Anda di halaman 1dari 187

MANAJEMEN RISIKO

PENGELOLAAN ZAKAT

PUSAT KAJIAN STRATEGIS - BADAN AMIL ZAKAT NASIONAL


DEPARTEMEN EKONOMI DAN KEUANGAN SYARIAH - BANK INDONESIA
xvi
i
MANAJEMEN RISIKO PENGELOLAAN ZAKAT
Diterbitkan atas kerjasama:
Pusat Kajian Strategis – Badan Amil Zakat Nasional
Departemen Ekonomi dan Keuangan Syariah – Bank Indonesia

ISBN : 978-602-5708-05-3
Tim Penyusun:
Tim Bank Indonesia: Ascarya
Cecep Maskanul Hakim
Siti Rahmawati
Atika Rukminastiti Masrifah
Tim BAZNAS: Irfan Syauqi Beik
M. Hasbi Zaenal
Priyesta Rizkiningsih
Muhammad Choirin
Edit & Layout: Amelya Dwi Astuti
Hidayaneu Farchatunnisa
Ulfah Lathifah J
Penerbit:
Pusat Kajian Strategis Badan Amil Zakat Nasional (BAZNAS)
Jl. Kebon Sirih Raya No. 57, 10340, Jakarta Pusat
Telp.(021) 3904555 Faks.(021) 3913777 Mobile. +62857 8071 6819
Email: puskas@baznas.go.id
www.baznas.go.id; www.puskasbaznas.com

Hak Cipta Dilindungi Undang-Undang


Dilarang memperbanyak karya tulis ini dengan bentuk dan cara apapun tanpa izin
tertulis dari penerbit

ii
iii
Sambutan Bank Indonesia
Bismillahirrahmanirrahim
Assalamu’alaikum Warahmatullahi Wabarakaatuh
Rasa syukur dan puji kepada Allah ‘azza wa jalla serta shalawat dan salam kepada
Rasulullah Muhammad shallallahu ‘alaihi wasallam sebagai rahmat bagi seluruh manusia
sehingga kita dapat melakukan berbagai upaya peningkatan kegiatan perekonomian dan
keuangan agar tercapai kebaikan di dunia dan akhirat.
Dalam perjalanannya sistem zakat sangat istimewa dalam menopang pengembangan
ekonomi dan keuangan Syariah di Indonesia. Salah satu gagasan besar penataan
pengelolaan zakat tertuang dalam Undang-Undang Nomor 23 Tahun 2011 tentang
pengelolaan zakat. Pengumpul dan pendayaguna Zakat, Infaq dan Sadaqoh (ZIS) terutama
Badan Amil Zakat Nasional (BAZNAS) dan LAZ yang telah mendapat pengukuhan, atau
dikenal sebagai Organisasi Pengelola Zakat (OPZ).
Saat ini, aktivitas OPZ akan sangat ditentukan oleh kemampuan manajemen pengelola
zakat dalam menghadapi berbagai perubahan pesat. Tidak dapat dielakkannya globalisasi,
pesatnya informasi dan teknologi serta inovasi keuangan komersial maupun keuangan
sosial menjadi semakin kompleks, dinamis, dan kompetitif. Kondisi ini berpotensi
meningkatkan tantangan risiko terhadap OPZ dimana semua risiko ini mutlak harus
dikelola.
Buku ini merupakan suatu bentuk tanggung jawab Bank Indonesia dalam menjalankan
kewajibannya sebagai otoritas yang ikut secara aktif membesarkan dan memfasilitasi
berkembangnya ekonomi Syariah. Melalui kerja sama dengan BAZNAS, buku ini disusun
sebagai salah satu upaya untuk mendapatkan tata kelola sistem zakat yang handal. Selain
itu buku ini disusun pula dalam rangka meningkatkan pemahaman dalam penerapan
manajemen risiko, bukan hanya untuk memenuhi kebutuhan regulator, namun menjadi
sarana untuk mengelola risiko yang dihadapi masing-masing OPZ. Buku ini kemudian
difokuskan pada langkah-langkah pengelolaan risiko OPZ.
Akhir kata, kami menyampaikan ucapan terima kasih kepada seluruh pihak baik tim
penulis, pada narasumber dari berbagai lembaga amil zakat di Indonesia, maupun pihak-
pihak terkait lainnya, yang telah menyumbangkan pikiran dan waktunya dalam rangka
penyelesaian buku ini. Semoga Allah memberikan limpahan rahmat dan ridho-Nya, dan
semoga buku ini dapat memberikan manfaat dan menambah khazanah pengetahuan di
bidang ekonomi dan keuangan syariah di Indonesia.
Wassalamu’alaikum Warahmatullahi Wabarakaatuh

Jakarta, 24 Mei 2018/ 8 Ramadhan 1439 H

M. Anwar Bashori
Kepala Departemen Ekonomi dan Keuangan Syariah

iv
Sambutan BAZNAS
Bismillahirrahmanirrahim
Assalamu’alaikum Warahmatullahi Wabarakaatuh

Pada hari ini, Indonesia menjadi negara dengan mayoritas penduduk Muslim terbesar
di dunia yakni sebanyak 213 juta jiwa atau 87% dari jumlah total penduduk, idealnya
Indonesia dapat menjadi kiblat bagi negara-negara lain dalam ikhwal praktik, studi,
dan sharing knowledge pada subjek keislaman. Definisi ideal itu pula yang menjadi misi
BAZNAS di ranah perzakatan nasional. Zakat merupakan instrumen rukun Islam dengan
cakupan dimensi yang luas, mulai dari aspek keimanan, ekonomi, dan sosial; suatu
dimensi persoalan yang besar untuk bangsa sebesar Indonesia. Maka, amat disayangkan
ketika dinamika perzakatan Indonesia tidak terekam dengan baik dan tepat, atau hanya
diperbincangkan dengan landasan kata “kira-kira”.

Oleh sebab itu, pada kesempatan kali ini kita patut bersyukur dan menyambut baik
kehadiran perdana publikasi buku Managemen Risiko Pengelolaan Zakat, sebuah publikasi
hasil penelitian oleh Departemen Ekonomi dan Keuangan Syariah (DEKS) Bank Indonesia
bekerja sama dengan Pusat Kajian Strategis BAZNAS (Puskas BAZNAS). Buku ini menjadi
penting karena hingga hari ini Indonesia –yang kembali saya tekankan sebagai negara
Muslim terbesar di dunia– belum memiliki publikasi sejenis yang mengkomperhensikan
data dan fakta praktek mitigasi risiko dalam dunia perzakatan. Disamping itu, hadirnya
buku ini juga merefleksikan kerja nyata yang BAZNAS perjuangkan demi kebangkitan
zakat Indonesia.

Ke depannya, buku ini akan menjadi pegangan serta rujukan bagi institusi zakat di
Indonesia untuk dapat meningkatkan lagi keterampilannya dalam mengelola risiko
perzakatan di Indonesia. Sebagai bentuk pertanggungjawaban bersama, kami secara
terbuka menerima kritik dan saran yang bersifat konstruktif untuk menghasilkan
pengelolaan risiko perzakatan nasional yang sesuai dengan kebutuhan umat.

Wassalamu’alaikum Warahmatullahi Wabarakaatuh

Jakarta, 24 Mei 2018/ 8 Ramadhan 1439 H

Irfan Syauqi Beik


Direktur Pusat Kajian Strategis BAZNAS

v
Kata Pengantar

Bismillahirrahmanirrahim

Assalamu’alaikum Warahmatullahi Wabarakaatuh


Salah satu upaya untuk menggali dan mengembangkan potensi zakat di Indonesia adalah
mengoptimalkan keberadaan institusi zakat. Dari sisi penghimpunan riil, jumlah zakat
yang berhasil dikumpulkan oleh institusi zakat resmi di seluruh Indonesia belum mencapai
angka yang optimal. Berdasarkan data resmi Badan Amil Zakat Nasional (BAZNAS),
diketahui bahwa penghimpunan zakat nasional baru mencapai angka Rp5,02 triliun pada
tahun 2016. Zakat yang terhimpun masih kurang dari 5% dibandingkan dengan total
potensinya.
Salah satu faktor utama penyebab belum optimalnya penghimpunan zakat adalah
masih rendahnya kepercayaan masyarakat dalam menyalurkan zakat melalui institusi
zakat. Selain mengedukasi masyarakat, salah satu strategi yang perlu dilakukan institusi
zakat adalah menjaga kredibilitas dan akuntabilitas. Kesalahan dan pelanggaran dalam
pengelolaan zakat akan berpotensi menimbulkan reputasi buruk bagi institusi zakat yang
juga akan menimbulkan risiko yang fatal. Terdapat risiko yang secara langsung terkait
dengan kinerja institusi zakat, misalnya kesalahan dalam penyaluran zakat. Terdapat
risiko yang secara tidak langsung terkait dengan kinerja institusi zakat tetapi dapat
berdampak cepat, misalnya kehilangan amil yang profesional. Terdapat risiko yang secara
tidak langsung terkait dengan kinerja institusi zakat dan dampaknya cukup lama, misalnya
adalah memudarnya reputasi institusi zakat yang tidak dirasakan dalam waktu singkat.
Maka keberadaan buku terkait dengan konsepsi manajemen risiko dalam pengelolaan
zakat menjadi sangat penting dan strategis. Perlu diakui, prinsip manajemen risiko dunia
perbankan merupakan yang paling maju dibandingkan manajemen risiko di industri
lain. Namun, tidak semua risiko perbankan perlu diadaptasi untuk industri bukan bank,
terutama pengelolaan zakat oleh institusi zakat. Oleh karena itu, berdasarkan hasil
International Working Group on Zakat Core Principles (IWG ZCP) yang diinisiasi oleh Bank
Indonesia, BAZNAS, Islamic Development Bank (IDB), disepakati bahwa lembaga zakat
juga memerlukan manajemen risiko. Identifikasi risiko institusi zakat merupakan hal yang
sangat penting karena akan memengaruhi kualitas pengelolaan zakat.
Secara singkat buku Manajemen Risiko Pengelolaan Zakat ini berisi identifikasi berbagai
macam risiko yg berpotensi timbul di institusi zakat dalam 11 area besar risiko, atau 36
jenis risiko yang lebih rinci dengan jumlah total 405 risiko, yang dikelompokkan dalam
risiko rendah, sedang, tinggi dan ekstrim. Dinilai dari 4 faktor, yaitu Likelihood, Impact,
Vulnerability dan Speed of Onset, setiap risiko yg teridentifikasi dijelaskan nilai L, I, V, dan
S-nya, dampaknya serta mitigasinya.
Penulis berharap semoga buku ini dapat bermanfaat sebagai masukan otoritas zakat
dalam membuat “Standar Manajemen Risiko” yang sejalan dengan Zakat Core Principle
dan Technical Note on Risk Management for Zakat Institution, yang disesuaikan dengan
karakteristik umum institusi zakat di Indonesia. Buku ini tentu akan sangat bermanfaat
bagi praktisi dalam menyusun strategi manajemen risiko hingga mitigasinya yang
disesuaikan dengan karakteristik khusus institusi zakat terkait. Selain itu buku ini juga
bermanfaat bagi dunia akademik sebagai buku bacaan dan/atau textbook mata kuliah
Islamic Social Finance, Zakat dan/atau Manajemen Risiko Pengelolaan Zakat.
Wassalamu’alaikum Warahmatullahi Wabarakaatuh
Tim Penyusun
Mei, 2018

vi
Daftar Isi

SAMBUTAN BANK INDONESIA vi

SAMBUTAN BAZNAS vii

KATA PENGANTAR viii

DAFTAR ISI ix

DAFTAR TABEL xii

DAFTAR GAMBAR xiv

BAB I
MANAJEMEN RISIKO DALAM PERSPEKTIF ISLAM 1
RISIKO SEBAGAI BAGIAN KEHIDUPAN INSTITUSI ZAKAT 2
KONSEP DASAR RISIKO 3
PANDANGAN ISLAM TERHADAP RISIKO 3
MANFAAT MENGELOLA RISIKO 5

BAB II
TINJAUAN UMUM ZAKAT 7
PENGANTAR SEJARAH ZAKAT 8
MANAJEMEN PENGELOLAAN ZAKAT 10
PEMANFAATAN ZAKAT 11
Had Kifayah 14
Program Konsumtif 14
Program Produktif 15
PERTANGGUNGJAWABAN ZAKAT 16
Pertanggungjawaban Administratif 16
PENGELOLAAN ZAKAT DI INDONESIA 18
URGENSI MANAJEMEN RISIKO BAGI INSTITUSI ZAKAT 22

BAB III
KERANGKA MANAJEMEN RISIKO INSTITUSI ZAKAT 23
MODEL MANAJEMEN RISIKO INSTITUSI ZAKAT 24
PROSES IDENTIFIKASI MANAJEMEN RISIKO INSTITUSI ZAKAT 27
PROSES PENGUKURAN MANAJEMEN RISIKO INSTITUSI ZAKAT 29
MENGEMBANGKAN HEATMAP RISIKO INSTITUSI ZAKAT 34
PROSES MITIGASI RISIKO INSTITUSI ZAKAT 36

vii
BAB IV
37
MANAJEMEN RISIKO INSTITUSI ZAKAT
RISIKO STRATEGIS 38
Risiko Visi Misi 38
Risiko Tujuan 40
Risiko Reputasi 42
RISIKO KORPORATISASI 45
RISIKO EDUKASI 46
Risiko Edukasi Eksternal 46
Risiko Edukasi Internal 48
RISIKO OPERASIONAL 51
Risiko Dana Penghimpunan 51
Risiko Dana Penyaluran 52
Risiko Dana Produktif 54
Risiko Penghimpunan Dana Zakat 56
Risiko Pengelolaan Dana Zakat 58
Risiko Manajemen Penyaluran Dana Zakat 60
Risiko Infrastruktur Jaringan/IT 62
Risiko Kerja Sama 64
Risiko Pengembangan Program 65
Risiko Kepemimpinan 67
Risiko Kompetisi 69
Risiko Kejahatan/Penipuan 70
RISIKO PROPERTI 72
Risiko Manusia 72
Risiko Ekonomi 74
Risiko Bencana Alam 75
RISIKO AMIL DAN RELAWAN 76
Risiko Tata Kelola Amil 76
Risiko Pengelolaan Relawan 78
RISIKO MUZAKI DAN MUSTAHIK 79
Risiko Muzaki 79
Risiko Kehilangan Muzaki 81
Risiko Kepuasan Muzaki 82
Risiko Mustahik 84
Risiko Kehilangan Mustahik 86
Risiko Kepuasan Mustahik 87
Risiko Kode Etik 89

viii
RISIKO TRANSFER ZAKAT ANTARNEGARA 90
RISIKO PELAPORAN DAN PENCATATAN 92
Risiko Pelaporan 92
Risiko Pencatatan 94
RISIKO HUKUM 95
RISIKO KEPATUHAN 97
Risiko Kepatuhan Syariah 97
Risiko Kepatuhan Regulasi 99
RANGKUMAN RISIKO INSTITUSI ZAKAT 100

BAB V
POTENSI DAN TANTANGAN INSTITUSI ZAKAT KE
DEPAN 103
ARAH PERKEMBANGAN MANAJEMEN RISIKO DI INSTITUSI ZAKAT 104
INSTITUSI ZAKAT SEBAGAI IMPLEMENTASI RIIL MANAJEMEN
RISIKO 105
POTENSI PERKEMBANGAN INSTITUSI ZAKAT DI INDONESIA 105
TANTANGAN INSTITUSI ZAKAT DI INDONESIA 108
Sumber Daya Manusia 109
Kualitas Data Laporan 109
Dukungan Regulasi 110
Amil Tradisional 110
Harmonisasi BAZNAS dan LAZ 112
Institusi Zakat dan Pencucian Uang 112
REKOMENDASI 113

REFERENSI 115

LAMPIRAN 118

ix
Daftar Tabel

Tabel 1 : Perbandingan Masa Keislaman dalam Pengelolaan Zakat 9


Tabel 2 : Karakteristik Skema Manajemen Zakat di Beberapa Negara 16
Tabel 3 : Skala Pengukuran Tingkat Kemungkinan (Likelihood) 33
Tabel 4 : Skala Pengukuran Dampak (Impact) 33
Tabel 5 : Skala Pengukuran Tingkat Kerentanan (Vulnerability) 34
Tabel 6 : Skala Pengukuran Tingkat Kecepatan (Speed of Onset) Terjadinya Risiko 34
Tabel 7 : Klasifikasi Tingkat Risiko pada Heatmap ERM COSO Modifikasi 35
Tabel 8 : Prioritisasi Risiko Visi Misi, Dampak dan Mitigasinya 39
Tabel 9 : Prioritisasi Risiko Tujuan, Dampak dan Mitigasinya 41
Tabel 10 : Prioritisasi Risiko Reputasi, Dampak dan Mitigasinya 43
Tabel 11 : Prioritisasi Risiko Korporatisasi, Dampak dan Mitigasinya 46
Tabel 12 : Prioritisasi Risiko Edukasi Eksternal, Dampak dan Mitigasinya 47
Tabel 13 : Prioritisasi Risiko Edukasi Internal, Dampak dan Mitigasinya 49
Tabel 14 : Prioritisasi Risiko Dana Penghimpunan, Dampak dan Mitigasinya 52
Tabel 15 : Prioritisasi Risiko Dana Penyaluran, Dampak dan Mitigasinya 53
Tabel 16 : Prioritisasi Risiko Dana Produktif, Dampak dan Mitigasinya 55
Tabel 17 : Prioritisasi Risiko Penghimpunan Dana Zakat, Dampak dan Mitigasinya 57
Tabel 18 : Prioritisasi Risiko Pengelolaan Dana Zakat, Dampak dan Mitigasinya 59
Tabel 19 : Prioritisasi Risiko Manajemen Penyaluran Zakat, Dampak dan Mitigasinya 61
Tabel 20 : Prioritisasi Risiko Infrastruktur Jaringan/IT, Dampak dan Mitigasinya 63
Tabel 21 : Prioritisasi Risiko Kerjasama, Dampak dan Mitigasinya 64
Tabel 22 : Prioritisasi Risiko Pengembangan Program, Dampak dan Mitigasinya 66
Tabel 23 : Prioritisasi Risiko Kepemimpinan, Dampak dan Mitigasinya 68
Tabel 24 : Prioritisasi Risiko Kompetisi, Dampak dan Mitigasinya 69
Tabel 25 : Prioritisasi Risiko Kejahatan/Penipuan, Dampak dan Mitigasinya 71
Tabel 26 : Prioritisasi Risiko Manusia, Dampak dan Mitigasinya 73
Tabel 27 : Prioritisasi Risiko Ekonomi, Dampak dan Mitigasinya 75
Tabel 28 : Prioritisasi Risiko Bencana Alam, Dampak dan Mitigasinya 76
Tabel 29 : Prioritisasi Risiko Tata Kelola Amil, Dampak dan Mitigasinya 77
Tabel 30 : Prioritisasi Risiko Pengelolaan Relawan, Dampak dan Mitigasinya 79
Tabel 31 : Prioritisasi Risiko Muzaki, Dampak dan Mitigasinya 80
Tabel 32 : Prioritisasi Risiko Kehilangan Muzaki, Dampak dan Mitigasinya 82
Tabel 33 : Prioritisasi Risiko Kepuasan Muzaki, Dampak dan Mitigasinya 83

x
Tabel 34 : Prioritisasi Risiko Mustahik, Dampak dan Mitigasinya 85
Tabel 35 : Prioritisasi Risiko Kehilangan Mustahik, Dampak dan Mitigasinya 86
Tabel 36 : Prioritisasi Risiko Kepuasan Mustahik, Dampak dan Mitigasinya 88
Tabel 37 : Prioritisasi Risiko Kode Etik, Dampak dan Mitigasinya 90
Tabel 38 : Prioritisasi Risiko Transfer Zakat Antarnegara, Dampak dan Mitigasinya 91
Tabel 39 : Prioritisasi Risiko Pelaporan, Dampak dan Mitigasinya 93
Tabel 40 : Prioritisasi Risiko Pencatatan, Dampak dan Mitigasinya 94
Tabel 41 : Prioritisasi Risiko Hukum, Dampak dan Mitigasinya 96
Tabel 42 : Prioritisasi Risiko Kepatuhan Syariah, Dampak dan Mitigasinya 98
Tabel 43 : Prioritisasi Risiko Kepatuhan Regulasi, Dampak dan Mitigasinya 99
Tabel 44 : Rangkuman Risiko Institusi Zakat 101
Tabel 45 : Pola Transisi Amil Tradisonal 112

xi
Daftar Gambar

Gambar 1 : Struktur Institusi Pengelola Zakat di Indonesia 21


Gambar 2 : Tahapan Manajemen Risiko menggunakan ERM COSO Modifikasi 26
Gambar 3 : Identifikasi Risiko-risiko Institusi Zakat 28
Gambar 4 : Kerangka ERM COSO 31
Gambar 5 : Kerangka ERM COSO Modifikasi 32
Gambar 6 : Heatmap ERM COSO Modifikasi bagi Institusi Zakat 35
Gambar 7 : Heatmap Risiko Visi Misi 39
Gambar 8 : Heatmap Risiko Tujuan 41
Gambar 9 : Heatmap Risiko Reputasi 43
Gambar 10 : Heatmap Risiko Korporatisasi 45
Gambar 11 : Heatmap Risiko Edukasi Eksternal 47
Gambar 12 : Heatmap Risiko Edukasi Internal 49
Gambar 13 : Heatmap Risiko Dana Penghimpunan 51
Gambar 14 : Heatmap Risiko Dana Penyaluran 53
Gambar 15 : Heatmap Risiko Dana Produktif 55
Gambar 16 : Heatmap Risiko Penghimpunan Dana Zakat 57
Gambar 17 : Heatmap Risiko Pengelolaan Dana Zakat 59
Gambar 18 : Heatmap Risiko Manajemen Penyaluran Zakat 60
Gambar 19 : Heatmap Risiko Infrastruktur Jaringan/IT 62
Gambar 20 : Heatmap Risiko Kerja sama 64
Gambar 21 : Heatmap Risiko Pengembangan Program 66
Gambar 22 : Heatmap Risiko Kepemimpinan 67
Gambar 23: Heatmap Risiko Kompetisi 69
Gambar 24: Heatmap Risiko Kejahatan/Penipuan 71
Gambar 25 : Heatmap Risiko Manusia 73
Gambar 26 : Heatmap Risiko Ekonomi 74
Gambar 27 : Heatmap Risiko Bencana Alam 75
Gambar 28 : Heatmap Risiko Tata Kelola Amil 77
Gambar 29 : Heatmap Risiko Pengelolaan Relawan 78
Gambar 30 : Heatmap Risiko Muzaki 80
Gambar 31 : Heatmap Risiko Kehilangan Muzaki 81
Gambar 32 : Heatmap Risiko Kepuasan Muzaki 83
Gambar 33 : Heatmap Risiko Mustahik 84

xii
Gambar 34 : Heatmap Risiko Kehilangan Mustahik 86
Gambar 35 : Heatmap Risiko Kepuasan Mustahik 88
Gambar 36 : Heatmap Risiko Kode Etik 89
Gambar 37 : Heatmap Risiko Transfer Zakat Antarnegara 91
Gambar 38 : Heatmap Risiko Pelaporan 92
Gambar 39 : Heatmap Risiko Pencatatan 94
Gambar 40 : Heatmap Risiko Hukum 96
Gambar 41 : Heatmap Risiko Kepatuhan Syariah 97
Gambar 42 : Heatmap Risiko Kepatuhan Regulasi 99
Gambar 43 : Jumlah Penghimpunan Dana ZIS di Indonesia 106
Gambar 44 : Penghimpunan (kiri) dan Penyaluran (kanan) Dana Berdasarkan Institusi 107
Zakat
Gambar 45 : Proporsi Penyaluran Zakat berdasarkan Ashnaf (kiri) dan Bidang 108
Penyaluran (kanan) Masing-masing Institusi Zakat

xiii
1

MANAJEMEN RISIKO
DALAM PERSPEKTIF ISLAM
2 Manajemen Risiko dalam Perspektif Islam

RISIKO SEBAGAI BAGIAN KEHIDUPAN INSTITUSI ZAKAT

Masa depan institusi zakat akan sangat ditentukan oleh kemampuan manajemen
pengelola zakat dalam menghadapi berbagai perubahan pesat yang terjadi saat ini. Tidak
dapat dielakkannya globalisasi, pesatnya informasi dan teknologi serta inovasi keuangan
komersial maupun keuangan sosial menjadi semakin kompleks, dinamis, dan kompetitif.
Kondisi ini berpotensi meningkatkan deraan risiko terhadap institusi zakat dimana semua
risiko ini mutlak harus dikelola.

Hal yang lebih menantang, lembaga keuangan komersial – sebagai partner


langsung organisasi sosial dan kemanusian – sudah lebih dulu berjibaku dengan risiko.
Lembaga keuangan komersial telah lebih terbiasa dengan berbagai teknik dan instrumen
manajemen dan mitigasi risiko. Ini menjadi hal yang juga harus segera dipersiapkan oleh
institusi zakat. Terlebih karena beberapa risiko pada institusi zakat bersifat unik dan
relatif lebih beragam. Mengapa?

Pada lembaga keuangan komersial, pemilik jelas memperoleh keuntungan dari


hasil usaha organisasinya. Sementara institusi zakat yang merupakan organisasi non
profit, tidak mengenal adanya pemilik dalam organisasi, apakah milik pengurus, donatur,
atau penerima manfaatnya. Dalam hal donatur, institusi zakat membutuhkannya sebagai
sumber pendanaan. Berbeda dengan lembaga keuangan komersial yang telah memiliki
sumber pendanaan yang jelas. Risiko-risiko yang muncul karena keunikan karakter bisnis
proses institusi zakat lebih disebabkan karena institusi zakat bukan sebuah lembaga
yang bergerak untuk mencari keuntungan tetapi berorientasi pada penjagaan amanah
dalam rangka kemaslahatan bersama. Risiko-risiko unik itu diantaranya adalah risiko
korporatisasi institusi zakat, risiko tata kelola amil dan relawan, risiko kehilangan muzaki
dan mustahik, risiko transfer zakat antar negara, dan sebagainya.

Para amil atau pengelola zakat perlu memahami suatu sistem yang mampu
mengarahkan dana sosial yang terkumpul ke aktivitas-aktivitas konsumtif maupun
produktif yang memiliki rasio risiko terhadap potensi kebermanfatan yang terbaik.
Mereka diharapkan tidak hanya mampu menguasai teknik dan instrumen manajemen
risiko keuangan yang tidak bertentangan dengan ketentuan syariah, namun juga teknik
dan instrumen manajemen risiko yang unik yang terdapat pada pengelolaan zakat.
Meskipun tantangannya sedemikian besar, jika institusi zakat kembali pada karakteristik
dasarnya, yaitu memprioritaskan kemaslahatan umat dalam menghimpun maupun
menyalurkan dana sosial, memungkinkan bagi institusi zakat berada dalam posisi yang
lebih stabil. Namun hal ini bukan berarti institusi zakat bisa pasrah begitu saja pada
kegagalan atau kerugian. Jangan sampai lupa, jika tidak mampu mengelola risikonya
dengan baik dan merugi bahkan gagal, muzaki pun akan beralih dari institusi zakat dan
memilih menyalurkan sendiri zakat infaq shadaqah bahkan wakafnya langsung kepada
penerima yang lebih berhak karena merasa institusi zakat tidak amanah dalam mengelola
dana sosialnya.

Manajemen Risiko Pengelolaan Zakat


Manajemen Risiko dalam Perspektif Islam 3

Pada intinya, institusi zakat harus memulai mengelola risikonya, mulai dari
menetapkan tujuan dan strategi manajemen risiko, mengidentifikasi risiko, mengukur
risiko, memitigasi risiko, dan melalukan monitoring serta pelaporan terhadap implementasi
manajemen risiko yang dilakukan. Lebih jauh, tahapan-tahapan ini akan dijelaskan lebih
rinci pada pembahasan bab-bab berikutnya.

KONSEP DASAR RISIKO


Berdasarkan kamus besar Bahasa Indonesia, risiko dapat diartikan sebagai akibat
yang kurang menyenangkan, merugikan atau membahayakan dari suatu perbuatan
atau tindakan. Sedangkan dalam konteks ekonomi dan keuangan, risiko dapat diartikan
sebagai probabilitas bahwa suatu hasil berbeda dari yang diharapkan. Dengan demikian
dapat disimpulkan pengertian risiko adalah suatu kondisi yang timbul diakibatkan karena
adanya ketidakpastian dengan seluruh akibat negatif yang mungkin terjadi.

Risiko dapat dikategorikan menjadi beberapa kelompok, misalnya dalam konteks


ekonomi dan keuangan, risiko dapat diketegorikan ke dalam dua kelompok yaitu
risiko bisnis dan risiko finansial. Risiko bisnis merupakan risiko yang mungkin terjadi
yang diakibatkan dari ‘business nature’ suatu perusahaan. Sedangkan risiko finansial
merupakan risiko yang terjadi karena adanya transaksi aset finansial.

Pada dasarnya, risiko yang mungkin timbul dari setiap kegiatan tidak mungkin
untuk dihilangkan seluruhnya, namun risiko tersebut dapat dikelola sehingga probabilitas
terjadinya dapat diminimalisasi. Dalam hal merespon setiap risiko yang mungkin terjadi,
setiap individu tentunya memiliki reaksi tersendiri yang dapat dikelompokkan menjadi:

1. Menghindari risiko (risk averse)

2. Netral dalam menghadapi setiap risiko (risk neutral)

3. Menyukai risiko (risk seeker)

Perbedaan reaksi dari setiap individu ini tentunya akan memengaruhi bagaimana cara
individu tersebut dalam menghadapi setiap risiko.

Adapun beberapa cara untuk menghadapi risiko:

1. Menghindari penyebab terjadinya risiko (avoiding risk)

2. Mengurangi kemungkinan terjadinya risiko (reducing risk)

3. Shifting the risk yaitu memindahkan kemungkinan risiko yang akan terjadi, biasanya
dengan mengasuransikan risiko dimaksud.

PANDANGAN ISLAM TERHADAP RISIKO


Dalam Bahasa Arab, risiko berasal dari kata mukhatarah yang secara harfiah
berarti bahaya. Namun demikian istilah risiko yang sering dipakai dalam dunia keuangan
mendefinisikan risiko sebagai ketidakpastian yang mana dalam Bahasa Arab mengacu
kepada gharar. Ketidakpastian dalam Islam mengacu kepada tindakan yang spekulatif
seperti gambling yang juga dikenal dengan istilah maysir.

Manajemen Risiko Pengelolaan Zakat


4 Manajemen Risiko dalam Perspektif Islam

Selain itu juga konsep risiko erat kaitannya dengan istilah al-ghunm bi al-ghurmi
yang berarti setiap kesempatan untuk memperoleh suatu laba diikuti dengan tanggung
jawab untuk menghadapi risiko. Selanjutnya risiko dalam perspektif Islam juga erat
kaitannya dengan istilah al Kharaj bi al-Daman yang berarti ketika ingin memperoleh
keuntungan maka harus bersedia menanggung kerugiannya. Dari penjelasan di atas
maka dapat disimpulkan bahwa dalam perspektif Islam risiko tidak hanya mencakup
ketidakpastian saja melainkan mencakup konsep mukhatarah, gharar, maysir, al-ghunm
bi al-ghurmi, dan al Kharaj bi al-Daman.

Dalam hal risiko, Ibnu Taimiyah berpendapat bahwa risiko dalam perspektif syariah
bukan merupakan sesuatu hal yang diharamkan. Hanya saja bahwa Allah dan Rasul-Nya
mengharamkan memakan harta secara batil yakni harta yang diperoleh dengan cara batil,
meskipun hal tersebut tanpa risiko, pada hakikatnya risiko tidaklah haram.

Berdasarkan pendapat tersebut, risiko dapat dikategorikan menjadi (Dusuki, nd):

1. Permissible Risk

Permissible risk berkaitan dengan kegiatan ekonomi khususnya transaksi untuk


menghasilkan laba. Risiko ini merupakan jenis risiko yang tidak dapat dihindari
sebab risiko ini melekat pada suatu transaksi (inherent risk) sebagaimana
berdasarkan pada hukum dasar al-ghunm bi al-ghurmi yang berarti setiap
kesempatan untuk memperoleh suatu laba diikuti dengan tanggung jawab untuk
menghadapi risiko.

2. Non-permissible Risk

Pada dasarnya yang membedakan antara permissible dan non-permissible risk


adalah adanya unsur yang batil dalam mengonsumsi harta atau aklu al-maali bi
al-baatil sebagaimana tergambarkan dalam ungkapan Ibnu Taimiyah di atas.

Hal ini juga digambarkan di dalam Alquran surat An-Nisa ayat 29 yang artinya:

“Hai orang-orang yang beriman, janganlah kamu saling memakan harta


sesamamu dengan jalan yang batil, kecuali dengan jalan perniagaan yang berlaku
dengan suka sama-suka di antara kamu. Dan janganlah kamu membunuh dirimu;
sesungguhnya Allah adalah Maha Penyayang kepadamu.”

Para ahli berpendapat bahwa risiko ini erat kaitannya dengan unsur ketidakpastian
yang berlebihan yang dilarang oleh syariat Islam yang mana di dalam Bahasa Arab
disebut dengan gharar jasim atau gharar fahish, termasuk di dalamnya zero-sum
game.

3. Tolerable Risk yang dapat dihindari

Selain dari dua kategori risiko yang dibahas di atas, (permissible dan non-
permissible risk), masih ada jenis risiko lain, yang dapat ditolerir tetapi dapat
dihindari. Dalam menghadapi risiko jenis ini, dapat dilakukan dengan cara
menghindari, meminimalkan ataupun dengan cara melindungi suatu aktivitas
dari risiko dimaksud. Namun demikian metode-metode dalam mengantisipasi
jenis risiko ini harus sesuai dengan prinsip-prinsip syariah.

Manajemen Risiko Pengelolaan Zakat


Manajemen Risiko dalam Perspektif Islam 5

Dalam hal pengelolaan risiko dalam perspektif Islam, Alquran memerintahkan


untuk mengelola risiko sebagaimana dicontohkan pada masa Nabi Yusuf. Adapun cara
yang dikemukakan di dalam Alquran untuk mengelola risiko adalah dengan menghindari
risiko tersebut atau dengan melakukan diversifikasi terhadap risiko yang dihadapi. Salah
satu contoh ayat di dalam Alquran yang mengemukakan mengelola risiko adalah surat
Yusuf ayat 47-49 yang artinya:

“Yusuf berkata: “Supaya kamu bertanam tujuh tahun (lamanya) sebagaimana


biasa; maka apa yang kamu tuai hendaklah kamu biarkan dibulirnya kecuali sedikit untuk
kamu makan. Kemudian sesudah itu akan datang tujuh tahun yang amat sulit, yang
menghabiskan apa yang kamu simpan untuk menghadapinya (tahun sulit), kecuali sedikit
dari (bibit gandum) yang kamu simpan. Kemudian setelah itu akan datang tahun yang
padanya manusia diberi hujan (dengan cukup) dan dimasa itu mereka memeras anggur”

Dari ayat di atas dapat disimpulkan bahwa Alquran telah mengajarkan pengelolaan
risiko dalam menghadapi keadaan sulit yaitu musim kering yang panjang, Adapun cara
untuk memitigasi hal tersebut adalah dengan melakukan penanaman bahan makanan
sebelum datangnya musim kering dan menyimpan bahan makanan untuk persediaan saat
datangnya musing kering yang berkepanjangan.

Selain itu contoh pengelolaan risiko juga digambarkan dalam surat Al-Baqarah ayat
282 yang artinya:

“Hai orang-orang yang beriman, apabila kamu bermu’amalah tidak secara tunai
untuk waktu yang ditentukan, hendaklah kamu menuliskannya. Dan hendaklah seorang
penulis di antara kamu menuliskannya dengan benar. Dan janganlah penulis enggan
menuliskannya sebagaimana Allah mengajarkannya, meka hendaklah ia menulis, dan
hendaklah orang yang berhutang itu mengimlakkan (apa yang akan ditulis itu), dan
hendaklah ia bertakwa kepada Allah Tuhannya, dan janganlah ia mengurangi sedikitpun
daripada hutangnya…”

Dari ayat tersebut diatas, salah satu mitigasi risiko yang dilakukan dalam hal utang-
piutang adalah dengan menuliskannya. Hal ini dilakukan untuk memitigasi risiko jika
terdapat salah satu pihak yang mengingkari dari apa yang telah disepakati sebelumnya.

Berdasarkan penjelasan tersebut dapat disimpulkan bahwa risiko di dalam Islam


bukanlah sesuatu yang dilarang, namun merupakan hal yang harus dihadapi dengan
mengelola risiko-risiko atau dengan meminimalisasi risiko dimaksud dengan cara-cara
yang sesuai dengan prinsip syariah.

MANFAAT MENGELOLA RISIKO


Sebagaimana telah diuraikan sebelumnya bahwa risiko adalah suatu kondisi yang
tidak dapat dihilangkan karena dalam setiap kegiatan paling tidak terdapat risiko inheren
yang melekat. Namun demikian, risiko-risiko tersebut dapat dimitigasi salah satu caranya
adalah dengan menerapkan manajemen risiko.

Manajemen risiko sendiri dapat diartikan sebagai penanggulangan risiko yang


mencakup kegiatan perencanaan, pengorganisasian, pengarahan, dan pengendalian

Manajemen Risiko Pengelolaan Zakat


6 Manajemen Risiko dalam Perspektif Islam

agar tercapai efektifitas dan efisiensi. Dalam perspektif Islam, manajemen risiko yang
dilakukan tentunya harus sesuai dengan pronsip-prinsip Islam yang memperhatikan halal
dan haramnya suatu kegiatan untuk mencapai suatu tujuan.

Adapun beberapa manfaat yang diperoleh dengan adanya pengelolaan risiko yang
baik antara lain sebagai berikut:

1. Dapat mengidentifikasi dengan baik kemungkinan-kemungkinan risiko yang akan


dihadapi.

2. Dengan adanya identifikasi awal mengenai kemungkinan risiko, maka perencanaan


yang dibuat akan lebih akurat sehingga akan menjadi lebih baik di masa mendatang.

3. Dapat melakukan mitigasi risiko sesuai dengan hasil identifikasi sebelumnya.

4. Dapat melakukan pengawasan yang lebih tepat sesuai dengan kemungkinan risiko
yang akan dihadapi sehingga kegiatan yang dilakukan dapat menjadi lebih efektif
dan efisien.

Manajemen Risiko Pengelolaan Zakat


2

TINJAUAN UMUM ZAKAT


8 Tinjauan Umum Zakat

PENGANTAR SEJARAH ZAKAT


Zakat merupakan pilar Islam ketiga berkenaan dengan hak harta. Pada awal
munculnya Islam, perhatian terhadap kaum miskin telah banyak tersirat secara lugas
dalam Alquran. Beberapa surat yang turun diawal kenabian seperti surat Al-Muddatsir
telah menekankan umat Islam untuk memperhatikan keadaan dhuafa. Surat tersebut
menceritakan golongan “orang-orang kanan” yang menanyakan kaum kafir dan para
pembohong dimasukkan ke dalam Neraka Saqar. Dijelaskan dengan lugas sebabnya
yaitu mereka enggan untuk mendirikan shalat dan tidak memberi makan kepada kaum
miskin (QS 73:38-46). Pernyataan tersebut menggambarkan bahwa Islam datang dengan
perhatian penuh untuk melindungi dan memberikan dukungan kepada kaum lemah fakir
dan miskin.

Kewajiban pembayaran zakat disyari’atkan pada tahun kedua hijrah. Ketentuan


admisnistratif dan pengelolaan zakat mulai teratur sebagaimana diperintahkan dan
dicontohkan Rasulullah saw saat di Madinah. Dimulai dengan zakat fitrah yaitu zakat
badan untuk mensucikan diri setelah satu bulan berpuasa. Ketentuan kadar zakat
fitrah telah ditentukan oleh Rasulullah saw pada haditsnya yaitu satu sha’. Ukuran satu
sha’ merupakan pendapat mayoritas ulama, dengan ukuran yang berbeda. Qardhawi
(1973) menyatakan bahwa satu sha’ adalah 1/6 liter mesir atau 1/3 wadah mesir yang
seukuran dengan 2.167 gram timbangan gandum. Dalam pengelolaannya, Rasulullah
saw mencontohkan langsung operasional dan pendistribusiannya. Penunjukan terhadap
beberapa sahabat untuk mengumpulkan zakat fitrah yaitu sebagai amil dan juga
mendistribusikannya di Madinah dan luar Madinah.

Selain zakat fitrah, Islam juga mensyariatkan zakat maal (harta). Penegasan atas
pengeluaran zakat atas kekayaan telah termaktub pada Alquran dalam bentuk umum.
Secara lugas disebutkan ada 4 kekayaan yang wajib dikeluarkan zakatnya dalam Alquran
yaitu; 1) emas dan perak (QS 9:34), 2) tanaman dan buah-buahan (QS 6:141), 3) Usaha
semisal usaha dagang dan lainnya (QS 2:267) dan 4) barang tambang yang dikeluarkan
dari perut bumi (QS 2:267). Dalam hal ini, rumusan umum dalam Alquran adalah
mengeluarkan atas kekayaan (Qardhawi, 1973). Zuhayli (1985) memaparkan ada lima
harta yang wajib dizakati, diantaranya uang, barang tambang dan harta timbun (rikaz),
kekayaan perniagaan, binatang ternak dan buah-buahan.

Manajemen pengelolaan zakat bekembang dari masa ke masa yang dapat


dikelompokkan menjadi 4 fase, yaitu pada masa Rasulullah saw, masa khulafa’ rashidin,
kekhalifahan Islam dan era modern. Pada masa Rasulullah saw penghimpunan zakat
yang dilakukan masih sederhana. Operasional amil dikelompokkan menjadi lima yaitu a)
katabah, petugas bagian penulisan dan pencatatan, b) hasabah, petugas yang menghitung
dan menaksir jumlah zakat, c) jadzabah/akhdzah, petugas yang menarik dan mengambil
zakat dari para muzaki, d) khazanah, petugas yang menjaga dan menyimpan zakat dan e)
qasamah, petugas yang membagikan dan mendistribusikan zakat (Nasution, 2006). Pada
periode khulafa’ rashidin pengelolaan dan manajemen zakat telah berkembang sesuai
dengan keberagaman yang muncul, demikian pula pada masa kekhalifahan Islam.

Manajemen Risiko Pengelolaan Zakat


Tinjauan Umum Zakat 9

Takaran umum yang dipakai adalah 2,5 persen dari harta emas dan perak dengan
nisab 85 gram dan mencapai haul satu tahun. Sedangkan untuk sektor pertanian dikenakan
5 persen untuk pertanian dengan pengairan berbayar atau upaya irigasi khusus, dan 10
persen untuk pertanian tadah hujan tanpa bayaran tertentu. Kadar pengambilan zakat
dalam harta kekayaan tersebut sudah ditentukan dalam syariat Islam.

Pada era modern ini, Qardhawi (1973) memaparkan dengan rinci terkait zakat
penghasilan dan sejenisnya untuk dikeluarkan zakatnya. Pendapat tentang besaran yang
wajib dikerluarkan zakatnya diantarnya: 1) sepersepuluh, diambil dari penghasilan bersih
setelah dikurang biaya-biaya, hutang dan kebutuhan pokok yang diqiyaskan pada hasil
pertanian dengan sistem tadah hujan. Penghasilan tersebut diperoleh dari modal kerja,
seperti penghasilan pabrik, gedung, percetakan, hotel, mobil, kapal terbang dan sejenisnya.
2) seperempat puluh (2,5%) diambil dari penghasilan dari modal yang dikembangan dalam
sektor perdagangan dengan dikiyaskan kepada zakat emas sesuai ketentuan nishab dan
haul 3) seperempat puluh (2,5%) diambil dari penghasilan pendapatan pekerjaan atau
profesi yang bersifat harta penghasilan atau harta yang bermasa tempo. Besaran ini
mengikuti tindakan Ibnu Mas’ud dan Muawiyah yang telah memotong besaran tertentu
untuk gaji tentara dan pegawai lainnya (Qardhawi, 1973:488-489). Perkembangan dan
perbandingan pengelolaan zakat dapat dilihat pada tabel berikut.

Tabel 1 : Perbandingan Masa Keislaman dalam Pengelolaan Zakat

Aspek Periode awal Periode Kekhalifahan

Penunjukan amil dalam Government bodies in more


Agen Pengumpulan
struktur yang sederhana complex structure
Didominasi oleh program Terdapat improvisasi dalam
Program penyaluran konsumtif; minim kegiatan program penyaluran
berbasis produktif

Terbatas pada sumber Sumber objek kena zakat


Objek kena zakat yang tersebut ekplisit pada diperluas seiring dengan
Alquran dan hadis perkembangan ekonomi umat

Struktur sederhana pada Struktur institusional yang lebih


Manajemen zakat administrasi amil; terbatas komplek; cakupan teritorial yang
pada cakupan teritorial lebih luas
Selain merujuk kepada Alquran
Peraturan dan regulasi zakat
Peraturan and tata dan hadis, peraturan dan regulasi
langsung di bawah arahan
kelola zakat mulai muncul biarpun
Rasulullah saw
dalam bentuk sederhana
Sumber: Beik, I.S., et al (2014) Zakat Core Principle

Manajemen Risiko Pengelolaan Zakat


10 Tinjauan Umum Zakat

Penghimpunan zakat dari masa ke masa mengalami perkembangan sesuai dengan


kebutuhan dan perkembangan zaman. Dalam pembayaran zakat, para ulama berbeda
pendapat. Ulama Hanafi memperbolehkan membayarkan zakat dalam bentuk nilai lain,
sedangkan Ulama Syafi’i dan Zahiri hanya memperbolehkan dengan item yang sama.
Ulama Maliki dan Hanbali memperkenankan dalam bentuk nilai (monetary) pada item
tertentu dan melarang untuk beberapa item tertentu. Berlandaskan atas pandangan
ulama, lembaga pengelola zakat diharapkan mampu mencakup berbagai macam cara
pembayaran zakat guna mengakomodasi berbagai kalangan masyarakat. Kemudahan
dihadirkan untuk kenyamanan masyarakat dalam membayar zakat. Fasilitas yang
ditawarkan seperti pembayaran dalam bentuk uang, barang komoditas, uang elektronik,
transfer dan sebagainya (Beik, et al, 2014).

MANAJEMEN PENGELOLAAN ZAKAT


Pengelolaan zakat berkembang seiring dengan perkembangan ekonomi umat.
Pada permulaan pengelolaan zakat, Rasulullah memberikan contoh dan praktik di antara
para sahabat. Sebagaimana disyariatkannya di Madinah, Rasulullah dalam satu waktu
menjadi dua fungsi sekaligus, yakni sebagai pemimpin agama dan negara. Pandangan
terhadap pengelolaan zakat yang dipraktikkan Rasulullah merupakan pengelolaan
di bawah pemerintah Islam. Maka pengelolaan yang dilakukan oleh pemerintah dan
lembaga tertentu sebetulnya untuk menunjang tujuan inti dari zakat yaitu melawan
kemiskinan dan mendekatkan gap antara orang-orang kaya dan miskin. Pandangan ini
tidak sepenuhnya disalahkan karena Islam adalah agama dan negara (Rofiq, 2004).

Dalam konteks manajemen pengelolaan secara modern, zakat dikelola dengan


mengacu pada tahapan manajemen planning, organizing, actuating, dan monitoring.
Secara konseptual perencanaan merupakan sebuah proses pemikiran penentuan
sasaran dan tujuan, pelaksanaan lapang, kelembagaan dan para eksekutor lapang
yang bertanggungjawab atas kegiatan yang dikehendaki suatu lembaga. Perencaan
zakat meliputi beberapa hal di antaranya: a) menetapkan sasaran dan tujuan zakat
sebagaimana tuntunan Islam, b) menetapkan bentuk dan struktur kelembagaan zakat
yang sesuai dengan peraturan positif yang ada, c) menetapkan dan merencanakan tata
cara penghimpunan, pengelolaan, pencatatan, pendistribusian dan tata kelola yang baik
(good governance), d) menentukan waktu penghimpunan dan pendistribusian dengan
tepat, e) menetapkan petugas zakat (amil) yang kompeten, komitmen, berintegritas,
profesional dan memahami tentang zakat dan aspek terkait, f) menetapkan sistem
pengawasan terhadap perencanaan, strategi, pengelolaan, pelaksanaan, pengembangan
serta evaluasi yang berkesinambungan dan berkelanjutan (Jaelani, 2016).

Guna merealisasikan perencanaan zakat, maka diperlukan pengorganisasian


yang biasa dilakukan dengan pendekatan struktural seperti bagan organisasi. Dimulai
dengan pimpinan dan dewan penasehat, dewan pengawas dan fatwa, kepala divisi,
manajer, tim pelaksana dan lainnya. Setiap jabatan diturunkan dalam bentuk tugas,
kewajiban, tanggung jawab, wewenang, batasan dan uraian jabatan (job description).
Pengorganisasian lembaga zakat harus berasaskan kepercayaan dan kemitraan sehingga

Manajemen Risiko Pengelolaan Zakat


Tinjauan Umum Zakat 11

jalinan yang terjadi terdapat unsur tolong-menolong dan tanggung jawab satu sama lain.
Semakin tinggi jabatan yang dipangku, maka tanggung jawab pun demikian. Penugasan
amil dalam struktur dan lapang haruslah sesuai dengan kompetensi masing-masing dan
menjadikan kompetensi khusus yang harus dimiliki baik pimpinan paling atas maupun
amil lapang berupa pengetahuan zakat dan hal-hal terkait.

Pada aspek pelaksanaan, lembaga zakat harus memiliki amil yang profesional,
kompeten, integritas tinggi dan bertanggung jawab. Penentuan amil sangat menentukan
keberhasilan lembaga zakat, baik kelembagaan, organisasi maupun tujuan utama yaitu
mengurangi tingkat kemiskinan dan membantu kaum lemah. Terdapat tiga tahapan
dalam pelaksanaan lembaga zakat, diantaranya: 1) Seleksi dan penentuan kriteria
pelaksana zakat/amil (sesuai dengan syarat amil); 2) Penggalian sumber dana zakat semisal
membentuk unit/konter zakat pada tempat-tempat tertentu, pelatihan dan dakwah
zakat, membuka kerja sama penghimpunan zakat dengan masjid dan lembaga lain, dan
membuka akun bank syariah dan sebagainya; 3) penyaluran dana zakat dengan membuat
skala prioritas, pengalokasian distribusi, pencatatan mustahik (Jaelani, 2016).

Monitoring atau controling dilakukan untuk mengukur, memperbaiki dan


mengembangkan kinerja lembaga zakat secara keseluruhan. Dimulai dengan kelembagaan
baik struktural maupun fungsional di semua tingkat wilayah kerja dan terlebih fokus pada
kinerja amil. Pola pengawasan dapat dilakukan sebagai berikut: a) menetapkan sistem
dan standar operasional sesuai dengan ketentuan syariah dan perundang-undangan
seperti pelaporan, audit dan publikasi, b) mengukur kinerja dengan capaian-capaian
sesuai dengan standar deskripsi pekerjaan, c) memperbaiki penyimpangan dan kesalahan
sesuai dengan ketetapan yang telah ditentukan dalam lembaga zakat (Jaelani, 2016).

PEMANFAATAN ZAKAT
Penentuan penerima zakat (mustahik) pada dasarnya telah ditetapkan dalam QS At-
Taubah ayat 60: “Sesungguhnya shadaqah (zakat) itu hanyalah untuk orang-orang fakir,
orang-orang miskin, pengurus-pengurus zakat, para mualaf yang di bujuk hatinya, untuk
(memerdekakan) budak, orang-orang yang berhutang, untuk jalan Allah, dan orang-
orang yang sedang dalam perjalanan, sebagai suatu ketetapan yang diwajibkan Allah
dan Allah Maha mengetahui lagi Maha Bijaksana”. Kedelapan golongan yang tersebut
merupakan asnaf zakat yang berhak mendapatkan dana zakat.

Seiring bergulirnya tampuk kepemimpinan setelah wafatnya Rasulullah, Khalifah


Abu Bakar ra tidak melakukan sebuah ijtihad dalam pengelolaan zakat melainkan
melanjutkan sebagaimana Rasulullah saw lakukan. Peristiwa besar yang terjadi pada
pemerintahan Khalifah Abu Bakar ra adalah munculnya kaum munafik yang menolak
membayar zakat. Penolakan zakat ini direspon sangat tegas dan keras oleh pemerintahan
Khalifah Abu Bakar ra dengan bentuk memerangi mereka. Ketika masa kepemimpinan
Khalifah Umar Ibn Khattab, muncullah berbagai pembaharuan dalam pengelolaan
zakat. Dibentuknya diwan-diwan (kantor/departemen) khusus untuk mengurusi aspek
pemerintahan. Salah satunya adalah baitul maal yang mengurusi administrasi dan
pengelolaan zakat. Selain itu, penghentian alokasi zakat kepada mualaf dilakukan oleh

Manajemen Risiko Pengelolaan Zakat


12 Tinjauan Umum Zakat

Khalifah Umar ra (Usman, 1994) Justifikasi para ulama atas ijtihad Umar, menimbang
bahwa mualaf mendapatkan alokasi zakat untuk menguatkan hati mereka yang masih
lemah. Ketika itu, Umar ra melihat kondisi tersebut tidaklah muncul, melainkan keadaan
kaum muslim sangatlah kuat dan solid. Tindakan khalifah Umar dalam penghentian
alokasi zakat kepada mualaf tidak ada satu sahabat pun yang menolak, dan menjadi
ijma’ sahabat (Beik, et. al, 2014). Pada aspek asnaf mustahik, Umar juga melakukan ijtihad
dengan mengelompokkan mustahik menjadi dua belas kelompok yang dikenalkan sistem
jaminan sosial (al-takaful al-ijtima’i).

Delapan golongan yang berhak mendapatkan zakat yang disebutkan dalam


Alquran adalah:

Fakir dan miskin. Ada pandangan dari Abu Yusuf pengikut Imam Abu Hanifah, dan
Ibnu Qasim pengikut Imam Malik bahwa fakir dan miskin adalah golongan yang sama.
Sedangkan pendapat jumhur ulama, kedua golongan tersebut berbeda yang menjadi
prioritas dalam penyaluran zakat. Imam Tabari memberikan pengertian fakir adalah orang
yang dalam kebutuhan tetapi dapat menjaga diri dari meminta-minta, dan miskin adalah
orang yang dalam kebutuhan dan suka merengek-rengek meminta. Menurut pandangan
ulama Hanafiyah, fakir adalah orang yang tidak memiliki apa-apa di bawah nishab zakat,
yang terdiri dari perabotan rumah tangga, barang-barang, pakaian dan lainnya untuk
kebutuhan sehari-hari. Miskin didefinisikan sebagai orang-orang yang tidak memiliki apa-
apa. Secara singkat, kriteria fakir miskin menurut ulama Hanafiyah di antaranya: a) tidak
punya apa-apa, b) mempunyai tempat tinggal, barang atau perabot yang tidak berlebih,
c) memiliki mata uang kurang dari nishab, d) memiliki kurang dari nishab selain mata
uang, seperti empat ekor unta, tiga puluh sembilan ekor kambing yang bernilai tidak
lebih dari 200 dirham. Sedangkan pandangan tiga ulama lainnya (Malikiyah, Syafi’iyyah,
dan Hanabilah), fakir adalah orang-orang yang tidak mempunyai harta atau penghasilan
layak untuk memenuhi keperluannya seperti sandang, pangan, tempat tinggal dan
keperluan pokok lainnya baik untuk individu atau orang yang dalam tanggungannya.
Miskin dijabarkannya sebagai mereka yang memiliki harta atau penghasilan layak dalam
memenuhi keperluannya dan orang yang menjadi tanggungannya, akan tetapi tidak
sepenuhnya tercukupi (Qardhawi, 1973). Menurut Syafi’iyah dan Hanabilah, fakir adalah
orang yang tidak memiliki harta dan pekerjaan apapun, sedangkan miskin sebagaimana
dalam surat al-Kahfi:79 “bahtera milik orang-orang miskin yang bekerja di laut”,
memiliki perkerjaan akan tetapi belum mencukupi kebutuhan pribadi atau orang dalam
tanggungannya seperti penghasilan hanya 8 dirham dan kebutuhan sehari 10 dirham
(Zuhayli, 1985).

Amil zakat, yakni mereka yang melaksanakan segala kegiatan urusan zakat,
mulai pengumpulan dana dan penjagaannya. Peran amil sangat penting sebagaimana
termaktub setelah golongan fakir dan miskin. Amil menghimpun dana untuk diserahkan
kepada bendahara Baitul Maal, menjaganya dan kemudian menyalurkannya kepada para
golongan mustahik lainnya. Mengenai bagian yang diberikan kepada amil, para ulama
memiliki pandangan berbeda. Imam Syafi’i memandang bagian amil dalam zakat adalah
sesuai dengan bagian lain yaitu 1/8 dari total pengumpulan dana. Akan tetapi apabila

Manajemen Risiko Pengelolaan Zakat


Tinjauan Umum Zakat 13

upah yang diberikan tidak sesuai dengan pekerjaannya maka dapat ditambah di luar
dari dana zakat. Hal ini didukung oleh jumhur ulama, yang menyatakan upah amil sesuai
dengan kadar pekerjaannya yang memadai meskipun lebih besar dari yang ditentukan
(Qardhawi, 1973).

Golongan Mualaf, yakni mereka yang diharapkan kecenderungan hatinya atau


keyakinannya bertambah terhadap Islam, atau terhalangnya niat jahat mereka terhadap
kaum muslimin atau akan datang kemanfaatan dari mereka dalam membela dan
menolong kaum muslimin terhadap musuh.

Memerdekakan budak. Hal ini dipandang dari dua arah. Pertama, menolong hamba
yang telah memiliki perjanjian kepada tuannya untuk dibebaskan dengan mengusahakan
harta dalam kadar tertentu untuk membebaskan dirinya. Kedua, seseorang atau bersama-
sama membayarkan hartanya untuk membebaskan budak, atau membeli budak dari
hartanya dan kemudian dibebaskannya.

Orang yang berhutang. Imam Abu Hanifah menyatakan bahwa gharim adalah orang
yang mempunyai utang dan tidak memiliki bagian yang lebih dari utangnya, sedangkan
Imam Malik, Imam Syafi’i dan Imam Ahmad memberikan dua pengelompokan yang
mempunyai konsekuensi hukum tersendiri, yaitu 1) orang berhutang untuk kemaslahatan
sendiri dan 2) orang yang berhutang untuk kemaslahatan masyarakat. Serta orang yang
tertimpa bencana dimasukkan ke dalam golongan ini sebagaimana terdapat dalam hadis
Rasulullah saw.

Orang yang berjuang di jalan Allah. Penentuan sabilillah di kalangan ulama


berbeda-beda. Ulama Hanafi menentukan sabilillah dengan berbagai arah dengan syarat
ada kefakiran dan kebutuhan seperti tentara, jama’ah haji, pencari ilmu atau orang yang
berjuang untuk kebajikan. Ulama Maliki berpendapat sabilillah berkaitan dengan perang,
jihad dan semakna dengan itu, diberikan kepada mujahid dan pengawal perbatasan dan
diperbolehkan untuk kepentingan jihad seperti senjata, kud, benteng, kapal perang dan
lainnya. Ulama Syafi’i sejalan dengan Ulama Maliki yang terfokus pada jihad dan mujahid
akan tetapi ada dua perbedaan, yaitu 1) menetapkan mujahid tidak mendapat gaji tetap
dari negara, 2) bagian mereka tidak boleh melebihi bagian dua kelompok prioritas fakir
dan miskin. Begitu pula Ulama Hanbali yang sejalan dengan pendapat Ulama Syafi’i,
hanya terdapat perbedaan sedikit terkait untuk orang miskin berhaji.

Ibnu Sabil, yang dinyatakan delapan kali dalam redaksi ayat Alquran. Ibnu sabil
adalah musafir yang asing dan yang terputus. Para ulama berbeda pendapat dalam kategori
orang yang merencanakan perjalanan dan orang yang tersesat dalam perjalanan. Jumhur
menyatakan orang yang hendak atau dalam perencanaan bepergian tidak mendapat
bagian zakat, karena dia masih dalam daerahnya dan tidak dalam kelompok asing, dan
tidak pula disebut sabil, sedangkan Imam Syafi’i memperbolehkannya baik musafir yang
terputus ataupun bermaksud melakukan perjalanan.

Manajemen Risiko Pengelolaan Zakat


14 Tinjauan Umum Zakat

Had Kifayah

Kriteria had kifayah untuk fakir dan miskin setiap negara Islam, juga lembaga
pengelola zakat berbeda satu sama yang lain. Sumber utama kriteria tersebut merujuk
pada nash Alquran dan hadis, sementara interpretasi dan penjabarannya menjadi
berbeda dengan cara pandang dan kondisi masing-masing. Lembaga zakat melihat
tingkat kemiskinan yang telah dilakukan oleh lembaga penunjang seperti biro statistik
dan kependudukan atau sejenisnya untuk menentukan kadar garis kemiskinan atau had
kifayah. Beberapa negara menggunakan pendekatan individu dan yang lain melihat
satu kesatuan keluarga. Antara satu negara dengan negara lain berbeda kriteria fakir
dan miskin menurut jumlah pendapatan maupun pengeluaran harian atau bulanan. Hal
ini terjadi karena tingkat ekonomi dan kekuatan sumber daya negara masing-masing
berbeda satu sama lain.

Malaysia melalui Jabatan Wakaf, Zakat dan Haji (JAWHAR) telah menetapkan
garis kemiskinan dengan pertimbangan utama di antaranya tempat tinggal, makanan,
pakaian, kesehatan, pendidikan dan transportasi berdasarkan maqashid syariah. Akan
tetapi penentuan tersebut kembali kepada setiap Majlis Agama Islam setiap negeri di
Malaysia yang bergantung pada jumlah dan umur anggota keluarga (JAWHAR, 2007).
Parid (2001) menjelaskan bahwa penyaluran zakat minimal mencukupi keperluan hidup
individu dan tanggungannya. Jumlah dana zakat yang diberikan kepada fakir dan miskin
diharuskan sejalan dengan kehidupan yang berkualitas yaitu pemberian dana zakat untuk
mencukupi kebutuhan dasar (dharuriyyat dan hajjiyat) (Al-Habshi, 1990).

Di Indonesia, kajian mengenai standar had kifayah telah dilakukan oleh Pusat Kajian
Strategis BAZNAS dimana standar had kifayah ini menghitung kebutuhan dasar setiap
keluarga berdasarkan pada perspekif Maqasid Syariah. Adapun 7 (tujuh) dimensi yang
digunakan untuk menghitung standar had kifayah yaitu: (1) makanan; (2) pakaian; (3)
tempat tinggal; (4) ibadah; (5) pendidikan; (6) kesehatan; dan (7) transportasi. Selanjutnya,
jumlah keluarga yang digunakan dalam perhitungan had kifayah adalah sebanyak 4
(empat) orang. Apabila sebuah keluarga melebihi 4 (empat) orang atau kurang dari 4
(empat) orang, atau terdapat anggota keluarga yang berkebutuhan khusus, maka jumlah
besaran had kifayah dapat disesuaikan dengan jumlah aktual anggota keluarga dan
kondisi masing-masing anggota keluarga.

Adapun nilai rata-rata had kifayah di Indonesia mencapai Rp3.022.142,00 per


keluarga per bulan atau Rp772.088,00 per kapita per bulan. Berdasarkan hasil perhitungan
ini, maka mustahik yang penghasilan per bulannya masih di bawah had kifayah dapat
diprioritaskan untuk dibantu dengan bantuan yang bersifat konsumtif sedangkan jika
mustahik memiliki penghasilan di atas had kifayah namun masih di bawah nisab zakat
maka bantuan dapat diberikan dalam bentuk bantuan produktif (BAZNAS, 2018a)

Program Konsumtif

Zakat merupakan rukun Islam yang mengandung didalamnya dua aspek sekaligus,
yaitu aspek ibadah secara sempit dan ibadah secara luas. Zakat selain memiliki fungsi
mensucikan diri dan harta bagi pembayar zakat, juga untuk melawan kemiskinan dan

Manajemen Risiko Pengelolaan Zakat


Tinjauan Umum Zakat 15

kefakiran bagi masyarakat. Para muzaki mengeluarkan zakat dari harta mereka untuk
memerangi kemiskinan yang ada disekitar lingkungan mereka. Kemiskinan akan selalu
ada sebagai bentuk sunnatullah, akan tetapi tidak boleh dibiarkan begitu saja tanpa
ada penanganan guna mengurangi jumlah kemiskinan. Tindakan minimalisir yang
diwajibkan Islam adalah penunaian zakat yang perlu dikelola dengan baik sehingga
mengurangi tingkat kemiskinan pada suatu daerah. Kesuksesan pengelolaan zakat dalam
mengimplementasikan tujuan kemasyarakatan yaitu memerangi kemiskinan adalah
pendistribusian dan penerapan manajemen yang baik (Qardhawi, 2005).

Perhatian penting harus diberikan terhadap manajemen zakat yang memastikan


pendayagunaan dana zakat secara optimal, yaitu suatu upaya untuk memobilisasi kaum
muslimin secara umum, fakir dan miskin, dan ditekankan untuk meningkatakan kualitas
hidup. Zakat dapat disalurkan dalam dua bentuk, pertama; bantuan keuangan langsung
kepada fakir dan miskin yang tidak memiliki kehidupan layak, kesehatan yang baik, dan
mendorong mereka untuk hidup berkelanjutan dan berkelangsungan. Kedua; menjadi
bentuk alat untuk menggerakkan industri dan perdagangan sebagai alat kerja untuk
fakir dan miskin memiliki keahlian khusus, modal kerja untuk pedagang miskin, benih
bagi mereka yang condong ke pertanian dan peternakan dan bantuan lain yang sesuai
dengan kapasitas dan bidang keahlian yang dimiliki. Hal ini sejalan dengan pandangan
Imam Al-Nawawi yang menganjurkan fakir dan miskin dibantu sesuai dengan keahlian
yang mereka miliki sehingga keluar dari lingkaran kemiskinan. Konsep yang ditawarkan
dalam pendistribusian zakat ada dua, yaitu konsep distribusi jangka panjang (kifayah al-
‘umr) dan konsep distibusi jangka pendek (kifayah al-sanah) (Abu Bakar & Ghani, 2011).

Dalam praktiknya, penyaluran dana zakat modern harus mampu merepresentasikan


aspek ekonomi baik secara mikro maupun makro. Pada aspek mikro, penyaluran zakat dapat
berupa program-program konsumtif yang langsung dapat dirasakan oleh mustahik. Bentuk
program konsumtif yang dapat dilakukan oleh Lembaga Amil Zakat berupa pemberian
sembako, pangan, sandang atau barang sejenis sebagaimana telah dicontohkan Rasulullah
saw dan para sahabat. Selanjutnya, bentuk lain yang dapat dilakukan dalam jangka pendek
adalah bentuk penyaluran bantuan kesehatan, bantuan tunai untuk konsumsi sehari-
hari dan sebagainnya. Fungsi pengentasan kemiskinan dalam bentuk direct tidak boleh
dihilangkan dari penyeluran zakat sebagai kelangsungan dan kesinambungan kehidupan
para mustahik. Sedangkan dalam aspek makro, dapat dilihat dari pergerakan variabel
makro seperti tingkat konsumsi, investasi yang menstimulus produksi dan konsumsi secara
bersamaan dan menekan ketidakseimbangan fiskal suatu negara.

Program Produktif

Aspek sosial ekonomi dimana mengeluarkan fakir dan miskin dari lingkaran
kehidupan kemiskinan menuju kehidupan layak dan sejahtera merupakan salah satu
inti disyariatkannya zakat. Pemberian zakat untuk fakir dan miskin sejumlah yang dapat
membebaskan mereka dari kemiskinan kepada kemampuan, dari kebutuhan kepada
kecukupan dan tidak kembali kepada kemiskinan adalah fokus dari zakat (Sabiq, 2005).
Al-Syiddiqy (1987) menyatakan hal senada, pendistribusian dana zakat kepada fakir dan

Manajemen Risiko Pengelolaan Zakat


16 Tinjauan Umum Zakat

miskin dianjurkan untuk dapat memenuhi kehidupan dan menjadi modal usaha.

Konsep pendistribusian jangka pendek tentunya menunjang para fakir dan miskin
untuk menjalankan kehidupan sehari-hari, akan tetapi konsep pendistribusian jangka
panjang membantu fakir dan miskin untuk hidup dengan taraf lebih baik, setidaknya naik
kelas dari mustahik menjadi mereka yang tidak berhak terhadap zakat dan lebih baik lagi
menjadi muzaki. Lembaga pengelola zakat mengenalkan konsep zakat produktif. Zakat
produktif merupakan suatu pendekatan dalam pendistribusian zakat yang membuat
penerimanya menghasilkan sesuatu secara terus menerus dengan harta yang diterimanya
dengan cara dikembangkan dalam bentuk usaha produktif (Asnaini, 2008).

Program produktif dalam penyaluran zakat dihadirkan guna memenuhi dukungan


fakir dan miskin untuk kehidupan yang lebih baik dalam beberapa bentuk seperti bantuan
modal kerja berupa modal tunai, alat dan perlengkapan untuk mustahik yang memiliki
keahlian khusus; berdagang, bertukang, berkebun, bertani, beternak dan sebagainya,
bantuan pelatihan dan peningkatan kapasitas, bantuan pendidikan berupa beasiswa anak-
anak fakir dan miskin, bantuan lembaga pendidikan dan dakwah dan pendayagunaan
masyarakat lainnya.

PERTANGGUNGJAWABAN ZAKAT

Pertanggungjawaban Administratif

Manajemen pengelolaan zakat pada saat ini berlaku tiga tipe yaitu pertama;
pengelolaan dilakukan oleh lembaga sukarela (voluntary) tanpa intervensi pemerintah,
kedua; penghimpunan zakat dilakukan oleh pemerintah dengan dasar inisiatif individu
secara sukarela, dan ketiga; pengelolaan dilakukan penuh oleh pemerintah. Dari ketiga
skema yang ada saat ini memiliki kelebihan dan kekurangan masing-masing. Karakteristik
dalam manajemen pengelolaan, penghimpunan dan penyaluran zakat dari beberapa
negara berpenduduk muslim dapat dilihat pada tabel berikut.

Tabel 2 : Karakteristik Skema Manajemen Zakat di Beberapa Negara

Karakteristik Penghimpunan

Bersifat Wajib Bersifat Sukarela

Saudi Arabia, Pakistan, Sudan, Libya, Republik Bangladesh,


Pemerintah Penuh Arab Yaman, Kuwait, Malaysia (Johor, Kedah, Bahrain,
Kelantan, Perak, Perlis, Sabah, dan Terengganu) Jordan, Indonesia

Institusi yang
Malaysia (Pulau Pinang, Selangor, Sarawak,
bekerjasama
Negeri Sembilan, Pahang, Melaka, and Wilayah Singapura, Mesir
dengan pemerintah
Persekutuan)
(korporasi)

Afrika Selatan ,
NGO -
Algeria, Indonesia

Sumber: Beik, et al. (2014)

Manajemen Risiko Pengelolaan Zakat


Tinjauan Umum Zakat 17

Arab Saudi menetapkan pengelolaan zakat atas dasar peraturan pemerintah


kerajaan dimulai pada tahun 1951, yang sebelumnya tidak diatur dalam perundang-
undangan. Keputusan Raja (Royal Court) No.17/2/28/8634 tanggal 29/6/1370 H/7/4/1951:
“zakat syar’i yang sesuai dengan ketentuan Syariah Islamiyyah diwajibkan kepada individu
dan perusahaan yang memiliki kewarganegaraan Saudi.” Untuk mengurusi pengelolaan
zakat, pemerintah Arab Saudi membentuk departemen khusus yaitu di bawah Departemen
Keuangan divisi Pembayaran Zakat dan Pajak Pendapatan (Maslahah Al-Zakat wa Al-
Dhakh), dan penyaluran di bawah Departemen Sosial dan Pekerjaan di bawah dirjen
Jaminan Sosial (Dhaman Ijtima’i). Proses pengelolaan berlandaskan asas transparasi dan
akuntabilitas dengan sistem e-filling kepada The Department of Zakat and Income Tax
(DZIT) yang dilakukan oleh individu maupun perusahaan. Pengambilan zakat dilakukan
dalam lima bentuk yaitu pekerja lapang, pemotongan gaji, petugas penghimpunan,
sistem permintaan debit, dan pengambilan di kantor-kantor.

Pertanggungjawaban yang dilakukan oleh DZIT dalam pengelolaan zakat dan


pajak diantaranya; 1) mengkaji, menilai dan menghimpun dana zakat dari warga negara
Saudi dan penduduk dari negara teluk; 2) mengkaji, menilai dan menghimpun pajak
dari individu muapun korporasi tehadap objek wajib pajak; 3) menindak lanjuti para
penunggak baik zakat, pajak dan denda; 4) mengembangkan prosedur kerja dengan
meningkatkan penelitian dan studi untuk menemukan solusi masalah-masalah yang
timbul dalam aplikasinya; 5) menerbitkan laporan statistik operasi DZIT diantaranya:
nomor wajib pajak, kategori, lokasi dan kegiatan-kegiatan. Menyampaikan laporan
tahunan tentang capaian DZIT, pendapatan, dan pengeluaran kepihak yang berwenang
(Al-Awaji, Deputi Direktur DZIT). Aplikasi pengelolaan zakat di Sudan sejalan dengan
Arab Saudi yaitu di bawah Departemen yang mengatur urusan zakat dan pajak yaitu Biro
Zakat Kementerian Penerangan dan Perencanaan yang diatur dalam Undang-Undang
Zakat tahun 1984. Perundangan Zakat Sudan memperbolehkan penyaluran zakat di area
provinsi yang sama, atau pengalihan dari satu provinsi ke provinsi lainnya oleh presiden.

Pengelolaan zakat di Kuwait di bawah Undang-Undang Zakat tahun 1982 dan


perundang-undangan No 46 Tahun 2006 dibawah tangggungjawab Rumah Zakat Kuwait,
Kementerian Wakaf dan Urusan Agama. Penghimpunan dilakukan atas dasar sukarela
oleh orang-orang mampu (muzaki) dan mewajibkan korporasi membayar zakat 1 persen
dari pendapatan bersih yang didapat dalam satu tahun. Rumah Zakat Kuwait fokus pada
perencanaan strategis, dengan menempuh cara metodologi ilmiah serta kajian terencana.

Pengelolaan zakat di Pakistan diatur dalam Undang-Undang Zakat dan Usyr tahun
1979 dan disempurnakan dengan Undang-Undang 1980. Central Zakat Fund menjadi pusat
pengelolaan zakat secara keseluruhan di Pakistan dengan empat provincial zakat fund,
81 local zakat fund dan sampai tingkat unit terkecil di daerah. Pendistribusian diberikan
kepada delapan golongan penerima zakat dengan skala prioritas yang tersurat dalam
undang-undang “prioritas utama diberikan kepada fakir miskin terutama para janda,
orang cacat baik dengan cara langsung atau tidak langsung seperti melalui pendidikan
resmi sekolah, pendidikan keterampilan, rumah sakit, klinik, dan lainnya. Akan tetapi
sistem yang berjalan di Pakistan belum maksimal dengan kelemahan pada audit,

Manajemen Risiko Pengelolaan Zakat


18 Tinjauan Umum Zakat

perencanaan komprehensif, ketidakefektifan dalam pendistribusian dan ketiadaan fatwa


zakat penghasilan dan profesi.

Malaysia mempunyai pola pengelolaan zakat yang berbeda dengan negara Islam
lain. Bentuk kerajaan yang memiliki Majlis Agama, Islam The State Islamic Religious Councils
(SIRCs) di setiap negeri (provinsi) melalui Federal Law tahun 1986 diberikan kuasa untuk
mengurusi masalah Islam, didalamnya wakaf dan zakat (Zaenal, et al., 2016) kemudian
disahkannya Departemen Wakaf Zakat dan Haji (JAWHAR) pada tahun 2004 oleh Perdana
Menteri Tun Abdullah A. Badawi untuk memberikan perhatian khusus terkait lembaga
zakat. JAWHAR hanya memonitor dan mengkoordinasikan dengan setiap Majlis Agama
Islam di setiap negeri (provinsi). Ketigabelas negeri ini memiliki peraturan tersendiri, yang
dikoordinasikan oleh Kantor Perdana Menteri memalui Direktorat Kemajuan Islam. Untuk
mempermudah administrasi penghimpunan dan penyaluran zakat maka dibentuklah
unit kecil amil disebut Pusat Pungutan Zakat (PPZ) yang beroperasi pada tahuan 1991.
Tingkat efektifitas dan efisiensi dalam pengelolaan dana zakat baik penghimpunan dan
penyaluran berbeda-beda dari satu negeri dengan negeri yang lain. Zulkefly, et al. (2002)
menyatakan bahwa penting untuk membandingkan peran lembaga zakat Selangor yang
dinilai paling efektif dari pada yang lain.

Proses administrasi yang terjadi dalam lembaga pengelola zakat diharapkan


transparan dan akuntabel. Untuk menjaga kinerja lembaga dan menjamin citra di hadapan
masyarakat, transparansi lembaga pengelola zakat harus terealisasi dengan memberikan
informasi keuangan secara terbuka dan jujur kepada masyarakat atas tanggung jawab
yang diemban dalam pengelolaan sumber daya yang dipercayakan dan kepatuhan
terhadap undang-undang yang berlaku. Ditambah sisi akuntabilitas dapat menjadi
pematik kepercayaan masyarakat untuk menyalurkan zakat melalui lembaga zakat.
Akuntabilitas merupakan wujud pertanggungjawaban pengelola zakat dan pelaksanaan
kebijakan yang dipercayakan kepada lembaga pelaporan dalam mencapai tujuan yang
ditetapkan secara periodik. Akuntansi, transparansi dan akuntabilitas dalam lembaga
zakat harus diwujudkan dengan baik untuk mencapai tujuan inti pengelolaan zakat.

PENGELOLAAN ZAKAT DI INDONESIA

Pengelolaan zakat di Indonesia telah dimulai pada masa awal-awal kerajaan


Islam berdiri di tanah nusantara. Kerajaan Islam Aceh, Banjar, Demak dan lainnya telah
menerapkan sistem pengelolaan zakat walaupun masih dalam bentuk sangat sederhana.
Di Aceh, pembayaran zakat dan pajak (upeti) dibayarkan bersama setelah hasil panen
pertanian (Faisal, 2011 dalam Hollander, 1895). Kerajaan Banjar mengatur pembayaran
pajak dan zakat kepada Mantri Bumi yang berasal dari warga kerajaan yang memiliki
keahlian di bidangnya (Rass, 1968).

Pada masa kolonial Belanda, Sekutu dan Jepang, pembayaran zakat tersendat
dikarenakan penjajah mengetahui bahwa zakat disalurkan untuk mendanai perlawanan
yang terjadi di daerah-daerah sehingga penjajah melarangnya (Ali, 1988). Namun, pada
awal abad kedua puluh, kolonial mencabut larangannya dengan menerbitkan peraturan
dalam orninantie pemerintahan Hindia Belanda No.6200 tahun 1905 yang menyatakan

Manajemen Risiko Pengelolaan Zakat


Tinjauan Umum Zakat 19

tidak akan ikut campur dalam pengelolaan zakat dan diserahkan sepenuhnya kepada
umat Islam (Faisal, 2011).

Pada fase kemerdekaan Indonesia, Undang-Undang Dasar 1945 telah menyebutkan


dalam pasal 29 yang membolehkan menjalankan syariat Islam dan pasal 34 bahwa anak-
anak, fakir miskin adalah tanggung jawab negara. Pada tahun 1951, tercatat Kementerian
Agama telah mengeluarkan surat edaran terkait pelaksanaan zakat fitrah (Depag, 2002).
Dilanjutkan pada masa Orde Baru, dimana masih terjadi gejolak persaingan antara
nasionalis, Islam dan sekuler yaitu kondisi Psikologis yang kurang baik menjadikan
pengelolaan zakat tidak optimal, hanya berkisar diantara individu. Hubungan pemerintah
dengan pengelolaan zakat saling curiga (Jaelani, 2016). Mulai tahun 1968, pemerintah
orde baru memberikan ruang dengan menerbitkan Keputusan Presiden No.7/PRIN/10/1968
dalam hal pengelolaan zakat maka dibentuklah badan Amil Zakat Infaq dan Shadaqah
(BAZIS) yang dimulai dari DKI, Kalimantan Timur (1972), Sumatra Barat (1973), Jawa Barat
(1974), Aceh (1975), Sumatra Selatan dan Lampung (1975), Kalimantan Selatan (1977),
dan Sulawesi Selatan dan Nusa tenggara Barat (1985). Satu daerah dengan daerah lain
memiliki tata cara yang berbeda. Permasalahan muncul dalam hal sinergi dan mekanisme
kerjasama baik antar lembaga maupun pemerintah dan swasta (Ali, 1988).

Berlanjut pada tahun 1984 berkenaan dengan instruksi Menteri Agama No. 2
tentang Infaq seribu rupiah selama bulan Ramadhan. Tahun 1989, Menteri Agama kembali
mengeluarkan instruksi untuk pembinaan zakat infaq dan shadaqah terhadap lembaga-
lembaga keagamaan yang menyelenggarkan pengelolaan zakat infaq dan shadaqah
untuk lembaga pendidikan Islam dan bentuk lainnya. Kemudian tahun 1991, diterbitkan
keputusan bersama antar Menteri Agama dan Menteri Dalam Negeri No. 29 dan 47 untuk
pembinaan Badan Amil Zakat Infaq dan Shadaqah dan dilanjutkan dengan Instruksi
Menteri Agama No.5 tahun 1991 terkait pedoman pembinaan teknis BAZIS (Fakhruddin,
2008).

Pada masa reformasi, pengelolaan zakat mendapatkan keleluasaan dengan


disahkannya Undang-Undang Nomor 38 tahun 1999 tentang Pengelolaan Zakat
dikeluarkan oleh pemerintah. Pengelolaan zakat semakin masif dari tingkat nasioal
sampai ke daerah dengan konsekuensi lahirnya Badan Amil Zakat Nasional (BAZNAS)
untuk level nasional dan Badan Amil Zakat Daerah (BAZDA) untuk level daerah. BAZNAS
dibentuk berdasarkan Kepres No. 8/2001 tanggal 17 Januari 2001 (Fakhruddin, 2008)

Undang-Undang terbaru terkait Pengelolaan Zakat yaitu UU No.23 Tahun 2011 dan
dijabarkan dalam Peraturan Pemerintah No.14 tahun 2014 tentang Pengelolaan Zakat.
Dua instrumen dasar hukum ini telah memperkuat sistem pengelolaan zakat, tertuang
didalamnya dari proses pengumpulan, pengelolaan, pelaporan, pendistribusian dan
audit atas dasar transparansi dan akuntabilitas yang tinggi. Arah dan tujuan pengelolaan
zakat semakin jelas dengan dua instrumen peraturan tersebut. Fase sekarang adalah
fase peralihan menuju kebangkitan zakat, dengan sinergi pemerintah, BAZNAS, BAZNAS
Kabupaten/Kota dan LAZ. Penguatan dan Perombakan kelembagaan dinilai akan lebih
efektif untuk mengoptimalkan hasil capaian baik penghimpunan dan penyaluran yang
lebih efektif dan efisien.

Manajemen Risiko Pengelolaan Zakat


20 Tinjauan Umum Zakat

INSTITUSI ZAKAT

Organisasi dan tata kerja pengelolaan zakat di Indonesia hari ini sepenuhnya
mengacu pada Undang-undang Nomor 23 Tahun 2011 tentang Pengelolaan Zakat.
Undang-Undang tersebut merupakan pengganti Undang-undang Nomor 38 Tahun 1999
tentang Pengelolaan Zakat yang sebelumnya menjadi landasan hukum pengelolaan zakat
di Indonesia.

Undang-Undang Nomor 23 Tahun 2011 secara spesifik memberi amanah kepada


Badan Amil Zakat Nasional (BAZNAS) sebagai pelaksana utama dalam pengelolaan
zakat di Indonesia dan pemerintah mendapatkan fungsi sebagai pembina dan pengawas
terhadap pengelolaan zakat yang dilakukan oleh BAZNAS. Perubahan regulasi tersebut
secara substantif telah mengubah suatu sistem pengelolaan zakat di Indonesia. Sistem
pengelolaan zakat berdasarkan Undang-Undang Nomor 23 Tahun 2011 akan tampak jelas
dalam penjelasan tata kerja pengelolaan berikut.

Berdasarkan Undang-Undang Nomor 23 Tahun 2011, BAZNAS dibentuk oleh


pemerintah dalam tugas melaksanakan kewenangan pengelolaan zakat secara nasional.
Kewenangan pelaksanaan pengumpulan, pendistribusian, dan pendayagunaan zakat
secara nasional tersebut meliputi 4 (empat) fungsi yang secara spesifik dituangkan
dalam Undang-Undang Nomor 23 Tahun 2011, sebagai berikut: (a) fungsi perencanaan
pengumpulan, pendistribusian, dan pendayagunaan zakat; (b) fungsi pelaksanaan
pengumpulan, pendistribusian, dan pendayagunaan zakat; (c) fungsi pengendalian
pengumpulan, pendistribusian, dan pendayagunaan zakat; dan (d) fungsi pelaporan dan
pertanggungjawaban pengelolaan zakat (Pasal 7).

Selain daripada empat fungsi pelaksanaan pengumpulan, pendistribusian, dan


pendayagunaan zakat secara nasional, BAZNAS juga mendapatkan 2 (dua) fungsi
non-operasional pengumpulan, pendistribusian, dan pendayagunaan zakat, yaitu: (a)
pemberian pertimbangan pembentukan BAZNAS provinsi dan BAZNAS kabupaten/kota
(Pasal 15) dan (b) pemberian rekomendasi izin pembentukan LAZ (Pasal 18).

Dalam memberikan penjelasan operasional terhadap Undang-Undang Nomor


23 Tahun 2011, Pemerintah mengeluarkan Peraturan Pemerintah Nomor 14 Tahun 2014
tentang Pelaksanaan Undang-Undang Nomor 23 Tahun 2011 tentang Pengelolaan Zakat.
Dalam Peraturan Pemerintah tersebut, BAZNAS mendapatkan sejumlah kewenangan
tambahan di luar fungsi pengumpulan, pendistribusian, dan pendayagunaan zakat.

Setidaknya ada 4 (fungsi) yang kemudian memperkokoh kedudukan BAZNAS


sebagai regulator dalam pengelolaan zakat di Indonesia, yaitu: (a) pemberian
pertimbangan pengangkatan unsur pimpinan BAZNAS provinsi dan BAZNAS kabupaten/
kota (Pasal 36 & Pasal 43) dan (b) pengesahan hak amil dan RKAT BAZNAS provinsi dan
BAZNAS kabupaten/kota (Pasal 69). Dengan dua fungsi “non-opereasional” tersebut,
sejatinya BAZNAS (berskala nasional di pusat, bedakan dengan BAZNAS tingkat provinsi
dan BAZNAS tingkat kabupaten/kota) telah memiliki dua fungsi secara bersamaan, yaitu
fungsi operator dan fungsi regulator.

Manajemen Risiko Pengelolaan Zakat


Tinjauan Umum Zakat 21

Dalam Undang-Undang Nomor 23 Tahun 2011 maupun Peraturan Pemerintah


Nomor 14 Tahun 2014, keduanya saling menguatkan bahwa dalam otoritas utama dalam
pelaksanaan pengelolaan zakat di Indonesia adalah pemerintah, dalam hal ini melalui
Kementerian Agama. BAZNAS sebagai pelaksana kewenangan pengelolaan zakat secara
nasional di Indonesia diangkat oleh Presiden Republik Indonesia setelah mendapatkan
pertimbangan dari Dewan Perwakilan Rakyat Republik Indonesia (DPR RI).

Struktur institusi pengelola zakat atau institusi zakat di Indonesia, selain BAZNAS di
tingkat pusat, juga terdapat BAZNAS di tingkat provinsi, BAZNAS di tingkat kabupaten/
kota, dibantu oleh Lembaga Amil Zakat (LAZ) ditingkat Nasional, LAZ di tingkat provinsi
dan LAZ di tingkat kabupaten/kota. Dengan formasi OPZ yang sekarang maka setiap kepala
pemerintahan, dari pusat hingga daerah di seluruh wilayah administrasi pemerintahan
NKRI sesungguhnya memiliki fungsi sebagai regulator, yaitu selain berperan sebagai
fungsi pengangkatan Pimpinan OPZ dari pusat hingga daerah juga bertanggung jawab
menghadirkan situasi yang kondusif bagi pengelolaan zakat di Indonesia, berdasarkan
tingkat wilayah pemerintahannya. Dalam memaksimalkan kondusifitas pengelolaan zakat,
maka selain Organisasi Pengelola Zakat (OPZ) selaku eksekutor para kepala pemerintahan
juga diproyeksikan dapat turut aktif pada proses managamen risiko pengelolaan zakat
sebagaimana yang telah diuraikan dalam bab sebelumnya.

Adapun struktur institusi pengelola zakat di Indonesia dapat digambarkan pada gambar
berikut:

Sumber: Penulis

Gambar 1 : Struktur Institusi Pengelola Zakat di Indonesia

Manajemen Risiko Pengelolaan Zakat


22 Tinjauan Umum Zakat

URGENSI MANAJEMEN RISIKO BAGI INSTITUSI ZAKAT

Sebuah institusi keuangan publik, tak terkecuali institusi zakat, memiliki posisi
strategis sebagai lembaga pengelola dana umat yaitu zakat. Sebagai organisasi nirlaba
strategis, institusi zakat telah menjadi harapan baru untuk meningkatkan kesejahteraan
umat. Selain itu, institusi perbankan juga telah menjadi salah satu agent of development,
yang dapat mendorong kemajuan pembangunan melalui layanan pendistribusian dan
pendayagunaan.

Tentunya, dalam melakukan tugas dan fungsinya tersebut, institusi zakat memiliki
eksposur terhadap berbagai macam risiko. Untuk menjaga agar fungsi dan tugas terebut
berjalan dengan dengan baik serta memelihara kesinambungan proses bisnisnya,
maka institusi zakat dituntut untuk mampu secara efektif mengelola risiko-risiko yang
dihadapinya.

Risiko dalam konteks dunia zakat merupakan kejadian potensial, baik yang dapat
diperkirakan (anticipated) maupun yang tidak dapat diperkirakan (unanticipated) yang
berdampak negatif terhadap tingkat kepercayaan, kepatuhan syariah dan kesinambungan
proses bisnis. Risiko-risiko tersebut tidak dapat dihindari, tetapi dapat dikelola dan
dikendalikan. Oleh karena itu, sebagaimana pada institusi lain pada umumnya, pengelola
zakat juga memerlukan serangkaian prosedur dan metodologi yang dapat digunakan
untuk mengidentifikasi, mengukur, memantau, dan mengendalikan risiko yang timbul
dari kegiatan usaha, atau yang biasa disebut sebagai manajemen risiko.

Nantinya sasaran kebijakan manajemen risiko ditargetkan dalam mengindentifikasi,


mengukur, memantau, dan mengendalikan jalannya kegiatan pengelolaan zakat
dengan tingkat risiko yang wajar secara terarah, terintegrasi, dan berkesinambungan.
Dengan demikian, manajemen risiko berfungsi sebagai filter atau pemberi peringatan
dini (early warning system) terhadap kegiatan pengelolaan zakat. Secara umum, urgensi
dari manajemen risiko pengelolaan zakat bisa dibagi kepada lima (5) hal berikut: (1)
Menyediakan informasi tentang risiko kepada pihak regulator dan pihak terkait lainnya;
(2) Memastikan institusi zakat tidak mengalami oportunity-loss baik yang bersifat
unacceptable; (3) Meminimalisasi oportunity-loss dari berbagai risiko yang bersifat
uncontrolled; (4) Mengukur eksposur dan pemusatan risiko; (5) Memastikan kepatuhan
syariah dalam pengelolaan zakat, khususnya mitigasi risiko.

Manajemen Risiko Pengelolaan Zakat


Tinjauan Umum Zakat 23

KERANGKA MANAJEMEN RISIKO


INSTITUSI ZAKAT
Manajemen Risiko Pengelolaan Zakat
24 Kerangka Manajemen Risiko Institusi Zakat

Bab berikut ini menjelaskan tahapan-tahapan manajemen risiko pada institusi zakat.
Tahapan-tahapan tersebut selanjutnya terbagi menjadi beberapa langkah yaitu meliputi
proses identikasi risiko, proses pengukuran risiko, proses pengembangan heatmap risiko
dan proses mitigasi risiko. Pembahasan masing-masing tahapan dapat dijabarkan dalam
penjelasan berikut.

MODEL MANAJEMEN RISIKO INSTITUSI ZAKAT


Zakat adalah salah satu instrumen yang memiliki nilai strategis dalam pembangunan
masyarakat suatu negara. Zakat merupakan instrumen sosial yang memiliki dampak
yang sangat signifikan apabila dikelola dengan baik dan profesional. Iqbal (2014)
mengelompokkan zakat sebagai pilar redistribusi (redistributive pillars) untuk membantu
golongan sangat miskin (extreme poor) dan golongan miskin (the poor) keluar dari
kemiskinan dan akhirnya menjadi terinklusi secara finansial (financially included). Oleh
karena itu, dalam pertemuan IDB Expert Meeting pada bulan Desember 2012 disepakati
untuk menjadikan instrumen tersebut sebagai bagian dari assessment terhadap stabilitas
sistem keuangan syariah suatu negara, dengan memperkenalkan satu terminologi baru
yang dikenal dengan nama Islamic social finance atau keuangan sosial syariah.

Hal tersebut dilakukan sebagai bagian dari kerangka Financial Sector Assessment
Program (FSAP) for Islamic Finance yang dikembangkan oleh IRTI-IDB (Muljawan, 2011).
Kerangka inilah yang diharapkan dapat menjadi acuan dalam menilai tingkat kesehatan
sistem keuangan syariah sekaligus menjadi acuan dalam mengidentifikasi sektor-sektor
dalam perekonomian yang berpotensi untuk memberikan dampak multiplier positif
terhadap perkembangan perekonomian, atau sebaliknya, menciptakan dampak sistemik
negatif apabila tidak dikelola dengan baik.

Dalam konteks inilah maka peran zakat menjadi sangat strategis. Apalagi jika dilihat
potensi ekonomi instrumen tersebut. Berdasarkan studi Firdaus, et al. (2012) terungkap
bahwa potensi zakat nasional mencapai angka Rp217 triliun atau setara dengan 3.40 persen
PDB Indonesia tahun 2010. Potensi tersebut terbagi menjadi tiga kelompok besar, yaitu
potensi zakat penghasilan individu (rumah tangga) yang mencapai angka Rp83 triliun,
potensi zakat perusahaan baik BUMN maupun swasta yang mencapai angka Rp117 triliun
dan potensi zakat tabungan yang mencapai angka Rp17 triliun. Sebagai perbandingan,
penelitian lain dari Public Interest Research & Advocacy (PIRAC) menyatakan bahwa potensi
zakat Indonesia adalah sekitar Rp20 triliun per tahun, sementara ADB memprediksi Rp100
triliun per tahun.

Meski potensi zakat mencapai angka Rp217 triliun, namun dari sisi penghimpunan
riil, jumlah zakat yang berhasil dikumpulkan oleh BAZNAS dan LAZ resmi di seluruh
Indonesia belum mencapai angka yang optimal. Berdasarkan data resmi Badan Amil Zakat
Nasional (BAZNAS), diketahui bahwa penghimpunan zakat nasional baru mencapai angka
Rp6 triliun pada tahun 2017 berdasarkan Statistik Zakat Nasional 2017 (BAZNAS, 2018b).
Angka ini mengalami peningkatan signifikan dari tahun 2002, dimana penghimpunan
saat itu baru mencapai angka Rp68 miliar. Namun jika dibandingkan dengan total potensi,
maka kesenjangan antara potensi dengan penghimpunan ini masih sangat besar. Zakat

Manajemen Risiko Pengelolaan Zakat


Kerangka Manajemen Risiko Institusi Zakat 25

yang terhimpun masih kurang dari lima persen dibandingkan dengan total potensinya.

Tentu ada banyak faktor yang menyebabkan belum optimalnya pemanfaatan


instrumen zakat dalam pembangunan nasional. Diantara faktor utama penyebabnya
adalah masih lemahnya tata kelola perzakatan yang berujung pada belum optimalnya
sistem pengelolaan zakat nasional. Tidak hanya itu, persoalan tata kelola ini juga dihadapi
pada tingkat global. Untuk itu, sejak Agustus 2014 muncul gagasan untuk memformulasikan
suatu dokumen yang dapat menjadi referensi pengelolaan zakat internasional dengan
tujuan agar instrumen zakat ini dapat ditingkatkan pengelolaannya. Gagasan ini kemudian
diimplementasikan dalam bentuk kegiatan International Working Group on Zakat Core
Principles (IWG ZCP) yang diinisiasi oleh BAZNAS, Bank Indonesia dan Islamic Development
Bank (IDB) untuk merumuskan ZCP.

Hingga saat ini, kegiatan IWG ZCP telah dilaksanakan sebanyak empat kali, dan telah
menghasilkan draft dokumen yang terdiri dari 6 dimensi dan 18 prinsip utama pengelolaan
zakat dunia. Keenam dimensi tersebut adalah dasar hukum pengelolaan zakat, supervisi
zakat, tata kelola zakat, fungsi intermediasi, manajemen risiko, dan kepatuhan syariah.
Keenam dimensi tersebut merupakan hal-hal yang sangat mendasar dan fundamental yang
harus diperbaiki jika ingin tata kelola sistem perzakatan suatu negara ingin ditingkatkan
dan dioptimalkan. Dari dua dimensi, yaitu tata kelola zakat dan manajemen risiko, telah
menghasilkan draft dokumen Technical Notes on Risk Management for Zakat Institution dan
Good Amil Governance. Kegiatan ini telah diikuti oleh sejumlah otoritas dan lembaga zakat
dari berbagai negara seperti Indonesia, Malaysia, Singapura, Arab Saudi, India, Pakistan,
Bangladesh, Sudan, Turki, Afrika Selatan, PBB, World Zakat Forum dan Bank Dunia.

Diantara komponen penting pada pembahasan Zakat Core Principles (ZCP) adalah
adanya aspek manajemen risiko pada pengelolaan zakat. Manajemen risiko ini merupakan
hal yang sangat baru di dunia Islamic social finance dan belum ada rumusan yang bersifat
kongkrit yang dapat dijadikan sebagai rujukan. Manajemen risiko selama ini dipelajari
dan berkembang pada perusahaan-perusahaan yang bersifat komersial, termasuk pada
industri keuangan syariah komersial, seperti perbankan syariah. Sementara pada lembaga
zakat, aspek manajemen risiko ini belum banyak mendapat perhatian dan pembahasan
para penggiat zakat dunia sampai kemudian hal tersebut didiskusikan dalam pertemuan
IWG ZCP. Dalam dokumen ZCP, jenis risiko yang telah diidentifikasi dapat dikelompokkan
menjadi empat, yaitu risiko reputasi dan kehilangan muzaki, risiko penyaluran zakat, risiko
operasional, dan risiko transfer zakat antar negara.

Fase dalam memodelkan manajemen risiko pada institusi zakat terdiri dari lima
(5) tahapan. Fase pembentukan konteks, identifikasi risiko, pengukuran risiko, evaluasi
risiko dan perlakuan terhadap risiko. Fase pertama dimulai dengan pembentukan konteks
yang diidentifikasi dari kajian pustaka dan wawancara mendalam dengan para praktisi
yang paham dengan lingkungan internal entitas institusi zakat serta dilanjutkan dengan
penetapan tujuan.

Fase kedua yaitu pengidentifikasian risiko dan dampaknya. Dimulai dengan penentuan
kelompok atau cluster risiko sehingga mempermudah penulis dalam pengidentifikasian

Manajemen Risiko Pengelolaan Zakat


26 Kerangka Manajemen Risiko Institusi Zakat

risiko dan dampaknya, kemudian dilanjutkan dengan konfirmasi temuan risiko dan
dampaknya kepada praktisi entitas terkait.

Fase ketiga merupakan fase pengukuran risiko. Dalam fase ini dapat menggunakan
beberapa kriteria dan skala pengukuran yang sesuai dengan kebutuhan dalam institusi
zakat. Dalam fase ini akan mengukur tingkat kemungkinan, dampak, kerentanan dan
kecepatan terjadinya risiko. Pengukuran risiko dan dampaknya dilakukan oleh entitas
terkait yang memahami permasalahan entitas. Data-data yang berhasil dikumpulkan
selanjutnya diolah dalam tahapan pengolahan data. Pengolahan data juga dilakukan
dengan beberapa metode yang sesuai. Karena menggunakan empat kriteria pengukuran,
maka model manajemen risiko akan menghasilkan sebuah peta tingkat risiko yang disebut
heatmap manajemen risiko.

Fase keempat adalah evaluasi risiko. Setelah mendapatkan tingkat risiko berdasarkan
penilaian atas tingkat kemungkinan, dampak, kerentanan dan kecepatan terjadinya risiko,
kemudian dilanjutkan dengan analisis prioritas risiko dan dampaknya. Sebelum hasil akhir
dapat dijadikan dasar dalam pembuatan implikasi manajerial, maka dilakukan validasi hasil
kepada praktisi entitas terkait.

Fase terakhir yaitu perlakuan terhadap risiko. Manajer entitas terkait memegang
peranan penting dalam mengidentifikasi mitigasi risiko yang sesuai dengan tingkat risiko
dan dampaknya. Tahapan manajemen risiko institusi zakat ini selengkapnya dapat dilihat
pada gambar berikut ini:

PHASE 1 Literature Review In-depth In. & FGD


INFORMATION & COMMUNICATION

Context Establishment Internal Environt. Objective Setting

PHASE 2 Risk Impact Categorization


Risk Identification Risk Impact Validation
MONITORING
PRACTITIONER
RESEARCHER

Likelihood (L) Impact (I)


PHASE 3 Vulnerability (V) Speed of Onset (S)
Risk Assessment
Risk Mapping (Heat Map)

PHASE 4 Risk Impact Analyzing


Risk Evaluation Result Validation

PHASE 5 Risk Mitigation


Risk Treatment Result & Interpretation

Sumber: Penulis

Gambar 2 : Tahapan Manajemen Risiko menggunakan ERM COSO Modifikasi

Manajemen Risiko Pengelolaan Zakat


Kerangka Manajemen Risiko Institusi Zakat 27

PROSES IDENTIFIKASI MANAJEMEN RISIKO INSTITUSI ZAKAT


Tidak mudah mengidentifikasi risiko organisasi nonprofit dan mitigasinya, karena
semua risiko terhubung hampir ke semua aspek pembuatan keputusan organisasi. Terdapat
beberapa literatur yang fokus pada identifikasi risiko lembaga non profit. Beberapa studi
ini meliputi Godfrey (1996), Herman et al (2003), Bertrand dan Brown (2006), Young (2009),
Carter dan Demcruz (2013), Benjamin et al (2014) dan Clontz dan Havens (2015). Berdasarkan
literatur tersebut, maka identifikasi risiko lembaga zakat banyak merujuk pada identifikasi
risiko lembaga nonprofit.

Kajian yang fokus pada identifikasi risiko lembaga zakat masih sangat terbatas.
Dua tahun terakhir, Bank Indoensia dan Badan Amil Zakat Nasional (BAZNAS) telah
menyelenggarakan International Working Group on Zakat Core Principle (IWGZCP)
tahap pertama dan kedua. Pada IWGZCP pertama, salah satu hasilnya disepakati bahwa
terdapat empat jenis risiko yang telah teridentifikasi dalam lembaga zakat. Risiko tersebut
meliputi risiko reputasi dan kurangnya kepercayaan masyarakat, risiko penyaluran, risiko
operasional dan kepatuhan syariah, serta risiko transfer antar negara. Sementara IWGZCP
kedua, salah satu pembahasannya adalah mengenai Technical Note dalam manajemen
risiko lembaga zakat. Berdasarkan pembagian empat kategori risiko di atas, dibahas lebih
lanjut tentang berbagai kemungkinan pengembangan jenis risiko yang dapat terjadi,
definisi masing-masing risiko serta indikator risiko tersebut. Fakta bahwa Bank Indonesia
dan BAZNAS telah memperluas fokus manajemen risiko lembaga zakat menunjukkan
pentingnya kajian ini.

Setiap organisasi, baik profit maupun nonprofit, menghadapi risiko berbeda-beda.


Salah satu contohnya walaupun berorientasi sosial, beberapa organisasi nonprofit masih
memiliki risiko komersial. Sementara lembaga amal tidak menunjukkan kemungkinan
adanya risiko komersial. Akan tetapi, hal ini juga dapat terjadi pada lembaga amal,
misalnya risiko korporatisasi lembaga. Berdasarkan identifikasi risiko yang beragam,
maka setiap lembaga harus merencanakan dan melaksanakan mitigasi berbeda untuk
menangani setiap risiko tersebut.

Untuk mengidentifikasi risiko lembaga zakat, termasuk dampak yang


ditimbulkannya, menganalisis mitigasi risiko pengelolaan zakat serta merancang
konsep manajemen risiko pengelolaan zakat, maka menggunakan metode Enterprise
Risk Management (ERM) dengan pendekatan Committee of Sponsoring Organizations
of the Treadway Commission (COSO) modifikasi. Teknik analisis data dalam ERM COSO
modifiaksi adalah pengembangan dari ERM COSO yang meliputi proses identifikasi risiko,
pengukuran dan pemetaan risiko, pengelolaan risiko dan perencanaan strategi mitigasi
risiko dalam manajemen organisasi pengelola zakat.

Langkah pertama dalam manajemen risiko adalah mengidentifikasi risiko-risiko yang


ada di institusi zakat. Dengan melakukan identifikasi, institusi zakat dapat memperoleh
sekumpulan informasi tentang frekuensi terjadinya risiko, informasi mengenai dampak
apa saja yang dapat ditimbulkan oleh risiko tersebut, tingkat kecepatan terjadinya risiko
bahkan tingkat kerentanan institusi zakat dalam menangani risiko tersebut.

Manajemen Risiko Pengelolaan Zakat


28 Kerangka Manajemen Risiko Institusi Zakat

Pada dasarnya, identifikasi risiko dapat dilakukan dengan bertanya kepada


ahlinya. Pendapat ahli dapat diperoleh dengan cara wawancara mendalam (indepth
interview) depada satu orang, sekelompok orang, atau melalui diskusi kelompok (Focus
Group Discussion). Pihak yang diwawancarai atau dilibatkan dalam FGD adalah mereka
yang dianggap ahli. Dalam konteks identifikasi risiko institusi zakat, terdapat beberapa
kriteria untuk disebut ahli. Pertama, mereka yang secara rutin bergelut atau menangani
pengelolaan zakat, misalnya staf divisi penghimpunan zakat mengenai risiko dalam
menghimpun zakat. Kedua, mereka yang berpengaruh atau dapat mempengaruhi
kebijakan strategis institusi zakat, misalnya pimpinan institusi zakat.

IDENTIFIKASI RISIKO ERM COSO MODIFIKASI

STRATEGIC Risiko Risiko


Strategis Korporatisasi

EDUCATION Risiko Edukasi

OPERATIONS Risiko Risiko Risiko Amil & Risiko Muzakki Risiko


Zakat
Transfer
antar
Operasional Properti Relawan & Mustahik Neg.

REPORTING Risiko
Pelaporan

COMPLIANCE Risiko Hukum Risiko


Kepatuhan

PENGUKURAN & MITIGASI RISIKO


Sumber: Penulis
Gambar 3 : Identifikasi Risiko-Risiko Institusi Zakat

Identifikasi risiko OPZ dengan ERM COSO Modifikasi dapat terbagi menjadi 11
(sebelas) jenis risiko, yang dijabarkan lagi ke dalam 36 sub-jenis risiko, dan akhirnya
teridentifikasi 405 risiko.

Risiko OPZ dapat dikategorikan ke dalam lima kategori risiko, yaitu strategis,
edukasi, operasional, pelaporan dan kepatuhan. Masing-masing kategori risiko terdiri
dari beberapa jenis risiko.

Sumber risiko institusi zakat terdiri dari sebelas jenis risiko, yaitu risiko strategis,
korporatisasi, edukasi, operasional, properti, amil dan relawan, muzaki dan mustahik,
transfer zakat antar negara, pelaporan, hukum, dan risiko kepatuhan institusi zakat. Risiko
strategis terdiri dari risiko visi misi, pencapaian tujuan dan risiko reputasi. Risiko edukasi
yang terdiri dari risiko edukasi eksternal yang berasal dari masyarakat, pemerintah dan
pihak eksternal lainnya serta edukasi internal institusi zakat.

Manajemen Risiko Pengelolaan Zakat


Kerangka Manajemen Risiko Institusi Zakat 29

Sementara risiko operasional terdiri dari risiko dana pengimpunan, dana penyaluran,
dana produktif, penghimpunan zakat, pengelolaan dana zakat, penyaluran zakat,
infrastruktur jaringan/IT, kerjasama mitra, pengembangan program, kepemimpinan,
kompetisi, dan kejahatan/penipuan. Risiko amil dan relawan yang terdiri dari risiko tata
kelola amil dan risiko pengelolaan relawan, Risiko properti terdiri dari risiko manusia,
ekonomi dan bencana alam. Risiko Mustahik dan Muzaki terdiri dari risiko Muzaki,
kehilangan Muzaki, kepuasan Muzaki, risiko Mustahik, kehilangan Mustahik, kepuasan
Mustahik dan risiko kode etik. Sedangkan risiko kepatuhan terdiri dari risiko kepatuhan
syariah dan kepatuhan regulasi.

PROSES PENGUKURAN MANAJEMEN RISIKO INSTITUSI ZAKAT


Saat ini terdapat beberapa standar manajemen risiko di dunia yang dapat dijadikan
acuan, misalnya Australia/New Zealand menggunakan AS/NZS 4360: 1994/1999/2004, Inggris
menggunakan AIRMIC/ALARM/IRM: 2002, Amerika Serikat menggunakan ERM COSO: 2004
serta secara Internasional dapat juga menggunakan ISO 31000: 2009. Walaupun disusun
dengan tujuan serupa, berbagai standar tersebut memiliki perbedaan dalam berbagai
aspek dan komponennya. Berdasarkan kajian terhadap beberapa kajian terdahulu, salah
satu referensi utama penerapan manajemen risiko yang sering diadopsi oleh entitas yang
berorientasi nonprofit di berbagai belahan dunia, yaitu ERM Committee of Sponsoring
Organizations of the Treadway Commission (COSO). ERM COSO menyediakan panduan
penerapan manajemen risiko dalam rangka meningkatkan efisiensi dan efektivitas
penggunaan sumber daya dalam mencapai tujuan entitas.

Konsep dasar adanya enterprise risk management (ERM) adalah bahwa setiap
entitas, yang berorientasi profit maupun nonprofit atau entitas pemerintahan, didirikan
untuk meningkatkan nilai bagi pihak yang berkepentingan dan memiliki peranan
strategis dalam keberhasilan entitasnya. Setiap entitas tersebut pasti akan menghadapi
ketidakpastian dan risiko-risiko yang akan memperlemah atau memperkuat nilai entitas.
ERM menurut Lam (2003:45) merupakan kerangka yang komprehensif, terintegrasi, untuk
mengelola risiko kredit, risiko pasar, modal ekonomis, transfer risiko, untuk meningkatkan
nilai entitas. Pembahasan ERM adalah tentang mengintegrasikan manajemen risiko
dengan proses manajemen inti, sehingga mampu meningkatkan kinerja entitas.

ERM didefinisikan dengan sangat komprehensif oleh Committee of Sponsoring


Organizations of the Treadway Commission (COSO) dalam Enterprise Risk Management
Integrated Framework (2004). ERM didefinisikan sebagai suatu proses yang dipengaruhi
oleh Board of Directors, manajemen dan personil lain dalam entitas, diterapkan dalam
pembentukan strategi dan seluruh bagian perusahaan, dirancang untuk mengidentifikasi
potensi kejadian yang dapat mempengaruhi entitas dan mengelola risiko sesuai dengan
risk appetite entitas, untuk memberikan kepastian terhadap pencapaian tujuan entitas
(COSO, 2004a).

ERM bukan merupakan peristiwa atau keadaan, tetapi serangkaian proses atau
tindakan yang terintegrasi dalam kegiatan entitas. ERM dipengaruhi oleh jajaran direktur,
manajemen, dan personil yang lain untuk mencapai tujuan yang bersifat menyeluruh di

Manajemen Risiko Pengelolaan Zakat


30 Kerangka Manajemen Risiko Institusi Zakat

setiap tingkat dan unit entitas. ERM dirancang untuk mengidentifikasi peristiwa-peristiwa
potensial yang mempengaruhi entitas dan mengelola risiko agar tetap berada dalam risk
appetite entitas tersebut. Tujuan ERM adalah untuk memberikan reasonable assurance
atau kepastian secara wajar bagi manajemen dan pengurus entitas terkait dengan
pencapaian tujuan.

Kerangka kerja ERM merupakan pengintegrasian prinsip, terminologi, pedoman,


ukuran, budaya, manajemen entitas, dan atribut lainnya yang akan mendukung program
entitas dalam mengembangkan nilai entitas (COSO, 2004b). Kerangka kerja ERM
memberikan kesempatan kepada manajemen untuk mengelola risiko yang terjadi sesuai
dengan kondisi budaya masing-masing perusahaan dalam rangka peningkatan nilai
entitasnya.

Sehingga dapat disimpulkan bahwa ERM merupakan metode dan proses yang
digunakan oleh entitas untuk mengelola risiko dan menangkap peluang yang terkait
dengan pencapaian tujuannya. ERM menyediakan kerangka kerja untuk manajemen
risiko, diawali dengan identifikasi peristiwa tertentu atau situasi yang relevan dengan
tujuan organisasi, penilaian dalam hal kemungkinan dan besarnya dampak, penentuan
strategi respon, dan pemantauan kerangka kerja. Dengan mengidentifikasi dan proaktif
menangani risiko dan peluang, suatu entitas dapat melindungi dan menciptakan nilai
bagi para pemangku kepentingan, termasuk pemilik, karyawan, pelanggan, regulator,
dan masyarakat secara keseluruhan.

Menurut COSO (2004a) terdapat 4 (empat) tujuan entitas dalam proses manajemen,
yaitu tujuan strategis, operasional, pelaporan dan kepatuhan. Tujuan strategis berkaitan
dengan sasaran-sasaran jangka panjang, mendukung dan sejalan dengan visi misi
entitas. Tujuan operasional berkaitan dengan penggunaan sumber daya secara efektif
dan efisien. Tujuan pelaporan berkaitan dengan keefektifan pelaporan entitas sehingga
menghasilkan laporan yang dapat dipercaya, meliputi pelaporan internal dan eksternal.
Tujuan kepatuhan berkaitan dengan pemenuhan hukum dan aturan yang berlaku dalam
entitas.

Tujuan entitas dalam proses manajemen yang saling berkaitan tersebut harus
diintegrasikan dengan komponen-komponen dalam manajemen risiko. Menurut
COSO (2004a) terdapat delapan (8) komponen ERM, yaitu: lingkungan internal,
penetapan tujuan, identifikasi kejadian, asesmen risiko, respon terhadap risiko, aktivitas
pengendalian, informasi dan komunikasi serta pemantauan. Kerangka model ERM COSO
menggambarkan bagaimana integrasi tersebut terjadi, yaitu hubungan antara komponen
ERM dengan tujuan-tujuan entitas (strategis, operasi, pelaporan, dan kepatuhan) serta
level-level (entitas, divisi, unit bisnis, dan cabang) seperti yang diberikan COSO dapat kita
lihat dalam gambar 4.

Manajemen Risiko Pengelolaan Zakat


Kerangka Manajemen Risiko Institusi Zakat 31

L N N
E GI O NA RA HA
T I O U
RA AS AP PA
T
ST P ER P EL K E
O

CABANG
UNIT BISNIS
Lingkungan Internal

LEVEL ENTITAS
Penetapan Tujuan

DIVISI
Identifikasi Kejadian
Asesmen Risiko
Respon terhadap Risiko
Aktivitas Pengendalian
Informasi & Komunikasi
Pemantauan

Gambar 4 : Kerangka ERM COSO

Menurut COSO (2004a), terdapat delapan komponen yang saling terkait. Komponen-
komponen tersebut diperoleh dari pelaksanaan aktivitas oleh manajemen dan terintergrasi
dengan proses manajemen. Komponen-komponen tersebut adalah: lingkungan internal,
penetapan tujuan, identifikasi kejadian, asesmen risiko, respon terhadap risiko, aktivitas
pengendalian, informasi dan komunikasi serta pemantauan.

Seperti yang telah dikerangkakan oleh ERM COSO (2004a) bahwa sebuah entitas
akan diarahkan untuk mencapai tujuannya yang ditetapkan dalam empat katagori, yaitu
strategis, operasional, pelaporan dan kepatuhan. Begitu pula dengan institusi zakat.
Dalam konteks penetapan misi atau visi, manajemen akan menetapkan tujuan strategis,
memilih strategi dan menyelaraskan objektivitas yang ingin dicapai oleh institusi zakat
terkait.

Namun demikian, permasalahan yang terjadi pada OPZ saat ini adalah belum
optimalnya penghimpunan instrumen zakat dimana terjadi gap antara potensi dan
realisasi penghimpunan dana zakat. Salah satu faktor utama penyebabnya yaitu kurangnya
informasi (edukasi) tentang zakat kepada masyarakat, termasuk di dalamnya adalah
pemerintah bahkan internal institusi zakat yang terkait. Dengan demikian, diharapkan
manajemen institusi zakat juga akan menetapkan tujuan edukasi sebagai sasaran jangka
panjang dan sejalan dengan visi misi OPZ.

Minimnya pengetahuan masyarakat tentang zakat menyebabkan masyarakat


awam kurang peduli terhadap sosialisasi zakat, tidak membayar zakat, semakin tinggi
gap dengan lingkungan sosial sekitarnya. Beberapa pemahaman seperti zakat maal, zakat
profesi, keterkaitan dengan pajak, berzakat melalui amil (BAZNAS dan LAZ), serta asnaf
zakat menjadi isu-isu utama dalam sosialisasi masyarakat umum.

Manajemen Risiko Pengelolaan Zakat


32 Kerangka Manajemen Risiko Institusi Zakat

I AL AN
E GI AS ON R H AN
T K S I O U
RA EDU RA AP T
ST P E P EL E PA
O K

CABANG
UNIT BISNIS
Lingkungan Internal

LEVEL ENTITAS
Setting Objek

DIVISI
Identifikasi Event
Pengukuran Risiko
Reaksi terhadap Risiko
Aktivitas Kontrol
Komunikasi & Informasi
Pengawasan

Gambar 5 : Kerangka ERM COSO Modifikasi

Tujuan edukasi zakat ini perlu dilakukan bersama oleh berbagai pihak. Seperti
melibatkan ulama dan pemerintah, tidak hanya lembaga zakat itu sendiri. Jika lembaga-
lembaga zakat sudah bersikap transparan dan akuntabel dalam pengelolaan zakat serta
sumber daya manusia yang dimiliki untuk mengelola dana umat pun berkualitas sementara
tidak ada dukungan dari pemerintah untuk mengokohkan aturan-aturan perzakatan,
maka sinergitas pemerintah dengan pengelola zakat dapat berpeluang tidak berjalan
dalam track yang sama bahkan saling tumpang tindih, bertabrakan maupun overlapping.

Dengan kondisi ini, maka pengembangan kerangka kerja ERM COSO dengan
menambahkan tujuan edukasi menjadi sangat penting dan strategis. Tujuan edukasi
merupakan tujuan antara yang menjembatani tujuan strategis dan tujuan operasi institusi
zakat. Entitas pengelola zakat tidak hanya diarahkan untuk mencapai tujuan strategis,
operasional, pelaporan, kepatuhan, melainkan juga diarahkan untuk mencapai tujuan
edukasi. Sehingga kerangka kerja ERM COSO modifikasi telah menyediakan panduan
yang lebih lengkap dan terstuktur agar penerapan manajemen risiko institusi zakat tetap
dijalur sehingga sasaran yang diinginkan tersebut dapat dicapai.

Selain mengembangkan tujuan entitas dalam kerangka kerja ERM COSO Modifikasi,
Penulis juga mengidentifikasi kelemahan dalam penggunaan dua kriteria pengukuran
tingkat risiko. Tingkat risiko tidak hanya diukur dari dua dimensi semata, yaitu tingkat
kemungkinan (likelihood, L) dan besaran dampak (impact, I). Risiko dengan frekuensi
rendah dan tidak berdampak malapetaka jika dibarengi dengan tingkat kecepatan
terjadinya risiko yang terjadi sangat cepat (seketika) tanpa atau minim peringatan maka
akan berdampak besar bagi entitas. Sehingga tingkatan risiko juga dapat bergantung
pada tingkat kecepatan terjadinya risiko terkait. Sama halnya dengan jika risiko dengan
frekuensi rendah dan tidak berdampak malapetaka, belum tentu entitas terkait memiliki
kemampuan mitigasi risiko yang baik sehingga kemungkinan entitas berhasil sangat
rendah karena solusi yang ditawarkan tidak efektif. Hal ini pun akan berdampak besar

Manajemen Risiko Pengelolaan Zakat


Kerangka Manajemen Risiko Institusi Zakat 33

bagi entitas. Sehingga tingkatan risiko juga dapat bergantung pada tingkat kerentanan
entitas tersebut.

Maka dalam pengukuran risiko institusi zakat akan ditambahkan dua kriteria lain
yaitu tingkat kerentanan (vulnerability, V) dan kecepatan (speed of onset, S) terjadinya
risiko tersebut. Sehingga kriteria penilaian tingkat risiko dalam kajian ini berdasarkan
pada tingkat kemungkinan (likelihood, L), besaran dampak (impact, I), tingkat kerentanan
(vulnerability, V) dan kecepatan (speed of onset, S) terjadinya risiko tersebut.

Adapun skala pengukuran manajemen risiko OPZ dapat digambarkan dalam tabel
berikut:

Tabel 3 : Skala Pengukuran Tingkat Kemungkinan (Likelihood)

Tabel 4 : Skala Pengukuran Dampak (Impact)

Manajemen Risiko Pengelolaan Zakat


34 Kerangka Manajemen Risiko Institusi Zakat

Tabel 5 : Skala Pengukuran Tingkat Kerentanan (Vulnerability)

Tabel 6 : Skala Pengukuran Tingkat Kecepatan (Speed of Onset) Terjadinya Risiko

MENGEMBANGKAN HEATMAP RISIKO INSTITUSI ZAKAT


Pengukuran risiko insititusi zakat berbeda dengan pengukuran risiko pada institusi
komersial maupun institusi sosial lainnya. Karena menggunakan beberapa kriteria
dan skala pengukuran digunakan untuk mengidentifikasi risiko, maka dibutuhkan
pemetaan tingkat risiko, dikenal dengan heatmap. Heatmap ERM COSO Modifikasi
merupakan representasi grafis dari berbagai data risiko yang terkandung dalam matriks
direpresentasikan sebagai tingkatan warna yang bermakna. Heatmap ERM COSO
Modifikasi digambarkan dengan tampilan 2D yang menggambarkan berbagai informasi
dari jenis risiko institusi zakat. Berikut pemetaan risiko dengan menggunkan Heatmap
berdasarkan 4 (empat) kategori area risiko.

Manajemen Risiko Pengelolaan Zakat


Kerangka Manajemen Risiko Institusi Zakat 35

Gambar 6 : Heatmap ERM COSO Modifikasi bagi Institusi Zakat

Berdasarkan kecenderungan peluang terjadinya risiko dan dampak yang


diakibatkan, heatmap ERM COSO Modifikasi terbagi menjadi empat tingkatan penerimaan
risiko. Mulai dari tingkat yang sangat tinggi sampai dengan tingkat yang sangat rendah,
digunakanlah 4 (empat) warna untuk mempermudah dalam melakukan pembeda pada
setiap area risiko. Setiap warna menunjukan besarnya risiko, yaitu menggunakan warna
merah untuk area risiko ekstrim, warna orange untuk area risiko tinggi, warna kuning
untuk area risiko biasa dan warna hijau untuk area risiko rendah. Berikut empat tingkatan
risiko tersebut.

Tabel 7 : Klasifikasi Tingkat Risiko pada Heatmap ERM COSO Modifikasi

Klasifikasi Tingkat Risiko (TR)


Risiko Ekstrim (Extreme Risk): Risiko yang tidak dapat ditoleransi, sehingga
membutuhkan tindakan segera oleh manajemen senior
Risiko Tinggi (High Risk): Risiko yang sebaiknya dihindari, sehingga membutuhkan
perhatian oleh manajemen senior
Risiko Sedang (Moderate Risk): Risiko yang dapat diterima namun risiko ini perlu
dikelola, sehingga menugaskan manajemen untuk bertanggung jawab
Risiko Rendah (Low Risk): Risiko yang tidak perlu dipertimbangkan karena
dampaknya kecil, sehingga cukup dengan prosedur rutin

Manajemen Risiko Pengelolaan Zakat


36 Kerangka Manajemen Risiko Institusi Zakat

Secara keseluruhan, heatmap ERM COSO Modifikasi terbentuk dari matriks berskala
7 (tujuh), baik skala frekuensi terjadinya risiko dan dampak risiko, dan terbagi menjadi 4
(empat) tingkatan risiko serta direpresentasikan dengan warna yang berbeda.

PROSES MITIGASI RISIKO INSTITUSI ZAKAT


Tahapan dalam proses manajemen risiko berikutnya adalah perencanaan strategi
mitigasi terhadap risiko yang telah terukur. Strategi mitigasi merupakan tindakan yang
berupa teknik, proses, prosedur untuk mengurangi dampak risiko yang mungkin muncul
dalam aktivitas entitas. Manajemen, dalam meminimalisir kerugian yang ditimbulkan oleh
risiko, wajib membangun perencanaan strategi mitigasi risiko. Secara garis besar, mitigasi
risiko pada institusi zakat dapat dibagi menjadi lima tingkatan tanggapan terhadap risiko,
mulai dari tanggapan yang sederhana hingga tanggapan yang membutuhkan sistem
secara kompleks.

Penjabaran kelima tanggapan tersebut antara lain: (1) Menghilangkan risiko institusi
zakat dengan menghapus bahaya tertentu yang muncul dari aktivitas terkait institusi zakat
sehingga risiko tersebut tidak lagi menjadi ancaman bagi institusi zakat; (2) Mengambil
tindakan untuk tidak melakukan aktivitas yang memungkinkan terjadinya risiko
sehingga institusi zakat lebih berhati-hati dalam mengelola dana zakat; (3) Mengurangi
kemungkinan terjadinya suatu risiko dan dampak kerusakan yang dihasilkan oleh suatu
aktivitas dalam institusi zakat dengan memindahkan risiko yang muncul kepada pihak
lainnya; (4) Mengurangi kemungkinan terjadinya suatu risiko dan dampak risiko dengan
membagi risiko institusi zakat dengan pihak lain di luar institusi zakat; serta (5) proses
mitigasi risiko yang terakhir ialah menerima risiko tersebut sebagai bagian penting dari
aktivitas pengelolaan zakat.

Manajemen Risiko Pengelolaan Zakat


Kerangka Manajemen Risiko Institusi Zakat 37

MANAJEMEN RISIKO
INSTITUSI ZAKAT
Manajemen Risiko Pengelolaan Zakat
38 Manajemen Risiko Institusi Zakat

Bab berikut ini menjelaskan tentang hasil pengukuran risiko di Lembaga Amil
Zakat. Dalam rangka mempermudah dalam melakukan pengelolaan risiko pada
institusi zakat, maka pada setiap jenis risiko institusi zakat digunakan heatmap
risiko. Pembahasan masing-masing heatmap dan prioritas risiko institusi zakat
dapat dijabarkan dalam penjelasan berikut, dan secara rinci dapat dilihat di
lampiran buku ini.

RISIKO STRATEGIS
Institusi zakat, sebagai organisasi nonprofit, senantiasa dihadapkan pada
berbagai permasalahan sejak awal berdirinya dan terus ada seiring berjalannya
kegiatan institusi zakat, sebagaimana organisasi komersil. Untuk itu, institusi zakat
memerlukan perumusan strategis yang matang dan dapat dieksekusi secara tepat
untuk dapat bertahan dalam keberlangsungannya.

Risiko strategis didefinisikan sebagai risiko yang terpisah dari risiko lainnya.
Risiko strategis menurut Peraturan Bank Indonesia (PBI) nomor 13/23/PBI/2011 adalah
risiko akibat ketidaktepatan dalam pengambilan dan/atau pelaksanaan suatu
keputusan strategis serta kegagalan dalam mengantisipasi perubahan lingkungan
bisnis. Tidak peduli seberapa baik pengelolaan risiko operasional dilakukan, jika
salah dalam mengidentifikasi risiko strategis maka sama dengan menyiapkan
kegagalan dalam bisnisnya. Dengan demikian, pengelolaan risiko strategis lebih
berada di tataran manajemen puncak, sementara risiko operasional dikelola oleh
manajer teknis yang mengetahui kegiatan operasional sehari-hari di lapangan.

Risiko strategis pada institusi zakat merupakan risiko yang terkait dengan
keputusan institusi zakat dalam jangka panjang yang terletak dalam kendali
manajer puncak. Risiko strategis bersifat menyeluruh karena dapat berdampak pada
seluruh kebijakan institusi zakat. Risiko strategis pada institusi zakat umumnya
timbul, antara lain karena institusi zakat menetapkan strategi yang kurang sejalan
dengan visi misi institusi zakat, melaksanakan strategi institusi zakat yang tidak
komprehensif, mengambil keputusan yang tidak tepat, kurang responsifnya institusi
zakat terhadap perubahan-perubahan eksternal dan/atau terdapat ketidaksesuaian
rencana strategis antarlevel dalam organisasi. Selain itu, risiko strategis juga dapat
muncul karena kegagalan dalam mengantisipasi perubahan teknologi, kondisi
ekonomi makro, persaingan antarorganisasi dan perubahan kebijakan otoritas
terkait. Indikasi dari risiko strategis ini dapat dilihat dari kegagalan institusi zakat
dalam mencapai target bisnis yang telah ditetapkan.

Risiko Visi Misi


Perumusan visi misi institusi zakat yang kurang tepat amat krusial dampaknya
terhadap terjadinya risiko strategis. Risiko visi misi merupakan kondisi yang dialami
oleh institusi zakat yang disebabkan karena tidak tercapainya visi misi lembaga.
Hal ini setidaknya dapat terjadi karena kegagalan lembaga dalam menjalankan
visi misi, ketiadaan alat ukur pencapaian visi misi, dan/atau ketidakpahaman

Manajemen Risiko Pengelolaan Zakat


Manajemen Risiko Institusi Zakat 39

masyarakat tentang institusi zakat dan aktivitasnya untuk mencapai visi dan
misi yang dimaksud. Kegagalan institusi zakat dalam menjalankan visi misi akan
menyebabkan lembaga tidak mempunyai dasar yang jelas.

Gambar 7 : Heatmap Risiko Visi Misi

Risiko-risiko yang termasuk dalam risiko visi misi terdiri atas 16 risiko. Berdasarkan analisis
deskriptif yang telah dilakukan terhadap pelaku institusi zakat, diperoleh penilaian risiko
untuk risiko-risiko tersebut seperti terlihat pada tabel di bawah ini:

Tabel 8 : Prioritisasi Risiko Visi Misi, Dampak dan Mitigasinya

Identifikasi Risiko
Kode L I V S Dampak Mitigasi
Visi Misi

(1)Penetapan standar
(1)Ketidaktahuan
pengukuran kesehatan
Belum adanya OPZ atas kondisi
OPZ secara internal;
ukuran-ukuran kesehatannya; (2)
14 5.0 5.9 4 2 (2)Bersama-sama OPZ
‘tingkat kesehatan’ Kegagalan kinerja OPZ;
lainnya menyusun
OPZ (3)Dapat merugikan
standar baku tingkat
masyarakat
kesehatan OPZ

Manajemen Risiko Pengelolaan Zakat


40 Manajemen Risiko Institusi Zakat

Identifikasi Risiko
Kode L I V S Dampak Mitigasi
Visi Misi

Masyarakat belum (1)Masyarakat kurang


peduli terhadap OPZ; (1)Melakukan sosialisasi
paham tentang masif & efektif kepada
OPZ & apa yang (2)Menurunkan masyarakat luas;
13 5.5 5.3 4 2
dikerjakan untuk kepercayaan masyarakat;
mencapai visi dan (2)Program dan survei
(3)Menghambat (umpan balik) OPZ
misinya perkembangan OPZ

(1)Pengendalian atas
(1)Membingungkan pembangunan visi misi
manajemen dan Amil; OPZ;
Visi dan misi OPZ
3 3.8 5.3 4 2 (2)Tujuan dan program (2)Mereview & menyusun
kurang jelas
kerja menjadi kurang kembali visi misi;
jelas (3)Kajian ulang &
menguji ke stakeholder

(1)Menerapkan
manajemen yang sehat;
OPZ belum dapat (1)OPZ belum menjadi
pilihan masyarakat; (2) Mewujudkan GAG;
menjadi lembaga
15 4.8 6.0 3 2 (3)Melakukan
zakat profesional & (2) Menurunkan
terpercaya kepercayaan masyarakat improvement dengan
standar mutu layanan
yang sudah ditetapkan

(1)Rendahnya dedikasi (1)Breakdown visi misi


Amil tidak/kurang Amil; menjadi KPI sebelum
memahami/ penyusunan RKAT;
12 4.3 5.9 3 2 (2)Inefisiensi sumber
menghayati visi &
misi daya dalam jangka (2)Training amil secara
panjang berkala dan terstruktur

Risiko Tujuan
Perumusan tujuan institusi zakat yang kurang tepat juga memiliki dampak yang
buruk terhadap terjadinya risiko strategis. Risiko tujuan merupakan kondisi yang dialami
oleh institusi zakat yang disebabkan karena tidak tercapainya sasaran yang ingin dicapai
oleh institusi zakat terkait. Risiko ini muncul salah satunya disebabkan karena faktor
tujuan itu sendiri, misalnya tujuan terlalu ideal, tidak fokus, kurang jelas, di luar kontrol
institusi zakat dan semisalnya. Selain itu, hal ini dapat terjadi bila tujuan strategis yang
diambil oleh institusi zakat tidak sejalan dengan visi misi institusi zakat. Sementara itu,
dapat juga disebabkan karena belum ada alat ukur pencapaian tujuan.

Manajemen Risiko Pengelolaan Zakat


Manajemen Risiko Institusi Zakat 41

Gambar 8 : Heatmap Risiko Tujuan

Risiko-risiko yang termasuk dalam risiko tujuan terdiri atas 18 risiko. Berdasarkan analisis
deskriptif yang telah dilakukan terhadap pelaku institusi zakat, diperoleh penilaian risiko
untuk risiko-risiko tersebut seperti terlihat pada tabel di bawah ini:

Tabel 9 : Prioritisasi Risiko Tujuan, Dampak dan Mitigasinya

Identifikasi Risiko
Kode L I V S Dampak Mitigasi
Tujuan

(1)Pencapaian tujuan
(1)Menyusun standar baku
terganggu;
rekrutmen;
Kurangnya kuantitas (2)Penurunan
(2)Peningkatan
17 dan kualitas SDM untuk 5.4 5.8 3 3 kredibilitas OPZ;
kompetensi amil;
mencapai tujuan (3) Menghambat
(3) Performance Appraisal
perkembangan OPZ
untuk menilai kinerja amil
jangka pendek-panjang

(1)Pencapaian tujuan
terganggu; (1)Melaksanakan forum
Kurangnya efektivitas rapat & evaluasi secara
(2)Penurunan
18 manajemen untuk 5.0 5.9 3 3 berkala berjenjang;
kredibilitas OPZ;
mencapai tujuan (2) Mekanisme evaluasi
(3)Inefektif & inefisien;
level organ yayasan
(4)Potensi fraud

Manajemen Risiko Pengelolaan Zakat


42 Manajemen Risiko Institusi Zakat

Identifikasi Risiko
Kode L I V S Dampak Mitigasi
Tujuan

(1)Kehilangan arah; (1)Fit & Proper Test (FPT)


pimpinan;
(2)OPZ dapat berubah
Pimpinan tidak/kurang secara fundamental; (2)Personal assessment
13 memahami/menghayati 2.2 5.9 3 3 bagi calon pimpinan;
tujuan (3)Inefisien;
(3)Pelaksanaan diklat
(4)Rendahnya dedikasi bagi Kepimpinan
pimpinan organisasi

(1) Meningkatkan
(1)Menurunkan kreativitas program;
Kurangnya sarana performa dalam (2)Penetapan prioritas
16 dan prasarana untuk 4.6 5.0 3 2 peningkatan trust; anggaran sesuai prioritas
mencapai tujuan (2)Menghambat program;
perkembangan OPZ (3)Inovasi program sesuai
kontijensi anggaran

(1)Melakukan
(1)Masyarakat kurang pendekatan, komunikasi;
Masyarakat belum paham peduli terhadap OPZ; (2)Sosialisasi efektif
tentang OPZ dan apa
15 5.5 5.3 3 2 (2)Menurunkan kepada masyarakat;
yang dikerjakan untuk
mencapai tujuannya kepercayaan (3)Memanfaatkan
masyarakat socmed seperti web &
aplikasi

Risiko Reputasi
Jika institusi zakat masih belum mampu menampilkan kondisi primanya terhadap
permasalahan di level strategis seperti yang didiskusikan sebelumnya, maka institusi zakat
harus berhati-hati dengan risiko yang membuntuti risiko strategis, yaitu yang disebut
sebagai risiko reputasi. Rusaknya reputasi institusi zakat merupakan salah satu indikator
terjadinya risiko strategis. Risiko reputasi tidak hanya berpotensi menimbulkan kerugian
pada institusi zakat yang bersangkutan, namun juga organisasi perzakatan secara umum.
Nantinya, risiko ini dapat berpengaruh terhadap meningkatnya risiko kehilangan muzaki
dan mustahik maupun risiko penghimpunan dana zakat.

Risiko reputasi merupakan risiko terjadinya potensi kerugian bagi institusi zakat
yang diakibatkan oleh persepsi negatif yang dapat mempengaruhi kemampuan lembaga
zakat terkait. Risiko ini dapat muncul di seluruh aktivitas institusi zakat, baik dalam
menjalankan fungsinya seperti edukasi, informasi, konsultasi, dan penghimpunan zakat
maupun dalam mendayagunakan dana zakat bagi mustahik, atau aktivitas lainnya yang
dapat merusak reputasi institusi zakat di mata masyarakat. Jika institusi zakat menyadari

Manajemen Risiko Pengelolaan Zakat


Manajemen Risiko Institusi Zakat 43

bahwa diperlukan bertahun-tahun lamanya untuk membangun reputasi dan hanya perlu
waktu beberapa menit saja untuk menghancurkannya, maka institusi zakat pasti akan
lebih peduli mengenai risiko ini.

Gambar 9 : Heatmap Risiko Reputasi

Risiko-risiko yang termasuk dalam risiko reputasi terdiri atas 6 risiko. Berdasarkan analisis
deskriptif yang telah dilakukan dan hasil kuesioner terhadap pelaku institusi zakat,
diperoleh penilaian risiko untuk risiko-risiko tersebut seperti terlihat pada tabel di bawah
ini.

Tabel 10 : Prioritisasi Risiko Reputasi, Dampak dan Mitigasinya

Identifikasi Risiko
Kode L I V S Dampak Mitigasi
Reputasi

(1)Melakukan pengurusan
perizinan baik di tingkat
(1)OPZ butuh banyak
Internasional (sebagai
waktu & uang untuk
NGO dari UN), tingkat
menyesuaikan
Risiko penyesuaian Nasional Pusat (izin sebagai
aktivitasnya sesuai
OPZ akibat regulasi LAZNAS), tingkat regional
ketentuan; (2)
yang baru (dari sisi di provinsi (izin dari BAZNAS
5 6.3 5.4 3 3 OPZ tidak dapat
legal, organisasi, Provinsi), juga pengurusan
melanjutkan
operasional dan lain- PPUB (untuk pemungutan
operasinya; (3)
lain) kotak-kotak infaq), dll; (2)
Menurunkan
Melakukan penyesuaian
kepercayaan
manajemen organisasi
masyarakat
mengikuti amanah regulasi
yang telah ditetapkan

Manajemen Risiko Pengelolaan Zakat


44 Manajemen Risiko Institusi Zakat

Identifikasi Risiko
Kode L I V S Dampak Mitigasi
Reputasi

(1)Menyusun strategi
(1)Rendahnya kinerja
edukasi, informasi, layanan
Belum optimalnya OPZ; (2)Menurunnya
konsultasi baik secara tatap
OPZ dalam kredibilitas OPZ
muka maupun melalui
menjalankan seluruh & kepercayaan
1 5.4 5.5 3 2 media & TI; (2)Evaluasi rutin
fungsi-fungsinya masyarakat; (3)
kinerja lembaga, tindakan
(seperti edukasi, Mematikan OPZ dalam
perbaikan dan pencegahan;
penghimpunan, dll.) jangka menengah dan
(3)Pengembangan kerja sama
panjang
kemitraan

(1)Masyarakat dapat (1)Berkomitmen &


berpeluang tidak melaksanakan tata kelola
mengenal OPZ, organisasi yang baik,
program beserta program yang menjawab
OPZ belum memiliki para penerima kebutuhan masyarakat,
6 reputasi yang baik di 4.6 6.2 3 3 manfaatnya dengan layanan dan laporan yang
mata masyarakat baik; (2)Berpengaruh prima, serta sosialisasi yang
terhadap keabsahan efektif; (2)Penguatan aspek
ibadah zakat & sisi kepatuhan, positioning
keberkahan yang lembaga, inovasi program
berkurang dan layanan

(1)Membentuk Divisi
(1)Risiko terjadinya
Belum optimalnya Kepatuhan sebagai langkah
fraud oknum
OPZ dalam preventif agar sesuai dengan
yang melakukan
mengelola seluruh ketentuan peraturan dan
3 4.0 5.9 3 3 penyimpangan dalam
proses sesuai prinsip kesyariahan; (2)
pengelolaan zakat; (2)
regulasi, tata kelola Rumusan modul kepatuhan;
Rendahnya kepatuhan
yang baik & syariah (3)Sosialisasi dan audit
OPZ
kepatuhan

(1)Mustahik dapat (1)Melaksanakan program


berpeluang kurang pendayagunaan dana ZIS
merasakan pengaruh yang komprehensif, terukur,
Belum optimalnya
zakat secara signifikan; berkelanjutan; (2)Melakukan
OPZ dalam
(2)Mustahik yang kajian dampak pada tiap
2 mendayagunakan 3.5 5.5 3 3
belum berdaya akan program; (3)Evaluasi rutin
dana zakat bagi
terus menerus harus kinerja lembaga, tindakan
mustahik
dibiayai/dibantu dana perbaikan dan pencegahan;
zakat, padahal dana (4)Pengembangan kerja sama
tersebut terbatas kemitraan

Manajemen Risiko Pengelolaan Zakat


Manajemen Risiko Institusi Zakat 45

RISIKO KORPORATISASI
Risiko korporatisasi institusi zakat adalah risiko terjadinya penyalahgunaan dana
zakat infaq shadaqah untuk mencari keuntungan bagi para pemilik lembaga dan
manajemen. Risiko ini muncul karena institusi zakat ingin mendirikan anak perusahaan
yang bergerak di bidang komersial atau berjalan tidak sesuai dengan prinsip syariah.
Sehingga menimbulkan risiko konflik kepentingan dalam institusi zakat.

Proses bisnis institusi zakat dengan gaya-gaya kapitalis sungguh tidak cocok
diterapkan pada industri pengelolaan zakat, karena apa yang dikelola institusi zakat
adalah dana umat yang berhasil dihimpun atas dasar trust atau kepercayaan masyarakat
yang ingin menyalurkan manfaat kepada masyarakat yang berhak menerima manfaat
tersebut. Pergeseran orientasi institusi zakat yang menginginkan keuntungan
sebagaimana lembaga komersial pada umumnya tidak menunjukkan positioning institusi
zakat berbeda dengan lembaga komersial lainnya. Untuk itu praktik ta’awun atau kerja
sama antarinstitusi zakat, fokus pada bidang yang dikuasainya, dan semangat co-opetition
daripada pure competition menjadi hal yang dinanti-nanti banyak pihak terhadap institusi
zakat khususnya di negeri kita ini.

Gambar 10 : Heatmap Risiko Korporatisasi

Risiko-risiko yang termasuk dalam risiko korporatisasi institusi zakat terdiri atas 3
risiko. Berdasarkan analisis deskriptif yang telah dilakukan dan hasil kuesioner terhadap
pelaku institusi zakat, diperoleh penilaian risiko untuk risiko-risiko tersebut seperti terlihat
pada tabel berikut.

Manajemen Risiko Pengelolaan Zakat


46 Manajemen Risiko Institusi Zakat

Tabel 11 : Prioritisasi Risiko Korporatisasi, Dampak dan Mitigasinya

Identifikasi Risiko
Kode L I V S Dampak Mitigasi
Korporatisasi OPZ

Membangun kebijakan
Penyalahgunaan dana
(1)Pelanggaran terhadap kelembagaan dan legal
ZIS untuk pendirian
kepatuhan syariah & yang spesifik mengatur
1 perusahaan yang 2.8 5.9 3 2
regulasi; (2)Merusak tentang ekspansi organ
tidak sesuai dengan
kredibilitas OPZ atau anak perusahaan
prinsip syariah
yang adil & proporsional

Adanya konflik (1)Konflik kepentingan


kepentingan di OPZ dapat memicu
Membangun internal
dalam membangun pemisahan, pemecahan
3 3.5 4.5 2 2 audit dan pengawasan
anak perusahaan atau pelepasan anak
pihak ketiga yang kokoh
sosial dan/atau perusahaan bahkan
komersial penggabungan OPZ

Mengembangkan kanal
Risiko kerugian jika
suara pelanggan atau
Adanya ekspansi OPZ anak perusahaan (PT)
suara masyarakat zakat
untuk mendirikan menderita kerugian,
2 2.6 4.8 3 2 dalam rangka kontrol
anak perusahaan maka kerugian tersebut
sosial atas segala
terkait kegiatan OPZ akan mengurangi dana
pengelolaan dana zakat
tidak terikat--dana amil
oleh lembaga

RISIKO EDUKASI
Risiko edukasi merupakan risiko yang disebabkan karena belum optimalnya
penghimpunan zakat. Salah satu faktor utama penyebabnya adalah kurangnya edukasi
tentang zakat kepada masyarakat, termasuk di dalamnya adalah pemerintah bahkan
internal institusi zakat yang terkait. Risiko edukasi terbagi menjadi dua, yaitu edukasi
eksternal dan edukasi internal.

Risiko Edukasi Eksternal

Risiko edukasi eksternal muncul akibat rendahnya kesadaran masyarakat terhadap


pentingnya membayar zakat. Edukasi dan sosialisasi pentingnya pengelolaan zakat secara
kelembagaan perlu dukungan berbagai pihak.

Manajemen Risiko Pengelolaan Zakat


Manajemen Risiko Institusi Zakat 47

Gambar 11 : Heatmap Risiko Edukasi Eksternal

Risiko-risiko yang termasuk dalam risiko edukasi eksternal terdiri atas 16 risiko.
Berdasarkan analisis deskriptif yang telah dilakukan dan hasil kuesioner terhadap pelaku
institusi zakat, diperoleh penilaian risiko untuk risiko-risiko tersebut seperti terlihat pada
tabel di bawah ini.

Tabel 12 : Prioritisasi Risiko Edukasi Eksternal, Dampak dan Mitigasinya

Identifikasi Risiko
Kode L I V S Dampak Mitigasi
Edukasi Eksternal

(1)Melakukan sosialisasi
(1)OPZ tidak/kurang secara masif, berkala dan
Masyarakat belum
optimal dalam proses terstruktur; (2)Membangun
paham pentingnya
4 6.3 5.4 3 2 pengelolaan zakat; sinergi dengan berbagai
menyalurkan zakat
(2)Menghambat perguruan tinggi dalam
melalui OPZ
perkembangan OPZ rangka mensosialisasikan
ZISWAF

(1)Edukasi zakat nasional


melibatkan semua
stakeholder; (2)Menyusun
Masih banyaknya Rendahnya kesadaran
berbagai karya ilmiah,
masyarakat yang masyarakat tentang
1 5.7 6.0 3 3 edukasi publik berupa buku-
tidak paham tentang zakat dan membayar
buku, dokumentasi program,
zakat zakat
pelaporan program,
infografis program kepada
masyarakat

Manajemen Risiko Pengelolaan Zakat


48 Manajemen Risiko Institusi Zakat

Identifikasi Risiko
Kode L I V S Dampak Mitigasi
Edukasi Eksternal

(1)Bersama pihak terkait


(1)Program edukasi mengajak pemerintah
pemerintah bersama-bersama untuk
Program-program
kurang efektif dan menyusun program edukasi
edukasi oleh
9 6.2 5.4 3 2 sulit tercapai; (2) zakat yang terstruktur; (2)
pemerintah belum
Masyarakat cenderung Perencanaan sistematis
terstruktur baik
pasif dalam membayar program dan penetapan
zakat target tahunan edukasi
kesadaran ZIS masyarakat

(1)Dana edukasi zakat


Pemerintah kurang dilakukan mandiri (1)Program khusus sosialisasi
mengedukasi oleh OPZ; (2)Edukasi zakat pemerintah; (2)Kerja
7 6.4 5.0 3 3
masyarakat tentang zakat diberikan di sama dengan media dan
zakat SD-SD dengan porsi dunia pendidikan
sedikit saja

Sinergi pemerintah
Pemerintah belum dengan pengelola
(1)Menggunakan dana
mengalokasikan zakat tidak berjalan
internal OPZ sebagai biaya
anggaran yang cukup dalam track yang
13 6.2 5.0 3 2 sosialisasi; (2)Kerja sama
untuk sosialisasi dan sama, bahkan saling
dengan dunia usaha, media
edukasi zakat kepada tumpang tindih,
dan dunia pendidikan
masyarakat bertabrakan maupun
overlapping

Risiko Edukasi Internal

Sementara itu, risiko edukasi internal muncul akibat rendahnya pengetahuan


internal di berbagai level institusi zakat terhadap proses manajemen. Edukasi
internal dilakukan dengan membangun pemahaman kepada seluruh bagian
institusi zakat, menjelaskan bagaimana potensi kerugian jika tanpa wawasan
proses manajemen, dan melakukan kegiatan-kegiatan yang bersifat knowledge
sharing, di mana seluruh level institusi zakat dapat saling berbagi pengetahuan
dan pengalaman mengenai proses manajemen.

Manajemen Risiko Pengelolaan Zakat


Manajemen Risiko Institusi Zakat 49

Gambar 12 : Heatmap Risiko Edukasi Internal

Risiko-risiko yang termasuk dalam risiko edukasi internal terdiri atas 17 risiko.
Berdasarkan analisis deskriptif yang telah dilakukan dan hasil kuesioner terhadap
pelaku institusi zakat, diperoleh penilaian risiko untuk risiko-risiko tersebut seperti
terlihat pada tabel di bawah ini

Tabel 13 : Prioritisasi Risiko Edukasi Internal, Dampak dan Mitigasinya

Identifikasi Risiko
Kode L I V S Dampak Mitigasi
Edukasi Internal

(1)Bersama pihak terkait


mendorong pemerintah
OPZ berharap Rendahnya kesadaran untuk berperan aktif; (2)
pemerintah memiliki masyarakat tentang Program khusus sosialisasi
3 6.8 5.0 3 2
peran besar dalam zakat dan membayar zakat pemerintah; (3)
edukasi zakat zakat Kerja sama dengan pelaku
perzakatan, media dan dunia
pendidikan

Manajemen Risiko Pengelolaan Zakat


50 Manajemen Risiko Institusi Zakat

Identifikasi Risiko
Kode L I V S Dampak Mitigasi
Edukasi Internal

(1)Mencari sumber dana


lain seperti sponsorship
Rendahnya
OPZ kurang sumber dan melakukan kegiatan
pemahaman
daya/dana untuk komunikasi bersama; (2)
11 6.0 4.8 3 2 masyarakat tentang
melakukan edukasi Penggunaan metode, sarana,
zakat dan membayar
zakat dan kerja sama kemitraan
zakat
yang tepat serta evaluasi
umpan balik

(1)Menyusun strategi
OPZ kurang
komunikasi efektif; (2)
sumber dana untuk OPZ kurang optimal
Menjalin sinergi dengan
10 memperkenalkan diri 5.8 5.0 3 2 dalam proses
pihak lain; (3)Menetapkan PIC
kepada masyarakat pengelolaan zakat
marketing di struktur OPZ dan
luas
sekaligus alokasi aggarannya

(1)Melaksanakan program-
program komunikasi dan
OPZ belum
OPZ kurang optimal mengangkat relawan spoke
memperkenalkan
9 5.9 4.8 3 3 dalam proses person sebagai juru bicara
diri dengan baik
pengelolaan zakat di masyarakat; (2)Membuat
kepada masyarakat
agenda aktivitas sosialisasi
perminggu/bulan

(1)Keseimbangan program
edukasi dan funding OPZ; (2)
Menyusun tema edukasi zakat
Kebanyakan OPZ Masyarakat
dan fokus pada peningkatan
menjual produk menyalurkan sendiri
2 5.8 4.4 3 3 pemahaman masyarakat
bukan mengedukasi zakat mereka kepada
akan kewajiban zakat dan
zakat mustahik
manfaatnya, bukan semata-
mata menjual isu pada setiap
materi komunikasi

Manajemen Risiko Pengelolaan Zakat


Manajemen Risiko Institusi Zakat 51

RISIKO OPERASIONAL

Risiko Dana Penghimpunan

Risiko operasional merupakan risiko yang diakibatkan oleh kegagalan atau tidak
berjalannya proses internal, manusia dan sistem. Risiko dana penghimpunan zakat timbul
akibat sumber harta zakat yang berasal dari harta yang tidak halal, misalnya hasil korupsi,
penghasilan nonhalal, hasil bunga bank, keuntungan saham konvensional, tercampur dan
berasal dari hasil nonhalal (korupsi, riba, dan lain sebagainya) maupun berasal dari harta
bersama, uang palsu, bukan harta milik pribadi dan tidak sesuai perhitungan zakat (nishab
dan haul). Risiko dana penghimpunan juga bisa ditimbulkan oleh proyeksi potensi zakat
dan rencana penghimpunan zakat institusi zakat yang terlalu optimis atau tidak akurat.

Gambar 13 : Heatmap Risiko Dana Penghimpunan

Risiko-risiko yang termasuk dalam risiko dana penghimpunan zakat terdiri atas 11
risiko. Berdasarkan analisis deskriptif yang telah dilakukan dan hasil kuesioner terhadap
pelaku institusi zakat, diperoleh penilaian risiko untuk risiko-risiko tersebut seperti terlihat
pada tabel berikut.

Manajemen Risiko Pengelolaan Zakat


52 Manajemen Risiko Institusi Zakat

Tabel 14 : Prioritisasi Risiko Dana Penghimpunan, Dampak dan Mitigasinya

Risiko Dana
Kode L I V S Dampak Mitigasi
Penghimpunan

(1)Realisasi penghimpunan
Rencana
zakat meleset; (2)
penghimpunan
11 5.5 4.7 2 3 Berpengaruh secara
zakat OPZ terlalu
signifikan pada pelaksanaan
optimis
program di lapangan

(1)Membuat disclaimer
(1)Resetting anggaran pada seluruh form
yang dapat berpengaruh konfirmasi kepada
Proyeksi potensi
pada tingkat kepuasan Donatur yang
zakat terlalu
10 5.2 4.3 2 3 mustahik; (2)Dapat menjelaskan bahwa
optimis dan/atau
berpengaruh pada OPZ tidak menerima
tidak akurat
indikatoir keberhasilan dana zakat yang berasal
program dari kejahatan, tujuan
untuk pencucian uang
dan larangan-larangan
(1)Dana zakat OPZ lainnya sesuai dengan
Harta yang
tercampur dana tidak halal; ketentuan syariah; (2)
dizakatkan berasal
2 3.9 4.0 2 2 (2)Pelanggaran syariah; (3) Edukasi harta dengan
dari penghasilan
Harta zakat menjadi tidak melaksanakan pelatihan
nonhalal
sah sharia financial check
up secara berkala
bagi para muzaki
Harta yang dan calon muzaki;
(1)Dana zakat OPZ (3)SOP penerimaan
dizakatkan
tercampur dana tidak halal; dana; Penguatan unit
tercampur dan
5 5.1 2.7 2 2 (2)Pelanggaran syariah; (3) kepatuhan; Rumusan
berasal dari hasil
Harta zakat menjadi tidak koridor kepatuhan;
nonhalal (korupsi,
sah Sosialisasi, implementasi,
riba, dll)
dan audit kepatuhan

Harta yang (1)Dana zakat OPZ


dizakatkan tercampur dana tidak halal;
4 berasal dari 4.5 3.1 2 2 (2)Pelanggaran syariah; (3)
keuntungan saham Harta zakat menjadi tidak
konvensional sah

Risiko Dana Penyaluran

Risiko dana penyaluran zakat timbul akibat penyalahgunaan dalam penyaluran dana
zakat. Risiko ini diakibatkan oleh adanya pemanfaatan dana zakat untuk kepentingan
pribadi atau golongan, dana zakat tidak habis disalurkan dalam setahun, ditahan
(didepositokan) di bank, disalurkan ke bukan mustahik, dan sebab penyalahgunaan
dalam penyaluran lainnya.

Manajemen Risiko Pengelolaan Zakat


Manajemen Risiko Institusi Zakat 53

Gambar 14 : Heatmap Risiko Dana Penyaluran

Risiko-risiko yang termasuk dalam risiko dana penyaluran zakat terdiri atas 9 risiko.
Berdasarkan analisis deskriptif yang telah dilakukan dan hasil kuesioner terhadap pelaku
institusi zakat, diperoleh penilaian risiko untuk risiko-risiko tersebut seperti terlihat pada
tabel di bawah ini.

Tabel 15 : Prioritisasi Risiko Dana Penyaluran, Dampak dan Mitigasinya

Identifikasi
Kode Risiko Dana L I V S Dampak Mitigasi
Penyaluran

(1)Upaya pemetaan
daerah dengan tingkat
kemiskinan; (2)Bersinergi
dengan lembaga-lembaga
Dana zakat (1)Penyaluran zakat
di daerah; (3)Rapat
disalurkan kurang kurang efektif; (2)Berisiko
7 2.7 4.3 2 2 tinjauan manajemen; (4)
adil menjangkau pada sisi keadilan atas
Melakukan survey yang
daerah mustahik masing-masing hak asnaf
matang kepada calon-
calon penerima manfaat
sehingga penerima
manfaatnya sesuai asnaf

Manajemen Risiko Pengelolaan Zakat


54 Manajemen Risiko Institusi Zakat

Identifikasi
Kode Risiko Dana L I V S Dampak Mitigasi
Penyaluran

(1)Penerapan SOP
penyaluran dan sesuai
Dana zakat (1)Kebutuhan dasar dengan kondisi keuangan
konsumsi per mustahik belum dan kondisi mustahik; (2)
9 3.5 3.2 2 3
mustahik terlalu terpenuhi; (2)Mengurangi Evaluasi kinerja program
kecil reputasi OPZ penyaluran, kualitas layanan
mustahik dan dampak
program

(1)Penerapan SOP
(1)Berisiko pada sisi penyaluran; (2)Tindakan
Dana zakat terlalu
keadilan atas masing- pencegahan atau perbaikan
8 lama sampai ke 2.5 4.1 2 2
masing hak asnaf; (2) sistem; (3)Membuat bisnis
mustahik
Mengurangi reputasi OPZ proses yang efektif dan
efisien

(1)Membangun kebijakan
mengenai batasan dan
Adanya (1)Tidak sahnya
ketentuan pemanfaatan
pemanfaatan penyaluran sesuai asnaf
dana program; (2)Penerapan
1 dana zakat untuk 2.4 4.0 1 2 zakat; (2)Pelanggaran
sistem kepatuhan dan
kepentingan hukum dan tidak sesuai
pelaksanaan audit internal;
pribadi/golongan syariat Islam
(3)SOP penyaluran dana; (4)
Laporan keuangan rutin

(1)Melakukan penyaluran
sesuai SOP, atas dasar
kondisi penerima; (2)
Dana zakat (1)Penyaluran zakat
Kebijakan tahunan
disalurkan kurang kurang efektif; (2)Berisiko
6 2.4 3.9 2 2 manajemen; (3)Melakukan
adil ke masing- pada sisi keadilan atas
survei kepada calon-calon
masing mustahik masing-masing hak asnaf
penerima manfaat sehingga
penerima manfaatnya sesuai
asnaf

Risiko Dana Produktif

Risiko dana produktif timbul akibat penyalahgunaan dalam memproduktifkan dana


zakat. Risiko ini merupakan kondisi yang dialami oleh institusi zakat yang disebabkan
antara lain karena dana bergulir untuk tujuan produktif yang masih dicatat sebagai
piutang (PSAK 109 para.31), belum ada ketentuan kapan zakat dianggap sudah tersalurkan
atau belum, penggunaan dana zakat untuk tujuan produktif terlalu banyak sedangkan
untuk tujuan konsumtif belum terpenuhi, dana zakat produktif per mustahik terlalu kecil,
digunakan sebagai dana bergulir lebih dari satu tahun, kurang efektif karena mustahik
tidak dibekali dengan keahlian yang dibutuhkan, dan lain sebagianya.

Manajemen Risiko Pengelolaan Zakat


Manajemen Risiko Institusi Zakat 55

Gambar 15 : Heatmap Risiko Dana Produktif

Risiko-risiko yang termasuk dalam risiko dana produktif zakat terdiri atas 7 risiko.
Berdasarkan analisis deskriptif yang telah dilakukan dan hasil kuesioner terhadap pelaku
institusi zakat, diperoleh penilaian risiko untuk risiko-risiko tersebut seperti terlihat pada
tabel di berikut.

Tabel 16 : Prioritisasi Risiko Dana Produktif, Dampak dan Mitigasinya

Identifikasi Risiko
Kode L I V S Dampak Mitigasi
Dana Produktif

(1)Membuat asesmen
(1)Usaha mustahik
Dana zakat ketat sehingga per
kurang berkembang;
produktif per mustahik tidak ada yang
3 4.3 2.6 2 2 (2)Tidak realistis
mustahik terlalu merasa terlalu kecil; (2)
untuk memandirikan
kecil Evaluasi kinerja program
mustahik
penyaluran

(1)Membangun konsep
(1)Program dana
dana bergulir yang akan
bergulir (untuk tujuan
Dana bergulir dari menjadi bagian dari aset
produktif) kurang
zakat kurang efektif kepemilikan para mustahik
efektif; (2)Dana
7 karena mustahik 3.9 3.0 2 2 terprogram pada saat telah
bergulir macet & tidak
tahu dana tersebut diterminasi; (2)Melakukan
berputar kembali; (3)
adalah dana zakat pembiinaan rutin yang
Metode pendekatan
mengubah mindset
harus diubah
mustahik

Manajemen Risiko Pengelolaan Zakat


56 Manajemen Risiko Institusi Zakat

Identifikasi Risiko
Kode L I V S Dampak Mitigasi
Dana Produktif

(1)Perlu membuat suatu


(1)Melanggar hukum,
kebijakan yang tidak
Dana zakat dana zakat harus
menyulitkan OPZ; (2)
digunakan sebagai tersalur dalam satu
4 3.5 2.8 2 2 Melakukan MOU atau SPK
dana bergulir lebih tahun; (2)Risiko
yang jelas tentang batas
dari satu tahun menzalimi hak para
waktu pengembalian dana
mustahik
bergulir

(1)Program dana (1)Kebijakan untuk


Dana bergulir
bergulir (untuk tujuan melakukan pembentukan
dari zakat kurang
produktif) kurang divisi pengelola dana
efektif karena
efektif; (2)Risiko dana bergulir; (2)Memberikan
5 mustahik tidak 3.2 2.9 2 2
bergulir macet dan pelatihan dan
dibekali dengan
terjadi kerugian oleh pendampingan usaha
keahlian yang
karena tidak dapat mustahik oleh relawan/
dibutuhkan
berputar kembali petugas

Penggunaan dana (1)Pelanggaran hukum


(1)Kebijakan OPZ dalam
zakat untuk tujuan dan menurunnya
alokasi dana; (2)Melakukan
produktif terlalu kredibilitas OPZ; (2)
asesmen yang ketat
1 banyak sedangkan 3.3 2.8 2 2 Tidak menyebarnya
untuk mustahik dan
untuk tujuan alokasi dana ZIS sesuai
mengalokasikan zakat
konsumtif belum dengan kebutuhan
untuk tujuan konsumtif
terpenuhi dasar mustahik.

Risiko Penghimpunan Dana Zakat

Risiko penghimpunan zakat merupakan risiko yang terkait dengan proses


manajemen institusi zakat dalam menghimpun dana zakat. Kurangnya kontrol
dan transparansi terhadap proses pengumpulan dana zakat, minimnya informasi
dan advertensi pengumpulan zakat oleh LAZ, banyaknya rekening peruntukan
zakat yang membingungkan donatur hingga tidak sampainya bukti setoran
zakat kepada muzaki adalah merupakan kondisi yang mungkin dialami oleh
institusi zakat dalam proses manajemen penghimpunan dana zakat.

Manajemen Risiko Pengelolaan Zakat


Manajemen Risiko Institusi Zakat 57

Gambar 16 : Heatmap Risiko Penghimpunan Dana Zakat

Risiko-risiko yang termasuk dalam risiko penghimpunan zakat terdiri atas 8 risiko.
Berdasarkan analisis deskriptif yang telah dilakukan dan hasil kuesioner terhadap pelaku
institusi zakat, diperoleh penilaian risiko untuk risiko-risiko tersebut seperti terlihat pada
tabel di bawah ini.

Tabel 17 : Prioritisasi Risiko Penghimpunan Dana Zakat, Dampak dan Mitigasinya

Risiko Dana
Kode L I V S Dampak Mitigasi
Penghimpunan

(1)Membuat disclaimer
pada seluruh form
konfirmasi kepada
(1)Realisasi
donatur yang
penghimpunan
Rencana menjelaskan bahwa
zakat meleset; (2)
penghimpunan OPZ tidak menerima
11 5.5 4.7 2 3 Berpengaruh secara
zakat OPZ terlalu dana zakat yang berasal
signifikan pada
optimis dari kejahatan, tujuan
pelaksanaan program
untuk pencucian uang
di lapangan
dan larangan-larangan
lainnya sesuai dengan
ketentuan syariah

Manajemen Risiko Pengelolaan Zakat


58 Manajemen Risiko Institusi Zakat

Risiko Dana
Kode L I V S Dampak Mitigasi
Penghimpunan

(1)Resetting
anggaran yang dapat
Proyeksi potensi berpengaruh pada
zakat terlalu optimis tingkat kepuasan
10 5.2 4.3 2 3
dan/atau tidak mustahik; (2)Dapat
akurat berpengaruh pada
indikator keberhasilan
program

(1)Dana zakat OPZ (2)Edukasi harta dengan


Harta yang melaksanakan pelatihan
tercampur dana tidak
dizakatkan berasal sharia financial check up
2 3.9 4.0 2 2 halal; (2)Pelanggaran
dari penghasilan secara berkala bagi para
syariah; (3)Harta zakat
nonhalal muzaki dan calon muzaki;
menjadi tidak sah
(3)SOP penerimaan
dana; Penguatan unit
kepatuhan; rumusan
Harta yang koridor kepatuhan;
(1)Dana zakat OPZ sosialisasi, implementasi,
dizakatkan
tercampur dana tidak dan audit kepatuhan
tercampur dan
5 5.1 2.7 2 2 halal; (2)Pelanggaran
berasal dari hasil
syariah; (3)Harta zakat
nonhalal (korupsi,
menjadi tidak sah
riba, dll)

(1)Dana zakat OPZ


Harta yang
tercampur dana tidak
dizakatkan berasal
4 4.5 3.1 2 2 halal; (2)Pelanggaran
dari keuntungan
syariah; (3)Harta zakat
saham konvensional
menjadi tidak sah

Risiko Pengelolaan Dana Zakat

Risiko pengelolaan zakat merupakan risiko yang terkait dengan proses manajemen
institusi zakat dalam mengelola dana zakat. Belum ada standarisasi SOP (Standard
Operating Procedure) dan SOM (Standard Operating Management) dalam pengelolaan
dana zakat, tingginya biaya operasional LAZ, risiko bercampurnya dana zakat dengan
aset LAZ sendiri, belum adanya best practices pengelolaan zakat yang baik, penggunaan
banyak bank dan banyak rekening untuk pengelolaan dana zakat hingga kemungkinan
bank tempat menyimpan dana zakat bermasalah atau dilikuidasi adalah merupakan
kondisi yang mungkin dialami oleh institusi zakat dalam proses manajemen pengelolaan
dana zakat.

Manajemen Risiko Pengelolaan Zakat


Manajemen Risiko Institusi Zakat 59

Gambar 17 : Heatmap Risiko Pengelolaan Dana Zakat

Risiko-risiko yang termasuk dalam risiko pengelolaan zakat terdiri atas 12 risiko.
Berdasarkan analisis deskriptif yang telah dilakukan dan hasil kuesioner terhadap pelaku
institusi zakat, diperoleh penilaian risiko untuk risiko-risiko tersebut seperti terlihat pada
tabel di bawah ini.

Tabel 18 : Prioritisasi Risiko Pengelolaan Dana Zakat, Dampak dan Mitigasinya

Identifikasi Risiko
Kode Pengelolaan L I V S Dampak Mitigasi
Dana

(1)Pengelolaan dana (1)Memilah dan memilih


zakat menjadi rumit; (2) bank yang menjadi
Penggunaan Menambah biaya dan rekening pengumpul
banyak bank untuk menambah kompleksitas; dan penyimpan; (2)
11 5.9 3.6 2 2
pengelolaan dana (3)Menimbulkan Memberlakukan
zakat kerumitan dan potensi virtual account + ID
kesalahan dalam muzaki sebagai kanal
menghitung dana amil pembayaran

(1)Mengurangi proporsi (1)Pengelolaan lembaga


peruntukan dana zakat yang efektif dan
ke mustahik; (2)Tidak membangun kemitraan
Tingginya biaya
3 4.6 4.6 2 2 efisiennya pengelolaan dengan pihak lain; (2)
operasional OPZ
dana amil yang dapat Penetapan koridor
berpengaruh kepada anggaran; (3)Membuat
kepercayaan publik BOPO ratio

Manajemen Risiko Pengelolaan Zakat


60 Manajemen Risiko Institusi Zakat

Identifikasi Risiko
Kode Pengelolaan L I V S Dampak Mitigasi
Dana
(1)Pengelolaan dana
Penggunaan (1)Menggunakan fasilitas
zakat menjadi rumit; (2)
banyak rekening kanal pembayaran
10 5.0 3.9 2 2 Timbulnya pooling fund
untuk berbagai perbankan seperti virtual
atas beberapa dana
tipe dana account
tersebut

(1)Terjadi penyimpangan
terhadap kaidah syariah; (1)Tidak menjadikan bank
Dana zakat konvensional sebagai
(2)Timbulnya risiko
4 disimpan di bank 3.9 3.2 2 2
penerimaan dana nonhalal pooling fund; (2)Kebijakan
konvensional manajemen; (3)Koridor
dan ketidakpatuhan pada
kebijakan syariah kepatuhan oleh DPS OPZ;
(4)Memilah dan memilih
Dana zakat ditahan (1)Terjadi penyimpangan bank yang menjadi
di bank untuk terhadap kaidah syariah; rekening pengumpul dan
5 3.5 3.6 2 2
mendapatkan (2)Tertundanya hak para penyimpan
keuntungan mustahik

Risiko Manajemen Penyaluran Dana Zakat

Risiko manajemen penyaluran zakat merupakan risiko yang terkait dengan proses
pengelolaan institusi zakat dalam menyalurkan dana zakat. Tumpang tindih penyaluran
dana zakat dengan LAZ lain, adanya penyaluran zakat yang tidak sesuai 8 asnaf,
terlambatnya penyaluran dana zakat ke mustahik, alokasi penyaluran zakat tidak merata,
terjadi kesalahan penyaluran zakat hingga kurangnya sarana kemudahan pendistribusian
zakat adalah merupakan kondisi yang mungkin dialami oleh institusi zakat dalam proses
manajemen penyaluran dana zakat.

Gambar 18 : Heatmap Risiko Manajemen Penyaluran Zakat

Manajemen Risiko Pengelolaan Zakat


Manajemen Risiko Institusi Zakat 61

Risiko-risiko yang termasuk dalam risiko manajemen penyakuran dana zakat terdiri
atas 11 risiko. Berdasarkan analisis deskriptif yang telah dilakukan dan hasil kuesioner
terhadap pelaku institusi zakat, diperoleh penilaian risiko untuk risiko-risiko tersebut
seperti terlihat pada tabel di bawah ini

Tabel 19 : Prioritisasi Risiko Manajemen Penyaluran Zakat, Dampak dan


Mitigasinya

Identifikasi Risiko
Kode Manajemen L I V S Dampak Mitigasi
Penyaluran

(1)Terjadi ketidakadilan (1)Studi kelayakan wilayah


Tumpang tindih dalam penyaluran program; (2)Melakukan
penyaluran dana zakat; (2)Inefisiensi sinergi dengan OPZ lain
1 5.3 3.0 2 2
zakat dengan OPZ alokasi dana; (3)Tidak dalam progam penyaluran;
lain terpenuhi akuntabilitas (3)Membangun sistem
dan transparansi pencatatan (database)
mustahik/penerima
manfaat; (4)Sistem database
penyaluran terintegrasi; (5)
Membuat web bersama
yang memiliki dashboard
(1)Penyaluran dana penyaluran zakat di setiap
zakat kurang efektif; daerah; (5)Melakuan
(2)Tidak adilnya asesmen penyaluran serta
Alokasi penyaluran
6 3.8 3.0 2 2 pembagian dan membangun jaringan mitra
zakat tidak merata
pendistribusian dana pengelolaan zakat di daerah;
zakat sesuai hak (6)Dilakukan mapping
masing-masing asnaf mustahik berdasarkan daerah

(1)Melakukan sinergi dengan


Kurangnya (1)Duplikasi OPZ lain baik antar OPZ
koordinasi antar penyaluran; (2) maupun melalui forum
10 OPZ dalam 4.2 2.7 2 2 Kurang efektifnya zakat; (2)Sistem database
pendistribusian pendistribusian dana penyaluran terintegrasi; (3)
zakat zakat Membuat web penyaluran
zakat

(1)Menunda hak para


Terlambatnya (1)Penerapan SOP
mustahik; (2)Mustahik
3 penyaluran dana 2.6 2.9 2 2 penyaluran; (2)Evaluasi
tidak dapat memenuhi
zakat ke mustahik kinerja program penyaluran
kebutuhan dasarnya

(1)Monitoring dan sistem


(1)Menzalimi hak para
Dana zakat disimpan pelaporan yang terukur dan
mustahik; (2)Mustahik
5 terlalu lama, tidak 1.7 3.2 2 2 terstruktur; (2)Sosialisasi,
tidak dapat memenuhi
segera disalurkan implementasi, dan audit
kebutuhan dasarnya
kepatuhan

Manajemen Risiko Pengelolaan Zakat


62 Manajemen Risiko Institusi Zakat

Risiko Infrastruktur Jaringan/IT

Risiko infrastruktur jaringan/IT akan muncul akibat sistem dan teknologi (hardware,
software, network, orang dan proses) yang tidak efektif untuk mendukung kebutuhan
informasi saat ini dan masa mendatang. Risiko-risiko yang termasuk dalam risiko ini antara
lain rusak atau lumpuhnya sistem IT, belum adanya sistem teknologi informasi standar
yang mendukung, tidak tersedianya database muzaki yang komprehensif, kurangnya
kemudahan membayar zakat melalui teknologi terkini (seperti e-banking, sms-banking,
apps, POS), kurang baiknya kualitas jaringan atau teknologi dan manajemen operasional
aplikasi, jaringan dan sistem database, hingga data hilang terkena virus komputer.

Gambar 19 : Heatmap Risiko Infrastruktur Jaringan/IT

Risiko-risiko yang termasuk dalam risiko infrastruktur jaringan/IT terdiri atas 10


risiko. Berdasarkan analisis deskriptif yang telah dilakukan dan hasil kuesioner terhadap
pelaku institusi zakat, diperoleh penilaian risiko untuk risiko-risiko tersebut seperti terlihat
pada tabel di berikut.

Manajemen Risiko Pengelolaan Zakat


Manajemen Risiko Institusi Zakat 63

Tabel 20 : Prioritisasi Risiko Infrastruktur Jaringan/IT, Dampak dan Mitigasinya

Identifikasi Risiko
Kode L I V S Dampak Mitigasi
Infrastruktur

(1)Hilangnya data
(1)Backup system secara
muzaki, mustahik atau
berkala dan pengadaan
laporan keuangan OPZ;
Rusak atau server cadangan; (2)
1 4.5 4.4 3 4 (2)Tidak tersampaikannya
lumpuhnya sistem IT Membuat back data center
informasi dan komunikasi
dan me-maintenance rutin
kepada para pemetik
fasilitas IT
manfaat

(1)Terlambatnya (1)Memperkuat tim IT, baik


Belum adanya sistem
penyampaian informasi SDM maupun infrastruktur;
teknologi informasi
3 3.8 4.3 3 3 keuangan; (2)Tidak (2)SOP layanan berbasis IT
standar yang
efektifnya pengelolaan dan back up manual; (3)
mendukung
dana zakat oleh OPZ Implementasi & audit IT

(1)Bermitra dengan pihak


ketiga yang memiliki
Kurang baiknya (1)Operasional OPZ fasilitas jaringan yang
kualitas jaringan terhambat; (2)Risiko pada memadai; (2)Standar
8 3.7 4.1 2 2
atau teknologi yang pengelolaan data dan pemilihan vendor jaringan
usang informasi dan aplikasi; (3)Melakukan
pemeriksaan rutin dan
evaluasi output

Kurang baiknya (1)Membuat tim khusus


manajemen (1)Risiko manipulasi untuk mengelola jaringan;
7 operasional aplikasi, 3.5 4.2 2 3 data; (2)Operasional OPZ (2)Cetak biru sistem dan
jaringan dan sistem terhambat infrastruktur teknologi; (3)
database SOP layanan berbasis IT

(1)Backup system secara


(1)Pengelolaan zakat
berkala; (2)SOP layanan
terhambat; (2)Risiko
berbasis IT dan back up
Data hilang terkena pada tingkat keamanan
2 3.1 4.2 3 4 manual; (3)Implementasi &
virus komputer database untuk tujuan
audit IT; (4)Melakukan anti
akuntabilitas dan
spyware dan cek sistem
transparansi
antivirus

Manajemen Risiko Pengelolaan Zakat


64 Manajemen Risiko Institusi Zakat

Risiko Kerja Sama

Risiko kerja sama dapat terjadi akibat dari mitra, afiliasi atau bentuk hubungan
kerja sama lainnya yang dapat memengaruhi kinerja institusi zakat dalam melaksanakan
proses manajemennya. Ketidakpastian ini terjadi karena kesalahan dalam pemilihan
mitra kerja sama, mitra menggunakan dana zakat untuk program yang lain, pelaporan
pelaksanaan program oleh mitra terlambat hingga ketergantungan terhadap teknologi
mitra program.

Gambar 20 : Heatmap Risiko Kerja sama

Risiko-risiko yang termasuk dalam risiko kerja sama terdiri atas 11 risiko. Berdasarkan
analisis deskriptif yang telah dilakukan dan hasil kuesioner terhadap pelaku institusi
zakat, diperoleh penilaian risiko untuk risiko-risiko tersebut seperti terlihat pada tabel di
bawah ini

Tabel 21 : Prioritisasi Risiko Kerja sama, Dampak dan Mitigasinya

Identifikasi Risiko
Kode L I V S Dampak Mitigasi
Kerja Sama

(1)Pelaporan pelaksanaan
program oleh mitra
Pelaporan (1)Evaluasi dan monitoring
terlambat; (2)Mitra yang
pelaksanaan yang baik dan terukur; (2)
3 3.7 3.7 2 2 terlambat dikenakan
program oleh mitra SOP kerjasama penyaluran
sanksi sampai ancaman
terlambat (SLA)
pemutusan hubungan
kerja

Manajemen Risiko Pengelolaan Zakat


Manajemen Risiko Institusi Zakat 65

Identifikasi Risiko
Kode L I V S Dampak Mitigasi
Kerja Sama

(1)Menyamakan persepsi
mengenai tata cara
(1)Belum optimalnya pengelolaan perzakatan
Belum optimalnya
OPZ dalam menjalin dengan para mitra; (2)SOP
OPZ dalam menjalin
kemitraan dengan kerja sama penyaluran
8 kemitraan dengan 3.6 3.2 2 2
stakeholder yang terkait (SLA); (3)Membuat
stakeholder yang
zakat; (2)Mengurangi daftar mitra zakat yang
terkait zakat
kredibilitas OPZ bereputasi baik dan
melakukan pertemuan
evaluasi

(1)Menetapkan SLA
(1)Lamanya laporan
Lamanya laporan laporan harus masuk &
program dari divisi
program dari divisi ada sanksi tegas bagi
7 3.5 3.1 2 2 OPZ sendiri atau mitra
OPZ sendiri atau yang melanggar; (2)
OPZ; (2)Mengurangi
mitra OPZ Melakukan pertemuan
kredibilitas OPZ
evaluasi

(1)Membangun teknologi
(1)Mengurangi integritas secara mandiri; (2)SOP
Ketergantungan dan independensi OPZ; kerjasama penyaluran
10 terhadap teknologi 2.8 3.7 2 2 (2)Ketergantungan (SLA); (3)Evaluasi kinerja
mitra program terhadap teknologi program penyaluran;
mitra program (4)Melakukan transfer
teknologi mitra ke OPZ

(1)Monitoring
dan evaluasi atas
(1)Distribusi melalui penggunaan dana
mitra disalahgunakan; program; (2)Membentuk
Distribusi
(2)Mitra yang terlambat forum komunikasi
5 melalui mitra 2.7 3.6 2 2
dikenakan sanksi sampai dan koordinasi OPZ
disalahgunakan
ancaman pemutusan dengan para mitra; (3)
hubungan kerja Menetapkan sanksi
yang keras untuk setiap
pelanggaran

Risiko Pengembangan Program

Risiko pengembangan program timbul pada saat institusi zakat mengembangkan


dan meluncurkan program-program baru. Kendala yang mungkin terjadi misalnya
program baru tidak sesuai dengan keinginan dan kebutuhan muzaki dan/atau
mustahik, budget melebihi kemampuan institusi zakat, program-program hanya saling
contoh dan kurang inovatif hingga tidak efektifnya monitoring dan evaluasi (monev)
masing-masing program.

Manajemen Risiko Pengelolaan Zakat


66 Manajemen Risiko Institusi Zakat

Gambar 21 : Heatmap Risiko Pengembangan Program

Risiko-risiko termasuk dalam risiko pengembangan program ini terdiri atas 14 risiko.
Berdasarkan analisis deskriptif yang telah dilakukan dan hasil kuesioner terhadap pelaku
institusi zakat, diperoleh penilaian risiko untuk risiko-risiko tersebut seperti terlihat pada
tabel di bawah ini.

Tabel 22 : Prioritisasi Risiko Pengembangan Program, Dampak dan Mitigasinya

Identifikasi Risiko
Kode Pengembangan L I V S Dampak Mitigasi
Program

Besarnya (1) Mencari donatur Uji kelayakan dan


biaya yang baru untuk mendanai persetujuan pelaksanaan
7 dibutuhkan untuk 4.0 4.3 2 2 program baru; (2) pengembangan produk
pengembangan Lambatnya penemuan harus disetujui oleh Komite
produk baru program baru Program

(1) Gangguan (1) Menjalin sinergi dengan


operasional manajemen; berbagai pihak serta
(2) Program baru menyusun program dengan
Minimnya biaya
6 4.1 3.9 2 2 menjadi sulit dikenal pendekatan potential
operasional OPZ
dan partisipasi mustahik assessment bukan need
untuk kesuksesan assessment; (2) Menetapkan
program menjadi rendah persentase plafon

Manajemen Risiko Pengelolaan Zakat


Manajemen Risiko Institusi Zakat 67

Identifikasi Risiko
Kode Pengembangan L I V S Dampak Mitigasi
Program
(1) Menjalin sinergi dengan
Kurang gencar, (1) Masyarakat belum
berbagai pihak untuk
rutin, dan intensif paham mengenai
meningkatkan efisiensi
dalam sosialisasi program baru OPZ;
5 3.8 3.9 2 2 pendayagunaan; (2)
kepada masyarakat (2) Lambatnya
Menetapkan anggaran biaya
tentang program pertumbuhan tingkat
operasional di anggaran
baru partisipasi masyarakat
tahunan

(1) Kegagalan
(1) Melakukan strategi
pengembangan
Penelitian atau sosialisasi yang efektif; (2)
program, distribusi
pengetesan Memilih PIC marketing dan
3 3.1 4.0 2 2 dana zakat tidak
program baru yang membuat rencana marketing
tepat sasaran; (2)
tidak tepat program setiap ada produk
Kegagalan eksekusi dan
baru
pengukuran program

(1) Asesmen program yang


baik, mengikuti isu yang
Kurang optimalnya (1) Pelaksanaan program
tengah berkembang; (2)
pendukung baru belum optimal; (2)
8 3.4 3.6 3 2 Menghidupkan R&D di
program baru yang Lambatnya implementasi
bawah Divisi Program
diluncurkan program baru
dengan laporan ke direksi
setiap bulan

Risiko Kepemimpinan

Kepemimpinan merupakan salah satu faktor utama yang mendukung kesuksesan


institusi zakat dalam mencapai sasaran strategis maupun operasional. Risiko kepemimpinan
dapat disebabkan antara lain karena lemahnya tokoh yang memimpin institusi zakat,
struktur organisasi tumpang tindih, struktur remunerasi yang tidak efektif, dalam
pemilihan dewan sering terjadi risiko terjebak pada nama besar atau orang titipan hingga
belum efektifnya fit and proper test dalam menentukan pimpinan institusi zakat.

Gambar 22 : Heatmap
Risiko Kepemimpinan

Manajemen Risiko Pengelolaan Zakat


68 Manajemen Risiko Institusi Zakat

Risiko-risiko yang termasuk dalam risiko kepemimpinan terdiri atas 16 risiko.


Berdasarkan analisis deskriptif yang telah dilakukan dan hasil kuesioner terhadap pelaku
institusi zakat, diperoleh penilaian risiko untuk risiko-risiko tersebut seperti terlihat pada
tabel di bawah ini

Tabel 23 : Prioritisasi Risiko Kepemimpinan, Dampak dan Mitigasinya

Identifikasi Risiko
Kode L I V S Dampak Mitigasi
Kepemimpinan

(1) Memberikan penghargaan


(1) Kepuasan amil
Kepuasan amil yang seimbang dengan
(reward & punish) yang
(reward & kinerjanya; (2) Melakukan
12 3.9 4.1 2 2 kurang seimbang; (2)
punishment) yang sistem penilaian kinerja
Berkurangnya SDM
kurang seimbang amil secara berjenjang dan
unggul
berkala

(1) Struktur remunerasi


Struktur remunerasi yang tidak efektif; (2) Me-review kebijakan
9 3.7 4.3 3 2
yang tidak efektif Berkurangnya SDM renumerasi
unggul

(1) Perlu ada semacam


(1) Kegagalan untuk laporan yang independen
Kegagalan untuk memastikan dan untuk mengukur mengenai
memastikan dan mempertahankan produktivitas dan efisiensi
8 mempertahankan 3.6 4.3 2 2 produktivitas dan OPZ; (2) Memberlakukan
produktivitas dan efisiensi OPZ; (2) kompensasi yang memadai
efisiensi OPZ Berkurangnya SDM dan adil bagi seluruh amil; (3)
unggul Membuat standar rasio BOPO
dan Rasio Produktivitas

(1) Membangun budaya


(1) Idealisme amil
organisasi dan meningkatkan
Idealisme amil meluntur; (2)
5 2.9 4.6 2 2 peran divisi HRD; (2)
meluntur Berkurangnya SDM
Melakukan training-training
unggul
motivasi, perkuat visi-misi

(1) Memberikan layanan dan


(1) Risiko tidak suasana kerja yang kondusif
Risiko tidak dapat merekrut, bagi amil, meningkatkan
dapat merekrut, mempertahankan dan performance lembaga
6 3.3 4.1 2 2
mempertahankan mengelola SDM; (2) dan performance amil;
dan mengelola SDM Berkurangnya SDM (2) Meningkatkan amil
unggul engagement dan menjaga
tingkat kesejahteraan amil

Manajemen Risiko Pengelolaan Zakat


Manajemen Risiko Institusi Zakat 69

Risiko Kompetisi

Risiko kompetisi antarinstitusi zakat dapat terjadi karena adanya persaingan


popularitas program dengan institusi zakat lainnya, adanya kampanye negatif tentang
institusi zakat, sehingga muzaki memilih membayar zakat tidak melalui institusi zakat
hingga ketidakharmonisan BAZNAS dan institusi zakat swasta lain.

Gambar 23: Heatmap Risiko Kompetisi

Risiko-risiko yang termasuk dalam risiko kompetisi terdiri atas 5 risiko. Berdasarkan
analisis deskriptif yang telah dilakukan dan hasil kuesioner terhadap pelaku institusi
zakat, diperoleh penilaian risiko untuk risiko-risiko tersebut seperti terlihat pada tabel di
bawah ini.

Tabel 24 : Prioritisasi Risiko Kompetisi, Dampak dan Mitigasinya

Identifikasi Risiko
Kode L I V S Dampak Mitigasi
Kompetisi

(1) Membangun
(1) Menurunnya
komunikasi dan
kepercayaan
koordinasi yang baik;
masyarakat terhadap
Ketidakharmonisan (2) Saling menghormati
OPZ/BAZNAS; (2)
5 BAZNAS dan OPZ 5.3 5.3 4 4 dan berorientasi
Menghambat
swasta pada manfaat; (3)
implementasi regulasi
Dibangunnya komunikasi
dan pertumbuhan
yang intens antara
dunia zakat
BAZNAS dan OPZ

Manajemen Risiko Pengelolaan Zakat


70 Manajemen Risiko Institusi Zakat

Identifikasi Risiko
Kode L I V S Dampak Mitigasi
Kompetisi

(1) Membuat indikator


keberhasilan atas program
(1) Ketidakharmonisan yang dapat diukur
Persaingan popularitas
antar OPZ; (2) Alokasi secara sewajarnya; (2)
1 program dengan OPZ 5.9 4.3 3 3
biaya kampanye terlalu Menghindari persaingan
lain
besar dengan menyampaikan
diferensiasi program
unggulan

(1) Menghindari
(1) Ketidakharmonisan persaingan dengan OPZ
antar OPZ; (2) lain dengan cara bermain
Adanya risiko
Melanggar etika dan di segmentasi dan ceruk
2 persaingan tidak sehat 5.3 4.7 3 3
mengganggu prioritas pasar sendiri; (2) Dibuat
dengan OPZ lain
pelayanan terhadap kesepakatan bersama
mustahik yang dinaungi oleh FOZ,
BAZNAS dan Kemenag

(1) Me-review ulang target


(1) Ketidakharmonisan
pasar, fokus pada target
antara OPZ dan
Adanya risiko pasar sendiri sehingga
lembaga sosial
persaingan tidak sehat tidak bersaing pada
kemanusiaan lainnya;
3 antara OPZ dengan 4.8 4.3 3 3 target pasar yang sama;
(2) Melanggar etika dan
lembaga sosial (2) Dibuat kesepakatan
mengganggu prioritas
kemanusiaan lainnya bersama yang dinaungi
pelayanan terhadap
oleh FOZ, BAZNAS dan
mustahik
Kemenag

(1) Membuat kampanye


Adanya kampanye (1) Masyarakat perzakatan melalui media
negatif tentang OPZ, cenderung menyalurkan sosial dan memberikan
sehingga muzaki sendiri zakat mereka laporan keuangan tepat
4 4.2 4.7 3 4
memilih membayar kepada mustahik; pada waktunya; (2)
zakat tidak melalui (2) Mengganggu Dilakukannya sosialisasi
OPZ pertumbuhan OPZ zakat oleh FOZ, BAZNAS
dan Kemenag

Risiko Kejahatan/Penipuan

Risiko kejahatan/penipuan ini terjadi akibat dari segala tindakan-tindakan ilegal


yang dilakukan oleh siapa saja di berbagai level unit institusi zakat untuk tujuan pribadi
ataupun golongan yang dapat berakibat pada kerugian lembaga atau rusaknya reputasi
institusi zakat. Risiko ini dapat muncul akibat petugas amil dan mustahik melakukan
manipulasi data, terjadinya perampokan dana zakat yang dibawa amil hingga adanya
sindikat mustahik, yaitu pengajuan proposal bantuan ke beberapa institusi zakat.

Manajemen Risiko Pengelolaan Zakat


Manajemen Risiko Institusi Zakat 71

Gambar 24: Heatmap Risiko Kejahatan/Penipuan

Risiko-risiko yang termasuk dalam risiko kejahatan/penipuan terdiri atas 12 risiko.


Berdasarkan analisis deskriptif yang telah dilakukan dan hasil kuesioner terhadap pelaku
institusi zakat, diperoleh penilaian risiko untuk risiko-risiko tersebut seperti terlihat pada
tabel di bawah ini.

Tabel 25 : Prioritisasi Risiko Kejahatan/Penipuan, Dampak dan Mitigasinya

Identifikasi Risiko
Kode L I V S Dampak Mitigasi
Kejahatan

(1) Pendampingan penerima


dana bergulir; (2) Adanya
(1) Program dana
form assessment dan survei
Mustahik penerima bergulir kurang
mustahik ke lapangan; (3)
11 dana bergulir kurang 5.3 3.5 3 3 berhasil; (2) Merusak
Adanya sanksi terhadap
amanah/serius reputasi dan
mustahik yang melanggar
kredibilitas OPZ
seperti pemberhentian dalam
pengucuran dana

(1) Penyuluhan dan edukasi


ke mustahik; (2) Pembinaan
Mustahik (1) Penyaluran
secara periodik; (3) Adanya
menyalahgunakan dana zakat tidak
sanksi terhadap mustahik
10 dana zakat (misal, 4.5 3.6 3 3 tepat sasaran; (2)
yang melanggar seperti
untuk membeli Merusak reputasi dan
pemberhentian dalam
rokok) kredibilitas OPZ
pengucuran dana/bantuan
layanan

Manajemen Risiko Pengelolaan Zakat


72 Manajemen Risiko Institusi Zakat

Identifikasi Risiko
Kode L I V S Dampak Mitigasi
Kejahatan

(1) Proses monitoring


Penyaluran zakat (1) Menurunnya dan evaluasi perlu
melalui Mitra kredibilitas OPZ; (2) ditingkatkan; (2) Sistem
12 3.4 4.5 3 3
Pelaksana Program Pelanggaran regulasi pelaporan online dan cek
disalahgunakan dan syariah langsung (site visit); (3)
Diberlakukannya sanksi

(1) Audit internal secara


kontinyu; (2) Adanya sistem
(1) Menurunnya notifikasi ke muzaki atas
Penggelapan dana kredibilitas OPZ donasi yang disampaikan
zakat yang diambil dan kepercayaan melalui amil/via kantor/
8 3.3 4.5 2 3
langsung oleh amil masyarakat; (2) via atm; (3) Adanya sistem
dari muzaki Pelanggaran regulasi pemberitahuan ke muzaki
dan syariah terkait pergantian SDM
baru; (4) Fungsi costumer
relation dijalankan.

Petugas amil yang


(1) Mustahik (1) SOP penyaluran zakat; (2)
tidak amanah
terlambat menerima Fungsi audit internal
dari segi waktu
7 3.8 3.8 2 2 dana zakat; (2) dijalankan; (3) Adanya SOP
(terlambat dalam
Merusak reputasi dan keuangan terkait CA (Cash
penyaluran zakat ke
kredibilitas OPZ Advance) penyaluran.
mustahik)

RISIKO PROPERTI
Risiko Manusia

Risiko properti terjadi atas properti atau harta benda institusi zakat yang diakibatkan
karena perilaku manusia, ketidakpastian ekonomi dan bencana alam, sehingga akan
mengakibatkan kerugian institusi zakat. Risiko kehilangan properti yang disebabkan
karena perilaku manusia misalnya rusaknya sarana (alat bantu) operasional institusi zakat
dan kebakaran karena kelalaian amil, kantor institusi zakat dimasuki pencuri, amil kurang
bertanggung jawab, terjadinya perkara hukum, kerusuhan, sabotase, pemogokan,
termasuk korupsi, kolusi dan nepotisme (KKN).

Manajemen Risiko Pengelolaan Zakat


Manajemen Risiko Institusi Zakat 73

Gambar 25 : Heatmap Risiko Manusia

Risiko-risiko yang termasuk dalam risiko manusia terdiri atas 13 risiko. Berdasarkan
analisis deskriptif yang telah dilakukan dan hasil kuesioner terhadap pelaku institusi
zakat, diperoleh penilaian risiko untuk risiko-risiko tersebut seperti terlihat pada tabel di
bawah ini.

Tabel 26 : Prioritisasi Risiko Manusia, Dampak dan Mitigasinya

Identifikasi Risiko
Kode L I V S Dampak Mitigasi
Manusia

(1) Memberikan pengamanan


(1) Kehilangan aset
fisik ataupun sistem yang
Kantor OPZ dimasuki OPZ; (2) Menurunkan
2 5.2 4.3 2 2 memadai pada seluruh
pencuri kinerja OPZ; (3)
kantor; (2) Keamanan (CCTV,
Merusak reputasi OPZ
security)

(1) Monitoring dan evaluasi


(1) Amil bekerja atas kondisi tempat kerja
kurang optimal; (2) yang dapat memberikan
Tempat kerja kurang Tingkat kenyamanan kenyamanan kerja; (2)
3 5.3 3.6 3 2
memenuhi standar dan stabilitas kualitas Membuat standar bentuk
kerja karyawan penataan ruang kerja; (3)
terganggu Perlu diterapkannya ISO 9001
: 2015

(1) Berdampak besar,


karena berhubungan Adanya peraturan lembaga
Terjadinya perkara dengan kepercayaan yang termuat dalam SOP,
7 3.8 5.0 2 2
hukum (Lawsuit) terhadap OPZ; (2) terkait kepatuhan terhadap
Dapat membahayakan hukum positif
amil dan lembaga

Manajemen Risiko Pengelolaan Zakat


74 Manajemen Risiko Institusi Zakat

Identifikasi Risiko
Kode L I V S Dampak Mitigasi
Manusia

(1) Kehilangan sarana/ (1) Sebaiknya seluruh


prasarana, aset aset fisik bangunan
Kantor OPZ terbakar
6 3.7 5.0 3 5 dan data; (2) Dapat diasuransikan; (2)
(Fire, human origin)
membahayakan amil Menyediakan APAR dan
dan lembaga panduan evakuasi;

(1) Menyosialisasikan
(1) Dapat mengganggu
Amil kurang kepatuhan; (2) SOP
aktivitas amil dan
bertanggung jawab pemeliharaan sarana kerja;
untuk memulihkannya
atas kerusakan (3) Rekrutmen awal amil
4 3.1 4.6 3 3 butuh waktu yg
dan kemusnahan yang selektif; (4) Adanya
cukup lama; (2) Dapat
dana zakat (akibat pembinaan pekanan
membahayakan amil
kelalaian amil) amil dari sisi ruhiah dan
dan lembaga
manajemen

Risiko Ekonomi

Risiko kehilangan properti yang disebabkan karena ketidakpastian ekonomi


misalnya terjadinya fluktuasi mata uang, perubahan harga, pergeseran/perubahan
preferensi, resesi ekonomi, kelangkaan sumber daya hingga perubahan teknologi.

Gambar 26 : Heatmap Risiko Ekonomi

Risiko-risiko yang termasuk dalam risiko ekonomi terdiri atas 9 risiko. Berdasarkan
analisis deskriptif yang telah dilakukan dan hasil kuesioner terhadap pelaku institusi
zakat, diperoleh penilaian risiko untuk risiko-risiko tersebut seperti terlihat pada tabel di
bawah ini.

Manajemen Risiko Pengelolaan Zakat


Manajemen Risiko Institusi Zakat 75

Tabel 27 : Prioritisasi Risiko Ekonomi, Dampak dan Mitigasinya

Identifikasi Risiko
Kode L I V S Dampak Mitigasi
Ekonomi

Manajemen perlu
melakukan re-setting
Terjadinya fluktuasi
anggaran untuk dapat
1 mata uang (Currency 5.3 4.0 3 2
menyesuaikan kembali
fluctuation)
dengan kemampuan cash
flow OPZ

Terjadinya perubahan Mengganggu


3 4.8 3.9 2 2 Menjaga stabilitas internal
politik (Policital change) eksistensi dan
pertumbuhan OPZ
Terjadinya perubahan
jangka pendek/
2 harga (Interest rate or 5.0 3.3 3 2 Menjaga stabilitas internal
menengah/ panjang
price change)

Terjadinya perang Pengamanan keselamatan


9 3.1 5.2 2 2
(War) seluruh amil

Terjadinya
Update pada
8 perubahan teknologi 4.3 3.6 2 2
perkembangan teknologi
(Technological change)

Risiko Bencana Alam

Risiko kehilangan properti yang disebabkan karena bencana alam terjadi saat sumber
daya atau kapasitas yang tersedia sangat tidak memadai dalam mengatasi ancaman
bencana alam yang menyebabkan kerugian hingga kehilangan nyawa, materi dan kerugian
lingkungan. Risiko bencana alam misalnya terjadinya keruntuhan atau kerobohan, gempa
bumi, kebakaran secara alami, banjir, wabah penyakit, dan musibah alami lainnya.

Gambar 27 : Heatmap
Risiko Bencana Alam

Manajemen Risiko Pengelolaan Zakat


76 Manajemen Risiko Institusi Zakat

Risiko-risiko yang termasuk dalam risiko bencana alam terdiri atas 12 risiko.
Berdasarkan analisis deskriptif yang telah dilakukan dan hasil kuesioner terhadap pelaku
institusi zakat, diperoleh penilaian risiko untuk risiko-risiko tersebut seperti terlihat pada
tabel di bawah ini.

Tabel 28 : Prioritisasi Risiko Bencana Alam, Dampak dan Mitigasinya

Identifikasi Risiko
Kode L I V S Dampak Mitigasi
Bencana Alam

(1) Rusaknya aset OPZ; (2)


Risiko penurunan Mengganggu operasional (1) Aset kelolaan yang
1 4.5 4.4 3 2
aset zakat dan kinerja OPZ; (3) Cost bersumber dari dana
operasional terbebani masyarakat sebaiknya
diasuransikan; (2)
(1) Berdampak Standar pengelolaan
malapetaka, karena aset zakat; (3) Adanya
merusak aset-aset OPZ; (2) maintenance dan
Terjadinya bencana
Berpengaruh pada kinerja peremajaan aset secara
6 alam gempa bumi 4.0 4.0 3 3 gradual; (4) Melakukan
OPZ; (3) Terhambatnya
(earthquakes) koordinasi dengan
aktivitas pengelolaan
zakat (penghimpunan, BNPT dan BMKG untuk
pengelolaan, penyaluran) menentukan antisipasi
awal; (5) Disiapkannya
karyawan dengan diberi
Rusaknya sarana (1) Rusaknya aset OPZ; (2)
pembekalan Disaster
(alat bantu) Mengganggu operasional
Management; (6) Harus
2 operasional OPZ 4.2 3.7 2 2 dan kinerja OPZ; (3) Cost
ada kebijakan untuk
bukan karena operasional terbebani; (4)
melakukan inventarisasi
kelalaian amil Tingkat efisiensi menurun
atas seluruh aset
tetap terkait dengan
Kurang berjalannya (1) Rusaknya aset OPZ; (2) risiko karena force
tindakan Mengganggu operasional majeur; (7)Scheduling
3 3.8 3.9 2 2
pengasuransian dan kinerja OPZ; (3) Cost pengasuransian sarana
sarana-sarana OPZ operasional terganggu OPZ; (8) Adanya
penyusunan anggaran
(1) Berdampak besar, tahunan terkait sarana
merusak aset; (2) prasarana lembaga;
Terjadi banjir, air Berpengaruh pada kinerja (9) Membuat standar
8 3.9 3.6 3 3
bah (flood) OPZ; (3) Terhambatnya penanganan kondisi
aktivitas pengelolaan terkait
zakat

RISIKO AMIL DAN RELAWAN

Risiko Tata Kelola Amil

Risiko Amil dapat terjadi apabila institusi zakat tidak dapat merekrut, mempertahankan
dan mengelola sumber daya manusia institusi zakat, termasuk di dalamnya belum ada
standarisasi tata kelola amil yang baik (Good Amil Governance), belum adanya pelatihan
amil yang terstruktur dan sistemik, tidak adanya kejelasan mengenai jenjang karir amil,
amil digaji di bawah standar, mindset SDM bahwa institusi zakat bukan pilihan utama
pencari kerja yang berbakat hingga tidak adanya komunikasi yang baik.

Manajemen Risiko Pengelolaan Zakat


Manajemen Risiko Institusi Zakat 77

Gambar 28 : Heatmap Risiko Tata Kelola Amil

Risiko-risiko yang termasuk dalam risiko tata kelola amil terdiri atas 27 risiko.
Berdasarkan analisis deskriptif yang telah dilakukan dan hasil kuesioner terhadap pelaku
institusi zakat, diperoleh penilaian risiko untuk risiko-risiko tersebut seperti terlihat pada
tabel di bawah ini.

Tabel 29 : Prioritisasi Risiko Tata Kelola Amil, Dampak dan Mitigasinya

Identifikasi Risiko
Kode L I V S Dampak Mitigasi
Tata Kelola Amil

(1) Secara bertahap


Belum efektifnya amil seluruh amil wajib untuk
Kurang efektifnya
dalam melakukan dilakukan sertifikasi uji
OPZ mengelola zakat
pendampingan kompetensi melalui LSP-
18 4.2 5.2 3 4 dan menurunnya
pada sebuah proyek BNSP; (2) Membuat SOP
kepercayaan
pemberdayaan kaum pendampingan proyek;
masyarakat
dhuafa (3) Melakukan Project
Management Training

Belum efektifnya amil (1) Membuat SOP


Muzaki kurang puas,
dalam memonitor monitoring proyek;
19 4.1 5.2 3 4 penghimpunan zakat
proyek yang didanai (2) Melakukan Project
kurang efektif
OPZ Management Training

Manajemen Risiko Pengelolaan Zakat


78 Manajemen Risiko Institusi Zakat

Identifikasi Risiko
Kode L I V S Dampak Mitigasi
Tata Kelola Amil

(1) Membuat aturan


full time employee; (2)
Pekerjaan sebagai Melarang amil memiliki
OPZ memiliki SDM
20 amil hanya pekerjaan 3.8 5.3 3 4 side job dan menggaji
kelas 2
sampingan (second job) amil dengan hak yang
pantas dengan tanggung
jawabnya

(1) Memberikan SOP


Belum efektifnya amil
Risiko salah sasaran standarisasi persetujuan
dalam mengevaluasi
17 4.5 4.6 3 4 dan inefisiensi proposal; (2) Melakukan
proposal proyek yang
program Project Management
akan didanai OPZ
Training

(1) Membuat SOP


Amil OPZ kurang tepat
Menggangu reputasi kedisiplinan; (2) Membuat
16 waktu/janji (tidak 3.4 5.3 2 4
OPZ aturan ketat tentang
disiplin)
kebiasaan bekerja

Risiko Pengelolaan Relawan

Risiko pengelolaan relawan terjadi saat institusi zakat tidak berkomitmen penuh
untuk mengembangkan dan menerapkan standarisasi tata kelola relawan yang baik.
Risiko ini disebabkan antara lain karena kualitas calon relawan yang terbatas, tidak
efisiennya screening relawan, rendahnya kualitas relawan, kurang komitmen dengan
pekerjaannya, kurangnya pengawasan terhadap relawan hingga kurangnya komunikasi
antar amil dan relawan.

Gambar 29 : Heatmap Risiko Pengelolaan Relawan

Manajemen Risiko Pengelolaan Zakat


Manajemen Risiko Institusi Zakat 79

Risiko-risiko yang termasuk dalam risiko pengelolaan relawan terdiri atas 18 risiko.
Berdasarkan analisis deskriptif yang telah dilakukan dan hasil kuesioner terhadap pelaku
institusi zakat, diperoleh penilaian risiko untuk risiko-risiko tersebut seperti terlihat pada
tabel di bawah ini.

Tabel 30 : Prioritisasi Risiko Pengelolaan Relawan, Dampak dan Mitigasinya

Identfksi Risiko
Kode L I V S Dampak Mitigasi
Pengelolaan Relawan

(1) Harus ada pedoman


pengelolaan relawan;
Belum ada standarisasi
Mengganggu (2) Membuat standar
tata kelola relawan yang
1 5.3 4.7 3 2 reputasi OPZ dan kerelawanan; (3)
baik (Good Volunteer
kode etik profesi Melakukan standar
Governance)
kerja relawan (kode etik
relawan)

(1) Perlu proses rekrutmen


Mengganggu dan pelatihan berjenjang;
eksistensi/ (2) Memperluas info
Kualitas calon relawan
2 6.1 3.9 2 2 pertumbuhan OPZ kebutuhan relawan; (3)
yang terbatas
jangka pendek/ Melakukan seleksi awal
menengah/panjang calon relawan sesuai
kebutuhan

Kurangnya komunikasi Inefisiensi dan (1) Perlu melakukan upaya


8 antara relawan dan amil 5.3 4.4 3 2 inefektivitas sumber koordinasi dan konsolidasi
(manajer amil) daya di antara relawan secara
periodik; (2) Menyepakati
alur komunikasi relawan
dengan amil; (3) Membuat
Kurangnya komunikasi Inefisiensi sumber
7 5.5 3.9 3 2 web relawan dan email/
antarrelawan daya
grup pesan instan

(1) Pelaksanaan pelatihan


Mengganggu
dan uji kompetensi perlu
eksistensi/
Rendahnya kualitas dilakukan; (2) Standarisasi
4 4.8 4.5 3 2 pertumbuhan OPZ
relawan pelatihan relawan; (3)
jangka pendek/
Membuat agenda training
menengah/panjang
rutin

RISIKO MUZAKI DAN MUSTAHIK

Risiko Muzaki

Risiko muzaki merupakan kondisi yang dialami oleh institusi zakat yang disebabkan
karena muzaki tidak tahu cara menghitung besaran zakat, muzaki menyalurkan zakatnya
ke lebih dari satu institusi zakat, muzaki yang tidak bisa diidentifikasi (Hamba Allah)
hingga banyaknya muzaki yang membayar zakat secara musiman (Ramadhan).

Manajemen Risiko Pengelolaan Zakat


80 Manajemen Risiko Institusi Zakat

Gambar 30 : Heatmap Risiko Muzaki

Risiko-risiko yang termasuk dalam risiko muzaki terdiri atas 4 risiko. Berdasarkan
analisis deskriptif yang telah dilakukan dan hasil kuesioner terhadap pelaku institusi
zakat, diperoleh penilaian risiko untuk risiko-risiko tersebut seperti terlihat pada tabel di
bawah ini.

Tabel 31 : Prioritisasi Risiko Muzaki, Dampak dan Mitigasinya

Identifikasi Risiko
Kode L I V S Dampak Mitigasi
Muzaki

(1) Penghimpunan yang


Dilakukannya sosialisasi
tidak stabil; (2) Pengaruh
Banyak muzaki yang oleh lembaga kepada
terhadap kinerja
membayar zakat masyarakat di media-
4 6.8 3.1 2 1 penghimpunan dan
secara musiman media yang dimiliki
penyaluran; (3) Tingkat
(Ramadhan) lembaga dan/atau
layanan meningkat secara
media eksternal
musiman

(1) Target penghimpunan


Membuat program
zakat tidak tercapai; (2)
Muzaki menyalurkan penyaluran yang
Penurunan penghimpunan;
2 zakatnya ke lebih 6.2 2.7 2 2 menarik sehingga dapat
(3) Pengaruh tidak terlalu
dari satu OPZ menarik minat donatur
signifikan untuk jangka
lebih banyak
menengah/panjang

Manajemen Risiko Pengelolaan Zakat


Manajemen Risiko Institusi Zakat 81

Identifikasi Risiko
Kode L I V S Dampak Mitigasi
Muzaki

(1) OPZ tidak dapat


memberikan bukti setoran
zakat kepada muzaki;
(1) Menelusuri dari asal
Muzaki yang tidak (2) Banyak catatan di
usul sumber dana; (2)
3 bisa diidentifikasi 5.7 2.9 2 2 laporan keuangan dan sulit
Penggunaan sistem
(Hamba Allah) menentukan jenis dana;
(virtual account, dsb)
(3) Pengaruh terhadap
aspek pelaporan dan bukti
pertanggungjawaban

Jika hitungan zakat


(1) Disediakannya
berlebih, maka status
layanan konsultasi
dana tersebut bukan zakat
Muzaki tidak tahu zakat; (2) Dilakukannya
tetapi infaq atau sedekah
1 cara menghitung 5.8 2.6 2 2 sosialisasi oleh lembaga
& jika hitungan zakat
besaran zakat kepada masyarakat
kurang, maka masih ada
di media-media yang
hak mustahik dalam dana
dimiliki lembaga
muzaki tersebut

Risiko Kehilangan Muzaki

Risiko kehilangan muzaki merupakan kondisi yang dialami oleh institusi zakat yang
disebabkan karena kecenderungan muzaki membayar zakat secara mandiri, loyalitas
muzaki ke institusi zakat tertentu rendah, muzaki pindah ke institusi zakat lain, hingga
muzaki kurang percaya kepada institusi zakat.

Gambar 31 : Heatmap Risiko Kehilangan Muzaki

Manajemen Risiko Pengelolaan Zakat


82 Manajemen Risiko Institusi Zakat

Risiko-risiko yang termasuk dalam risiko kehilangan muzaki terdiri atas 13 risiko.
Berdasarkan analisis deskriptif yang telah dilakukan dan hasil kuesioner terhadap pelaku
institusi zakat, diperoleh penilaian risiko untuk risiko-risiko tersebut seperti terlihat pada
tabel di bawah ini.

Tabel 32 : Prioritisasi Risiko Kehilangan Muzaki, Dampak dan Mitigasinya

Risiko Kehilangan
Kode L I V S Dampak Mitigasi
Muzaki

Muzaki pindah ke OPZ


3 5.7 4.1 2 1
lain

(1) Penghimpunan
(1) Dilakukannya sosialisasi
yang tidak stabil; (2)
Muzaki kurang paham oleh lembaga kepada
Pengaruh terhadap
8 pentingnya membayar 5.3 4.1 2 1 masyarakat di media-
kinerja penghimpunan
zakat melalui OPZ media yang dimiliki
dan penyaluran;
lembaga dan/atau media
(3) Tingkat layanan
eksternal; (2) Membuat
meningkat secara
program penyaluran
musiman; (4) Target
yang menarik sehingga
Muzaki kurang penghimpunan
6 5.3 3.9 2 1 dapat menarik minat
mengenal OPZ zakat tidak tercapai;
donatur lebih banyak;
(5) Penurunan
(3) Menelusuri dari asal
penghimpunan; (6)
usul sumber dana; (4)
Pengaruh tidak terlalu
Penggunaan sistem
signifikan untuk jangka
(virtual account, dsb); (5)
Muzaki kurang percaya menengah/panjang;
7 5.3 3.9 2 1 Disediakannya layanan
kepada OPZ (7) Penghimpunan
konsultasi zakat; (6)
yang tidak stabil; (8)
Sosialisasi OPZ sebagai
Pengaruh terhadap
lembaga amil yang
kinerja penghimpunan
profesional; (7) Edukasi
dan penyaluran;
ke muzaki bahwa OPZ
(9) Tingkat layanan
lebih paham pemetaan
Kecenderungan muzaki meningkat secara
mustahik
1 membayar zakat secara 5.5 3.7 2 1 musiman
mandiri

Risiko Kepuasan Muzaki

Risiko kepuasan muzaki merupakan kondisi yang dialami oleh institusi zakat yang
disebabkan karena muzaki kurang puas dengan pelayanan institusi zakat, pelayanan amil
institusi zakat kurang profesional, lambatnya pelayanan amil kepada muzaki, kegagalan
sistem layanan muzaki (sistem kantor layanan muzaki), kurang tanggapnya amil terhadap
keluhan masyarakat (muzaki) maupun terhadap masukan/saran dari masyarakat (muzaki).

Manajemen Risiko Pengelolaan Zakat


Manajemen Risiko Institusi Zakat 83

Gambar 32 : Heatmap Risiko Kepuasan Muzaki

Risiko-risiko yang termasuk dalam risiko kepuasan muzaki terdiri atas 7 risiko.
Berdasarkan analisis deskriptif yang telah dilakukan dan hasil kuesioner terhadap pelaku
institusi zakat, diperoleh penilaian risiko untuk risiko-risiko tersebut seperti terlihat pada
tabel di bawah ini.

Tabel 33 : Prioritisasi Risiko Kepuasan Muzaki, Dampak dan Mitigasinya

Identifikasi Risiko
Kode L I V S Dampak Mitigasi
Kepuasan Muzaki

(1) Membuat SOP pelayanan


Muzaki pindah ke muzaki; (2) Diadakan
Muzaki menuntut
OPZ lain atau memilih kuesioner terhadap muzaki
2 pelayanan prima 5.2 3.3 2 2
menyalurkan sendiri dalam menjaring ekspektasi
dari OPZ
zakatnya layanan dari sudut pandang
muzaki.

(1) Membuat SOP pelayanan


dan kode etik amil; (2)
Muzaki kurang puas, Dilakukannya benchmark
Pelayanan amil OPZ
3 4.3 3.9 2 2 penghimpunan zakat dengan lembaga yang
kurang profesional
kurang efektif profesional (baik lembaga
sejenis ataupun industri
yang berbeda)

Muzaki pindah ke (1) Standar customer


Muzaki kurang puas
OPZ lain atau memilih satisfaction yang tinggi;
1 dengan pelayanan 3.9 3.7 2 2
menyalurkan sendiri (2) Peningkatan kualitas
OPZ
zakatnya services excellent

Manajemen Risiko Pengelolaan Zakat


84 Manajemen Risiko Institusi Zakat

Identifikasi Risiko
Kode L I V S Dampak Mitigasi
Kepuasan Muzaki

(1) Membuat SOP


Kurang tanggapnya penanganan keluhan dari
Menurunnya kredibilitas
amil terhadap muzaki; (2) Dilakukannya
6 3.8 3.7 2 2 OPZ dan kepercayaan
keluhan masyarakat audit internal dan
masyarakat
(muzaki) diterapkannya ISO 9001 :
2015

(1) Sistem yang kuat


Kegagalan sistem Risiko beralih,
dan online-based; (2)
layanan muzaki penurunan kinerja
5 3.8 3.5 2 2 Dilakukannya audit internal
(sistem kantor penghimpunan, risiko
dan diterapkannya ISO 9001
layanan muzaki) reputasi
: 2015

Risiko Mustahik

Risiko Mustahik merupakan kondisi yang dialami oleh institusi zakat yang
disebabkan karena belum adanya standarisasi dalam memverifikasi mustahik di masing-
masing program, belum adanya indikator pengukuran kesejahteraan mustahik, mustahik
mendapatkan zakat dari beberapa institusi zakat, mustahik yang sudah meninggal atau
mustahik yang sudah naik kelas tetap mendapat zakat.

Gambar 33 : Heatmap Risiko Mustahik

Risiko-risiko yang termasuk dalam risiko mustahik terdiri atas 5 risiko. Berdasarkan
analisis deskriptif yang telah dilakukan dan hasil kuesioner terhadap pelaku institusi
zakat, diperoleh penilaian risiko untuk risiko-risiko tersebut seperti terlihat pada tabel di
berikut.

Manajemen Risiko Pengelolaan Zakat


Manajemen Risiko Institusi Zakat 85

Tabel 34 : Prioritisasi Risiko Mustahik, Dampak dan Mitigasinya

Identifikasi Risiko
Kode L I V S Dampak Mitigasi
Mustahik

(1) Menerapkan kebijakan


(1)Penyaluran dana dan prosedur pelayanan
Mustahik zakat tidak merata; mustahik yang excellent; (2)
3 mendapatkan zakat 6.1 3.3 3 2 (2)Sulit menentukan Adanya komunikasi antar
dari beberapa OPZ mustahik; (3) OPZ dan BAZNAS seperti
Overlapping bantuan dibuatkannya sistem ID
Single mustahik

(1) Melakukan survei


(1) Sulit menentukan
kepuasan mustahik dan
mustahik; (2)
penelitian kaji dampak
Belum adanya Kegagalan
program secara berkala;
indikator identifikasi
(2) Membuat indikator
2 pengukuran 3.8 3.4 2 2 perkembangan
pengukuran kesejahteraan
kesejahteraan mustahik; (3)
mustahik; (3) Dilakukannya
mustahik Ketepatan
audit internal dan
penyaluran
diterapkannya ISO 9001 :
terganggu
2015

(1) Mengembangkan
(1) Banyak dana yang
komunikasi dan kolaborasi
Belum adanya tidak tepat sasaran;
di antara pengelola zakat;
standarisasi dalam (2) Risiko salah
(2) Membuat SOP verifikasi
1 memverifikasi 2.7 3.8 2 2 sasaran penyaluran;
mustahik untuk masing-
mustahik di masing- (3) Ketepatan
masing program; (3)
masing program penyaluran
Dikuatkannya sistem monev
terganggu
oleh lembaga

(1) Penyaluran dana


zakat kurang efektif;
(2) Sulit menentukan (1) Memperkuat database
Mustahik yang sudah mustahik; (3) Salah mustahik dan pemutakhiran
5 naik kelas tetap 2.0 2.5 2 1 penyaluran; (4) data; (2) Adanya
mendapat zakat Kredibilitas OPZ; komunikasi antar OPZ dan
(5) Ketepatan BAZNAS
penyaluran
terganggu

(1) Penyaluran dana


zakat kurang efektif;
(2) Sulit menentukan (1) Memperkuat database
Mustahik yang sudah mustahik; (3) Risiko mustahik dan pemutakhiran
4 meninggal tetap 1.9 2.3 2 1 salah sasaran data; (2) Adanya
mendapat zakat penyaluran; komunikasi antar OPZ dan
(4) Ketepatan BAZNAS; (3) Adanya monev
penyaluran
terganggu

Manajemen Risiko Pengelolaan Zakat


86 Manajemen Risiko Institusi Zakat

Risiko Kehilangan Mustahik

Risiko kehilangan mustahik merupakan kondisi yang dialami oleh institusi zakat
yang disebabkan karena lokasi mustahik yang susah dijangkau, banyak mustahik yang
tidak teridentifikasi oleh institusi zakat, domisili mustahik tidak tetap, hingga mustahik
tidak memiliki tanda pengenal/KTP.

Gambar 34 : Heatmap Risiko Kehilangan Mustahik

Risiko-risiko yang termasuk dalam risiko kehilangan mustahik terdiri atas 9 risiko.
Berdasarkan analisis deskriptif yang telah dilakukan dan hasil kuesioner terhadap pelaku
institusi zakat, diperoleh penilaian risiko untuk risiko-risiko tersebut seperti terlihat pada
tabel di berikut.

Tabel 35 : Prioritisasi Risiko Kehilangan Mustahik, Dampak dan Mitigasinya

Risiko
Kode Kehilangan L I V S Dampak Mitigasi
Mustahik

(1) Dana zakat yang (1) Membuka kantor


diterima mustahik perwakilan yang
tidak tepat waktu; berada pada posisi yang
Lokasi Mustahik (2) Memerlukan dana memberikan kemudahan
1 yang susah 5.5 3.7 2 2 yang lebih besar untuk dijangkau oleh
dijangkau untuk menjangkau; muzaki; (2) Kerja sama
(3) Coverage mustahik dengan perwakilan
terbatas atau biaya setempat; (3) Dilakukannya
operasional tinggi sinergi antar lembaga

Manajemen Risiko Pengelolaan Zakat


Manajemen Risiko Institusi Zakat 87

Risiko
Kode Kehilangan L I V S Dampak Mitigasi
Mustahik

(1) Penguatan terhadap


database mustahik dan
(1) Mustahik tidak
penguatan sistem informasi;
Mustahik tidak dapat dilayani; (2)
(2) Menggunakan identitas
9 memiliki tanda 6.1 2.8 2 2 Sulit dalam membuat
yang ada; (3) Dilakukannya
pengenal/KTP laporan; (3) Risiko
social mapping dan bekerja
validitas data mustahik
sama dengan pengurus
warga setempat.

(1) Melakukan penguatan


(1) Dana zakat
pendampingan masyarakat
tidak tersalurkan
dan lokalitas budaya
atau terlambat; (2)
Domisili mustahik setempat; (2) Penggunaan
3 5.3 2.7 2 2 Memerlukan dana
tidak tetap identitas basis kelompok; (3)
yang lebih besar untuk
Sosialisasi terhadap
menjangkau; (3) Risiko
mustahik dan dilakukan
validitas data mustahik
social mapping

(1) Penyaluran zakat


tidak merata; (2)
(1) Memberikan alternatif
Mustahik tidak
penyaluran melalui bantuan
Mustahik tidak menerima zakat; (3)
tokoh masyarakat setempat;
2 teridentifikasi oleh 4.0 3.2 2 1 Memerlukan dana
(2) Dilakukannya sinergi
OPZ yang lebih besar
antarlembaga dan dilakukan
untuk menjangkau; (4)
social mapping
Kelemahan assessment
dan database OPZ

(1) Kebutuhan dasar (1) Turut serta aktif dalam


mustahik belum dapat mendorong warga penerima
Mustahik tidak terpenuhi; (2) Perlu manfaat dalam memenuhi
tahu kalau dirinya melakukan sosialisasi identitas diri dan keluarga
5 4.0 2.2 2 1
dapat menerima kembali; (3) Pengaruh dengan berkoordinasi
zakat dari OPZ tidak signifikan dengan pemerintah dan
terhadap kinerja dinas terkait; (2) Melakukan
penyaluran edukasi ke mustahik.

Risiko Kepuasan Mustahik

Risiko kepuasan mustahik merupakan kondisi yang dialami oleh institusi zakat yang
disebabkan karena mustahik kurang puas dengan pelayanan institusi zakat, lambatnya
pelayanan amil kepada mustahik (sistem kantor layanan mustahik), mustahik menuntut
pelayanan prima dari LAZ hingga kegagalan sistem layanan mustahik.

Manajemen Risiko Pengelolaan Zakat


88 Manajemen Risiko Institusi Zakat

Gambar 35 : Heatmap Risiko Kepuasan Mustahik

Risiko-risiko yang termasuk dalam risiko kepuasan mustahik terdiri atas 6 risiko.
Berdasarkan analisis deskriptif yang telah dilakukan dan hasil kuesioner terhadap pelaku
institusi zakat, diperoleh penilaian risiko untuk risiko-risiko tersebut seperti terlihat pada
tabel di bawah ini.

Tabel 36 : Prioritisasi Risiko Kepuasan Mustahik, Dampak dan Mitigasinya

Identifikasi Risiko
Kode L I V S Dampak Mitigasi
Kepuasan Mustahik

(1) Membuat SOP


penanganan keluhan
(1) Menurunnya
mustahik; (2) Menanamkan
Kurang tanggapnya kredibilitas OPZ
pemahaman atas pelayanan
amil terhadap dan kepercayaan
1 3.0 4.1 2 1 yang equal antara
keluhan masyarakat masyarakat; (2)
muzaki dan mustahik; (3)
(mustahik) Penyaluran terhambat,
Diterapkannya ISO 9001
Merusak reputasi
: 2015 khusus dalam
pemberdayaan

(1) Melakukan proses monev


terhadap perkembangan
Lambatnya pelayanan (1) Kinerja penyaluran,
program; (2) Membuat
amil kepada mustahik Kredibilitas OPZ; (2)
5 3.8 3.1 2 1 standar pelayanan mustahik
(sistem kantor Penyaluran terhambat,
(sistem, SD, alur, dsb); (3)
layanan mustahik) Merusak reputasi
Diterapkannya ISO 9001 :
2015

Manajemen Risiko Pengelolaan Zakat


Manajemen Risiko Institusi Zakat 89

Identifikasi Risiko
Kode L I V S Dampak Mitigasi
Kepuasan Mustahik

(1) Membuat SOP


penanganan saran dan
Kurang tanggapnya masukan mustahik;
Menurunnya
amil terhadap (2) Menyosialisasikan
kredibilitas OPZ
2 masukan/saran 3.0 3.8 2 2 mekanisme surat suara
dan kepercayaan
dari masyarakat mustahik dan kanal
masyarakat
(mustahik) komunikasi mustahik terkait
dengan layanan organisasi
zakat
(1) Menjaga hubungan
(1) Kinerja penyaluran, dengan seluruh penerima
Mustahik kurang
Kredibilitas OPZ; (2) manfaat yang telah dibina
3 puas dengan 3.3 3.4 2 1
Perbaikan sistem oleh organisasi zakat; (2)
pelayanan OPZ
pelayanan Diterapkannya ISO 9001 :
2015

(1) Investasi SDM, (1) Membuat standar


Mustahik menuntut
sistem, dan teknologi; kepuasan mustahik; (2)
4 pelayanan prima dari 4.1 2.4 2 1
(2) Risiko biaya Diterapkannya ISO 9001 :
OPZ
operasional 2015

Risiko Kode Etik

Risiko kode etik merupakan risiko yang terkait dengan kode etik dalam proses
perzakatan. Muzaki memberikan hadiah kepada amil, muzaki belum memahami adab-
adab memberikan zakat (niat, menyegerakan, tidak riya’), mustahik memberikan hadiah
kepada amil, mustahik belum memahami adab-adab menerima zakat (menggunakan
dengan benar, mengucapkan terima kasih) hingga amil belum memahami adab-adab
mengumpulkan zakat (adil, jujur, amanah, ikhlas) adalah merupakan risiko kode etik
yang mungkin terjadi dalam proses perzakatan dalam institusi zakat.

Gambar 36 :
Heatmap Risiko
Kode Etik

Manajemen Risiko Pengelolaan Zakat


90 Manajemen Risiko Institusi Zakat

Risiko-risiko yang termasuk dalam risiko kode etik terdiri atas 5 risiko. Berdasarkan
analisis deskriptif yang telah dilakukan dan hasil kuesioner terhadap pelaku institusi
zakat, diperoleh penilaian risiko untuk risiko-risiko tersebut seperti terlihat pada tabel di
bawah ini.

Tabel 37 : Prioritisasi Risiko Kode Etik, Dampak dan Mitigasinya

Identifikasi Risiko
Kode L I V S Dampak Mitigasi
Kode Etik

(1) Memberikan aturan yang


Dalam jangka jelas dalam kode etik, termasuk
Muzaki memberikan panjang akan punishment dan reward-nya;
1 hadiah kepada amil 4.8 3.8 2 2 melunturkan (2) Dilakukan sosialisasi kepada
(risiko kode etik) keikhlasan stakeholder terkait kode etik amil
amil melalui media dan resource yang
dimiliki lembaga
Mustahik belum
memahami adab- (1) Menerapkan kebijakan dan
adab menerima Risiko prosedur pelayanan mustahik
4 zakat (menggunakan 5.0 2.5 2 2 kepatuhan yang excellent; (2) Edukasi kepada
dengan benar, syariah mustahik; (3) Dilakukannya
mengucapkan terima pembinaan rutin dan adanya monev
kasih, dst.)

(1) OPZ perlu melakukan standarisasi


Amil belum
Melanggar SOP-nya berbasis pada ISO; (2)
memahami adab-adab
kode etik dan Pelatihan dan edukasi kepada
5 mengumpulkan zakat 3.0 4.0 2 2
kepatuhan seluruh amil; (3) Dilakukannya
(adil, jujur, amanah,
syariah pengayaan terhadap amil seperti
ikhlas, dst.)
training secara rutin

(1) Perlu membuat semacam buku


Muzaki belum
saku untuk muzaki; (2) Edukasi
memahami adab-adab Risiko
kepada muzaki tentang adab-adab
2 memberikan zakat 4.0 2.5 2 1 kepatuhan
tersebut; (3) Dilakukannya sosialisasi
(niat, menyegerakan, syariah
oleh lembaga kepada masyarakat di
tidak riya', dst.)
media-media

Amil kurang
Mustahik memberikan Memberikan aturan yang jelas dalam
objektif dalam
3 hadiah kepada amil 2.6 2.5 2 2 kode etik, termasuk punishment dan
menentukan
(risiko kode etik) reward-nya
mustahik

RISIKO TRANSFER ZAKAT ANTARNEGARA


Risiko transfer zakat antarnegara merupakan potensi risiko apabila terjadi transfer
zakat dari negara surplus sebagai pemberi zakat dan negara defisit sebagai penerima
zakat. Risiko ini dapat terjadi antara lain karena belum adanya ”internationally accepted
zakat management standard”, negara pemberi dan penerima memiliki standar zakat
yang berbeda, tingginya country risk negara penerima, belum adanya assesment country
risk dan transfer risk oleh masing-masing negara, negara pemberi dan penerima enggan
membagi informasi yang bersifat rahasia hingga belum adanya institusi zakat di negara
pemberi atau penerima.

Manajemen Risiko Pengelolaan Zakat


Manajemen Risiko Institusi Zakat 91

Gambar 37 :
Heatmap Risiko
Transfer Zakat
Antarnegara

Risiko-risiko yang termasuk dalam risiko transfer zakat antarnegara terdiri atas 10
risiko. Berdasarkan analisis deskriptif yang telah dilakukan dan hasil kuesioner terhadap
pelaku institusi zakat, diperoleh penilaian risiko untuk risiko-risiko tersebut seperti terlihat
pada tabel di bawah ini.

Tabel 38 : Prioritisasi Risiko Transfer Zakat Antarnegara, Dampak dan Mitigasinya

Identifikasi Risiko
Kode Transfer Zakat L I V S Dampak Mitigasi
Antarnegara
Belum adanya Turut serta aktif dalam
model dan analisis Negara pemberi pengembangan National Zakat
tentang country risk belum berani Index dalam rangka menilai
7 dan transfer risk 5.2 4.2 3 2 transfer zakat ke risiko dan tata kelola regional
oleh institusi zakat negara penerima pengelolaan zakat yang ke depan
masing-masing tersebut dapat digunakan untuk lintas
negara negara

Institusi zakat Melakukan pengembangan


Risiko kepatuhan
negara pemberi lembaga sebagai NGO
syariah, kepatutan,
dan penerima internasional dan menjalin
8 5.2 3.6 3 2 menghambat kerja
belum sepakat sinergi dengan mitra-mitra di
sama dan aktivitas
atas pembagian negara-negara lain dalam rangka
lintas negara
managerial fee amil kolaborasi program bersama

(1) Sistem yang


Institusi zakat Mengembangkan berbagai
tidak kompatibel,
negara pemberi dan asosiasi program kemanusiaan
menghambat kerja
penerima belum internasional dan nasional untuk
sama dan aktivitas
10 memiliki kebijakan 4.8 3.8 3 2 memperluas dan mempermudah
lintas negara; (2)
dan proses untuk penyaluran program lintas negara,
Terhambatnya
memitigasi country seperti SEAHUM, AMMA, OCHA,
transfer zakat
risk dan transfer risk Planas PRB, HFI, dkk.
antarnegara

Manajemen Risiko Pengelolaan Zakat


92 Manajemen Risiko Institusi Zakat

Identifikasi Risiko
Kode Transfer Zakat L I V S Dampak Mitigasi
Antarnegara

Belum adanya Melakukan pengembangan


Belum adanya kebijakan dan lembaga sebagai NGO
institusi zakat di proses untuk internasional dan menjalin
9 5.3 3.2 3 2
negara pemberi memitigasi country sinergi dengan mitra-mitra di
atau penerima risk dan transfer negara-negara lain dalam rangka
risk kolaborasi program bersama

Melalui World Zakat Forum dan


Negara pemberi dan Negara pemberi
Zakat Core Principle, aktif dan
penerima enggan belum berani
turut serta dalam pengembangan
5 membagi informasi 4.8 3.2 3 2 transfer zakat ke
ZCP dan penyusunan draf
yang bersifat negara penerima
International Standard of Zakat
rahasia tersebut
Management

RISIKO PELAPORAN DAN PENCATATAN

Risiko Pelaporan

Risiko pelaporan merupakan kondisi yang dialami oleh institusi zakat yang
disebabkan karena ketidaksiapan institusi zakat dalam pelaporan segala aktivitasnya
kepada stakeholder. Risiko ini muncul antara lain karena belum adanya standarisasi
bentuk laporan zakat institusi zakat ke stakeholder yang baku, kurang profesionalnya
pembuatan laporan zakat institusi zakat, laporan zakat institusi zakat tidak dibuat
secara periodik (kontinyu) hingga kemungkinan terlambatnya pelaporan zakat kepada
stakeholder.

Gambar 38 : Heatmap Risiko Pelaporan

Manajemen Risiko Pengelolaan Zakat


Manajemen Risiko Institusi Zakat 93

Risiko-risiko yang termasuk dalam risiko pelaporan terdiri atas 12 risiko. Berdasarkan
analisis deskriptif yang telah dilakukan dan hasil kuesioner terhadap pelaku institusi
zakat, diperoleh penilaian risiko untuk risiko-risiko tersebut seperti terlihat pada tabel di
bawah ini.

Tabel 39 : Prioritisasi Risiko Pelaporan, Dampak dan Mitigasinya

Identifikasi Risiko
Kode L I V S Dampak Mitigasi
Pelaporan

Tidak sinkronnya (1) Menurunnya (1) Membuat standar


pelaporan zakat di kredibilitas BAZNAS/OPZ; pelaporan; (2) Sinkronisasi
9 5.2 4.1 3 2
BAZNAS dan OPZ (2) Menyebabkan distrust data melalui pelaporan
swasta oleh masyarakat semesteran

(1) Review berkala oleh


(1) Menurunnya
pimpinan divisi aset; (2)
Laporan zakat OPZ kredibilitas OPZ; (2)
5 3.5 4.6 3 2 Disesuaikan dengan
kurang valid/akurat Mengganggu reputasi
standar pelaporan dari
dan akuntabilitas OPZ
BAZNAS dan Kemenag

(1) Membuat standar


persyaratan rekrutmen
(1) Laporan kurang tim accounting OPZ; (2)
Kurang
menarik; (2) Turunnya/ Dilakukannya benchmark
profesionalnya
2 3.0 4.8 2 2 tidak percayanya muzaki terhadap lembaga yang
pembuatan laporan
kepada pengelola zakat profesional dan ikut serta
zakat OPZ
(bentuk transparansi) dalam pelatihan-pelatihan
yang diadakan oleh
lembaga training

(1) Pertanggungjawaban (1) Menggunakan sistem


Tidak sinkronnya OPZ kurang dapat berbasis online; (2) Adanya
laporan zakat OPZ diterima oleh audit internal dan audit
8 3.2 4.5 3 2
nasional dan cabang- masyarakat; (2) publik; (3) Dibuatkannya
cabangnya Menurunnya kredibilitas SOP lembaga terkait
OPZ pelaporan

(1) Membuat SOP waktu


Terlambatnya
Menurunnya kredibilitas pelaporan zakat; (2)
pelaporan zakat
4 3.8 3.8 3 2 OPZ dan kepercayaan Ditetapkan dalam SOP
OPZ secara periodik
masyarakat/muzaki dan dibuat struktur khusus
kepada stakeholder
dalam pengelola data

Manajemen Risiko Pengelolaan Zakat


94 Manajemen Risiko Institusi Zakat

Risiko Pencatatan

Risiko pencatatan merupakan kondisi yang dialami oleh institusi zakat yang
disebabkan karena kegagalan institusi zakat dalam pencatatan keuangannya secara
internal. Risiko ini muncul antara lain karena panjangnya rantai pencatatan dana
zakat yang masuk, belum adanya panduan transaksi syariah institusi zakat dari PSAK
109, rumitnya sentralisasi pencatatan zakat dari institusi zakat cabang ke institusi
zakat pusat hingga dekatnya hubungan amil penghimpun zakat dengan audit internal
institusi zakat.

Gambar 39 : Heatmap Risiko Pencatatan

Risiko-risiko yang termasuk dalam risiko pencatatan terdiri atas 8 risiko. Berdasarkan
analisis deskriptif yang telah dilakukan dan hasil kuesioner terhadap pelaku institusi
zakat, diperoleh penilaian risiko untuk risiko-risiko tersebut seperti terlihat pada tabel di
bawah ini.

Tabel 40 : Prioritisasi Risiko Pencatatan, Dampak dan Mitigasinya

Identifikasi Risiko
Kode L I V S Dampak Mitigasi
Pencatatan

Belum efektifnya (1) Menyajikan sesuai


Mengganggu aspek
penyajian aset OPZ standar (PSAK 109); (2)
akuntabilitas pengelolaan
8 dan dana zakat 3.8 4.1 2 2 Penyesuaian dengan
OPZ jangka pendek/
secara terpisah di pedoman pengelolaan
menengah/panjang
laporan keuangan zakat dan PSAK zakat

Manajemen Risiko Pengelolaan Zakat


Manajemen Risiko Institusi Zakat 95

Identifikasi Risiko
Kode L I V S Dampak Mitigasi
Pencatatan

Rumitnya (1) Membuat sistem


Kurang validnya
sentralisasi berbasis online; (2)
pencatatan OPZ pusat;
5 pencatatan zakat 3.8 3.6 3 2 Penyesuaian dengan
Kinerja terganggu jika
dari OPZ cabang ke pedoman pengelolaan
sistem tidak solid
OPZ pusat zakat dan PSAK zakat

(1) Tidak akuratnya


penghitungan zakat
(1) Review oleh atasan/
Risiko metode muzaki; (2) Kinerja
accounting expert; (2)
akuntansi muzaki penyaluran dan
3 3.6 3.6 2 2 Penyesuaian dengan
yang menggunakan penerimaan yang rendah
pedoman pengelolaan
accrual basis dikaitkan momen peak
zakat dan PSAK zakat
season penghimpunan
(Ramadhan)

(1) Mengundang expert


untuk memberi training
(1) Terlambatnya dan atau mengikutkan tim
Belum adanya
kurang validnya laporan internal ke pelatihan
panduan transaksi
periodik OPZ kepada terkait; (2) Membuka
2 syariah OPZ dari 3.1 3.9 2 2
stakeholders; (2) OPZ informasi terhadap
PSAK 109 (semisal
memiliki standarisasi yang kebijakan pemerintah
PAPSI)
berbeda dan lembaga yang
menaunginya terkait
kebijakan terbaru

Ketidaksinkronan
Besarnya biaya Review oleh atasan/
metode akuntansi
pengalihan praktik accounting expert;
OPZ (cash basis)
4 3.4 3.4 2 2 akuntansi dari accrual Penyesuaian dengan
dengan metode
basis ke cash basis atau pedoman pengelolaan
akuntansi muzaki
sebaliknya zakat dan PSAK zakat
(accrual basis)

RISIKO HUKUM
Risiko hukum merupakan kondisi yang dialami oleh institusi zakat yang disebabkan
karena adanya perubahan regulasi atau hukum dari regulator atau pemerintah yang
dapat mengancam posisi institusi zakat dan kemampuan lembaga dalam menjalankan
aktivitasnya secara efektif dan efisien. Termasuk di dalamnya yaitu belum adanya UU atau
peraturan yang mewajibkan muzaki membayar zakat, belum adanya sanksi yang tegas dari
pemerintah bagi muzaki yang tidak membayar zakat, zakat belum menjadi pengurang
pajak, kurangnya dukungan pemerintah terhadap implementasi UU dan peraturan zakat
yang ada, hingga lemahnya penegakan hukum yang sudah tertera di UU Zakat serta risiko
izin (legalitas) yang berbenturan dengan pemda yang berbeda-beda setiap daerah.

Manajemen Risiko Pengelolaan Zakat


96 Manajemen Risiko Institusi Zakat

Gambar 40 : Heatmap Risiko Hukum

Risiko-risiko yang termasuk dalam risiko hukum terdiri atas 16 risiko. Berdasarkan
analisis deskriptif yang telah dilakukan dan hasil kuesioner terhadap pelaku institusi
zakat, diperoleh penilaian risiko untuk risiko-risiko tersebut seperti terlihat pada tabel di
bawah ini.

Tabel 41 : Prioritisasi Risiko Hukum, Dampak dan Mitigasinya

Identifikasi Risiko
Kode L I V S Dampak Mitigasi
Hukum

Kurangnya
(1) Berperan aktif memberikan usulan
dukungan
Kurang bahkan kontra draf UU serta berbagai
10 pemerintah
efektifnya uji publik regulasi zakat yang terbaru;
terhadap 5.2 4.6 3 2
pengelolaan (2) Dilakukannya komunikasi secara
implementasi UU
zakat oleh OPZ intens dengan pemegang regulator
dan peraturan
zakat
zakat yang ada

(1) Secara aktif melakukan


Lemahnya koordinasi dengan berbagai
penegakan hukum Memperlemah stakeholder regulator dalam rangka
13 5.3 4.2 3 2
yang sudah tertera reputasi OPZ pengembangan regulasi zakat; (2)
di UU Zakat Taat dan patuh dengan mendukung
kebijakan pemerintah

(1) Melakukan berbagai aktivitas


UU dan peraturan Tidak efektifnya advokasi hukum terkait dengan
5 pengelolaan zakat 5.2 4.1 3 2 pengelolaan regulasi zakat; (2) Mengikuti
ambigu/multi tafsir zakat oleh OPZ peraturan dan perundangan yang
berlaku

Manajemen Risiko Pengelolaan Zakat


Manajemen Risiko Institusi Zakat 97

Identifikasi Risiko
Kode L I V S Dampak Mitigasi
Hukum

Pengelolaan (1) Melakukan penyesuaian


zakat oleh OPZ pelaksanaan di lapangan sejauh
Adanya UU dan
terganggu tidak melanggar peraturan dan
9 peraturan tentang 4.5 4.5 3 2
penyesuaian perundangan yang berlaku; (2)
zakat yang baru
dengan UU dan Penyesuaian terhadap UU Zakat
peraturan baru tersebut dengan taat dan patuh

(1) Memperkuat stabilitas manajemen


organisasi; (2) Diterapkannya SWOT
Risiko Terhambatnya
dalam penyusunan Strategic Plan
12 ketidakpastian 4.7 4.3 3 2 pengelolaan
tahunan lembaga dalam menangkap
politik zakat oleh OPZ
isu; (3) Disiapkannya manajemen risiko
dalam merespon isu

RISIKO KEPATUHAN
Risiko Kepatuhan Syariah

Risiko kepatuhan syariah timbul sebagai akibat dari tidak dipatuhinya atau tidak
dilaksanakannya peraturan-peraturan atau ketentuan-ketentuan syariah yang telah
ditetapkan. Risiko ini dapat timbul disebabkan antara lain karena kurangnya kompetensi
DPS yang dimiliki institusi zakat, belum adanya peraturan pelaksanaan audit syariah,
belum adanya institusi publik/swasta (KAP) yang berwenang dan/atau kompeten
melakukan audit syariah hingga risiko ketidakpahaman seluruh level unit institusi zakat
tentang syariah.

Gambar 41 : Heatmap
Risiko Kepatuhan Syariah

Risiko-risiko yang termasuk dalam risiko kepatuhan syariah terdiri atas 12 risiko.
Berdasarkan analisis deskriptif yang telah dilakukan dan hasil kuesioner terhadap pelaku

Manajemen Risiko Pengelolaan Zakat


98 Manajemen Risiko Institusi Zakat

institusi zakat, diperoleh penilaian risiko untuk risiko-risiko tersebut seperti terlihat pada
tabel di bawah ini.

Tabel 42 : Prioritisasi Risiko Kepatuhan Syariah, Dampak dan Mitigasinya

Identifikasi Risiko
Kode L I V S Dampak Mitigasi
Kepatuhan Syariah

Bervariasinya
Belum adanya (1) Mendorong peningkatan
ketentuan syariah
standar audit kompetensi DPS dengan
7 6.0 3.6 2 1 yang dianut OPZ dan
syariah yang berlaku berbagai support; (2) Menyusun
membingungkan
nasional panduan audit syariah nasional
masyarakat

(1) Penyamaan orientasi visi, misi,


Rendahnya tujuan serta fiqh ZISWAF; (2)
OPZ belum memiliki
kepatuhan Memberikan koridor tata ruang
panduan audit
6 5.1 3.6 2 1 syariah OPZ dan yang proporsional terhadap hal-
syariah internal yang
menurunnya hal yang khilafiyah atau berbeda
baku
kredibilitas OPZ serta tidak memperbesar jurang
perbedaan gagasan

Belum adanya (1) Mendorong agar terbentuk


Laporan OPZ
institusi publik/ DSN MUI bidang DPS ZISWAF
belum dapat
swasta (KAP) yang sebagaimana DPS Perbankan
diaudit syariah,
8 berwenang dan/ 5.0 3.4 3 1 Syariah; (1) Membagi tugas, audit
dan rendahnya
atau kompeten kesyariahan dan audit keuangan;
kepatuhan syariah
melakukan audit (3) Penguatan divisi kepatuhan
OPZ
syariah dan internal audit

Bervariasinya
Belum adanya
ketentuan syariah Menyusun standar baku
peraturan
4 4.6 3.6 2 1 yang dianut OPZ dan kepatuhan syariah internal
pelaksanaan audit
membingungkan sebagai dasar kinerja organisasi
syariah
masyarakat

Mengembangkan pedoman
syariah atas pengelolaan
Amil penyaluran zakat; Peningkatan kompetensi
Penyaluran zakat
zakat kurang paham amil; Diadakannya training
12 2.8 5.3 2 2 dapat melanggar
syariah dan fiqih secara rutin mengenai kepatuhan
ketentuan syariah
zakat syariah; Adanya program
assessment terhadap amil terkait
syariah & fiqih zakat

Risiko Kepatuhan Regulasi

Risiko kepatuhan regulasi timbul sebagai akibat dari tidak dipatuhinya atau tidak
dilaksanakannya peraturan atau ketentuan yang berlaku dan yang telah ditetapkan oleh
regulator. Risiko ini dapat timbul disebabkan antara lain karena seluruh lapisan unit
institusi zakat kurang paham regulasi zakat, LAZ nasional hanya boleh memiliki satu
perwakilan di setiap provinsi, belum dimilikinya perangkat pengawasan oleh BAZNAS,
adanya dualisme otoritas zakat yaitu BAZNAS dan Kemenag, hingga peran ganda BAZNAS
sebagai regulator/otoritas dan operator.

Manajemen Risiko Pengelolaan Zakat


Manajemen Risiko Institusi Zakat 99

Gambar 42 : Heatmap Risiko


Kepatuhan Regulasi

Risiko-risiko yang termasuk dalam risiko kepatuhan regulasi terdiri atas 11 risiko.
Berdasarkan analisis deskriptif yang telah dilakukan dan hasil kuesioner terhadap pelaku
institusi zakat, diperoleh penilaian risiko untuk risiko-risiko tersebut seperti terlihat pada
tabel di berikut.

Tabel 43 : Prioritisasi Risiko Kepatuhan Regulasi, Dampak dan Mitigasinya

Identifikasi
Risiko
Kode L I V S Dampak Mitigasi
Kepatuhan
Regulasi

(1) Mendorong peran BAZNAS


(1) OPZ tidak leluasa
dalam mengoordinasi
melaksanakan program
Peran ganda pengelolaan zakat nasional
karena terbentur
BAZNAS sebagai bukan sebagai operator semata
11 5.4 4.8 3 2 kebijakan yang
regulator/otoritas namun meningkatkan gerakan
memihak BAZNAS; (2)
dan operator berzakat; (2) Secara internal
Superbody, conflict of
melakukan peningkatan kinerja
interest
yang profesional

(1) Ketidakharmonisan (1) Menjalin koordinasi dan


Adanya dualisme hubungan BAZNAS- komunikasi dengan kedua
otoritas zakat, Kemenag dan adanya belah pihak berorientasi pada
10 5.4 4.5 3 2
BAZNAS dan conflict of interest; (2) maslahat; (2) Dibangunnya
Kemenag Ambiguitas komando komunikasi secara intens
dan kewenangan dengan BAZNAS dan Kemenag

Manajemen Risiko Pengelolaan Zakat


100 Manajemen Risiko Institusi Zakat

Identifikasi
Risiko
Kode L I V S Dampak Mitigasi
Kepatuhan
Regulasi
(1) Bersama pihak terkait
(1) Belum berjalannya mendorong membentuk
Belum dimilikinya penegakan aturan perangkat pengawasan; (2)
perangkat dan pengawasan; (2) Dibangunnya komunikasi
9 4.9 3.9 3 2
pengawasan oleh Risiko pengawasan secara intens dengan BAZNAS;
BAZNAS operasional (3) Mendorong BAZNAS untuk
pengelolaan zakat mengeluarkan modul panduan
pengelolaan zakat
(1) Penyesuaian
OPZ nasional berjalan lambat &
Menyesuaikan di lapangan
hanya boleh pengelolaan zakat
sejauh tidak melanggar
6 memiliki satu 4.3 4.1 3 2 terganggu; (2)
perundangan dan peraturan
perwakilan di Ekspansi OPZ terbatas,
yang berlaku
setiap provinsi pengelolaan zakat
tidak maksimal
(1) Menampung pengelola
Semua pengelola zakat informal menjadi MPZ
zakat informal, (1) Pengelolaan zakat sejauh tidak melanggar
seperti DKM oleh OPZ terganggu; peraturan & perundangan
8 masjid, harus 4.9 3.5 2 2 (2) Legal formal yang berlaku; (2) Dilakukannya
menjadi UPZ-nya seluruh institusi sosialisasi terkait regulasi zakat;
BAZNAS atau pengelola zakat (1) Dibangunnya komunikasi
MPZ-nya OPZ dan sinergi bersama dalam
pengelolaan zakat

RANGKUMAN RISIKO INSTITUSI ZAKAT


Secara keseluruhan risiko institusi zakat dapat dikelompokkan ke dalam 5 (lima)
kategori risiko, yaitu: strategis, edukasi, operasional, pelaporan dan kepatuhan. Dari lima
kategori ini dapat dipecah ke dalam 11 (sebelas) jenis risiko, yang dijabarkan lagi ke dalam
36 sub-jenisi risiko, dan secara keseluruhan teridentifikasi 405 risiko (lihat tabel 40).

Dari keseluruhan 405 risiko dapat dikelompokkan ke dalam 31 risiko ekstrim (7.7%),
193 risiko tinggi (47.7%), 162 risiko moderat (40.0%) dan 19 risiko rendah (4.7%). Dengan
demikian, lebih dari setengah dari risiko yang teridentifikasi di institusi zakat tergolong
risiko tinggi dan risiko ekstrim, sehingga manajemen risiko institusi zakat menjadi penting.

Jumlah risiko terbanyak ada pada sub-jenis Risiko Tata Kelola Amil (27 risiko), Risiko
Tujuan (21), Risiko Visi Misi (19) Risiko Pengelolaan Relawan (18), dan Risiko Edukasi
Internal (17). Dengan demikian, dua jenis risiko terpenting adalah Risiko Amil & Relawan
dan Risiko Strategis, yang harus mendapat perhatian lebih.

Tingkat Risiko “Ekstrim” terbanyak terdapat di Risiko Edukasi Eksternal (13 dari 16
atau 81%), Risiko Reputasi (3 dari 6 atau 50%), Risiko Kompetisi (2 dari 5 atau 40%), Risiko
Edukasi Internal (4 dari 17 atau 24%), dan Risiko Visi Misi (4 dari 19 atau 21%). Jenis Risiko
Edukasi memiliki tingkat risiko ekstrim paling banyak. Semua sub-jenis risiko ekstrim
tersebut harus diberikan perhatian utama oleh pengelola institusi zakat.

Manajemen Risiko Pengelolaan Zakat


Manajemen Risiko Institusi Zakat 101

Tabel 44 : Rangkuman Risiko Institusi Zakat

Tingkat Risiko “Tinggi” terbanyak terdapat di Risiko Kepatuhan Regulasi (10 dari
11 atau 91%), Risiko Tujuan (18 dari 21 atau 86%), Risiko Pengelolaan Relawan (15 dari 18
atau 83%), Risiko Tata Kelola Amil (22 dari 27 atau 81%), dan Risiko Kehilangan Muzakki
(10 dari 13 atau 77%). Semua sub-jenis risiko tinggi tersebut juga harus diberikan perhatian
ekstra oleh pengelola institusi zakat.

Manajemen Risiko Pengelolaan Zakat


5

POTENSI DAN TANTANGAN


INSTITUSI ZAKAT KE DEPAN
104 Potensi dan Tantangan Institusi Zakat Ke Depan

ARAH PERKEMBANGAN MANAJEMEN RISIKO DI INSTITUSI ZAKAT


Manajemen risiko merupakan disiplin ilmu yang berkembang pesat. Dalam waktu
singkat, muncul begitu banyak pandangan dan deskripsi yang berbeda mengenai apa,
bagaimana, dan untuk apa manajemen risiko. Peningkatan kepedulian yang besar terhadap
manajemen risiko tersebut merupakan respon positif dari pesatnya tuntutan proses bisnis
yang semakin kompleks. Manajemen risiko tidak hanya diterapkan di institusi komersial
dan institusi publik, namun juga diterapkan di institusi sosial, seperti di institusi zakat.
Manajemen risiko di suatu institusi menjadi semakin penting perannya di lingkungan yang
terus berubah disegala bidang yang memunculkan kerentanan (vulnerability), ketidak-
pastian (uncertainty), kerumitan (complexity) dan kerancuan (ambiguity), tidak terkecuali
di dunia perzakatan.

Manajemen risiko digunakan untuk menentukan bagaimana menghindari atau


menurunkan akibat/dampak dari suatu peristiwa. Manajemen risiko saat ini sering
dipakai dibidang: keselamatan, asuransi, perbankan, investasi, obat-obatan, teknologi,
analisis kebijakan publik, pengawasan internal dan lembaga non profit. Seiring dengan
berkembangnya dunia bisnis, maka manajemen risiko diterapkan oleh korporat, maka
semakin bertambah pula peluang dan tantangan bisnis yang dihadapi. Stabilitas dan
kelangsungan hidup (sustainability) perusahaan akan sangat bergantung pada kejelian
para eksekutif dalam melihat peluang (opportunity) dan keseriusan dalam mengelola setiap
risiko yang dihadapi. Manajemen risiko juga terkait dengan Good Corporate Governance
(GCG) pada sebuah institusi. Prinsip transparansi dalam GCG menuntut diterapkannya
enterprise-wide risk management. Fungsi lain dari manajemen risiko antara lain untuk
mengidentifikasi risiko secara tepat dan menentukan strategi pengendalian risiko yang
efektif dan efisien.

Di Indonesia, era perkembangan manajemen risiko khususnya risiko institusi


filantropi dan sektor publik mulai menjadi perbincangan menarik, mengingat potensinya
yang begitu besar. Badan Pengawasan Keuangan dan Pembangunan (BPKP) melalui
satuan tugasnya mengembangkan pedoman umum dan asesmen risiko di lingkungan
sektor publik. Untuk peningkatan pengawasan, negara-negara maju telah mengarah
kepada pendekatan audit berbasis risiko (risk-based audit approach). Dalam dunia
perzakatan, hal ini mulai menjadi konsen penting. Para pimpinan dari sebuah institusi
zakat sedang mencari tools dan format yang tepat dalam menangani risiko-risiko dalam
dunia perzakatan.

Meski tertinggal dibandingkan di banding dengan keuangan komersial Islam


(Islamic commercial finance), keuangan sosial Islam (Islamic social finance), khususnya
zakat, mulai mengejar ketinggalannya dengan diterbitkannya Zakat Core Principles
(ZCP) yang juga memuat prinsip dasar manajemen risiko pengelolaan zakat, dan saat ini
telah disusun Technical Notes on Risk Management for Zakat Institution sebagai acuan
institusi zakat dalam mengelola risikonya. Kedepan, institusi zakat mau tidak mau harus
mengembangkan sistem manajemen risiko sendiri yang memiliki risk manajement office
terpisah dan dikelola secara profesional serta berperan penting dalam mengelola risiko
institusi zakat untuk mencapai tujuan secara berkesinambungan.

Manajemen Risiko Pengelolaan Zakat


Potensi dan Tantangan Institusi Zakat Ke Depan 105

INSTITUSI ZAKAT SEBAGAI IMPLEMENTASI RIIL MANAJEMEN RISIKO


Institusi zakat sebagai Islamic social financial institution – ISFI (lembaga keuangan
sosial Islam – LKSI) memiliki risiko-risiko yang unik dan berbeda dari risiko-risiko di Islamic
commercial financial institution – ICFI (lembaga keuangan komersial Islam – LKKI), yang
harus dikelola dengan baik di tingkat individu institusi zakat, maupun di tingkat regional
dan nasional. Sebagaimana BAZNAS telah diamanahkan sebagai konduktor dalam
irama pengelolaan zakatdi Indonesia, dengan melibatkan BAZNAS daerah dan LAZ serta
dukungan regulasi dan kebijakan dari pemerintah. Dengan dwifungsi peran yang dimiliki
BAZNAS, yakni

koordinator dan operator, maka Badan Amil Zakat Nasional (BAZNAS) mempunyai
tugas strategis dalam mengevaluasi serta mengendalikan irama pengelolaan zakat. Peran
evaluasi dan pengendalian pengelolaan zakat di Indonesia, belakangan ini menjadi
perbincangan yang nampaknya mengarah pada kondisi positif dalam peningkatan mutu
pengelolaan zakat dan penguatan sinergi antar OPZ di Indonesia. Dari sisi pengumpulan
misalnya, dipimpin oleh BAZNAS, OPZ dapat saling bersinergi melalui sebuah upaya
pemetaan dan penguatan daya jangkau pengumpulan zakat sekaligus melakukan sinergi
dalam memitigasi risiko pengumpulan.

Di tingkat individu institusi zakat, organisasi pengelola zakat atau institusi zakat
yang terdiri dari BAZNAS, LAZNAS, BAZNASDA, LAZDA serta UPZ dan MPZ dapat
mengimplementasikan manajemen risiko sesuai dengan peran dan scope-nya masing-
masing. Di tingkat regional, OPZ atau IZ dapat bekerjasama dan bersinergi untuk mengelola
common risks (risiko-risiko umum) yang dihadapi oleh OPZ di daerah tersebut, yang dapat
dikoordinasikan oleh BAZNASDA dan/atau FOZ setempat. Di tingkat nasional, BASNAS
dapat menjadi konduktor dan koordinator dalam mensinergikan dan mengelola common
risks (risiko-risiko umum) yang dihadapi oleh OPZ atau IZ secara nasional, sehingga risiko-
risiko tersebut dapat dimitigasi secara efektif dan efisien.

Sasaran mitigasi risiko tersebut harus dapat dipetakan dengan baik, dengan sasaran
dan segmen beragam termasuk kelompok swadaya masyarakat. Dari sisi penyaluran
yakni pendistribusian dan pendayagunaan, OPZ mempunyai peran strategis dalam proses
manajemen evaluasi dan mitigasi risiko guna mencapai tujuan penyaluran zakat yang
efektif dan efisien sesuai amanat Undang-Undang. Harmonisasi dan sinkronisasi mitigasi
risiko penyaluran zakat ini hendaknya dilakukan dengan baik antar OPZ dari tingkat pusat
hingga daerah. Implementasi manajemen risiko di tingkat individu IZ, tingkat regional
dan tingkat nasional dapat dilakukan secara bertahap dimulai dari risiko-risiko ekstrim
sampai ke risiko-risiko tinggi dan risiko-risiko moderat.

POTENSI PERKEMBANGAN INSTITUSI ZAKAT DI INDONESIA


Berdasarkan data Outlook Zakat Indonesia tahun 2017, penghimpunan dana zakat, infaq,
dan sedekah (ZIS) di Indonesia konsisten mengalami kenaikan dari tahun 2002 hingga
2015. Seperti yang tergambar dalam grafik berikut:

Manajemen Risiko Pengelolaan Zakat


106 Potensi dan Tantangan Institusi Zakat Ke Depan

68.39 85.12 150.09 292.52 373 740 920 1200 1500 1729 2200 2700 3300 3700

96.9 98.3

76

20.43 27.24
24.7 26.28
22.73
22.22
24.32 25
15.27
12.12

2002 2003 2004 2005 2006 2007 2008 2009 2010 2011 2012 2013 2014 2015

Dana ZIS (Miliar Rupiah) Pertumbuhan Tahunan (%)

Gambar 43 : Jumlah Penghimpunan Dana ZIS di Indonesia

Jika dikalkulasikan, maka total pertumbuhan jumlah penghimpunan dana ZIS


selama 13 (tiga belas) tahun sejak BAZNAS didirikan adalah sebesar 5310,15%, dengan
rata-rata pertumbuhan sebesar 38,58%. Kenaikan terbesar terjadi pada tahun 2005 dan
2007 masing-masing sebesar 96,90% dan 98,30%. Berdasarkan data outlook, hal ini
disebabkan adanya respon masyarakat terhadap bencana alam tsunami di Aceh dan gempa
bumi di Yogyakarta. Hanya saja, pertumbuhan setinggi itu hanya temporari, misalnya
pertumbuhan hanya sebesar 15,27%, 22,22% dan 12,12% pada tahun 2011, 2014 dan 2015.
Tren demikian mengindikasikan bahwa terdapat fluktuasi kepercayaan dan kesadaran
masyarakat untuk berzakat melalui Organisasi Pengelola Zakat (OPZ) di Indonesia. Irama
pertumbuhan ini tentunya memberi warna tersendiri pada sebuah kebutuhan mitigasi
risiko pada segmen pertumbuhan.

Berbicara penghimpunan, pada tahun 2015, jumlah penghimpunan dana ZIS dan
DSKL oleh OPZ secara nasional adalah Rp3,65 triliun dengan total penyaluran dana sebesar
Rp2,25 triliun. Dan pada tahun 2016, jumlah penghimpunan dana ZIS dan DSKL oleh OPZ
secara nasional meningkat sebesar Rp 5 triliun dengan total penyaluran dana sebesar
Rp2,25 triliun. Dalam waktu lima tahun terakhir perolehan dana yang berhasil terkumpul
selalu mengalami peningkatan, walaupun dengan proporsi masing-masing OPZ yang
berbeda-beda dalam menghimpun dana.

Manajemen Risiko Pengelolaan Zakat


Potensi dan Tantangan Institusi Zakat Ke Depan 107

549.74%

2039.22 Rp Miliar

1263.51
1645.48
404.94%
1422.36
1379.89
1179.72

111.25% 876.63 568.77


824.01
634.92 729.22 55.22%
659.96 653.19
525.61 56.77% 21.97% 43.12 12.49% 342.19
24.88% 17.08% 38.92%
3.94% -10.43% 415.45 47.78% -38.37%
306.51 -33/29% 10.49 281.69
204.48 253.25 76.12% -74.75% 644.86
82.29 92.57 77.16
33.13 40.40 50.21 59.24

2010 2011 2012 2013 2014 2015 2015


Rp Miliar
BAZNAS BAZNAS Provinsi BAZNAS Kota/Kab LAZ

%
gBAZNAS gBAZNAS Provinsi gBAZNAS Kota/Kab gLAZ

Gambar 44 : Penghimpunan (kiri) dan Penyaluran (kanan) Dana Berdasarkan


Institusi Zakat

Masing-masing OPZ memiliki pertumbuhan dana zakat yang sangat fluktuatif


selama lima tahun terakhir. Perolehan dana zakat dari BAZNAS dan LAZ mengalami
peningkatan di tahun 2012 dan 2014, dengan rata-rata pertumbuhan sebesar 23,12%
dan 32,61%. Perolehan BAZNAS Provinsi meningkat di tahun 2012, 2013 dan 2015 dengan
rata-rata pertumbuhan sebesar 104,15%, sedangkan perolehan BAZNAS Kabupaten/Kota
mengalami peningkatan hanya di tahun 2014, dengan rata-rata pertumbuhan sebesar
78,08%.

Secara umum, proporsi penghimpunan dana zakat dari setiap OPZ terhadap
penghimpunan dana zakat nasional bervariasi. Pada tahun 2015, OPZ yang berhasil
menghimpun dana ZIS terbesar adalah LAZ. LAZ dapat mengumpulkan dana ZIS sebesar
Rp2.039,22 milyar dan menyalurkan sebanyak Rp1.263,51 milyar. BAZNAS Kabupaten/Kota
mengumpulkan dana ZIS sebesar Rp876,63 milyar dan menyalurkan sebesar Rp568,77
milyar. Pengumpulan dan penyaluran dana ZIS oleh BAZNAS Provinsi adalah sebesar
Rp644,86 milyar dan Rp342,19 milyar. Sementara pengumpulan dan penyaluran dana ZIS
oleh BAZNAS pusat adalah sebesar Rp92,57 milyar dan Rp77,16 milyar.

Berdasarkan data statistik BAZNAS (2016, dalam Outlook Zakat Indonesia, 2017)
data penyaluran dana zakat yang diberikan pada ashnaf fakir dan miskin menjadi satu
kesatuan ashnaf. Hal ini disebabkan karena kedua kelompok tersebut biasanya berada
di lingkungan yang sama. Sementara, pengalokasian dana zakat yang diperuntukkan
kepada amil diambil sebesar seperdelapan dari total penghimpuanan dana zakat di
masing-masing OPZ.

Manajemen Risiko Pengelolaan Zakat


108 Potensi dan Tantangan Institusi Zakat Ke Depan

(%) (%)

Fakir Miskin Sosial

3.33 14.6 24.37 57.71 27.01 50.73 39.81 40.89

Mualaf
Kesehatan
3.33 38.2 30.80 30.95
Gharimin 24.6 2.86 6.56 9.54
Riqob

1.4 10.23 88.37 Dakwah

6.13 22.78 13.91 14.32

7.95 20.05 50.97 21.04


Pendidikan
Fi Sabilillah
33.18 10.65 18.26 22.23
1.06 18.43 20.53 59.98

Ibnu Sabil Ekonomi

0.64 58.55 34.44 6.37 9.09 12.98 21.46 13.02

BAZNAS BAZNAS Provinsi BAZNAS BAZNAS Provinsi


BAZNAS Kota/Kab LAZ BAZNAS Kota/Kab LAZ

Gambar 45 : Proporsi Penyaluran Zakat berdasarkan Ashnaf (kiri) dan Bidang


Penyaluran (kanan) Masing-masing Institusi Zakat

Pendistribusian dana zakat pada tahun 2015, menurut gambar 45 (kiri) LAZ
berkontribusi paling besar dalam menyalurkan dana zakat kepada mustahik, khususnya
fakir dan miskin, riqob serta fi sabilillah, sebesar 57,71%, 88,7% dan 59,98% dari total
dana zakat yang diterima masing-masing ashnaf. Gharimin menerima sebagian besar dana
zakat dari BAZNAS Kabupaten/Kota, yaitu sebesar 50,97% dari total penyaluran untuk
kelompok tersebut. Zakat bagi Ibnu sabil disalurkan sebagian besar oleh BAZNAS Provinsi,
sebesar 58,55%. Sementara, zakat yang disalurkan kepada muallaf dari BAZNAS Provinsi,
LAZ, dan BAZNAS Kabupaten/Kota kurang lebih sama, secara berturut-turut yaitu 38,20%,
30,95%, dan 30,80% dari total dana zakat yang diterima oleh kelompok tersebut.

Sementara penyaluran zakat berdasarkan bidang penyaluran (gambar 45 kanan),


dana zakat didistribusikan di beberapa bidang, yaitu di bidang ekonomi, pendidikan,
dakwah, kesehatan, dan sosial. BAZNAS Provinsi, LAZ, dan BAZNAS Kabupaten/Kota
mengalokasikan sebagian besar dana zakatnya di sektor sosial, dengan alokasi masing-
masing 50,73%, 40,89%, dan 39,81%. Alokasi tertinggi dana zakat di BAZNAS adalah di
sektor pendidikan dengan alokasi sebesar 33,18%.

TANTANGAN INSTITUSI ZAKAT DI INDONESIA


Saat ini, penerapan UU No. 23 Tahun 2011 sudah memasuki tahun ketujuh, hal ini
perlu mendapat aksi dan evaluasi yang lebih responsif dalam mengidentifikasi benang
merah pengelolaan zakat di Indonesia. Hal demikian diperlukan demi tercapainya
optimalisasi pengelolaan zakat yang disinyalir selama ini masih menghadapi beberapa
tantangan, antara lain:

Manajemen Risiko Pengelolaan Zakat


Potensi dan Tantangan Institusi Zakat Ke Depan 109

Sumber Daya Manusia

Dalam pengelolaan zakat, sumber daya manusia yang dimaksud, meliputi amil dan
pihak-pihak lain yang berperan terhadap pengelolaan zakat. Amil sebagai subjek pengelola
zakat tentu menjadi ujung tombak dalam menentukan keberhasilan pengelolaan zakat.
Perkembangan institusi zakat akan terkendala apabila ditangani oleh amil yang tidak
mempunyai totalitas, dedikasi dan kualitas yang baik. Saat ini asumsi profesi amil menjadi
pilihan terakhir nampaknya sudah mulai hilang, terbukti dari proses rekrutmen amil yang
mendapat respon positif dari para alumni perguruan tinggi berkualitas.

Secara epistimologi, amil adalah profesi mulia, satu-satunya profesi yang disebutkan
secara eksplisit dalam Alquran. Dimana salah satu tugas terbesarnya adalah menjembatani
para muzaki untuk dapat menyalurkan dan menyucikan hartanya bagi mustahik, sekaligus
untuk menyalurkannya secara riil sehingga dapat memberi dampak bagi kesejahteraan
mustahik. Oleh karena itu profesi amil ini tidak boleh lagi dikerjakan secara sambilan,
namun harus sungguh-sungguh yaitu penuh waktu (full time).

Salah satu usaha dari Badan Amil Zakat Nasional (BAZNAS) dalam memitigasi
risiko SDM ini adalah dengan menerapkan proses standarisasi dan sertifikasi amil melalui
Lembaga Sertifikasi Profesi (LSP) yang dibentuk oleh BAZNAS. Namun, disisi lain terdapat
situasi dilematis, secara realita sebuah institusi zakat membutuhkan SDM dengan jumlah
banyak. Namun, pada saat yang sama institusi zakat harus menjaga tingkat efisiensi
lembaganya. Hal demikian menjadi tantangan tersendiri bagi institusi zakat, bagaimana
mendapatkan formasi terbaik dengan menjaga keseimbangan antara faktor kebutuhan
SDM dan faktor efisiensi.

Saat ini, tantangan yang cukup berat bagi Badan Amil Zakat Nasional (BAZNAS)
adalah bagaimana dengan segala keterbatasan kewenangan koordinasi, BAZNAS dapat
menstandarkan kekuatan SDM dan mengelola kesenjangan kualitas pengelola zakat
di Baznas Provinsi dan Baznas Kabupaten/Kota dengan tingkat pemahaman dan level
pendidikan yang berbeda dan kondisi kehidupam sosial ekonomi yang juga berbeda.

Kualitas Data Laporan

UU No. 23/2011 telah mengamanatkan desentralisasi penyaluran dan sentralisasi


pelaporan kepada seluruh OPZ. Pada prinsipnya proses desentralisasi penyaluran zakat ini
supaya penyaluran zakat bisa tersebar secara adil dan inklusif kepada seluruh mustahik
di Indonesia. Sedangkan proses sentralisasi pelaporan zakat ini supaya segala proses
pengelolaan zakat yang ada bisa terlaporkan secara terpusat sehingga segala bentuk
proses ini bisa dipertanggungjawabkan di bawah pengawasan BAZNAS Pusat. Masih
adanya keterlambatan dan masalah pelaporan dari OPZ pada saat sudah jatuh tempo
untuk melaporkan, menjadi tantangan kedepan bagaimana hal ini bisa diatasi melalui
sistem yang memadai guna menghindari risiko kepercayaan publik.

Merujuk pada Pusat Kajian Strategis BAZNAS dalam bukunya Evaluasi Kinerja
Perzakatan Nasional yang melaporkan bahwa secara mayoritas para stakeholders
institusi zakat di Indonesia masih menghadapi masalah kualitas database mustahik dan

Manajemen Risiko Pengelolaan Zakat


110 Potensi dan Tantangan Institusi Zakat Ke Depan

pelaporan. Dengan demikian, ini akan menjadi tantangan yang perlu diprioritaskan ke
depan, bagaimana institusi zakat bisa menghadirkan database yang berkualitas. Hal
ini merupakan tantangan bagi institusi zakat bagaimana bisa merapihkan pelaporan
zakat dengan tingkat kualitas data yang baik. Hal demikian tentu akan meningkatkan
transparansi dan kepercayaan sehingga dampaknya adalah kesadaran masyarakat dalam
membayar zakat semakin meningkat.

Dukungan Regulasi

Pengelolaan zakat di Indonesia saat ini masih menghadapi situasi minimnya


realisasi penghimpunan zakat dari angka potensi zakat yang sudah terpetakan. Tahun
2016 realisasi pengimpunan zakat nasional masih berada sekitar Rp5,02 triliyun rupiah.
Tentu saja angka ini masih jauh dari angka potensi yang pernah ditulis oleh Firdaus, et.al
(2010) yaitu Rp217 triliyun.

Dari diskusi serta telaah regulasi yang ada, terdapat beberapa hal yang perlu
diwujudkan guna memaksimalkan angka penghimpunan zakat di masa yang akan datang,
antaranya adalah: pertama, antara zakat dan pajak masih belum mempunyai hubungan
yang signifikan, sampai dengan saat ini regulasi masih memperlakukan instrumen zakat
sebagai salah satu pengeluaran bagi setiap warga negara Indonesia yang bisa memberi
insentif sebagai pengurang total pendapatan kena pajak. Hubungan zakat dan pajak ini
diharapkan bisa ditingkatkan kepada level selanjutnya, yakni zakat bisa menjadi pengurang
pajak secara langsung (tax deduction) seperti yang sudah dipraktekan di negara Malaysia
yang sudah melakukan regulasi ini sejak tahun 2002. Saat ini, UU pengelolaan zakat di
Indonesia telah memberikan wewenang bahwa zakat yang dibayarkan melalui OPZ resmi
bisa digunakan sebagai instrumen mengurangi pajak yaitu pada tahapan Penghasilan Kena
Pajak (PKP). Kekhawatiran serta pro kontra terkait zakat sebagai pengurang pajak yang
dilontarkan banyak pihak, tentunya menjadi perhatian penting penelitian komprehensif
bekerjasama dengan seluruh stakeholders regulasi ini, sebelum kebijakan ini diusulkan
secara resmi kepada pemerintah. Poin ini menjadi tantangan tersendiri, karena jika zakat
bisa mencapai tahap pengurang pajak maka artinya akan ada revisi UU No. 23/2011 dan
revisi UU Pajak.

Kedua, hingga dengan saat ini regulasi zakat yang ada tidak menyertakan sanksi
apapun kepada muzaki. Tantangan ini yang harus dirumuskan oleh regulator dalam hal
ini Kementerian Agama guna merangsang jumlah muzaki secara nasional dan inklusif.
Misalnya kartu wajib zakat dijadikan sebagai salah satu syarat pendaftaran haji, atau hal
lainnya.

Amil Tradisional

Dalam Undang-Undang atau peraturan Menteri Agama, istilah amil tradisional


memang tidak ditemukan. Penyebutan istilah amil tradisional merujuk kepada
perkumpulan orang, perseorangan tokoh umat Islam (alim ulama), atau pengurus/takmir
masjid/musholla di suatu komunitas dan wilayah yang belum terjangkau oleh BAZ dan
LAZ, dan telah memberitahukan kegiatan pengelolaan zakat dimaksud kepada pejabat
yang berwenang, yang melakukan kegiatan pengelolaan zakat. Dalam prakteknya,

Manajemen Risiko Pengelolaan Zakat


Potensi dan Tantangan Institusi Zakat Ke Depan 111

banyak dari kaum muslimin yang membayar zakat melalui ustadz, guru dan Kyai. Berbekal
kepercayaan dan rasa hormat kepada ulama, masyarakat membayar zakatnya. Bahkan,
tradisi ini sudah dikenal dalam masyarakat Islam jauh sebelum Indonesia merdeka.

Selain kepada pribadi ustadz atau Kyai, masjid dan madrasah juga menjalankan
fungsi amil, khususnya pada saat bulan Ramadhan. Meskipun pelaksanaannya dilakukan
secara kolektif, namun amil yang seperti ini juga dianggap sebagai amil tradisional.
Pengelompokan ini didasarkan atas dasar tidak dipenuhinya syarat sebagai amil yang
dilantik oleh pemerintah. Termasuk dalam kelompok ini adalah yang dilakukan oleh
Dewan Kemakmuran Masjid (DKM) masjid dan musolla, pengurus yayasan sekolah dan
madrasah ataupun badan kerohaniaan Islam baik di perusahan swasta ataupun rumah
sakit.

Atas dasar ini, maka pengelolaan zakat selain terikat dengan ketentuan syariah,
juga sangat berkaitan dengan legalitas, akuntabilitas dan sistem pengawasan. Apabila
merujuk pada Pasal 38 dan Pasal 41 UU No 23 Tahun 2011 tentang Pengelolaan Zakat
menjelaskan bahwa seorang amil; baik perseorangan atau lembaga yang tidak memiliki
izin dari pejabat berwenang dapat dibawa ke meja hijau. Hal ini tentu bukan untuk
mempersempit ruang, namun lebih pada spirit ketertiban, akuntabilitas dan transparansi
pengelola zakat dari masyarakat. Meskipun demikian, di beberapa wilayah pedalaman
yang belum terjangkau oleh BAZNAS atau LAZNAS diperbolehkan mengelola zakat
memberitahukan kepada pejabat berwenang. Namun demikian, MK masih memberikan
ruang gerak terhadap para amil tradisional (yang berbentuk lembaga atau perorangan)
sebagaimana ditegaskan dalam amar putusan Judicial Review terhadap UU No.23 Tahun
2004 tentang Pengelolaan Zakat.

Atas dasar uraian di atas, untuk mensinergikan potensi umat dengan baik, terdapat
beberapa solusi yang dapat dilakukan bagi amil traditional, yaitu:

a. Pola Pendirian Lembaga Zakat. Amil tradisional dapat mengajukan permohonan


untuk menjadi lembaga zakat yang sah, baik pada tingkat nasional, provinsi
ataupun daerah kabupaten dan kota.

b. Pola Sub-Ordinasi. Amil tradisional dapat menjadi sub-ordinasi dengan menjadi


Unit Pengumpul Zakat (UPZ) bagi Institusi Zakat resmi.

c. Pola Kemitraan. Amil tradisional dapat menjadi mitra dengan menyalurkan


dana zakat yang sudah ia himpun kepada Institusi Zakat Resmi.

Manajemen Risiko Pengelolaan Zakat


112 Potensi dan Tantangan Institusi Zakat Ke Depan

Tabel 45 : Pola Transisi Amil Tradisonal

Solusi Lembaga Perorangan

Pola Pendirian √ -

-
Pola Sub-Ordinasi √

Pola Kemitraan √ √

Sumber : Penulis

Harmonisasi BAZNAS dan LAZ

Amanat UU No. 23 Tahun 2011 menyebutkan bahwa Lembaga Amil Zakat (LAZ)
merupakan lembaga pengelola zakat swadaya yang didirikan masyarakat. Dalam
menjalankan fungsi pengelolaan zakat, LAZ berada di bawah koordinasi BAZNAS.
Sinergi antara kedua jenis lembaga pengelola zakat ini menjadi tantangan tersendiri,
bagaimana sinergi ini akan membawa program-program pengelolaan zakat mampu
memberikan efek kumulatif yang signifikan dalam hal peningkatan kesejahteraan dan
penanggulangan kemiskinan di Indonesia. Pada akhirnya pola gerakan zakat di Indonesia
ke depan akan menjadi pengelola zakat terprofesional dan terpercaya di dunia sesuai
dengan visi BAZNAS 2015-2020.

Sinergi ini harus selalu tersaji dalam proses penghimpunan dan penyaluran
zakat. Sekalipun kedua jenis OPZ ini memiliki model variatif, namun dalam keduanya
masih dalam koridor dan koordinasi BAZNAS. Dalam hal penghimpunan misalnya,
masing-masing OPZ telah dikoordinasikan bagaimana seluruh OPZ bisa mencapai target
penghimpunan nasional yang telah ditentukan dengan kesepakatan-kesepakatan yang
telah dibuat. Begitu pula dalam hal penyaluran, masing-masing OPZ telah dikoordinasikan
bagaimana seluruh OPZ bisa mencapai target jumlah mustahik nasional. Meskipun dalam
eksekusinya masing-masing OPZ memiliki tipe program penyaluran yang berbeda, namun
masih dalam koordinasi BAZNAS dengan kesamaan bidang yaitu ekonomi, pendidikan,
kesehatan, kemanusiaan, dan dakwah/advokasi.

Institusi Zakat dan Pencucian Uang

Meningkatnya kriminalitas dalam dunia ekonomi dan keuangan teknologi informasi


dan keuangan memungkinkan keterlibatan Institusi Zakat baik langsung maupun tidak
langsung. Sebagai lembaga sosial ekonomi Institusi Zakat dapat dijadikan sasaran untuk
menyalurkan dana yang diperoleh secara tidak sah, yang lazim disebut pencucian uang
(money laundering).

Manajemen Risiko Pengelolaan Zakat


Potensi dan Tantangan Institusi Zakat Ke Depan 113

Dalam Islam hal seperti ini sudah disebutkan. Misalnya seperti yang diucapkan Nabi
saw:

Artinya: Allah tidak menerima solat tanpa bersuci dan sedekah dari pencurian (HR.
Bukhari).

Kemungkinan untuk menjadikan zakat sebagai lembaga pencucian uang dapat


terjadi melalui setoran dan transfer masuk dalam negeri pada rekening bank milik Institusi
zakat, dari pihak yang tidak terverifikasi. Atau ketika menyalurkan dalam bentuk tunai
kepada lembaga dan individu pemilik rekening yang tidak terverifikasi. Terlebih ketika
transfer masuk dan keluar melibatkan pemilik rekening bank di luar negeri.

Risiko yang muncul terhadap transaksi yang dianggap mencurigakan adalah


pemblokiran rekening lembaga pengelola zakat yang mengakibatkan operasional dapat
terhenti. Lembaga dapat membuka kembali rekening setelah memperoleh konfirmasi
dari pihak yang berwenang. Demikian juga apabila ingin membuka rekening baru, maka
penelitian terhadap lembaga akan dilakukan lebih intensif. Dengan demikian risiko
hukum, risiko operasional dan risiko reputasi muncul secara inheren di dalamnya.

Ketentuan pencegahan terhadap praktek pencucian uang telah dikeluarkan dalam


bentuk undang-undang yaitu Undang-undang No. 15 Tahun 2002, diperbarui dengan
Undang-undang No. 8 Tahun 2010 tentang Anti Pencucian Uang dan Pencegahan
Pembiayaan Terorisme. Selain itu ketentuan turunannya untuk berbagai institusi telah
dikeluarkan oleh lembaga berwenang, untuk bank umum, bank perkreditan (pembiayaan)
rakyat (BPR), dan lembaga keuangan bukan bank oleh Bankk Indonesia dan Otoritas Jasa
Keuangan, untuk Kegiatan Usaha Penukaran Valuta Asing Bukan Bank (KUPVA BB) oleh
Bank Indonesia. Ketentuan semacam ini belum disusun untuk institusi zakat, padahal
salah satu metode penerimaan zakat adalah pembayaran tunai pada kantor, gerai atau
konter yang disediakan. Adanya ketentuan pencegahan terhadap praktek pencucian
uang dapat mengurangi terjadi risiko-risiko yang mungkin terjadi pada institusi zakat.

REKOMENDASI
Untuk menjaga sustainabilitasnya, institusi zakat tentunya harus dikelola secara
profesional. Salah satunya, institusi zakat harus memiliki manajemen risiko pengelolaan
zakat yang baik sebagaimana telah ditetapkan dalam dokumen kesekapatan lembaga-
lembaga zakat dunia yang dituangkan dalam ZCP (Zakat Core Principles), yaitu ZCP poin
11 hingga ZCP poin 14 tentang manajemen risiko pengelolaan zakat. Meskipun institusi
zakat termasuk lembaga keuangan sosial Islam (Islamic Social Financial Institution),
pengelolaannya, termasuk manajemen risikonya, harus ditangani dengan baik, govern
dan sesuai best practices internasional.

Otoritas zakat dapat menggunakan buku ini sebagai rujukan untuk membuat
“Standar Manajemen Risiko Institusi Zakat” yang sejalan dengan ‘ZCP’ dan ‘Technical

Manajemen Risiko Pengelolaan Zakat


114 Potensi dan Tantangan Institusi Zakat Ke Depan

Notes on Risk Management for Zakat Institution’, yang disesuaikan dengan karakteristik
umum OPZ di Indonesia. Standar manajemen risiko ini meliputi mitigasi minimal yang
wajib dimiliki oleh institusi zakat, khususnya untuk risiko-risiko yang tergolong ekstrim
dan tinggi.

Institusi zakat yang sudah maju dapat menggunakan buku ini sebagai rujukan untuk
merancang sendiri Manajemen Risiko Pengelolaan Zakat yang dirancang khusus (tailor
made) untuk institusi zakat tersebut yang disesuaikan dengan karakteristik khususnya,
karena institusi zakat di suatu daerah akan menyesuaikan karakteristik daerah tersebut
yang biasanya berbeda dengan karakteristik daerah lain.

Institusi zakat yang belum cukup maju dan belum memiliki kemampuan untuk
merancang manajemen risiko sendiri dapat langsung menggunakan buku ini sebagai
panduan dalam mengelola risikonya, dimana sebagian besar risiko institusi zakat yang
bersifat common risk (risiko umum yang ada di institusi zakat) sudah tercakup dalam buku
ini. Sementara itu, institusi zakat tersebut harus mencermati risiko-risiko yang khas di
daerah tersebut yang belum tercakup dalam common risk.

Manajemen Risiko Pengelolaan Zakat


Potensi dan Tantangan Institusi Zakat Ke Depan 115

Manajemen Risiko Pengelolaan Zakat


116

Referensi
Abu Bakar, M.H & A.H. Abd.Ghani. (2011). Towards Achieving the Quality of Life in the
Management of Zakat Distribution to the Rightful Recipients (The Poor and Needy).
International Journal of Business and Social Science Vol. 2 No. 4.
Al Habshi, S. Othman. (1990). Peranan dan Struktur Bayt al Mal, Zakat dan Wakaf di
dalam Konteks Peralihan Arah Strategi Pembangunan Ekonomi Umat Islam. Paper
presented at the Seminar On Islam and Development organized by IIUM.
Ali, M. Daud. (1988). Sistem Ekonomi Islam Zakat dan Wakaf. Jakarta: UI Press, hal. 32-33.
Asnaini. (2008). Zakat Produktif dalam Prespektif Hukum Islam. Yogyakarta: Pustaka
Pelajar, hal. 64.
Awaji, Saleh. (tanpa tahun). Zakat Applications in the Kingdom of Saudi Arabia.
Presenter: DZIT’s Deputy Director General
BAZNAS. (2016). Outlook Zakat Indonesia 2017. Cetakan I, Desember 2016. Jakarta: Pusat
Kajian Strategis Badan Amil Zakat Nasional (PUSKAS BAZNAS).
BAZNAS. (2018a). Kajian Had Kifayah 2018. Cetakan I, Mei 2018. Jakarta: Pusat Kajian
Strategis BAZNAS.
BAZNAS. (2018b). Statistik Zakat Nasional 2017. Versi 1, Juni 2018. Jakarta: Bagian Liaison
dan Pelaporan BAZNAS.
Beik, I.S., Nursechafia, D. Muljawan, D. Yumanita.A. Fiona, & J.K. Nazar. (2014). Towards
an Establishment of an Efficient and Sound Zakat System: Proposed Core Principles
for Effective Zakat Supervision. Presented in the Working Group of Zakat Core
Principles. Jakarta: International Working Group on Zakat Core Principles.
Beik, I.S., H. Hanum, D. Muljawan, D. Yumanita.A. Fiona, & J.K. Nazar. (2015). Core
Principles for Effective Zakat Supervision: Consultative Document. Jakarta:
International Working Group on Zakat Core Principles.
Benjamina, A., H. Dezfuli, C. Everettc, J. Pollittd, and D. Senc. (2014). Enterprise Risk and
Opportunity Management for Nonprofit Organizations and Research Institutions.
Probabilistic Safety Assessment and Management (PSAM) 12, June.
Berg, H.P. (2010). Risk Management: Procedures, Methods and Experiences. RT&A#2(17),
Vol.1, page 79-95.
Bertrand, N. & L. Brown. (2006). Risk Management: A Guide for Nonprofit and Charitable
Organization. Canada: Knowledge Development Centre, Imagine Canada
Carter, T.S. & J.M. Demcruz. (2013). Legal Risk Management Checklist for Not-For-Profit
Organizations. Ottawa, Toronto: Carters Professional Corporation.
Clontz, B. & J. Havens. (2015). Summary Nonprofit Enterprise Risk Management: Best
Practices and Case Studies. Retrived from http://www.pgdc.com/pgdc/nonprofit-
enterprise-risk-management-best-practices-and-case-studies
(COSO) Committee of Sponsoring Organizations of the Tread-way Commission. (2004a).
Executive Summary of Enterprise Risk Management - Integrated Framework. North
Carolina (US): AICPA.
(COSO) Committee of Sponsoring Organizations of the Tread-way Commission. (2004b).
Executive Summary of Internal Control - Integrated Framework. North Carolina
(US): AICPA

Manajemen Risiko Pengelolaan Zakat


117

Culp, C.L. (2001). The Risk Management Process: Business Strategy and Tactics. New York:
John Wiley & Sons.
Curtis, P., & M. Carey. (2012). Risk Assessment in Practice. Durham. Committee of
Sponsoring Organizations of the Treadway Commission (COSO), Deloitte Touche
Tohmatsu Limited.
Dusuki, A.W. 2012. _Principle and Application of Risk Management and Hedging
Instruments in Islamic Finance. Islamic Economics and Finance Pedia
Depag RI. 2002. Pedoman Zakat.Jakarta: Badan Proyek Peningkatan Zakat dan Wakaf,
hal. 284.
Faisal. (2011).Sejarah Pengelolaan Zakat Di Dunia Muslim Dan Indonesia (Pendekatan
Teori Investigasi-Sejarah Charles Peirce Dan Defisit Kebenaran Lieven Boeve). Jurnal
Analisis, Volume XI, Nomor 2, Desember.
Fakhruddin. (2008). Fiqh dan Manajemen Zakat di Indonesia. Malang: UIN Malang Press.
hal. 246
Firdaus, M., I. S. Beik,T. Irawan, and B. Juanda. (2012). Economic Estimation and
Determinations of Zakat Potential in Indonesia. Working Paper Series WP#1433-07.
Jeddah: Islamic Research and Training Institute.
Godfrey, P.S. (1996). Control of Risk: A Guide to Systematic Management or Risk from
Construction. London, UK: CIRIA
Herman, M.L., G.L. Hrad, P.M. Jackson, and T.E. Fogarty. (2003). Managing Risk in
Nonprofit Organizations: A Comprehensive Guide. New York: John Wiley & Sons.
Hollander, Johannes Jd. (1895). Handleiding bij de Beoefenig der Land en Volkenkunde
van Nederlandsch Oost-Indië, Jilid. II, (Breda: Broese), hal. 49
Iqbal, Z. (2014). Enhancing Financial Inclusion through Islamic Finance. Presented at
Financial Inclusion Conference, World Bank, Istanbul.
(IRM) Institute of Risk Management. (2002). A Risk Management Standard. London
Jaelani, Aan. (2016). Manajemen Zakat di Indonesia dan Brunei Darussalam. Munich
Personal RePEc Archive (MPRA) Paper No. 71561
(JAWHAR) Jabatan Wakaf, Zakat dan Haji. (2008). Laporan Tahunan JAWHAR 2007.
Malaysia: JAWHAR.
Kahf, Monzef. (2000). Zakah Management In Some Muslim Societies. Jeddah, IRTI
IDBKerjasama pustaka Pelajar Yogyakarta dan LSM Damar, hlm 299.
Lam, J. (2003). Enterprise Risk Management: Forum Incentives to Controls.New York:
John Wiley & Sons.
Moeller, R. (2007). COSO Enterprise Risk Management: Understanding the New
Integrated ERM Framework.New York: John Wiley & Sons.
Muljawan, Dadang. (2011). Financial Sector Assessment Program for Islamic Financial
System (iFSAP). Working Papers. Retrived from http://www.iefpedia.com/english/
wp-content/uploads/2011/12/Dadang-Muljawan.pdf
Nasution, M. E. et. al. (2006). Pengenalan Eksklusif Ekonomi Islam Jakarta: Kencana, hal.
214.
Parid, Mohd. S. A, (2001). Kaedah Pengagihan Dana Zakat: Satu Perspektif Islam. Kuala
Lumpur: IKIM
PIRAC. (2012). Mensejahterakan Umat dengan Zakat 2012. dari http://www.pirac.

Manajemen Risiko Pengelolaan Zakat


118

org/2012/05/25/mensejahterakan-umat-dengan-zakat/
Qardhawi, Yusuf. (1973). Fiqih Zakat. Beirut: Darl Fikr.
Qardhawi, Yusuf. (2005). Spektrum Zakat Dalam Membangun Ekonomi Kerakyatan.
Jakarta, Zikrul, 139.
Rass J. J., (1968). Hikajat Bandjar: A Study in Malay Historiography, Disertasi. The Hague:
Leiden; Bibliotheca Indonesica 1. hal. 196.
Rofiq, Ahmad. (2004). Fiqih kontekstual: Dari Normatif ke Pemaknaan Sosial. Semarang
Sabiq, Sayyid. (2005). Fikih Sunnah, Beirut : Darul Fikr. hal. 106.
Shiddieqy, Hasbi. (1987). Pedoman Zakat, Jakarta: Bulan Bintang. hal. 168.
Triyani N., Beik I.S., Baga L.M. (2017). Manajemen Risiko pada Badan Amil Zakat Nasional
(BAZNAS). Jurnal Al-Muzara’ah 5(2):107-124.
Usman, Iskandar. (1994). Istihsan dan Pembaharuan Hukum Islam. Jakarta: Raja Grafindo,
hal. 184.
Van Greuning & Z. Iqbal. (2008). Risk Analysis for Islamic Banks. Washington, DC: The
World Bank.
Wiryono, S.K. & Suharto. (2008). Analisis Risiko Operasional di PT. Telkom dengan
Pendekatan Metode ERM. Jurnal Manajemen Teknologi. 7(1): 58-90.
Young, D.R. (2009). How Nonprofit Organization Manage Risk. In S. Destefania &
M. Musella (Eds.) 2009. Paid and Unpaid Labour in the Social Economy: An
International Perspective. AIEL Series in Labour Economics, Physica-Verlag
Heidelberg.
Zaenal, H., Basarud-din, S. Khalilah, Yusuf, R.M, Omar, S.N.Z. (2016). Managing Zakat
Fund in Malaysia. Journal Of Global Business And Social Entrepreneurship (gbse)
vol. 1: no. 2 hal. 46–53.
Zuhayli, W. (1985). Al-Fiqh Al-Islami Wa Adillatuh. Dar Al-Fikr, Bairut Libanon Jilid 2. hal.
758.
Zulkefly. A.K., M.A.S. Zaidi. & H. Wahid. (2002). Pendapatan dan sasaran perbelanjaan
dana zakat di negeri Kedah, Perak, Selangor dan Negeri Sembilan: Isu dan Cabaran.
Kertas Kerja Muzakarah Pakar Zakat, Universiti Kebangsaan Malaysia, 21-22
Desember.

Manajemen Risiko Pengelolaan Zakat


119

LAMPIRAN

Manajemen Risiko Pengelolaan Zakat


120 Lampiran

Overall
Identifikasi Risiko Visi Misi DAMPAK MITIGASI
L I V S
Kurang realistis, amil terbebani, Me-review & menyusun kembali visi misi; Konsistensi &
1 Visi misi OPZ terlalu ideal 3.6 3.4 2 2
kredibilitas OPZ menurun komitmen dalam proses pengendalian internal

Visi dan misi OPZ terlalu OPZ kurang menonjol. Kredibilitas OPW Menyusun kembali visi misi OPZ yang baik; Konsisten &
2 3.6 3.4 2 2
generik rata-rata komitmen untuk lebih berkembang
Visi dan misi OPZ terlalu OPZ kurang berkembang. Kredibilitas Menyusun kembali visi misi OPZ yang baik; Konsisten &
3 3.6 3.4 2 2
sederhana OPW rendah komitmen untuk berkembang
Tujuan dan program kerja menjadi Menyusun dari awal visi misi OPZ yang baik; Konsisten &
4 Visi dan misi OPZ belum ada 3.6 3.4 2 2
kurang terarah komitmen untuk berkembang
Tidak dapat dilakukan semua, setengah- Evaluasi Renstra; Me-review & menyusun kembali visi
Visi misi OPZ terlalu banyak
5 3.9 4.7 3 2 setengah, amil terbebani, kredibilitas OPZ misi; Konsistensi & komitmen dalam proses pengendalian
dan tidak fokus
menurun internal
Membingungkan manajemen dan amil; Pengendalian atas pembangunan visi misi OPZ; Me-
6 Visi misi OPZ kurang jelas 3.8 5.3 4 2 Tujuan dan program kerja menjadi review & menyusun kembali visi misi; Kajian ulang &
kurang jelas menguji ke stakeholder
Evaluasi Renstra; Me-review & menyusun kembali visi
Visi misi OPZ hanya sebagai OPZ tidak memiliki pedoman arah yang
7 3.5 6.2 2 2 misi; Konsistensi & komitmen dalam proses pengendalian
hiasan dan lip service dituju
internal
Visi misi OPZ kurang dapat Evaluasi Renstra; Me-review & menyusun kembali visi
Membingungkan dan menurunkan
8 ditangkap oleh masyarakat 5.1 3.7 2 2 misi; Konsistensi & komitmen dalam proses pengendalian
kepercayaan masyarakat
umum internal

Kemungkinan tercapai rendah, amil tidak Evaluasi Renstra; Me-review & menyusun kembali visi
9 Visi misi di luar kontrol OPZ 3.3 4.7 3 2 dapat berbuat banyak, kredibilitas OPZ misi; Konsistensi & komitmen dalam proses pengendalian
menurun internal

Ketidaksesuaian persepsi dan realitas


Belum adanya alat ukur Review perencanaan strategis secara rutin dan sistematis
10 4.9 4.6 3 2 pencapaian, dapat menyesatkan arah
pencapaian visi dan misi termasuk proses pengukuran pencapaian visi misi
yang dituju

Manajemen Risiko Pengelolaan Zakat


Lampiran 121

Overall
Identifikasi Risiko Visi Misi DAMPAK MITIGASI
L I V S
Review periodik standar pengukuran seperti ISO, audit
Alat ukur belum efektif Ketidaksesuaian pengukuran dan realitas
keuangan publik KAP, audit syariah Kemenag, capacity
11 mengukur pencapaian visi 5.3 4.7 3 2 pencapaian, dapat menyesatkan arah
for OPZ di cabang, perwakilan, matriks kompetensi amil,
dan misi yang dituju
review Pengurus/Pembina Yayasan
Review periodik standar pengukuran seperti ISO, audit
OPZ tidak dapat mengetahui tingkat
Misi kualitatif/ kuantitatif keuangan publik KAP, audit syariah Kemenag, capacity
12 4.9 4.8 3 2 pencapaian misi, tujuan dan program
sulit diukur pencapaiannya for OPZ di cabang, perwakilan, matriks kompetensi amil,
kerja kurang terarah
review Pengurus/Pembina Yayasan
Misi organisasi kurang/tidak Dapat menyesatkan arah yang dituju, Konsistensi & komitmen dalam proses pengendalian
13 2.3 5.1 3 2
sejalan dengan visi tujuan dan program kerja kurang terarah internal; Partisipasi seluruh stakeholder

Belum adanya kaitan Me-review & menyusun kembali KPI sesuai visi misi;
Amil tidak sepenuh hati bekerja untuk
14 langsung KPI dengan 3.4 5.2 3 2 Menurunkan visi misi menjadi KPI sebelum penyusunan
mencapai visi misi
pencapaian visi misi OPZ RKAT; Audit kinarja dan evaluasi kinerja secara berkala

Amil kurang memahami/ Rendahnya dedikasi amil; Inefisiensi Menurunkan visi misi menjadi KPI sebelum penyusunan
15 4.3 5.9 3 2
menghayati visi dan misi sumber daya dalam jangka panjang RKAT; Training amil secara berkala dan terstruktur

Masyarakat belum paham


Masyarakat kurang peduli terhadap OPZ;
tentang OPZ dan apa yang Melakukan sosialisasi masif & efektif kepada masyarakat
16 5.5 5.3 4 2 Menurunkan kepercayaan masyarakat;
dikerjakan untuk mencapai luas; Program dan survei (umpan balik) OPZ
Menghambat perkembangan OPZ
visi dan misinya
Belum adanya ukuran- Ketidaktahuan OPZ atas kondisi
Review perencanaan strategis secara rutin dan sistematis
17 ukuran ‘tingkat kesehatan’ 5.0 5.9 4 2 kesehatannya; Kegagalan kinerja OPZ;
termasuk proses pengukuran tingkat kesehatan OPZ
OPZ Dapat merugikan masyarakat
OPZ belum dapat menjadi Menerapkan manajemen yang sehat; Mewujudkan GAG;
OPZ belum menjadi pilihan masyarakat;
18 lembaga zakat profesional 4.8 6.0 3 2 Melakukan improvement dengan standar mutu layanan
Menurunkan kepercayaan masyarakat
dan terpercaya yang sudah ditetapkan
OPZ belum mampu
Amil terbebani, pencapaian visi misi Program inovatif pendayagunaan; Monitoring & review
19 menginspirasi masyarakat 4.5 5.1 3 2
terganggu program; Evaluasi program
untuk berbuat baik

Manajemen Risiko Pengelolaan Zakat


122 Lampiran

Overall
Identifikasi Risiko Tujuan DAMPAK MITIGASI
L I V S
Evaluasi Renstra; Me-review & menyusun kembali
Kurang realistis, amil terbebani, tujuan
1 Tujuan terlalu ideal 3.3 4.1 2 2 tujuan OPZ; Konsistensi & komitmen dalam proses
tidak tercapai, kredibilitas OPZ menurun
pengendalian internal
OPZ kurang menonjol. Kredibilitas OPW Menyusun kembali visi misi OPZ yang baik; Konsisten &
2 Tujuan OPZ terlalu generik 3.3 4.1 2 2
rata-rata komitmen untuk lebih berkembang
Tujuan OPZ terlalu OPZ kurang berkembang. Kredibilitas Menyusun kembali visi misi OPZ yang baik; Konsisten &
3 3.3 4.1 2 2
sederhana OPW rendah komitmen untuk berkembang
Tujuan dan program kerja menjadi kurang Menyusun dari awal visi misi OPZ yang baik; Konsisten &
4 Tujuan OPZ belum ada 3.3 4.1 2 2
terarah komitmen untuk berkembang
Tidak dapat dilakukan semua, setengah- Evaluasi Renstra; Me-review & menyusun kembali
Tujuan terlalu banyak dan
5 3.3 4.5 3 2 setengah, amil terbebani, tujuan tidak tujuan OPZ; Konsistensi & komitmen dalam proses
tidak fokus
tercapai, kredibilitas OPZ menurun pengendalian internal
Membingungkan manajemen dan amil, Pengendalian atas pembangunan tujuan OPZ; Me-
6 Tujuan kurang jelas 3.8 4.1 3 2 tujuan dan program kerja menjadi kurang review & menyusun kembali tujuan OPZ; Kajian ulang &
jelas menguji ke para stakeholder
Evaluasi Renstra; Me-review & menyusun kembali
Tujuan hanya sebagai hiasan OPZ tidak memiliki pedoman arah yang
7 3.3 5.3 2 2 tujuan OPZ; Konsistensi & komitmen dalam proses
dan lip service dituju untuk program-program kerjanya
pengendalian internal
Pesan dalam tujuan kurang Evaluasi Renstra; Me-review & menyusun kembali
Membingungkan dan menurunkan
8 dapat ditangkap oleh 4.8 4.2 3 2 tujuan OPZ; Konsistensi & komitmen dalam proses
kepercayaan masyarakat
masyarakat umum pengendalian internal
Kemungkinan tercapai rendah, amil tidak Evaluasi Renstra; Me-review & menyusun kembali
9 Tujuan di luar kontrol OPZ 3.3 5.1 3 2 dapat berbuat banyak, kredibilitas OPZ tujuan OPZ; Konsistensi & komitmen dalam proses
menurun pengendalian internal
Ketidaksesuaian persepsi dan realitas
Belum adanya alat ukur Review perencanaan strategis secara rutin dan sistematis
10 3.6 4.3 3 2 pencapaian, dapat menyesatkan arah
pencapaian tujuan termasuk proses pengukuran pencapaian tujuan OPZ
yang dituju
Alat ukur belum efektif Ketidaksesuaian pengukuran dan realitas
Review periodik standar pengukuran seperti ISO, audit
11 mengukur pencapaian 4.0 3.8 3 2 pencapaian, dapat menyesatkan arah
keuangan publik KAP, audit syariah Kemenag
tujuan yang dituju

Manajemen Risiko Pengelolaan Zakat


Lampiran 123
Overall
Identifikasi Risiko Tujuan DAMPAK MITIGASI
L I V S
OPZ tidak dapat mengetahui tingkat Evaluasi Renstra; Me-review & menyusun kembali
Tujuan kualitatif/kuantitatif
12 4.2 4.0 3 2 pencapaian tujuan, program kerja kurang tujuan OPZ; Konsistensi & komitmen dalam proses
sulit diukur pencapaiannya
terarah pengendalian internal
Evaluasi Renstra; Me-review & menyusun kembali
Tujuan organisasi kurang/ Dapat menyesatkan arah yang dituju,
13 2.3 5.0 2 2 tujuan OPZ; Konsistensi & komitmen dalam proses
tidak sejalan dengan misi tujuan dan program kerja kurang terarah
pengendalian internal
Evaluasi Renstra; Me-review & menyusun kembali
Program kerja kurang/tidak Program kerja kurang terarah, tujuan
14 2.3 5.4 2 2 tujuan OPZ; Konsistensi & komitmen dalam proses
sejalan dengan tujuan tidak tercapai
pengendalian internal
Belum adanya kaitan Me-review & menyusun kembali KPI sesuai tujuan OPZ;
Amil tidak sepenuh hati bekerja untuk
15 langsung KPI dengan 4.0 5.5 3 2 Menurunkan tujuan menjadi KPI sebelum penyusunan
mencapai tujuan
pencapaian tujuan RKAT; Audit kinarja dan evaluasi kinerja secara berkala
Pimpinan kurang Kehilangan arah; OPZ dapat berubah
Menurunkan tujuan menjadi KPI sebelum penyusunan
16 memahami/ menghayati 2.2 5.9 3 3 secara fundamental Inefisien; Rendahnya
RKAT; Training amil secara berkala dan terstruktur
tujuan dedikasi pimpinan
Amil kurang memahami/ Menurunkan tujuan menjadi KPI sebelum penyusunan
17 3.5 5.7 3 3 Rendahnya dedikasi amil
menghayati tujuan RKAT; Training amil secara berkala dan terstruktur
Masyarakat belum paham
Melakukan pendekatan, komunikasi; Sosialisasi efektif
tentang OPZ dan apa yang Masyarakat kurang peduli terhadap OPZ;
18 5.5 5.3 3 2 kepada masyarakat; Memanfaatkan socmed seperti web
dikerjakan untuk mencapai Menurunkan kepercayaan masyarakat
& aplikasi
tujuannya
Kurangnya sarana dan Menurunkan performa dalam Meningkatkan kreativitas program; Penetapan prioritas
19 prasarana untuk mencapai 4.6 5.0 3 2 peningkatan trust; Menghambat anggaran sesuai prioritas program; Inovasi program
tujuan perkembangan OPZ sesuai kontijensi anggaran
Pencapaian tujuan terganggu; Penurunan
Kurangnya kuantitas Menyusun standar baku rekrutmen; Peningkatan
kredibilitas OPZ; Menghambat
20 dan kualitas SDM untuk 5.4 5.8 3 3 kompetensi amil; Performance Appraisal untuk menilai
perkembangan OPZ jangka pendek-
mencapai tujuan kinerja amil
panjang
Kurangnya efektivitas Pencapaian tujuan terganggu; Penurunan
Melaksanakan forum rapat & evaluasi secara berkala
21 manajemen untuk mencapai 5.0 5.9 3 3 kredibilitas OPZ; Inefektif & inefisien;
berjenjang; Mekanisme evaluasi level organ yayasan
tujuan Potensi fraud

Manajemen Risiko Pengelolaan Zakat


124 Lampiran

Overall
Identifikasi Risiko Reputasi DAMPAK MITIGASI
L I V S
Belum optimalnya OPZ dalam
Rendahnya kinerja OPZ; Menurunnya
menjalankan seluruh fungsi- Strategi edukasi, informasi, layanan konsultasi tatap
kredibilitas OPZ & kepercayaan
1 fungsinya (seperti edukasi, 5.4 5.5 3 2 muka & media/TI; Evaluasi kinerja rutin; Perbaikan dan
masyarakat; Mematikan OPZ dalam
informasi, konsultasi, dan pencegahan; Pengembangan kerja sama kemitraan
jangka menengah dan panjang
penghimpunan zakat)
Mustahik dapat berpeluang kurang
Belum optimalnya OPZ dalam merasakan pengaruh zakat secara Monitoring & Evaluasi program pendayagunaan; Kajian
2 mendayagunakan dana 3.5 5.5 3 3 signifikan; Mustahik yang belum berdaya dampak tiap program; Pengembangan kerja sama
zakat bagi mustahik akan terus menerus harus dibantu dana kemitraan
zakat, padahal dana tersebut terbatas

Belum optimalnya OPZ dalam Risiko terjadinya fraud oknum yang


mengelola seluruh proses melakukan penyimpangan dalam Divisi Kepatuhan agar sesuai dengan syariah; Rumusan
3 4.0 5.9 3 3
sesuai regulasi, tata kelola pengelolaan zakat; Rendahnya kepatuhan modul kepatuhan; Sosialisasi dan audit kepatuhan
yang baik & syariah OPZ
Belum optimalnya OPZ dalam
berperan aktif di forum, Rendahnya koordinasi antar OPZ,
Meminimalisasi panjangnya rantai birokrasi zakat; Kerja
4 kerja sama, dan program 4.0 4.2 2 2 menurunnya kredibilitas OPZ dan
sama kemitraan antar OPZ di program prioritas bersama
lainnya bagi peningkatan kepercayaan masyarakat
efektifitas peran OPZ
Risiko penyesuaian OPZ OPZ butuh banyak waktu & uang untuk
akibat regulasi yang baru menyesuaikan aktivitasnya sesuai Pengurusan perizinan; Melakukan penyesuian
5 6.3 5.4 3 3
(dari sisi legal, organisasi, ketentuan; OPZ tidak dapat melanjutkan manajemen OPZ sesuai regulasi
operasional dan lain-lain) operasinya

Masyarakat dapat berpeluang tidak


OPZ belum memiliki mengenal OPZ, program beserta para Berkomitmen & melaksanakan GAG, layanan prima,
6 reputasi yang baik di mata 4.6 6.2 3 3 penerima manfaatnya dengan baik; sosialisasi yang efektif; Penguatan aspek kepatuhan,
masyarakat Berpengaruh terhadap keabsahan ibadah positioning lembaga, inovasi program dan layanan
zakat & sisi keberkahan yang berkurang

Manajemen Risiko Pengelolaan Zakat


Lampiran 125

Identifikasi Risiko Korporatisasi Overall


DAMPAK MITIGASI
OPZ L I V S
Penyalahgunaan dana ZIS
(zakat infaq dan shadaqah) Membangun kebijakan kelembagaan dan legal yang
Pelanggaran terhadap kepatuhan syariah
1 untuk pendirian perusahaan 2.8 5.9 3 2 spesifik mengatur tentang ekspansi organ atau anak
& regulasi; Merusak kredibilitas OPZ
yang tidak sesuai dengan perusahaan yang adil & proporsional
prinsip syariah

Adanya ekspansi Lembaga Risiko kerugian jika anak perusahaan


Mengembangkan kanal suara pelanggan atau suara
Pengelola Zakat (LPZ) untuk (PT) menderita kerugian, maka kerugian
2 2.6 4.8 3 2 masyarakat zakat dalam rangka kontrol sosial atas
mendirikan anak perusahaan tersebut akan mengurangi dana tidak
segala pengelolaan dana zakat oleh lembaga
terkait kegiatan LPZ terikat-Dana Amil

Adanya konflik kepentingan


Konflik kepentingan dapat memicu
di Lembaga Pengelola Zakat
pemisahan, pemecahan atau pelepasan Membangun audit internal dan pengawasan pihak
3 (LPZ) dalam membangun 3.5 4.5 2 2
anak perusahaan bahkan penggabungan ketiga yang kokoh
anak perusahaan sosial dan/
OPZ
atau komersial

Identifikasi Risiko Edukasi Overall


DAMPAK MITIGASI
Eksternal L I V S
Masih banyaknya Edukasi publik dengan buku, dokumentasi
Rendahnya kesadaran masyarakat
1 masyarakat yang tidak 5.7 6.0 3 3 program, pelaporan program, infografis program
tentang zakat dan membayar zakat
paham tentang zakat kepada masyarakat
Rendahnya kesadaran Muzaki hanya menyetorkan infaq Edukasi zakat nasional melibatkan semua
2 masyarakat terhadap 5.1 5.6 3 3 biasa atau sebatas zakat fitrah saja; stakeholder; Menyusun berbagai karya ilmiah dan
pentingnya zakat Rendahnya penghimpunan zakat seminar
Masyarakat lebih
Edukasi zakat nasional melibatkan semua
mengutamakan
3 4.5 5.0 3 2 Rendahnya penghimpunan zakat stakeholder; Menyusun berbagai karya ilmiah dan
membayar pajak daripada
seminar
menunaikan zakat

Manajemen Risiko Pengelolaan Zakat


126 Lampiran

Identifikasi Risiko Edukasi Overall


DAMPAK MITIGASI
Eksternal L I V S
Melakukan sosialisasi secara masif, berkala dan
Masyarakat belum paham OPZ kurang optimal dalam proses
terstruktur; Membangun sinergi dengan berbagai
4 pentingnya menyalurkan 6.3 5.4 3 2 pengelolaan zakat; Menghambat
perguruan tinggi dalam rangka menyosialisasikan
zakat melalui OPZ perkembangan OPZ
ZISWAF

Masyarakat lebih suka Menciptakan mental konsumtif dan


Edukasi zakat nasional melibatkan semua stakeholder;
5 membayar zakat secara 5.4 5.2 3 2 senang diberi bagi mustahik; Rendahnya
Menyusun berbagai karya ilmiah dan seminar
langsung kepada mustahik penghimpunan zakat

Pemerintah belum secara


efektif mengedukasi tugas, OPZ kurang optimal dalam proses Sinergi OPZ dengan pemerintah; Program khusus
6 6.2 4.3 3 2
tanggung jawab dan pengelolaan zakat sosialisasi zakat pemerintah
kewajiban amil
Pemerintah kurang Dana edukasi zakat dilakukan mandiri
Program khusus sosialisasi zakat pemerintah; Kerja sama
7 mengedukasi masyarakat 6.4 5.0 3 3 oleh OPZ; Edukasi zakat diberikan di SD-
dengan media dan dunia pendidikan
tentang zakat SD dengan porsi sedikit saja
Kurangnya dukungan
Rendahnya kesadaran masyarakat tentang Sinergi OPZ dengan pemerintah; Program khusus
8 pemerintah terhadap 5.9 4.9 3 3
zakat dan membayar zakat sosialisasi zakat pemerintah
edukasi zakat

Program-program edukasi Program edukasi pemerintah kurang


Evaluasi program dengan pemerintah; Program khusus
9 oleh pemerintah belum 6.2 5.4 3 2 efektif dan sulit tercapai; Masyarakat
sosialisasi zakat pemerintah
terstruktur baik cenderung pasif dalam membayar zakat
Program-program edukasi
Program edukasi pemerintah dan institusi Monitoring & Me-review program dengan pemerintah;
10 oleh pemerintah dan institusi 4.6 4.7 2 1
lain kurang efektif dan sulit tercapai Program khusus sosialisasi zakat pemerintah
lain tumpang tindih
Pemerintah belum memiliki Rendahnya kesadaran masyarakat tentang
Perencanaan sistematis program dan penetapan target
11 program berkesinambungan 6.1 5.0 3 2 zakat dan membayar zakat; Menghambat
edukasi dengan pemerintah
edukasi zakat perkembangan OPZ

Manajemen Risiko Pengelolaan Zakat


Lampiran 127

Identifikasi Risiko Edukasi Overall


DAMPAK MITIGASI
Eksternal L I V S

Pemerintah belum memiliki Rendahnya kesadaran masyarakat tentang


Perencanaan sistematis program dan penetapan target
12 gerakan sosialisasi/edukasi 5.0 5.1 3 2 zakat dan membayar zakat; Menghambat
edukasi dengan pemerintah
zakat perkembangan OPZ

Pemerintah belum
Sinergi pemerintah dengan pengelola
mengalokasikan anggaran Menggunakan dana internal LAZ sebagai biaya
zakat tidak berjalan dalam track yang
13 yang cukup untuk sosialisasi 6.2 5.0 3 2 sosialisasi; Kerja sama dengan dunia usaha, media dan
sama bahkan saling tumpang tindih,
dan edukasi zakat kepada dunia pendidikan
bertabrakan maupun overlaping
masyarakat

Pemerintah belum
Rendahnya pemahaman masyarakat Menyusun berbagai karya ilmiah dan seminar; Kebijakan
memasukkan pelajaran zakat
14 3.7 5.6 2 2 tentang zakat dan membayar zakat; kerja sama dengan lembaga pendidikan/dakwah untuk
ke kurikulum pendidikan
Menghambat perkembangan OPZ menambah kurikulum zakat
dasar dan menengah

Pemerintah belum memiliki Edukasi zakat menjadi tidak sinergis; Program khusus sosialisasi zakat pemerintah; Sinergi
15 kerja sama strategis edukasi 5.6 5.0 3 2 Rendahnya pemahaman masyarakat dengan pemerintah melalui Mendiknas maupun
zakat dengan institusi terkait tentang zakat dan membayar zakat Kemenag.

Kurang koordinasi antara


pemerintah dan institusi Rendahnya pemahaman masyarakat
Sinergi dengan pemerintah melalui Mendiknas maupun
16 terkait dalam program 5.8 5.0 3 2 tentang zakat dan membayar zakat;
Kemenag
edukasi/sosialisasi zakat Inefisiensi sumber daya
kepada masyarakat

Manajemen Risiko Pengelolaan Zakat


128 Lampiran

Identifikasi Risiko Edukasi Overall


DAMPAK MITIGASI
Internal L I V S
Belum efektifnya OPZ dalam Rendahnya kesadaran masyarakat tentang Konsultan ZISWAF dalam sosialisasi; Strategi program
1 4.8 3.9 3 3
mengedukasi masyarakat zakat dan membayar zakat edukasi

Keseimbangan program edukasi dan funding OPZ;


Kebanyakan OPZ menjual
Masyarakat menyalurkan sendiri zakat Menyusun tema edukasi zakat dan fokus pada
2 produk bukan mengedukasi 5.8 4.4 3 3
mereka kepada mustahik peningkatan pemahaman masyarakat bukan hanya
zakat
menjual program
Bersama pihak terkait mendorong pemerintah untuk
OPZ berharap pemerintah
Rendahnya kesadaran masyarakat tentang berperan aktif; Program khusus sosialisasi zakat
3 memiliki peran besar dalam 6.8 5.0 3 2
zakat dan membayar zakat pemerintah; Kerja sama dengan pelaku perzakatan,
edukasi zakat
media dan dunia pendidikan
Belum efektifnya program-
program OPZ dalam Rendahnya kesadaran masyarakat tentang Review dan Evaluasi strategi komunikasi; Kemitraan
4 4.7 4.3 3 2
mengedukasi zakat kepada zakat dan membayar zakat untuk program edukasi
masyarakat

Program-program edukasi
Program edukasi OPZ kurang efektif dan Strategi edukasi terstruktur; Kampanye zakat kerja sama
5 oleh OPZ belum terstruktur 5.0 4.3 3 2
sulit tercapai; Inefisiensi sumber daya antar OPZ
dengan baik
Program-program edukasi
zakat kepada masyarakat Mengurangi alokasi mustahik prioritas; Sinergi dengan OPZ lain; Program kemitraan;
6 4.9 4.3 2 2
oleh OPZ membutuhkan Menggerus dana operasional OPZ Memanfaatkan asosiasi dan Forum Zakat
dana besar
Program edukasi zakat oleh
Program edukasi OPZ kurang efektif dan Memasukkan unsur sosialisasi dan edukasi Zakat
7 OPZ belum dimasukkan 3.5 4.6 3 3
sulit tercapai termasuk dalam KPI
sebagai KPI amil

Kurangnya koordinasi antar Program OPZ tidak optimal karena kurang


8 OPZ untuk edukasi zakat 5.5 4.2 3 2 bersinergi; Menghabiskan biaya dan Sinergi dan komunikasi lebih intensif antar OPZ
kepada masyarakat waktu karena tidak bersinergi

Manajemen Risiko Pengelolaan Zakat


Lampiran 129

Identifikasi Risiko Edukasi Overall


DAMPAK MITIGASI
Internal L I V S
OPZ belum memperkenalkan OPZ kurang optimal dalam proses Melaksanakan program-program komunikasi dan
9 diri dengan baik kepada 5.9 4.8 3 3 pengelolaan zakat; Rendahnya konsultan ZISWAF; Membuat agenda aktivitas sosialisasi
masyarakat penghimpunan zakat per minggu/bulan

OPZ kurang sumber


Menggerus tenaga amil hanya untuk Menyusun strategi komunikasi efektif; Menjalin sinergi
daya/dana untuk
10 5.8 5.0 3 2 memperkenalkan diri; OPZ kurang dengan pihak lain; Menetapkan PIC marketing di
memperkenalkan diri kepada
optimal dalam proses pengelolaan zakat struktur OPZ dan sekaligus alokasi aggarannya
masyarakat luas

OPZ kurang sumber daya/ Menggerus tenaga amil hanya untuk Mencari sumber dana sponsorship; Kegiatan komunikasi
11 dana untuk melakukan 6.0 4.8 3 2 mengedukasi masyarakat; OPZ kurang bersama; Penggunaan metode, sarana, kerja sama
edukasi zakat optimal dalam proses pengelolaan zakat kemitraan, evaluasi umpan balik

OPZ belum memiliki program Program edukasi zakat tahunan; Optimalisasi kemitraan;
Program OPZ tidak optimal;
12 berkesinambungan edukasi 4.8 4.4 3 2 Turut serta dalam berbagai program edukasi dari
Menghabiskan biaya dan waktu
zakat pemerintah
Program edukasi OPZ kurang efektif dan
OPZ/Asosiasi OPZ belum
sulit tercapai; Rendahnya pemahaman
13 memiliki gerakan sosialisasi/ 3.7 4.4 3 2 Sinergi sosialisasi antara OPZ; Evaluasi bersama
masyarakat tentang zakat dan membayar
edukasi zakat
zakat

OPZ belum mengalokasikan


OPZ dengan SDM/dana yang kurang akan
anggaran yang cukup untuk
14 5.0 4.6 3 2 menghabiskan waktu, dana dan tenaga Optimalisasi kerja sama dan kemitraan
sosialisasi dan edukasi zakat
yg lebih besar
kepada masyarakat

OPZ/Asosiasi OPZ belum


gencar melobi pemerintah Program edukasi OPZ kurang efektif dan
Membuat MOU dengan pemerintah; Konsep usulan
untuk memasukkan sulit tercapai; Rendahnya pemahaman
15 5.5 4.3 3 2 kurikulum zakat di sekolah/institusi pendidikan;
pelajaran zakat ke kurikulum masyarakat tentang zakat dan membayar
Optimalisasi kerja sama dan kemitraan
pendidikan dasar dan zakat
menengah

Manajemen Risiko Pengelolaan Zakat


130 Lampiran

Identifikasi Risiko Edukasi Overall


DAMPAK MITIGASI
Internal L I V S

OPZ/Asosiasi OPZ belum Program edukasi OPZ kurang efektif dan


memiliki kerja sama strategis sulit tercapai; Rendahnya pemahaman Dialog secara intensif antara OPZ, pemerintah, dan
16 4.1 3.8 3 2
edukasi zakat dengan masyarakat tentang zakat dan membayar akademisi; Optimalisasi kerja sama dan kemitraan
institusi terkait zakat

Kurang koordinasi antara


OPZ/Asosiasi OPZ dan Koordinasi efektif antar OPZ, asosiasi, dan institusi
Rendahnya pemahaman masyarakat
17 institusi terkait dalam 4.5 3.8 3 2 terkait; Dialog secara intensif antara OPZ, pemerintah,
tentang zakat dan membayar zakat
program edukasi/sosialisasi dan akademisi; Optimalisasi kerja sama dan kemitraan
zakat kepada masyarakat

Identifikasi Risiko Dana Overall


DAMPAK MITIGASI
Pengimpunan L I V S
Harta yang dizakatkan Dana zakat OPZ tercampur dana tidak Edukasi harta; Melaksanakan pelatihan sharia financial;
1 2.8 4.1 2 2
berasal dari hasil korupsi halal SOP Penerimaan Harta
Harta yang dizakatkan Dana zakat OPZ tercampur dana tidak
Membuat catatan disclaimer di form konfirmasi donatur;
2 berasal dari penghasilan 3.9 4.0 2 2 halal; Pelanggaran syariah; Harta zakat
Edukasi harta ke masyarakat
nonhalal menjadi tidak sah
Harta yang dizakatkan Dana zakat OPZ tercampur dana tidak
3 4.5 2.7 2 2 Kajian ekonomi syariah bagi stakeholder secara berkala
berasal dari hasil bunga bank halal
Harta yang dizakatkan Dana zakat OPZ tercampur dana tidak
Memahamkan para muzaki atas sumber-sumber harta
4 berasal dari keuntungan 4.5 3.1 2 2 halal; Pelanggaran syariah; Harta zakat
yang sesuai prinsip syariah
saham konvensional menjadi tidak sah
Harta yang dizakatkan
Dana zakat OPZ tercampur dana tidak
tercampur dan berasal dari Memahamkan para muzaki atas sumber-sumber harta
5 5.1 2.7 2 2 halal; Pelanggaran syariah; Harta zakat
hasil nonhalal (korupsi, riba, yang sesuai prinsip syariah
menjadi tidak sah
dll)
Harta yang dizakatkan Melakukan edukasi dan kalkulasi zakat; Menyediakan
6 4.7 2.6 2 2 Perhitungan zakat tidak benar
merupakan harta bersama konselor zakat bagi para muzaki

Manajemen Risiko Pengelolaan Zakat


Lampiran 131

Identifikasi Risiko Dana Overall


DAMPAK MITIGASI
Pengimpunan L I V S
Harta yang dizakatkan Penguatan audit kepatuhan syariah; catatan disclaimer
7 2.7 2.7 2 2 Reputasi OPZ dapat menurun
ternyata uang palsu di form konfirmasi donatur
Menimbulkan konflik dengan pemilik
Harta yang dizakatkan Penguatan audit kepatuhan syariah; SOP Penerimaan
8 2.1 2.3 2 2 harta yang sah dan melanggar hukum
bukan harta milik pribadi Harta
agama Islam
Harta yang dizakatkan tidak SOP penerimaan dana; Penguatan unit kepatuhan;
Status dana yang masuk bukan zakat
9 sesuai perhitungan zakat 4.0 2.8 2 2 rumusan koridor kepatuhan; Sosialisasi, implementasi,
tetapi infaq atau sedekah
(nishab & haul) audit kepatuhan
Resetting anggaran yang dapat
Proyeksi potensi zakat terlalu
berpengaruh pada tingkat kepuasan Prosedur monitoring dan evaluasi anggaran; Penguatan
10 optimis dan/atau tidak 5.2 4.3 2 3
mustahik; Dapat berpengaruh pada database zakat
akurat
indikator keberhasilan program
Realisasi penghimpunan zakat meleset;
Rencana penghimpunan Menyusun rencana penghimpunan terukur dan
11 5.5 4.7 2 3 Berpengaruh secara signifikan pada
zakat OPZ terlalu optimis berdasarkan data historis
pelaksanaan program di lapangan

Overall
Identifikasi Risiko Dana Produktif DAMPAK MITIGASI
L I V S
Adanya pemanfaatan dana Tidak sahnya penyaluran sesuai asnaf
Membangun kebijakan batasan dan ketentuan
1 zakat untuk kepentingan 2.4 4.0 1 2 zakat; Pelanggaran hukum dan tidak
pemanfaatan dana program; Laporan keuangan rutin
pribadi/golongan sesuai syariat Islam

Dana zakat tidak disalurkan Melanggar hukum, dana zakat harus SOP penyaluran ZISWAF; Penguatan audit kepatuhan
2 2.3 3.7 1 1
habis dalam setahun disalurkan semua (habis) kepada mustahik syariah

Dana zakat ditahan Melanggar hukum, dana zakat tidak Penerapan sistem kepatuhan dan pelaksanaan audit
3 2.4 3.7 1 1
(didepositokan) di bank boleh ditahan internal

Manajemen Risiko Pengelolaan Zakat


132 Lampiran

Overall
Identifikasi Risiko Dana Produktif DAMPAK MITIGASI
L I V S
Dana zakat disalurkan ke Melanggar hukum, dana zakat harus Monitoring dan Evaluasi setiap program; Laporan
4 1.6 4.3 2 2
bukan mustahik disalurkan ke mustahik keuangan rutin; Penguatan unit kepatuhan
Dana zakat disalurkan
5 2.2 3.9 2 2 Penyaluran zakat kurang efektif Survei mustahik; SOP dalam identifikasi mustahik
kurang adil ke delapan asnaf
Dana zakat disalurkan Penyaluran zakat kurang efektif; Berisiko
Melakukan penyaluran sesuai SOP; Melakukan survei
6 kurang adil ke masing- 2.4 3.9 2 2 pada sisi keadilan atas masing-masing hak
kepada calon-calon penerima manfaat yang sesuai asnaf
masing mustahik asnaf
Dana zakat disalurkan Penyaluran zakat kurang efektif; Berisiko
Upaya pemetaan daerah dengan tingkat kemiskinan;
7 kurang adil menjangkau 2.7 4.3 2 2 pada sisi keadilan atas masing-masing hak
Bersinergi dengan lembaga-lembaga di daerah
daerah mustahik asnaf
Berisiko pada sisi keadilan atas masing- Penerapan SOP penyaluran; Tindakan pencegahan atau
Dana zakat terlalu lama
8 2.5 4.1 2 2 masing hak asnaf; Mengurangi reputasi perbaikan sistem; Membuat bisnis proses yang efektif
sampai ke mustahik
OPZ dan efisien
Dana zakat konsumsi per Kebutuhan dasar mustahik belum Evaluasi kinerja program penyaluran, kualitas layanan
9 3.5 3.2 2 3
mustahik terlalu kecil terpenuhi; Mengurangi reputasi OPZ mustahik dan dampak program

Identifikasi Risiko Dana Overall


DAMPAK MITIGASI
Penyaluran L I V S
Penggunaan dana zakat
Pelanggaran hukum dan menurunnya
untuk tujuan produktif Kebijakan LAZ dalam alokasi dana; Melakukan
kredibilitas OPZ; Tidak menyebarnya
1 terlalu banyak sedangkan 3.3 2.8 2 2 assessment yang ketat untuk mustahik dan
alokasi dana ZIS sesuai dengan kebutuhan
untuk tujuan konsumtif mengalokasikan zakat untuk tujuan konsumtif
dasar mustahik
belum terpenuhi

Risiko dana bergulir untuk


tujuan produktif yang masih
Tidak sesuai syariat Islam dan menurunkan Penetapan batas waktu maksimal dana mengendap di
2 dicatat sebagai piutang, 3.1 2.8 2 2
kredibilitas OPZ pos piutang
kapan zakat dianggap sudah
tersalurkan atau belum

Manajemen Risiko Pengelolaan Zakat


Lampiran 133

Identifikasi Risiko Dana Overall


DAMPAK MITIGASI
Penyaluran L I V S
Usaha mustahik kurang berkembang; Membuat assesmnet ketat sehingga per mustahik tdk
Dana zakat produktif per
3 4.3 2.6 2 2 Tidak realistis untuk memandirikan ada yg merasa terlalu kecil; Evaluasi kinerja program
mustahik terlalu kecil
mustahik penyaluran
Dana zakat digunakan Melanggar hukum, dana zakat harus
Standarisasi MOU tentang batas waktu pengembalian
4 sebagai dana bergulir lebih 3.5 2.8 2 2 tersalur dalam satu tahun; Risiko
dana bergulir
dari satu tahun menzalimi hak para mustahik

Dana bergulir dari zakat


Program dana bergulir (untuk tujuan
kurang efektif karena Kebijakan pembentukan divisi pengelola dana bergulir;
produktif) kurang efektif; Risiko dana
5 mustahik tidak dibekali 3.2 2.9 2 2 Memberikan pelatihan dan pendampingan usaha
bergulir macet dan jadi kerugian oleh
dengan keahlian yang mustahik oleh relawan/petugas
karena tidak dapat berputar kembali
dibutuhkan
Mustahik dana bergulir
Evaluasi kinerja program penyaluran, kualitas layanan
6 belum dibekali keahlian 2.9 2.8 2 2 Program dana bergulir kurang berhasil
mustahik dan dampak program
yang cukup

Dana bergulir dari zakat Program dana bergulir (untuk tujuan


kurang efektif karena produktif) kurang efektif; Dana bergulir Pengutaan konsep dana bergulir; Melakukan
7 3.9 3.0 2 2
Mustahik tahu dana tersebut macet & tidak berputar kembali; Metode pembiinaan rutin yang merubah mindset mustahik
adalah dana zakat pendekatan harus diubah

Overall
Identifikasi Risiko Penghimpunan DAMPAK MITIGASI
L I V S

Ketidaksesuaian antara rekening


Banyaknya rekening Review atas manfaat rekening fundraising terhadap
peruntukan dg tujuan donatur; Timbulnya
1 peruntukan zakat yang 4.8 3.5 2 2 efisiensi biaya; Evaluasi kinerja layanan dan umpan balik
rekening fundraising yangg tidak efisien
membingungkan donatur muzaki
dan efektif; Biaya rekening yg tinggi

Manajemen Risiko Pengelolaan Zakat


134 Lampiran

Overall
Identifikasi Risiko Penghimpunan DAMPAK MITIGASI
L I V S

Kurang mendidik masyarakat tentang


Penggunaan rekening haramnya riba dan bank konvensional, SOP pengelolaan dana; Kebijakan bahwa rekening bank
2 bank konvensional untuk 6.2 3.0 2 2 dan persepsi masyarakat terhadap OPZ konvensional hanya utk menampung sementara dana
membayar zakat kurang baik; Risiko ketidakpatuhan pada ZIS
ketentuan syariah

Kurangnya kontrol terhadap Kerumitan dan ketidakakuratan OPZ


3 proses pengumpulan dana 2.3 4.5 2 2 dalam pencatatan pengumpulan dana Evaluasi kinerja divisi penghimpunan; Monitoring Divisi
zakat zakat
Minimnya informasi dan
Masyarakat kurang mengenal dan tidak Menyajikan pelaporan keuangan diberbagai media;
4 advertensi pengumpulan 2.4 4.3 2 2
menyalurkan zakatnya melalui OPZ tsb. Transparansi Laporan Keuangan
zakat oleh OPZ
Menurunnya kepercayaan Muzaki
Terjadinya selisih dana zakat Penerapan SOP dengan baik; Evaluasi kinerja
terhadap OPZ; Risiko penggelapan
5 yang dibayarkan Muzaki dan 3.2 4.5 2 2 pengelolaan dana; Membenahi sistem cek antara dana
dana yang dapat menurunkan tingkat
yang disetor Amil yang tercatat dengan cash terkoleksi saat setor di teller
kepercayaan masyarakat

Muzaki bingung mengenai cara


OPZ memiliki pandangan/
penghitungan zakat yang benar; Forum bersama pada Dewan Pengawas Syariah LAZ;
6 madzhab yang berbeda-beda 5.7 2.4 2 2
Timbulnya risiko standarisasi keuangan Menyusun panduan zakat sesuai dengan Fatwa DSN
tentang zakat
untuk dapat diperbandingkan

Kurangnya transparansi Menurunnya kepercayaan Muzaki


7 kegiatan pengumpulan 3.1 3.9 2 2 terhadap OPZ dan Muzaki pindah ke OPZ Menyajikan pelaporan keuangan diberbagai media
zakat kepada muzaki lain

Menurunkan tingkat kepercayaan


Tidak sampainya bukti
pengelolaan kegiatan usaha bagi OPZ;
setoran zakat kepada Menertibkan data muzaki; Pengembangan sistem untuk
8 3.5 4.1 2 3 Potensi tidak dapat terlaporkannya
Muzaki karena kelalaian meminimalisasi potensi fraud
setoran tersebut sebagai pengurang
Amil & bukan kelalaian amil
penghasilan pada SPT Tahunan Donatur

Manajemen Risiko Pengelolaan Zakat


Lampiran 135

Identifikasi Risiko Pengelolaan Overall


DAMPAK MITIGASI
Dana L I V S
Belum ada standarisasi
SOP (Standard Operating OPZ tidak punya pondasi yang kuat Evaluasi kinerja sesuai prosedur; Adopsi standarisasi
1 2.0 4.3 2 2
Procedur) dalam sebagai pegangan operasional manajemen mutu
pengelolaan dana zakat

Belum adanya standarisasi


Evaluasi kinerja sesuai prosedur; Bersama pihak terkait
SOM (Standard Operating Tidak efektifnya pengelolaan dana zakat
2 2.0 4.1 2 2 menyusun SOM dan menerapkannya sebagai kebijakan
Management) dalam oleh OPZ
OPZ
pengelolaan dana zakat

Mengurangi proporsi peruntukan dana


Pengelolaan lembaga yang efektif dan membangun
Tingginya biaya operasional zakat ke mustahik; Tidak efisiennya
3 4.6 4.6 2 2 kemitraan dengan pihak lain; Penetapan koridor
OPZ pengelolaan dana AMIL yang dapat
anggaran; Membuat ratio semacam BOPO
berpengaruh kepada kepercayaan publik

Terjadi penyimpangan terhadap kaidah


Tidak menjadikan bank konvensional sebagai pooling
Dana zakat disimpan di Bank syariah; Timbulnya risiko penerimaan
4 3.9 3.2 2 2 fund; Kebijakan manajemen; Koridor kepatuhan oleh
Konvensional dana non-halal dan tidak kepatuhan pada
DPS OPZ; Memilih bank pengumpul dan penyimpan
kebijakan syariah

Dana zakat ditahan di


Terjadi penyimpangan terhadap kaidah Tidak menjadikan bank konvensional sebagai pooling
5 Bank untuk mendapatkan 3.5 3.6 2 2
syariah; Tertundanya hak para mustahik fund; Penguatan audit kepatuhan Syariah
keuntungan

Risiko pooling zakat


muqayyad dan mutlaqah
6 yang seharusnya dilakukan 2.8 2.8 2 2 Menurunnya kredibilitas OPZ Evaluasi sesuai prosedur pengumpulan dana
secara berbeda (PSAK 109
paragraf 14)

Manajemen Risiko Pengelolaan Zakat


136 Lampiran

Identifikasi Risiko Pengelolaan Overall


DAMPAK MITIGASI
Dana
L I V S
Bank tempat menyimpan
Dana zakat berkurang, hilang atau
8 dana zakat bermasalah/ 2.6 3.3 2 2 Selektif memilih bank sebagai mitra
terhambat penyalurannya
dilikuidasi
Memilih badan zakat LN yang baik untuk dicontoh;
Belum adanya best practices Tidak efektifnya pengelolaan dana zakat
9 3.6 3.2 2 2 Menyusun tata kelola OPZ terstruktur dan mudah
pengelolaan zakat yang baik oleh OPZ
dipahami
Penggunaan banyak Pengelolaan dana zakat menjadi rumit;
Menggunakan fasilitas kanal pembayaran perbankan
10 rekening untuk berbagai 5.0 3.9 2 2 Timbulnya pooling fund atas beberapa
seperti Virtual account
tipe dana dana tersebut
Pengelolaan dana zakat menjadi rumit;
Penggunaan banyak bank Menambah biaya dan menambah
Selektif memilih bank pengumpul dan penyimpan;
11 untuk pengelolaan dana 5.9 3.6 2 2 kompleksitas; Menimbulkan kerumitan
Memberlakuan virtual account
zakat dan potensi kesalahan dalam menghitung
dana amil
Belum adanya transparasi
Menurunnya kepercayaan Muzaki dan
12 & akuntabilitas dalam 1.7 4.6 2 2 Menerbitkan laporan keuangan OPZ di media massa
masyarakat umum terhadap OPZ
pengelolaan dana
Overall
Identifikasi Risiko Penyaluran DAMPAK MITIGASI
L I V S
Terjadi ketidakadilan dalam penyaluran
Tumpang tindih penyaluran Melakuakan sinergi dengan OPZ lain dalam progam
1 5.3 3.0 2 2 zakat; Inefisiensi alokasi dana; Tidak
dana zakat dengan OPZ lain penyaluran; Membangun database mustahik
terpenuhi akuntabilitas dan transparansi
Terjadi penyimpangan dlm. penyaluran Sistem database penyaluran terintegrasi; Melakuan
Adanya penyaluran zakat
2 2.3 2.7 2 2 zakat yang tidak sesuai QS. At Taubah : assessment penyaluran serta membangun jaringan mitra
yang tidak sesuai 8 ashnaf
60 pengelolaan zakat di daerah
Menunda hak para mustahik; Mustahik
Terlambatnya penyaluran Penerapan SOP penyaluran; Evaluasi kinerja program
3 2.6 2.9 2 2 tidak dapat memenuhi kebutuhan
dana zakat ke Mustahik penyaluran
dasarnya
Mustahik tidak dapat memenuhi Monitoring dan Evaluasi program pendayagunaan;
Pelaksanaan penyaluran
4 1.8 2.6 2 2 kebutuhan dasarnya +pendidikan dan Membuat data penyaluran zakat di setiap daerah oleh
zakat lebih dari satu tahun
kesehatan seluruh OPZ

Manajemen Risiko Pengelolaan Zakat


Lampiran 137

Overall
Identifikasi Risiko Penyaluran DAMPAK MITIGASI
L I V S
Menzalimi hak para mustahik; Mustahik
Dana zakat disimpan terlalu Monitoring dan sistem pelaporan yang terukur dan
5 1.7 3.2 2 2 tidak dapat memenuhi kebutuhan
lama, tidak segera disalurkan terstruktur; Penguatan audit kepatuhan
dasarnya

Penyaluran dana zakat kurang


Alokasi penyaluran zakat efektif; Tidak adilnya pembagian dan Studi kelayakan wilayah program; Dilakukan mapping
6 3.8 3.0 2 2
tidak merata pendistribusian dana zakat sesuai hak mustahik berdasrkan daerah2
masing-masing asnaf

Terjadi kesalahan penyaluran Melakuan assessment penyaluran serta membangun


7 1.5 2.8 2 2 Menurunnya kredibilitas OPZ
zakat jaringan mitra pengelolaan zakat di daerah

Kurangnya sarana
kemudahan pendistribusian Memanfattkan semua channel pembayaran yg ada;
8 2.2 2.3 2 2 Mustahik terlambat menerima dana zakat
zakat, seperti transfer Bank, Optimalisasi kemitraan
ATM, atau wesel pos

Tidak adanya peninjauan


Data mustahik tidak sesuai dengan Studi kelayakan wilayah program; Dilakukan mapping
9 lokasi sebelum penyaluran 1.4 2.5 2 2
kenyataan mustahik berdasrkan daerah2
zakat

Kurangnya koordinasi antar Melakukan sinergi dengan laz lain baik antar laz mapun
Duplikasi penyaluran; Kurang efektifnya
10 OPZ dalam pendistribusian 4.2 2.7 2 2 melalui forum zakat; Sistem database penyaluran
pendistribusian dana zakat
zakat terintegrasi; Membuat web penyaluran zakat

Transfer/wesel pos berisiko Monitoring dan Evaluasi program pendayagunaan;


11 2.2 2.4 2 2 Mustahik tidak mendapatkan haknya
tidak sampai ke Mustahik Penguatan audit internal

Manajemen Risiko Pengelolaan Zakat


138 Lampiran

Identifikasi Risiko Infrastruktur Overall


DAMPAK MITIGASI
Jaringan/IT L I V S
Hilangnya data muzaki, mustahik
Backup system secara berkala dan pengadaan server
Rusak atau lumpuhnya atau laporan keuangan OPZ; Tidak
1 4.5 4.4 3 4 cadangan; Membuat back data center dan me-
sisitem IT tersampaikannya informasi dan
maintenanace rutin fasilitas IT
komunikasi kepada para pemetik manfaat
Pengelolaan zakat terhambat; Risiko pada SOP layanan berbasis IT dan back up manual;
Data hilang terkena virus
2 3.1 4.2 3 4 tingkat keamanan data base untuk tujuan Implementasi & audit IT; Melakukan anti spyware dan
komputer
akuntabilitas dan transparansi cek antivirus system

Belum adanya sistem Terlambatnya penyampaian informasi


Back up manual; Kerjasama dengan lembaga di bidang
3 teknologi informasi standar 3.8 4.3 3 3 keuangan; idak efektifnya pengelolaan
IT
yang mendukung dana zakat oleh OPZ

Belum adanya dukungan


sistem teknologi informasi Terlambatnya dan kurang validnya
4 2.8 4.5 2 3 Kemitraan dengan vendor IT professional dan teruji
yang memadai dalam laporan periodik OPZ kepada stakeholders
pencatatan

Tidak tersedianya database OPZ kurang efektif dalam penghimpunan Sinergi dengan otoritas untuk pembuatan database
5 2.6 3.9 3 2
Muzaki yang komprehensif zakat zakat

Kurangnya kemudahan
membayar zakat melalui
Membangun kerjaasma dengan Lembaga Keuangan
6 teknologi terkini (seperti 2.1 3.7 2 2 Kurang efektifnya pengumpulan zakat
Syariah
e-banking, sms-banking,
apps, POS, dsb.)

Kurang baiknya manajemen Membuat tim khusus untuk mengelola jaringan; Cetak
Risiko manipulasi data; Operasional OPZ
7 operasional aplikasi, jaringan 3.5 4.2 2 3 biru sistem dan infrastruktur teknologi; SOP layanan
terhambat
dan sistem database berbasis IT

Kurang baiknya kualitas Bermitra dengan pihak ketiga yang memiliki fasilitas
Operasional OPZ terhambat; Risiko pada
8 jaringan atau teknologi yang 3.7 4.1 2 2 jaringan yang memadai; Standar pemilihan vendor
pengelolaan data dan informasi
usang jaringan/aplikasi; Pemeriksaan rutin & evaluasi output

Manajemen Risiko Pengelolaan Zakat


Lampiran 139

Identifikasi Risiko Infrastruktur Overall


DAMPAK MITIGASI
Jaringan/IT L I V S
Proses kode akses/password Operasional OPZ terhambat, kebocoran SOP layanan berbasis IT; Implementasi & Audit IT;
9 2.8 3.4 2 2
yang tidak efektif informasi Penguatan unit IT

10 Kebocoran informasi 3.1 4.1 2 2 Kegagalan kinerja Penguatan unit IT; Audit IT secara berkala

Overall
Identifikasi Risiko Kerjasama DAMPAK MITIGASI
L I V S
Mitra menggunakan dana
Terjadi ketidakadilan dalam pengelolaan
1 zakat untuk program yang 3.0 3.2 2 2 Optimalisasi SOP kerjasama penyaluran (SLA)
zakat
lain
Mitra kurang efektif Terjadi penyimpangan dlm. penyaluran Penetapan kriteria kemitraan dan standarisasi setiap
2 2.7 3.1 2 2
menyalurkan dana zakat zakat yang tidak sesuai QS. At Taubah : 60 OPZ
Pelaporan pelaksanaan
Pelaporan pelaksanaan program oleh Evaluasi dan monitoring yang baik dan terukur; SOP
3 program oleh Mitra 3.7 3.7 2 2
Mitra terlambat; kerjasama penyaluran
terlambat
Ketidaksiapan divisi
4 program/mitra dlm 2.6 3.4 2 2 Inefisiensi alokasi dana Standarisasi kualitas mitra OPZ; Sanksi tegas bagi mitra
penyaluran dana zakat
Monitoring dan evaluasi program; Membentuk forum
Distribusi melalui Mitra Mitra yg terlambat dikenakan sanksi
5 2.7 3.6 2 2 komunikasi dan kordinasi OPZ dg mitra; Menetapkan
disalahgunakan sampai ancaman pemutusan hub kerja
sanksi yg keras utk setiap pelanggaran
Distribusi melalui Mitra tidak Tidak adilnya pembagian dan
Monitoring dan evaluasi program; Menetapkan sanksi
6 sesuai yang direncanakan 2.3 3.2 2 2 pendistribusian dana zakat sesuai hak
yg keras utk setiap pelanggaran
OPZ masing-masing asnaf

Lamanya laporan program


Menetapkan sanksi tegas bagi yang melanggar;
7 dari divisi OPZ nya sendiri 3.5 3.1 2 2 Mengurangi krediblitas OPZ
Melakukan pertemuan evaluasi
atau Mitra OPZ

Manajemen Risiko Pengelolaan Zakat


140 Lampiran

Overall
Identifikasi Risiko Kerjasama DAMPAK MITIGASI
L I V S
Belum optimalnya OPZ
Belum optimalnya OPZ dalam menjalin
dalam menjalin kemitraan Menyamakan persepsi mengenai tata cara pengelolaan
8 3.6 3.2 2 2 kemitraan dengan stakeholder yang
dengan stakeholder terkait perzakatan dengan para mitra
terkait ZAKAT;
zakat
Kesalahan dalam pemilihan Berpengaruh pada reputasi OPZ; Membuat daftar mitra zakat yg bereputasi baik dan
9 2.0 3.3 2 2
mitra kerjasama Mengurangi krediblitas OPZ melakukan pertemuan evaluasi
(1)Mengurangi integritas dan independsi Membangun teknologi secara mandiri; SOP kerjasama
Ketergantungan terhadap
10 2.8 3.7 2 2 OPZ; (2)Ketergantungan terhadap penyaluran (SLA); Melakukan transfer teknolog mitra
teknologi mitra program
teknologi mitra program ke OPZ
Mitra tidak dapat mengerti
11 atau memenuhi kebutuhan 2.4 3.5 2 2 Mustahik tidak mendapatkan haknya Evaluasi kinerja program penyaluran
mustahik

Identifikasi Risiko Pengembangan Overall


DAMPAK MITIGASI
Program L I V S
Pengembangan program terhambat, tidak
Kekurangan ide untuk
ada inovasi pengembangan program, Melaksanakan FGD dan public hearing secara berkala;
1 membuat program baru 2.7 3.6 2 1
dana zakat belum tersalurkan dengan Meningkatkan kompetensi Amil
yang tepat sasaran
baik
Belum efisiennya
pengidentifikasian Dana zakat belum tersalurkan dengan
2 2.5 3.5 2 2 Assessment program oleh divisi
kebutuhan dan keinginan baik
mustahik
Kegagalan pengembangan program,
Penelitian atau pengetesan Melakukan startegi sosilasisai yang efektif; Memilih PIC
distribusi dana zakat tidak tepat sasaran;
3 program baru yang tidak 3.1 4.0 2 2 Marketing dan membuat rencana marketing Program
Kegagalan eksekusi dan pengukuran
tepat setiap ada produk baru
program
Strategi pengembangan
4 program baru yang tidak 2.5 3.5 2 2 Kegagalan pengembangan program Optimalisasi divisi penelitian dan pengembangan OPZ
efektif

Manajemen Risiko Pengelolaan Zakat


Lampiran 141

Identifikasi Risiko Pengembangan Overall


DAMPAK MITIGASI
Program L I V S
Kurang gencar, rutin, dan Masyarakat belum paham mengenai
intensive dalam sosialisasi program baru OPZ; Lambatnya Menjalin sinergi dengan berbagai pihak untuk
5 3.8 3.9 2 2
kepada masyarakat tentang pertumbuhan tingkat partisipasi meningkatkan efisiensi pendayagunaan
program baru masyarakat
Gangguan operasional manajemen;
Minimnya biaya operasional Proram baru menjadi sulit dikenal dan Menyusun program dengan pendekatan potential
6 4.1 3.9 2 2
OPZ partisipasi mustahik untuk kesuksesan assessment bukan need assessment
program menjadi rendah
Besarnya biaya yang Mencari donatur baru untuk mendanai
Uji kelayakan dan persetujuan pelaksanaan
7 dibutuhkan untuk 4.0 4.3 2 2 program baru; Lambatnya penemuan
pengembangan produk harus disetujui oleh Pimpinan
pengembangan produk baru program baru
Kurang optimalnya Assessment program yang baik, mengikuti isu yang
Pelaksanaan program baru belum optimal;
8 pendukung program baru 3.4 3.6 3 2 tengah berkembang; Menghidupkan RnD di bawah
Lambatnya implementasi program baru
yang diluncurkan divisi Program dengan laporan ke direksi stiap bulan

Tidak adanya program Kurang efektifnya pencapaian tujuan


9 2.0 4.1 2 1 Review pelaksanaan program seluruh divisi dan mitra
unggulan penyaluran zakat pengentasan kemiskinan
Kualitas layanan program Rendahnya pertumbuhan penghimpunan; Standar minimal mutu layanan; Review pelaksanaan
10 2.1 3.9 2 2
yang buruk Muzaki mulai meninggalkan OPZ program
Kurangnya difersifikasi Program monoton dan terbatas untuk Membuat rencana pengembangan program dengan
11 2.9 4.0 2 2
program mustahik yang berbeda partisipasi seluruh stakeholder
Program OPZ tidak optimal;
Kurangnya komunikasi antar Evaluasi berkala; Pembentukan Forum antar koordinator
12 2.1 3.9 2 2 Menghabiskan biaya dan waktu karena
koordinator program program
tidak berkoordinasi dengan baik
Program-program hanya
Reputasi lembaga tidak terbangun;
13 saling contoh dan kurang 2.4 3.7 2 2 Membuat Innovasi Program; Evaluasi program sesuai KPI
Muzaki mulai meninggalkan OPZ
inovatif
Tidak efektifnya monitoring Terjadi penyimpangan program;
14 dan evaluasi (monev) 2.3 4.0 2 2 Inefektifitas eksekusi dan akuntablitas Menetapkan PIC Monev yg baik; Evaluasi sesuai KPI
masing-masing program program

Manajemen Risiko Pengelolaan Zakat


142 Lampiran

Overall
Identifikasi Risiko Kepemimpinan DAMPAK MITIGASI
L I V S
Lemahnya tokoh yang Menurunnya kepercayaan masyarakat
1 2.4 3.6 2 2 Melakuan Fit and Proper test calon bagi pimpinan OPZ
memimpin OPZ terhadap OPZ dan pengumpulan zakat
Pimpinan kurang
Pencapaian visi, misi dan tujuan kurang Melakukan orientasi amil baru kepada setiap pengurus
2 memahami/menghayati visi, 2.2 4.3 2 2
efektif OPZ
misi dan tujuan
Pimpinan OPZ yang belum Visi, misi dan tujuan tidak tercapai,
Membuat personal branding seluruh jajaran pimpinan
3 dikenal secara luas oleh 3.5 3.0 2 2 serta menurunkan kredibilitas OPZ dan
OPZ
masyarakat kepercayaan masyarakat

Lemahnya leadership untuk Visi, misi dan tujuan tidak tercapai dan Membuat agenda training dan pengembangan khusus
4 2.2 4.0 2 2
mencapai tujuan OPZ menurunkan kredibilitas OPZ pimpinan

Idealisme Amil meluntur; Berkurangnya Membangun budaya organisasi dan meningkatkan


5 Idealisme Amil meluntur 2.9 4.6 2 2
SDM unggul peran divisi HRD; Melakukan training-training motivasi

Risiko tidak dapat merekrut, Risiko tidak dapat merekrut, Memberikan layanan dan suasana kerja yang kondusif
6 mempertahankan dan 3.3 4.1 2 2 mempertahankan dan mengelola SDM; bagi amil, meningkatkan performance OPZ dan
mengelola SDM Berkurangnya SDM unggul performance amil; Menjaga tingkat kesejahteraan amil

Risiko tidak adanya


Membuat forum komunikasi amil dan kegiatan rutin
komunikasi yang baik, Terjadi turn over yang tinggi dan berbiaya
7 2.5 3.9 3 2 lainnya; Melakukan orientasi amil baru kepada setiap
kepemimpinan dan mahal
pengurus OPZ
memotivasi Amil

Manajemen Risiko Pengelolaan Zakat


Lampiran 143

Overall
Identifikasi Risiko Kepemimpinan DAMPAK MITIGASI
L I V S
Kegagalan untuk
memastikan dan Kegagalan untuk memastikan dan Laporan independen untuk mengukur produktivitas dan
8 memepertahankan 3.6 4.3 2 2 memepertahankan produktivitas dan efisiensi OPZ; Membuat standar rasio semacam BOPO
produktivitas dan efisiensi efisiensi OPZ; Berkurangnya SDM unggul dan Rasio Produktivitas
OPZ
Struktur remunerasi yang Struktur remunerasi yang tidak efektif;
9 3.7 4.3 3 2 Me-review kebijakan renumerasi
tidak efektif Berkurangnya SDM unggul

Rencana kerja yang tidak Penurunan capaian OPZ; mengurangi


10 2.5 3.6 2 2 Penyusunan rencana kerja yang baik dan terukur
memenuhi kebutuhan reputasi OPZ

Strategi pengembangan amil Risiko pengembangan SDM; Berkurangnya Memberlakukan kompensasi yang memadai dan adil
11 3.3 4.0 3 2
tidak efektif SDM unggul bagi seluruh amil

Kepuasan amil (reward & Kepuasan amil (reward & punishment) Memberikan penghargaan yang seimbang dengan
12 punishment) yang kurang 3.9 4.1 2 2 yang kurang seimbang; Berkurangnya kinerjanya; Melakukan system penilaian kinerja amil
seimbang SDM unggul secara berjenjang dan berkala
Penempatan amil yang tidak Membuat analisis job position; Pemberlakukan personal
13 3.5 3.8 2 2 Efektitias organisasi tidak optimal
efektif asessmenet bagi tiap amil
Struktur organisasi tumpang Pemetaan pekerjaan dan kompetensi amil yang
14 3.6 3.6 2 1 Inefisiensi SDM
tindih diperlakukan sebelum menyusun struktur organisasi

Belum efektifnya fit


Akselerasi OPZ lambat; Kegagalan Evaluasi system fit and proper test calon bagi pimpinan
15 and proper test dalam 3.3 4.1 2 2
pengelolaan OPZ OPZ
menentukan pimpinan OPZ

Dalam pemilihan dewan,


Kegagalan pengawasan dan pengelolaan
16 risiko terjebak pada nama 2.6 3.8 2 2 Perkuat audit kepatuhan Syariah
OPZ
besar atau orang titipan

Manajemen Risiko Pengelolaan Zakat


144 Lampiran

Overall
Identifikasi Risiko Kompetisi DAMPAK MITIGASI
L I V S

Membuat Indikator keberhasilan atas program yang


Persaingan popularitas Ketidakharmonisan antar OPZ; Alokasi dapat diukur secara sewajarnya; Menghinadari
1 5.9 4.3 3 3
program dengan OPZ lain biaya kampanye terlalu besar persaingan dengan menyampaikan diferensiasi program
unggulan

Ketidakharmonisan antar OPZ; Melanggar Menghindari persaingan antar OPZ dengan differensiasi
Adanya risiko persaingan
2 5.3 4.7 3 3 etika dan mengganggu prioritas segmentasi dan target pasar; Dibuat kesepakatan
tidak sehat dengan OPZ lain
pelayanan terhadap mustahik bersama yang dinaungi oleh BAZNAS dan Kemenag

Adanya risiko persaingan Ketidak harmonisan antara OPZ dan


tidak sehat antara OPZ lembaga sosial kemanusiaan lainnya; Review ulang target pasar; Fokus target pasar sendiri
3 4.8 4.3 3 3
dengan lembaga sosial Melanggar etika dan mengganggu sehingga tidak bersaing pada target pasar yang sama
kemanusiaan lainnya prioritas pelayanan terhadap mustahik

Adanya kampanye negatif Membuat kampanye perzakatan melalui medsos


Masyarakat cenderung menyalurkan
tentang OPZ, sehingga dan memberikan laporan keuangan tepat pada
4 4.2 4.7 3 4 sendiri zakat mereka kepada Mustahik;
muzaki memilih membayar waktunya; Dilakukannya sosialisasi zakat oleh FOZ,
Mengganggu pertumbuhan OPZ
zakat tidak melalui OPZ BAZNAS dan Kemenag

Menurunnya kepercayaan masyarakat Membangun komunikasi dan koordinasi yang baik;


Ketidakharmonisan BAZNAS terhadap OPZ/BAZNAS; Menghambat Saling menghormati dan berorientasi pada manfaat;
5 5.3 5.3 4 4
dan OPZ swasta implementasi regulasi dan pertumbuhan Dibangunnya komunikasi yang intens antara BAZNAS
dunia zakat dan OPZ

Manajemen Risiko Pengelolaan Zakat


Lampiran 145

Identifikasi Risiko Kejahatan/ Overall


DAMPAK MITIGASI
Penipuan L I V S
Petugas amil dan mustahik Mempengaruhi kredibilitas OPZ pada
1 2.4 4.3 2 2 Pengendalian proses internal; Perkuat audit internal
melakukan manipulasi data masyarakat luas
Petugas amil melakukan
Menurunnya kredibilitas OPZ dan
2 manipulasi data muzaki atau 2.4 4.3 2 2 SOP verifikasi data dan sistem berbasis online
kepercayaan masyarakat
mustahik
Adanya sistem pemberitahuan ke muzaki terkait
Adanya amil gadungan yang Menurunnya kepercayaan muzaki terhadap
3 2.3 3.9 2 3 pergantian SDM baru; Optimalisasi fungsi costumer
langsung mendatangi muzaki OPZ
relation
Terjadinya perampokan dana Menurunnya kepercayaan muzaki terhadap Peningkatan fungsi keamanan di lingkungan kantor;
4 1.9 3.8 2 2
zakat yang dibawa amil OPZ Pemasangan infrastruktur kantor dengan CCTV
Adanya pemalsuan data dari Adanya form assessment dan survey mustahik ke
5 3.6 3.7 3 3 Penyaluran dana zakat tidak tepat sasaran
calon mustahik lapangan
Adanya sindikat mustahik
Terjadi penyimpangan dalam penyaluran Dibangun system ID Single mustahik; Sinergi data
6 (pengajuan proposal bantuan 4.7 2.9 3 3
zakat mustahik oleh seluruh OPZ
ke beberapa OPZ)
Petugas amil yang tidak
SOP penyaluran zakat; Fungsi audit internal dijalankan;
amanah dari segi waktu Mustahik terlambat menerima dana zakat;
7 3.8 3.8 2 2 Adanya SOP keuangan terkait CA (Cash Advance)
(terlambat dalam penyaluran Merusak reputasi & kredibilitas OPZ
Penyaluran
zakat ke mustahik)
Penggelapan dana zakat yang Menurunnya kredibilitas OPZ dan Audit internal berkala; Adanya sistem notifikasi ke
8 diambil langsung oleh amil 3.3 4.5 2 3 kepercayaan masyarakat; Pelanggaran muzaki atas donasi yang disampaikan melalui amil/via
dari muzaki regulasi dan syariah kantor/via atm; Sanki tegas
Penggelapan dana zakat yang
Menurunnya kredibilitas OPZ dan
9 disalurkan langsung oleh amil 3.3 4.3 2 2 Audit internal berkala; Sanksi tegas
kepercayaan masyarakat
kepada mustahik
Mustahik menyalahgunakan
Penyaluran dana zakat tidak tepat sasaran; Penyuluhan dan edukasi ke mustahik; Pembinaan
10 dana zakat (misal, untuk 4.5 3.6 3 3
Merusak reputasi & kredibilitas OPZ periodik; Sanksi mustahik yg melanggar
membeli rokok)

Manajemen Risiko Pengelolaan Zakat


146 Lampiran

Identifikasi Risiko Kejahatan/ Overall


DAMPAK MITIGASI
Penipuan L I V S

Mustahik penerima dana Pendampingan penerima dana bergulir; Adanya form


Program dana bergulir kurang berhasil;
11 bergulir kurang amanah/ 5.3 3.5 3 3 assessment dan survey mustahik ke lapangan; Sanksi
Merusak reputasi & kredibilitas OPZ
serius mustahik yg melanggar

Penyaluran zakat melalui Proses monitoring dan evaluasi perlu


Menurunnya kredibilitas OPZ;
12 mitra pelaksana program 3.4 4.5 3 3 ditingkatkan; Sistem pelaporan online dan cek
Pelanggaran regulasi dan syariah
disalahgunakan langsung; Diberlakukannya sanksi

Overall
Identifikasi Risiko Manusia DAMPAK MITIGASI
L I V S
Rusaknya sarana (alat bantu)
Maintenance rutin; Adanya pelatihan dasar bagi user
1 operasional OPZ karena 3.8 3.3 2 3 Terhambatnya penyaluran zakat
dalam penggunaan alat bantu
kelalaian amil

Kehilangan aset OPZ; Menurunkan kinerja Peningkatan fungsi keamanan di lingkungan kantor;
2 Kantor OPZ dimasuki pencuri 5.2 4.3 2 2
OPZ; Merusak reputasi OPZ Pemasangan infrastruktur kantor dengan CCTV

Amil bekerja kurang optimal; Tingkat Monitoring & evaluasi atas kondisi tempat kerja yang
Tempat kerja kurang
3 5.3 3.6 3 2 kenyamanan dan stabilitas kualitas kerja dapat memberikan kenyaman kerja; Membuat standard
memenuhi standar
karyawan terganggu bentuk penataan ruang kerja

Amil kurang bertanggung


Bisa mengganggu aktifitas amil dan
jawab (Careless) atas Mensosialisasikan kepatuhan; SOP pemeliharaan
untuk memulihkannya butuh waktu yang
4 kerusakan dan kemusnahan 3.1 4.6 3 3 sarana kerja; Rekrutmen awal amil yg selektif; Adanya
cukup lama; Bisa membahayakan amil dan
dana zakat (akibat kelalaian pembinaan amil dari sisi ruhiah dan manajemen
lembaga
amil)
Mengurangi alokasi mustahik prioritas; Mensosialisasikan kepatuhan; SOP pemeliharaan
Amil berbuat kesalahan/
5 2.6 5.1 2 2 Menggerus dana operasional OPZ untuk sarana kerja; Rekrutmen awal amil yg selektif; Adanya
kejahatan (crime)
ganti rugi sementara pembinaan amil dari sisi ruhiah dan manajemen

Manajemen Risiko Pengelolaan Zakat


Lampiran 147

Overall
Identifikasi Risiko Manusia DAMPAK MITIGASI
L I V S
Kehilangan sarana/prasarana, aset dan
Kantor OPZ terbakar (Fire, Asuransi seluruh aset fisik OPZ; Menyediakan APAR dan
6 3.7 5.0 3 5 data; Bisa membahayakan amil dan
human origin) panduan evakuasi; Pembekalan Disaster Manajemen
lembaga
Terpengaruhinya kepercayaan masyarakat
Terjadinya perkara hukum Adanya peraturan lembaga yg termuat dalam SOP,
7 3.8 5.0 2 2 terhadap OPZ; Bisa membahayakan amil
(Lawsuit) terkait kepatuhan terhadap hukum positif.
dan lembaga
Terjadinya polusi yang
Kehilangan aset OPZ; Menurunkan kinerja Pembekalan disaster manajemen; Diterapkannya SOP
8 disebabkan ulah manusia 3.8 3.7 2 2
OPZ; Merusak reputasi OPZ terkait penanganan kejadian luar biasa
(Pollution (air, noise, etc)
Terjadinya kerusuhan, huru Kehilangan aset OPZ; Menurunkan kinerja Pembekalan disaster manajemen; Diterapkannya SOP
9 3.4 3.0 2 2
hara, keributan (Riot) OPZ; Merusak reputasi OPZ terkait penanganan kejadian luar biasa
Mengganggu operasional OPZ;
Terjadinya sabotase Antisipasi dengan sistem, pengawasan yang ketat,
10 2.7 3.3 2 3 Menurunkan kinerja OPZ; Merusak
(Sabotage) pengendalian yang berkesinambungan
reputasi OPZ
Mengganggu operasional OPZ;
Terjadinya pemogokan Antisipasi dengan sistem, pengawasan yang ketat,
11 2.2 2.8 2 2 Menurunkan kinerja OPZ; Merusak
(Strike, boycott) pengendalian yang berkesinambungan
reputasi OPZ
Mengganggu operasional OPZ;
Terjadinya terorisme Antisipasi dengan sistem, pengawasan yang ketat,
12 2.4 3.8 2 2 Menurunkan kinerja OPZ; Merusak
(Terrorism) pengendalian yang berkesinambungan
reputasi OPZ
Membahayakan amil dan lembaga;
Terjadinya Korupsi, Kolusi Antisipasi dengan sistem, pengawasan yang ketat,
13 2.7 3.8 2 2 Menurunkan kinerja OPZ; Merusak
dan Nepotisme pengendalian yang berkesinambungan
kredibilitas & reputasi OPZ

Manajemen Risiko Pengelolaan Zakat


148 Lampiran

Overall
Identifikasi Risiko Ekonomi DAMPAK MITIGASI
L I V S
Mengurangi alokasi mustahik prioritas;
Terjadinya fluktuasi mata Resetting anggaran untuk dapat menyesuaikan kembali
1 5.3 4.0 3 2 Mengganggu eksistensi dan pertumbuhan
uang (Currency fluctuation) dengan kemampuan cash flow OPZ
OPZ
Terjadinya perubahan Mengurangi alokasi mustahik prioritas;
Menjaga stabilitas internal; Pengendalian proses
2 harga (Interest rate or price 5.0 3.3 3 2 Mengganggu eksistensi dan pertumbuhan
eksternal
change) OPZ
Terjadinya perubahan politik Mengganggu eksistensi dan pertumbuhan Diterapkannya SOP terkait penanganan kejadian luar
3 4.8 3.9 2 2
(Policital change) OPZ jangka pendek/menengah/panjang biasa; Menjaga stabilitas internal
Terjadinya pergeseran/
Mengganggu eksistensi dan pertumbuhan Antisipasi dengan sistem, pengawasan yang ketat,
4 perubahan populasi 3.8 2.9 2 2
OPZ jangka pendek/menengah/panjang pengendalian yang berkesinambungan
(Population shift)
Terjadinya pergeseran/
Mengganggu eksistensi dan pertumbuhan Antisipasi dengan sistem, pengawasan yang ketat,
5 perubahan preferensi 3.8 3.3 2 1
OPZ jangka pendek/menengah/panjang pengendalian yang berkesinambungan
(Preference shift)
Terjadinya resesi ekonomi Mengganggu eksistensi dan pertumbuhan Diterapkannya SOP terkait penanganan kejadian luar
6 3.8 3.4 2 1
(Recession) OPZ jangka pendek/menengah/panjang biasa; Menjaga stabilitas internal
Terjadinya kelangkaan
Mengganggu eksistensi dan pertumbuhan Diterapkannya SOP terkait penanganan kejadian luar
7 sumber daya (Resource 3.6 3.4 3 1
OPZ jangka pendek/menengah/panjang biasa; Menjaga stabilitas internal
depletion)
Terjadinya perubahan
Mengganggu eksistensi dan pertumbuhan Update pada perkembangan teknologi; Antisipasi
8 teknologi (Technological 4.3 3.6 2 2
OPZ jangka pendek/menengah/panjang dengan sistem & pengawasan yang ketat
change)
Antisipasi dengan sistem, pengawasan yang ketat,
9 Terjadinya perang (War) 3.1 5.2 2 2 Mengganggu operasional OPZ
pengendalian yang berkesinambungan

Manajemen Risiko Pengelolaan Zakat


Lampiran 149

Overall
Identifikasi Risiko Bencana Alam DAMPAK MITIGASI
L I V S
Rusaknya asset OPZ; Mengganggu
Standar pengelolaan aset zakat; Adanya maintenance
1 Risiko penurunan aset zakat 4.5 4.4 3 2 operasional dan kinerja OPZ; Cost
dan peremajaan aset secara gradual
operasional terbebani
Rusaknya asset OPZ; Mengganggu
Rusaknya sarana (alat bantu)
operasional dan kinerja OPZ; Cost Asuransi seluruh aset fisik OPZ; Kebijakan inventarisasi
2 operasional OPZ bukan 4.2 3.7 2 2
operasional terbebani; Tingkat efisiensi atas seluruh aset tetap
karena kelalaian amil
menurun
Kurang berjalannya tindakan Rusaknya asset OPZ; Mengganggu Adanya penysunan anggaran tahunan terkait sarana
3 pengasuransian sarana- 3.8 3.9 2 2 operasional dan kinerja OPZ; Cost prasarana lembaga; Membuat standar penanganan
sarana OPZ operasional terrbebani kondisi terkait
Terjadinya keruntuhan Koordinasi dengan BNPT dan BMKG; Disiapkannya
Kehilangan aset OPZ; Mengganggu
4 atau kerobohan (Collapse 3.8 3.7 2 3 karyawan dengan diberi pembekalan disaster
operasional OPZ
(gravity) manajemen
Mengganggung eksistensi dan
Terjadinya kekeringan Pembekalan Disaster Manajemen; Asuransi seluruh aset
5 3.5 3.6 2 2 pertumbuhan OPZ jangka pendek/
(Drought) fisik OPZ
menengah/panjang
Berdampak malapetaka, karena Merusak
Terjadinya bencana alam aset-aset OPZ; Berpengaruh pada kinerja Asuransi seluruh aset fisik OPZ; Pembekalan Disaster
6 gempa bumi (Earthquakes, 4.0 4.0 3 3 OPZ; Terhambatnya aktivitas pengelolaan Manajemen; Diterapkannya SOP terkait penanganan
etc) zakat (penghimpunan, pengelolaan, kejadian luar biasa
penyaluran)
Kehilangan aset OPZ; Mengganggu Asuransi seluruh aset fisik OPZ; Pembekalan Disaster
Terjadi kebakaran secara
7 3.8 3.6 2 2 operasional OPZ; Biaya operasional Manajemen; Diterapkannya SOP terkait penanganan
alami (Fire, natural origin)
terbebani kejadian luar biasa
Berdampak besar, merusak asset; Asuransi seluruh aset fisik OPZ; Pembekalan Disaster
8 Terjadi banjir, air bah (Flood) 3.9 3.6 3 3
Berpengaruh pada kinerja OPZ Manajemen

Manajemen Risiko Pengelolaan Zakat


150 Lampiran

Overall
Identifikasi Risiko Bencana Alam DAMPAK MITIGASI
L I V S
Mengganggu operasional OPZ;
Terjadinya wabah penyakit Koordinasi dengan BNPT dan BMKG; Pembekalan
9 4.0 3.4 2 3 Mengganggung eksistensi dan
(Rot) Disaster Manajemen
pertumbuhan OPZ
Terjadinya cuaca yang Mengganggu operasional OPZ;
Koordinasi dengan BNPT dan BMKG; Pembekalan
10 ekstrim (Temperature 4.0 3.4 2 3 Mengganggung eksistensi dan
Disaster Manajemen
extremes) pertumbuhan OPZ
Datangnya musim binatang Mengganggu operasional OPZ;
Pembekalan Disaster Manajemen; Asuransi seluruh aset
11 kecil yang mengganggu 3.6 3.2 2 2 Mengganggung eksistensi dan
fisik OPZ
(Vermin) pertumbuhan OPZ
Mengganggu operasional OPZ;
Terjadinya angin topan
12 3.8 3.4 2 2 Mengganggung eksistensi dan Koordinasi dengan BNPT dan BMKG
(Windstorm huricane, etc)
pertumbuhan OPZ

Identifikasi Risiko Tata Kelola Overall


DAMPAK MITIGASI
Amil L I V S
Belum ada standarisasi tata Kerjasama dengan Badan Nasional Sertifikasi Profesi
OPZ tidak punya pondasi yang kuat
1 kelola amil yang baik (Good 4.0 3.7 2 2 untuk melakukan uji kompetensi atas kinerja Amil;
sebagai pegangan operasional
Amil Governance) Menyusun standar tata kelola amil
Belum adanya pelatihan
Kurang efektifnya peningkatan kualitas Sinergi dengan OPZ lain dalam melaksanakan pelatihan
2 amil yang terstruktur dan 4.0 4.0 2 2
amil dan rendahnya pelayanan amil amil berjenjang
sistemik
Tidak adanya kejelasan Turnover amil tinggi dan generasi muda Komitmen manajemen OPZ dalam kenaikan karir amil
3 4.6 4.2 3 2
mengenai jenjang karir amil kurang minat bekerja di OPZ yang profesional; Menyusun standar jenjang karir Amil
Rendahnya etos kerja amil dan turnover
4 Amil digaji dibawah standar 4.5 4.5 3 2 Membuat standar pengupahan sesuai UMR setempat
amil tinggi

Manajemen Risiko Pengelolaan Zakat


Lampiran 151

Overall
Identifikasi Risiko Tata Kelola Amil DAMPAK MITIGASI
L I V S
Kurang efektifnya OPZ mengelola zakat Selektif memilih amil sesuai kemampuan yang
5 Rendahnya kualitas amil 4.8 4.8 3 2
dan menurunnya kepercayaan masyarakat dibutuhkan; Evaluasi kompetensi amil yg terukur
Kualitas calon amil yang Memperluas network/informasi rekrutmen;
6 5.4 4.3 3 2 OPZ memiliki SDM kelas 2
terbatas Menetapkan standar kualifikasi amil
OPZ bukan pilihan utama
7 6.2 3.9 3 2 OPZ memiliki SDM kelas 2 Perbaikan menyeluruh terutana kesejahteraan amil
pencari kerja yang berbakat
Amil kurang menguasai
Menurunnya kredibilitas OPZ dan Pelatihan pengelolaan amil zakat; Memperbanyak
8 proses pengelolaan zakat 3.4 3.8 2 2
kepercayaan Masyarakat referensi best practise OPZ lainnya
dengan baik
Amil belum mempunyai
OPZ belum dapat memitigasi risiko- Pelatihan manajemen risiko OPZ; Membuat regulasi
9 pemahaman tentang risiko- 5.5 3.6 3 2
risikonya tentang manajemen risiko OPZ
risiko OPZ
Amil belum dapat mengukur OPZ belum dapat memitigasi risiko- Pelatihan manajemen risiko OPZ; Membuat regulasi
10 5.7 3.6 3 2
risiko-risiko OPZ risikonya tentang manajemen risiko OPZ
Amil belum dapat
OPZ belum dapat memitigasi risiko- Pelatihan manajemen risiko OPZ; Membuat regulasi
11 memahami dampak risiko- 5.3 3.8 3 2
risikonya tentang manajemen risiko OPZ
risiko OPZ
Amil belum dapat mengukur OPZ belum dapat memitigasi risiko- Pelatihan manajemen risiko OPZ; Membuat regulasi
12 5.7 3.8 2 2
dampak risiko-risiko OPZ risikonya tentang manajemen risiko OPZ
Amil OPZ kurang friendly/ Muzaki kurang puas, penghimpunan
13 2.5 4.0 2 2 Pelatihan service excellence
ramah zakat kurang efektif
Amil OPZ kurang Muzaki kurang puas, penghimpunan Mengikutsertaan amil dalam pelatihan inhouse dan
14 4.8 4.6 3 3
knowledgeable/pengetahuan zakat kurang efektif ekternal

Manajemen Risiko Pengelolaan Zakat


152 Lampiran

Identifikasi Risiko Tata Kelola Overall


DAMPAK MITIGASI
Amil L I V S
Amil OPZ kurang Muzaki kurang puas, penghimpunan Melakukan pelatihan kepibadian; Meningkatkan
15 4.3 5.0 3 3
meyakinkan zakat kurang efektif kualitas rekrutmen dan pelatihan
Amil OPZ kurang tepat Membuat SOP kedisiplinan; Membuat aturan ketat
16 3.4 5.3 2 4 Menggangu reputasi OPZ
waktu/janji (tidak disiplin) tentang kebiasaan bekerja
Belum efektifnya amil
dalam mengevaluasi Risiko salah sasaran dan in-efisiensi Memberikan SOP standarisasi persetujuan
17 4.5 4.6 3 4
proposal proyek yang akan program proposal; Melakukan training Project Management
didanai OPZ
Belum efektifnya Amil
dalam melakukan
Amil wajib memiliki sertifikasi uji kompetensi
pendampingan Kurang efektifnya OPZ mengelola zakat
18 4.2 5.2 3 4 melalui LSP-BNSP secara bertahap; Membuat SOP
pada sebuah proyek dan menurunnya kepercayaan masyarakat
pendampingan proyek
pemberdayaan kaum
dhuafa
Belum efektifnya amil
Muzaki kurang puas, penghimpunan Membuat SOP monitoring proyek; Melakukan training
19 dalam memonitor proyek 4.1 5.2 3 4
zakat kurang efektif Project Management
yang didanai OPZ
Pekerjaan sebagai amil Membuat aturan full time employee; Melarang amil
20 hanya pekerjaan sampingan 3.8 5.3 3 4 OPZ memiliki SDM kelas 2 memiliki side job dan menggaji amil dengan hak yg
(second job) pantas dengan tanggungjawabnya
Banyaknya pilihan OPZ
Terbatasnya jumlah pilihan amil yang Menciptakan suasana kondusif bagi amil ryouelawan
21 sebagai pilihan tempat 5.3 4.3 3 3
melamar untuk bekerja
kerja amil yang berbakat
OPZ belum memikirkan/
SOP keselamatan kerja; Kerjasama dengan perusahaan
22 menjamin keselamatan amil 3.3 5.7 2 3 Risiko kehilangan amil
asuransi jiwa
saat melaksanakan tugas

Manajemen Risiko Pengelolaan Zakat


Lampiran 153

Identifikasi Risiko Tata Kelola Overall


DAMPAK MITIGASI
Amil L I V S
Kinerja menurun karena amil lain tidak
Adanya amil yang meninggl Replacement; OPZ mencadangkan beban operasional
23 4.3 3.6 2 3 bisa menggantikan keahlian amil yang
dunia untuk tujuan tersebut
meninggal dunia
Kinerja menurun karena amil lain tidak
Adanya amil yang Replacement; OPZ mencadangkan beban operasional
24 5.5 3.9 3 3 bisa menggantikan keahlian amil yang
diberhentikan (dipecat) untuk tujuan tersebut
diberhentikan
Kinerja menurun karena amil lain tidak
Adanya amil yang Replacement; OPZ mencadangkan beban operasional
25 5.5 3.8 3 3 bisa menggantikan keahlian amil yang
mengundurkan diri untuk tujuan tersebut
mengundurkan diri
Kinerja menurun karena amil lain tidak
Adanya amil yang menjadi Optimalisasi asuransi; Replacement; OPZ mencadangkan
26 3.0 4.5 2 3 bisa menggantikan keahlian amil yang
cacat beban operasional untuk tujuan tersebut
cacat
Menurunnya kemampuan
Kurang efektifnya OPZ mengelola zakat Melakukan training berkala; Melakukan refreshing
27 atau keterampilan amil 3.9 5.0 3 3
dan menurunnya kepercayaan masyarakat position bagi amil
(secara bertahap)

Identifikasi Risiko Pengelolaan Overall


DAMPAK MITIGASI
Relawan L I V S
Belum ada standarisasi
Harus ada pedoman pengelolaan relawan; Membuat
tata kelola relawan yang Mengganggu reputasi OPZ dan kode etik
1 5.3 4.7 3 2 standar kerelawanan; Melakukan standar kerja relawan
baik (Good Volunteer profesi
(kode etik relawan)
Governance)
Perlu proses rekrutmen dan pelatihan berjenjang;
Kualitas calon relawan yang Mengganggung eksistensi/ pertumbuhan
2 6.1 3.9 2 2 Memperluas info kebutuhan relawan; Melakukan seleksi
terbatas OPZ jangka pendek/menengah/panjang
awal calon relawan sesaui kebutuhan

Manajemen Risiko Pengelolaan Zakat


154 Lampiran

Identifikasi Risiko Pengelolaan Overall


DAMPAK MITIGASI
Relawan L I V S

Tidak efisiennya screening Kurang efektifnya peningkatan kualitas Memperbaiki sistem screening dengan sistem yg berbasisi
3 relawan (screening) 4.8 4.3 2 2
relawan dan rendahnya pelayanan relawan IT

Pelaksanaan pelatihan dan uji kompetensi perlu


Rendahnya kualitas relawan Mengganggung eksistensi/ pertumbuhan
4 4.8 4.5 3 2 dilakukan; Standarisasi pelatihan relawan; Membuat
OPZ jangka pendek/menengah/panjang
agenda training rutin
Relawan yang kurang
komitmen dengan Muzaki kurang puas, penghimpunan zakat Evaluasi relawan rutin; Membuat aturan kerja baku
5 4.5 4.3 3 3
pekerjaannya kurang efektif untuk relawan
Kurangnya pengawasan
terhadap relawan Muzaki kurang puas, penghimpunan zakat Standar supervisi relawan; Membentuk tim khusus
6 4.6 4.3 3 3
(supervision) kurang efektif pengelolaan karyawan

Kurangnya komunikasi antar Upaya koordinasi dan konsolidasi antar relewan


7 relawan 5.5 3.9 3 2 Inefisiensi dan inefektivitas sumber daya periodikal; Menyepakati alur komunikasi relawan
dengan amil; Mebuat web relawan dan email/wa group
Kurangnya komunikasi Upaya koordinasi dan konsolidasi antar relewan
8 antara relawan dan amil 5.3 4.4 3 2 Inefisiensi dan inefektivitas sumber daya periodikal; Menyepakati alur komunikasi relawan
(Manager Amil) dengan amil; Mebuat web relawan dan email/wa group
OPZ belum melibatkan
relawan secara aktif di Amil terlalu sibuk dengan satu program; Mengikutsertakan relawan pada aktifitas OPZ; Membuat
9 3.9 3.4 2 2
berbagai program OPZ Kurang kontrol program OPZ lainnya MOU relawan dan OPZ diseiap daerah

OPZ belum mampu


menanamkan visi, misi, Pertemuan rutin untuk menyamakan visi dan misi;
10 4.6 4.2 2 3 Reputasi dan profesioanlisme terpengaruhi
tujuan OPZ kepada relawan Sosialisasi visi misi

OPZ belum memikirkan/


menjamin keselamatan Insentif relawan; SOP keselamatan kerja amil maupun
11 relawan saat membantu 3.9 4.2 3 3 Risiko keselamatan relawan
relawan
OPZ

Manajemen Risiko Pengelolaan Zakat


Lampiran 155

Identifikasi Risiko Pengelolaan Overall


DAMPAK MITIGASI
Relawan L I V S
Banyaknya pilihan OPZ
Terbatasnya jumlah pilihan relawan yang Meningkatkan kesejahteraan relawan mitra; Membuat
12 sebagai pilihan tempat kerja 5.2 3.4 3 2
melamar program meranik bagi relawan
relawan yang berbakat
Relawan kurang menguasai
Menurunnya kredibilitas OPZ dan Standar pelatihan relawan; Sosialisasikan kepada
13 proses pengelolaan zakat 4.5 3.9 3 3
kepercayaan masyarakat relawan tentang proses pengelolaan zakat
dengan baik
Belum adanya pelatihan Kurang efektifnya peningkatan kualitas
Kerjasama antar OPZ dalam pengadaan training
14 Relawan yang terstruktur 4.5 4.4 3 3 relawan dan rendahnya pelayanan
relawan secara bersamaan
dan sistemik relawan
Relawan OPZ kurang Muzaki kurang puas, penghimpunan
15 4.0 4.2 3 2 Relawan diikutkan training service excellent
friendly/ramah zakat kurang efektif
Relawan OPZ kurang Muzaki kurang puas, penghimpunan
16 4.8 3.7 3 2 Trainng relawan nasional
knowledgeable/pengetahuan zakat kurang efektif
Melibatkan relawan dalm kegiatan relawan
Relawan OPZ kurang Muzaki kurang puas, penghimpunan
17 3.9 3.8 3 2 internasional dan memberikan referensi bacaan
meyakinkan zakat kurang efektif
bermutu tentang kerlawanan

Relawan OPZ kurang tepat Muzaki kurang puas, penghimpunan Melakukan peathan dasar kerelawanan dengan
18 3.5 4.7 3 3
waktu/janji (tidak disiplin) zakat kurang efektif pelatihan militer

Manajemen Risiko Pengelolaan Zakat


156 Lampiran

Overall
Identifikasi Risiko Muzaki DAMPAK MITIGASI
L I V S

Jika hitungan zakat berlebih, maka status


dana tersebut bukan zakat tetapi infaq Disediakannya layanan konsultasi zakat; Dilakukannya
Muzaki tidak tahu cara
1 5.8 2.6 2 2 atau sedekah & jika hitungan zakat sosialisasi oleh lembaga kepada masyarakat di media2
menghitung besaran zakat
kurang, maka masih ada hak mustahik yg dimiliki lembaga
dalam dana muzaki tersebut

Target penghimpunan zakat tidak


Muzaki menyalurkan
tercapai; Penurunan penghimpunan; Membuat program penyaluran yang menarik sehingga
2 zakatnya ke lebih dari satu 6.2 2.7 2 2
Pengaruh tidak terlalu signifikan untuk dapat menarik minat donatur lebih banyak
OPZ
jangaka menengah/panjang

OPZ tidak dapat memberikan bukti


setoran zakat kepada muzaki; Banyak
Muzaki yang tidak bisa catatan di laporan keuangan dan sulit Menelusuri dari asal usul sumber dana; Penggunaan
3 5.7 2.9 2 2
diidentifikasi (Hamba Allah) menentukan jenis dana; Pengaruh sistem (virtual account, dsb)
terhadap aspek pelaporan dan bukti
pertanggungjawaban

Penghimpunan yang tidak


Banyak muzaki yang Dilakukannya sosialisasi oleh lembaga kepada
stabil; Pengaruh terhadap kinerja
4 membayar zakat secara 6.8 3.1 2 1 masyarakat di media-media yg dimiliki lembaga dan/
penghimpunan dan penyaluran; Tingkat
musiman (Ramadhan) atau media eksternal
layanan meningkat secara musiman

Manajemen Risiko Pengelolaan Zakat


Lampiran 157

Identifikasi Risiko Kehilangan Overall


DAMPAK MITIGASI
Muzaki L I V S
Kecenderungan Muzaki
Pengaruh terhadap kinerja Membuat program penyaluran yang menarik; Edukasi
1 membayar zakat secara 5.5 3.7 2 1
penghimpunan dan penyaluran ke muzaki bahwa OPZ lebih paham pemetaan mustahik
mandiri
Loyalitas Muzaki ke OPZ
2 4.5 4.1 2 1 Penghimpunan yg tidak stabil Services excellent dari sisi pelayanan dan pelaporan
tertentu rendah
Membuat program penyaluran yang menarik
Target penghimpunan zakat tidak
3 Muzaki pindah ke OPZ lain 5.7 4.1 2 1 sehingga dapat menarik minat donatur lebih banyak;
tercapai; Penurunan penghimpunan
Disediakannya layanan konsultasi zakat
Muzaki berubah status Target penghimpunan zakat tidak Membuat program penyaluran yang menarik; Layanan
4 4.2 3.3 2 1
menjadi bukan Muzaki tercapai; Penurunan penghimpunan konsultasi zakat; Pendampingan usaha muzaki
Muzaki berubah status Target penghimpunan zakat tidak Melakukan pendampingan atau menggandeng pihak
5 4.2 3.3 2 1
menjadi Mustahik tercapai; Penurunan penghimpunan ketiga terkait usaha muzaki
Muzaki kurang mengenal Target penghimpunan zakat tidak Sosialisasi oleh lembaga kepada masyarakat di media-
6 5.3 3.9 2 1
OPZ tercapai; Penurunan penghimpunan; media yg dimiliki lembaga dan/atau media eksternal
Sosialisasi OPZ sebagai lembaga Amil yang profesional;
Muzaki kurang percaya
7 5.3 3.9 2 1 Penghimpunan yang tidak stabil Edukasi ke muzaki bahwa OPZ lebih paham pemetaan
kepada OPZ
mustahik
Pengaruh terhadap kinerja
Muzaki kurang paham
penghimpunan dan penyaluran; Tingkat Edukasi ke muzaki bahwa OPZ lebih paham pemetaan
8 pentingnya membayar 5.3 4.1 2 1
layanan meningkat secara musiman mustahik
zakat melalui OPZ
biasanya hanya Ramadan saja
Muzaki memiliki
Target penghimpunan zakat tidak Services excellent dari sisi pelayanan; Maintenance
9 pandangan kurang baik 5.0 4.1 2 2
tercapai; Penurunan penghimpunan muzaki secara rutin
tentang OPZ

Manajemen Risiko Pengelolaan Zakat


158 Lampiran

Identifikasi Risiko Kehilangan Overall


DAMPAK MITIGASI
Muzaki L I V S
Muzaki memiliki
OPZ kurang efektif dalam penghimpunan Pendampingan dari amil; Services excellent dari sisi
10 pengalaman kurang baik 4.8 3.7 2 1
zakat pelayanan
berhubungan dengan OPZ
Muzaki tidak yakin Laporan penggunaan dana yang dipublikasikan secara
Muzaki memilih menyalurkan sendiri
11 mustahik dilingkungannya 5.2 3.7 2 2 rutin kepada Muzaki dengan memberikan informasi
zakatnya
terlayani oleh OPZ mengenai lokasi mustahik
Muzaki memiliki
Kemungkinan terjadi perselisihan antara Peran Dewan Syariah OPZ untuk mengedukasi
12 pandangan/madzhab 5.2 3.2 2 1
Muzaki dan OPZ stakeholder; Eduaksi oleh petugas Front Office
berbeda tentang zakat
Kekayaan Muzaki Target penghimpunan zakat tidak Maintenance muzaki oleh OPZ berupa di do’akannya
13 4.3 2.9 2 1
berkurang tercapai para muzaki untuk mendapatkan berkah dari Allah

Identifikasi Risiko Kepuasan Overall


DAMPAK MITIGASI
Muzaki L I V S

Muzaki kurang puas Muzaki pindah ke OPZ lain atau Standar customer satisfaction yang tinggi; Peningkatan
1 3.9 3.7 2 2
dengan pelayanan OPZ memilih menyalurkan sendiri zakatnya kualitas services excellent

Muzaki menuntut Muzaki pindah ke OPZ lain atau SOP pelayanan muzaki; Umpan balik Muzaki dalam
2 5.2 3.3 2 2
pelayanan prima dari OPZ memilih menyalurkan sendiri zakatnya menjaring ekspektasi layanan OPZ

Pelayanan Amil OPZ Muzaki kurang puas, penghimpunan SOP pelayanan dan kode etik amil; Merujuk OPZ lain
3 4.3 3.9 2 2
kurang profesional zakat kurang efektif yg lebih professional

Memastikan implementasi kebijakan dan prosedur


Lambatnya pelayanan Menurunnya kredibilitas OPZ dan
4 3.3 3.9 2 2 customer service yang excellent sesuai dengan standar
Amil kepada Muzaki Muzaki pindah ke OPZ lain
kebijakan mutu

Manajemen Risiko Pengelolaan Zakat


Lampiran 159

Identifikasi Risiko Kepuasan Overall


DAMPAK MITIGASI
Muzaki L I V S
Kegagalan sistem layanan
Risiko beralih, penuruan kinerja Sistem yang kuat dan online-based; Dilakukannya audit
5 Muzaki (sistem kantor 3.8 3.5 2 2
penghimpunan, risiko reputasi internal berkala
layanan Muzaki)
Kurang tanggapnya
Menurunnya kredibilitas OPZ dan Membuat SOP penanganan keluhan dari
6 Amil terhadap keluhan 3.8 3.7 2 2
kepercayaan masyarakat muzaki; Dilakukannya audit internal
masyarakat (Muzaki)
Kurang tanggapnya Amil
Menurunnya kredibilitas OPZ dan Services excellent dari sisi pelayanan; Maintenance
7 terhadap masukan/saran 3.5 3.6 2 2
kepercayaan masyarakat muzaki secara rutin
dari masyarakat (Muzaki)

Overall
Identifikasi Risiko Mustahik DAMPAK MITIGASI
L I V S
Belum adanya standarisasi
Banyak dana yang tidak tepat sasaran; Mengembangkan komunikasi dan kolaborasi diantara
dalam memverifikasi
1 2.7 3.8 2 2 Risiko salah sasaran penyaluran; pengelola zakat; Membuat SOP verifikasi mustahik
mustahik di masing-masing
Ketepatan penyaluran terganggu untuk masing-masing program
program
Belum adanya indikator Sulit menentukan mustahik; Kegagalan Melakukan survey kepuasan mustahik dan penelitian
2 pengukuran kesejahteraan 3.8 3.4 2 2 identifikasi perkembangan mustahik; kaji dampak program secara berkala; Membuat
mustahik Ketepatan penyaluran terganggu indikator pengukuran kesejahteraan mustahik
Penyaluran dana zakat tidak merata; Kebijakan dan prosedur pelayanan mustahik yang
Mustahik mendapatkan
3 6.1 3.3 3 2 Sulit menentukan mustahik; Overlapping excellent; Adanya komunikasi antar OPZ dan BAZNAS
zakat dari beberapa OPZ
bantuan seperti dibuatkannya system ID Single Mustahik
Penyaluran dana zakat kurang efektif;
Mustahik yang sudah
Sulit menentukan mustahik; Risiko Memperkuat database mustahik dan pemutakhiran
4 meninggal tetap mendapat 1.9 2.3 2 1
salah sasaran penyaluran; Ketepatan data; Adanya komunikasi antar OPZ dan BAZNAS
zakat
penyaluran terganggu

Manajemen Risiko Pengelolaan Zakat


160 Lampiran

Overall
Identifikasi Risiko Mustahik DAMPAK MITIGASI
L I V S
Penyaluran dana zakat kurang efektif;
Mustahik yang sudah naik Sulit menentukan mustahik; Salah Memperkuat database mustahik dan pemutakhiran
5 2.0 2.5 2 1
kelas tetap mendapat zakat penyaluran. Kredibilitas OPZ; Ketepatan data; Adanya komunikasi antar OPZ dan BAZNAS
penyaluran terganggu

Identifikasi Risiko Kehilangan Overall


DAMPAK MITIGASI
Mustahik L I V S

Dana zakat yang diterima mustahik


tidak tepat waktu; Memerlukan dana yg Membuka kantor perwakilan yg mudah dijangkau
Lokasi Mustahik yang susah
1 5.5 3.7 2 2 lebih besar untuk menjangkau; Coverage oleh Muzaki; Kerjasama dengan perwakilan setempat;
dijangkau
mustahik terbatas atau biaya operasional Dilakukannya sinergi antar OPZ
tinggi

Penyaluran zakat tidak merata; Mustahik


yang tidak menerima zakat; Memerlukan
Mustahik tidak Bersinergi dengan tokoh masyarakat setempat;
2 4.0 3.2 2 1 dana yang lebih besar untuk menjangkau;
teridentifikasi oleh OPZ Kerjasama antar lembaga dan dilakukan social mapping
Kelembahan assessment dan database
OPZ

Dana zakat tidak tersalurkan atau


Penguatan pendampingan masyarakat dan
Domisili Mustahik tidak terlambat; Memerlukan dana yg lebih
3 5.3 2.7 2 2 lokalitas setempat; Penggunaan identitas basis
tetap besar untuk menjangkau; Risiko validitas
kelompok; Sosialiasai terhadap Mustahik
data mustahik

Kebutuhan dasar mustahik belum


Mustahik malu menerima
4 3.8 1.7 2 2 terpenuhi dan mustahik sulit Program pemberdayaan yang lebih inovatif
zakat
diberdayakan

Manajemen Risiko Pengelolaan Zakat


Lampiran 161

Identifikasi Risiko Kehilangan Overall


DAMPAK MITIGASI
Mustahik L I V S
Kebutuhan dasar mustahik belum dapat
Mustahik tidak mengetahui
terpenuhi; Perlu melakukan sosialisasi Edukasi mustahik; Penguatan sistem informasi sebagai
5 jika dirinya dapat menerima 4.0 2.2 2 1
kembali; Pengaruh tidak signifikan basis data pengelolaan zakat
zakat dari OPZ
terhadap kinerja penyaluran
Mustahik takut Kebutuhan dasar mustahik belum dapat
6 3.4 2.2 2 1 Adanya fasilitator setempat sebagai perwakilan OPZ
berhubungan dengan OPZ terpenuhi
Mustahik merasa tidak Kebutuhan dasar mustahik belum dapat
7 2.5 1.5 1 1 Adanya fasilitator setempat sebagai perwakilan OPZ
berhak menerima zakat terpenuhi
Kebutuhan dasar mustahik belum dapat Edukasi mustahik; Adanya fasilitator setempat sebagai
8 Mustahik merasa cukup 2.6 1.7 2 1
terpenuhi perwakilan OPZ
Mustahik tidak dapat dilayani; Sulit dalam Menggunakan identitas yang ada; Koordinasi dengan
Mustahik tidak memiliki
9 6.1 2.8 2 2 membuat laporan; Risiko validitas data pemerintah dan dinas terkait dalam membantu
tanda pengenal/KTP
mustahik Mustahik

Identifikasi Risiko Kepuasan Overall


DAMPAK MITIGASI
Mustahik L I V S
Kurang tanggapnya Menurunnya kredibilitas OPZ dan SOP penanganan keluhan mustahik; Menanamkan
1 Amil terhadap keluhan 3.0 4.1 2 1 kepercayaan masyarakat; Penyaluran pemahaman atas pelayanan yang equal antara muzaki
masyarakat (Mustahik) terhambat, Merusak reputasi dan mustahik
Kurang tanggapnya Amil SOP penanganan saran dan masukan mustahik;
Menurunnya kredibilitas OPZ dan
2 terhadap masukan/saran 3.0 3.8 2 2 Menyosialisasikan mekanisme komunikasi mustahik
kepercayaan masyarakat
dari masyarakat (Mustahik) terkait dengan layanan OPZ
Mustahik kurang puas Kinerja Penyaluran, Kredibilitas OPZ; Menjaga hubungan dengan seluruh penerima manfaat
3 3.3 3.4 2 1
dengan pelayanan OPZ Perbaikan sistem pelayanan yang telah dibina OPZ
Mustahik menuntut Investasi SDM, sistem, dan teknologi;
4 4.1 2.4 2 1 Membuat standar kepuasan mustahik
pelayanan prima dari OPZ Risiko biaya operasional

Manajemen Risiko Pengelolaan Zakat


162 Lampiran

Identifikasi Risiko Kepuasan Overall


DAMPAK MITIGASI
Mustahik L I V S
Lambatnya pelayanan Amil
Kinerja Penyaluran, Kredibilitas OPZ; Monitoring perkembangan program; Membuat standar
5 kepada Mustahik (sistem 3.8 3.1 2 1
Penyaluran terhambat, Merusak reputasi pelayanan mustahik
kantor layanan Mustahik)
Kegagalan sistem layanan Perkuat divisi yang langsung bersentuhan dengan
6 3.4 2.9 2 1 Penyaluran terhambat, Merusak reputasi
Mustahik Mustahik

Overall
Identifikasi Risiko Kode Etik DAMPAK MITIGASI
L I V S
Muzaki memberikan hadiah Memberikan aturan yang jelas dalam kode etik,
Dalam jangka panjang akan melunturkan
1 kepada amil (risiko kode 4.8 3.8 2 2 punishment and rewardnya; Sosialisasi stakeholder
keikhlasan Amil
etik) terkait kode etik amil melalui media
Muzaki belum memahami
Membuat buku saku Muzaki berisi adab berzakat;
adab-adab memberikan
2 4.0 2.5 2 1 Risiko kepatuhan syariah Edukasi Muzaki; Sosialisasi oleh lembaga kepada
zakat (niat, menyegerakan,
masyarakat di media
tidak riya', dst.)
Mustahik memberikan
Amil kurang objektif dalam menentukan Memberikan aturan yang jelas dalam kode etik,
3 hadiah kepada amil (risiko 2.6 2.5 2 2
mustahik punishment and reward
kode etik)
Mustahik belum memahami
adab-adab menerima zakat Kebijakan dan prosedur pelayanan mustahik yang
4 (menggunakan dengan 5.0 2.5 2 2 Risiko kepatuhan syariah excellent; Edukasi kepada mustahik; Pembinaan rutin;
benar, mengucapkan terima Monitoring dan evaluasi
kasih, dst.)
Amil belum memahami
LAZ perlu melakukan standarisasi SOP-nya berbasis ISO;
adab-adab mengumpulkan Melanggar kode etik dan kepatuhan
5 3.0 4.0 2 2 Pelatihan dan edukasi kepada seluruh amil; Training
zakat (adil, jujur, amanah, syariah
Amil secara rutin.
ikhlas, dst.)

Manajemen Risiko Pengelolaan Zakat


Lampiran 163

Identifikasi Risiko Transfer Zakat Overall


DAMPAK MITIGASI
Antar Negara L I V S
Belum adanya
”internationally accepted
1 4.3 2.7 3 2 Terhambatnya transfer zakat antar negara Sinergi zakat oleh OPZ lintas negara
zakat management
standard”
Negara pemberi dan Aktif dan turut serta dalam pengembangan ZCP;
2 penerima memiliki standar 5.2 2.5 3 2 Terhambatnya transfer zakat antar negara Penyusunan draft International Standard of Zakat
zakat yang berbeda Management
Tingginya Country risk Zakat tidak tersalurkan ke mustahik yang Membuka informasi sebanyak2nya terhadap pemerintah
3 4.2 3.3 3 2
negara penerima diharapkan OPZ lintas negara
Belum adanya assesment
country risk dan transfer risk Negara pemberi belum berani transfer Standarisasi manajemen dan berbagai hal yang
4 4.2 2.4 3 2
oleh institusi zakat masing- zakat ke negara penerima tersebut mendukung kerjasama internasional
masing negara
Negara pemberi dan
penerima enggan membagi Negara pemberi belum berani transfer
5 4.8 3.2 3 2 Analisis risiko menajemen sebelum dilakukan kerjasama
informasi yang bersifat zakat ke negara penerima tersebut
rahasia
Negara pemberi belum dapat
Negara pemberi belum berani transfer Membuka informasi sebanyak-banyaknya terhadap
6 mengases tingkat kemiskinan 3.9 3.1 3 2
zakat ke negara penerima tersebut pemerintah OPZ lintas negara
calon negara penerima
Belum adanya model dan
Sinergi dengan pihak yang terpercaya, NGO dalam
analisis tentang country risk Negara pemberi belum berani transfer
7 5.2 4.2 3 2 negeri, NGO internasional, maupun perwakilan lintas
dan transfer risk oleh institusi zakat ke negara penerima tersebut
negara
zakat masing-masing negara
Institusi zakat negara
Risiko kepatuhan syariah, kepatutan, Pengembangan lembaga sebagai NGO international dan
pemberi dan penerima belum
8 5.2 3.6 3 2 menghambat kerjasama dan aktivitas lintas menjalin sinergi dengan mitra-mitra di Negara-negara
sepakat atas pembagian
negara lain dalam rangka kolaborasi program bersama
managerial fee amil
Belum adanya Institusi zakat Pengembangan lembaga sebagai NGO international dan
Belum adanya kebijakan dan proses untuk
9 di negara pemberi atau 5.3 3.2 3 2 menjalin sinergi dengan mitra-mitra di Negara-negara
memitigasi country risk dan transfer risk
penerima lain dalam rangka kolaborasi program bersama

Manajemen Risiko Pengelolaan Zakat


164 Lampiran

Identifikasi Risiko Transfer Zakat Overall


DAMPAK MITIGASI
Antar Negara L I V S
“BAZNAS” negara pemberi
dan penerima belum Sistem yang tidak kompatibel, Mengembangkan berbagai asosiasi program
memiliki kebijakan dan menghambat kerjasama dan aktivitas kemanusiaan internasional dan nasional untuk
10 4.8 3.8 3 2
proses untuk memitigasi lintas negara; Terhambatnya transfer memperluas & mempermudah penyaluran program
country risk and transfer zakat antar negara lintas Negara
risk

Overall
Identifikasi Risiko Pelaporan DAMPAK MITIGASI
L I V S
Belum adanya bentuk
Bentuk laporan tidak seragam dan
1 laporan zakat OPZ ke 3.1 3.5 2 2 Menyepakati bentuk baku laporan zakat ke stakeholder
menurunnya kredibilitas OPZ
stakeholder yang baku
Kurang profesionalnya Laporan kurang menarik; Turunnya/tidak
Membuat standard requirement perekrutan tim
2 pembuatan laporan zakat 3.0 4.8 2 2 percayanya muzaki kepada pengelola
accounting OPZ
OPZ zakat (bentuk transparansi)
Laporan zakat OPZ tidak
Menurunnya kredibilitas OPZ dan Penetapan SOP pelaporan zakat; Penyesuaian dengan
3 dibuat secara periodik 3.2 3.8 3 2
kepercayaan masyarakat/Muzaki standar yg tercantum dalam peraturan pemerintah
(kontinyu)
Terlambatnya pelaporan Membuat SOP waktu pelaporan zakat; Ditetapkan
Menurunnya kredibilitas OPZ dan
4 zakat OPZ secara periodik 3.8 3.8 3 2 dalam SOP dan dibuat struktur khusus dalam pengelola
kepercayaan masyarakat/Muzaki
kepada stakeholder data
Menurunnya kredibilitas OPZ;
Laporan zakat OPZ kurang Review berkala oleh pimpinan divisi aset; Disesuaikan
5 3.5 4.6 3 2 Mengganggu reputasi dan akuntabilitas
valid/akurat dengan standar pelaporan dari BAZNAS dan Kemenag
OPZ
Laporan zakat OPZ tidak Menurunnya kredibilitas OPZ dan Membuat SOP dan KPI bahwa laporan harus diaudit oleh
6 2.1 4.9 2 2
diaudit oleh KAP kepercayaan masyarakat/Muzaki KAP
Laporan zakat OPZ kurang Masyarakat kurang mengenal OPZ Memanfaatkan media komunikasi sosial dan jaringan
7 3.4 3.6 2 2
tersebar luas tersebut network

Manajemen Risiko Pengelolaan Zakat


Lampiran 165

Overall
Identifikasi Risiko Pelaporan DAMPAK MITIGASI
L I V S
Tidak sinkronnya laporan Pertanggung-jawaban OPZ kurang dapat Menggunakan sistem berbasis online; Adanya audit
8 zakat OPZ nasional dan 3.2 4.5 3 2 diterima oleh masyarakat; Menurunnya internal dan audit publik; Dibuatkannya SOP lembaga
cabang-cabangnya kredibilitas OPZ terkait pelaporan
Tidak sinkronnya pelaporan
Menurunnya kredibilitas BAZNAS/OPZ; Membuat standard pelaporan; Sinkronisasi data melalui
9 zakat yang di BAZNAS dan 5.2 4.1 3 2
Menyebabkan distrust oleh masyarakat pelaporan semesteran
OPZ swasta
Laporan zakat OPZ
Laporan zakat OPZ belum dapat diakses Menyepakati bentuk baku laporan zakat ke stakeholder
10 belum ada dalam bentuk 2.2 4.6 2 2
oleh siapa saja dalam bentuk elektronik
elektronik
Laporan zakat OPZ kurang Pertanggung-jawaban OPZ kurang dapat
11 2.7 4.4 2 2 Standarisasi pelaporan oleh OPZ dan BAZNAS
lengkap dan kurang rinci diterima oleh masyarakat
Laporan zakat OPZ tidak Menurunnya kepercayaan masyarakat/ Memanfaatkan media sosial; dan resource lembaga,
12 2.8 4.1 2 2
sampai ke stakeholder muzaki Penyediaan layanan feedback terhadap lembaga

Overall
Identifikasi Risiko Pencatatan DAMPAK MITIGASI
L I V S
Panjangnya rantai
Terlambatnya dan kurang validnya Membuat sistem berbasis online; Disesuaikan dengan
1 pencatatan dana zakat yang 2.8 3.8 2 3
laporan periodik OPZ kepada stakeholders PSAK Zakat
masuk
Belum adanya panduan
transaksi Syariah OPZ
Terlambatnya dan kurang validnya Training oleh expert; Mengikutkan tim internal ke
dari PSAK 109 (semisal
2 3.1 3.9 2 2 laporan periodik OPZ kepada stakeholders; pelatihan terkait; Membuka informasi terhadap
PAPSI-Pedoman Akuntansi
OPZ memiliki standarisasi yang berbeda kebijakan pemerintah
Perbankan Syariah
Indonesia)
Risiko metode akuntansi
Tidak akuratnya penghitungan zakat Review oleh atasan/accounting expert; Penyesuaian
3 muzaki yang menggunakan 3.6 3.6 2 2
muzaki dengan pedoman pengelolaan zakat dan PSAK Zakat
accrual basis

Manajemen Risiko Pengelolaan Zakat


166 Lampiran

Overall
Identifikasi Risiko Pencatatan DAMPAK MITIGASI
L I V S
Ketidaksinkronan metode
Besarnya biaya pengalihan praktik
akuntansi OPZ (cash basis) Review oleh atasan/accounting expert; Penyesuaian
4 3.4 3.4 2 2 akuntansi dari accrual basis ke cash basis
dengan metode akuntansi dengan pedoman pengelolaan zakat dan PSAK Zakat
atau sebaliknya
muzaki (accrual basis)
Rumitnya sentralisasi Kurang validnya pencatatan OPZ pusat;
Membuat sistem berbasis online; Penyesuaian dengan
5 pencatatan zakat dari OPZ 3.8 3.6 3 2 Kinerja terganggung jika sistem tidak
pedoman pengelolaan zakat dan PSAK Zakat
cabang ke OPZ pusat solid
Dekatnya hubungan Amil
Terlambatnya laporan pengimpunan Batasan/kode etik yang jelas; Evaluasi dan rolling
6 penghimpun zakat dgn 2.8 3.4 2 3
zakat jabatan berkala
audit internal OPZ
Dekatnya hubungan Amil
Terlambatnya laporan Batasan/kode etik yang jelas; Evaluasi dan rolling
7 pelaksana program dgn 2.8 3.1 2 3
pertanggungjawaban program jabatan berkala
audit internal OPZ
Belum efektifnya penyajian
Mengganggung aspek akuntabilitas
aset OPZ dan dana zakat Menyajikan sesuai standard (PSAK 109); Penyesuaian
8 3.8 4.1 2 2 pengelolaan OPZ jangka pendek/
secara terpisah di laporan dengan pedoman pengelolaan zakat dan PSAK Zakat
menengah/panjang
keuangan

Overall
Identifikasi Risiko Hukum DAMPAK MITIGASI
L I V S
Belum adanya UU atau
Masyarakat tidak patuh atau enggan Edukasi masyarakat akan kewajiban membayar zakat
1 peraturan yang mewajibkan 4.5 3.8 3 2
membayar zakat sebagai kepatuhan terhadap ketentuan syariah
Muzaki membayar zakat
Belum adanya sanksi yang
tegas dari Pemerintah Masih banyak Muslim yang belum Inisiatif OPZ dalam menarik minat Muzaki;
2 4.5 4.1 3 2
bagi Muzaki yang tidak menjalankan kewajiban membayar zakat Meningkatkan tata kelola organisasi
membayar zakat

Manajemen Risiko Pengelolaan Zakat


Lampiran 167

Overall
Identifikasi Risiko Hukum DAMPAK MITIGASI
L I V S
Zakat belum menjadi
Terus menyosialisasikan dan mendorong agar regulasi
pengurang pajak (hanya Menurunkan minat masyarakat
3 4.5 3.6 3 2 tentang muzaki dan regulasi tentang pengurang pajak
menjadi pengurang membayar zakat, khususnya melalui OPZ
dapat diwujudkan dalam UU mendatang
penghasilan kena pajak)
UU dan Peraturan Berperan aktif memberikan usulan tentang regulasi
Tidak efektifnya pengelolaan zakat oleh
4 pengelolaan zakat kurang 4.3 3.6 3 2 zakat yang terbaru; Aktif koordinasi dengan berbagai
OPZ
tegas/jelas stakeholder regulator
UU dan Peraturan Melakukan berbagai aktivitas advokasi hukum terkait
Tidak efektifnya pengelolaan zakat oleh
5 pengelolaan zakat ambigu/ 5.2 4.1 3 2 dengan regulasi zakat; Mengikuti peraturan dan
OPZ
multi tafsir perundangan yang berlaku
UU dan Peraturan
Tidak efektifnya pengelolaan zakat oleh Aktif koordinasi dengan berbagai stakeholder regulator
6 pengelolaan zakat terlalu 4.9 4.0 3 2
OPZ dalam rangka pengembangan regulasi zakat
kaku
Penyesuaian pelaksanaan di lapangan; Komunikasi
UU dan Peraturan sulit Tidak efektifnya pengelolaan zakat oleh
7 4.5 4.3 2 2 intens dengan pemegang regulator zakat: Sosialisasi yg
dilaksanakan oleh OPZ OPZ
difasilitasi oleh regulator zakat
UU dan Peraturan kurang
Tidak efektifnya pengelolaan zakat oleh Komunikasi intens dengan pemegang regulator zakat:
8 memberi keleluasaan 4.5 3.9 3 2
OPZ Sosialisasi yg difasilitasi oleh regulator zakat
kepada OPZ
Melakukan penyesuaian pelaksanaan di lapangan
Pengelolaan zakat oleh OPZ terganggu
Adanya UU dan Peraturan sejauh tidak melanggar peraturan dan perudangan
9 4.5 4.5 3 2 penyesuaian dengan UU dan Peraturan
tentang Zakat yang baru yang berlaku; Penyesuaian terhadap UU Zakat tersebut
baru
dg taat dan patuh
Kurangnya dukungan
Melakukan berbagai aktivitas advokasi hukum terkait
Pemerintah terhadap Kurang efektifnya pengelolaan zakat oleh
10 5.2 4.6 3 2 dengan regulasi zakat dengan konsultan dan pihak-
implementasi UU dan OPZ
pihak yang berwenang
Peraturan zakat yang ada

Manajemen Risiko Pengelolaan Zakat


168 Lampiran

Overall
Identifikasi Risiko Hukum DAMPAK MITIGASI
L I V S
Kurangnya sosialisasi UU
Penyesuaian berjalan lambat dan Mengembangkan pola Mitra Pengelola Zakat dalam
11 dan peraturan tentang 4.5 3.8 3 2
pengelolaan zakat oleh OPZ terganggu rangka sinergi program diantara OPZ
Zakat yang baru
Memperkuat stabilitas manajemen organisasi;
Terhambatnya pengelolaan zakat oleh
12 Risiko ketidakpastian politik 4.7 4.3 3 2 Diterapkannya SWOT dalam penyusunan Strategic Plan
OPZ
tahunan OPZ
Lemahnya penegakan Aktif koordinasi dengan berbagai stakeholder regulator
13 hukum yang sudah tertera 5.3 4.2 3 2 Memperlemah reputasi OPZ dalam rangka pengembangan regulasi zakat; Taat dan
di UU Zakat patuh dengan men-support kebijakan pemerintah
Belum lengkapnya Terhambatnya pengelolaan zakat oleh Bersama forum zakat dan pihak terkait mengusulkan
14 4.1 3.8 3 2
Peraturan turunan dari UU OPZ draft hal-hal yang harus diakomodir dalam peraturan
Petunjuk pelaksanaan
Terhambatnya pengelolaan zakat oleh Terus mensosialisasikan dan mendorong agar petunjuk
15 pengelolaan zakat belum 4.2 3.6 2 2
OPZ pelaksanaan pengelolaan zakat dapat diwujudkan
semuanya ada
Risiko izin (legalitas) yang
Aktif koordinasi dengan berbagai stakeholder terkait
berbenturan dengan Terhambatnya pengelolaan zakat oleh
16 4.6 3.9 3 2 dengan perizinan baik di pusat, perwakilan cabang,
PEMDA yang berbeda-beda OPZ
maupun tokoh masyarakat daerah setempat
tiap daerah

Manajemen Risiko Pengelolaan Zakat


Lampiran 169

Overall
Identifikasi Kepatuhan Syariah DAMPAK MITIGASI
L I V S
Kurangnya kompetensi DPS Rendahnya kepatuhan syariah OPZ dan
1 1.9 5.1 2 2 Melakuan Fit and Proper test calon DPS
yang dimiliki OPZ menurunnya kredibilitas OPZ
Peretemuan berkala dengan DPS; Surat pernyataan
Anggota DPS bekerja di Kurang efektifnya kerja DPS dan
2 4.5 2.9 2 1 yg mengikat kedua belah pihak (OPZ dan DPS) dalam
banyak institusi rendahnya kepatuhan syariah OPZ
memajukan OPZ terkait
Bervariasinya ketentuan syariah yang
Beragamnya pandangan Penyamaan orientasi visi, misi, tujuan serta fiqh ziswaf
3 3.7 3.0 2 1 dianut OPZ dan membingungkan
Syariah DPS antar OPZ antar DPS dan OPZ
masyarakat
Belum adanya Peraturan Bervariasinya ketentuan syariah yang Menyusun standar baku kepatuhan syariah internal
4 4.6 3.6 2 1
pelaksanaan audit syariah dianut OPZ dan membingungkan masy sebagai dasar kinerja organisasi
OPZ belum memiliki
Rendahnya kepatuhan syariah OPZ dan Menyusun standar baku panduhan syariah; Membentuk
5 panduan operasional 3.1 4.0 2 1
menurunnya kredibilitas OPZ divisi kepatuhan
syariah internal yang baku
OPZ belum memiliki
Rendahnya kepatuhan syariah OPZ dan Divisi kepatuahan bersama pihak terkait menyusun
6 panduan audit syariah 5.1 3.6 2 1
menurunnya kredibilitas OPZ panduan audit syariah internal
internal yang baku
Belum adanya standar Bervariasinya ketentuan syariah yang Mendorong peningkatan kompetensi DPS dengan
7 audit syariah yang berlaku 6.0 3.6 2 1 dianut OPZ dan membingungkan berbagai support; Menyusun panduan audit syariah
nasional masyarakat nasional
Belum adanya institusi
Mendorong terbentuk DSN MUI bidang DPS
publik/swasta (KAP) yang
Laporan OPZ belum dapat diaudit Syariah, ZISWAF; Membagi tugas, audit kesyariahan dan audit
8 berwenang dan/atau 5.0 3.4 3 1
dan rendahnya kepatuhan syariah OPZ keuangan; Penguatan divisi kepatuhan dan internal
kompeten melakukan audit
audit
syariah
Pimpinan OPZ kurang Melakuan Fit and Proper test bagi calon pimpinan
9 2.3 5.7 2 2 Manajemen OPZ dapat melanggar syariah
paham syariah & Fiqh Zakat termasuk pengetahuan Syariah & Fiqh Zakat

Manajemen Risiko Pengelolaan Zakat


170 Lampiran

Overall
Identifikasi Kepatuhan Syariah DAMPAK MITIGASI
L I V S
Amil penghimpun zakat
Penghimpunan zakat dapat melanggar Standarisasi perekrutan bagi Amil penghimpun
10 kurang memahami syariah 2.4 5.5 2 2
ketentuan syariah termasuk pengetahuan syariah & Fiqh Zakat
& Fiqh Zakat
Amil pengelola zakat
Pengelolaan zakat dapat melanggar Standarisasi perekrutan bagi Amil pengelola termasuk
11 kurang memahami syariah 2.4 5.3 2 2
ketentuan syariah pengetahuan syariah & Fiqh Zakat
& Fiqh Zakat
Amil penyaluran zakat
Penyaluran zakat dapat melanggar Standarisasi perekrutan bagi Amil penyalur
12 memahami syariah & Fiqh 2.8 5.3 2 2
ketentuan syariah pengetahuan syariah & Fiqh Zakat
Zakat

Overall
Identifikasi Kepatuhan Regulasi DAMPAK MITIGASI
L I V S
Pimpinan OPZ kurang paham Manajemen OPZ dapat melanggar regulasi Melakuan Fit and Proper test bagi calon pimpinan
1 1.7 5.9 3 2
regulasi zakat zakat termasuk pengetahuan Regulasi zakat

Amil penghimpun zakat Penghimpunan zakat dapat melanggar Standarisasi perekrutan bagi Amil penghimpun termasuk
2 2.8 5.0 2 2
kurang paham regulasi zakat regulasi zakat pengetahuan Regulasi zakat
Amil pengelola zakat kurang Pengelolaan zakat dapat melanggar Standarisasi perekrutan bagi Amil pengelola termasuk
3 2.8 5.0 2 2
paham regulasi zakat regulasi zakat pengetahuan Regulasi zakat
Amil penyaluran zakat Penyaluran zakat dapat melanggar Standarisasi perekrutan bagi Amil penyalur termasuk
4 2.8 5.0 2 2
kurang paham regulasi zakat regulasi zakat pengetahuan Regulasi zakat
BAZNAS satu-satunya
Ketidakharmonisan hubungan BAZNAS- Penyesuaian OPZ mengacu pada peundangan dan
5 pengelola zakat nasional 3.2 4.3 2 2
OPZ peraturan yang berlalu
dan dibantu oleh OPZ
OPZ nasional hanya boleh Penyesuaian berjalan lambat &
Penyesuaian di lapangan sejauh tidak melanggar
6 memiliki satu Perwakilan di 4.3 4.1 3 2 pengelolaan zakat terganggu; Ekpansi OPZ
perundangan dan peraturan yang berlaku
tiap propinsi terbatas, pengelolaan zakat tdk maksimal

Manajemen Risiko Pengelolaan Zakat


Lampiran 171

Overall
Identifikasi Kepatuhan Regulasi DAMPAK MITIGASI
L I V S
OPZ belum dapat
Pengelolaan zakat oleh OPZ terganggu, Penyesuaian di lapangan sejauh tidak melanggar
7 menyesuaikan diri dalam 5 3.2 3.3 2 2
menurunnya kredibilitas OPZ perundangan dan peraturan yang berlaku
tahun (25 Nopember 2016)
Semua pengelola zakat
informal, seperti DKM Pengelolaan zakat oleh OPZ terganggu;
Penyesuaian di lapangan sejauh tidak melanggar
8 masjid, harus menjadi UPZ- 4.9 3.5 2 2 Legal formal seluruh institusi pengelola
perundangan dan peraturan yang berlaku
nya BAZNAS atau MPZ-nya zakat
OPZ
Bersama pihak terkait mendorong pembentukan
Belum dimilikinya Belum berjalannya penegakan aturan
perangkat pengawasan; Komunikasi secara intens
9 perangkat pengawasan 4.9 3.9 3 2 dan pengawasan; Risiko pengawasan
dengan BAZNAS; Modul panduan pengelolaan zakat
oleh BAZNAS operasional pengelolaan zakat
oleh BAZNAS
Adanya dualisme otoritas Ketidakharmonisan hubungan BAZNAS- Menjalin kordinasi dan komunikasi dengan keduabelah
10 zakat, BAZNAS dan 5.4 4.5 3 2 Kemenag dan adanya conflict of interest; pihak berorientasi pada maslahat; Dibangunnya
Kemenag Ambigiuitas komando dan kewenangan komunikasi secara intens dengan BAZNAS dan Kemenag
Peran ganda BAZNAS OPZ tidak leluasa melaksanakan program Mendorong peran baznas dalam mengkoordinir
11 sebagai regulator/otoritas 5.4 4.8 3 2 krn terbentur kebijakan yang memihak pengeolaan zakat nasional bukan sebagai operator
dan operator BAZNAS; Superbody, conflict of interest semata namun meningkatkan gerakan berzakat

Manajemen Risiko Pengelolaan Zakat


Salah satu faktor utama penyebab belum optimalnya penghimpunan zakat adalah masih
rendahnya kepercayaan masyarakat dalam menyalurkan zakat melalui institusi. Selain
mengedukasi masyarakat, salah satu strategi yang perlu dilakukan institusi zakat adalah
menjaga kredibilitas dan akuntabilitas. Kesalahan dan pelanggaran dalam pengelolaan zakat
akan berpotensi menimbulkan reputasi buruk bagi institusi zakat yang juga akan menimbulkan
risiko yang fatal. Terdapat risiko yang secara langsung terkait dengan kinerja institusi zakat,
misalnya kesalahan dalam penyaluran zakat. Terdapat risiko yang secara tidak langsung terkait
dengan kinerja institusi zakat tetapi dapat berdampak cepat, misalnya kehilangan amil yang
profesional. Terdapat risiko yang secara tidak langsung terkait dengan kinerja institusi zakat
dan dampaknya cukup lama, misalnya adalah memudarnya reputasi institusi zakat yang tidak
dirasakan dalam waktu singkat.

Maka keberadaan buku terkait dengan konsepsi manajemen risiko dalam pengelolaan zakat
menjadi sangat penting dan strategis. Perlu diakui, prinsip manajemen risiko dunia perbankan
merupakan yang paling maju dibandingkan manajemen risiko di industri lain. Namun, tidak
semua risiko perbankan perlu diadaptasi untuk industri bukan bank, terutama pengelolaan zakat
oleh institusi zakat. Oleh karena itu, berdasarkan hasil International Working Group on Zakat
Core Principles (IWG ZCP) yang diinisiasi oleh Bank Indonesia, BAZNAS, Islamic Development
Bank (IDB), disepakati bahwa lembaga zakat juga memerlukan manajemen risiko. Identifikasi
risiko institusi zakat merupakan hal yang sangat penting karena akan memengaruhi kualitas
pengelolaan zakat. Buku ini akan membahas risiko-risiko yang dihadapi oleh lembaga zakat
beserta cara untuk memitigasinya.

xv

Anda mungkin juga menyukai