Anda di halaman 1dari 15

TUGAS KEPERAWATAN DEWASA SISTEM MUSKULOSKELETAL

Disusun untuk memenuhi tugas mata kuliah Keperawatan Dewasa Sistem Muskuloskeletal
Dosen Pengampu :

DISUSUN OLEH KELOMPOK 4 :


1. DINDA FADHILA (2720200009)
2. NIKEN WULANDARI (2720200091)
3. ENDANG SULISTIYO WARDANI (
4. NISA AZIZAH (2720200090)
5. PRIKASIH (2720180108)
6. ALDI SETIAWAN (2720190044)

PROGRAM STUDI S1.KEPERAWATAN


FAKULTAS ILMU KESEHATAN
UNIVERSITAS ISLAM AS-SYAFI’IYAH
2023
BODY MEKANIK DAN MOBILISASI

A. Pengertian Body Mekanik


Body mekanik merupakan penggunaan tubuh yang efisien, terkoordinir dan aman
untuk menghasilkan pergerakan dan mempertahankan keseimbangan selama aktivitas. Istilah
body mekanik pada umumnya digunakan untuk menggambarkan efesiensi pergerakan tubuh
seseorng yang digunakan untuk memindahkan tubuh orang lain atau benda. Mekanika tubuh
dan ambulasi merupakan bagian dari kebutuhan aktivitas manusia.
Body Mekanik meliputi 3 elemen dasar yaitu :
 Body Aligement (Postur Tubuh)
Susunan geometrik bagian-bagian tubuh dalam hubungannya dengan bagian tubuh
yang lain.
 Balance / Keseimbangan
Keseimbangan tergantung pada interaksi antara pusat gravity, line gravity dan base of
support.
 Koordinated Body Movement (Gerakan tubuh yang terkoordinir)
Dimana body mekanik berinteraksi dalam fungsi muskuloskeletal dan sistem syaraf.

Tujuan Mobilisasi
• Memenuhi kebutuhan dasar manusia
• Mencegah terjadinya trauma
• Mempertahankan tingkat kesehatan
• Mempertahankan interaksi sosial dan peran sehari - hari
• Mencegah hilangnya kemampuan fungsi tubuh

B. Prinsip-prinsip Body Mekanik


Mekanika tubuh penting bagi perawat dan klien. Hal ini mempengaruhi tingkat
kesehatan mereka. Mekanika tubuh yang benar diperlukan untuk mendukung kesehatan dan
mencegah kecacatan yang terjadi pada pasien atau penderita. Perawat menggunakan berbagai
kelompok otot untuk setiap aktivitas keperawatan, seperti berjalan selama ronde keperawatan,
memberikan obat, mengangkat dan memindahkan klien, dan menggerakan objek. Gaya fisik
dari berat dan friksi dapat mempengaruhi pergerakan tubuh. Jika digunakan dengan benar,
kekuatan ini dapat meningkatkan efisiensi perawat. Penggunaan yang tidak benar dapat
mengganggu kemampuan perawat unuk mengangkat, memindahkan, dan mengubah posisi
klien. Perawat juga mengganbungkan pengetahuan tentang pengaruh fisiologis dan patologis
pada mobilisasi dan kesejajaran tubuh.
Prinsip yang digunakan dalam mekanik tubuh adalah sebagai berikut :
 Gravitasi
Merupakan prinsip pertama yang harus diperhatikan dalam melakukann mekanika
tubuh dengan benar, yaitu memandang gravitasi sebagai sumbu dalam pergerakan tubuh.
Terdapat tiga faktor yang perlu diperhatikan dalam gravitasi:
 Pusat gravitasi ( center of gravitasi ), titik yang berada dipertengahan tubuh
 Garis gravitasi ( Line Of gravitasi ), merupakan garis imaginer vertikal melalui pusat
gravitasi.
 Dasar tumpuan ( base of suport ), merupakan dasar tempat seseorang dalam keadaan
istirahat untuk menopang atau menahan tubuh
 Keseimbangan

Keseimbangan dalam penggunaan mekanika tubuh dicapai dengan cara


mempertahankan posisi garis gravitasi diantara pusat gravitasi dan dasar tumpuan.

 Berat
Dalam menggunakan mekanika tubuh yang sangat dipehatikan adalah berat atau
bobot benda yang akan diangkat karena berat benda akan mempengaruhi mekanika tubuh.

Pergerakan Dasar Dalam Mekanika Tubuh.


Mekanika tubuh dan ambulasi merupakan bagian dari kebutuhan aktivitas manusia.
Sebelum melakukan mekanika tubuh, terdapat beberapa pergerakan dasar yang harus
diperhatikan, di antaranya :
 Gerakan ( ambulating ).Gerakan yang benar dapat membantu keseimbangan tubuh.
Sebagai contoh, keseimbangan pada saat orang berdiri dan saat orang berjalan kaki
berbeda. Orang berdiri akan lebih mudah stabil dibanding dengan orang yang berjalan,
karena pada posisi berjalan terjadi perpindahan dasar tumpuan dari sisi satu ke sisi yang
lain dan pusat gravitasi selalu berubah pada posisi kaki. Pada saat berjalan terdapat dua
fase yaitu fase menahan berat dan fase mengayun, yang akan menghasilkan gerakan halus
dan berirama.
 Menahan ( squating ).Dalam melakukan pergantian, posisi menahan selalu berubah.
Sebagai contoh, posisi orang yang duduk akan berbeda dengan orang yang jongkok dan
tentunya juga berbeda dengan posisi membungkuk. Gravitasi adalah hal yang perlu
diperhatikan untuk memberikan posisi yang tepat dalam menahan. Dalam menahan
sangat diperlukan dasar tumpuan yang tepat untuk mencegah kelainan tubuh dan
memudahkan gerakan yang akan dilakukan.
 Menarik ( pulling ) Menarik dengan benar akan memudahkan untuk memindahkan
benda. Terdapat beberapa hal yang perlu diperhatikan untuk menarik benda, di antaranya
ketinggian, letak benda ( sebaiknya berada di depan orang yang akan menarik ), posisi
kaki dan tubuh dalam menarik ( seperti condong kedepan dari panggul ), sodorkan telapak
tangan dan lengan atas di bawah pusat gravitasi pasien, lengan atas dan siku diletakkan
pada permukaan tempat tidur, pinggul, lutut dan pergelangan kaki ditekuk lalu lakukan
penarikan.
 Mengangkat ( lifting ).Mengangkat merupakan cara pergerakan daya tarik. Gunakan
otot – otot besar dari tumit, paha bagian atas, kaki bagian bawah, perut dan pinggul untuk
mengurangi rasa sakit pada daerah tubuh bagian belakang.
 Memutar ( pivoting ).Memutar merupakan gerakan untuk memutar anggota tubuh dan
bertumpu pada tulang belakang. Gerakan memutar yang baik memperhatikan ketiga unsur
gravitasi dalam pergerakan agar tidak memberi pengaruh buruk pada postur tubuh

C. Faktor Yang Mempengaruhi Body Mekanik Dan Ambulasi


a. Status kesehatan.
Perubahan status kesehatan dapat mempengaruhi sistem muskuloskeletal dan sistem saraf
berupa penurunan koordinasi. Perubahan tersebut dapat disebabkan oleh penyakit,
berkurangnya kemampuan untuk melakukan aktivitas sehari – hari dan lain – lainnya.
b. Nutrisi.
Salah satu fungsi nutrisi bagi tubuh adalah membantu proses pertumbuhan tulang dan
perbaikan sel. Kekurangan nutrisi bagi tubuh dapat menyebabkan kelemahan otot dan
memudahkan terjadinya penyakit. sebagai contoh tubuh yang kekurangan kalsium akan
lebih mudah mengalami fraktur.
c. Emosi.
Kondisi psikologis seseorang dapat menurunkan kemampuan mekanika tubuh dan
ambulansi yang baik, seseorang yang mengalami perasaan tidak aman, tidak bersemangat,
dan harga diri rendah. Akan mudah mengalami perubahan dalam mekanika tubuh dan
ambulasi.
d. Situasi dan Kebiasaan.
Situasi dan kebiasaan yang dilakukan seseoarang misalnya, sering mengankat benda-
benda berat, akan menyebabkan perubahan mekanika tubuh dan ambulasi.
e. Gaya Hidup.
Gaya hidup, perubahan pola hidup seseorang dapat menyebabkan stress dan kemungkinan
besar akan menimbulkan kecerobohan dalam beraktivitas, sehingga dapat menganggu
koordinasi antara sistem muskulusletal dan neurologi, yang akhirnya akan mengakibatkan
perubahan mekanika tubuh.
f. Pengetahuan.
Pengetahuan yang baik terhadap penggunaan mekanika tubuh akan mendorong seseorang
untuk mempergunakannya dengan benar, sehingga mengurangi tenaga yang dikeluarkan.
Sebaliknya, pengetahuan yang kurang memadai dalam penggunaan mekanika tubuh akan
menjadikan seseorang beresiko mengalami gangguan koordinasi sistem neurologi dan
muskulusletal.

D. Akibat Body Mekanik Yang Buruk


Penggunaan mekanika tubuh secara benar dapat mengurangi pengeluaran energi
secara berlebihan. Dampak yang dapat ditimbulkan dari penggunaan mekanika tubuh yang
salah adalah sbb :
1. Terjadi ketegangan sehingga memudahkan timbulnya kelelahan dan gangguan dalam
sistem muskulusletal.
2. Resiko terjadinya kecelakaan pada sistem muskulusletal. Seseorang salah dalam
berjongkok atau berdiri, maka akan memudahkan terjadinya gangguan dalam struktur
muskulusletal, misalnya kelainan pada tulang vertebrata.
STANDART OPERASIONAL PROSEDUR(SOP)
POSISI SEMI FOWLER

SOP POSISI SEMI FOWLER


No. Dokumen No. Revisi Halaman

0001 - 01

Standar Operasional Terbit Program Studi Sarjana Jurusan


Prosedur Des 2023 Keperawatan
Pengertian Cara berbaring pasien dengan posisi setengah duduk
Tujuan 1. Mengurangi sesak nafas
2. Memberikan rasa nyaman
3. Membantu memperlancar keluarnya cairan
4. Membantu mempermudah tindakan pemeriksaan
Indikasi 1. Pasien sesak napas
2. Pasien pasca bedah, bila keadaan umum pasien baik, atau
bila pasien sudah benar – benar sadar
Persiapan A. Persiapan Alat
1. Sandarkan punggung atau kursi
2. Bantal atau balok penahan kaki tempat tidur bila perlu
3. Tempat tidur khusus (functional bed) jika perlu
B. Persiapan pasien,perawat,dan lingkungan
1. Perkenalkan diri anda pada klien, termasuk nama dan
jabatan atau peran dan jelaskan apa yang akan di lakukan
2. Pastikan identitas klien
3. Jelaskan prosedur dan alasan dilakukan tindakan tersebut
yang dapat di pahami oleh klien
4. Siapkan peralatan
5. Cuci tangan
6. Yakinkan klien nyaman dan memiliki ruangan yang
cukup dan pencahayaan yang cukup untuk melaksanakan
tugas
7. Berikan privasi klien
Prosedur 1. Pasien di dudukan,sandaran punggung atau kursi di letakkan
dibawah atau diatas kasur di bagian kepala, di atur sampai
setengah duduk dan di rapikan. Bantal di susun menurut
kebutuhan. Pasien di baringkan kembali dan pada ujung
kakinya di pasang penahan.

2. Pada tempat tidur khusus (functional bed) pasien dan tempat


tidurnya langsung di atur setengah duduk , di bawah lutut di
tinggikan sesuai kebutuhan. Kedua lengan di topang dengan
bantal.

3. Rapikan tempat tidur.


Hal – hal yang harus 1. Perhatikan keadaan umum pasien
di perhatikan 2. Bila posisi pasien berubah ,harus segera di betulkan
3. Khusus untuk pasien pasca bedah di larang meletakan bantal
dibawah perut.
4. Ucapkan terima kasih atas kerjasama klien
5. Dokumentasikan hasil prosedur dan toleransi klien pada
format yang tepat

SOP MEMINDAHKAN PASIEN DARI TEMPAT TIDUR KE BRANKART


Tujuan Memindahkan pasien dari suatu tempat ke tempat yang lain

Persiapan 1. Handscoon
Alat
2. Tempat tidur

3. Selimut

4. Brankart

Persiapan 1. Kaji kesejajaran tubuh dan tingkat kenyamanan selama klien berbaring
perawat
2. Persiapan alat sebagai berikut :

Bantal

Papan kaki

Trochanter roll

Gulungan tangan

Restrain

Sisi bergerak

Prosedur 1. Naikan tempat tidur dengan ketinggian yang nyaman untuk bekerja
pindahkan bantal dan alat bantu yang digunakan pada posisi awal

2. Minta bantuan bila di perlukan

3. Jelaskan prosedur pada pasien

4. Cuci tangan

5. Berikan privasi klien

6. Tempatkan tempat tidur pada posisi datar dan pindahkan klien


kebagian kepala tempat tidur

7. Tiga perawat yang hampir sama tingginya berdiri bersebelahan


menghadap sisi tempat tidur klien

8. Setiap orang bertanggung jawab untuk satu dari tiga area , kepala
dengan bahu , pinggul dan paha pergelangan kaki klien

9. Setiap orang membuat dasar sokongan yang lebar dengan kaki


terdekat brankrat berada di depan dengan lutut sedikit fleksi

10. Lengan pengangkat di letakan di bawah kepala dengan bahu, pinggul


dan paha dengan tungkai bawah , dengan jari jari tangan mereka
terkunci melingkari sisi bagian tubuh klien yang laiin

11. Pengangkat memutar klien ke arah dada mereka

12. Pada hitungan kedua dari ketiga perawat melangkah kebelakang dan
memutar kearah brankar memindahkan kedepan jika diperlukan

13. Perawat menurunkan klien secara perlahan ke pusat brankar dengan


memfleksi lutut dan pinggul mereka sampai siku mereka berada
setinggi tepi brankar . perawat mengkaji kesejajaran tubuh klien
menempatkan ikat pinggang pengaman menyilang klien dan
meninggikan sisi gerak
Evaluasi Evaluasi respon kenyamanan klien
STANDAR PROSEDUR OPERASIONAL (SPO)
MEMBANTU KLIEN BERJALAN

PENGERTIAN Alat bantu jalan pasien adalah alat bantu jalan yang digunakan pada
penderita/pasien yang mengalami penurunan kekuatan otot dan patah tulang
pada anggota gerak bawah serta gangguan keseimbangan

TUJUAN 1. Meningkatkan kekuatan otot, pergerakan sendi dan kemampuan


mobilisasi
2. Menurunkan resiko komplikasi dari mobilisasi
3. Menurunkan ketergantungan pasien dan orang lain
4. Meningkatkan rasa percaya diri klien
5. Mencapai kestabilan klien dalam berjalan
6. Membantu melatih meningkatkan alat gerak klien, melatih dan
meningkatkan mobilisasi
ALAT DAN 1. KRUK
BAHAN
2. WALKER
3. TRIPOD / QUADRIPOD
4. STICK.

PROSEDUR 1 Tahap prainteraksi :


PELAKSANAAN
a. Identifikasi kebutuhan indikasi pasien
b. Cuci tangan
c. Siapkan alat

2. Tahap orientasi :
a. Beri salam, panggil klien dengan namanya
b. Jelaskan tujuan dan prosedur tindakan
c. Beri kesempatan pada klien untuk bertanya

3. Tahap kerja :
A. KRUCK
1 Menyediakan kruk yang digunakan ( biasanya kruk aksila ).
2 Menjelaskan prosedur kepada klien dan keluarga.
3 Lakukan pengukuran kruk yang meliputi area tinggi klien, jarak
antara bantalan kruk dengan aksila, dan sudut fleksi siku.
4 Pada posisi telentang, ujung kruk berada 15 cm disamping tumit
klien. Tempatkan ujung pita pengukur dengan lebar 3 sampai 4
jari dari aksila dan ukur sampai tumit klien.
5 Pada posisi berdiri, posisi kruk dan ujung kruk berada 14-15 cm
disamping dan 14-15 cm didepan kaki klien.
6 Lebar bantalan kruk harus 3-4 lebar jari di bawah aksila.
7 Selanjutnya, kaji toleransi aktifitas, kekuatan, nyeri, koordinasi,
kemampuan fungsional, dan penyakit serta cedera.
8 Bantu klien bangun dan duduk di sisi tempat tidur selama 1
sampai 2 menit sebelum berdiri.
9 Klien harus tetap berdiri 1 sampai 2 menit sebelum bergerak.
10 Atur kesejajaran kaki dan tubuh klien.
11 Klien memposisikan kruk pertama kali lalu memposisikan kaki
yang berlawanan ( mis. Kruk kanan dengan kaki kiri )
12 Pada gaya berjalan tiga titik, berat badan di topang pada kaki yang
tidak sakit dan kemudian di kedua kruk.
13 Pada gaya berjalan dua titik memerlukan sebagian penopang berat
disetiap kaki. Setiap kruk digerakkan secara bersamaan dengan
kaki yang berlawanan sehingga gerakan kruk sama dengan lengan

B. WALKER
1. Jelaskan prosedur yang akan dilakukan kepada klien.
2. Ukur walker sesuai tinggi klien, dari bagian panggul sampai tumit
klien.
3. Bantu klien untuk bangun dari tempat tidur, untuk berdiri.
4. Minta klien untuk meletakkan tangan disamping badan atau
memegang telapak tangan perawat.
5. Berdiri disamping klien dan pegang telapak dan lengan tangan
pada bahu klien.
6. Bantu pasien untuk memegang pemegangan tangan pada batang di
bagian atas walker.
7. Bantu klien melangkah pelan-pelan dengan walker.
8. Gerakkan walker didepan sekitar 15 cm/6 inchi saat berat badan
ditopang oleh kedua kaki
9. Gerakkan kaki tangan kearah depan dekat dengan alat bantu jalan
saat berat badan ditopang oleh kaki kiri dan kedua lengan
10. Selanjutnya gerakkan kaki sebelah kiri dan kesebelah kanan saat
berat badan ditopang oleh kaki kanan dan kedua lengan

Jika salah satu kaki lebih lemah


1. Pindahkan walker dan kaki yang lebih lemah didepan secara
bersamaan sekitar 15 cm/6 inchi saat berat badan ditopang oleh
kaki yang lebih kuat
2. Lalu gerakkan kaki yang lebih kuat kedepan saat berat badan
ditopang oleh kaki yang lebih lemah dan kedua lengan.

C. TONGKAT
1. Jelaskan prosedur yang akan dilakukan kepada klien
2. Pegang tongkat dengan tangan pada bagian tubuh yang lebih kuat,
untuk memberikan support maksimum yang meluruskan tubuh
ketika berjalan.
3. Posisi standar ujung tongkat (jarak antara tongkat dan kaki 15 cm /
6 inchi) disamping tubuh dan 15 cm /6 inchi didepan kaki terdekat.
Jadi siku agak sedikit bengkok
Saat maksimum support dibutuhkan, lakukan:
1. Pindahkan tongkat sejauh 20 cm /1 kaki / jarak yang nyaman
untuk dijangkau
2. Selanjutnya gerakkan kaki yang ditopang (kaki yang sakit)
kedepan kearah tongkat yang dekat saat berat badan ditopang
oleh kaki yang lebih kuat
3. Selanjutnya gerakkan kaki yang tidak sakit kearah depan sejajar
dengan tongkat, dan kaki yang sakit itu saat berat badan ditopang
oleh tongkat dan kaki yang sedang sakit
4. Ulangi langkah
Petunjuk diatas terdiri dari 2 poin support pada lantai untuk setiap
saat
Saat anda bertambah kuat dan support yang dibutuhkan
semakin berkurang
1. Gerakkan tongkat dan kaki yang sakit kedepan pada saat yang
bersamaan saat berat badan ditopang oleh tongkat dan kaki yang
lebih kuat
2. Gerakkan kaki yang lebih kuat kedepan saat berat badan ditopang
oleh tongkat dan kaki yang sakit

D. TRIPOD/QUADRIPOD
Penggunaan alat bantu tripod sama dengan alat bantu tongkat. Yang
membedakan pada tongkat kaki 4 dan kaki 3 adalah alat bantu
berjalan berupa tongkat dengan kaki-kaki berjumlah 4 Tongkat bisa
diatur tinggi rendahnya agar bisa digunakan oleh orang dengan segala
umur. Cocok digunakan oleh Lansia dan untuk rehabilitasi setelah
kecelakaan atau operasi.
Sedangkan Tongkat kaki Lipat Besi Ringan dan Kuat untuk Orang
Tua, adalah Tongkat kaki yang dapat dilipat manjadi pendek
sehingga dapat dimasukkan ke dalam tas atau kantung plastik.
Tongkat Lipat terbuat dari besi baja yang kuat namun ringan. Tinggi
Tongkat kaki dapat disetel ketinggiannya menjadi 5 tingkat.

4 Tahap terminasi :

a. Evaluasi hasil / respon klien


b. Dokumentasikan hasilnya
c. Lakukan kontrak untuk kegiatan selanjutnya
d. Akhiri kegiatan, membereskan alat-alat
e. Cuci tangan
STANDART OPERASIONAL PROSEDUR
PENGUKURAN TONUS, KEKUATAN, DAN MASSA OTOT
Pengertian Otot adalah jaringan dalam tubuh manusia yang berfungsi sebagai alat
gerak aktif yang menggerakkan tulang. Otot menyebabkan adanya
pergerakan suatu organisme maupun pergerakan dari organ dalam
organisme tersebut.
Tujuan Untuk mengukur kenormalan fungsi otot
Alat dan bahan 1. Kertas pengkajian klien
2. Alat tulis
3. Handscoon
4. Midline
Langkah-langkah A. PENILAIAN KLIEN:
1. Menyapa klien dengan sopan dan ramah.
2. Menanyakan identitas klien.
3. Memastikan bahwa klien sudah memahami mengapa harus
menjalani pengukuran tonus, kekuatan, dan massa otot.
4. Memastikan bahwa klien sudah memahami kemungkinan
temuan seperti apa yang dihasilkan dan tindak lanjut atau
pengobatan apa yang mungkin perlu dilakukan.

B. PERSIAPAN:
1. Memeriksa apakah peralatan dan bahan sudah tersedia.
2. Menyiapkan posisi nyaman klien dan meminta klien
melemaskan ekstremitas yang akan diperiksa.
3. Mencuci tangan dan menggunakan handscoon.

C. PENGUKURAN TONUS OTOT


1. Pemeriksa menggunakan kedua tangan untuk menggerakkan
secara pasif lengan bawah sendi siku secara berulang kali secara
perlahan kemudian secara cepat.
2. Pemeriksa menggunakan kedua tangan untuk menggerakkan
secara pasif tungkai bawah sendi lutut secara berulang kali
secara perlahan kemudian secara cepat.
Tahanan yang terasa oleh pemeriksa sewaktu menekuk dan
meluruskan bagian anggota tubuh harus dinilai.
Skala penilaian tonus otot:
0 = Negatif
+1 = Lemah
+2 = Normal
+3 = Meningkat
+4 = Hiperaktif
D. PENGUKURAN KEKUATAN OTOT
Ada dua cara untuk mengukur kekuatan otot:
1. Pemeriksa meminta klien untuk menggerakkan bagian
ekstrimitas dan pemeriksa menahan gerakan tersebut.
2. Pemeriksa menggerakkan bagian ekstremitas dan minta klien
untuk menahannya.
Skala kekuatan otot:
5 = normal, ROM bebas, bisa menahan gravitasi, bisa mengangkat
beban berat, bisa mengikuti perintah
4 = bisa menahan gravitasi, bisa mengangkat beban ringan, ada
tahanan ringan, bisa mengikuti perintah
3 = bisa menahan gravitasi, tanpa tahanan
2 = tidak bisa menahan gravitasi, ada gerakan sendi dan otot
(gerakan meremas), lemas
1 = tidak bisa menahan gravitasi, ada gerakan otot saja (gerakan
jari)
0 = tidak ada gerakan

E. PENGUKURAN MASSA OTOT


1. Mengukur lingkar paha kiri dan kanan klien lalu
membandingkan keduanya.
2. Mengukur lingkar betis kanan dan kiri klien lalu
membandingkan keduanya.
3. Mengukur lingkar lengan atas kanan dan kiri klien lalu
membandingkan keduanya.
Dari ketiga langkah diatas, pemeriksa harus memperhitungkan
atrofi dan hipertrofi dengan penilaian:
Menghitung selisih lingkar kanan dan kiri. Apabila selisihnya < 1,
maka normal. Begitu juga sebaliknya, apabila selisihnya > 1, maka
dinyatakan hipertrofi.

F. DOKUMENTASI DAN TERMINASI


1. Mencatat hasil pengukuran di lembar pengkajian.
2. Menginformasikan kepada klien mengenai hasil pengukuran.
3. Memposisikan klien dengan posisi nyaman.
4. Memberikan salam kepada klien.

Anda mungkin juga menyukai