DISUSUN OLEH
KELOMPOK I
FAKULTAS KEPERAWATAN
2020
BODY MEKANIK DAN MOBILISASI
Berat
Dalam menggunakan mekanika tubuh yang sangat dipehatikan adalah berat atau bobot
benda yang akan diangkat karena berat benda akan mempengaruhi mekanika tubuh.
F. Latihan Mobilisasi
Pemulihan motorik ialah kembalinya fungsi motorik yang disebabkan oleh pemulihan
sistem saraf pada daerah otak yang terkena.Pemulihan motorik sangat bervariasi, banyak
diantara mereka yang mengalami pemulihan lengkap (recovery completely) namun tidak
sedikit pula yang harus berlatih keras guna memperoleh kembali kemampuan fungsionalnya
atau bahkan banyak diantaranya harus menjalani kehidupannya dengan beberapa disabilitas.
(1) resolusi dari faktor – faktor lokal yang merusak dan ini biasanya merupakan pemulihan
spontan yang umumnya berlangsung antara 3 sampai dengan 6 bulan. Bahkan proses ini bisa
hanya dalam beberapa hari sampai beberapa minggu, proses ini meliputi pengurangan oedem
lokal, perbaikan sirkulasi darah lokal dan penyerapan jaringan yang rusak
(2) Neuroplastisitas yang terjadi pada stadium lanjut, penderita stroke mempunyai hubungan
bermakna terhadap reorganisasi yang disebut “Neural Plasticity” dalam proses perbaikan
sistem sarafnya. penyembuhan saraf penderita stroke harus ditangani secara menyeluruh
sejak fase awal hingga fase penyembuhan salah satu pendekatannya adalah pendekatan fisik
(physical therapy), seperti latihan mobilisasi. ( Purbo kuntono, 1997)
Maka perbaikan fungsi pada penderita post stroke dapat dilakukan melalui dua cara :
(1) Latihan gerak atau mobilisasi dini untuk mempengaruhi fasilitas dan mendidik
kembali fungsi otot terhadap sisi anggota yang lesi
(2) Latihan untuk mempengaruhi gerak kompensasi sebagai pengganti daerah yang
lesi.
Pada fase penyembuhan ini latihan sangat berpengaruh dalam derajat maupun
kecepatan perbaikan fungsi. Mobilisasi pasien stroke dapat dilakukan dengan :
(1) latihan pasif yaitu anggota gerak klien digerakkan oleh orang lain untuk
merangsang aliran darah dan merangsang kontraksi otot
A. Pengkajian
Pengkajian keperawatan pada masalah mekanika tubuh pada ambulasi, antara lain
menilai adanya kemampuan dan keterbatasan dalam bergerak dengan cara bangkit
dari posisi berbaring keposisi duduk, kemudian bangkit dari kursi keposisi berdiri,
atau perubahan posisi. Selanjutnya menilai adanya kelainan dalam mekanika tubuh
pada saat duduk, beraktivitas, atau saat pasien mengalami pergerakan serta pengkajian
terhadap status ambulasinya. Kemudian, menilai gaya berjalan untuk mengetahui ada
atau tidaknya kelainan dengan cara mengamati apakah gaya berjalan pasien (mantap
atau tegak lurus), ayunan lengan atas (pantas atau tidak), kaki ikut siap pada saat
ayunan atau tidak, langkah jatuh jauh dari garis gravitasi atau tidak, serta berjalan
apakah diawali dan diakhiri dengan mudah atau tidak.
B. Diagnosis keperawatan
Diagnosis keperawatan yang dapat terjadi pada masalah mekanika tubuh dan
ambulasi, antara lain:
1. Gangguan mobilitas fisik berhubungan dengan adanya kelemahan akibat spasme
muskuloskeletal pada ekstremitas, nyeri akibat peradangan sendi, atau
penggunaan alat bantu dalam waktu lama.
2. Resiko cedera berhubungan dengan adanya paralisis, gaya berjalan tidak stabil,
atau penggunaan tongkat yang tidak benar.
3. Kurangnya perawatan diri berhubungan dengan kelemahan fisik secara umum.
C. Perencanaan keperawatan
Tujuan:
1. Memperbaiki penggunaan mekanika tubuh pada saat melakukan aktivitas sehari-
hari.
2. Memulihkan dan memperbaiki ambulasi.
3. Mencegah terjadinya akibat jatuh.
D. Pelaksanaan (tindakan keperawatan)
1. Latihan ambulasi
a. Duduk diatas tempat tidur
Cara:
1. Jelaskan prosedur yang akan dilakukan.
2. Anjurkan pasien untuk meletakkan tangan disamping badannya dengan
telapak tangan menghadap kebawah.
3. Beridirilah disamping tempat tidur, kemudian letakkan tangan pada
bahu pasien.
4. Bantu pasien untuk duduk dan beri penopang atau bantal.
b. Turun dan berdiri
Cara:
1. Jelaskan prosedur yang akan dilakukan.
2. Atur kursi roda dalam posisi terkunci.
3. Berdirilah menghadap pasien dengan kedua kaki merenggang.
4. Fleksikan lutut dan pinggang anda.
5. Anjurkan pasien untuk meletakkan kedua tangannya dibahu anda dan
letakkan kedua tangan anda disamping kanan dan kiri pinggang pasien.
6. Ketika pasien melangkah ke lantai, tahan lutut anda pada lutut pasien.
7. Bantu berdiri tegak dan jalan sampai ke kursi.
8. Bantu pasien duduk dikursi dan atur posisi agar nyaman.
c. Membantu berjalan
Cara:
1. Jelaskan prosedur yang akan dilakukan
2. Anjurkan pasien untuk meletakkan tangan disamping badan atau
memegang telapak tangan anda.
3. Berdiri disamping pasien dan pegang telapak dan lengan bahu pasien.
4. Bantu pasien berjalan.
2. Membantu ambulasi dengan memindahkan pasien
Merupakan tindakan keperawatan dengan cara memindahkan pasien yang tidak
dapat atau tidak boleh berjalan sendiri dari tempat tidur ke branchard.
Cara:
a. Jelaskan prosedur yang akan dilakukan.
b. Atur branchard dalam posisi terkunci.
c. Bantu pasien dengan 2-3 perawat.
d. Berdiri menghadap pasien.
e. Silangkan tangan didepan dada
f. Tekuk lutut anda, kemudian masukkan tangan kebawah tubuh pasien
g. Perawat pertama meletakkan tangan dibawah leher atau bahu dan bawah
pinggang, perawat kedua meletakkan tangan dibawah pinggang dan
panggul pasien, sedangkan perawat ketiga meletakkan tangan dibawah
pinggul dan kaki.
h. Angkat bersama-sama dan pindahkan ke branchard.
i. Atur posisi pasien dibranchard
(Hidayat, AAA dan Uliyah, M. 2005)
E. Evaluasi
Evaluasi yang diharapkan dari hasil tindakan keperawatan untuk mengatasi masalah
mekanika tubuh dan ambulasi tubuh adalah untuk menilai kemampuan pasien dalam
penggunaan mekanika tubuh dengan baik, penggunaan alat bantu gerak, cara
menggapai benda, naik atau turun, dan berjalan.
A. BODY ALIGNMENT
1. Pengertian body alligment
Body Alligment adalah susunan geometris dari bagian-bagian tubuh antara satu
dengan yang lainnya. Body Alligment yang baik akan membantu berfungsinya organ
tubuh yang maksimal dan dapat tersupport dengan baik, sebaliknya body alligment
yang buruk akan menjauhkan sesorang dari penampilan yang menarik dan
berpengaruh terhadap status kesehatan seseorang.
2. Gravity
Keseimbangan adalah suatu equilibrium yang dipertahankan oleh adanya kekuatan
yang saling berlawaan dan merupakan prinsip utama yang harus diperhatikan dalam
melakukan mekanika tubuh dengan benar yaitu memandang gravitasi sebagai sumber
dari pergerakan tubuh. Seseorang dapat mempertahankan keseimbangan selama garis
gravitasi (garis hayal garis hayal vertical yang melalui pusat gravitasi) melalui pusat
gravitasi (titik pusat dari seluruh masa tubuh dan landasan tempat berpijaknya suatu
objek).
3. Postural reflekxes dan opposing muscle group
Merupakan otot postural (ekstensor) yang terus menerus menahan seseorang pada
posisi tegak gravitasi tumit.
5. Struktur abnormal yang mempengaruhi posisi dan Konsekuensi posisi tubuh yang
kurang baik
a. Tortikolis
Kepala miring pada satu sisi dimana adanya kontraktur pada otot sternokle doman
stoid / pada leher.
b. Lordosis
Kurva spinal lumbal yang terlalu cembung kedepan atau anterior.
c. Kifosis
Peningkatan kurva spinal torakal/ cekung.
d. Kipo lordosis
Kombinasi antara lordosis dan kifosis
e. Skoliosis
Kurva spinal yang miring kesamping , tidak sama tinggi pinggul dan bahu.
f. Kipo skoliosis
Tidak normanya kurva spinal antero posterior dan lateral.
g. Footdrop
Pelantar fleksi ketidakmampuan menekuk kaki karena kerusakan syaraf proeal.
6. Asuhan keperawatan gangguan body alligment
A. Pengkajian keperawatan
Untuk melakukan pengkajian Body Alignment lakukan inspeksi pada pasien saat
berdiri, duduk maupun berbaring. Beberapa hal yang harus diperhatikan dalam
mengkaji antara lain:
1. Posisi berdiri
Lakukan inspeksi melalui sudut pandang secara : anterior, lateral, dan
posterior. Pasien dalam posisi berdiri dengan kepala tegak dan mata lurus
kedepan serta bahu dan pinggul harus lurus dan sejajar, apabila posisi tidak
sesuai dengan posisi berdiri yang benar maka dapat didentifikasikan bahwa
ada gangguan pada otot dan tulang pasien.
2. Posisi Duduk
Pada saat keadaan ini normalnya kepala dan dada akan memiliki keadaan yang
sama pada saat posisi berdiri yaitu kepala pasien harus tegak lurus dengan
leher dan vetebra kolumna telapak kaki lurus berpijak pada lantai. Pasien yang
dalam keadaan abnormal akan mengalami kelemahan otot atau pralis otot serta
adanya sensasi (kerusakan syaraf).
3. Posisi Berbaring
Letakkan pasien pada posisi lateral semua bantal dan penyokong posisi
dipindahkan dari tempat tidur, kemudian tubuh ditopang dengan kasur yang
cukup dan vertebra harus lurus dengan alas. Apabila dijumpai kelainan pada
pasien, maka terdpat penurunan sensasi atau gangguan sirkulasi serta adanya
kelemahan.
4. Cara Berjalan
Dikaji untuk mngetahui mobilitas dan kemungkinan resiko cedera akibat dari
terjatuh, pasien diminta berjalan sepanjang 10 langkah kemudian perawat
memperhatikan hal-hal berikut ini :
1. Kepala tegak, pandangn lurus kedepan, punggung tegak.
2. Tumit menyentuh tanah terlebih dahulu sebelum jari-jari kaki.
3. Langkah lembut, terkoordinasi dan ritmik.
4. Mudah untuk memulai dan mengakhiri berjalan.
5. Jumlah langah per menit (pace) 70-100 kali per menit, kecuali pada orang
tua mungkin 40 kali per menit.
7. Diagnosa Keperawatan
a. Nyeri berhubungan dengan posisi duduk, berdiri dan berbaring yang salah akibat
pemakaian gips pada daerah ekstremitas.
b. Gangguan mobilitas berhubungan dengan dropfoot lutut akibat kontraktur.
c. Resiko cedera berhubungan dengan ganguan keseimbangan yang disertai
elemahan otot.
8. Perencanaan dan Pelaksanaan Keperawatan
a. Pertahankan posisi tubuh yang tepat dengan pengaturan posisi yang tepat.
b. Perbaiki postur tubuh pada tingkat optimal dengan melatih berdiri, duduk dan
berbaring secara optimal.
c. Kurangi cedera akibat posisi tubuh yang tidak tepat dengan membantu pasien
melakukan aktivitas sehari-hari.
d. Kurangi beban otot dengan cara meletakkan alat dekat dengan pasien dan bantu
pasien pada saat melakukan kegiatan yang bersifat berat.
e. Cegah komplikasi akibat postur tubuh yang tidak tepat.
9. Evaluasi
Evaluasi yang diharapkan dari hasil tindakan keperawataan untuk mengatasi
gangguan postur tubuh adalah tidak terjadi perubahan atau kesalahan dalam postur
tubuh dan pasien mampu melaksanakan aktivitas dengan mudah serta tidak merasakan
kelemahan.
DAFTAR PUSTAKA
Hidayat, Aziz alimul.2008. Pengantar Kebutuhan Dasar Manusia Aplikasi konsep dan
Proses Keperawatan..Jakarta:Salemba Medika.
https://www.academia.edu/15921474/body_mekanik
di akses pada tanggal 07 september 2020 pukul 21.10 WITA