Anda di halaman 1dari 23

MODUL 9

A. Tujuan Pembelajaran
1. Mahasiwa mampu mempersiapkan alat dan bahan praktikum mekanika tubuh dan
ambulasi dini secara tepat
2. Mahasiswa mampu melakukan mekanika tubuh dan ambulasi dini secara tepat
B. Dasar Teori
A. Mekanika Tubuh (Body Mechanic)
1. Pengertian Mekanika Tubuh (Body Mechanic)
Mekanika tubuh/Body mechanic merupakan penggunaan tubuh yang efisien,
terkoordinir aman untuk menghasilkan pergerakan dan mempertahankan
keseimbangan selama beraktivitas (Kozier, 2010).
Body mechanic digunakan untuk menggambarkan efesiensi pergerakan tubuh
seseorang yang digunakan untuk memindahkan tubuh orang lain atau benda.
Mekanika tubuh dan ambulasi dini merupakan bagian dari kebutuhan aktivitas
manusia dan dikoordinasikan oleh sistem muskuloskeletal dan sistem saraf.

Body Mechanic meliputi 3 elemen dasar yaitu :


a. Body Aligment (Postur Tubuh)
Susunan geometric bagian-bagian tubuh dalam hubungannya dengan bagian tubuh
yang lain
b. Balance/ Keseimbangan
Keseimbangan tergantung pada interaksi antara pusat gravity, line gravity, dan
base of support
c. Coordinated Body Movement (Gerakan tubuh yang terkoordinir)
Body Mechanic berinteraksi dalam fungsi musculoskeletal dan system syaraf

2. Tujuan Mekanika Tubuh (Body Mechanic)


a. Menentukan perubahan fisiologis normal pada kesejajaran tubuh akibat
pertumbuhan dan perkembangan
b. Mengidentifikasi penyimpangan kesejajaran tubuh yang disebabkan postur
yang buruk
c. Mengidentifikasi kebutuhan belajar pasien untuk mempertahankan kesejajaran
tubuh yang benar
d. Mengidentifikasi trauma, kerusakan otot, atau disfungsi saraf
e. Mengidentifikasi faktor-faktor lain yang mempengaruhi kesejajaran yang
buruk, seperti kelelahan, malnutrisi dan masalah psikologis

3. Prinsip Mekanika Tubuh (Body Mechanic)


a. Gravitasi , merupakan prinsip yang pertama yang harus diperhatikan dalam
melakukan mekanika tubuh dengan benar, yaitu memandang gravitasi sebagai
sumbu dalam pergerakan tubuh
Terdapat tiga faktor yang perlu diperhatikan dalam gravitasi :
1. Pusat gravitasi (center of gravity), titik yang berada di pertengahan tubuh
2. Garis gravitasi (line of gravity), merupakan garis imajiner vertical melalui
pusat gravitasi
3. Dasar dari tumpuan (base of support), merupakan dasar tempat seseorang
dalam posisi istirahat untuk menopang/ menahan tubuh

Gambar 1. Prinsip mekanika tubuh


b. Keseimbangan, dalam penggunaan mekanika tubuh dicapai dengan cara
mempertahankan posisi garis gravitasi di antara pusat gravitasi dan dasar
tumpuan
c. Berat ; Dalam menggunakan mekanika tubuh, yang diperhatikan adalah berat atau
bobot benda yang akan diangkat karena berat benda tersebut akan mempengaruhi
mekanika tubuh.

4. Mekanika Tubuh yang tepat


Mekanika tubuh merupakan bagian dari kebutuhan aktivitas manusia. Sebelum
melakukan mekanika tubuh, terdapat beberapa pergerakan dasar yang harus
diperhatikan, diantaranya :
a. Gerakan (ambulating)
Gerakan yang benar dapat membantu keseimbangan tubuh. Keseimbangan
pada saat orang berdiri dan saat orang berjalan kaki berbeda. Orang berdiri
akan lebih mudah stabil dibandingkan dengan orang yang berjalan, karena
pada posisi berjalan terjadi perpindahan dasar tumpuan dari sisi sat uke sisi
yang lain dan pusat gravitasi selalu berubah pada posisi kaki. Pada saat
berjalan terdapat dua fase yaitu fase menahan berat dan fase mengayun
yang akan menghasilkan gerakan halus dan berirama.
b. Menahan (squatting)
Dalam melakukan pergantian, posisi menahan selalu berubah. Dalam
menahan sangat diperlukan dasar tumpuan yang tepat untuk mencegah
kelainan tubuh dan memudahkan gerakan yang akan dilakukan
c. Menarik (pulling)
Menarik dengan benar akan memudahkan untuk memindahkan benda.
Terdapat beberapa hal yang perlu diperhatikan untuk menarik benda,
diantaranya ketinggian, letak benda (sebaiknya berada di depan orang yang
akan menarik), posisi kaki dan tubuh dalam menarik (seperti condong ke
depan dari panggul), sodorkan telapak tangan dan lengan atas di bawah
pusat gravitasi pasien, lengan atas dan siku diletakkan pada permukaan
tempat tidur, pinggul,lutut, dan pergelangan kaki ditekuk lalu lakukan
penarikan
d. Mengangkat (lifting)
Mengangkat merupakan cara pergerakan daya tarik. Menggunakan otot-
otot besar dari tumit, paha bagian atas, kaki bagian bawah, perut dan
pinggul untuk mengurangi rasa sakit pada daerah tubuh bagian belakang.
Prinsip Lifting :
1. Buat dasar yang baik dengan menjaga kaki tidak lebih lebar dari lebar
bahu.
2. Pastikan menegakkan postur belakang (garis lurus)
3. Pastikan lutut dalam posisi menekuk
4. Perhatikan bagian tengah tubuh yang menjadi fondasi atau basis untuk
menopang dan mengurangi ketegangan kepada ekstremitas bagian bawah
dan atas
Gambar 2. Posisi Lifting

5. Manfaat Mekanika Tubuh


a. Meningkatkan efektivitas otot
b. Mengurangi keletihan
c. Menghindari cedera regangan berulang (repetitive strain injuries)
6. Faktor yang Mempengaruhi Body Mekanik dan Ambulasi
a. Status kesehatan
Perubahan status kesehatan dapat mempengaruhi sistem muskuloskeletal
dan sistem saraf berupa penurunan koordinasi. Perubahan tersebut dapat
disebabkan oleh penyakit, berkurangnya kemampuan untuk melakukan
aktivitas sehari – hari sehingga dapat mempengaruhi mekanika tubuh.
b. Nutrisi
Salah satu fungsi nutrisi bagi tubuh adalah membantu proses pertumbuhan
tulang dan perbaikan sel. Kekurangan nutrisi bagi tubuh dapat
menyebabkan kelemahan otot dan memudahkan terjadinya penyakit.
sebagai contoh tubuh yang kekurangan kalsium akan lebih mudah
mengalami fraktur.
c. Emosi
Kondisi psikologis seseorang dapat menurunkan kemampuan mekanika
tubuh dan ambulansi yang baik, misalnya seseorang yang mengalami
perasaan tidak aman, tidak bersemangat, dan harga diri rendah, akan
mudah mengalami perubahan dalam mekanika tubuh dan ambulasi.
d. Situasi dan Kebiasaan
Situasi dan kebiasaan yang dilakukan seseoarang misalnya, sering
mengankat benda-benda berat, akan menyebabkan perubahan mekanika
tubuh dan ambulasi.
e. Gaya Hidup
Perubahan pola hidup seseorang dapat menyebabkan stress dan
kemungkinan besar akan menimbulkan kecerobohan dalam beraktivitas
yang dapat menganggu koordinasi antara sistem muskulusletal dan
neurologi sehingga pada akhirnya akan mengakibatkan perubahan
mekanika tubuh.
f. Pengetahuan
Pengetahuan yang baik terhadap penggunaan mekanika tubuh akan
mendorong seseorang untuk mempergunakannya dengan benar, sehingga
mengurangi tenaga yang dikeluarkan. Sebaliknya, pengetahuan yang
kurang memadai dalam penggunaan mekanika tubuh akan menjadikan
seseorang beresiko mengalami gangguan koordinasi sistem neurologi dan
muskulusletal.
7. Akibat Body Mekanik yang Buruk
Penggunaan mekanika tubuh secara benar dapat mengurangi pengeluaran
energi secara berlebihan. Dampak yang dapat ditimbulkan dari penggunaan
mekanika tubuh yang salah adalah sbb :
a. Terjadi ketegangan sehingga memudahkan timbulnya kelelahan dan gangguan
dalam sistem muskulusletal.
b. Resiko terjadinya kecelakaan pada sistem muskulosletal. Seseorang salah
dalam berjongkok atau berdiri, maka akan memudahkan terjadinya gangguan
dalam struktur muskulusletal, misalnya kelainan pada tulang vertebrata.
8. Jenis Posisi
1. Posisi Fowler
Posisi fowler adalah posisi setengah duduk atau duduk, dimana bagian
kepala tempat tidur lebih tinggi atau dinaikkan. Posisi ini dilakukan untuk
mempertahankan kenyamanan dan memfasilitasi fungsi pernapasan
a. Tujuan
1. Mengurangi komplikasi akibat immobilisasi.
2. Meningkatkan rasa nyaman
3. Meningkatkan dorongan pada diafragma sehingga meningkatnya
ekspansi dada dan ventilasi paru
4. Mengurangi kemungkinan tekanan pada tubuh akibat posisi yang
menetap
b. Indikasi
1. Pada pasien yang mengalami gangguan pernapasan
2. Pada pasien yang mengalami imobilisasi

Gambar. Posisi Fowler

2. Posisi Semi Fowler


Posisi semi fowler adalah posisi setengah duduk 30-60 derajat dimana
bagian kepala tempat tidur lebih tinggi atau dinaikkan. Posisi ini dilakukan
untuk mempertahankan kenyamanan dan memfasilitasi fungsi pernapasan
pasien.
a. Tujuan
1. Meningkatkan rasa nyaman
2. Meningkatkan dorongan pada diafragma sehingga meningkatnya
ekspansi dada dan ventilasi paru
3. Mobilisas
i Indikasi
1. pasien yang mengalami gangguan pernapasan
2. pasien yang mengalami imobilisasi
Gambar. Posisi Semi Fowler

3. Posisi Sims
Posisi sim adalah posisi miring kekanan atau miring kekiri. Posisi ini
dilakukan untuk memberi kenyamanan dan memberikan obat per anus
(supositoria). Berat badan terletak pada tulang illium, humerus dan
klavikula.
a. Tujuan
1. Meningkatkan drainage dari mulut pasien dan mencegah aspirasi
2. Mengurangi penekanan pada tulang secrum dan trochanter mayor otot
pinggang
3. Memasukkan obat supositoria
4. Mencegah decubitus
b. Indikasi
1. Pasien dengan pemeriksaan dan pengobatan daerah perineal
2. Pasien paralisis

Gambar. Posisi Sims

4. Posisi Lateral
Posisi lateral adalah posisi miring dimana pasien bersandar ke samping
dengan sebagian besar berat tubuh berada pada pinggul dan bahu
a. Tujuan
1. Mempertahankan body aligement
2. Mengurangi komplikasi akibat immobilisasi
3. Meningkatkan rasa nyaman
4. Mengurangi kemungkinan tekanan yang menetap pada tubuh akibat
posisi yang menetap
5. Mengurangi lordosis dan meningkatkan kelurusan punggung yang
baik, baik untuk posisi tidur dan membantu menghilangkan tekanan
pada sakrum dan tumit.
b. Indikasi
1. Pasien yang ingin beristirahat
2. Pasien yang posisi fowler atau dorsal recumbent dalam posisi lama
3. Penderita yang mengalami kelemahan dan pasca operasi.

Gambar. Posisi Lateral

5. Posisi Trendelenberg

Pada posisi ini pasien berbaring di tempat tidur dengan bagian kepala lebih
rendah daripada bagian kaki. Posisi ini dilakukan untuk melancarkan
peredaran darah ke otak..
a. Indikasi
1. Pasien shock
2. Pasien hipotensi
Gambar. Posisi Trendelenberg

6. Posisi Supinasi

Posisi telentang dengan pasien menyandarkan punggungnya agar dasar


tubuh sama dengan kesejajaran berdiri yang baik.
a. Tujuan
Meningkatkan kenyamanan pasien dan memfasilitasi penyembuhan terutama
pada pasien pembedahan atau dalam proses anestesi tertentu.
b. Indikasi
1. Pasien dengan tindakan post anestesi atau penbedahan tertentu
2. Pasien dengan kondisi sangat lemah atau koma.

Gambar. Posisi Supinasi

7. Posisi pronasi
Pasien klien dalam posisi telungkup. osisi pronasi adalah posisi klien
berbaring di atas abdomen dengan kepala menoleh ke samping Posisi
pronasi bertujuan untuk memberikan ekstensi penuh pada persendian
pinggul dan lutut, mencegah fleksi kontraktur dari persendian pinggul
dan lutut dan membantu drainase dari mulut sehingga berguna bagi
klien pascaoperasi mulut atau tenggorokan.

a. Tujuan
1. Memberikan ekstensi maksimal pada sendi lutut dan pinggang

2. Mencegah fleksi dan kontraktur pada pinggang dan lutut

Gambar. Posisi Pronasi


B. Ambulasi Dini
1. Pengertian Ambulasi Dini
Ambulasi Dini adalah latihan untuk meningkatkan mobilitas pasien secara
mandiri. Bila dilakukan dengan tepat dapat membantu dalam:
a. Mempertahankan dan membangun kekuatan otot
b. Mempertahankan fungsi sendi
c. Mencegah deformitas
d. Menstimulasi sirkulasi
e. Mengembangkan ketahanan
f. Meningkatkan relaksasi

2. Alat Bantu Ambulasi


a. Tempat tidur
b. Kursi roda, kursi, commode
c. Bidai atau alat-alat suportif lain
d. Sepatu atau alas kaki yang sesuai
e. Gait belt
f. Transfer board atau patslide (jika dibutuhkan)
g. Slide sheet (jika ada)
h. Kruk, tongkat atau walker
3. Pengkajian
g. Kaji potensi ambulasi klien seperti :
Usia, diagnosa medis, status kognitif, respon terhadap perubahan sensasi,
tahanan dan kekuatan otot, status neuromuskular dan kardiovaskular,
kemampuan penglihatan, post hari ke berapa?/Jam ke berapa?
h. Kaji lingkungan sekitar untuk keamanan dan kenyamanan.
i. Kaji kemampuan klien untuk mengerti petunjuk dan mengikuti petunjuk arah.
j. Kaji status keseimbangan tubuh klien
k. Kaji apabila ada alat-alat invasif yang terpasang seperti: drain, IV line,
kateter, NGT, Oksigen, dll.
l. Kaji dan sesuaikan alat pendukung yang mungkin dibutuhkan termasuk
tempat tidur dan kursi.

4. Masalah Keperawatan
1. Gangguan mobilisasi fisik
2. Risiko jatuh
3. Risiko cedera
4. Risiko kerusakan integritas kulit

C. Tahapan Tindakan BODY MOVEMENT

No Tahapan Kegiatan Ilustrasi Gambar


FASE PRA INTERAKSI
1 Persiapan Alat:
1. Kursi roda
2. Spygmomanometer
3. Stetoscope,
4. Bantal
5. Pat Slide (jika dibutuhkan)
6. Belt (jika dibutuhkan)

FASE ORIENTASI
2 Mengucapkan salam.
Memperkenalkan diri dan
identifikasi pasien.
Mengidentifikasi pasien
menggunakan dua identitas (nama
dan tanggal lahir, nama dan nomor
rekam medis)
3 Menjelaskan tujuan pemeriksaan,
prosedur yang akan dilakukan serta
kontrak waktu
4 Mendekatkan alat-alat di dekat
pasien
5 Menanyakan keluhan pada pasien
6 Menjaga privacy klien, menutup
sampiran/menutup pintu
FASE KERJA
4 Mencuci Tangan dengan prinsip 6
langkah.

Handrub dilakukan selama 20-30


detik, sedangkan Handwash
selama 40-60 detik.

5 Mengukur TTV pasien terlebih


dahulu

6 Tinggikan bagian atas kepala


tempat tidur dan atur posisi duduk
atau sesuai yang ditoleransi klien.
Beri bantal di belakang punggung
klien jika diperlukan

7 Perhatikan dan kaji keluhan klien


apabila merasa pusing.
9 Atur posisi klien duduk di tepi
tempat tidur (sesuai sisi yang
diinginkan). Apabila tidak ada
kontraindikasi, letakkan lengan
klien melingkar di bahu perawat,
dan tangan perawat
berada di bawah aksila klien
sementara tangan yang lain berada
di area popliteal. Lalu bantu pasien
berputar hingga posisi kaki
menggantung di tepi tempat tidur.
Setelah itu, posisikan klien dengan
kaki menapak di lantai
10 Beri alas kaki yang tidak licin atau
pastikan lantai tidak licin
11 Tempatkan kursi roda sejajar
tempat tidur; pastikan kursi
roda dalam posisi terkunci
12 Berdiri tepat di depan pasien,
condongkan tubuh ke depan.
Regangkan kedua kaki perawat
sejajar bahu dengan salah satu kaki
di depan dan yang lainnya di
belakang. Fleksikan lutut
perawat, sejajarkan lutut perawat
dengan klien.
13 Rangkul aksila pasien dan
tempatkan tangan di skapula
pasien

14 Angkat pasien sampai berdiri pada


hitungan ketiga sambil meluruskan
panggul dan tungkai. Pertahankan
stabilitas tungkai yang lemah
dengan lutut.

15 Fleksikan panggul dan lutut


perawat sambil menurunkan pasien
ke kursi roda dengan posisi yang
tepat.

16 Atur posisi klien di kursi roda agar


aman dan nyaman. Turunkan
tatakan kaki dan letakkan kedua
kaki pasien di atasnya. Buka kunci
kursi roda.

FASE TERMINASI
17 Evaluasi respon pasien ;
a Menanyakan pada pasien apa
yang dirasakan setelah dilakukan
tindakan
b.Melakukan kontak dengan klien
untuk tindakan selanjutnya

18 Cuci Tangan dengan prinsip 6


langkah.Handrub dilakukan
selama 20-30 detik, sedangkan
Handwash selama 40-60 detik.
19 Dokumentasi.
Identitas pasien, jenis tindakan,
waktu (jam, hari, tanggal) hasil
pemeriksaan, respon pasien, nama
jelas dan tanda tangan perawat
yang melakukan tindakan
keperawatan.

RUBRIK PENILAIAN SKILL LAB

Nama Mahasiswa : ………………………………………….


No : ………………………………………….

SOP BODY MOVEMENT

PENILAIAN
0 1 2
No PROSEDUR/LANGKAH KEGIATAN (Tidak (Dilakukan (Dilakukan
dilakukan) tapi belum dengan baik)
sempurna)
1. Persiapan Alat :
1. Kursi roda
2. Spygmomanometer
3. Stetoscope,
4. Bantal
5. Pat Slide (jika dibutuhkan)
PENILAIAN
0 1 2
No PROSEDUR/LANGKAH KEGIATAN (Tidak (Dilakukan (Dilakukan
dilakukan) tapi belum dengan baik)
sempurna)
Belt (jika dibutuhkan)

FASE ORIENTASI
2. Mengucapkan salam.Memperkenalkan diri dan
identifikasi pasien. Mengidentifikasi pasien
menggunakan dua identitas (nama dan tanggal
lahir, nama dan nomer rekam medis)
3. Menjelaskan tujuan pemeriksaan, dan prosedur
yang akan dilakukan, kontrak waktu
4. Mendekatkan alat-alat ke dekat pasien
5 Menanyakan keluhan pada pasien
6 Menjaga privacy klien, menutup sampiran/menutup
pintu
FASE KERJA
5. Mencuci tangan dengan prinsip 6 langkah
6 Mengukur TTV pasien terlebih dahulu
7 Tinggikan bagian atas kepala tempat tidur dan atur
posisi duduk atau sesuai yang ditoleransi klien. Beri
bantal di belakang punggung klien jika diperlukan
8 Perhatikan dan kaji keluhan klien apabila merasa
pusing.

9 Atur posisi klien duduk di tepi tempat tidur (sesuai


sisi yang
diinginkan). Apabila tidak ada kontraindikasi,
letakkan lengan klien melingkar di bahu perawat,
dan tangan perawat
berada di bawah aksila klien sementara tangan yang
lain berada di area popliteal. Lalu bantu pasien
berputar hingga posisi kaki menggantung di tepi
tempat tidur. Setelah itu,
posisikan klien dengan kaki menapak di lantai
10 Beri alas kaki yang tidak licin atau pastikan lantai
tidak licin
11 Tempatkan kursi roda sejajar tempat tidur; pastikan
kursiroda dalam posisi terkunci
12 Berdiri tepat di depan pasien, condongkan tubuh ke
depan. Regangkan kedua kaki perawat sejajar bahu
dengan salah satu kaki di depan dan yang lainnya di
belakang. Fleksikan lutut
perawat, sejajarkan lutut perawat dengan klien.
13 Rangkul aksila pasien dan tempatkan tangan di
skapula pasien
14 Angkat pasien sampai berdiri pada hitungan ketiga
sambil meluruskan panggul dan tungkai.
Pertahankan stabilitas tungkai yang lemah dengan
lutut.
PENILAIAN
0 1 2
No PROSEDUR/LANGKAH KEGIATAN (Tidak (Dilakukan (Dilakukan
dilakukan) tapi belum dengan baik)
sempurna)
15 Fleksikan panggul dan lutut perawat sambil
menurunkan pasien ke kursi roda dengan posisi
yang tepat.
16 Atur posisi klien di kursi roda agar aman dan
nyaman. Turunkan tatakan kaki dan letakkan kedua
kaki pasien di atasnya.Buka kuncikursi roda.

FASE TERMINASI
17 Evaluasi respon pasien ;
a Menanyakan pada pasien apa yang dirasakan
setelah dilakukan tindakan
b.Melakukan kontak dengan klien untuk tindakan
selanjutnya
c. Membereskan alat-alat
18 Cuci Tangan dengan prinsip 6 langkah.
Handrub dilakukan selama 20-30 detik, sedangkan
Handwash selama 40-60 detik.
19 Dokumentasi.
Identitas pasien, jenis tindakan, waktu (jam, hari,
tanggal) hasil pemeriksaan, respon pasien, nama
jelas dan tanda tangan perawat yang melakukan
tindakan keperawatan.

TOTAL
Sumber : Perry, Potter & Ostendof (2014)

RUBRIK PENILAIAN SKILL LAB

Nama Mahasiswa : ………………………………………….


No : ………………………………………….

SOP PENGATURAN POSISI


PENILAIAN
0 1 2
No PROSEDUR/LANGKAH KEGIATAN (Tidak (Dilakukan (Dilakukan
dilakukan) tapi belum dengan baik)
sempurna)
FASE PRA INTERAKSI
1 Persiapan Alat :
1. Bantal
2. Trochanter roll
3. Papan penahan kaki
4. Sarung tangan (bila diperlukan)
FASE ORIENTASI
2. Mengucapkan salam. Memperkenalkan diri dan
identifikasi pasien. Mengidentifikasi pasien
menggunakan dua identitas (nama dan tanggal
lahir, nama dan nomor rekam medis)
3. Menjelaskan tujuan pemeriksaan, prosedur yang
akan dilakukan serta kontrak waktu
4 Mendekatkan alat-alat di dekat pasien
5 Menanyakan keluhan pada pasien
6 Menjaga privacy klien, menutup sampiran/menutup
pintu
FASE KERJA
7 Mencuci Tangan dengan prinsip 6 langkah.
Handrub dilakukan selama 20-30 detik, sedangkan
Handwash selama 40-60 detik.
8 Mengatur posisi tempat tidur yang memudahkan
perawat untuk bekerja
9 Menyesuaikan berat badan klien dan perawat.
Bila perlu carilah bantuan atau gunakan alat bantu
pengangkat
MEMPOSISIKAN PASIEN DI TEMPAT
TIDUR
1 Mengatur tempat tidur pada posisi dasar yaitu
posisi datar (supine). Ambil semua bantal dan
perlengkapan lain yang digunakan pada posisi
sebelumnya. Memberi bantal pada tempat tidur
klien bagian atas.
2 Memindahkan klien pada bagian atas tempat tidur,
dan bila ada gunakan draw sheet. Ajak klien untuk
bekerjasama.
3 Tekuk lutut klien dan anjurkan untuk meletakkan
tangan diatas dadanya. Letakkan satu tangan
perawat dibawah bahu klien dan tangan yang lain
dibawah paha klien

4 Angkat dan tarik klien sesuai yang diinginkan,


anjurkan klien untuk mendorong kakinya

PEMBERIAN POSISI SEMI FOWLER ATAU


FOWLER
PENILAIAN
0 1 2
No PROSEDUR/LANGKAH KEGIATAN (Tidak (Dilakukan (Dilakukan
dilakukan) tapi belum dengan baik)
sempurna)
1 Naikkan posisi kepala30⁰-45⁰ untuk posisi
semi fowler atau 90⁰ untuk posisi fowler (bagi
klien hemiplegia, atur klien setegak mungkin).
Instruksikan klien untuk menekuk lutut sedikit
sebelum menaikkan bagian kepala tempat tidur
2 Letakkan bantal dibawah kepala, leher dan bahu
(bagi klien hemiplegia, atur dagu agak keatas).
3 Letakkan bantal kecil atau gulungan handuk
didaerah lekuk pinggang, jika terdapat celah kecil
didaerah tersebut.
4 Letakkan bantal untuk mendukung lengan dan
tangan, jika klien tidak dapat menggerakkan tangan
seperti paralisis pada ekstremitas atas atau tidak
sadar
5 Berikan hand roll jika klien mempunyai
kecenderungan deformitas pada jari dan telapak
tangan dan trochanter roll disisi luar paha
6 Letakkan bantal kecil dibawah kaki, mulai dari
bawah lutut sampai ke tumit
7 Letakkan foot board/papan kaki pada telapak kaki
klien
PEMBERIAN POSISI SIMS
1 Pindahkan klien ke posisi tempat tidur berlawanan
dengan posisi yang diinginkan.
2 Rapatkan kedua kali klien dan tekuk salah satu lutut
3 Miringkan klien sampai posisi agak tengkurap
4 Letakkan bantal kecil di bawah kepala
5 Tempatkan satu tangan di belakang punggung dan
tangan yang lainnya diatas tempat tidur
6 Atur bahu atas sedikit abduksi dan siku fleksi
7 Letakkan bantal di ruang antara dada, abdomen,
serta lengan atas dan tempat tidur
8 Letakkan bantal diantara abdomen, pelvis, paha atas
dan tempat tidur
9 Pastikan bahwa bahu dan pinggul berada pada
bidang yang sama
10 Letakkan gulungan handuk atau bantal pasir di
telapak kaki
PEMBERIAN POSISI LATERAL
1 Bantu klien ke posisi miring. Tempatkan diri anda
dan klien secara tepat sebelum bergerak
2 Pindahkan klien ke sisi tempat tidur berlawanan
dengan arah yang di inginkan
3 Letakkan tangan klien yang jauh dengan perawat ke
dada dan tangan yang dekat dari perawat sedikit ke
depan badan klien
4 Letakkan kaki klien yang terjauh dengan perawat
disilangkan di atas kaki yang terdekat
PENILAIAN
0 1 2
No PROSEDUR/LANGKAH KEGIATAN (Tidak (Dilakukan (Dilakukan
dilakukan) tapi belum dengan baik)
sempurna)
5 Tempatkan diri perawat sedekat mungkin dengan
klien
6 Tempatkan tangan perawat di bokong dan bahu
klien
7 Tarik badan klien sehingga menjadi posisi miring
8 Letakkan gulungan handuk dibawah kepala dan
leher
9 Atur posisi bahu bawah sedikit fleksi dan agak
condong ke depan
10 Letakkan bantal di bawah tangan
11 Letakkan bantal keras pada punggung klien untuk
menstabilitaskan posisi
12 Letakkan dua atau lebih bantal di antara kedua kaki
klien dengan posisi kaki sebelah atas semi fleksi
PEMBERIAN POSISI PRONE
1 Bantu klien pada posisi telungkup
2 Hadapkan kepala klien ke satu sisi, letakkan bantal
kecil di bawah kepala tetapi tidak sampai bahu
3 Letakkan bantal kecil di bawah perut mulai dari
diafragma sampai Crista Iliaca
4 Letakkan bantal di bawah kaki mulai dari lutut
hingga tumit
FASE TERMINASI
1 Evaluasi respon pasien ;
a Menanyakan pada pasien apa yang dirasakan
setelah dilakukan tindakan
b.Melakukan kontak dengan klien untuk tindakan
selanjutnya
c. Membereskan alat-alat
2 Cuci Tangan dengan prinsip 6 langkah.
Handrub dilakukan selama 20-30 detik, sedangkan
Handwash selama 40-60 detik.
3 Dokumentasi.
Identitas pasien, jenis tindakan, waktu (jam, hari,
tanggal) hasil pemeriksaan, respon pasien, nama
jelas dan tanda tangan perawat yang melakukan
tindakan keperawatan.
Sumber : Perry, Potter & Ostendof (2004)
RUBRIK PENILAIAN SKILL LAB

Nama Mahasiswa : ………………………………………….


NRP : ………………………………………….

SOP AMBULASI DINI DENGAN ALAT BANTU

PENILAIAN
0 1 2
No PROSEDUR/LANGKAH KEGIATAN (Tidak (Dilakukan (Dilakukan
dilakukan) tapi belum dengan baik)
sempurna)
1. Persiapan Alat :
1. Sarung tangan
2. Ikat pinggang pengaman
3. Alat bantu jalan seperti kruk, walker, atau
tongkat
4. Meteran
5. Alas kaki sesuai indikasi.

FASE ORIENTASI
2 Mengucapkan salam. Memperkenalkan diri dan
identifikasi pasien. Mengidentifikasi pasien
menggunakan dua identitas (nama dan tanggal
lahir, nama dan nomor rekam medis)
3 Menjelaskan tujuan pemeriksaan, prosedur yang
akan dilakukan serta kontrak waktu
4 Mendekatkan alat-alat di dekat pasien
5 Menanyakan keluhan pada pasien
6 Menjaga privacy klien, menutup sampiran/menutup
pintu

FASE KERJA
7 Mencuci Tangan dengan prinsip 6 langkah.
Handrub dilakukan selama 20-30 detik, sedangkan
Handwash selama 40-60 detik.
8 Memakai sarung tangan sesuai kebutuhan
9 Kaji motivasi dan kondisi psikologis klien berjalan
untuk menentukan kemampuan klien terlibat dalam
aktivitas (Depresi, takut, kelelahan, dll)
10 Mengkaji kekuatan otot, ROM, ketajaman
penglihatan, keseimbangan dan hambatan atau
kesulitan yang mungkin dialami klien saat berjalan
menggunakan kruk/tongkat/walker
MOBILISASI DENGAN ALAT BANTU KRUK
1 Mencocokkan jenis kruk yang sesuai. Apabila
pasien dari posisi supine, mengukur dari tumit
hingga ke aksila. Dan apabila posisi pasien berdiri,
ukur posisi kruk menggunakan meteran dengan
jarak 4 - 5 inches (10 - 13 cm) lateral dan 4 - 5
inches di depan kaki klien. Bantalan kruk harus
PENILAIAN
0 1 2
No PROSEDUR/LANGKAH KEGIATAN (Tidak (Dilakukan (Dilakukan
dilakukan) tapi belum dengan baik)
sempurna)
berada pada jarak 1.5 - 2 inches di bawah aksila (3 -
4 jari).

2 Genggaman tangan harus disesuaikan untuk


memungkinkan jarak siku klien tidak lebih dari 30°
fleksi
3 Menyesuaikan tinggi tempat tidur dengan posisi
kaki klien
4 Membantu klien duduk di sisi tempat tidur
kemudian istirahat selama beberapa menit.
Mengkaji klien apakah klien pusing atau mual
muntah
5 Instruksikan pada klien metode untuk memegang
kruk dan jelaskan bahwa posisi kruk lateral dan di
depan bergantian kiri kanan untuk mempermudah
berjalan. Perawat dapat memonstrasikan posisi
yang benar
6 Memasang belt pengaman di pinggang klien bila
perlu untuk keseimbangan dan stabilitas
7 Membantu klien dalam posisi berdiri dengan kruk.
Perawat tetap berada di sisi klien sebagai support
saat dibutuhkan.
8 Mendorong klien untuk berjalan sesuai kemampuan
9 Saat berjalan, pastikan posisi kruk dalam jarak 4.5 -
6 inches (12 – 15 cm) di masing - masing bagian
sisi kaki depan dan belakang. Gerakkan kruk yang
ada di sisi kanan bersamaan dengan kaki kiri
melangkah, dan seterusnya.
10 Setelah selesai, bantu klien kembali ke posisi
nyaman
MOBILISASI DENGAN ALAT BANTU
WALKER
1 Membantu klien berdiri di pusat alat bantu walker
sambil memegang pegangan tangan pada walker
2 Sesuaikan tinggi walker sehingga penyangga
tangan berada dibawah pinggang klien dan siku
klien agak fleksi.
3 Menggunakan kaki terkuat sebagai tumpuan
4 Ayunkan walker kedepan sejauh 15 – 20 cm,
kemudian meletakkannya dengan memastikan
bahwa keempat kaki walker menapak di lantai.
5 Mendorong klien untuk melangkah ke depan
dengan salah satu kaki dan diikuti dengan kaki yang
lain. Lakukan berulang secara bertahap
6 Jika ada kelemahan unilateral, instruksikan klien
untuk melangkah ke depan dengan kaki yang lemah
sementara berat badan bertumpu pada kedua
lengan, kemudian diikuti oleh kaki yang kuat.
PENILAIAN
0 1 2
No PROSEDUR/LANGKAH KEGIATAN (Tidak (Dilakukan (Dilakukan
dilakukan) tapi belum dengan baik)
sempurna)
7 Jika klien tidak dapat menahan berat badan dengan
satu kaki maka setelah menggerakkan walker ke
depan klien mengayunkan kakinya dengan berat
badan bertumpu pada tangan.

MOBILISASI DENGAN ALAT BANTU


TONGKAT
1 Tongkat ditempatkan pada sisi kaki/tubuh pasien
yang terkuat
2 Tempatkan tongkat di depan sekitar 15-25 cm,
menjaga berat badan pada kedua kaki klien
3 Minta klien untuk berdiri tegak, memandang lurus
ke depan, dan bergerak ke depan menggunakan
tongkat
4 Kaki yang terlemah bergerak maju dengan tongkat
sehingga berat badan dibagi antara tongkat dan kaki
yang terkuat
5 Kaki yang terkuat maju setelah tongkat, sehingga
kaki terlemah dan berat badan disokong oleh
tongkat dan kaki terlemah
FASE TERMINASI
1 Evaluasi respon pasien ;
a Menanyakan pada pasien apa yang dirasakan
setelah dilakukan tindakan
b.Melakukan kontak dengan klien untuk tindakan
selanjutnya
c. Membereskan alat-alat
2 Cuci Tangan dengan prinsip 6 langkah.
Handrub dilakukan selama 20-30 detik, sedangkan
Handwash selama 40-60 detik.
3 Dokumentasi.
Identitas pasien, jenis tindakan, waktu (jam, hari,
tanggal) hasil pemeriksaan, respon pasien, nama
jelas dan tanda tangan perawat yang melakukan
tindakan keperawatan.
Sumber : Perry, Potter & Ostendof (2014)

Anda mungkin juga menyukai