Anda di halaman 1dari 8

Diterjemahkan dari bahasa Inggris ke bahasa Indonesia - www.onlinedoctranslator.

com

Ulasan Humaniora & Ilmu Sosial


eISSN: 2395-6518 , Vol 7, No 4, 2019, hlm 1018-1025
https://doi.org/10.18510/hssr.2019.74139

PEMBERDAYAAN FILANTROPI ISLAM: ANALISIS PROGRAM BANTUAN


MODAL WIRAUSAHA OLEH
LAZISMU KOTA SURABAYA
Arin Setiyowati
Jurusan Perbankan Syariah, Fakultas Agama Islam, Universitas Muhammadiyah Surabaya,
Indonesia.
Email: arin.st@fai.um-surabaya.ac.id
Sejarah Artikel: Diterima pada 25thJuli 2019, Direvisi pada 01stSeptember 2019, Dipublikasikan pada 07thOktober 2019

Abstrak
Tujuan studi:Tulisan ini bertujuan untuk menganalisis bagaimana Lazismu Pimpinan Daerah (PDM) Muhammadiyah Kota
Surabaya menghimpun untuk mengelola dan menyalurkan dana filantropi Islam (zakat, infaq, shodaqoh, dan wakaf) untuk
pemberdayaan usaha mikro melalui program Bantuan Modal Wirausaha (BMW). .

Metodologi:Penelitian ini menggunakan pendekatan kualitatif dengan desain penelitian studi kasus.

Hasil:Hasil penelitian menunjukkan bahwa penyaluran dana filantropi Islam (ZISWAF) dalam program BMW sangat
memberdayakan perekonomian rakyat.

Aplikasi dari studi ini:Penelitian ini dapat digunakan untuk kalangan universitas, guru, dan mahasiswa.

Kebaruan/Originalitas penelitian ini:LAZISMU Surabaya (Lembaga Pengumpul Zakat Muhammadiyah) adalah bagian dari lembaga
penghimpun zakat di bawah naungan organisasi kemasyarakatan Muhammadiyah Surabaya dengan bidangnya dalam penghimpunan dan
pengelolaan dana zakat yang telah teruji.

Kata kunci: filantropi Islam, LAZISMU, pemberdayaan ekonomi.


PENGANTAR
Data BPS menunjukkan, pada September 2016, jumlah penduduk miskin (penduduk dengan pengeluaran per kapita per bulan di
bawah Garis Kemiskinan) di Indonesia mencapai 27,76 juta orang (10,70 persen), turun 0,25 juta orang dibandingkan Maret 2016
yang sebesar 28,01 juta jiwa. orang (10,86 persen). Sedangkan persentase penduduk miskin di perkotaan pada Maret 2016 sebesar
7,79 persen, turun menjadi 7,73 persen pada September 2016. Meskipun selama periode Maret 2016 – September 2016 persentase
kemiskinan menurun, namun jumlah penduduk miskin di perkotaan meningkat sebesar 0,15 Juta orang (dari 10,34 juta orang pada
Maret 2016 menjadi 10,49 juta orang pada September 2016). Hal ini tentu menjadi fenomena unik di tengah pertumbuhan kelas
menengah perkotaan serta gejala gaya hidup perkotaan yang berkembang pesat.

Berdasarkan data di atas, meningkatnya angka kemiskinan perkotaan terindikasi kuat menjadi penghambat pertumbuhan ekonomi.
Akibatnya, program pengentasan kemiskinan merupakan sarana untuk memperlakukan 'kemiskinan' sebagai objek keberhasilan program
pertumbuhan ekonomi. Yusuf Qardhawi menyatakan bahwa kemiskinan sebagai salah satu penyebab munculnya masalah ekonomi karena
lemahnya sumber pendapatan. Para ekonom melihat kemiskinan dari berbagai aspek, yaitu aspek primer dan sekunder. Aspek primer
mencakup kemiskinan yang terlihat dari aset miskin, organisasi sosial-politik, serta pendidikan dan keterampilan. Sedangkan aspek
sekunder kemiskinan terlihat pada kemiskinan jaringan sosial, sumber keuangan dan informasi (Suleri & Cavagnaro, 2016 ).

Isu krusial dalam kemiskinan adalah ketimpangan, dan sistem ekonomi kapitalistik tidak mampu menjadi solusi. Sedangkan
Ekonomi Islam sebagai sistem ekonomi yang lahir dari ajaran Islam, tanpa meniadakan konsep ekonomi dengan ciri
menghilangkan unsur riba dan mendorong memperbanyak sedekah (filantropi) melaluizakat.Ini berarti bahwa ekonomi
Islam membawa distribusi pemerataan antara surplus modal dengan modal minimal. Di sinilah domain positif ekonomi
Islam. Semangat pemerataan pemerataan pendapatan dan kekayaan ini sejalan dengan konsep ekonomi kerakyatan yang
berkarakteristik Indonesia, yaitu ekonomi yang berpihak padamustadh'afin. Pembagian pendapatan dan pemerataan
kekayaan dilakukan dengan filantropi, sebagai bukti cinta kasih, kepedulian terhadap sesama.

Zakat, Infaq, Shodaqoh, Waqaf, Waris(warisan) danhibahadalah berbagai instrumen distribusi dalam Islam. Potensi
penggalangan dana filantropi Islam, dana ZISWAF(Zakat, Infaq, Shodaqoh, dan Wakaf)Umat Islam di Indonesia tidak
bisa dipandang sebelah mata. Terbukti bahwa penyerapanziswafPotensi yang ada di negeri ini belum optimal. Hal ini
penting karena potensizakatdi Indonesia mencapai Rp 19,3 triliun. Jumlahnya terdiri dari Rp. 5,1 triliun barang dan
Rp. 14,2 triliun tunai. Selain itu, hasil survei Pusat Penelitian dan Advokasi Kepentingan Masyarakat (PIRAC)
menyebutkan, potensi zakat di Indonesia meningkat dari Rp 4,45 triliun pada 2004 menjadi Rp 9,09 triliun pada 2007.
Fakhruddin9juga menyebutkan bahwa pada penelitian terbaru BAZNAS (Badan Pengumpul Zakat Nasional) tahun
2011, potensi nasionalzakatmencapai Rp. 217 triliun terdiri dari potensi Rp 82,7 triliunzakatrumah tangga, Rp. 2,4
triliun potensi zakat BUMN (lembaga milik negara), dan Rp17 triliun potensizakattabungan.
Ada kesenjangan besar antara potensizakatdengan jumlahzakatdikumpulkan dan didistribusikan mengundang
banyak pertanyaan, mengingat sejumlah besarzakatorganisasi pengelola (BAZNAS dan LAZNAS) dan jumlah

1018 |www.hssr.in © Setiyowati


Ulasan Humaniora & Ilmu Sosial
eISSN: 2395-6518 , Vol 7, No 4, 2019, hlm 1018-1025
https://doi.org/10.18510/hssr.2019.74139

perhatian pemerintah dalam penangananzakatmasalah. Kemudian, apakah sudah tepat sasaran dan optimal dalam upaya
kesejahteraannya, melalui program-program yang inovatif dan produktif.Iravani, Niknejadi & Jahandoost, 2015 ;Yazdekhasti, Erfan,
& Nazari, 2015 ).

LAZISMU (Lembaga Amil Zakat, Infaq, dan Shodaqoh Muhammadiyah) merupakan salah satu LAZ Nasional sejak tahun 2002
dan menjadi icon zakat Muhammadiyah. Dengan motto "memberi untuk negara" tidak diragukan lagi peran mereka dalam
mengumpulkan, mengelola dan mendistribusikan dana ZISWAF daripadamuzakki(muslim yang wajib mengeluarkan zakat)
untuk diserahkan kepadaamil(orang yang berhak menerima zakat). Termasuk LAZISMU kota Surabaya yang menjadi
kantong-kantong ZISWAF bagi warga Surabaya yang penduduknya beragama Islam cukup tinggi.

Melalui penelitian ini, peneliti bermaksud untuk menganalisis pengelolaan dana filantropi Islam (ZISWAF fund) yang
dihimpun oleh LAZISMU PDM (Pemimpin Daerah Muhammadiyah) Kota Surabaya dalam upaya pemberdayaan usaha mikro
informal melalui program Unit Keuangan Mikro (UKM) BMW ( Kewirausahaan Bina Mandiri).

METODE PENELITIAN
Jenis penelitian ini adalah penelitian kualitatif deskriptif yang menghasilkan data deskriptif berupa kata-kata tertulis atau lisan dari orang-
orang dan perilaku yang dapat diamati. Pendekatan penelitian yang digunakan dalam penelitian ini adalah pendekatan studi kasus.
Berdasarkan pendekatan tersebut, penelitian ini bertujuan untuk menganalisis program pemberdayaan ekonomi yang diarahkan oleh
LAZISMU melalui program UKM BMW menggunakan dana filantropi Islam (ZISWAF) oleh PDM kota Surabaya.

Responden penelitian adalah manajemen, pendamping pendamping usaha LAZISMU Surabaya dan mitra usaha sebagai sumber data primer
yang diambil secara sengaja (purposive) dan dokumen lain yang berhubungan dengan penelitian sebagai sumber data sekunder.
Pengumpulan data dilakukan dengan wawancara, observasi, dan dokumentasi. Analisis data bersifat kualitatif melalui tiga tahap yaitu
reduksi data, display data, dan penarikan kesimpulan/verifikasi. Dengan melalui ketiga tahapan kerja tersebut ingin mengungkap tipologi
gerakan Aisyiyah Feminisme dalam pemberdayaan masyarakat yang dilakukan oleh PCA (Kepemimpinan Perempuan Muhammadiyah)
Krembangan.

MASALAH

Melalui penelitian ini, peneliti bermaksud untuk menganalisis pengelolaan dana filantropi Islam (ZISWAF fund) yang
dihimpun oleh LAZISMU PDM (Pemimpin Daerah Muhammadiyah) Kota Surabaya dalam upaya pemberdayaan usaha mikro
informal melalui program Unit Keuangan Mikro (UKM) BMW ( Kewirausahaan Bina Mandiri).

ZISWAF SEBUAH FILANTROPIS ISLAM


Saya. Optimalisasi Zakat

Logika sederhana seperti ini, Indonesia sebagai lumbung umat Islam, pada salah satu rukun Islam, adalah kewajiban zakat, namun pada
kenyataannya masyarakat miskin yang dikuantifikasi oleh BPS sebagian besar beragama Islam. Lalu dimana salahnya? Agama atau pelaku
agama?

Secara historis, sejak masa kemerdekaan hingga tahun 1980, fakta bahwa zakatdana tersebut belum mampu menciptakan
kesejahteraan umat Islam Indonesia. Hal ini diduga karena pengelolaan tahun 1980-1nzakatyang tidak profesional, bahkan tidak
menyentuh ranah tanah air. Baru pada tahun 1990-an manajemenzakatsecara profesional dimulai pada awal tahun 1990-an yang
ditandai dengan berdirinya YDSF (Yayasan Amal Al-Falah) pada tahun 1987, Dompet Dhuafa 'Republika pada tahun 1993, dan BAZIS
Pemerintah pada tahun 1994. Pada tahun 1997, 11 lembaga mendirikan FOZ (Zakat Forum) menjadi wadah sinergi antar komunitas
LAZ dan antara LAZ dengan BAZIS.

Secara nyata, zakatDana yang dapat dialokasikan untuk mengatasi dampak pembangunan ekonomi Indonesia pada utang, pengangguran,
dan kemiskinan, sebagai berikut4:

- zakatuntuk Orang Miskin. Dana ini diberikan sebagai tambahan pendapatan bagi masyarakat miskin yang mencapai 31,02 juta jiwa untuk
memenuhi kebutuhan hidup. Ia juga dialokasikan sebagai sarana pemberdayaan masyarakat miskin dengan memberikan bantuan produktifzakat
dengan menyediakan zakatmembangun sarana pertanian, industri dan pendidikan serta keterampilan bagi masyarakat miskin agar dapat
dientaskan dari kemiskinan. Kategori orang miskin yang berhakzakattermasuk anak yatim piatu yang tidak memiliki cukup harta warisan, orang
tua, korban bencana alam, gelandangan, anak terlantar dan masih banyak lagi yang harus ditanggung negara.

- zakatuntukAmil(pengelola zakat) dialokasikan untuk biaya administrasi dan gaji untukamildalam mengembangkan zakat, dan digunakan untuk melatih dan
meningkatkan keterampilannya agar lebih profesional, sehingga mampu berkembangzakatsecara maksimal.

- Membantu kehidupanmuallafkarena kemungkinan kesulitan ekonomi mereka karena konversi. Menyediakan sarana dan dana untuk
membantu mereka yang terjebak dalam kejahatan, asusila, dan obat-obatan terlarang serta membantu menciptakan sarana rehabilitasi
kemanusiaan dimungkinkan karena pada hakikatnya mereka yang terjebak karena belum sepenuhnya memahami ajaran Islam secara
utuh.

- Bagi golongan riqab (budak) dana zakat saat ini dapat dialokasikan untuk membebaskan buruh/buruh dari majikan yang
menindas, yang menganggap buruh sama dengan budak yang dapat diperlakukan sesuka hati. Mendirikan lembaga advokasi

1019 |www.hssr.in © Setiyowati


Ulasan Humaniora & Ilmu Sosial
eISSN: 2395-6518 , Vol 7, No 4, 2019, hlm 1018-1025
https://doi.org/10.18510/hssr.2019.74139

bagi TKW/TKI (tenaga kerja Indonesia) dan pekerja di bawah umur yang dikontrak untuk memperoleh keadilan, dan membantu korban
perdagangan orang yang menjadi PSK agar bebas dari mereka yang mengeksposnya.

- Untuk kelompok Gharimin (orang yang berhutang), zakatdana dapat dialokasikan untuk meringankan hutang orang-orang yang terlilit hutang,
membebaskan pedagang dari hutang modal ke bank dan sebagainya. Bahkan dalam makrozakatdana tersebut dimungkinkan untuk membayar
utang yang ditanggung negara sebesar Rp 1.664,43 Triliun. Hal ini dimungkinkan karena apa yang harus dibayar pemerintah telah membebani
dan mengurangi alokasi kesejahteraan masyarakat. Kalaupun total utang yang harus dibayar pemerintah yang dibebankan kepada seluruh
penduduk Indonesia berjumlah 237 juta jiwa, maka setiap penduduk Indonesia akan menanggung utang kurang lebih Rp 7.022.911,39.

- Di grup Fi Sabilillah, zakatdana tersebut dapat dialokasikan untuk membiayai peningkatan kualitas sumber daya manusia (SDM) agar
memiliki kualitas sehingga mampu bersaing secara global. Dalam hal ini dapat dilakukan melalui bantuan pengembangan kualitas guru,
sarana dan prasarana pendidikan, tenaga medis dan sebagainya di daerah-daerah terpencil dan perbatasan, yang secara otomatis
membantu pemerintah dalam biaya pertahanan kedaulatan negara.

- zakatdana untuk angkatan ibn sabil dapat dialokasikan untuk membantu biaya pendidikan siswa dan siswa yang kurang
mampu agar dapat terus mendapatkan pendidikan yang layak dan berkualitas, sehingga memiliki keterampilan dan siap
bersaing di dunia kerja. Memberikan bantuan bagi korban bencana alam dan bencana lainnya. Dan memberikan dana bagi
musafir yang kehabisan perbekalan di jalan (Razavi, Nasirian & Afkhami, 2015 ;Novikova, dkk. 2018 ;Kenan, 2018 ).

Alokasi dari zakatdana dalam penyelesaian dampak pembangunan yang kurang pemerataan akan maksimal jika zakatmasalah
dapat diurai dan diselesaikan secara menyeluruh. Dana zakat yang dapat dihimpun dan disalurkan akan lebih besar, sehingga
memberikan dampak yang signifikan bagi pembangunan ekonomi Indonesia.

Benang kusut dari zakatPengelolaan disini tidak lepas dari pemahaman awal setiap individu Indonesia terhadap kemiskinan
(sebagai takdir, bukan sekedar orientasi/orientasi, dan pemahaman yang dangkal tentang akad), pemahaman tentang
pengumpulan, pengelolaan dan pendistribusiannya. zakat, mata pelajaran yang menjadi basis ketidakmampuan konsep
zakat memberikan output yang signifikan bagi peningkatan ekonomi umat.

Potensi dari zakatyang dimiliki Indonesia merupakan peluang bagi terwujudnya kesejahteraan. Namun hal ini akan sulit jika masyarakat
tidak diberikan pemahaman untuk menciptakan pemahaman yang lebih baik tentang kemiskinan,zakatdan penggunaannya. Selain itu,
peran pemerintah dalam merespon perkembangan kesadaran zakat sebagai bagian dari upaya penguatan ekonomi Indonesia perlu
ditingkatkan dengan mewujudkan visi bersama antara pemerintah dan amil zakat. Hal ini perlu dilakukan agar agenda pemberdayaan dan
pengentasan kemiskinan dapat berjalan secara sinergis dan berupaya melibatkan lembaga keuangan agar menjadi satu kesatuan yang utuh
dalam mengoptimalkan zakat sebagai jaminan sosial di masyarakat.

ii. Pemanfaatan Wakaf untuk Pemberdayaan Umat

Potensi wakaf yang dimiliki bangsa Indonesia cukup besar, yakni. sebanyak 2.686.536.565,68 m2 yang tersebar di 366.595 lokasi. Namun
sayangnya, potensi tersebut belum terkelola dengan baik sehingga belum mampu memberikan kontribusi bagi perekonomian Indonesia.
Oleh karena itu, langkah strategis yang perlu dilakukan adalah mendaftarkan kembali seluruh harta wakaf yang berpotensi untuk
diberdayakan. Pemberdayaan dapat dilakukan dengan melihat kemanfaatan dan keberlangsungan harta wakaf. Misalnya wakaf berupa
sekolah/madrasah yang tidak dikelola untuk memperbaiki dan meningkatkan kualitas sistem pengajaran sehingga diharapkan dapat
menghasilkan siswa (SDM) yang berkualitas.

Selain optimalisasi dana dan harta wakaf yang sudah ada, maka perlu adanya upaya selanjutnya untuk merangsang warna
ummat Islam Indonesia lainnya untuk berwakaf. Apalagi bagi mereka yang memiliki aset berlebih seperti pengusaha,
miliuner, miliuner bahkan orang terkaya di Indonesia yang memiliki banyak perusahaan, terdorong ingin meresmikan
sebagian saham perusahaan dan kekayaannya untuk kemaslahatan ummat.

Seiring dengan kemajuan zaman, fikih kontemporer yang terdapat bagi umat Islam yang ingin berwakaf tunai. Dan tentunya
kesempatan bagi seluruh umat Islam Indonesia untuk berwakaf. Dengan wakaf uang setiap muslim dapat mengurai hartanya
dengan jumlah dan besaran yang tidak terbatas. Kemudian dana tersebut dapat digunakan untuk merancang program
pemberdayaan masyarakat miskin dengan memberikan pembiayaan usaha mikro kecil menengah yang akan tumbuh. Otomatis
usaha mikro akan mandiri karena tidak bergantung pada pemerintah maupun tingginya bunga rentenir. Sehingga dengan
pengelolaan wakaf yang tepat selain mampu memberdayakan masyarakat miskin juga dapat memutus lingkaran rentenir yang
berdampak pada lingkaran kemiskinan.

Wakaf tunai saat ini sangat aplikatif, karena sejalan dengan kondisi terkait definisi kaya saat ini. Paradigma hari ini berubah, orang
kaya muncul di Indonesia yang berwajah lain, ukurannya bukan kepemilikan tanah, tetapi kepemilikan perusahaan, investasi di
mana-mana, bahasa lain penguasa korporatokrasi (penguasaan atas bidang akumulasi modal, misalnya penguasa media,
korporasi , modal perusahaan dan sebagainya). Sehingga wakaf uang relevan jika dihadapkan pada kondisi kontemporer yang
harus ditawarkan kepada mereka sebagai pembuat hak fakir miskin dalam hartanya.

Wakaf tunai juga membuka peluang untuk dimanfaatkan masyarakat secara lebih luas. Misalnya, dengan akumulasi wakaf uang seperti yang
digambarkan di atas, dapat digunakan untuk membangun tempat pelatihan dan pendidikan dalam menampung tenaga kerja aktif yang masih kurang
keterampilan, sehingga dapat menjadi mesin produksi sumber daya manusia yang berkualitas sehingga mampu memasuki dunia formal. dan tepat

1020 |www.hssr.in © Setiyowati


Ulasan Humaniora & Ilmu Sosial
eISSN: 2395-6518 , Vol 7, No 4, 2019, hlm 1018-1025
https://doi.org/10.18510/hssr.2019.74139

lapangan pekerjaan. Selain itu, dari hasil wakaf tunai yang terkumpul tadi juga dapat dibangun lembaga keuangan mikro syariah, yang dapat menjadi
mitra bagi fakir miskin dalam hal pengumpulan, peminjaman, pembiayaan, pembudayaan dan pemberdayaan jiwa ekonomi syariah, sehingga selain
untuk tidak berdaya juga memutuskan rantai dengan rentenir.

ii. Infaq dan Sedekah

Konsep sedekah yang memiliki arti luas dalam Islam memberikan makna bahwa infaq dan sedekah tidak terbatas pada
pemberian materi, tetapi lebih dari itu, sedekah mencakup semua amal baik, baik fisik maupun non fisik. Luasnya makna ini
memberikan peluang bagi ekonomi Islam melalui konsep infaq dan sedekah untuk berkontribusi lebih luas bagi terciptanya
keadilan distributif dalam perekonomian Indonesia.

Sikap infaq dan shadaqah merupakan sarana yang tepat untuk menciptakan masyarakat yang peduli terhadap ikatan solidaritas sosial karena pada dasarnya
setiap manusia adalah makhluk sosial dan harus menyadari bahwa ia membutuhkan orang lain dalam hidupnya dan sebaliknya karena ia tidak mampu
memenuhi kebutuhannya. kebutuhannya sendiri. Jika kesadaran seperti itu selalu dibangun, niscaya akan melahirkan filantropis baru yang mampu berbagi tidak
hanya dengan kekayaan tetapi juga dengan perbuatan (keterampilan dan kemampuan) yang mampu mereka lakukan.

Selain pemerintah, masyarakat juga dituntut untuk dapat berusaha mencari solusi, salah satunya dengan mendirikan
lembaga sosial yang mampu mengelola potensi solidaritas masyarakat baik materiil maupun non materiil. Jika itu dilakukan,
maka tidak akan ada satu pun bangsa Indonesia yang tak terkalahkan secara hukum, sosial dan ekonomi.

Infaq materi dapat diberikan oleh siapa saja baik perorangan maupun kelompok. Khusus untuk kalangan atas yang menguasai
perekonomian Indonesia harus mau memberikan sedikit keuntungan sebagai kompensasi kepada yang selama ini terpinggirkan,
tidak sebatas CSR (Corporate Social Responsibility).

Sedangkan infak dan sedekah non materi berupa keahlian bagi perorangan, atau kelompok/perusahaan dapat diberikan melalui
mekanisme pemberdayaan usaha mikro melalui kerjasama, pelatihan, dan keterampilan. Kerjasama yang dapat dilakukan oleh
perusahaan seperti Indofood, Carefour, Indomart, dan lain-lain dapat dilakukan dengan memberdayakan usaha mikro sebagai
pemasok bahan baku atau bahkan bahan jadi dengan kualifikasi yang telah sesuai dengan kualitas produk perusahaan. Untuk itu,
kerjasama juga harus ditindaklanjuti dengan pelatihan dan pengawasan secara berkesinambungan8-10.

Melalui pemberdayaan zakat, perkembangan perusahaan besar tidak mematikan usaha kecil dan sebaliknya perkembangan yang dialami
oleh perusahaan besar, dapat menumbuhkan dan mendorong perkembangan usaha kecil, sehingga meningkatkan penyerapan tenaga
kerja dan meminimalkan pengangguran. Serta menciptakan pemerataan dalam distribusi pendapatan yang pada akhirnya menciptakan
kesejahteraan dalam masyarakat.

Oleh karena itu, infaq dan sedekah dalam bentuk non-materi sangat sesuai dengan kondisi masyarakat Indonesia dan
perkembangan zaman, dimana setiap individu baik usaha mikro maupun besar membutuhkan skill dan skill dalam
menghadapi persaingan. Selain itu, kerjasama amal kerjasama dalam hal keahlian individu profesional memiliki potensi
besar di Indonesia, guru, dokter (kedokteran) dan dosen, yang jika dapat didistribusikan secara merata mampu meramu
manusia Indonesia yang berkualitas, jika disinggungkan dengan IPM ( Human Development Index) maka adanya kerjasama
keterampilan ini dapat menjadi katalisator, terutama jika penyebarannya mencapai domain geografis, seperti di daerah
terpencil dan perbatasan, sehingga dapat menjadi sumber pengembangan sumber daya manusia Indonesia, yang akan
memimpin untuk pengentasan pengangguran,

SEJARAH LAZISMU SURABAYA


Muhammadiyah sebagai organisasi Dakwah Islam mendirikan berbagai amal usaha sosial, seperti panti asuhan yatim piatu
dan orang tua, puskesmas dan sekolah, yang dimaksudkan untuk memberdayakan mustadh'afin dan memberikan fasilitas
pendidikan bagi anak-anak dari keluarga miskin. Muhammadiyah didirikan dan dihimpun dari dana zakat, infaq dan
shadaqah (ZIS) masyarakat dan aghniya'nya. Penggalian dana ZIS masih bersifat parsial dan sporadis serta belum dilakukan
secara sistematis dan melembaga secara lebih intensif sehingga hasil yang dicapai kurang optimal. Pembiayaan ZIS seperti
ini tidak hanya dialami Muhammadiyah, namun ormas-ormas lainnya saat itu juga mengalami hal serupa. Pada akhirnya
Pemerintah dan DPR membuat UU No. 38 Tahun 1999 tentang Pengelolaan Zakat sebagai landasan hukum bagi organisasi
kemasyarakatan untuk menggali sumber dana ZIS. Melalui UU tersebut, Pemerintah memberikan insentif kepada pembayar
zakat berupa potongan pajak sebesar zakat yang dikeluarkan melalui Badan dan Lembaga Amil Zakat.

Pada tahun 2007 LAZISMU Kota Surabaya berdiri dan lebih tepatnya didirikan pada tanggal 14 September 2007 dengan SK
dari Pimpinan Wilayah Muhammadiyah Kota Surabaya. Secara hukum formal LAZISMU Surabaya berdasarkan LAZIS
Muhammadiyah (PP Muhammadiyah) sebagai BAZNAS dengan Surat Keputusan Menteri Agama No.457/2002 tanggal 21
November 2002. Secara struktural berada di bawah pimpinan Muhammadiyah Kota Surabaya.

Ada beberapa hal yang melatarbelakangi berdirinya LAZISMU adalah:

1. Fakta bahwa Indonesia tidak terkecuali di kota Surabaya yang masih diliputi kemiskinan yang meluas, kebodohan dan indeks
pembangunan manusia yang sangat rendah. Semua itu berakibat dan sekaligus akibat lemahnya tatanan keadilan sosial.
Agama Islam yang dianut oleh mayoritas penduduk Indonesia mewajibkan setiap muslim untuk mengeluarkan zakat dari rezeki
yang diperoleh dan juga menganjurkan untuk bershadaqah dan berinfaq, untuk membantu fakir miskin dan fakir miskin.

1021 |www.hssr.in © Setiyowati


Ulasan Humaniora & Ilmu Sosial
eISSN: 2395-6518 , Vol 7, No 4, 2019, hlm 1018-1025
https://doi.org/10.18510/hssr.2019.74139

2. Zakat diyakini mampu berkontribusi dalam mewujudkan keadilan sosial, pembangunan manusia dan mampu mengentaskan kemiskinan.
Sebagai negara dengan penduduk muslim terbesar di dunia, Indonesia memiliki potensi zakat, infaq, dan wakaf yang cukup tinggi.
Namun potensi yang ada belum dapat dikelola dan dimanfaatkan secara optimal sehingga tidak berdampak signifikan terhadap
penyelesaian permasalahan yang ada. Muhammadiyah memandang perlunya upaya penanggulangan kemiskinan dengan
mengoptimalkan penggalangan dana ZIS, guna meningkatkan kesejahteraan masyarakat yang berada dalam kemiskinan dan
kesusahan. Cukup banyak umat Islam yang belum menunaikan zakat karena kurangnya pemahaman dan pengetahuannya. Sudah
selayaknya masyarakat yang menerima limpahan rezeki dimotivasi dan disadarkan akan kewajiban agamanya, yaitu membayar ZIS.

Lazismu Surabaya masih melaksanakan program-program kemanusiaan, seperti Peduli Pendidikan, Peduli Sosial,
Pemberdayaan Ekonomi, Dakwah Fisabilillah, Solidaritas Umat, Acara Kurban, Kembali ke Masjid, Kampung Berdaya dan
Indonesia Siaga, dengan berbagai varian program seperti; Beasiswa, UKM BMW, Analisis Bisnis, Kewirausahaan
Pemuda, LAPD, Sankesmas, Baksoskes, Pengajian Pencerah dan sebagainya. Nah, untuk tahun 2015 ini sesuai dengan
aspirasi dan usulan yang masuk maka perlu menambah varian program di bidang pemberdayaan sosial dan ekonomi
antara lain : Manfaat Rumah, Pelayanan Ambulans dan Rumah Wiramuda.

MANAJEMEN DAN DISTRIBUSI


LAZISMU disini sebagai salah satu OPZ yang dikelola oleh pihak swasta, dalam hal ini ormas Muhammadiyah telah menjalankan
tugas pokok dan fungsinya sesuai dengan ketentuan yang digariskan oleh Pemerintah. Sesuai dengan Undang-Undang Nomor 23
Tahun 2011 yang mempunyai tujuan pengelolaan sebagai berikut:

1. Meningkatkan efektivitas dan efisiensi pelayanan dalam pengelolaan zakat. Pengelolaan zakat yang baik akan
memudahkan langkah-langkah organisasi pengelola zakat (OPZ) untuk mencapai tujuan inti dari zakat itu sendiri, yaitu
optimalisasi zakat. Dengan bertindak efisien dan efektif, OPZ mampu memanfaatkan dana zakat yang ada secara
maksimal.

2. Meningkatkan manfaat zakat untuk mewujudkan kesejahteraan masyarakat dan pengentasan kemiskinan. Pengelolaan dana filantropi
Islam dimaksudkan untuk mendanai ziswaf yang tersalurkan sepenuhnya kepada umat yang tepat dan produktif dalam rangka
meningkatkan kesejahteraan masyarakat secara berkesinambungan. Pemanfaatan zakat untuk hal-hal produktif dapat dilakukan
dengan mengadakan pelatihan home industry, pemberian pinjaman modal usaha, pemberian beasiswa untuk ikut serta dalam
penyiapan sumber daya manusia bangsa yang terdidik, dan lain sebagainya. Dengan demikian, LAZISMU menerima dan mengelola
berbagai jenis dana, yaitu:

- dana zakat

- Dana Infaq / Sedekah

- Dana wakaf (tunai)

- Dana Pengelolaan (hak amil yang digunakan untuk membiayai kegiatan operasional lembaga yang berasal dari: hak zakat, bagian
tertentu dari dana infaq/shadaqah, sumber lain yang tidak bertentangan dengan syariah)

Untuk mengoptimalkan penghimpunan, pengelolaan, dan pendistribusian ZISWAF, dibutuhkan strategi yang inovatif dan masif dari
kalangan atas hingga kelas menengah dan bawah. Masyarakat tidak hanya diharapkan datang ke lembaga ZISWAF setelah
mendengarkan ceramah atau khutbah di masjid. Masyarakat perlu diyakinkan bahwa penyaluran ZISWAF melalui ZISWAF lebih
aman, terarah sesuai syariah dan tepat sasaran. Terbukti dengan netralitas administrasi, akuntabel dan transparan.

Kegiatan Penatausahaan pada Lazismu meliputi: surat menyurat dan kearsipan, termasuk pencatatan permintaan bantuan yang
masuk ke lembaga ZISWAF. Sedangkan Laporan Keuangan ZISWAF Institute meliputi: Laporan penerimaan dan pendistribusian
ZISWAF, kepada badan pengatur dan muzakki (dipublikasikan secara umum) secara berkala. Laporan keuangan tahunan kepada
dewan pengawas LPPL PDM Kota Surabaya. Laporan keuangan berupa buku kas harian dan buku bank bersifat internal, tidak
diterbitkan tetapi terbuka untuk ditelaah atau diaudit.

Alokasi penyaluran ZISWAF dari LAZISMU kota Surabaya sebesar 100% kepada penerima zakat, infaq dan shadaqah yang
disalurkan kepada Mustahiq. Distribusinya proporsional baik untuk konsumtif maupun produktif. Kegiatan pendistribusian
ZISWAF dapat berupa kerjasama dengan DPP Muhammadiyah kota Surabaya dan dilakukan oleh LAZISMU sendiri. Bagian
untuk amil disalurkan dalam bentuk biaya operasional sesuai kebutuhan, dengan platform anggaran maksimal 10% dari
penerima. Kebutuhan aktual operasional kelembagaan ZIS dilaporkan secara berkala kepada masyarakat setiap bulan. Yaitu
melalui majalah bulanan terbitan LAZISMU dengan misi utama dakwah rajin berdonasi. Adapun berbagai macam kegiatan
penyaluran zakat:

1. Santunan kepada fakir miskin untuk memenuhi kebutuhan sehari-hari dalam bentuk uang tunai.

2. Santunan untuk anak yatim, yatim piatu, anak terlantar, korban bencana alam, pengungsi, orang lanjut usia, dan
penyandang disabilitas dari keluarga miskin.

1022 |www.hssr.in © Setiyowati


Ulasan Humaniora & Ilmu Sosial
eISSN: 2395-6518 , Vol 7, No 4, 2019, hlm 1018-1025
https://doi.org/10.18510/hssr.2019.74139

3. Bantuan dana pendidikan bagi anak kurang mampu seperti beasiswa, pembayaran SPP, biaya panitia, biaya ujian.

4. Membantu perlengkapan sekolah untuk anak tidak mampu, misalnya seragam sekolah, buku pelajaran, dll.

5. Bantuan biaya pengobatan, tenaga kerja, dan kecelakaan bagi masyarakat miskin, pengobatan gratis.

6. Penyediaan ambulans gratis yang diambil dari dana wakaf tunai muzakki.
7. Pembantaian Massal untuk anak-anak miskin.

8. Tunjangan bantuan masjid dan pengelola masjid (penjaga, petugas kebersihan, muazin dan guru Ngaji).

9. Bantuan permodalan untuk usaha mikro kecil.

Pengelolaan dana LAZISMU yang menjadi fokus analisis peneliti adalah penyaluran dana filantropi Islam yang
memberdayakan ekonomi warga binaan. Berdasarkan data yang diperoleh informan di lapangan, sejak program
UKM BMW berjalan pada tahun 2010 hingga saat ini telah ada 120 usaha binaan 30 jenis usaha yang mendapatkan
bantuan modal usaha dan tambahan modal untuk kelangsungan usahanya. Diantaranya bisnis lele, penjual nasi
pecel, nasi rawon, desain, sablon, penjahit, bisnis baju muslim, aneka gorengan dan lain sebagainya.
Nominal suntikan modal usaha rata-rata 1 juta rupiah setiap usaha yang dibangun, dilunasi 10 kali tanpa tambahan biaya apapun.
Cara pemberian bantuan modal usaha dilakukan dengan cara kegiatan bulanan bersama di gedung Dakwah Muhammadiyah kota
Surabaya dalam bentuk pembinaan usaha dan keagamaan kepada para mitra usaha. Selain itu, pembinaan untuk meningkatkan
keterampilan usaha melalui pelatihan membuat kue, bakso, mie ayam, dan ternak ikan dan sebagainya. Tepatnya pembinaan ini
dilaksanakan setiap hari Sabtu minggu keempat setiap bulannya.

Dalam pemberian modal ini bukan tanpa syarat, bantuan modal akan diberikan kepada mitra usaha setelah melalui beberapa
verifikasi, baik mitra pribadi maupun prospek usaha yang akan dan atau telah dijalankan oleh mitra usaha. Setelah diputuskan
untuk diberikan bantuan modal usaha, ada beberapa atribut wajib yang harus dipasang di salah satu sudut usaha yang diberikan
modal usaha tersebut seperti spanduk LAZISMU dan kain gombal. Setelah menjalankan usaha tersebut, kurang lebih setiap dua
bulan sekali, dari LAZISMU akan melakukan peninjauan langsung ke lokasi usaha masing-masing mitra binaan sebagai upaya
pengendalian dana filantropi syariah yang dikelola LAZISMU.

Dalam pemberian modal usaha, pasti ada satu atau dua mitra usaha yang belum memenuhi harapan LAZIMU.
Seorang informan menyebutkan bahwa sekitar 20% cicilan dari mitra usaha tidak lancar. Anehnya rata-rata tingkat
pendidikan yang tidak lancar adalah mitra usaha yang tamat dari jenjang pendidikan sarjana (S1). Sedangkan mitra
usaha yang tingkat pendidikan tamatan SMP/SMA lancar. Data ini sesuai dengan laporan Program UKM BMW
LAZISMU PDM Surabaya dari tahun 2010-2013. Data tersebut menunjukkan bahwa faktor pendidikan belum
menentukan tingkat amanah seseorang sehingga faktor kepribadian (Karakter) masing-masing calon mitra usaha
adalah pertimbangan penting.
Berdasarkan data pelaporan penyaluran dana filantropi Islam (ZISWAF) dari muzakki (donatur LAZISMU), tidak lebih dari 2% setiap bulan
dana filantropi Islam yang terkumpul dari muzakki dialokasikan untuk program UKM BMW. Dari nominal tersebut sangat jauh dari tingkat
kebutuhan masyarakat miskin kota yang berada pada pekerjaan informal, Pedagang Kaki Lima (PKL) di Surabaya yang mendominasi belum
sepenuhnya tercover.

Jika dihitung atas dasar alokasi dana dana ZISWAF LAZISMU 100% disalurkan kepada mustahik, maka dari porsi 100%
jika posko fakir miskin (40% termasuk untuk program pemberdayaan melalui UKM BMW), sedangkan untuk Fii
Sabilillah, Ibnu Sabil dan Amil Sekitar 20%. Sedangkan porsi program pemberdayaan ekonomi khusus melalui UKM
BMW dari total alokasi 40% berkisar 20%-an. Sedangkan dengan berbagai usaha yang dibangun LAZISMU baik
berupa pedagang kaki lima, penjual di pasar dan lain sebagainya merupakan berbagai upaya program
pemberdayaan ekonomi oleh insan LAZISMU.
Pemberdayaan yang dilakukan LAZISMU tersebar di pelosok kota Surabaya, antara lain desa-desa berdaya di Kedinding,
wilayah sekitar Mulyorejo dan Kenjeran, serta wilayah yang terletak di Putat, Surabaya. Untuk setiap pengelolaan dan
pendistribusian dana ZISWAF. Jika upaya kreatif dalam pemberdayaan ekonomi kerakyatan dilakukan oleh lembaga swasta
lain secara lebih luas dan masif dalam pendistribusian kekayaan yang bersumber dari dana ZISWAF. Sehingga
kesejahteraan ekonomi rakyat akan tercapai.

ANALISIS DANA FILANTROPIS ISLAM


Berdasarkan data yang diperoleh peneliti dari LAZISMU binaan program BMW adalah pemberian bantuan modal usaha,
baik berupa alat-alat produksi, pinjaman lunak bebas bunga, maupun pembinaan di bidang kerohanian.

Pendukung LAZISMU yang awalnya tidak memiliki lapangan usaha tetap, mendapat posisi yang lebih baik dari proyek tersebut. Hal ini dapat
dijadikan sebagai sarana untuk bertempat tinggal di kota Metropolis Surabaya. Tentunya dalam melakukan agenda besar pemberdayaan
ekonomi LAZISMU ini sendiri, MEK (Badan Ekonomi Kewirausahaan) PDM Kota Surabaya juga menjadi mitra dalam menjalankan program
UKM BMW LAZISMU.

1023 |www.hssr.in © Setiyowati


Ulasan Humaniora & Ilmu Sosial
eISSN: 2395-6518 , Vol 7, No 4, 2019, hlm 1018-1025
https://doi.org/10.18510/hssr.2019.74139

Bantuan dari MEK disini berupa networking dan back up dana usaha pendamping LAZISMU PDM Kota Surabaya. Misalnya,
penebusan lokasi beberapa usaha yang dibangun oleh LAZISMU. Beberapa informan dalam penelitian ini adalah pengusaha kantin
sekolah, dengan penjualan bakso dan jajanan ringan untuk siswa di sekolah Muhammadiyah. LAZISMU memberikan modal usaha
dan alat produksi berupa bakso kuntum bunga mawar, sedangkan MEK PDM Surabaya mendampingi LAZISMU dalam
memberdayakan disini dengan menyediakan lahan untuk berdagang, dengan menyewakan lahan di sekolah. Sehingga
memberikan nilai positif bagi pembinaan LAZISMU dalam menjalankan usahanya, karena pangsa pasarnya jelas dan lahannya
nyaman. Disini terlihat upaya optimal yang dilakukan LAZISMU dalam memberdayakan sasaran yang dituju untuk kesejahteraan
ekonominya.

Di tempat lain, bisnis mitra LAZISMU melalui program BMW SME adalah penjual beras yang berlokasi di dekat
salah satu PTM di Surabaya. Diakuinya, program tersebut sangat membantu kelangsungan usahanya setelah
berkali-kali diusir oleh Satpol PP Pemkot Surabaya. “Saya senang mendapat bantuan modal usaha, dengan
cicilan tanpa bunga, dan juga dengan alokasi yang diberikan,” ujarnya. Dengan upaya tersebut, para mitra
usaha binaan bisa mandiri meski hanya lulusan SLTA. Dan beberapa mitra bisnis yang ada di Kedinding,
Simokerto, Simolawang, dan lainnya menyatakan hal yang sama. Meski ada salah satu informan yang
menyatakan sedikit kecewa karena jarang dikunjungi karena lokasinya yang jauh dari GDM. Namun,

KESIMPULAN DAN SARAN


Sistem Manajemen serta pendanaan filantropi Islam (ZISWAF) yang disusun oleh LAZISMU kota Surabaya melalui program
UKM BMW yang dimulai sejak tahun 2010 hingga saat ini dengan 120 capaian usaha masih belum dikatakan berhasil.
Namun melihat lebih dalam ke masing-masing mitra binaan, program UKM yang sukses ini telah berhasil memberdayakan
ekonomi mereka, meskipun masih ada kekurangan pendampingan dan kontrol usaha yang perlu menjadi masukan bagi
LAZISMU. Alokasi penyaluran dana filantropi Islam (ZISWAF) dari para muzakki sekitar 2% dialokasikan untuk pemberdayaan
ekonomi umat, sisanya dialokasikan untuk program yang bersifat konsumtif.

PENGAKUAN
Penulis menegaskan bahwa data tidak mengandung konflik

kepentingan. REFERENSI DAN CATATAN

1. Suleri, J., & Cavagnaro, E. (2016). Mempromosikan perilaku pencetakan pro-lingkungan: Peran hambatan TIK dan
nilai-nilai berkelanjutan.Jurnal Internasional Pendidikan dan Pengembangan menggunakan ICT,12(2). https://
doi.org/10.20897/lectito.201638
2. Iravani, MR, Niknejadi, F., & Jahandoost, Z. (2015). Hubungan Umur dengan Kepuasan Kerja Konsultan
SMU Putri Negeri Di Isfahan Tahun Ajaran 2012-2013.Kesehatan,70(22.65), 24.
3. Yazdekhasti, A., Erfan, N., & Nazari, N. (2015). Menyelidiki Hubungan Kecerdasan Spiritual dengan
Adaptasi Sosial Siswa SMA Putri di Kota Shahreza. Jurnal Penelitian Ilmu Sosial dan Humaniora UCT,
3(1), 20-23.
4. Razavi, SM, Nasirian, M., & Afkhami, I. (2015). Efektivitas Pelatihan Sleep Hygiene Terhadap Prestasi
Kerja Karyawan Shift atau Bergilir Shift Parvadeh Tabas Perusahaan Batubara Pada Jurnal Studi
Manajemen dan Akuntansi UCT, 3(1), 5-7.
5. Novikova, IN, Popova, LG, Shatilova, LM, Biryukova, EV, Guseva, AE, & Khukhuni, GT (2018). Representasi
leksikal dan semantik dari konsep linguistik dan budaya "Istirahat" dalam bahasa Inggris, Jerman,
dan Rusia. Opción, 34 (85-2), 237-256.
6. Kenan, KX (2018). Melihat dan Kemampuan Melihat: Kerangka Kerja untuk Melihat Masalah Kubus Geometris. Jurnal
Elektronik Internasional Pendidikan Matematika, 13(2), 57-60.https://doi.org/10.12973/iejme/2695
7. Hapsari, MI, & Abidin, Z. (2016). Penyaluran Zakat dalam Kerangka Maqashid Al-Syariah. Jurnal Studi
Keuangan Islam, 2(02).https://doi.org/10.12785/jifs/020202
8. Romdhoni, AH (2019). Pengaruh Program Zakat Produktif terhadap Peningkatan Kesejahteraan di Kabupaten
Sragen. Jurnal Ekonomi & Keuangan Islam, 4(1), 41-50.https://doi.org/10.20885/jeki.vol4.iss1.art5
9. Romdhoni, AH (2019). Pengaruh Program Zakat Produktif terhadap Peningkatan Kesejahteraan di Kabupaten
Sragen. Jurnal Ekonomi & Keuangan Islam, 4(1), 41-50.https://doi.org/10.20885/jeki.vol4.iss1.art5
10. Zain, M., & Ilyasin, M. AICIS XIV.
11. Haq, A., Ashraf, M., & Farooq, MO (2017). Zakat, Persistensi Kemiskinan dan Pendekatan Segmentasi
Struktural-Insiden: Sebuah Survei Sastra.
12. Hakim, FN, Mahri, AJW, & Nurasyiah, A. (2019). Implementasi Indeks Zakat Desa (Survei di Desa
Binangun, Kecamatan Pataruman, Kota Banjar). Ilmu Sosial KNE, 809-822. https://doi.org/10.18502/
kss.v3i13.4249
13. D'Agostino, G. LSM MUSLIM, ZAKĀT DAN MASYARAKAT SIPIL UNTUK DARURAT DAN PEMBANGUNAN.

1024 |www.hssr.in © Setiyowati


Ulasan Humaniora & Ilmu Sosial
eISSN: 2395-6518 , Vol 7, No 4, 2019, hlm 1018-1025
https://doi.org/10.18510/hssr.2019.74139

14. Harun, FM, Possumah, BT, Syafiai, MHBM, & Noor, AHM (2014). Pemberdayaan Institusi Pendidikan Tinggi:
Peran Wakaf Perspektif Malaysia. Dalam Proceedings of the Australian Academy of Business and Social
Sciences Conference (hal. 1-13).
15. Alam, N. (2010). Filantropi usaha Islam: Alat untuk pengembangan masyarakat yang berkelanjutan. Tersedia di
SSRN 1565859 .https://doi.org/10.2139/ssrn.1565859
16. Retsikas, K. (2014). Rekonseptualisasi zakat di Indonesia: Ibadah, filantropi dan hak. Indonesia dan Dunia
Melayu, 42(124), 337-357.https://doi.org/10.1080/13639811.2014.951519
17. Kaleem, A., & Ahmed, S. (2010). Quran dan pengentasan kemiskinan: Sebuah model teoritis untuk lembaga
keuangan mikro Islam berbasis amal (LKM). Kuartalan Sektor Nirlaba dan Sukarela, 39(3), 409-428. https://
doi.org/10.1177/0899764009332466
18. Ramli, AM, & Jalil, A. (2013). Model Wakaf Perusahaan dan Ciri Khasnya: Masa Depan Filantropi Islam.
Dipresentasikan pada Worlds Universities Islamic Philanthropy Conference di Kuala Lumpur,
Malaysia.
19. Fauzia, A. (2008). Iman dan negara: Sejarah filantropi Islam di Indonesia (Disertasi Doktor).
20. Lessy, Z. (2014). Zakat filantropi untuk pemberdayaan masyarakat miskin Indonesia: Studi kualitatif tentang pengalaman
penerima di Rumah Zakat (Disertasi Doktor).
21. Brown, RA (2013). Islam di Thailand modern: Iman, filantropi, dan politik. Routledge.

1025 |www.hssr.in © Setiyowati

Anda mungkin juga menyukai