Anda di halaman 1dari 20

MAKALAH

(KONSEP BODY MOVEMENT/ BODY MECHANIC)

DISUSUN OLEH

KELOMPOK I

Damiana Serin (16061019)

Franny Lamere (16061011)

Christy Madilah (16061002)

Titanio Kalangi (16061036)

Callista Tapan (16061040)

FAKULTAS KEPERAWATAN

PROGRAM STUDI ILMU KEPERAWATAN

UNIVERSITAS KATOLIK DE LA SALLE MANADO

2020
BODY MEKANIK DAN MOBILISASI

A. Pengertian Body Mekanik


Body mekanik merupakan penggunaan tubuh yang efisien, terkoordinir dan aman
untuk menghasilkan pergerakan dan mempertahankan keseimbangan selama aktivitas. Istilah
body mekanik pada umumnya digunakan untuk menggambarkan efesiensi pergerakan tubuh
seseorng yang digunakan untuk memindahkan tubuh orang lain atau benda. Mekanika tubuh
dan ambulasi merupakan bagian dari kebutuhan aktivitas manusia.
Body Mekanik meliputi 3 elemen dasar yaitu :
         Body Aligement (Postur Tubuh)
Susunan geometrik bagian-bagian tubuh dalam hubungannya dengan bagian tubuh yang
lain.
         Balance / Keseimbangan
Keseimbangan tergantung pada interaksi antara pusat gravity, line gravity dan base of
support.
         Koordinated Body Movement (Gerakan tubuh yang terkoordinir)
Dimana body mekanik berinteraksi dalam fungsi muskuloskeletal dan sistem syaraf.
Tujuan Mobilisasi
• Memenuhi kebutuhan dasar manusia
• Mencegah terjadinya trauma
• Mempertahankan tingkat kesehatan
• Mempertahankan interaksi sosial dan peran sehari - hari
• Mencegah hilangnya kemampuan fungsi tubuh
 
B. Prinsip-prinsip Body Mekanik
Mekanika tubuh penting bagi perawat dan klien. Hal ini mempengaruhi tingkat
kesehatan mereka. Mekanika tubuh yang benar diperlukan untuk mendukung kesehatan dan
mencegah kecacatan yang terjadi pada pasien atau penderita. Perawat menggunakan berbagai
kelompok otot untuk setiap aktivitas keperawatan, seperti berjalan selama ronde keperawatan,
memberikan obat, mengangkat dan memindahkan klien, dan menggerakan objek. Gaya fisik
dari berat dan friksi dapat mempengaruhi pergerakan tubuh. Jika digunakan dengan benar,
kekuatan ini dapat meningkatkan efisiensi perawat. Penggunaan yang tidak benar dapat
mengganggu kemampuan perawat unuk mengangkat, memindahkan, dan mengubah posisi
klien. Perawat juga mengganbungkan pengetahuan tentang pengaruh fisiologis dan patologis
pada mobilisasi dan kesejajaran tubuh.
Prinsip yang digunakan dalam mekanik tubuh adalah sebagai berikut :
        Gravitasi
Merupakan prinsip pertama yang harus diperhatikan dalam melakukann mekanika tubuh
dengan benar, yaitu memandang gravitasi sebagai sumbu dalam pergerakan tubuh.
Terdapat tiga faktor yang perlu diperhatikan dalam gravitasi:
        Pusat gravitasi ( center of gravitasi ), titik yang berada dipertengahan tubuh
        Garis gravitasi ( Line Of gravitasi ), merupakan garis imaginer vertikal melalui pusat
gravitasi.
        Dasar tumpuan ( base of suport ), merupakan dasar tempat seseorang dalam keadaan
istirahat untuk menopang atau menahan tubuh
        Keseimbangan

Keseimbangan dalam penggunaan mekanika tubuh dicapai dengan cara mempertahankan


posisi garis gravitasi diantara pusat gravitasi dan dasar tumpuan.

        Berat
Dalam menggunakan mekanika tubuh yang sangat dipehatikan adalah berat atau bobot
benda yang akan diangkat karena berat benda akan mempengaruhi mekanika tubuh.

Pergerakan Dasar Dalam Mekanika Tubuh.


Mekanika tubuh dan ambulasi merupakan bagian dari kebutuhan aktivitas manusia.
Sebelum melakukan mekanika tubuh, terdapat beberapa pergerakan dasar yang harus
diperhatikan, di antaranya :
        Gerakan ( ambulating ).Gerakan yang benar dapat membantu keseimbangan tubuh.
Sebagai contoh, keseimbangan pada saat orang berdiri dan saat orang berjalan kaki
berbeda.  Orang berdiri akan lebih mudah stabil dibanding dengan orang yang berjalan,
karena pada posisi berjalan terjadi perpindahan dasar tumpuan dari sisi satu ke sisi yang
lain dan pusat gravitasi selalu berubah pada posisi kaki. Pada saat berjalan terdapat dua
fase yaitu fase menahan berat dan fase mengayun, yang akan menghasilkan gerakan halus
dan berirama.
        Menahan ( squating ).Dalam melakukan pergantian, posisi menahan selalu berubah.
Sebagai contoh, posisi orang yang duduk akan berbeda dengan orang yang jongkok dan
tentunya juga berbeda dengan posisi membungkuk. Gravitasi adalah hal yang perlu
diperhatikan untuk memberikan posisi yang tepat dalam menahan. Dalam menahan
sangat diperlukan dasar tumpuan yang tepat untuk mencegah kelainan tubuh dan
memudahkan gerakan yang akan dilakukan.
        Menarik ( pulling ) Menarik dengan benar akan memudahkan untuk memindahkan
benda. Terdapat beberapa hal yang perlu diperhatikan untuk menarik benda, di antaranya
ketinggian, letak benda ( sebaiknya berada di depan orang yang akan menarik ), posisi
kaki dan tubuh dalam menarik ( seperti condong kedepan dari panggul ), sodorkan telapak
tangan dan lengan atas di bawah pusat gravitasi pasien, lengan atas dan siku diletakkan
pada permukaan tempat tidur, pinggul, lutut dan pergelangan kaki ditekuk lalu lakukan
penarikan.
        Mengangkat ( lifting ).Mengangkat merupakan cara pergerakan daya tarik. Gunakan
otot – otot besar dari tumit, paha bagian atas, kaki bagian bawah, perut dan pinggul untuk
mengurangi rasa sakit pada daerah tubuh bagian belakang.
        Memutar ( pivoting ).Memutar merupakan gerakan untuk memutar anggota tubuh dan
bertumpu pada tulang belakang. Gerakan memutar yang baik memperhatikan ketiga unsur
gravitasi dalam pergerakan agar tidak memberi pengaruh buruk pada postur tubuh

C. Faktor Yang Mempengaruhi Body Mekanik Dan Ambulasi


a.      Status kesehatan.
Perubahan status kesehatan dapat mempengaruhi sistem muskuloskeletal dan sistem saraf
berupa penurunan koordinasi. Perubahan tersebut dapat disebabkan oleh penyakit,
berkurangnya kemampuan untuk melakukan aktivitas sehari – hari dan lain – lainnya.
b.      Nutrisi.
Salah satu fungsi nutrisi bagi tubuh adalah membantu proses pertumbuhan tulang dan
perbaikan sel. Kekurangan nutrisi bagi tubuh dapat menyebabkan kelemahan otot dan
memudahkan terjadinya penyakit. sebagai contoh tubuh yang kekurangan kalsium akan
lebih mudah mengalami fraktur.
c.       Emosi.
Kondisi psikologis seseorang dapat menurunkan kemampuan mekanika tubuh dan
ambulansi yang baik, seseorang yang mengalami perasaan tidak aman, tidak bersemangat,
dan harga diri rendah. Akan mudah mengalami perubahan dalam mekanika tubuh dan
ambulasi.
d.      Situasi dan Kebiasaan.
Situasi dan kebiasaan yang dilakukan seseoarang misalnya, sering mengankat benda-
benda berat, akan menyebabkan perubahan mekanika tubuh dan ambulasi.
e.       Gaya Hidup.
Gaya hidup, perubahan pola hidup seseorang dapat menyebabkan stress dan kemungkinan
besar akan menimbulkan kecerobohan dalam beraktivitas, sehingga dapat menganggu
koordinasi antara sistem muskulusletal dan neurologi, yang akhirnya akan mengakibatkan
perubahan mekanika tubuh.
f.       Pengetahuan.
Pengetahuan yang baik terhadap penggunaan mekanika tubuh akan mendorong seseorang
untuk mempergunakannya dengan benar, sehingga mengurangi tenaga yang dikeluarkan.
Sebaliknya, pengetahuan yang kurang memadai dalam penggunaan mekanika tubuh akan
menjadikan seseorang beresiko mengalami gangguan koordinasi sistem neurologi dan
muskulusletal.

D. Akibat Body Mekanik Yang Buruk


Penggunaan mekanika tubuh secara benar dapat mengurangi pengeluaran energi
secara berlebihan. Dampak yang dapat ditimbulkan dari penggunaan mekanika tubuh yang
salah adalah sbb :
1.     Terjadi ketegangan sehingga memudahkan timbulnya kelelahan dan gangguan dalam
sistem muskulusletal.
2.     Resiko terjadinya kecelakaan pada sistem muskulusletal. Seseorang  salah dalam
berjongkok atau berdiri, maka akan memudahkan terjadinya gangguan dalam struktur
muskulusletal,  misalnya kelainan pada tulang vertebrata.

E. Pengaturan Posisi Berbaring Pasien.

Pengaturan posisi dalam mengatasi masalah kebutuhan mobilitas (pengankutan


Penderita) disesuaikan dengan tingkat gangguan seperti :
a. Posisi Fowler
Adalah posisi setengah duduk atau duduk dimana bagian kepala tempat tidur lebih tinggi
atau dinaikkan. Posisi ini dilakukan untuk mempertahankan kenyamanan dan
memfasilitasi fungsi pernafasan pasien. Cara :
         Jelaskan prosedur yang akan dilakukan
         Dudukkan pasien
         Berikan sandaran atau bantal pada tempat tidur pasien atau atur tempat tidur, untuk
posisi semi fowler (30-45’) dan untuk fowler (90’)
         Anjurkan pasien untuk tetap berbaring setengah duduk
b. Posisi Sim
Adalah posisi miring ke kanan atau miring ke kiri. Posisis ini dilakukan untuk memberi
kenyamanan dan memberi obat per anus ( supositoria). Cara :
        Jelaskan prosedur yang akan dilakukan
       Pasien dalam keadaaan berbaring, kemudian miringkan ke kiri dengan posisi badan
setengah telungkup dan kaki kiri lurus lutut. Paha kanan ditekuk diarahkan ke dada.
       Tangan kiri diatas kepala atau dibelakang punggung dan tangan kanan di atas tempat
tidur.
       Bila pasien miring ke kanan dengan posisi badan setengah telungkup dan kaki kanan
lurus, lutut dan paha kiri ditekuk diarahakan ke dada.
       Tangan kanan diatas kepala atau dibelakang punggung dan tangan kiri di atas tempat
tidur.
c. Posisi Trabdenburg
Pada posisi ini pasien berbaring ditempat tidur dengan bagian kepala lebiih rendah dari
bagian kaki. Posisi ini digunakan untuk melancarkan peredarahan darah ke otak. Cara :
        Jelaskan prosedur yang akan dilakukan
        Pasien dalam keadaaan berbaring telentang, letakkan bantal diantara kepala dan ujung
tempat tidur pasien, dan berikan bantal dibawah lipatan lutut.
        Berikan balok penonpang pada bagia kaki tempat tidur atau atur tempat tidur khusus
dengan meninggikan bagian kaki.
d. Posisi dorsal recumbent
Pada posisi ini pasien berbaring telentan gdengan kedua lutut fleksi (ditarik atau
direnggangkan) diatas tempat tidur. Posisi ini dilakukan untuk merawat dan memeriksa
genitalia serta pada proses persalinan. Cara :
         Jelaskan prosedur yang akan dilakukan
         Pasien dalam keadaan berbaring telentang, pakaian bawah dibuka
        Tekuk lutut, renggangkan paha, telapak kaki menghadap ke tempat tidur, dan
renggangkan kedua kaki
         Pasang selimut
e. Posisi litotomi
Pada posisi ini pasien berbaring telentang dengan mengangkat kedua kaki dan
menariknya ke atas bagian perut. Posisi ini dilakukakn untuk memeriksa genitalia pada
proses persalinan, dan pemasangan alat kontrasepsi. Cara :
        Jelaskan prosedur yang akan dilakukan
        Pasien dalam keadaaan berbaring telentang, kemudian angkat kedua pahanya dan tarik
ke arah perut
        Tungkai bawah membentuk sudut 90 derajat terhadap paha
        Letakkan bagian lutut atau kaki pada tempat tidur khusus untuk posisi litotomi
        Pasang selimut
f. Posisi Genu Pektoral
Posisi ini pasien menungging dengan kedua kaki ditekuk dan dada menempel pada bagian
alas tempat tidur. Posisi ini dilakukan untuk memeriksa daerah rektum dan sigmoid.
Cara :
        Jelaskan prosedur yang akan dilakukan
        Anjurkan pasien untuk posisi menungging dengan kedua kaki ditekuk dan dada
menempel pada kasur tempat tidur
        Pasang selimut pada pasien.
g. Posisi terlentang (supinasi)
Posisi terlentang adalah posisi dimana klien berbaring terlentang dengan kepala dan bahu
sedikit elevasi menggunakan bantal.
Tujuan :
a.   Untuk klien post operasi dengan menggunakan anastesi spinal.
b.   Untuk mengatasi masalah yang timbul akibat pemberian posisi pronasi yang tidak tepat.
Peralatan :
a.    Tempat tidur
b.    Bantal angin
c.    Gulungan handuk
d.    Footboard
e.    Sarung tangan (bila diperlukan)
Prosedur kerja
1.    Cuci tangan dengan menggunakan sarung tangan bila diperlukan. Menurunkan  transmisi
mikroorganisme.
2.    Baringkan klien terlentang mendatar ditengah tempat tidur. Menyiapkan  klien untuk
posisi yang tepat.
3.    Letakkan bantal dibawah kepala, leher dan bahu klien. Mempertahankan body alignment
yang benar dan mencegah kontraktur fleksi pada vertebra cervical.
4.    Letakkan bantal kecil dibawah punggung pada kurva lumbal, jika ada celah disana.
Bantal akan menyangga kurva lumbal dan mencegah terjadinya fleksi lumbal.
5.    Letakkan bantal dibawah kaki mulai dari lutut sampai tumit. Memberikan landasan  yang
lebar, lembut dan fleksibel, mencegah ketidaknyamanan dari adanya hiperektensi lutut
dan tekanan pada tumit.
6.   Topang telapak kaki klien dengan menggunakan footboard. Mempertahankan telapak
kaki dorsofleksi, mengurangi resiko foot-droop.
7.    Jika klien tidak sadar atau mengalami paralise pada ekstremitas atas, maka elevasikan
tangan dan lengan bawah (bukan lengan atas) dengan menggunakan bantal. Posisi ini
mencegah terjadinya edema dan memberikan kenyamanan. Bantal tidak diberikan pada
lengan atas karena dapat menyebabkan fleksi bahu.
8.    Lepaskan sarung tangan dan cuci tangan
9.    Dokumentasikan tindakan yang telah dilakukan
h. Posisi Orthopneu
Posisi orthopneu merupakan adaptasi dari posisi fowler tinggi dimana klien duduk di bed
atau pada tepi bed dengan meja yang menyilang diatas bed.
Tujuan :
a.   Untuk membantu mengatasi masalah pernafasan dengan memberikan ekspansi dada yang
maksimal
b.   Membantu klien yang mengalami masalah ekhalasi
Peralatan :
1.      Tempat tidur
2.      Bantal angin
3.      Gulungan handuk
4.      Footboard
5.      Sarung tangan (bila diperlukan)
Prosedur kerja :
1.   Cuci tangan dengan menggunakan sarung tangan bila diperlukan. Menurunkan transmisi
mikroorganisme.
2.   Minta klien untuk memfleksikan lutut sebelum kepala dinaikkan. Mencegah klien
merosot kebawah saat kepala dinaikkan.
3.   Naikkan kepala bed 90
4.   Letakkan bantal kecil diatas meja yang menyilang diatas bed.
5.   Letakkan bantal dibawah kaki mulai dari lutut sampai tumit. Memberikan landasan yang
lebar, lembut dan fleksibel, mencegah ketidaknyamanan akibat dari adanya hiperekstensi
lulut dan tekanan pada tumit.
6.   Pastikan tidak ada tekanan pada area popliteal dan lulut dalam keadaan fleksi. Mencegah
terjadinya kerusakan pada persyarafan dan dinding vena. Fleksi lutut membantu klien
supaya tidak melorot kebawah.
7.   Letakkan gulungan handuk dibawah masing-masing paha. Mencegah eksternal rotasi
pada pinggul.
8.   Topang telapak kaki klien dengan menggunakan footboard. Mencegah plantar fleksi.
9.   Lepaskan sarung tangan dan cuci tangan
10.  Dokumentasikan tindakan yang telah dilakukan
i. Posisi Pronasi (telungkup)
Posisi pronasi adalah posisi dimana klien berbaring diatas abdomen dengan kepala
menoleh kesamping.
Tujuan :
1.      Memberikan ekstensi penuh pada persendian pinggul dan lutut.
2.      Mencegah fleksi kontraktur dari persendian pinggul dan lutut.
3.      Memberikan drainase pada mulut sehingga berguna bagi klien post operasi mulut atau
tenggorokan.
Peralatan :
1.      Tempat tidur
2.      Bantal angin
3.      Gulungan handuk
4.      Sarung tangan (bila diperlukan)
Prosedur kerja :
1.  Cuci tangan dengan menggunakan sarung tangan bila diperlukan. Menurunkan transmisi
mikroorganisme.
2.  Baringkan klien terlentang mendatar di tempat tidur. Menyiapkan klien untuk  posisi yang
tepat.
3.  Gulingkan klien dengan lengan diposisikan dekat dengan tubuhnya dengan siku lurus dan
tangan diatas pahanya. Posisikan tengkurap ditengah tempat  tidur yang datar.
Memberikan posisi pada klien sehingga kelurusan tubuh dapat dipertahankan.
4.  Putar kepala klien ke salah satu sisi dan sokong dengan bantal. Bila banyak drainase dari
mulut, mungkin pemberian bantal dikontra indikasikan. Menurunkan fleksi atau
hiperektensi vertebra cervical.
5.  Letakkan bantal kecil dibawah abdomen pada area antara diafragma (atau payudara pada
wanita) dan illiac crest. Hal ini mengurangi tekanan pada payudara pada beberapa klien
wanita, menurunkan hiperekstensi vertebra lumbal, dan memperbaiki pernafasan dengan
menurunkan tekanan diafragma karena kasur.
6.   Letakkan bantal dibawah kaki, mulai lutut sampai dengan tumit. Mengurangi plantar
fleksi, memberikan fleksi lutut sehingga memberikan kenyamanan dan mencegah tekanan
yang berlebihan pada patella.
7.  Jika klien tidak sadar atau mengalami paralisa pada ekstremitas atas, maka elevasikan
tangan dan lengan bawah (bukan lengan atas) dengan menggunakan bantal. Posisi ini
akan mencegah terjadinya edema dan memberikan kenyamanan serta mencegah tekanan
yang berlebihan pada patella.
8.   Jika klien tidak sadar atau mengalami paralisa pada ekstremitas atas, maka elevasikan
tangan dan lengan bawah (bukan lengan atas) dengan menggunakan bantal. Posisi ini
akan mencegah terjadinya edema dan memberikan kenyamanan. Bantal tidak diletakkan
dibawah lengan atas karena dapat menyebabkan terjadinya fleksi bahu.
9.    Lepaskan sarung tangan dan cuci tangan
10.  Dokumentasikan tindakan yang telah dilakukan
j. Posisi lateral (side lying)
Posisi lateral adalah posisi dimana klien berbaring diatas salah satu sisi bagian tubuh
dengan kepala menoleh kesamping.
Tujuan :
1.      Mengurangi lordosis dan meningkatkan aligment punggung yang baik
2.      Baik untuk posisi tidur dan istirahat
3.      Membantu menghilangkan tekanan pada sakrum dan tumit.
Peralatan :
1.      Tempat tidur
2.      Bantal angin
3.      Gulungan handuk
4.      Sarung tangan (bila diperlukan)
Prosedur kerja :
1.   Cuci tangan dengan menggunakan sarung tangan bila diperlukan.Menurunkan transmisi
mikroorganisme.
2.  Baringkan klien terlentang ditengah tempat tidur. Memberikan kemudahan akses bagi
klien dan menghilangkan pengubahan posisi klien tanpa melawan gaya gravitasi.
3.  Gulingkan klien hingga pada posisi miring. Menyiapkan klien untuk posisi yang tepat
4.  Letakkan bantal dibawah kepala dan leher klien. Mempertahankan body aligment,
mencegah fleksi lateral dan ketidaknyamanan pada otot-otot leher.
5.  Fleksikan bahu bawah dan posisikan ke depan sehingga tubuh tidak menopang pada bahu
tersebut. Mencegah berat badan klien tertahan langsung pada sendi bahu.
6.  Letakkan bantal dibawah lengan atas. Mencegah internal rotasi dan adduksi dari bahu
serta penekanan pada dada.
7.  Letakkan bantal dibawah paha dan kaki atas sehingga ekstremitas berfungsi secara paralel
dengan permukaan bed. Mencegah internal rotasi dari paha dan adduksi kaki. Mencegah
penekanan secara langsung dari kaki atas   terhadap kaki bawah.
8.  Letakkan bantal, guling dibelakang punggung klien untuk menstabilkan posisi.
Memperlancar kesejajaran vertebra. Juga menjaga klien dari terguling  ke belakang dan
mencegah rotasi tulang belakang.
9.  Lepaskan sarung tangan dan cuci tangan
10.Dokumentasikan tindakan yang telah dilakukan

F. Latihan Mobilisasi

Pada Klien Fraktur

Fraktur adalah terputusnya hubungan/kontinuitas struktur tulang atau tulang rawan


bisa komplet atau inkomplet
           Kondisi fraktur akan mendapat tindakan medis sesuai tingkatan keparahan. Fraktur
yang memerlukan tindakan pembedahan, memerlukan pedoman latihan mobilisasi sesuai
dengan pedoman pada pasien post pembedahan pada poin 1.

           Pada fraktur yang penyembuhannya tanpa tindakan invasif, misalnnya cukup


dilakukan imobilisasi seperti dengan gips atau bidai, perlu diawasi kondisi vaskularisasi di
area distal dari fraktur. Mobilisasi pasif pada persendian di area distal atau proksimal dari
fraktur perlu dilakukan untuk mencegah kontraktur. Mobilisasi aktif dilakukan bertahap
ketika kekuatan otot dan tulang sudah adekuat. Biasanya pada orang dewasa, penyatuan
tulang ekstremitas atas terjadi dalam 2 bulan, dan pada ekstremitas bawah dalam 4-6 bulan.
Tapi untuk memastikan apakah telah terjadi penyatuan tulang, perlu dilakukan rontgen.
Mobilisasi aktif dilakukan dengan menggerakkan area fraktur, kemudian bertahap dilakukan
untuk Activity Daily Living sesuai kekuatan area fraktur.

Pada Pasien Pasca Serangan Stroke

Pemulihan motorik ialah kembalinya fungsi motorik yang disebabkan oleh pemulihan
sistem saraf pada daerah otak yang terkena.Pemulihan motorik sangat bervariasi, banyak
diantara mereka yang mengalami pemulihan lengkap (recovery completely) namun tidak
sedikit pula yang harus berlatih keras guna memperoleh kembali kemampuan fungsionalnya
atau bahkan banyak diantaranya harus menjalani kehidupannya dengan beberapa disabilitas.

Pemulihan motorik terjadi melalui dua mekanisme utama yaitu

(1) resolusi dari faktor – faktor lokal yang merusak dan ini biasanya merupakan pemulihan
spontan yang umumnya berlangsung antara 3 sampai dengan 6 bulan. Bahkan proses ini bisa
hanya dalam beberapa hari sampai beberapa minggu, proses ini meliputi pengurangan oedem
lokal, perbaikan sirkulasi darah lokal dan penyerapan jaringan yang rusak

(2) Neuroplastisitas yang terjadi pada stadium lanjut, penderita stroke mempunyai hubungan
bermakna terhadap reorganisasi yang disebut “Neural Plasticity” dalam proses perbaikan
sistem sarafnya. penyembuhan saraf penderita stroke harus ditangani secara menyeluruh
sejak fase awal hingga fase penyembuhan salah satu pendekatannya adalah pendekatan fisik
(physical therapy), seperti latihan mobilisasi. ( Purbo kuntono, 1997)

Maka perbaikan fungsi pada penderita post stroke dapat dilakukan melalui dua cara :

(1) Latihan gerak atau mobilisasi dini untuk mempengaruhi fasilitas dan mendidik
kembali fungsi otot terhadap sisi anggota yang lesi

(2) Latihan untuk mempengaruhi gerak kompensasi sebagai pengganti daerah yang
lesi.

Pada fase penyembuhan ini latihan sangat berpengaruh dalam derajat maupun
kecepatan perbaikan fungsi. Mobilisasi pasien stroke dapat dilakukan dengan :

(1)      latihan pasif yaitu anggota gerak klien digerakkan oleh orang lain untuk
merangsang aliran darah dan merangsang kontraksi otot

(2)      latihan aktif yaitu klien mencoba menggerakkan tubuhnya sendiri


Latihan sedini mungkin yang dilakukan serta berulang-ulang akan menjadi gerak yang
terkontrol atau terkendali. 
ASUHAN KEPERAWATAN PADA MASALAH MEKANIKA TUBUH DAN AMBULASI

A. Pengkajian
Pengkajian keperawatan pada masalah mekanika tubuh pada ambulasi, antara lain
menilai adanya kemampuan dan keterbatasan dalam bergerak dengan cara bangkit
dari posisi berbaring keposisi duduk, kemudian bangkit dari kursi keposisi berdiri,
atau perubahan posisi. Selanjutnya menilai adanya kelainan dalam mekanika tubuh
pada saat duduk, beraktivitas, atau saat pasien mengalami pergerakan serta pengkajian
terhadap status ambulasinya. Kemudian, menilai gaya berjalan untuk mengetahui ada
atau tidaknya kelainan dengan cara mengamati apakah gaya berjalan pasien (mantap
atau tegak lurus), ayunan lengan atas (pantas atau tidak), kaki ikut siap pada saat
ayunan atau tidak, langkah jatuh jauh dari garis gravitasi atau tidak, serta berjalan
apakah diawali dan diakhiri dengan mudah atau tidak.
B. Diagnosis keperawatan
Diagnosis keperawatan yang dapat terjadi pada masalah mekanika tubuh dan
ambulasi, antara lain:
1. Gangguan mobilitas fisik berhubungan dengan adanya kelemahan akibat spasme
muskuloskeletal pada ekstremitas, nyeri akibat peradangan sendi, atau
penggunaan alat bantu dalam waktu lama.
2. Resiko cedera berhubungan dengan adanya paralisis, gaya berjalan tidak stabil,
atau penggunaan tongkat yang tidak benar.
3. Kurangnya perawatan diri berhubungan dengan kelemahan fisik secara umum.
C. Perencanaan keperawatan
Tujuan:
1. Memperbaiki penggunaan mekanika tubuh pada saat melakukan aktivitas sehari-
hari.
2. Memulihkan dan memperbaiki ambulasi.
3. Mencegah terjadinya akibat jatuh.
D. Pelaksanaan (tindakan keperawatan)
1. Latihan ambulasi
a. Duduk diatas tempat tidur
Cara:
1. Jelaskan prosedur yang akan dilakukan.
2. Anjurkan pasien untuk meletakkan tangan disamping badannya dengan
telapak tangan menghadap kebawah.
3. Beridirilah disamping tempat tidur, kemudian letakkan tangan pada
bahu pasien.
4. Bantu pasien untuk duduk dan beri penopang atau bantal.
b. Turun dan berdiri
Cara:
1. Jelaskan prosedur yang akan dilakukan.
2. Atur kursi roda dalam posisi terkunci.
3. Berdirilah menghadap pasien dengan kedua kaki merenggang.
4. Fleksikan lutut dan pinggang anda.
5. Anjurkan pasien untuk meletakkan kedua tangannya dibahu anda dan
letakkan kedua tangan anda disamping kanan dan kiri pinggang pasien.
6. Ketika pasien melangkah ke lantai, tahan lutut anda pada lutut pasien.
7. Bantu berdiri tegak dan jalan sampai ke kursi.
8. Bantu pasien duduk dikursi dan atur posisi agar nyaman.
c. Membantu berjalan
Cara:
1. Jelaskan prosedur yang akan dilakukan
2. Anjurkan pasien untuk meletakkan tangan disamping badan atau
memegang telapak tangan anda.
3. Berdiri disamping pasien dan pegang telapak dan lengan bahu pasien.
4. Bantu pasien berjalan.
2. Membantu ambulasi dengan memindahkan pasien
Merupakan tindakan keperawatan dengan cara memindahkan pasien yang tidak
dapat atau tidak boleh berjalan sendiri dari tempat tidur ke branchard.
Cara:
a. Jelaskan prosedur yang akan dilakukan.
b. Atur branchard dalam posisi terkunci.
c. Bantu pasien dengan 2-3 perawat.
d. Berdiri menghadap pasien.
e. Silangkan tangan didepan dada
f. Tekuk lutut anda, kemudian masukkan tangan kebawah tubuh pasien
g. Perawat pertama meletakkan tangan dibawah leher atau bahu dan bawah
pinggang, perawat kedua meletakkan tangan dibawah pinggang dan
panggul pasien, sedangkan perawat ketiga meletakkan tangan dibawah
pinggul dan kaki.
h. Angkat bersama-sama dan pindahkan ke branchard.
i. Atur posisi pasien dibranchard
(Hidayat, AAA dan Uliyah, M. 2005)

E. Evaluasi
Evaluasi yang diharapkan dari hasil tindakan keperawatan untuk mengatasi masalah
mekanika tubuh dan ambulasi tubuh adalah untuk menilai kemampuan pasien dalam
penggunaan mekanika tubuh dengan baik, penggunaan alat bantu gerak, cara
menggapai benda, naik atau turun, dan berjalan.
A. BODY ALIGNMENT
1. Pengertian body alligment
Body Alligment adalah susunan geometris dari bagian-bagian tubuh antara satu
dengan yang lainnya. Body Alligment yang baik akan membantu berfungsinya organ
tubuh yang maksimal dan dapat tersupport dengan baik, sebaliknya body alligment
yang buruk akan menjauhkan sesorang dari penampilan yang menarik dan
berpengaruh terhadap status kesehatan seseorang.
2. Gravity
Keseimbangan adalah suatu equilibrium yang dipertahankan oleh adanya kekuatan
yang saling berlawaan dan merupakan prinsip utama yang harus diperhatikan dalam
melakukan mekanika tubuh dengan benar yaitu memandang gravitasi sebagai sumber
dari pergerakan tubuh. Seseorang dapat mempertahankan keseimbangan selama garis
gravitasi (garis hayal garis hayal vertical yang melalui pusat gravitasi) melalui pusat
gravitasi (titik pusat dari seluruh masa tubuh dan landasan tempat berpijaknya suatu
objek).
3. Postural reflekxes dan opposing muscle group
Merupakan otot postural (ekstensor) yang terus menerus menahan seseorang pada
posisi tegak gravitasi tumit.

Jenis dari Postural Reflek :


a. Labrinsense
Organ sensor yang terdapat pada organ telinga bagian dalam.
b. Fisual atau optik reflek
Sensasi fisual membantu seseorang dalam mndapatkan kesadaran mengenai tata
ruang dan hubngan antara satu subyek dengan lingkungannya.
c. Proprioseptor/ klinestiksense
Ini sering disebut sebagai indra keenam
d. Ekstensor/ anti gratitasi reflek
Yang termasuk otot-otot ekstensor diantaranya otot-otot pada ekstremitas bawah,
otot-otot abdomal, otot-otot adductor pada scapula dan otot-otot kaki bawah.
e. Plantar Reflek
Tekanan melawan tekanan kaki oleh permukaan tanah akan menimbulkan reflek
kontraksi otot-otot ekstensor daro otot-otot bagian bawah
4. Perubahan dalam postur dan struktur anatomi
Beberapa posisi tubuh dalam aktivitas tertentu benar ataupun salah jika berlangsung
lama akan menyebabkan kerusakan syaraf-syaraf superfasialis kerakan pembuluh
darah serta kontraktur.
Setiap orang mempunyai anatomi yang berbeda ini akan membawa pengaruh pada
postur tubuh seseorang meskipun hanya sedikit.

5. Struktur abnormal yang mempengaruhi posisi dan Konsekuensi posisi tubuh yang
kurang baik
a. Tortikolis
Kepala miring pada satu sisi dimana adanya kontraktur pada otot sternokle doman
stoid / pada leher.
b. Lordosis
Kurva spinal lumbal yang terlalu cembung kedepan atau anterior.
c. Kifosis
Peningkatan kurva spinal torakal/ cekung.
d. Kipo lordosis
Kombinasi antara lordosis dan kifosis
e. Skoliosis
Kurva spinal yang miring kesamping , tidak sama tinggi pinggul dan bahu.
f. Kipo skoliosis
Tidak normanya kurva spinal antero posterior dan lateral.
g. Footdrop
Pelantar fleksi ketidakmampuan menekuk kaki karena kerusakan syaraf proeal.
6. Asuhan keperawatan gangguan body alligment

A. Pengkajian keperawatan
Untuk melakukan pengkajian Body Alignment lakukan inspeksi pada pasien saat
berdiri, duduk maupun berbaring. Beberapa hal yang harus diperhatikan dalam
mengkaji antara lain:
1. Posisi berdiri
Lakukan inspeksi melalui sudut pandang secara : anterior, lateral, dan
posterior. Pasien dalam posisi berdiri dengan kepala tegak dan mata lurus
kedepan serta bahu dan pinggul harus lurus dan sejajar, apabila posisi tidak
sesuai dengan posisi berdiri yang benar maka dapat didentifikasikan bahwa
ada gangguan pada otot dan tulang pasien.
2. Posisi Duduk
Pada saat keadaan ini normalnya kepala dan dada akan memiliki keadaan yang
sama pada saat posisi berdiri yaitu kepala pasien harus tegak lurus dengan
leher dan vetebra kolumna telapak kaki lurus berpijak pada lantai. Pasien yang
dalam keadaan abnormal akan mengalami kelemahan otot atau pralis otot serta
adanya sensasi (kerusakan syaraf).
3. Posisi Berbaring
Letakkan pasien pada posisi lateral semua bantal dan penyokong posisi
dipindahkan dari tempat tidur, kemudian tubuh ditopang dengan kasur yang
cukup dan vertebra harus lurus dengan alas. Apabila dijumpai kelainan pada
pasien, maka terdpat penurunan sensasi atau gangguan sirkulasi serta adanya
kelemahan.
4. Cara Berjalan
Dikaji untuk mngetahui mobilitas dan kemungkinan resiko cedera akibat dari
terjatuh, pasien diminta berjalan sepanjang 10 langkah kemudian perawat
memperhatikan hal-hal berikut ini :
1. Kepala tegak, pandangn lurus kedepan, punggung tegak.
2. Tumit menyentuh tanah terlebih dahulu sebelum jari-jari kaki.
3. Langkah lembut, terkoordinasi dan ritmik.
4. Mudah untuk memulai dan mengakhiri berjalan.
5. Jumlah langah per menit (pace) 70-100 kali per menit, kecuali pada orang
tua mungkin 40 kali per menit.
7. Diagnosa Keperawatan
a. Nyeri berhubungan dengan posisi duduk, berdiri dan berbaring yang salah akibat
pemakaian gips pada daerah ekstremitas.
b. Gangguan mobilitas berhubungan dengan dropfoot lutut akibat kontraktur.
c. Resiko cedera berhubungan dengan ganguan keseimbangan yang disertai
elemahan otot.
8. Perencanaan dan Pelaksanaan Keperawatan
a. Pertahankan posisi tubuh yang tepat dengan pengaturan posisi yang tepat.
b. Perbaiki postur tubuh pada tingkat optimal dengan melatih berdiri, duduk dan
berbaring secara optimal.
c. Kurangi cedera akibat posisi tubuh yang tidak tepat dengan membantu pasien
melakukan aktivitas sehari-hari.
d. Kurangi beban otot dengan cara meletakkan alat dekat dengan pasien dan bantu
pasien pada saat melakukan kegiatan yang bersifat berat.
e. Cegah komplikasi akibat postur tubuh yang tidak tepat.
9. Evaluasi
Evaluasi yang diharapkan dari hasil tindakan keperawataan untuk mengatasi
gangguan postur tubuh adalah tidak terjadi perubahan atau kesalahan dalam postur
tubuh dan pasien mampu melaksanakan aktivitas dengan mudah serta tidak merasakan
kelemahan.
DAFTAR PUSTAKA
Hidayat, Aziz alimul.2008. Pengantar Kebutuhan Dasar Manusia Aplikasi konsep dan
Proses Keperawatan..Jakarta:Salemba Medika.

Potter & Perry.2005.Fundamental Keperawatan:Konsep,Proses & Praktik.Edisi ke-4,


Volume 2.Jakarta:EGC.

Potty & Perry.2006.Clical Nursing Skill Are Technic.Amerika: Mosby

https://www.academia.edu/9236475/BODY_MEKANIK_DAN_MOBILISASI di akses pada


tanggal 07 september 2020 pukul 20.50 WITA

https://www.academia.edu/15921474/body_mekanik
di akses pada tanggal 07 september 2020 pukul 21.10 WITA

Anda mungkin juga menyukai