal 1 ayat 3 UU

No. 23 tahun 2011 tentang pengelolaan Zakat disebutkan bahwa infak adalah

2
https://www.bps.go.id/pressrelease/2021/07/15/1843/persentase-penduduk-miskin-maret-2021-
turun-menjadi-10-14-persen.html
3
Yoga Sukmana, “BPS: Jumlah Penduduk Miskin RI Berkurang, Kini 25,64 Juta Orang”, dalam
https://ekonomi.kompas.com/read/2019/01/15/142943426/bps-jumlah-penduduk-miskin-ri-
berkurang-kini-2564-juta-orang, (17 November 2021).

2
harta yang dikeluarkan oleh seorang atau badan usaha di luar zakat untuk

kemaslahatan umum. Sehingga infak tidak mengenal nasab dan haul seperti

zakat. Infak juga dapat dilakukan siapapun. Firman Allah dalam surat Al-

Baqarah ayat 267:

“Hai orang-orang yang beriman, nafkahkanlah (di jalan Allah) sebagian dari

hasil usahamu yang baik-baik dan sebagian dari apa yang Kami keluarkan dari

bumi untuk kamu. dan janganlah kamu memilih yang buruk-buruk lalu kamu

menafkahkan daripadanya, Padahal kamu sendiri tidak mau mengambilnya

melainkan dengan memincingkan mata terhadapnya. dan ketahuilah, bahwa

Allah Maha Kaya lagi Maha Terpuji” (Qs. Al-Baqarah: 267).4

Pentingnya gerakan infaq bagi kehidupan bermasyarakat mendorong

organisasi-organisasi keislaman untuk berlomba-lomba mendirikan Lembaga

Amil Zakat Infak dan Sedekah yang kemudian biasa disingkat sebagai LAZIS.

Salah satu organisasi keislaman yang mendirikan Lembaga Amil Zakat Infak

dan Sedekah adalah Nahdlatul Ulama atau NU. Sebagai salah satu organisasi

sosial keagamaan terbesar dan tertua di Indonesia, NU mendirikan LAZISNU

yang kemudian mengalami rebranding menjadi NU Care-LAZISNU. Sampai

saat ini, NU Care-LAZISNU telah memiliki jaringan pelayanan dan

pengelolaan zakat, infak, dan sedekah di seluruh penjuru Indonesia. Fokus

4
Departemen Agama RI, Al-Qur’an dan Terjemahan (Bandung: Penerbit Diponegoro, 2010), 45.

3
utama NU CARE- LAZISNU ialah 4 (empat) Pilar Program yang terdiri dari:

Pendidikan, Kesehatan, Pengembangan Ekonomi, dan Kebencanaan. Selain itu,

NU Care-LAZISNU juga terus berupaya untuk meningkatkan kepercayaan dari

para donatur dengan cara membuat semua sistem pencatatan dan

penyalurannya bisa dilihat secara real time melalui sistem IT yang efektif dan

efisien.5

Salah satu program andalan LAZISNU adalah gerakan Kotak infaq NU

atau KOIN NU. KOIN (Kotak Infaq) NU merupakan gerakan Nahdliyin untuk

mengumpulkan uang receh (koin) dari rumah-rumah Nahdliyin dengan

memberikan kotak infaq kecil di setiap rumah warga nahdliyin dengan harapan

agar warga dapat mengisi kotak tersebut dengan uang koin (recehan) setiap

hari yang dikumpulkan setiap satu bulan sekali oleh petugas yang sudah

ditentukan. Gerakacn Koin NU diresmikan oleh Ketua Umum PBNU KH Said

Aqil Siroj pada bulan April tahun 2017 di Sragen, Jawa Tengah. Gerakan

Kotak Infaq NU ini diharapkan menjadi solusi utama, serta program andalan

untuk mewujudkan arus baru kemandirian ekonomi Nusantara.6 Pelaksanaan

koin NU merupakan sebuah gerakan membangun kesadaran kolektif bahwa

manusia dicipta untuk saling bantu, saling memberi, saling menolong dan

saling menguatkan untuk hidup lebih baik.

5
https://www.nucare.id/tentang/ diakses pada 20 November 2021 pukul 21.00
6
Kendi Setiawan, “Gerakan Koin NU, Upaya Wujudkan Kemandirian Nahdliyin”, dalam
http://www.nu.or.id/post/read/87183/gerakan-koin-nu-upaya-wujudkan-kemandirian-nahdliyin,
(21 November 2021).

4
B. Identifikasi dan Batasan Masalah

Berdasarkan latar belakang masalah, maka masalah yang teridentifikasi

dan Batasan masalahnya dalam penelitian ini adalah sebagai berikut:

1. Identifikasi Masalah

a. Adanya kesenjangan sosial antara masyarakat yang mampu dan tidak

mampu dimana seharusnya masyarakat yang mampu dapat membantu

masyarakat yang kekurangan.

b. Kurang optimalnya kegiatan-kegiatan penghimpunan dana sehingga

manfaat kegiatan penghimpunan dana tersebut kurang dapat dirasakan

oleh masyarakat.

c. Kurangnya sumber daya manusia (SDM) untuk menggalakkan kegiatan

penghimpunan dana infaq di masyarakat.

d. Kurangnya pengetahuan masyarakat akan pentingnya infaq dan manfaat-

manfaat yang didapat dengan bersedekah baik manfaat di dunia maupun

manfaat di akhirat kelak.

e. Kurangnya minat masyarakat untuk melakukan infaq dan sedekah.

f. Masih banyak masyarakat yang melakukan infaq dan sedekah hanya

sesekali saja, tidak rutin dan istiqomah.

5
2. Batasan Masalah

Berdasarkan hasil identifikasi masalah di atas, maka dilakukan

pembatasan masalah agar lebih terarah dan terfokus. Maka dari itu, fokus

penelitian ini adalah mengenai Implementasi program Gerakan Kotak Infaq

Nahdlatul Ulama (KOIN NU) di LAZISNU MWC NU

BalapulangKabupaten Tegal.

C. Rumusan Masalah

Berdasarkan latar belakang masalah, identifikasi dan batasan masalah,

maka rumusan masalah pada penelitian ini adalah:

1. Bagaimana strategi pelaksanaan program gerakan kotak infak Nahdlatul

Ulama (KOIN NU) di LAZISNU MWC NU Balapulang Kabupaten Tegal?

2. Bagaimana sistem pelaksanaan program KOIN NU di LAZISNU MWC NU

Balapulang Kabupaten Tegal?

3. Apa saja faktor pendukung pelaksanaan program KOIN NU di LAZISNU

Balapulang MWC NU Balapulang Kabupaten Tegal?

4. Bagaimana hambatan pelaksanaan program gerakan KOIN NU di LAZISNU

MWC NU Balapulang Kabupaten Tegal?

6
D. Tujuan Penelitian

Adapun tujuan penelitian yang ingin dicapai dalam penelitian ini adalah

sebagai berikut:

1. Untuk menganalisis strategi program gerakan kotak infak Nahdlatul

Ulama (KOIN NU) di LAZISNU Balapulang Kabupaten Tegal.

2. Untuk menganalisis sistem pelaksanaan program KOIN NU di LAZISNU

Balapulang Kabupaten Tegal.

3. Untuk menganalisis faktor pendukung pelaksanaan program KOIN NU di

LAZISNU Balapulang Kabupaten Tegal.

4. Untuk menganalisis hambatan pelaksanaan program KOIN NU di

LAZISNU Balapulang Kabupaten Tegal.

E. Kegunaan Penelitian

1. Teoretis

a. Penelitian ini berguna untuk memperkaya penelitian di bidang ekonomi

Islam khususnya dalam pemanfaatan dana infaq untuk kemandirian

umat.

b. Dapat menjadi referensi untuk penelitian-penelitian selanjutnya

mengenai ekonomi Islam, serta menjadi bahan perbandingan atau

pertimbangan yang dapat memberikan rujukan peneliti selanjutnya.

7
2. Praktis

a. Penelitian ini berguna sebagai bahan studi dalam pengelolaan dana

infaq.

b. Penelitian ini juga dapat diambil manfaat bagi masyarakat luas tentang

pentingnya fungsi KOIN NU untuk kemandirian umat.

F. Kerangka Teoritik

Teori yang mendasari penelitian ini adalah teori yang terkait dengan hal-

hal yang berkaitan dengan variabel pada penelitian. Teori yang mendasari

penelitian ini adalah sebagai berikut:

1. Infaq

Infaq berasal dari kata anfaqa yang berarti mengeluarkan sesuatu

(harta) untuk kepentingan tertentu.7 Sementara itu, menurut Kamus Besar

Bahasa Indonesia, Infak adalah pemberian (sumbangan) harta dan

sebagainya (selain zakat wajib) untuk kebaikan, sedekah, serta nafkah.8 Hal

ini sejalan dengan definisi infak menurut Undang-Undang No. 23 Tahun

2011 mengenai pengelolaan zakat dimana dijelaskan bahwa infak ialah harta

yang dikeluarkan oleh individu maupun badan usaha di luar zakat untuk

kemaslahatan umum.9

7
Didin Hafidhuddin, Zakat Dalam Perekonomian Modern, (Jakarta: Gema Insani. Press. Karim,
2002),
8
https://kbbi.web.id/infak, diakses pada tanggal 23 november 2021 pukul 12.45
9
Undang-Undang No. 23 Tahun 2011 Tentang Pengelolaan Zakat, Pasal 1

8
Menurut istilah fiqh kata infaq mempunyai makna memberikan

sebagian harta yang dimiliki kepada orang yang telah ditentukan oleh agama

untuk memberinya, seperti orang-orang faqir, miskin, anak yatim, serta

kerabat dan lain-lain. Infaq juga bisa diartikan sebagai perbuatan

memberikan sesuatu kepada orang lain guna memenuhi kebutuhan hidup

orang lain baik berupa sandang, pangan, maupun papan atas dasar ikhlas

karena Allah SWT.

Jadi dari penjelasan infaq di atas bahwa menginfaqkan harta secara baik

dan benar termasuk salah satu ukuran dan indikasi sifat ketaqwaan manusia

kepada Allah SWT. Infak yang diberikan menjadi salah satu pemasukan

untuk dana sosial, yang tidak terikat jumlah dan waktunya. Infaq tidak

mengenal nishab seperti zakat, melainkan infaq dikeluarkan oleh setiap

orang yang beriman, baik yang berpenghasilan tinggi maupun rendah.

2. LAZISNU (Lembaga Amil Zakat Infaq dan Shodaqoh Nahdlatul Ulama)

LAZISNU merupakan singkatan dari Lembaga Amil Zakat Infaq dan

Shadaqah Nadhlatul Ulama. Lembaga ini didirikan pada tahun 2004 dengan

berlandaskan hasil Muktamar NU ke-31 di Donohudan, Boyolali. Dalam

Muktamar tersebut, Pengurus Besar Nadhlatul Ulama (PBNU) diberikan

amanah untuk mendirikan Lembaga Amil Zakat yang kemudian diberi nama

LAZISNU. Sebagaimana cita-cita pada awal berdirinya, LAZISNU

merupakan lembaga nirlaba milik organisasi Nadhlatul Ulama yang secara

9
khusus bertujuan untuk membantu meningkatkan kesejahteraan umat

melalui program-program yang efektif dan efisien.10

3. KOIN NU

Kotak Infaq Nahdlatul Ulama (KOIN NU) adalah kotak tempat

pengumpulan koin (uang logam) dari rumah-rumah Nahdliyin dengan

harapan agar warga dapat mengisi kotak tersebut dengan uang koin (uang

logam) setiap hari yang dikumpulkan setiap satu bulan sekali oleh petugas

yang sudah ditentukan, dengan harapan dari uang koin (recehan) yang kecil

ini, bisa menghasilkan manfaat yang besar. Gerakan ini diluncurkan oleh

ketua umum PBNU KH. Said Aqil Siroj pada 14 April 2017 di Sragen Jawa

Tengah. Program- program dari Gerakan KOIN NU sangat beragam,

diantaranya adalah pemberian bantuan kepada fakir miskin, pengobatan

gratis, pemberian beasiswa kepada anak yatim, pemberian bantuan untuk

wirausaha bagi kaum fakir miskin dan dhuafa, bahkan pemberian bantuan

air bersih dan tempat sampah untuk masjid.11

4. Konsep Implementasi

Implementasi menurut kamus besar bahasa Indonesia adalah

pelaksanaan; penerapan: pertemuan kedua ini bermaksud mencari bentuk

10
Tim Penyusun, Buku Profile NU CARE-LAZISNU 2012-2015, (Jakarta: NU CARE-LAZISNU,
2015), 3.
11
Kendi Setiawan, “Gerakan KOIN NU di Indonesia timur”, dalam
http://www.nu.or.id/post/read/102546/gerakan-koin-nu-di-indonesia-timur

10
tentang hal yang telah disepakati.12 Sedangkan menurut Nurdin Usman

Implementasi adalah bermuara pada aktivitas, aksi, tindakan atau adanya

mekanisme suatu sistem, implementasi bukan sekedar aktivitas, tapi suatu

kegiatan yang terencana dan untuk mencapai tujuan kegiatan. 13 Adapun

yang dimaksud implementasi dalam penelitian ini adalah pelaksanaan yang

dilakukan oleh organisasi untuk memperoleh hasil yang optimal sesuai

dengan tujuan yang telah ditetapkan.

Menurut Syaukani dkk( 2004 : 295) implementasi merupakan suatu

rangkaian aktivitas dalam rangka menghantarkan kebijakan kepada

masyarakat sehingga kebijakan tersebut dapat membawa hasil sebagaimana

yang diharapkan. Rangkaian tersebut mencakup, Pertama seperangkat

perarturan lanjutan yang merupakan interpretasi dari kebijakan tersebut.

Kedua minyiapkan sumber daya guna menggerakan kegiatan implementasi

termasuk di dalamnya sarana dan prasarana, sumber daya keuangan dan

penetapan siapa yang bertanggung jawab melaksanakan kebijakan tersebut.

Ketiga, bagaiman menghantarkan kebijakan secara kongkrit ke masyarakat.

Berdasarkan pandangan tersebut diketahui bahwa proses implementasi

kebijakan sesungguhnya tidak hanya menyangkut prilaku badan

administratif yang bertanggung jawab untuk melaksanakan program dan

menimbulkanketaatan pada kelompok sasaran, melainkan menyangkut

12
Departemen Pendidikan dan Kebudayaan, Kamus Besar Bahasa Indonesia (Jakarta: Balai
Pustaka, 1989), 859
13
https://www.merdeka.com/jabar/pengertian-implementasi-menurut-para-ahli-berikut-contoh-
rencananya-kln.html

11
jaringan kekuatan politik, ekonomi dan sosial yang langsung atau tidak

langsungdapat mempengaruhi prilaku dari semua pihakyang terlibat untuk

menetapkan arah agar tujuan kebijakan publik dapat direalisasikan.

5. Konsep Penghimpunan Dana Infaq

Penghimpunan dana adalah proses, cara, dan perbuatan mengumpulkan,

penghimpunan, pengerahan. Oleh karena itu dapat diartikan sebagai

kegiatan menghimpun dana dan sumber daya lainnya dari masyarakat baik

individu, kelompok, organisasi, perusahaan dan pemerintah, yang akan

digunakan untuk membiayai program dan kegiatan oprasional lembaga

dengan tujuan akhir untuk mencapai visi dan misi lembaga tersebut.14

Penghimpunana dana adalah bagian terpenting dari alur manajemen tata

kelola ZISWAF, karena pertama, penghimpunan dana menentukan hidup

matinya lembaga/organisasi, tanpa adanya dana yang dihimpun , mustahil

program dan tujuan organisasi bisa diwujudkan. Kedua, aktivitas

penghimpunan dana dapat mengembangkan dan melakukan penguatan

program lembaga secara kontinyu demi mewujudkan kemanfaatan

masyarakat. Ketiga, penghimpunan dana mampu mengurangi

ketergantungan pada pihak tertentu. Keempat, menjamin keberlanjutan dan

manfaat hasil program. Kelima, dapat membangun konstituen/ keanggotaan

lembaga. Keenam, dapat meningkatkan image ata kredibilitas lembaga.

14
Muhyar Fanani, Berwakaf tak harus menunggu kaya: Dinamika pengelolaan Wakaf Uang di
Indonesia ( Semarang: Wali songo Press, 2010), 129 -130.

12
Penghimpunan dana dalam bentuk materi maupun non materi. Zakat

dan infaq adalah bagian dari shadaqah yaitu harta yang diserahkan untuk

kebajikan dengan syarat dan ketentuan yang telah ditetapkan Allah.15

Adapun maksud dari penghimpunan dana infaq dalam penelitian ini adalah

suatu kegiatan mengumpulkan harta dari masyarakat untuk kemudian

dikelola dan disalurkan kembali ke masyarakat dalam bentuk bantuan bagi

mereka yang membutuhkan. Proses penghimpunan dana infaq dilaksanakan

sesuai dengan ketetapan syariat Islam.

G. Penelitian Terdahulu

Penelitian-penelitian terdahulu sangat penting sebagai bahan acuan.

Tinjauan pustaka membantu penulis melihat gambaran mengenai penelitian

yang akan dilaksanakan. Tinjauan pustaka yang digunakan penulis meliputi

buku, jurnal, laporan penelitian, serta data statistik yang relevan dengan tema

penelitian.

Adapun penelitian terdahulu yang dijadikan sebagai pandangan dan

referensi serta acuan dalam penyusunan tesis ini peneliti sajikan dalam bentuk

tabel di bawah ini:

1. Wahyu Wulandari (2017) Analisis Pelaksanaan KOIN NU di Kecamatan

Gemolong Kabupaten Sragen dalam Perspektif Hukum Islam.16

Jenis penelitian kualitatf deskriptif, studi lapangan.

15
Abu Bakar HM dan Muhammad, Manajemen Organisasi Zakat (Malang: Madani, 2011), 10
16
Wahyu Wulandari, “Analisis Pelaksanaan KOIN NU di Kecamatan Gemolong Kabupaten
Sragen dalam Perspektif Hukum Islam” (Skripsi--IAIN Salatiga, Salatiga, 2018)

13
Membahas tentang pelaksanaan KOIN NU.

Hasil penelitian menunjukkan bahwa pengelolaan KOIN NU di

Gemolong sudah sesuai dengan surat keputusan dari pengurus pusat di

Sragen serta telkah sesuai dengan hukum Islam.

2. Ifan Nur Hamim (2016) Manajemen Pengelolaan Infaq di Lembaga Sosial

Pesantren Tebuireng (Tinjauan Teori Manajemen George Terry).17

o Jenis penelitian kualitatf deskriptif, studi lapangan

o Fokus pada pengelolaan Infaq

o Hasil penelitian menunjukkan bahwa pengumpulan dana infaq LSPT

dilakukan melalui kotak amal dan infaq donatur. Sementara

perencanaan dilakukan dengan rapat kerja, pengorganisasian dilakukan

berdasarkan jobdesk, serta proses menggerakkan dilakukan oleh

manajer.

3. Evi Lailatun Nafiah (2018) Fundraising Lazisnu dalam Perolehan Dana

Zakat, Infaq, dan Shadaqoh di Kecamatan Balaplang Kabupaten Tegal .18

Jenis penelitian kualitatif deskriptif, studi lapangan.

Fokus pada penggalangan dana infaq.

Hasil penelitian menunjukkan bahwa metode fundraising Lazisnu

Kecamatan Limpung dilakukan dengan dua metode, yakni metode

langsung dan metode tidak langsung.

17
Ifan Nur Hamim, “Manajemen Pengelolaan Infaq di Lembaga Sosial Pesantren Tebuireng
(Tinjauan Teori Manajemen George Terry)” (Skripsi--UIN Maulana Malik Ibrahim, Malang,
2016)
18
Evi Lailatun Nafiah, “Fundraising Lazisnu dalam Perolehan Dana Zakat, Infaq, dan Shadaqoh di
Kecamatan Limpung Kabupaten Batang” (Skripsi--UIN Walisongo, Malang, 2018)

14
4. Agus Setiawati dan DR. Tuti Khairani H, S.Sos, M.Si (2017) Optimalisasi

PengelolaanZakat , Infak/Sedekah terhadap Proses Kemandirian Masyarakat

(Studi pada Lembaga Amil Zakat (LAZ) Swadaya Ummah Kota

Pekanbaru).19

• Jenis penelitian kualitatf deskriptif, studi lapangan Fokus pada

pengelolaan dana infak untuk kemandirian masyarakat.

• Hasil penelitian menunjukkan bahwa pengelolaan zakat, infak, dan

sedekah yang dilakukan Lembaga Amil Zakat Swadaya Ummah Kota

Pekanbaru masih belum optimal.

Perbedaan beberapa penelitian di atas dengan penelitian ini adalah

mengenai fokus utama penelitian. Penelitian-penelitian di atas memiliki fokus

penelitian pada pengelolaan serta penggalangan dana infaq. Sementara

penelitian ini lebih berfokus pada manajemen gerakan KOIN NU serta dampak

dari gerakan tersebut bagi kemandirian ekonomi umat

H. Metode Penelitian

1. Jenis Penelitian

Penelitian ini merupakan penelitian kualitatif karena berfokus pada

pengamatan mengenai perilaku manusia. Menurut Moleong, penelitian

kualitatif adalah penelitian yang bermaksud untuk memahami fenomena

19
Agus Setiawati, Tuti Khairani, “Optimalisasi Pengelolaan Zakat , Infak/Sedekah terhadap Proses
Kemandirian Masyarakat (Studi pada Lembaga Amil Zakat (LAZ) Swadaya Ummah Kota
Pekanbaru”, Jurnal Online Mahasiswa Ilmu Sosial dan Ilmu Politik Universitas Riau, Vol. 1 No. 1

15
tentang apa yang dialami subjek penelitian secara holistik dengan cara

mendeskripsikan fenomena tersebut dalam sebuah narasi.20 Selain itu,

penelitian ini menggunakan metode penelitian lapangan dengan cara terjun

langsung ke lokasi penelitian untuk memperoleh data yang dibutuhkan.

2. Lokasi Penelitian

Penelitian ini mengambil lokasi di LAZISNU MWC NU Balapulang

Kabupaten Tegal

3. Sumber Data

Dalam penelitian dini terdapat dua sumber data, yakni data primer

dan data sekunder.

1. Data Primer

Menurut Hasan, data primer ialah data yang diperoleh langsung dari

lapangan penelitian.21 Maka dari itu, pengumpulan data primer dilakukan di

lapangan. Adapun data-data primer ini yaitu hasil wawancara dengan

pengurus dan pelaksana Gerakan KOIN NU LAZISNU Balapulang

Kabupaten Tegal serta masyarakat NU. Selain itu, data primer dalam

penelitian ini juga didapat melalui hasil observasi di LAZISNU Balapulang

Kabupaten Tegal..

20
L.J. Moleong, Metodologi Penelitian Kualitatif Edisi Revisi ( Bandung: PT. RemajaRosdakarya,
2011), 6
21
Iqbal Hasan, Pokok – Pokok Materi Metodologi Penelitian dan Aplikasinya (Jakarta: Ghalia
Indonesia, 2002), 82

16
2. Data Sekunder

Sedangkan yang dimaksud data sekunder adalah data yang

dikumpulkan dari sumber-sumber yang telah ada. Data sekunder berfungsi

untuk mendukung data primer.22 Data sekunder terdiri dari buku, jurnal,

artikel ilmiah, dan laporan penelitian yang relevan.

4. Teknik Pengumpulan Data

Dalam penelitian ini menggunakan beberapa teknik pengumpulan

data, diantaranya adalah :

1. Wawancara

Wawancara adalah percakapan antara periset (seorang yang

berharap mendapat informasi) dan informan (seorang yang diasumsikan

mempunyai informasi penting tentang suatu obyek).23 Wawancara

merupakan metode pengumpulan data yang digunakan untuk

memperoleh informasi langsung dari sumbernya. Wawancara juga

merupakan salah satu metode pengumpulan data riset kualitatif. Dalam

penelitian ini, penulis melakukan wawancara kepada pengurus LAZISNU

Balapulang Kabupaten Tegal, pengurus Gerakan KOIN NU LAZISNU

Balapulang Kabupaten Tegal, masyarakat Kabupaten Tegal, dan

masyarakat NU Kabupaten Tegal.

22
Op.cit., 58
23
A.A. Berger, Media And Communication Research Methods (London: Sage Publication, 2000),
11

17
2. Observasi

Observasi adalah proses pengumpulan data atau keterangan yang

dijalankan dengan melakukan usaha-usaha pengamatan secara langsung ke

tempat yang akan diselidiki.24 Observasi berfungsi untuk mengetahui

apakah subjek penelitian telah sesuai dengan kebutuhan penelitian.

Dengan melakukan observasi, peneliti melakukan pengamatan intensif

untuk menemukan subjek penelitian yang tepat. Peneliti melakukan

pengamatan di Kabupaten Tegal untuk mendapatkan data-data yang

diperlukan. Selain itu, penulis juga mengamati kinerja Gerakan KOIN NU

LAZISNU Balapulang Kabupaten Tegal.

3. Dokumentasi

Dokumen merupakan catatan peristiwa yang sudah berlalu.

Dokumen bisa berbentuk tulisan, gambar, atau karya-karya dari seorang.25

Dokumentasi adalah pengumpulan data-data sekunder dari buku, jurnal,

makalah, laporan penelitian, karya tulis ilmiah, data statistik, majalah,

serta sumber-sumber lain yang berhubungan dengan Gerakan KOIN NU

LAZISNU Balapulang Kabupaten Tegal.

5. Teknik Analisa Data

Dalam penelitian ini penulis mendeskripsikan data yang terkumpul

untuk memecahkan masalah penelitian. Menurut Miles dan Hubermen,

24
Arikunto, Prosedur Penelitian Suatu Pendekatan Praktek (Jakarta : PT. Rineka Cipta, 2006), 124
25
Sugiyono, Metode Penelitian Kuantitatif, Kualitatif, dan R&D (Bandung: Alfabeta, 2013), 240

18
analisa data terdiri dari 3 tahapan yaitu reduksi data, penyajian data dan

penarikan verifikasi. Namun, sebelum dilakukan 3 tahapan tersebut,

dilakukan kegiatan pendahuluan yaitu pengumpulan data.26 Jadi dalam

analisis kualitatif, alur kegiatan yang dilakukan meliputi:

1. Pengumpulan Data

Data yang dikumpulkan meliputi data primer berupa hasil

wawancara dan observasi dan data sekunder berupa hasil dokumentasi.

Dalam hal ini, peneliti mengumpulkan data hasil wawancara pengurus dan

pelaksana Gerakan KOIN NU LAZISNU Balapulang Kabupaten Tegal,

masyarakat Balapulang, dan pengurus LAZISNU Balapulang Kabupaten

Tegal. Selain itu penulis juga mengumpulkan data hasil observasi di

LAZISNU Balapulang Kabupaten Tegal.

2. Reduksi Data

Reduksi data merupakan proses pemilihan, penyederhanaan, dan

pengabstrakan dari data-data yang diperoleh dari lapangan. Dalam hal ini

penulis melakukan pemilihan dan penyederhanaan data-data hasil

wawancara dengan wawancara pengurus dan pelaksana Gerakan KOIN

NU LAZISNU Balapulang Kabupaten Tegal, masyarakat Tegal, dan

26
Miles dan Huberman, Analisis data Kualitatif (Jakarta: Universitas Indonesia, 1992), 16

19
pengurus LAZISNU Balapulang Kabupaten Tegal, serta data hasil

observasi di LAZISNU Balapulang Kabupaten Tegal.

3. Pengkajian Data

Pengkajian data merupakan proses mengkaji data-data yang telah

direduksi agar dapat ditarik sebuah kesimpulan. Dalam hal ini penulis

menganalisis dan mengkaji data-data primer dari wawancara dan observasi

Gerakan KOIN NU LAZISNU Balapulang Kabupaten Tegal yang telah

disederhanakan dan diringkas, serta menganalisis data-data sekunder

berupa buku, jurnal, maupun artikel ilmiah yang membahas mengenai

Gerakan KOIN NU LAZISNU.

4. Penarikan Kesimpulan

Data yang telah dikaji kemudian dianalisis sedemikian rupa untuk

memperoleh kesimpulan dari data-data tersebut. Dalam hal ini penulis

menarik kesimpulan dari keseluruhan data yang diperoleh mengenai

Gerakan KOIN NU LAZISNU Balapulang Kabupaten Tegal.

I. Sistematika Pembahasan

Bab satu terdiri dari latar belakang masalah, identifikasi masalah dan

batasan masalah, rumusan masalah, tujuan penelitian, kegunaan penelitian,

kerangka teoritik, penelitian terdahulu, metode penelitian, sistematika

pembahasan, outline penelitian dan daftar kepustakaan sementara.

20
Bab kedua menjelaskan konsep pelaksanaan penghimpunan dana infaq

yang meliputi konsep stratetgi, konsep penghimpunan dana, serta konsep infaq.

Bab ketiga menjelaskan mengenai profil LAZISNU MWC NU

Balapulang Kabupaten Tegal, strategi, sistem pelaksanaan Gerakan KOIN NU

di LAZISNU Balapulang Kabupaten Tegal, dan faktor pendukung serta

hambatan dalam proses Pelaksanaan Gerakan KOIN NU LAZISNU

Balapulang Kabupaten Tegal.

Bab keempat adalah analisis mengenai strategi, sistem pelaksanaan

Gerakan KOIN NU di LAZISNU Balapulang Kabupaten Tegal, dan faktor

pendukung serta hambatan dalam proses Pelaksanaan Gerakan KOIN NU

LAZISNU BalapulangKabupaten Tegal.

Bab kelima adalah penutup yang terdiri dari kesimpulan dan saran.

Dalam bab ini penulis menyimpulkan pokok-pokok dari seluruh pembahasan

mengenai strategi, proses, faktor pendukung, dan hambatan program gerakan

KOIN NU LAZISNU Balapulang Kabupaten Tegal. Selain itu, dalam bab ini

juga terdapat saran-saran bagi pihak-pihak yang terkait.

21

Anda mungkin juga menyukai