Anda di halaman 1dari 4

MODUL KETERAMPILAN DASAR TINDAKAN KEPERAWATAN

KELAS : XI
JURUSAN : ASISTEN KEPERAWATAN
PERTEMUAN : KE-13
MATERI : AMBULASI
KD : 3.13 Menerapkan pertolongan ambulasi klien klien

1. KONSEP DASAR AMBULASI


Ambulasi merupakan latihan yang dilakukan secara hati-hati tanpa tergesa-gesa untuk
memperbaiki sirkulasi dan mencegah flebotrombosis. Ambulasi dini adalah tahapan kegiatan
yang dilakukan segera pada klien pascaoperasi dimulai dari bangun dan duduk hingga klien
turun dari tempat tidur dan mulai berjalan dengan bantuan alat sesuai dengan kondisi klien
(Roper, 2002). Hal ini seharusnya menjadi bagian dalam perencanaan latihan untuk semua
klien. Ambulasi mendukung kekuatan, daya tahan dan fleksibilitas. Keuntungan dari latihan
berangsur-angsur dapat ditingkatkan seiring dengan pengkajian data klien yang menunjukkan
tanda peningkatan toleransi aktivitas.
Menurut Kozier (1995 dalam Asmandi, 2008), ambulasi adalah aktivitas berjalan. Ambulasi dini
merupakan tahapan kegiatan yang dilakukan segera pada klien pascaoperasi, dimulai dari
duduk hingga klien turun dari tempat tidur dan mulai berjalan dengan bantuan alat sesuai
dengan kondisi klien.

2. TUJUAN AMBULASI
Tindakan ambulasi bertujuan:
1. Memenuhi kebutuhan aktivitas
2. Memenuhi kebutuhan ambulasi
3. Mempertahankan kenyamanan
4. Mempertahankan toleransi terhadap aktivitas
5. Mempertahankan control diri klien
6. Memindahkan klien untuk pemeriksaan

3. PERSIAPAN AMBULASI DINI


Persiapan latihan fisik yang diperlukan klien hingga memiliki kemampuan ambulasi antara lain:
1. Latihan otot kuadrisep femoris dan otot gluteal dengan cara:
a. Kerutkan otot kuadrisep sambil berusaha menekan daerah popliteal, seolah-olah ia
menekan lututnya ke bawah hingga masuk ke lutut, semenytara kaki naik ke atas.
b. Hitung sampai hitungan kelima
c. Ulangi latihan ini 10-15 kali
2. Latihan untuk menguatkan otot ekstremitas atas dan lingkar bahu, dengan cara:
Bengkokkan dan luruskan lengan pelan-pelan sambal memegang berat traksi atau benda
yang beratnya berangsur-angsur ditambah dan jumlah pengulangannya. Hal ini berguna
untuk menambah kekuatan otot ekstremitas atas.
3. Menekan balon karet, yang berguna untuk meningkatkan kekuatan genggaman
4. Angkat kepala dan bahu dari tempat tidur, kemudian rentangkan tangan sejauh mungkin
5. Duduk di tempat tidur, angklat tubuh dari tempat tidur, tahan selama beberapa menit.

4. PRINSIP AMBULASI
Prinsip yang harus diperhatikan oleh perawat dalam membantu klien ambulasi adalah:
1. Ketika merencanakan untuk memindahkan klien, atur untuk bantuan yang adekuat
2. Gunakan alat bantu mekanik, jika bantuan tidak mencukupi
3. Dorong klien untuk membantu sebanyak mungkin sesuai kemampuan
4. Jaga punggung, leher, pelvis, dan kaki tetap lurus untuk mencegah terpelintir
5. Fleksikan lutut, buat kaki tetap lebar
6. Dekatkan tubuh perawat dengan klien (objek yang diangkat)
7. Gunakan lengan atau tungkai (bukan punggung)
8. Tarik klien ke arah penariknya menggunakan seprai
9. Rapatkan otot abdomen dan gluteal untuk persiapan bergerak
10. Sesorang dengan beban yang sangat berat diangkat bersama, yang dipimpin oleh
seseorang dengan menghitung sampai tiga (Wiyono, 2002)

5. ALAT YANG DIGUNAKAN DALAM PELAKSANAAN AMBULASI


Jenis alat yang digunakan dalam pelaksanaan ambulasi pada klien mencakup:
1. Kruk, yaitu alat yang terbuat dari logam atau kayu yang diogunakan permanen untuk
meningkatkan mobilisasi serta menopang tubuh dalam keseimbangan klien.
2. Tongkat (canes), yaitu alat yang terbuat dari kayu atau logam setinggi pinggang yang
digunakan pada klien dengan lengan yang mampu dan sehat. Ada dua jenis, yaitu tongkat
berkaki panjang dan lurus (single stight-legged) dan tongkat berkaki segiermpat ( quad
cane)
3. Walker, yaitu alat yang terbuat dari logam dan mempunyai empat penyangga yang kokoh
digunakan pada klien yang mengalami kelemahan umum, lengan yang kuat, dan mampu
menopang tubuh.

6. FAKTOR-FAKTOR YANG MEMENGARUHI AMBULASI


1. Status kesehatan
Perubahan status kesehatan dapat memengaruhi system musculoskeletal dan system saraf
berupa penurunan koordinasi. Perubahan tersebut dapat disebabkan oleh penyakit,
berkurangnya kemampuan untuk melakukan aktivitas sehari-hari, dan lain-lain.
2. Nutrisi
Satu diantara fungsi nutrisi bagi tubuh adalah membantu proses pertumbuhan tulang dan
perbaikan sel. Kurangnya nutrisi bagi tubuh dapat menyebabkan kelemahan otot dan
memudahkan terjadinya penyakit. Sebagai contoh, tubuh yang kekurangan kalsium akan
lebih mudah mengalami fraktur.
3. Kondisi psikologis
Kondisi psikologis seseorang dapat memudahkan perubahan perilaku yang dapat
menurunkan kemampuan mekanika tubuh dari ambulasi. Seseorang yang mengalami
perasaan tidak aman, tidak bersemangat, dan harga diri yang rendah dapat mudah
mengalami perubahan dalam mekanika tubuh dan ambulasi.
4. Situasi dan kebiasaan
Situasi dan kebiasaan yang dilakukan seseorang, misalnya sering mengangkat benda
berat, dapat menyebabkan perubahan mekanika tubuh dan ambulasi
5. Gaya hidup
Perubahan pola hidup seseorang dapat menyebabkan stress dan kemungkinan besar
menimbulkan kecerobohan dalam beraktivitas sehingga dapat mengganggu koordinasi
antara system musculoskeletal dan neurologi, yang akhirnya mengakibatkan perubahan
mekanika tubuh.
6. Pengetahuan
Pengetahuan yang baik terhadap penggunaan mekanika tubuh dapat mendorong
seseorang untuk menggunakannya secara benar sehingga mengurangi tenaga yang
dikeluarkan. Sebaliknya, pengetahuan yang kurang memadai dalam penggunaan mekanika
tubuh dapat menyebabkan individu berisiko mengalami gangguan koordinasi system
neurologis dan musculoskeletal.

7. JENIS TINDAKAN AMBULASI


1. Membantu duduk di tempat tidur
Membantu klien duduk di tempat tidur, yaitu tindakan keperawatan yang dilakukan pada
klien yang imobilisasi atau klien lemah untuk memberikan bantuan keperawatan duduk di
tepi tempat tidur.
Tujuan membantu klien duduk di tempat tidur:
a. Mempertahankan kesejajaran tubuh yang tepat untuk perawatan klien
b. Mengurangi risiko cedera musculoskeletal pada semua organ yang terlibat

2. Memindahkan klien dari tempat tidur ke kursi roda


Memindahkan klien dari tempat tidur ke kursi roda adalah suatu kegiatan yang dilakukan
pada klien dengan kelemahan kemampuan fungsional untuk berpindah dari tempat tidur ke
kursi roda. Tujuan tindakan ini adalah:
a. Melatih otot skelet untuk mencegah kontraktur atau sindrom disuse
b. Memberikan kenyamanan
c. Mempertahankan control diri klien
d. Memungkinkan klien untuk bersosialisai
e. Memudahkan perawat yang akan mengganti seprai (pada kllien yang menoleransi
kegiatan ini)
f. Memberikan aktivitas pertama (latihan pertama) pada klien yang tirah baring
g. Memindahkan klien untuk pemeriksaan diagnostic

3. Memindahkan klien dari tempat tidur ke brankar


Memindahkan klien dari tempat tidur ke brankar adalah memindahkan klien yang
mengalami ketidakmampuan, keterbatasan, tidak boleh melakukan sendiri, atau tidak sadar
dari tempat tidur ke brankar yang dilakukan oleh dua atau tiga orang perawat. Tindakan ini
bertujuan untuk memindahkan klien antar-ruangan untuk tujuan tertentu (misalnya
pemeriksaan diagnostic, pindah ruangan, dan lain-lain)

8. MEMBANTU KLIEN BERJALAN


Membantu berjalan merupakan tindakan keperawatan dengan cara membantu klien berjalan
untuk memenuhi kebutuhan aktivitas atau mobilisasinya. Persiapan yang dilakukan perawat
sebelum melakukan tindakan membantu klien berjalan antara lain:
1. Perawat mengkaji toleransi klien terhadap aktivitas, kekuatan, adanya nyeri, koordinasi,
dan keseimbangan klien untuk menentukan jumlah bantuan yang diperlukan klien.
2. Aktivitas ini mungkin memerlukan alat, seperti kruk, tongkat, dan walker. Namun, pada
prinsipnya, perawat dapat melakukan aktivitas ini, meskipun tanpa menggunakan alat.

Tujuan tindakan membantu klien berjalan meliputi:


1. Memulihkan kembali toleransi aktivitas
2. Mencegah terjadinya kontraktur sendi dan fleksi otot.

Anda mungkin juga menyukai