Anda di halaman 1dari 9

Buletin Kaffah, No.

312
13 Rabi’ul Awwal 1445 H
29 September 2023 M

MENELADANI KEPEMIMPINAN
RASULULLAH SAW.

B ulan Rabiul Awal, sebagaimana saat ini, sering disebut


bulan maulid, yakni bulan kelahiran Nabi Muhammad
saw.
Menurut Al-‘Allamah Sayyid Muhammad bin ‘Alawi al-Maliki
al-Hasani rahimahulLâh Maulid Nabi saw. bukanlah hari raya.
Maulid Nabi saw. sesungguhnya jauh lebih agung dan lebih
mulia daripada dua hari raya umat Islam, yakni Idul Fitri dan
Idul Adha (Sayyid Muhammad bin ‘Alawi al-Maliki al-Hasani,
Hawla al-Ihtifâl bi Dzikr al-Mawlid an-Nabawi asy-Syarîfi, hlm. 10-
11).
Pasalnya, kata beliau, “Andai tak ada kelahiran Nabi
Muhammad saw., tentu tidak akan pernah ada bi’tsah (pengu-
tusan Muhammad saw. sebagai rasul kepada manusia); tidak
akan turun al-Quran; tidak akan ada Peristiwa Isra’ Mikraj;

01
tidak akan ada Hijrah: tidak akan ada kemenangan dalam
Perang Badar; juga tak akan ada Penaklukan Kota Makkah.
Sebabnya, semua itu berkaitan dengan kelahiran (maulid)
Nabi Muhammad saw. Artinya, Maulid Nabi Muhammad saw.
adalah sumber segala kebaikan yang sangat besar.” (Sayyid
Muhammad bin ‘Alawi al-Maliki al-Hasani, Hawla al-Ihtifâl bi
Dzikr al-Mawlid an-Nabawi asy-Syarîfi, hlm. 13).

Memperbanyak Shalawat kepada Rasulullah saw.


Sebagai wujud rasa cinta kepada Nabi Muhammad saw.,
sepantasnya pada bulan Rabiul Awwal ini kita lebih banyak lagi
bershalawat untuk beliau. Apalagi bershalawat kepada beliau
diperintahkan oleh Allah SWT, sebagaimana firman-Nya:

‫ﺻﻠﱡﻮا َﻋﻠَْﻴ ِﻪ‬ ِ ‫ﱠﱯ � أﻳـﱡﻬﺎ اﻟﱠ‬ِ ‫ﱡ‬ ِ‫إ ﱠن ﷲ وﻣﻼَﺋ‬


َ ‫آﻣﻨُﻮا‬
َ ‫ﻳﻦ‬
َ ‫ﺬ‬ َ َ ِ
ّ ‫ﻨ‬‫اﻟ‬ ‫ﻰ‬َ‫ﻠ‬ ‫ﻋ‬
َ ‫ن‬
َ ‫ﻮ‬ ‫ﻠ‬‫ﺼ‬َ ‫ﻳ‬
ُ ‫ﻪ‬
ُ ‫ﺘ‬
َ ‫ﻜ‬
َ ََ َ
‫ﻴﻤﺎ‬ ِ ِ
ً ‫َو َﺳﻠّ ُﻤﻮا ﺗَ ْﺴﻠ‬
Sungguh Allah dan para malaikat-Nya bershalawat untuk Nabi.
Hai orang-orang yang beriman, bershalawatlah kalian untuk
Nabi dan ucapkanlah salam penghormatan kepada dia (TQS al-
Ahzab [33]: 56).

Banyak bershalawat kepada Nabi Muhammad saw. meru-


pakan salah satu tanda kebaikan dari Allah SWT kepada kita.

02
Demikian sebagaimana dinyatakan oleh Imam Ibnu al-Jauzi
rahimahulLâh:

‫ﺎﱃ إِذَا أََر َاد ﺑِ َﻌْﺒ ِﺪﻩِ َﺧ ْﲑًا ﻳَ ﱠﺴ َﺮ ﻟِ َﺴﺎﻧَﻪُ ﻟِﻠ ﱠ‬


‫ﺼﻼَةِ َﻋﻠَﻰ ُﳏَ ﱠﻤ ٍﺪ ﷺ‬ َ ‫أَ ﱠن ﷲَ ﺗَـ َﻌ‬
Allah SWT, jika menghendaki kebaikan pada diri hamba-Nya, Dia
akan memudahkan lisan hamba-Nya itu untuk terbiasa ber-
shalawat kepada Nabi Muhammad saw. (Ibnu al-Jauzi, Bustân
al-‘Ârifîn, 1/300).

Selain banyak bershalawat untuk beliau, selayaknya kita


pun lebih meningkatkan lagi rasa cinta kita kepada beliau.
Apalagi jika selama ini kita mengklaim mencintai Allah SWT
dan al-Quran yang beliau bawa. Berkaitan dengan itu Imam
Ibnu Rajab rahimahulLâh berkata:

‫ﺐ‬ ِ ‫ﺐ اﻟْ ُﻘﺮ‬


‫آن ُﺣ ﱡ‬ ِ ‫ﺣ‬ ِ ‫ وِﻣﻦ ﻋﻼَﻣ‬،‫آن‬
‫ﺔ‬ ِ ‫ﺐ اﻟْ ُﻘﺮ‬
‫ﱡ‬ ‫ﺣ‬ ِ‫ﺐ ﷲ‬ ِ ‫ﺣ‬ ‫ﺎت‬ِ ‫ِﻣﻦ ﻋﻼَﻣ‬
ْ ّ ُ َ َ ْ َ ْ ُ ّ ُ َ َ ْ
ِ
.‫ﱯ ﷺ‬ ‫ اﻟﻨﱠِ ﱡ‬:‫َﻣ ْﻦ أُﻧْ ِﺰَل َﻋﻠَْﻴﻪ اﻟْ ُﻘ ْﺮآ ُن‬
Di antara tanda cinta kepada Allah SWT adalah mencintai al-
Quran. Di antara tanda cinta pada al-Quran adalah mencintai
manusia yang kepada beliau al-Quran diturunkan, yakni Nabi
Muhammad saw. (Ibnu Rajab, Tafsîr Ibn Rajab, hlm. 348).

Tentu cinta tak cukup sekadar klaim. Klaim cinta butuh


bukti. Bukti bahwa kita mencintai Allah SWT, al-Quran dan

03
Nabi Muhammad saw. adalah dengan selalu berusaha takwa;
menjalankan semua perintah Allah SWT, menjauhi semua
larangan-Nya, mengamalkan semua isi Kitab-Nya (al-Quran)
dan senantiasa meneladani Nabi-Nya (Muhammad saw.) da-
lam seluruh aspek kehidupannya.

Meneladani Kepemimpinan Rasulullah saw.


Sebagaimana dimaklumi, selama kurang-lebih 23 tahun
sejak diutus (bi’tsah), periode dakwah Rasulullah saw. terbagi
menjadi dua bagian: (1) Periode Makkah; (2) Periode Madinah.
Selama 13 tahun dakwah di Makkah, Rasulullah saw. murni
hanya berperan sebagai pengemban dakwah. Namun berikut-
nya, pasca hijrah ke Madinah, dan mendirikan Negara Islam
untuk pertama kalinya, beliau sekaligus menjadi penguasa
(kepala negara) yang memerankan seluruh fungsi kekuasaan
untuk melaksanakan dan menerapkan syariah Islam, bahkan
mengemban risalah Islam ke luar negeri dengan dakwah dan
jihad. Hal ini berlangsung sekitar 10 tahun hingga beliau wafat.
Karena itu di antara hal penting dari Rasulullah saw. yang
wajib dan layak dicontoh adalah teladan kepemimpinan beliau
sebagai penguasa, yakni sebagai kepala negara. Kepemim-
pinan beliau sebagai kepala negara ini telah banyak dijelaskan
dalam banyak kitab Sirah Nabi saw., juga kitab-kitab fiqh
siyâsah. Bagaimana, misalnya, dijelaskan bahwa Rasulullah

04
saw. mengurus dan melayani dengan baik berbagai keperluan
rakyat yang beliau pimpin, baik Muslim maupun non-Muslim.
Beliau memimpin rakyat dengan adil dan penuh kasih-sayang.
Ini karena hakikat kepemimpinan—khususnya dalam konteks
pemimpin negara—ditegaskan oleh sabda beliau sendiri.:
ِ ‫ﺳﻴِ ُﺪ اﻟْ َﻘﻮِم ﺧ‬
‫ﺎد ُﻣ ُﻬ ْﻢ‬ َ ْ َّ
Pemimpin suatu kaum hakikatnya adalah pelayan mereka (HR
Abu Nu‘aim).

Sebagai kepala negara, yakni Negara Islam, Nabi saw. me-


ngadili banyak perkara di masyarakat hanya dengan syariah
Islam. Bukan dengan hukum-hukum yang lain. Syariah Islam
pasti adil karena bersumber dari Allah Yang Mahaadil.
Sebagai kepala Negara Islam, Nabi saw. pun mengangkat
para wali (gubernur) sekaligus para qâdhi (hakim), juga para
‘âmil. Beliau juga mengutus para utusan (duta) untuk menga-
jak para pemimpin di seluruh Jazirah Arab saat itu untuk
masuk Islam. Beliau pun mengangkat para panglima perang.
Bahkan beliau sendiri sering secara langsung memimpin se-
jumlah perang (jihad).
Jelas, kepemimpinan Rasulullah saw. selaku kepala negara
ini layak dan wajib diteladani. Inilah pula yang dicontoh dan
diteladani dengan sangat baik oleh para khalifah setelah
beliau, yakni Khulafaur Rasyidin.

05
Karena itu kaum Muslim generasi berikutnya sampai hari ini
layak dan wajib meneladani kepemimpinan Rasulullah saw.
dan Khulafaur Rasyidin ini. Apalagi Rasulullah saw. telah
bersabda:
ِ ِ ِ ‫اﳋﻠَ َﻔﺎ ِء‬
‫ﻀ ْﻮا َﻋﻠَْﻴـ َﻬﺎ‬ َ ِّْ‫اﻟﺮاﺷﺪﻳْ َﻦ اﻟْ َﻤ ْﻬﺪﻳ‬
‫ َﻋ ﱡ‬،‫ﲔ‬ َ ُْ ‫ﻓَـ َﻌﻠَْﻴ ُﻜ ْﻢ ﺑِ ُﺴﻨﱠ ِﱵ َو ُﺳﻨﱠ ِﺔ‬
‫ِﺎﺑﻟﻨﱠـ َﻮ ِاﺟ ِﺪ‬
Kalian wajib berpegang teguh dengan Sunnahku dan Sunnah
Khulafaur Rasyidin yang mendapatkan petunjuk. Gigitlah ia
dengan gigi geraham (HR Ibnu Majah dan at-Tirmidzi).

Khulafaur Rasyidin terkenal dalam kearifan, keberanian dan


ketegasannya dalam membela Islam dan kaum Muslim. Mere-
ka adalah para negarawan ulung. Sangat dicintai oleh rakyat-
nya dan ditakuti oleh lawan-lawannya. Mereka juga termasy-
hur sebagai pemimpin yang memiliki akhlak yang agung dan
luhur.
Khalifah Abu Bakar ash-Shiddiq, misalnya, adalah sosok pe-
nguasa yang terkenal sabar dan lembut. Namun, beliau juga
terkenal sebagai pemimpin yang berani dan tegas. Penerus-
nya, Khalifah Umar bin al-Khaththab ra. juga terkenal sebagai
penguasa yang tegas dan sangat disiplin. Beliau tidak segan-
segan merampas harta para pejabatnya yang ditengarai

06
berasal dari jalan yang tidak benar (Lihat: Tahdzîb at-Tahdzîb,
XII/267).

Pemimpin Wajib Menegakkan Syariah Islam


Allah SWT berfirman:

‫اﻪﻠﻟُ َوﻳـَ ْﻐ ِﻔ ْﺮ ﻟَ ُﻜ ْﻢ ذُﻧُﻮﺑَ ُﻜ ْﻢ َو ﱠ‬


ُ‫اﻪﻠﻟ‬ ‫ﻗُ ْﻞ إِ ْن ُﻛْﻨـﺘُ ْﻢ ُِﲢﺒﱡﻮ َن ﱠ‬
‫اﻪﻠﻟَ ﻓَﺎﺗﱠﺒِﻌُ ِﻮﱐ ُْﳛﺒِْﺒ ُﻜ ُﻢ ﱠ‬
‫ﻴﻢ‬ ِ ‫َﻏ ُﻔ‬
ٌ ‫ﻮر َرﺣ‬ ٌ
Katakanlah, "Jika kalian benar-benar mencintai Allah, ikutilah
aku, niscaya Allah mencintai kalian dan mengampuni dosa-dosa
kalian.” Allah Maha Pengampun lagi Maha Penyayang (TQS Ali
Imran [3]: 31).

Imam Ibnu Katsir (w. 774 H) di dalam Tafsîr al-Qurân al-


Azhîm menjelaskan ayat ini dengan menyatakan, “Ayat yang
mulia ini menetapkan bahwa siapa saja yang mengklaim cinta
kepada Allah, sedangkan ia tidak berada di jalan Muhammad
saw. (tharîqah al-Muhammadiyyah), maka ia berdusta sampai
ia mengikuti syariah Muhammad saw. secara keseluruhan.”
Kecintaan kepada Rasulullah saw. tentu harus dibuktikan
secara nyata dengan menaati beliau sekaligus meneladani
tharîqah (jalan hidup) beliau. Di antara perkara yang paling
menonjol yang wajib diteladani dari tharîqah Nabi saw. adalah
kepemimpinan beliau sebagai kepala Negara Islam. Kepemim-

07
pinan inilah yang kemudian diikuti, diteladani dan dilanjutkan
oleh Khulafaur Rasyidin dalam institusi Khilafah Islam.
Di antara teladan paling menonjol dari kepemimpinan Rasu-
lullah saw. dan Khulafaur Rasyidin tentu saja adalah penera-
pan dan penegakan syariah Islam dalam seluruh aspek kehidu-
pan. Inilah yang layak dan wajib dicontoh oleh para pemimpin
Muslim saat ini.
Apalagi penerapan dan penegakan syariah Islam ini akan
menjadi kunci mendapatkan penjagaan dari Allah SWT. Rasul
saw. berpesan:

‫ﻚ‬
َ ‫ﺎﻫ‬ ِ ‫ﻚ اﺣ َﻔ ِﻆ ﱠ‬ ‫اﺣ َﻔ ِﻆ ﱠ‬
َ َ‫اﻪﻠﻟَ َﲡ ْﺪﻩُ ُﲡ‬ ْ َ ْ‫اﻪﻠﻟَ َْﳛ َﻔﻈ‬ ْ
Jagalah Allah niscaya Allah menjagamu. Jagalah Allah niscaya
engkau mendapati Allah di hadapanmu... (HR at-Tirmidzi dan
Ahmad).

Al-Hafizh Ibnu Rajab (w. 795 H) di dalam Jâmi’ al-‘Ulûm wa


al-Hikam menjelaskan: IhfazhilLâh (Jagalah Allah) maksudnya
adalah menjaga hudûd, hak-hak, perintah-perintah dan lara-
ngan-larangan-Nya. Menjaga semua itu adalah dengan mena-
ati perintah-perintah Allah, menjauhi larangan-larangan-Nya
dan tidak melanggar hudûd (batasan-batasan)-Nya.
Jika hudûd dan syariah Allah senantiasa dijaga maka segala
perkara bagi umat ini akan menjadi baik; ketenangan dan
ketenteraman hidup tercapai; kemakmuran bisa dirasakan;

08
kemuliaan didapatkan; keberkahan Allah akan dilimpahkan
dan keridhaan-Nya pasti dicurahkan.
Alhasil, agar mendapat penjagaan Allah SWT secara sem-
purna, umat Islam harus berjuang untuk mewujudkan pene-
rapan syariah secara kâffah dalam seluruh aspek kehidupan.
Penerapan syariah secara kâffah ini hanya mungkin terwujud
dalam institusi Khilafah ‘ala minhâj an-nubuwwah.
WalLâh a’lam bi ash-shawâb. []

HIKMAH:

‫ﲔ )اﻟْﻴَـ ْﻮَم( َﻋ ِﻤﻠُ ْﻮا ِﺄﺑَ ْﺣ َﻜ ِﺎم اﻟْ ِﻔ ْﻘ ِﻪ َو اﻟ ِّﺪﻳْ ِﻦ َﻛ َﻤﺎ َﻛﺎ َن‬ ِِ
َ ْ ‫ﻓَـﻠَ ْﻮ أَ ﱠن اﻟْ ُﻤ ْﺴﻠﻤ‬
ِ ‫َﺳ َﻌ َﺪ اﻟﻨ‬
!‫ﱠﺎس‬ ْ ‫أَ َﺎﺑءُ ُﻫ ْﻢ ﻟَ َﻜﺎﻧـُ ْﻮا أَْر َق اْﻷ ََﻣ ِﻢ َو أ‬
Andai kaum Muslim hari ini menerapkan hukum-hukum fiqih
dan (syariah) agama ini, sebagaimana generasi pendahulu
mereka (pada masa lalu), niscaya mereka menjadi umat yang
paling maju dan paling bahagia.
(Sayyid Muhammad bin ‘Alawi al-Maliki al-Hasani,
Syarî’atulLâh al-Khâlidah, hlm. 7). []

09

Anda mungkin juga menyukai