Anda di halaman 1dari 20

MAKALAH FISIOLOGI KERJA

SISTEM KESEIMBANGAN TUBUH

OLEH:

KELOMPOK 2
NURUL RINI AMELIA MISBAH K011191066
FARIKHA AULIA K011191067
ALIF MUBARAK BAHTIAR K011191093
NUR FADHILAH K011191209
ADINDA FEBRIANI K011191220
NUR AFIFAH MUKHTAR K011191221

DEPARTEMEN KESELAMATAN DAN KESEHATAN KERJA

FAKULTAS KESEHATAN MASYARAKAT

UNIVERSITAS HASANUDDIN

MAKASSAR

2021
KATA PENGANTAR

Segala puji dan syukur kami ucapkan kepada Allah SWT karena berkat rahmat,
hidayah serta pertolongan-Nya sehingga kami dapat menyelesaikan tugas ini yakni makalah
yang berjudul “Sistem Keseimbangan Tubuh”. Makalah di buat dengan tujuan menyelesaikan
kewajiban sebagai mahasiswa untuk selalu megerjakan tugas sebaik mungkin dan juga untuk
memberikan berbagai materi kepada semua pihak.

Sholawat serta salam senantiasa tercurahkan kepada junjungan kita, yaitu Nabi
Muhammad SAW. Semoga apa yang kami lakukan dalam pembuatan makalah ini selalu
dibalas kebaikan dengan Allah SWT dan semoga materi yang ada di dalam makalah ini dapat
diterima dan bermanfaat bagi semua pihak. Semoga makalah ini dapat memberikan wawasan
yang lebih luas dan menjadi sumbangan pemikiran kepada para pembaca khususnya para
mahasiswa Fakultas Kesehatan Masyarakat Departemen Keselamatan dan Kesehatan Kerja
(K3) Universitas Hasanuddin.

Kami sadar bahwa makalah ini masih banyak kekurangan dan jauh dari sempurna. Untuk
itu, kritik dan saran sangat di butuhkan untuk penyempurnaan penulisan makalah berikutnya.

Makassar, Agustus 2021

Penulis

ii
DAFTAR ISI

KATA PENGANTAR.....................................................................................................................
DAFTAR ISI..................................................................................................................................
DAFTAR GAMBAR......................................................................................................................
BAB I PENDAHULUAN................................................................................................................
A. Latar Belakang......................................................................................................................
B. Rumusan Masalah.................................................................................................................
C. Tujuan...................................................................................................................................
BAB II PEMBAHASAN.................................................................................................................
A. Definisi Keseimbangan Tubuh.............................................................................................
B. Komponen-komponen Keseimbangan Tubuh......................................................................
C. Mekanisme terjadinya Keseimbangan Tubuh......................................................................
D. Faktor-faktor yang Mempengaruhi Keseimbangan Tubuh...................................................
E. Pengaruh Keseimbangan Tubuh terhadap Pekerja...............................................................
F. Gangguan Keseimabangan Tubuh terhadap Pekerja............................................................
G. Contoh Kegiatan dalam Menjaga Keseimbangan Tubuh di Tempat Kerja........................
H. Contoh Aktivitas yang dapat Melatih Keseimbangan Tubuh.............................................
BAB III PENUTUP.......................................................................................................................
A. Kesimpulan.........................................................................................................................
B. Saran...................................................................................................................................
DAFTAR PUSTAKA....................................................................................................................

iii
DAFTAR GAMBAR

Gambar 2.1 Sistem Visual.............................................................................................................


Gambar 2.2 Sistem Vestibular.......................................................................................................
Gambar 2.3 Sistem Somatosensori................................................................................................

iv
BAB I
PENDAHULUAN

A. Latar Belakang
Tubuh manusia memiliki berbagai kemampuan yang saat ini belum dikembangkan
secara maksimal. Dengan perkembangan yang semakin maju, maka kita harus
mengetahui lebih banyak fungsi tubuh kita. Sistem gerak di dalam tubuh manusia harus
berjalan dengan harmonis sehingga manusia dapat bergerak dengan baik. Tubuh
memiliki kemampuan dalam melakukan berbagai kegiatan. Kemampuan tersebut
meliputi kelenturan, keseimbangan, dan kekuatan (Mekayanti, Indrayani, & Dewi, 2015).
Keseimbangan adalah kemampuan untuk mempertahankan kesetimbangan tubuh
ketika ditempatkan di berbagai posisi. Definisi menurut O’Sullivan, keseimbangan
adalah kemampuan untuk mempertahankan pusat gravitasi pada bidang tumpu terutama
ketika saat posisi tegak. Selain itu menurut Ann Thomson, keseimbangan adalah
kemampuan untuk mempertahankan tubuh dalam posisi kesetimbangan maupun dalam
keadaan statik atau dinamik, serta menggunakan aktivitas oto yang minimal.
Keseimbangan juga diartikan sebagai kemampuan relatif unutk mengontrol pusat massa
tubuh (center of mass) atau pusat gravitasi (center of gravity) terhadap bidang tumpu
(base of support) (Juniardi, 2013).
Keseimbangan adalah kemampuan untuk mempertahankan proyeksi pusat tubuh
pada landasan penunjang baik saat berdiri, duduk, transit dan berjalan (Winter, 1995
dalam Howe, et al. 2008). Keseimbangan dibutuhkan untuk mempertahankan posisi dan
stabilitas ketika bergerak dari satu posisi ke posisi yang lain (Lee& Scudds, 2003).
Keseimbangan juga merupakan kemampuan bereaksi secara cepat dan efisien untuk
menjaga stabilitas postural sebelum, selama, dan setelah pergerakan serta dalam
berespon terhadap gangguan eksternal. Keseimbangan dipertahankan oleh integrasi yang
dinamik dari faktor internal dan eksternal yang melibatkan lingkungan (Gribble &
Hertel, 2004 dalam Cetin, 2008).
Keseimbangan adalah keadaan suatu objek ketika besar gaya atau momentum yang
diterima benda tersebut adalah Keseimbangan merupakan hasil koordinasi yang
kompleks dari sistem somatosensorik (visual, vestibular, proprioseptif) dan motorik
(muskuloskeletal) yang kemudian diolah oleh otak untuk menentukan respon atau
pengaruh internal dan eksternal tubuh. Bagian otak yang mengatur meliputi serebelum,
talamus, dan korteks prefrontal. Dengan adanya kemampuan mempertahankan

1
keseimbangan tubuh, kita dapat berdiri, berjalan, dan melakukan aktivitas gerak dengan
baik. Penurunan fungsi keseimbangan tubuh dapat menyebabkan menurunnya kualitas
hidup akibat ketidakmampuan diri untuk melakukan kegiatan sehari-hari dengan baik
bahkan dapat juga menyebabkan cedera mulai dari yang ringan hingga berat.

B. Rumusan Masalah
1. Apa definisi keseimbangan tubuh?
2. Apa saja komponen-komponen keseimbangan tubuh?
3. Bagaimana mekanisme terjadinya keseimbangan tubuh?
4. Apa saja faktor-faktor yang mempengaruhi keeimbangan tubuh?
5. Bagaimana pengaruh keseimbangan tubuh terhadap pekerja?
6. Apa saja gangguan keseimbangan tubuh akibat kerja di tempat kerja?
7. Apa saja contoh kegiatan dalam menjaga keseimbangan tubuh di tempat kerja?
8. Apa saja contoh aktivitas yang dapat melatih keseimbangan tubuh?

C. Tujuan
1. Mengetahui definisi keseimbangan tubuh
2. Mengetahui komponen-komponen keseimbangan tubuh
3. Mengetahui mekanisme terjadinya keseimbangan tubuh
4. Mengetahui faktor-faktor yang mempengaruhi keeimbangan tubuh
5. Mengetahui pengaruh keseimbangan tubuh terhadap pekerja
6. Mengetahui gangguan keseimbangan tubuh akibat kerja di tempat kerja
7. Mengetahui contoh kegiatan dalam menjaga keseimbangan tubuh di tempat kerja
8. Mengetahui contoh aktivitas yang dapat melatih keseimbangan tubuh

2
BAB II
PEMBAHASAN

A. Definisi Keseimbangan Tubuh


Keseimbangan merupakan salah satu faktor yang dibutuhkan individu dalam
melakukan gerak yang efektif dan efisiensi selain fleksibilitas (fleksibility), keoordinasi
(coordination), kekuatan (power) dan daya tahan (endurance). Keseimbangan yang baik
akan memungkinkan seseorang melakukan aktivitas atau gerak yang efektif dan efisien
dengan risiko jatuh yang minimal. Dimana tubuh mampu mempertahankan posisinya
dalam melawan gravitasi dan faktor eksternal lain, untuk mempertahankan pusat massa
tubuh agar seimbang dengan bidang tumpu serta menstabilisasi bagian tubuh ketika
bagian tubuh lain bergerak (Bowolaksono, 2013).
Keseimbangan terbagi atas dua kelompok yaitu keseimbangan statis dan
keseimbangan dinamis. Keseimbangan statis adalah kemampuan yang diperlukan
seseorang untuk mempertahankan tubuh dalam posisi diam atau tanpa bergerak.
Sedangkan keseimbangan dinamis adalah kemapuan tubuh untuk menjaga keseimbangan
saat melakukan gerakan atau aktivitas. Keseimbangan dinamis melibatkan kontrol tubuh
karna tubuh bergerak dalam ruang (Permana, 2012).

B. Komponen-Komponen Keseimbangan Tubuh


Komponen – komponen yang mengantur keseimbangan keseimbagan yaitu:
1. Sistem Visual
Sistem visual adalah dalam kehidupan manusia mata memiliki tugas yang
sangat penting dalam kehidupan karena berfungsi untuk memberi informasi kepada
otak tentang posisi tubuh terhadap lingkungan dengan berdasarkan jarak dan sudut
disekitarnya. Tubuh dengan input visualnya bisa beradaptasi pada perubahan yang
terjadi disekitarnya sehingga informasi yang diberikan oleh sistem visual dapat
lansung sampai ke otak, dan otak memberikan informasi pada sistem
muskuloskeletal (tulang dan otot) agar bisa bekerja secara sinergis untuk
mempertahankan keseimbangan pada tubuh (Prasad dan Galetta, 2011).
2. Sistem Vestibular
Dalam keseimbangan, sistem vestibular sangat berperan penting, yaitu gerakan
pada bola mata dan kepala. Sistem vestibular dapat meliputi organ–organ yang ada
di dalama telinga bagian dalam. Sistem visual dan sistem vestibular saling
3
berhubungan karena dapat merasakan arah dan kecepatan gerakan kepala. Cairan
yang terdapat pada telinga bagian dalam disebut dengan endolymph. Endolymph
mengalir melalui tiga kanal pada telinga bagian dalam karena sebagai reseptor saat
kepala bergeser dan bergerak miring. Dengan melalui refleks vestibulooccular dapat
mengontrol gerak pada mata, terutama saat melihat obyek bergerak. Kemudian pesat
dapat langsung diteruskan melalui saraf kranialis VIII ke nukleus versibular yang
berlokasi di batang otak (Watson dan Black, 2008). Pada nukleus vestibular
menerima masukan (input) dari serebelum, reseptor labyrinth, dan formasi
(gabungan retikular). Dari hasil nukleus vestibular mengarah ke motor neuron
melalaui medula spinalis, terutama ke motor neuron yang dapat menginervasi otot
pada leher, otot-otot proksimal, dan otot-otot punggung (otot-otot postural). Dengan
bereaksi sangat cepat sistem vestibular dapat membantu mempertahankan
keseimbangan pada tubuh dengan cara mengontrol otot-otot postural (Watson dan
Black, 2008).
3. Sistem Somatosensoris (Proprioseptif)
Sistem sematosensoris memberikan informasi mengenai posisi dan gerakan.
Proprioseptor memberikan informasi yang didalamnya adalah golgi tendon organ,
reseptor sendi, muscle spindles, dan mechanoreceptor kulit merupakan input untuk
memelihara keseimbangan (Kisner, 2005 dalam Masitoh, 2013). Infromasi dari
priprioseptif dapat disalurkan ke otak melalui kolumna dorsalis medula spinalis.
Dalam sebagian besar masukkan (input) dari proprioseptif mengarah ke serebelum,
ada juga yang mengarah ke korteks serebri melalui lemniskus medialis dan thalamus
(Ismaningsih 2011). Karena pada lansia terjadi penurunan pada proprioseptif
informasi yang diberikan tidak dapat tersalurkan, sehingga terjadi gangguan
keseimbangan. Proprioseptif pada lansia menurun dapat mengakibatkan ambang
batas rangsang muscle spindle, sehingga dapat terjadi gangguan kewaspadaan dan
mematahkan umpan balik afferent, sehingga dapat menimbulkan gangguan
keseimbangan (Pudjiastuti, 2003 dalam Meylisa, 2012).
Dalam sistem somatosensoris atau proprioseptif memiliki beberapa neuron
yang panjang dan saling berhungan satu dengan yang lainnya. Sistem
somatosensoris adalah sistem sensorik yang terdiri dari reseptor dan pusat
pengolahan untuk menghasilkan modalitas sensorik berupa proprioseptif (posisi
tubuh), sentuhan, nosiseptif (nyeri), dan temperatur. Reseptor sensorik menutupi
otot, tulang, epitel, rangka, tulang dan sendi, organ, dan sistem kardiovaskular. Pada
4
tubuh kesadaran akan posisi di dalam ruang sangat bergantung pada impuls yang
akan datang dari alat indra dalam dan sekitar sendi. Alat indra yang dimaksud adalah
ujung-ujung saraf yang lambat beradaptasi di ligament dan sinovia. Impuls yang
datang dari alat indra dari reseptor raba dikulit dan jaringan lain, sehingga otot dapat
diprorses di kortes sehingga dapat menjadi kesadaran akan posisi tubuh dalam ruang.
4. Kekuatan Otot
Kekuatan otot adalah suatu gerakan dalam mendukung untuk menyelesaikan
tugas-tugasnya, sehingga kekuatan otot sangat penting dan diperlukan setiap orang.
Setelah usia 30 tahun, manusia kehilangan jaringan otot kira-kira 3% - 5 % total per
dekate. Seiring bertambahnya usia terjadi penurunan kekuatan otot. Perubahan
morfologis yang terjadi pada otot mengakibatkan perubahan fungsional pada otot,
yaitu terjadinya penurunan kekuatan otot, fleksibilitas otot, elastisitas, kecepatan
waktu reaksi dan rileksasi, dan kinerja fungsional. Penurunan fungsi dan kekuatan
otot menyebabkan terjadi penurunan keseimbangan dalam tubuh, sehingga dapat
menghambat pergerakkan, meningkatkan risiko jatuh, dan perubahan postur (Utomo
et al, 2012). Kekuatan otot adalah kemampuan otot atau grup otot yang dapat
menghasilkan tegangan dan tenaga selama usaha yang dilakukan baik scara dinamis
maupun secara statis. Kekuatan otot akan menghasilkan kontraksi otot yang
maksimal. Otot yang bisa berkontraksi dan rileksasi deng baik adalah otot yang kuat,
jika otot kuata maka keseimbangan dan aktivias sehari-hari berjalan dengan baik
tanpa hambatan, misalnya seperti berlari, bekerja, berjalan, dan lain sebagainya
(Sherwood, 2012).
Kemampuan yang dimiliki otot untuk menahan beban dari eksternal dan
internal. Serabut otot semakin banyak yang teraktivasi oleh sistem saraf, maka
semakin besar kekuatan yang dihasilakn. Kekuatan pada otot kaki, lutut, dan pinggul
harus kuat agar dapat mempertahankan keseimbangan (Masitoh, 2013).

C. Mekanisme Terjadinya Keseimbangan Tubuh


Dalam mekanisme fisiologi mulai terjadinya keseimbangan saat reseptor visual
memberikan masukan tentang posisi kepala dan orientasi mata pada hubungan tubuh
dengan lingkungan sekitar. Sistem saraf pusat menerima informasi dari organ vestibular
tetang gerakan dan posisi kepala hingga pandangan mata melalui reseptor macula dan
krista yang ada di dalam telinga. Reseptor yang ada di otot, ligamentum, sendi, tendon,

5
dan kulit dapat menerima rangsang propioseptif dengan posisi tubuh terhadap kondisi
tubuh di sekitarnya dan posisi diantara segmen-segmen tubuh.
Semua input sensoris dan rangsangan yang diterima dan akan disalurkan ke nuklus
vestibularis yang berada di batang otak, sehingga dapat terjadi pemrosesan pada
koordinasi di serebelum, dan dari serebelum informasi yang didapat disalurkan kembali
pada nuklus vestibularis. Karena hal tersebut terjadilah ouput atau keluaran ke badan dan
neuron motorik otot ekstremitas yang dapat memelihara keseimbangan dan postur yang
diinginkan, keluaran ke motorik otot mata eksternal adalah gerakan pada mata dan
keluaran ke sistem saraf pusat yang merupakan persepsi gerakan dan orientasi. Dengan
terjadinya mekanisme tersebut jika dapat berlangsung dengan optimal dapat
menghasilkan keseimbangan yang statis yang normal (Guyton dan Hall, 2007 dalam
Azizah, 2011).
Menurut Sherwood (2002) mekanisme fisiologi terjadinya keseimbangan dimulai
ketika reseptor di mata menerima masukan penglihatan, reseptor di kulit menerima
masukan kulit, reseptor di sendi dan otot menerima masukan proprioseptif dan reseptor
di kanalis semikularis dan organ otolith.

D. Faktor-Faktor yang Mempengaruhi Keseimbangan Tubuh


Adapun faktor-faktor yang mempengaruhi keseimbangan ialah sebagai berikut :
1. Faktor Biomekanik
Faktor Biomakanik meliputi derajat pergerakan sendi, kekuatan otot, serta
stabilitas yang berfungsi untuk mendeteksi perubahan gerak dan bidang gerakan
sehingga akan terjadi respons gerakan yang sesuai dan efektif.
a. Pusat Gravitasi (Center of Gravity – COG)
Pusat Gravitasi ialah titik gravitasi yang terdapat pada makhluk hidup
maupun benda mati. Titik pusat ini terdapat pada titik tengah benda tersebut.
Center of gravity berfungsi untuk mendistribusikan massa benda secara merata.
Pada makhluk hidup khususnya manusia, beban tubuh ditopang oleh titik ini
sehingga tubuh dapat berada pada keadaan yang seimbang. Pusat gravitasi dapat
berubah-ubah sesuai dengan pergerakan yang menyebabkan perubahan postur
tubuh sehingga terjadi gangguan keseimbangan. Pada keadaan tubuh yang
seimbang, pusat gravitasi berada tepat di bagian tengah tubuh. Namun, apabila
pusat gravitasi berada di bagian luar dari tengah tubuh maka tubuh akan dalam

6
keadaan tidak seimbang. Pusat gravitasi seseorang berada pada 1 inci di depan
vertebrae sacrum 2 (Huxham et al., 2001).
b. Garis gravitasi (Line of Gravity – LOG)
Garis gravitasi ialah garis imajiner yang ditarik secara vertikal melewati
pusat gravitasi dan jatuh tepat di tengah tengah bidang tumpu. Derajat stabilitas
tubuh ditentukan dari hubungan antara garis gravitasi (LOG), pusat gravitasi
(COG), serta bidang tumpu (Base of Support) (Huxham et al., 2001).
c. Bidang Tumpu (Base of Support)
Bidang tumpu ialah bagian tubuh yang berhubungan dengan permukaan
tumpuan. Apabila garis gravitasi tepat berada dibidang tumpu maka tubuh akan
berada dalam keadaan seimbang. Stabilitas tubuh juga dipengaruhi oleh luas
dari bidang tumpu. Semakin dekat bidang tumpu dengan pusat gravitasi, maka
stabilitas tubuh akan semakin tinggi. Disamping itu, semakin lebar bidang
tumpu maka semakin tinggi tingkat stabilitas tubuh (Chang, 2009).
Penurunan arkus kaki bagian longitudinal medial akan menyebabkan
perubahan pusat tekanan. Hal ini menyebabkan terjadinya perubahan tumpuan
pada bidang tumpu yang akan mengurangi stabilitas tubuh (Lugade et al., 2010).
Peningkatan IMT dapat mengakibatkan terjadinya penurunan arkus kaki yang
berpengaruh pada perubahan kedudukan kaki dan perubahan pusat tekanan.
Kedudukan kaki yang bergeser menjauhi pusat tekanan dan pusat gravitasi akan
menurunkan stabilitas tubuh (Syafi’i et al.,2016).
d. Kekuatan Otot
Kekuatan otot ialah kemampuan otot untuk menghasilkan tenaga dalam
usaha maksimal baik secara statis maupun dinamis. Kekuatan otot dihasilkan
dari kontraksi otot secara maksimal. Otot yang kuat ialah otot yang mampu
berkontraksi dan relaksasi dengan baik. Apabila otot dalam keadaan kuat maka
keseimbangan dan aktivitas sehari-hari akan berjalan baik. Kekuatan otot dari
kaki, lutut serta pinggul sangat penting untuk mempertahankan keseimbangan
tubuh saat adanya gaya dari luar. Kekuatan otot memiliki hubungan langsung
dengan kemampuan otot guna melawan gaya gravitasi serta beban eksternal
yang secara terus menerus mempengaruhi posisi tubuh (Knudson, 2007).
2. Faktor Fisik
Faktor fisik ialah faktor-faktor yang terkait dengan Berat badan, umur, jenis
kelamin, genetik, aktivitas fisik, orientasi ruang, serta motorik strategi.
7
a. Umur
Umur memiliki pengaruh yang kuat pada kemampuan keseimbangan
seseorang. Anak usia 4 – 24 bulan hanya menggunakan satu komponen
keseimbangan yaitu visual untuk mengontrol keseimbangan. Anak usia 3 – 6
tahun sudah terjadi peningkatan yaitu terjadi integrasi antara komponen visual
dan vestibular untuk mengontrol keseimbangan. Pada usia 7 – 10 tahun, anak –
anak sudah mengintegrasikan seluruh komponen keseimbangan layaknya orang
dewasa normal yaitu komponen visual, vestibular, dan somatosensoris untuk
mengontrol keseimbangan (Weiss et al., 2010).
b. Berat Badan
Berat badan mempengaruhi keseimbangan. Berat badan yang berlebih
dapat menjadi acuan bahwa terdapat lemak berlebih dalam tubuh. Lemak ini
akan mendorong otot dan menyebabkan turunnya kekuatan otot. Penurunan
kekuatan ini akan menyebabkan kurangnya kemampuan otot untuk menjaga
posisi tubuh sehingga keseimbangan tubuh menjadi menurun. Selain itu
peningkatan berat badan juga dapat menyebabkan peningkatan tekanan plantaris
dan menyebabkan terjadinya penurunan tinggi arkus longitudinal medial kaki.
Keadaan ini akan menyebabkan berpindahnya titip pusat tekanan yang akan
mempengaruhi titik pusat gravitasi. Perpindahan ini menyebabkan penurunan
keseimbangan pada tubuh.
c. Jenis Kelamin
Jenis kelamin mempengaruhi kekuatan maksimal otot yang berhubungan
dengan luas permukaan tubuh, komposisi tubuh, kekuatan otot, jumlah
hemoglobin, hormon, kapasitas paru – paru, dan sebagainya. Pada usia belia
hingga pubertas kebugaran pada anak laki – laki hampir sama dengan kebugaran
pada anak perempuan (Ruhayati dan Fatmah, 2011).
d. Genetik
Genetik mempengaruhi level kemampuan fisik seseorang. Genetik
merupakan sifat – sifat spesifik seseorang yang dibawa sejak lahir. Sifat genetik
mempengaruhi fungsi pergerakan anggota tubuh dan kontraksi otot yang
berhubungan dengan jenis serabut otot seseorang. (Ruhayati dan Fatmah, 2011).
e. Aktivitas Fisik
Aktivitas fisik menggambarkan gerakan tubuh yang disebabkan oleh
kontraksi otot sehingga dihasilkan energi yang mampu digunakan dalam
8
menjalankan kehidupan sehari – hari. Aktivitas fisik yang bersifat sedang
hingga berat minimal dilakukan kurang lebih 30 menit setiap hari dalam
seminggu diperlukan untuk menjaga kesehatan tubuh. Aktivitas fisik dapat
membantu seseorang untuk menjaga berat badannya dimana penurunan berat
badan ataupun pencegahan peningkatan berat badan dapat dilakukan dengan
beraktivitas fisik minimal kurang lebih 60 menit dalam satu hari.

E. Pengaruh Keseimbangan Tubuh terhadap Pekerja


Keseimbangan tubuh sangat penting bagi manusia dalam kehidupan sehari-hari.
Tubuh mempertahankan keseimbangan adalah menyangga tubuh melawan gravitasi dan
faktor eksternal lain, untuk mempertahankan pusat massa tubuh agar sejajar dan
seimbang dengan bidang tumpu, serta menstabilisasi bagian tubuh ketika bagian tubuh
lain bergerak (Irfan, 2010). Sistem muskuloskeletal dan bidang tumpu akan mendukung
berbagai gerakan di setiap segmen tubuh untuk terciptanya keseimbangan. Adanya
kemampuan menyeimbangkan antara massa tubuh dengan bidang tumpu akan membuat
manusia mampu untuk beraktivitas secara efektif dan efisien (Abrahamova dan
Hlavacka, 2008). Keseimbangan bukanlah kualitas yang terisolasi, namun mendasari
kapasitas kita untuk melakukan berbagai kegiatan yang merupakan kehidupan kegiatan
normal sehari-hari (Huxham et al., 2001).
Keseimbangan yang sangat buruk akan meningkatkan risiko jatuh. Jatuh memiliki
konsekuensi yang buruk, diantaranya fraktur panggul, pelvis dan punggung. Seringkali
fraktur memerlukan pembedahan dan rehabilitasi fisik agar dapat kembali beraktivitas
seperti sebelumnya.

F. Gangguan Keseimbangan Tubuh Akibat Kerja di Tempat Kerja


Gangguan keseimbangan dapat disebabkan oleh cedera atau penyakit dari tiga
tingkat proses informasi yakni sensory input, sensorimotor integration, motor output
generation (Kisner and Colby, 2007).
1. Gangguan pada Sensory Input
Sensory input adalah sistem indra yang berperan mengaturatau mengontrol
keseimbangan, seperti visual, vestibular dan somatosensoriss (tactile dan
proprioceptive) (Hanes DA dkk, 2006). Defisit pada somatosensoris, visual atau
vestibular mengakibatkan penurunan pada keseimbangan dan mobilitas (Kisner and
Colby, 2007).
9
a. Sistem Visual

Gambar 2.1 Sistem Visual


Sumber : Data Sekunder
Gangguan penglihatan yang disebabkan oleh penyakit, trauma atau
penuaan dapat menurunkan keseimbangan dan beresiko untuk jatuh.
Keseimbangan akan terus berkembang sesuai umur dan mata akan membantu
agar tetap fokus pada titik utama untuk mempertahankan keseimbangan serta
sebagai monitor tubuh selama melakukan gerak statik atau dinamik (Kisner and
Colby, 2007).
Dengan input visual, maka tubuh manusia dapat beradaptasi terhadap
perubahan yang terjadi di lingkungan sehingga sistem visual langsung
memberikan informasi ke otak, kemudian otak memberikan informasi agar
sistem musculoskeletal (otot dan tulang) dapat bekerja secara sinergis untuk
mempertahankan keseimbangan tubuh (Prasad dkk, 2011).
Contoh gangguan penglihatan yang dialami oleh tukang las, pekerja
kantoran yang selalu terpapar dengan radiasi komputer atau pekerja rental
komputer.
b. Sistem Vestibular
Secara sederhana, sistem vestibular merupakan sebuah sistem yang
bertanggungjawab terhadap orientasi tubuh dalam ruang, baik saat kita sedang
duduk, berdiri, tidur dan lain sebagainya. Sistem vestibular berperan penting
dalam keseimbangan, gerakan kepala dan gerak bola mata. Sistem vestibular
meliputi organ-organ di telinga bagian dalam dan berhubungan dengan sistem
visual dan pendengaran untuk merasakan arah dan kecepatan gerakan kepala
(Watson dkk, 2008).

10
Individu dengan kerusakan sistem vestibular yang disebabkan oleh cedera
otak, infeksi virus atau penuaan mungkin mengalami vertigo dan instabilitas
postur (Kisner and Colby, 2007). Contoh penyakitnya yaitu Meniere ditandai
dengan keluhan berulang berupa vertigo, tinitus dan gangguan pendengaran
(Ratna, 2014).

Gambar 2.2 Sistem Vestibular


Sumber : Data Sekunder
c. Sistem Somatosensoris

Gambar 2.3 Sistem Somatosensori


Sumber : Data Sekunder
Sistem somatosensori adalah sistem sensorik yang beragam yang terdiri
dari reseptor dan pusat pengolahan untuk menghasilkan modalitas sensorik
seperti sentuhan, temperatur, proprioception dan nociception (nyeri). Impuls
alat indra dari reseptor raba di kulit dan jaringan lain serta otot diproses di
korteks menjadi kesadaran akan posisi tubuh dalam ruang (Irfan, 2010).
Contoh penyakit, Hipertermi dapat disebabkan gangguan otak atau akibat
bahan toksik yang mempengaruhi pusat pengaturan suhu. Zat yang dapat
menyebabkan efek perangsangan terhadap pusat pengaturan suhu sehingga
menyebabkan demam disebut pirogen.
2. Gangguan pada Integrasi Sensori Motor

11
Kerusakan basal ganglia, cerebelum atau area motor suplement mengganggu
proses datangnya informasi sensoris, mengakibatkan kesulitan mengadaptasikan
informasi sensoris dalam menanggapi perubahan lingkungan dan terganggunya
antisipasi dan reaksi penyesuaian postural (Kisner and Colby, 2007).
3. Gangguan pada Biomekanik dan Motor Output
Defisit dalam komponen motor kontrol keseimbangan dapat disebabkan oleh
gangguan sistem muskuloskeletal dan neuromuskuler. Malalignment postur
mengakibatkan COM (center of mass) bergeser dari pusat BOS (base of support)
meningkatkan perubahan pada batas stabilitasnya. Karena kaki beroperasi sebagai
rantai tertutup, gangguan LGS(lingkup gerak sendi) atau kekuatan otot di salah satu
sendi dapat mengubah postur dan keseimbangan gerakan di seluruh tungkai.
Sebagai contoh, pembatasan gerakan pergelangan kaki karena kontraktur,
penggunaan ortose pada kaki atau kelemahan pada penggerak dorsi fleksi
pergelangan kaki menghilangkan penggunaan ankle strategy mengakibatkan
peningkatan penggunaan otot panggul dan trunk untuk kontrol keseimbangan. Pada
individu dengan kasus neurologis kegagalan untuk menghasilkan kekuatan otot yang
adekuat karena abnormalitas tonus atau gangguan koordinasi dari strategi motorik
menghambat kemampuan seseorang untuk merekrut otot yang dibutuhkan untuk
keseimbangan. Nyeri dapat mengubah batas normal stabilitas seseorang dan jika
berlangsung terus-menerus mengakibatkan gangguan mobilitas (Kisner and Colby,
2007).

G. Contoh Kegiatan dalam Menjaga Keseimbangan Tubuh di Tempat Kerja


1. Memperhatikan sikap tubuh (sikap duduk dan sikap berdiri), mengangkut dan
mengangkat barang ketika bekerja.
2. Mengingat pentingnya kesegaran jasmani untuk kesehatan dan produktivitas maka
pembinaan kesegaran jasmani perlu mendapat perhatian yang lebih, sungguh-
sungguh baik berupa pelaksanaan, pembinaan kesegaran jasmani yang khusus
maupun melalui berbagai kegiatanolahraga. Pembinaan kesegaran jasmani perlu
dilaksanakan sejak seleksi karyawan yang berupa tes kesegaran jasmani.
3. Menjaga lingkungan kerja, kondisi ini sangat mempengaruhi terhadap produktivitas
pekerja. Lingkungan kerja bisa berupa lingkungan fisik, kimia, biologi, maupun
psikologi. Berkaitan dengan hal-hal yang ada disekitar orang yang melakukan
aktivitas pekerjaan, seperti pencahayaan ditempat kerja, temperatur ditempat kerja,
12
kebisingan di tempat kerja,desain interior ditempat kerja termasuk bentuk dan warna
dan getaran di tempat kerja.

H. Contoh Aktivitas yang dapat Melatih Keseimbangan Tubuh


Latihan keseimbangan yang dapat digunakan untuk meningkatkan keseimbangan
dinamis antara lain adalah: latihan dengan menggunakan wobble board, foam pad,
trampoline, single leg balance with contralateral limb trunk motion dan single leg
balance with external perturbation (DiStefano, 2009).
Periode latihan minimum yang digunakan untuk meningkatkan keseimbangan
adalah 10 menit, 3 hari dalam seminggu selama 4 minggu, dimana latihan terpanjang
yang digunakan 3 hari dalam seminggu selama 12 minggu. Dari sudut pandang yang
efisien, tampak bahwa 4 minggu pelatihan keseimbangan adalah cukup untuk
meningkatkan keseimbangan statis maupun dinami (DiStefano, 2009).
Contoh Aktivitas yang dapat melatih keseimbangan tubuh adalah sebagai berikut:
1. Berdiri dengan satu kaki
2. Leg swings
3. Memutar tangan searah jarum jam
4. Memutar kaki searah jarum jam
5. Keseimbangan di permukaan tidak rata
6. Squat dengan satu kaki

Melatih keseimbangan tubuh dapat memberikan beberapa manfaat, di antaranya


adalah sebagai berikut.
1. Membantu meningkatkan prestasi.
2. Mencegah terjadinya cedera ketika berolahraga.
3. Mempercepat proses penyembuhan bagi mereka yang tengah sakit.
4. Memperbaiki keadaan keseimbangan tubuh.
5. Memperbaiki kerja otak dan sistem vestibular.
6. Membantu meningkatkan kekuatan otot pada anggota bawah tubuh.

13
BAB III
PENUTUP

A. Kesimpulan
1. Keseimbangan merupakan salah satu faktor yang dibutuhkan individu dalam
melakukan gerak yang efektif dan efisiensi selain fleksibilitas (fleksibility),
keoordinasi (coordination), kekuatan (power) dan daya tahan (endurance)
2. Komponen keseimbangan tubuh terdiri dari sistem visual, sistem vestibular, sistem
somatosensoris (proprioseptif), dan kekuatan otot
3. Fisiologi mulai terjadinya keseimbangan saat reseptor di mata menerima masukan
penglihatan, reseptor di kulit menerima masukan kulit, reseptor di sendi dan otot
menerima masukan proprioseptif dan reseptor di kanalis semikularis dan organ
otolith.
4. Faktor-faktor yang mempengaruhi keseimbangan tubuh yaitu faktor biomekanik dan
faktor fisik. Faktor biomekaniku terdiri dari pusat gravitasi, garis gravitasi, bidang
tumpu, dan kekuatan otot. Faktor fisik terdiri dari umur, berat badan, jenis kelamin,
genetik, dan aktivitas fisik
5. Keseimbangan tubuh sangat berperangaruh terhadap pekerja. Keseimbangan yang
buruk akan meningkatkan resiko jatuh.
6. Gangguan keseimbangan tubuh akibat kerja di tempat kerja yaitu gangguan pada
Sensory input, gangguan pada integrasi sensor motor, dan gangguan pada
bioemekanik dan motor output
7. Contoh kegiatan dalam menjaga keseimbangan tubuh di tempat kerja yaitu
memperhatikan sikap tubuh, mengingat pentingnya kesegaran jasmani, dan menjaga
lingkungan kerja
8. Contoh aktivitas fisik yang dapat melatih keseimbangan tubuh yaitu berdiri dengan
satu kaki, leg swings, memutar tangan searah jarum jam, memutar kaki searah jarum
jam, keseimbangan di permukaan tidak rata, dan squat dengan satu kaki

B. Saran
Melatih dan menjaga keseimbangan tubuh di tempat kerja harus ditingkatkan
dalam upaya mencegah terjadinya kecelakaan akibat kerja dan mampu meningkatkan
kesehatan para pekerja. Kemampuan menyeimbangkan antara massa tubuh dengan
bidang tumpu akan membuat manusia mampu untuk beraktivitas secara efektif dan

14
efisien. Menghindari faktor-faktor yang mempengaruhi keseimbangan tubuh maka juga
akan membantu menghindarkan tubuh dari gangguan-gangguan kesehatan yang mungkin
terjadi.

15
DAFTAR PUSTAKA

D.P, Mekayanti Ayu., Ni.k, Indrayani., Nk. Dewi Kormia. 2015. Optimalisasi Kelenturuan
(Flexibelity), Keseimbangan (Balance), dan Kekuatan (Strength) Tubuh Manusia
Secara Instan dengan Menggunakan “Secret Method”
Distefano, L. J., Blackburn, J. T., Marshall, S. W., & Padua, D. A. (2009). Gluteal muscle
activation during common therapeutic exercises. journal of orthopaedic & sports
physical therapy, 39(7), 532-540.
Hanes, D. A., & McCollum, G. (2006). Cognitive-vestibular interactions: a review of patient
difficulties and possible mechanisms. Journal of vestibular research, 16(3), 75-91.
https://flexfreeclinic.com/artikel/detail/154?title=pentingnya-keseimbangan-tubuh
Irfan muhammad. 2010. Fisioterapi bagi Insan Stroke. Graha Ilmu. Jakarta
Kisner, C., & Colby, L. A. (2007). Therapeutic exercises. Foundations and techniques, 6,
260-5.
Kusuma Y. W., 2019, KORELASI INDEKS MASA TUBUH (IMT) DENGAN
KESEIMBANGAN DINAMIS LANJUT USIA DI POSYANDU DAHLIA 14
KELURAHAN PUCANG SAWIT KECAMATAN JEBRES SURAKARTA, Publikasi
Ilmiah: Program Studi Fisioterapi Fakultas Ilmu Kesehatan Universitas
Muhammadiyah Surakarta.
Mekayanti, A., Indrayani, & Dewi, K. (2015). Optimalisasi Kelenturan (Flexibelity),
Keseimbangan (Balance), dan Kekuatan (Strength) Tubuh Manusia secara Instan
dengan Menggunakan “Secret Method.” Jurnal Virgin, Jilid 1, Nomor 1, Januari 2015,
(2015), 40-49. ISSN: 2442-2509.
Prasad, S., & Galetta, S. L. (2011). Anatomy and physiology of the afferent visual
system. Handbook of clinical neurology, 102, 3-19.
Ratna Sari, D. (2014). Rehabilitasi vestibular pada penyakit meniere ditinjau dari Ked, dan
Islam (Doctoral dissertation, Universitas YARSI).
Sahabuddin, H. U. M. A. I. R. A. H. (2016). Hubungan antara flat foot dengan keseimbangan
dinamis pada murid TK Sulawesi kota Makassar. Skripsi: Program Studi Fisioterapi
Fakultas Kedokteran Universitas Hasanuddin Makassar.
Watson, M., Saraiya, M., Benard, V., Coughlin, S. S., Flowers, L., Cokkinides, V., ... &
Giuliano, A. (2008). Burden of cervical cancer in the United States, 1998–
2003. Cancer, 113(S10), 2855-2864.

16

Anda mungkin juga menyukai