Anda di halaman 1dari 17

Modul Pelatihan Berbasis Kompetensi Kode Modul

Sub-Golongan Jasa Pendidikan Lainnya Pemerintah P.85430.011.00

HALAMAN JUDUL

JUDUL : MODUL PELATIHAN BERBASIS KOMPETENSI :


EVAKUASI
Disusun Oleh : Yuni Indarti, S.Sos.,MM
Editor : Yuni Indarti, S.Sos. MM.
Diterbitkan Oleh : Badan Pengembangan Sumber Daya Manusia Provinsi
Jawa Tengah Tahun 2022
A. TUJUAN PEMBELAJARAN
1. TUJUAN UMUM
Memberikan pemahaman terkait dengan Evakuasi.
2. TUJUAN KHUSUS
a. Mengetahui dan memahami tentang Evakuasi
b. Mengetahui dan memahami tentang Prinsip-prinsip Evakuasi
B. POKOK BAHASAN
1. PERTOLONGAN PERTAMA
2. PENILAIAN PENDERITA
3. EVAKUASI
Modul Pelatihan Berbasis Kompetensi Kode Modul
Sub-Golongan Jasa Pendidikan Lainnya Pemerintah P.85430.011.00
BAB I
PEMINDAHAN PENDERITA
Kecepatan merupakan salah satu tujuan penting dalam pertolongan gawat darurat. Pada
keadaan yang berbahaya mungkin seorang penolong perlu segera mengalami keadaan yang
mengancam nyawa maka upaya untuk membawanya secepat mungkin ke fasilitas eksehatan dapat
membedakan hasilnya antara hidup dan mati.
Pada situasi yang berbahaya Tindakan yang tepat, cepat dan waspada sangatlah penting.
Cepat tidak berarti boleh salah. Perhatian penolong mungkin tertuju pada bagaimana mengangkat
dan memindahakn penderita secepat mungkin sehingga dapat terjadi kelalaian. Penderita
mungkina akan dipindahkan beberapa kali sebelum akhirnya mencapai fasilitas Kesehatan yang
memadai. Adakalanya kita harus mengubah posisi penderita. Pemindahan penderita pasti
dilakukan setelah perawatan darurat selesai.
A. Hal -hal yang harus diperhatikan sebelum evakuasi
Saat tiba di lokasi kejadian seorang pelaku pertolongan pertama perlu mempertimbangkan
apakah akan melakukan perawatan semneetara terhadap penderita terlebih dahulu atau segera
memindahkannya.
Bila dianggap perlu untuk memindahkan penderita maka penolong harus memperhatikan
hal sebagai berikut :
1. Jangan membuat cedera lebih lanjut pada penderita.
2. Hindari cedera pada penolong
Untuk itu Tindakan pemindahan harus dilakukan dengan tepat dan hati-hati untuk
menghindari hal tersebut diatas.
Mekanika tubuh
Dalam ilmu pertolongan pertama ada istilah yang dikenal dengan mekanika tubuh, yang berarti
menggunakan Gerakan tubuh penolong yang baik dan benar untuk memudahkan
pengangkatan dalam pemindahan penderita. Tujuan utamanya adalah menghindari atau
mencegah terjadinya cedera pada penolong.
B. Prinsip dasar memindahkan penderita
Dalam melakukan evakuasi harus memperhatikan prinsip-prinsip sebagai berikut:
1. Jangan dilakukan jika tidak mutlak perlu
2. Lakukan sesuai dengan Teknik yang baik dan benar
3. Kondisi fisik penolong harus baik dan terlatih.
Tindakan atau Angkatan yang tidak benar dapat menyebabkan cedera yang dikenal dengan
istilah low back pain (nyeri pinggang bagian bawah). Cedera ini mungkin tidak langusngs
terjadi setelah pengangkatan namun dapat terjadi beberapa tahun kemudian. Ingat, ini
bukan aktifitas yang dilakukan secara rutin setiap hari.

Berikut ada beberapa hal yang harus dilakukan pada saat mengangkat atau memindahkan
penderita:
1. Nilai kesulitan yang mungkin akan terjadi pada saat proses pemindahan dan pengangkatan
berlangsung.
2. Rencanakan pergerakan sebelum mengangakt penderita, termasuk bagaimana
memindahkannya. Berapakah berat penderita? Bagaimana memindahkannya? Berapa jauh
pergerakan penolong? Metode pengangkatan apa yang akan digunakan? Ini merupakan
beberapa pertanyaan yang jawabannya akan menentukan cara yang dipilih. Pengalaman
memainkan peranan yang sangat besar untuk menentukan Langkah terbaik.
3. Jangan coba mengangkat dan menurunkan penderita jika tidak yakin mampu
mengendalikannya.
4. Gunakan otot tungkai untuk mengangkat, bukan otot punggung. Gunakan otot paha dan
panggul serta otot perut, hindari Gerakan membungkuk. Selalu upayakan agar punggung
berada dalam satu garis lurus. Otot punggung hanya digunakan untuk menjaga kelurusan
punggung. Gunakan otot untuk menekuk, hindari penggunaan otot-otot regang. Otot
untuk menekuk lebih kuat.
5. Jaga keseimbangan. Selalu mulai dari posisi pembebanan yang seimbang dan pertahankan
agar tetap seimbang.
6. Pindahkan penderita dengan beban serapat mungkin dengan tubuh penolong. Merapatkan
beban ke tubuh membantu mengurangi beban otot. Pegangan akan lebih kuat dan posisi
lebih stabil. Tindakan ini juga untuk membantu mencegah terjadinya cedera punggung.
7. Lakukan Gerakan secara menyeluruh agar tubuh saling menopang secara vertical.
Bayangkan bahwa bahu anda ditopang oleh pinggang, pinggang pada tungkai.
8. Bila dapat dikurangi jarak atau ketinggian yang harus dilalui. Ini akan menghemat tenaga
penolong termasuk menghindari cedera.
9. Perbaiki posisi dan angkatlah secara bertahap.
Prinsip-prinsip tersebut di atas juga dapat digunakan saat mengangkat, mendorong,
membawa, menggerakkan atau meraih benda yang relative berat. Kunci untuk mencegah cedera
punggung adalah menjaga tulang punggung tetap lurus. Pertahankan lengkung alamiah tulang
punggung. Sebaiknya semua ini dilakukan di dalam tim atau kelompok, lakukan komunikasi dan
koordinasi sesering mungkin. Mekanika tubuh yang baik tidak akan membantu mereka yang tidak
siap secara fisik.
Seluruh anggota tim hendaknya dilatih dengan tepat. Permasalahan dapat terjadi Ketika
bentuk fisik maupun tenaga setiap anggota tim sangat tidak sebanding. Rekan yang kuat akan
mengalami cedera jika yang lemah terjatuh saat mengangkat, rekan yang lemah terjatuh saat
mengangkat, rekan yang lemahpun dapat cedera jika mencoba melakukan hal yang berlebihan.
Yang idela adalah setiap anggota dalam tim mempunyai tinggis dan kemampuan yang sama. Untuk
itu kenalilah kemampuan fisik dan keterbatasan anda dan tim anda.
Modul Pelatihan Berbasis Kompetensi Kode Modul
Sub-Golongan Jasa Pendidikan Lainnya Pemerintah P.85430.011.00
BAB III
PRINSIP-PRINSIP EVAKUASI
Kecepatan merupakan salah satu tujuan penting dalam pertolongan gawat darurat. Pada
keadaan yang berbahaya mungkin seorang penolong perlu segera memindahkan penderita. Bila
penderita mengalami keadaan yang mengancam nyawa maka upaya untuk membawanya secepat
mungkin ke fasilitas Kesehatan dapat membedakan hasilnya antara hidup dan mati.
Pada situasi berbahaya tindakan yang tepat, cepat dan waspada sangat penting. Cepat
tidak berarti boleh salah. Perhatian penolong mungkin tertuju pada bagaimana mengangkat dan
memindahkan penderita secepat mungkin sehingga dapat dimungkinkan terjadi kelalaian.
Penderita mungkin akan dipindahkan beberapa kali sebelum akhirnya mencapai fasilitas Kesehatan
yang memadai. Adakalanya kita harus mengubah posisi penderita. Pemindahan penderita pasti
dilakukan setelah perawatan darurat selesai. Saat tiba di lokasi kejadian seseorang pelaku
pertolongan pertama perlu mempertimbangkan apakah akan melakukan perawatan sementara
terhadap penderita terlebih dahulu atau segera memindahkannya.
A. Prinsip-prinsip Evakuasi
Bila dianggap perlu untuk memindahkan penderita maka penolong harus memperhatikan
hal sebagai berikut:
1. Jangan membuat cedera lebih lanjut pada penderita.
2. Hindari cedera pada penolong

Untuk itu tindakan pemindahan harus dilakukan dengan tepat dan hati-hati untuk
menghindari hal tersebut di atas.
Prinsip dasar memindahkan penderita adalah:
1. Jangan dilakukan jika tidak mutlak perlu
2. Lakukan sesuai dengan teknik yang baik dan benar.
3. Kondisi fisik penolong harus baik dan terlatih.

Tindakan atau angkatan yang tidak benar dapat menyebabkan cedera yang
dikenal dengan istilah low back pain (nyeri pinggang bagian bawah). Cedera ini
mungkin tidak langsung terjadi setelah pengangkatan namun terjadi beberapa
tahun kemudian. Ingat, ini bukan aktivitas yang dilakukan secara rutin setiap hari.
B. Tata cara mengangkat dan Memindahkan penderita
Berikut ada beberapa hal yang harus dilakukan pada saat mengangkat atau
memindahkan penderita:
1. Nilai kesulitan yang mungkin akan terjadi pada saat proses pemindahan dan
pengangkatan berlangsung.
2. Rencanakan pergerakan sebelum mengangkat penderita, termasuk bagaimana
memindahkannya. Berapakah berat penderita? Bagaimana memindahkannya? Berapa
jauh pergerakan penolong? Metode pengangkatan apa yang akan digunakan? Ini
merupakan beberapa pertanyaan yang jawabannya akan menentukan cara yang
dipilih. Pengalaman memainkan peranan yang sangat besar untuk menentukan
langkah terbaik.
3. Jangan coba mengangkat dan menurunkan penderita jika tidak yakin mampu
mengendalikannya.
4. Gunakan otot tungkai untuk mengangkat bukan otot punggung. Gunakan otot paha
dan panggul serta otot perut, hindari gerakan membungkuk. Selalu upayakan agar
punggung berada dalam satu garis lurus. Otot punggung hanya digunakan untuk
menjaga kelurusan punggung. Gunakan otot untuk menekuk, hindari penggunaan
otot-otot regang. Otot untuk menekuk lebih kuat.
5. Jaga keseimbangan. Selalu mulai dari posisi pembebanan yang seimbang dan
pertahankan agar tetap seimbang.
6. Pindahkan penderita dengan beban serapat mungkin dengan tubuh penolong.
Merapatkan beban ke tubuh membantu mengurangi beban otot. Pegangan akan lebih
kuat dan posisi lebih stabil. Tindakan ini juga untuk membantu mencegah terjadinya
cedera punggung.
7. Lakukan gerakan secara menyeluruh agar tubuh saling menopang secara vertikal.
Bayangkan bahwa bahu anda ditopang oleh pinggang, pinggang pada tungkai.
8. Bila dapat kurangi jarak atau ketinggian yang harus dilalui. Ini akan menghemat
tenaga penolong termasuk menghindari cedera.
9. Perbaiki posisi dan angkatlah secara bertahap.
Kunci untuk mencegah cedera punggung adalah menjaga tulang punggung tetap
lurus. Pertahankan lengkung alamiah tulang punggung.
Sebaiknya semua ini dilakukan di dalam tim atau kelompok, lakukan komunikasi dan
koordinasi sesering mungkin. Mekanika tubuh yang baik tidak akan membantu mereka yang
tidak siap secara fisik.
Seluruh anggota tim hendaknya dilatih dengan tepat. Permasalahan dapat terjadi ketika
bentuk fisik maupun tenaga setiap anggota tim sangat tidak sebanding. Rekan yang kuat akan
mengalami cedera jika yang lemah terjatuh saat mengangkat, rekan yang lemahpun dapat
cedera jika mencoba melakukan hal yang berlebihan. Yang ideal adalah setiap anggota dalam
tim mempunyai tinggi dan kemampuan yang sama. Untuk itu kenalilah kemampuan fisik dan
keterbatasan anda dan tim anda.

Memindahkan penderita
Setelah melakukan penilaian keadaan dan penilaian dini, selanjutnya kita harus
menentukan prioritas pemindahan penderita.
Beberapa pertanyaan yang mungkin terjadi adalah:
a. Kapan saatnya penderita dipindahkan.
b. Apakah penilaian dan pemeriksaan penderita harus selesai sebelum pemindahan?
c. Berapa lamakah tulang belakang harus dijaga (Stabilisasi manual)?
Tidak ada definisi yang pasti kapan seorang penderita harus dipindahkan. Sebagai pedoman
dapat dikatakan bahwa bila tidak ada bahaya berikan pertolongan dulu baru pindahkan
penderita. Bila situasi dan kondisi di lapangan relative tidak aman mungkin harus dilakukan
pemindahan korban terlebih dahulu. Pengalaman dilapangan sangat membantu.
Berdasarkan masalah keselamatan pengangkatan dan pemindahan penderita digolongkan
menjadi 2 bagian :
- Peminidahan darurat
- Pemindahan biasa atau bukan darurat
Yang dimaksud dengan darurat disni bukanlah darurat masalah peralatan yang dipakai untuk
memindahkan tetapi darurat masalah keadaan atau situasi di tempat kejadian.
A. Pemindahan darurat
Lakukan pemindahan darurat hanya bila ada bahaya segera terhadap penderita atau
penolong dan juga bila penderita menutupi akses ke penderita lainnya. Tindakan ini
dilakukan secara terpaksa tanpa memandang cedera apa yang dialami oleh penderita,
bahkan sebelum melakukan penilaian dini.
Beberapa contoh keadaan yang memerlukan pemindahan darurat:
1. Keakaran atau ancaman kebakaran
2. Ledakan atau ancaman ledakan
3. Ketidakmampuan untuk melindungi penderita dari bahaya lain seperti :
- Bangunan yang tidak stabil
- Mobil terguling, bensin tumpah
- Adanya bahan bahan berbahaya
- Orang sekitar yang berperilaku aneh
- Kondisi cuaca yang buruk
4. Terpaksa memindahkan penderita agar dapat mencapai penderita yang lain
5. Ketika Tindakan tidak dapat dilakukan karena lokasi atau posisi penderita seperti :
seorang yang mengalami henti nafas, henti jantung, RJP harus dilakukan pada posisi
terlentang diatas alas yang keras.

Bahaya terbesar dalam melakukan pemindahan darurat adalah kemungkinan membuat cedera
spinal menjadi lebih parah. Berikan perlindungan spinal sebanyak mungkin. Tariklah penderita
sepanjang sumbu Panjang tubuh. Upayakan tidak menarik kepala penderita menjauhi leher
dan bahu, sedemikian rupa sehingga kepala, leher dan punggung berada dalam satu garis
lurus. Amankan lengan dan tangan. Mengeluarkan penderita secara aman dan cepat dari mobil
tidak mungkin. Pindahkan penderita hanya pada keadaan tersebut diatas.
Contoh cara pemindahan darurat:
a) Tarikan lengan
Posisikan diri Anda pada sisi kepala. Masukkan lengan kanan anda dibawah ketiak kanan
penderita dan pegang lengan bawah penderita, lakukan hal yang sama dengan lengan
kiri. Silangkan kedua lengan penderita di depan dada, lalu tariklah penderita ke belakang.
Tentu saja kedua kaki penderita akan terbentur karena itu kalua tidak terpaksa jangan
dilakukan hal ini.
b) Tarikan bahu
Berlututlah di bagian kepala penderita masukkan ekdua tangan anda di bawah ketiak
penderita, cengram, lalu tariklah ke belakang. Sekali lagi cara ini berbahaya.
c) Tarikan baju
Untuk melakukan tehnik ini sebelumnya lakukan hal dibawah ini:
Pertama, ikat tangan penderita atau pergelangan tangannya dengan longgar memakai
kain segitiga atau kasa gulung untuk melindungi selama pemindahan. Kemudian cengram
bahu dari baju penderita. Tarik baju kebawah kepala penderita untuk membentuk
penyokong. Gunakan ujung baju ini sebagai gagang untuk menarik penderita kea rah
anda. Hati-hati jangan sampai penderita tercekik. Penarikan baju ini sebaliknya dilakukan
pada daerah ketiak penderita bukan leher. Tarik baju hanya dapat dilakukan pada baju
yang kuat bahannya.
d) Tarikan selimut
Bila penderita telah berbaring diatas selimut lipatlah bagian selimut yang berada di bagian
kepala penderita, lalu tariklah penderita ke belakang. Jangan lupa untuk menyimpul
selimut pada bagian kaki agar penderita tidak tergeser.
e) Menjulang
Gendong penderita di belakang punggung penolong dengan satu penolong dengan cara
mengangkat lalu membopongnya car aini lazim dipakai oleh pemadam kebakaran.

Pemindahan biasa atau tidak darurat


Jika tidak ada keadaan atau situasi yang membahayakan penolong atau penderita, maka
penderita baru dipindahkan bila semua perawatan darurat di lapangan sudah siap. Pemindahan
biasa tidak banyak membutuhkan peralatan. Bila ada kecurigaan cedera spinal gunakan bidai
tubuh sebelum mengangkat penderita.
Pemindahan bukan darurat/bias aini dilakukan jika penolong sudah melakukan :
a) Penilaian awal sudah lengkap dilakukan
b) Denyut nadi dan nafas stabil
c) Perdarahan sudah dikendalikan
d) Tidak ada cedera leher
e) Semua patah tulang sudah dimobilisasi

Teknik yang umum dipakai


1. Teknik Angkatan langsung
Teknik ini biasanya memerlukan 3 penolong. Teknik ini bermanfaat jika tandu tidak
dapat dibawa ke penderita atau pada saat akan memindahkan penderita ke atas tandu.
Cara ini akan terasa berat bila bobot penderita lebih dari 70 80 kg, permukaan tanah
yang dilalui tidak rata atau penderita sadar yang tidak mau bekerjasama.
Beritahukan penderita apa yang akan anda kerjakan dan minta penderita untuk
tetap tenang demi keseimbangan penolong. Letakkan lengan penderita di atas dada jika
mungkin.
Untuk pengangkatan langsung ikuti Langkah berikut:
a. Ketiga penolong berlutut pada salah satu sisi penderita, jikamemungkinkan beradalah
pada sisi yang paling sedikit cedera.
b. Penolong pertama menyisipkan satu lengan di bawah leher dan bahu lengan dan
lengan yang satu disisipkan di bawah punggung penderita.
c. Penolong kedua menyisipkan tangan di bawah pungung dan bokong penderita.
d. Penolong ketiga menyiispkan satu lengan di bawah bokong penderita dan lengan
yang satunya dibawah lutut penderita
e. Penderita siap diangkat dengan satu perintah
f. Angkat, penderita keatas lutut ketiga penolong secara bersamaan
g. Sisipkan tandu yang akan digunakan di bawah penderita dan atur letaknya oleh
penolong yang lain.
h. Letakkan Kembali penderita diatas tandu dengan satu perintah yang baik.
i. Jika akan berjalan tanpa memakai tandu dari Langkah no 6 teruskan dengan
memiringkan penderita ke dada penolong.
j. Berdiri secara bersamaan dengan suatu perintah
k. Berjalanlah kearah yang anda kehendaki dengan melangkah bertahap.
2. Cara mengangkat tandu
Dalam keadaan berjongkok dan akan mengangkat tandu:
a. Tempatkan kaki anda pada jarak yang tepat
b. Punggung harus tetap lurus
c. Kencangkan otot punggung dan otot perut anda. Kepala tetap menghadap ke depan
dalam posisi netral.
d. Tempatkan tangan anda pada jarak yang cukup untuk memberikan keseimbangan
pada saat pengangkatan beban.
e. Gengamlah pegangan tandu dengan baik
f. Selama anda memulai mengangkat pungugg harus tetap terkunci sebagai poros dan
kekuatan control otot seluruhnya pada otot tungkai.
g. Saat menurunkan tandu lakukan Langkah diatas pada urutan selanjutnya.
3. Teknik angkat anggota gerak
Biasanya diperlukan dua penolong untuk melakukan Teknik ini:
a. Penolong pertama mengambil posisi di kepala penderita
b. Lakukan pengangkatan pada lengan penderita
c. Penolong yang lain berdiri diatara dua tungkai penderita, menyelipkan tangan dan
mengangkat kedua lutut penderita.
d. Dengan satu aba-aba kedua penolong dapat memindahkan penderita pada lokasi
yang diinginkan.
Posisi Penderita
Selain masalah pemindahan penderita, hal lain yang perlu mendapat perhatian adalah
bagaimana mengatur posisi penderita. Secara umum dapat dikatakan bahwa posisi penderita
tergantung dari cedera yang dialami dan keadaan pada saat itu.
Beberapa pedoman untuk memposisikan penderita:
- Penderita dengan syok, letakkan dalam posisi syok jika tidak ditemukan tanda-tanda cedera
apda tungkai atas (patah tulang) dan tulang belakang. Tinggikan tungkai sekitar 20 – 30
cm.
- Penderita dengan gangguan pernafasan posisikan duduk atau setengah duduk. Penderita ini
umumnya ingin berada dalam posisi duduk.
- Penderita dengan nyeri perut, posisikan tidur satu sisi dengan tungkai ditekuk.
- Penderita trauma, terutama tersangka cedera spinal harus segera distabilkan dan imobilisasi
dengan papan spinal Panjang.
- Penderita tidak ada respon dan tidak ditemukan atau tidak dicurigai ada cedera spinal atau
cedera berat lainnya posisikan miring stabil/pemulihan.
- Posisi nyaman, bila cedera tidak menganggu.
Posisi terbaik melakukan pemindahan tergantung kondisi saat itu.

PERALATAN
Ada banyak peralatan yang tersedia untuk mengangkat dan memindahkan penderita. Alat
mana yang akan dipakai tergantung dari keadaan penderita ditemukan dan jenis cedera
yang dialami.
Tandu beroda
Sebuah tandu yang memiliki kaki beroda, tandu ini dapat dilipat kakinya sehingga dapat
masuk ke dalam ambulan, alat ini harus dilatih dalam penggunaanya.
Tandu lipat
Biasanya terbuat dari rangka aluminium dengan dasar dari terpal. Mudah dan murah namun
tidak begitu kokoh dalam melindungi tulang belakang. Pembersihannya juga sulit.
Tandu scoop
Tandu yang terdiri dari dua (kadang-kadang empat belahan) yang masing-masing diselipkan
dari satu sisi penderita, kemudian diselipkan masing-masing dibawah satu sisi penderita dan
kemudian dapat dikunci, sangat ideal untuk mengangkat dari ruangan sempit.
Tandu ini harganya agak mahal, untuk itu pada saat mengangkat penderita sebaiknya
dengan empat penolong satu bagian kepala, satu bagian kaki dan masing-masing satu di
kiri dan kanan. Ingat tandu ini hanya dipakai untuk mengangkat dan memindahkan, bukan
untuk transportasi.
Tandu kursi
Bila kita membawa penderita turun dari tangga akan besar kemungkinan menambah cedera,
untuk itu cara yang aman untuk membawa penderita turun adalah dengan memakai kursi.a
da tandu kursi yang khusus dibuat menyerupai kursi, namun dapat juga memakai kursi biasa
yang ada pegangan tangan disampingnya.
Sewaktu melakukan pengangkatan dengan tandu kursi jangan lupa kaidah-kaidah
pengangkatan yang benar. Selesai menuruni tangga penderita dapat dipindahkan pada
tandu yang biasa.
Sebaiknya ada penolong lain yang bertugas sebagai pengamat. Penolong ini dapat
memberikan aba-aba ataupun memberitahu berapa anak tangga lagi yang harus dilalui.
Papan spinal
Papan spinal ini ada dua, Panjang dan pendek. Papan spinal Panjang adalah sepanjang
tubuh oenderita dan dipakai bila ada kecurigaan cedera tulang belakang. Setelah berada
diatas papan spinal penderita tidak akan dipindahkan lagi sehingga tidak perlu membolak
balikkan penderita, kadang-kadang dirumah sakit penderita akan tetap berada di atas papan
ini.
Papan spinal pendek hanya sampai pinggul penderita dan dapat menstabilkan sampai pada
pinggul penderita.
Ini digunakan untuk menstabilkan seorang penderita yang berada pada posisi duduk dengan
kecurigaan cedera tulang belakang. Jelas bahwa alat ini dipakai pada perawatan pra rumah
sakit dan bermanfaat untuk misalnya mengeluarkan pengendara dari mobil yang mengalami
kecelakaan.
Mengikat penderita pada papan spinal
Setiap penderita diatas papan spinal harus diikat dengan baik untuk mencegah ia
terlepas.pengikat yang disiapkan harus cukup Panjang sehingga dapat dipakai untuk
diseluruh papan pada penderita yang ebsar.
Pada dasarnya ada ikatan harus melalui lengan atas/bahu, tubuh dan panggul serta lutut
dan pergelangan kaki. Penempatan ini memberikan kemampuan mengikat maksimal tubuh
penderita terutama bagian yang paling berat.
Imobilisasi kepala
Cara yang terbaik adalah menggunakan gulungan selimut atau handuk. Dua buah handuk
atau kain digulung sehingga Panjang dan tingginya hamper sama dengan kepala lalu
diletakkan diatas bahu disamping kanan dan kiri kepala. Bila tidak ada bidai leher maka cara
ini cukup efektif untuk menahan pergerakan kepala.
Tandu pabrik lainnya:
1. Tandu basket, untuk pertolongan di ketinggian atau keadaan khusus.
2. Matras vakum, untuk membidai seluruh tubuh penderita.
Tandu yang lain
Anda dapat menggunakan tandu yang anda buat sendiri seperti:
1. Dengan bahan selimut
2. Dengan kain sarung
3. Dengan menggunakan pakaian ataupun jaket
4. Dengan menggunakan dua utas tali dan dua batang bambu.
5. Daun pintar
6. Kursi.
Anda dapat mempergunakan materi-materi yang lain untuk melakukan pemindahan
penderita, tetapi yang perlu diingat anda harus menyesuaikan dengan keadaan cedera
penderita, ingat tujuan dari Bab ini adalah seperti yang telah diterangkan diatas.
Beberapa keadaan khusus
Kecelakaan lalu lintas
Pastikan bahwa keadaan sudah aman, kendaraan yang mengalami kecelakaan sudah
diamankan dan stabil. Pastikan bahaya terjadinya kebakaran atau ledakan sudah dicegah.
Upayakan mencari jalan masuk yang paling mudah dahulu, yaitu melalui pintu baru jendela.
Bila penderita tergencet jangan langsung mencoba mengangkat/menggerakkan tubuh,
karena dapat menambah parah cedera yang sudah terjadi. Setelah masuk ke dalam mobil
upayakan agar dapat mmebuat ruang gerak lebih luas, misalnya memundurkan jok.
Bila ada bahaya kebakaran maka keluarkan penderita secepat mungkin dari kendaraan. Bila
mobil masuk kedalam air jangan berupaya membuka pintu mobil karena tekanan dari luar
lebih besar sehingga tidak dapat dibuka. Tekanan harus disamakan dengan membiarkan air
masuk ke dalam.
Kebakaran
Umumnya penderita di lokasi kebakaran meninggal bukan karena terkena api tetapi lebih
banyak karena kegagalan pernafasan akibat tidak adanya oksigen yang cukup atau karena
banyaknya gas beracun. Ingat : utamakan keselamatan penolong lebih dahulu. Biasanya
udara panas dan beracun akibat kebakaran akan berada lebih tinggi, sehingga pergerakan
dalam ruangan berasap dianjurkan dengan berjalan merangkak.
TRANSPORTASI
Ambulans bukan merupakan satu satunya cara untuk membawa penderita ke fasilitas
kesehatan. banyak cara untuk membawa penderita. hal yang paling penting adalah
mencegah terjadinya cedera baru atau memperparah cedera yang sudah ada.
Aturan umum untuk setiap alat angkut yang akan digunakan untuk membawa penderita
adalah :
a. Penderita dapat telentang
b. Cukup luas untuk penderita dan penolong melakukan tugasnya
c. Cukup tinggi sehingga petugas dapat melakukan RJP sambi jalan.
Syarat diatas tersebut hanya patokan. Di lapangan ada kemungkinan tidak menemukan
kendaraan yang memenuhi aturan tersebut diatas. Ini bukan berarti bahwa penderita tidak
dapat dibawa namun perhatian dan penilaian berkala perlu dilakukan lebih sering.
Berikan bantalan untuk mengurangi goncangan. Jangan tekukan penderita. Hindari rem
mendadak atau percepatan mendadak. Jalanlah dengan hati-hati. Walau kecepatan
memegang peranan tetapi perlu diingat kecepatan dapat menimbulkan kecelakaan.
Contoh beberapa alat transportasi
- Kendaraan niaga
- Pick up
- Gerobak
- Dua sepeda dimodifikasi
- Dan lainnya
Alat angkut tidak terbas hanya didarat, tetapi angkutan air seperti sampan atau perahu
terutama di daerah pedalaman atau kepulauan.
Masalah yang akan dihadapi bila menggunakan kendaraan yang dimodifikasi adalah pada saat
akan melakukan penilaian berkala perjalanan harus dihentikan.
Mempersiapkan penderita untuk ditransprotasi :
1. Lakukan penilaian berkala, pastikan penderita bernafas dengan baik
2. Pastikan tandu yang dipakai terikat dengan baik dalam kendaraan
3. Pastikan juga penderita diikat dengan baik di atas tandu. Ada kemungkinan posisi penderita
harus diubah dalam perjalanan.
4. Bersiaplah menghadapi komplikasi
5. Kendorkan pakaian yang mengikat
6. Periksa pembalutan
7. Periksa pembidaian
8. Bawalah keluarga penderita yang dapat membantu menenangkan penderita
9. Bawalah barang-barang penderita, dompet misalnya diperlukan karena baisanya berisikan
identitas penderita.
10. Tenangkan penderita. Ini merupakan proses yang berkelanjutan, adakalanya saat kita
mulai memindahkan penderita pada saat itulah penderita mulai merasa cemas dan takut.
Perawatan penderita selama perjalanan:
1. Bila mungkin kabari fasilitas Kesehatan yang kita tuju
2. Lanjutkan perawatan penderita. Pada beberapa keadaan pertolongan yang dilakukan di
lapangan hanya dilakukan secara cepat, sehingga sebagai penolong pekerjaan ini harusd
iselesaikan dalam perjalanan menuju fasilitas Kesehatan.\
3. Cari data tambahan bila penderita respons.
4. Lakukan penilaian berkala
5. Periksa ulang pembalutan dan pembidaian
6. Jaga jalan nafas tetap terbuka (airway). Penderita mungkin muntah dan muntahan ini perlu
dibawa contohnya karena mungkin merupakan data yang diperlukan di rumah sakit.
Misalnya pada kasus keracunan makanan.
7. Bercakaplah dengan penderita bila ia sadar.
8. Beritahukanlah kepada supir bila ada hal-hal dalam cara membawanya yang dapat
mempengaruhi keadaan penderita.
9. Bila terjadi henti jantung maka sebaiknya berhenti dan lakukan RJP
Modul Pelatihan Berbasis Kompetensi Kode Modul
Sub-Golongan Jasa Pendidikan Lainnya Pemerintah P.85430.011.00
DAFTAR PUSTAKA

Sarana, Lita. Julianti Susilo, dkk. 2009. Pedoman Pertolongan Pertama.


Markas Pusat PMI. Bandung : PT Avatar Arkam Pulishing

Anda mungkin juga menyukai