OLEH
D-IV KEPERAWATAN
TINGKAT III SEMESTER V
KELOMPOK 6 :
1.
2.
3.
4.
5.
(PO7120214013)
(PO7120214021)
(PO7120214022)
(PO7120214023)
(PO7120214022)
A. LATAR BELAKANG
Di Rumah Sakit banyak terjadi pemandangan yang sering kita lihat seperti
pengangkatan pasien yang darurat atau kiritis, karena itu pengangkatan
penderita membutuhkan cara-cara tersendiri.Setiap hari banyak penderita
diangkat dan dipindahkan dan banyak pula petugas paramedik/penolong yang
cedera karena salah mengangkat.Keadaan dan cuaca yang menyertai
penderita beraneka ragam dan tidak ada satu rumus pasti bagaimana
mengangkat dan memindahkan penderita saat mengangkat dan memindahkan
penderita.
Tranportasi bukanlah sekedar mengantar pasien ke rumah sakit.
Serangkaian tugas harus dilakukan sejak pasien dimasukkan ke dalam
ambulans hingga diambil alih oleh pihak rumah sakit. Pasien yang menjalani
rawat inap di rumah sakit, pasti akan mengalamai proses pemindahan dari
ruang perawatan ke ruang lain seperti untuk keperluan medical check up,
ruang operasi, dll. Hal ini akan mengakibatkan resiko low back point baik
bagi pasien maupun bagi perawat. Bila pasien akan melakukan operasi
biasanya akan dipindahkan ke ruang transit sebelum masuk ke ruang operasi.
B. RUMUSAN MASALAH
1. Apakah pengertian dari evakuasi?
2. Apa saja prinsip dasar evakuasi?
3. Apa saja kendala umum dalam evakuasi?
4. Apa saja dasar-dasar dalam evakuasi?
5. Apa saja langkah-langkah evakuasi?
6. Apa syarat- syarat dari evakuasi?
7. Bagaimana tahap tahap dari evakuasi?
8. Apa sajakah jenis-jenis evakuasi?
9. Bagaimanakah teknik evakuasi?
10. Apa pengertian dari transportasi?
11. Bagaimana prosedur dari transportasi?
12. Bagaimana teknik dari transportasi?
13. Apa sajakah jenis-jenis dari transportasi?
14. Bagaimanakah proses transportasi pasien rujukan?
C. TUJUAN
1. TUJUAN UMUM
Mahasiswa mampu memahami tentang konsep latar belakang dan
tujuan pentingnya pendidikan kegawatdaruratan dalam keperawatan dan
BAB II
PEMBAHASAN
A. EVAKUASI
Pelayanan kesehatan gawat darurat pada prinsip penolongan korban dalam
keadaan emergancy atau bencana atau non bencana adalah cari dan selamatkan
korban dengan SAR (search and resqeu) dan juga evakuasi primer korban
setelah di evakuasi dari lokasi bencana pasien atau korban di triage dan lalu
dilakukan treat atau pertolongan setelah itu baru pasien di evakuasi sekunder
yaitu proses evakuasi dari tempat triage atau rumah sakit lapangan atau posko
kesehatan di transfer/ transportasi ke pelayanan kesehatan yang lebih lengkap
dan terdekat.
1. Pengertian Evakuasi
Evakuasi adaah pemindahan korban dari tempat kejadian ke tempat yang
lebih aman untuk mendapat penanganan lebih lanjut dimana sebelumnya
pertolongan pertama telah dilakukan. Evakuasi
pemindahan korban atau massa dari lokasi bencana atau daerah bahaya ke
tempat yang lebih aman sesuai dengan prosedur dan teknik yang tepat.
Evakuasi pada saat bencana dibagi menjadi dua yaitu evakuasi primer
yaitu evakuasi korban dari daerah lokasi bencana atau zona merah ke zona
kuning untuk dilakukan triage (penggolongan atau pengelompokan pasien
sesuai dengan tingkat kegawatdaruratannya) dan evakuasi sekunder yaitu
evakuasi yang dilakukan setelah pasien mendapatkan treat atau pertolongan
atau stabilisasi di triage atau di posko kesehatan menuju ke pelayanan
kesehatan yang lebih lengkap untuk mendapatkan pertolongan yang lebih
lanjut atau lebih lengkap (komprehensif) atau pertolongan yang diperlukan
dimana di rumah sakit lapangan tidak memfasilitasi.
2. Prinsip-Prinsip Evakuasi
a. Jangan dilakukan bila tidak mutlak perlu contoh pasien masih sadar atau
masih bisa jalan.
b. Lakukan dengan teknik yang baik dan benar , hati-hati curiga akan
terjadinya fraktur servikal atau cedera kepala dan tulang punggung
padakorban pingsan.
c. Kondisi penolong harus baik dan terlatih
d. Jelaskan apa yang akan anda lakukan kepada korban. Misalkan pada
warga yang menggerumuni.
e. Libatkan penolong lain atau warga sekitar untuk melakukan evakuasi.
3. Kendala Umum Evakuasi
a. Panik, sehingga ketika rasa panik menghampiri warga maka hal ini akan
menghambat proses baik dari awal proses pertolongan sampai dengan
evakuasi
b. Ancaman bahaya sekitar atau situasi yang masih mengancam sehingga
cenderung orang orang akan takut untuk melakukan sesuatu dan memilih
lebih baik diam atau lari.
c. Kondisi bangunan dan lokasi bencana. Kondisi bangunan juga menjadi
salah satu kendala dalam melakukan evakuasi misalnya bangunannya
tinggi atau kondisi bangunan sudah tua dan gampang runtuh. Begitu pula
dengan lokasi bencana juga sangat mempengaruhi proses evakuasi korban
karena mudah tidaknya tim SAR atau penolong untuk mengakses tempat
lokasi bencana sehingga apabila jalannya tidak rusak atau tempatnya
mudah di akses sehingga evakuasi akan cenderung berlangsung cepat, lain
halnya apabila lokasi bencana di tempat terpencil yang jalan aksesnya sulit
atau belum ada infrastrukur untuk mengakses lokasi atau ada jembatan
putus atau ada longsoran yang menutup jalan sehingga tim SAR atau
peralatan yang diperlukan untuk melakukan evakuasi untuk menuju ke
tempat bencana terhambat, sehingga menganggu akses orang untuk
melakukan tindakan evakuasi.
d. Pemahaman masyarakat. Pemahaman masyarakat juga sangat berpengaruh
dalam keberlangsungan proses evakuasi apabila masyarakat menganggap
bantuannya sangat penting dalam berlangsungnya evakuasi seperti relawan
untuk ikut membantu proses evakuasi namun disisi lain ada segelintir
masyarakat yang masih belum paham apabila ada bencana maka memilih
untuk hanya mementingkan diri sendiri atau memilih untuk lari tanpa ikut
campur dalam proses evakuasi korban karena kurangnya pengetahuan
masyarakat akan proses pertolongan dalam bencana tersebut. Dan saat
proses evakuasi ada pula masyarakat yang kurang paham baik dalam
bencana seperti kebakaran atau kecelakaan, rasa ingin tahu masyarakat
akan sesuatu menjadi penghalang dalam proses evakuasi, masyarakat atau
warga cenderung akan menggerumuni korban seperti korban kecelakaan
sehingga akan menghambat proses penolong untuk melakukan pertolongan
dan juga menghambat askes jalan untuk melakukan evakuasi. Seperti
contoh lainnya misalnya ada gedung kebakaran masyarakat sekitar yang
ingin tahu akan menggerumuni akses jalan untuk menuju ke gedung
sehingga hal tersebut akan menghambat para pemadam kebakaran, tim
SAR dan tim medis untuk menuju ke tempat lokasi bencana untuk
melakukan pemadaman, evakuasi dan pertolongan sehingga api akan
berkobar lebih lama sampai melahap seluruh isi gedung dan korban yang
berjatuhan akan semakin banyak karena proses evakuasi misalnya seperti
evakuasi pada korban yang emergency yang dibawa kerumah sakit
terdekat terhambat karena terhambat grumunan warga dan transportasi
akan mengalami kemacatan.
e. Perlengkapan dan sarana. Perlengkapan dan sarana yang tidak memadai
juga menjadi kendala dalam melakukan evakuasi, misalnya dengan korban
yang mengalami fraktur servikal atau cedera berat pad kepala atau tulang
punggung sehingga memerlukan alat seperti neck colar, Long Spinal Board
dan head stabilizer untuk melakukan evakuasi karena mencegah terjadinya
komplikasi atau memperparah kondisi pasien.
f. Kompetensi dan kemampuan penolong. Kemampuan dan kompetensi
seorang penolong sangat mempengaruhi proses evakuasi, penolong yang
tidak terlatih ketika melakukan evakuasi tidak akan menjamin melakukan
evakuasi pasien dengan teknik yang tepat dan akan menjadi kendala ketika
akan melakukan evakuasi denga seorang diri sehingga penolong tersebut
5
pada penolong)
Konsentrasikan beban pada otot paha bukan punggung
Gunakan otot fleksor (otot yang menekuk, bukan otot yang meluruskan)
Saat mengangkat dengan tangan, telapak tangan menghadap kearah depan
Jaga titik beban sedekat mungkin ketubuh anda
Jangan terlalu rapat, dapat mengurangi stabilitas ataupun terlalu lebar yang
dapat mengurangi tenaga.
5. Langkah-Langkah Evakuasi
Dalam melakukan proses evakuasi terdapat beberapa prinsip yang harus
diperhatikan agar proses ini dapat berjalan dengan lancar dan tidak
menimbulkan masalah yang lebih jauh lagi. Prinsip prinsip itu antara lain :
a. Lokasi Kejadian
Tempat kejadian tidak memungkinkan untuk melakukan tindakan lebih
lanjut sehingga tindakan evakuasi diperlukan agar korban dapat
diselamatkan dan tidak mengalami cidera yang lebih jauh lagi.
b. Akses Tempat
2)
Kontrol ABC
3)
4)
Jika terdapat patah tulang pada daerah yang lain maka hendaknya
dilakukan immobilisasi pada daerah tadi
5)
6)
2) Emergency KIT
Hal yang diperhatikan dalam melakukan evakuasi korban tidak lupa
juga kita harus membawa alat emergency kit ke tempat lokasi
kejadian bencana, karena sebelum evakuasi kita melakuak hal-hal
yang berhubungan dengan penyelamatan pasien berupa kontrol ABC
dan stabilisasi pasien.
d) Tandu Furely/Kanvas/Standar
Merupakan tandu yang bisa dibongkar pasang yang digunakan
untuk memindahkan pasien. Evakuasi dengan menggunakan tandu
ini bisa dilakukan dengan dua orang atau empat orang atau bila ada
tenaga lebih boleh dilakukan dengan 6 orang penolong.
10
e) Tandu lipat
Tandu yang digunakan untuk memindahkan pasien dan bisa
dilakukan evakuasi oleh dua orang atau empat orang.
f) Tandu Troley/Streacher
Tandu yang biasanya berada pada ambulance atau setelah pasien
sampai dirumah sakit. Ini digunakan jika pasien tidak bisa bejalan.
g) Tandu Basket
Tandu basket adalah tandu yang digunakan untuk evakuasi pada
pasien atau korban yang sulit dijangkau misalny saat korban berada
pada lembah yang akses evakuasinya sulit atau di tengah laut
sehingga saat evakuasi nanti akan digunakan bantuan helicopter.
11
h) Tandu Tali
Tandu tali adalah alat evakuasi darurat yang mengguanakan tali dan
kayu atau bambu atau tongkat yang kuat dimana teknik evakuasi
bisa dilakukan oleh dua orang atau empat orang.
12
13
a. Alat bantu
atau empat orang. Dengan tandu - tandu khusus, tanda papan, tandu
bambu/dahan, atau matras. Dengan kendaraan - darat, laut dan udara.
b. Tahapan
selimut pada korban, tata letak korban pada tandu disesuaikan dengan
luka atau cedera.Prinsip pengangkatan korban dengan tandu.
c. Caranya
pokok yaitu gunakan alat tubuh (paha, bahu, panggul), dan beban serapat
mungkin dengan tubuh korban. Sikap mengangkat, usahakan dalam posisi
rapi dan seimbang untuk menghindari cedera. Posisi siap angkat dan
jalan, umumnya posisi kaki korban berada di depan dan kepala lebih tingi
dari kaki., kecuali menaik bila tungkai tidak cedera dan menurun - bila
tungkai luka atau hipotermia. Mengangkut ke samping - memasukan ke
ambulan kecuali dalam keadaan tertentu-kaki lebih tinggi dalam keadaan
shock.
d. Hal-hal yang perlu diperhatikan dalam mengangkat korban gawat darurat
Kita perlu memperhatikan beberapa hal dalam mengangkat korban gawat
darurat.Situasi ini perlu kita waspadai agar tidak terdapat korban
berikutnya seta tidak ada lagi penambahan luka baru pada korban.
1) Kenali kemampuan diri dan kemampuan pasangan kita
2) Kedua kaki berjarak sebahu kita, satu kaki sedikit di depan kaki
sebelahnya
3) Berjongkok, jangan membungkuk, saat mengangkat. Punggung harus
selalu dijaga lurus.
4) Tangan yang memegang menghadap ke depan. Jarak antara kedua
tangan yang memegang (misalnya tandu) minimal 30 cm.
5) Tubuh sedekat mungkin kebeban yang harus diangkat. Bila terpaksa,
jarak maksimal tangan kita ketubuh kita adalah 50 cm.
6) Jangan memutar tubuh saat mengangkat
7) Hal-hal tersebut juga berlaku saat menarik atau mendorong korban
gawat darurat.
e. Hal-hal yang Perlu diperhatikan dalam Mengangkut Korban Gawat
Darurat
14
Pemindahan korban gawat darurat dapat secara emergency dan nonemergency. Pemindahan korban gawat darurat dalam keadaan emergency
contohnya adalah:
2) Ada api, atau bahaya api atau ledakan
3) Ketidakmampuan menjaga korban gawat darurat terhadap bahaya lain
pada TKP (benda jatuh dsb)
4) Usaha mencapai korban gawat darurat lain, yang lebih urgent
5) Ingin RJP korban gawat darurat, yang tidak mungkin dilakukan
ditempat tersebut.
Adapun cara pemindahan korban gawat darurat non-emergency, selalu
ingat kemungkinan patah tulang leher (servikal) bila korban gawat darurat
trauma.
7. Tahap Tahap Evakuasi
Evakuasi adalah suatu proses dimana terdapat tahapan tahapan di
dalamnya. Tahapan itu antara lain :
a. Penetapan Daerah atau Zona Aman
Pada saat kushusnya bencana, baik bencana alam atau non alam,
maka
sebelum
kita
melakukan
evakuasi
hal
yang
harus
15
Initial baik mulai dari Danger, Respons, South for help, Airway and
cervikal control, Breathing and resqeu breathing, Circulation dan
kontrol perdarahan dan lanjut ke Disabillty dan cek kesadaran. Dan
dilanjutkan dengan imobilisasi pasien untuk siap dilakukan evakuasi
2)
c. Mobilisasi
1) Penggunaan teknik evakuasi yang sesuai
2) Pemilihan jalur evakuasi sesuai dengan pemilihan jalur yang cepat,
tepat serta aman saat terjadinya bencana dengan menggunakan tanda
atau rambu evakuasi, peta area dan alur evakuasi.
3) Tempat tujuan evakusi baik ke tempat posko kesehatan atau ke tenpat
transportasi untuk melakukan pemindahan pasien yang lebih jauh
jaraknya misalnya ke tempat pelayanan kesehatan terdekat.
8. Jenis-Jenis Evakuasi
a. Pemindahan Emergency
1) Tarikan Baju
Kedua tangan korban gawat darurat harus diikat untuk mencegah naik
kearah kepala waktu baju ditarik. Bila tidak sempat, masukkan kedua
tangan dalam celananya sendiri.
2) Tarikan Selimut
Korban gawat darurat ditaruh dalam selimut yang kemudian ditarik.
3) Tarikan Lengan
Dari belakang korban gawat darurat, kedua lengan paramedic masuk
dibawah ketiak korban gawat darurat, memegang kedua lengan bawah
korban gawat darurat.
4) Ekstrikasi Cepat
Dilakukan pada korban gawat darurat dalam kendaraan yang harus
dikeluarkan secara cepat.
b. Pemindahan Non-Emergency
16
bila
ada
kemungkinan
fraktur
servikal.
Prinsip
Pimpinan/
Komandan Regu :
memberi komando,
mengatur
3)
4)
17
5)
6)
b. Tanpa alat
1)
Korban anak-anak
(1) Cradle (membopong)
Penolong jongkok atau melutut disamping anak/korban . Satu
lengan ditempatkan di bawah paha korban dan lengan lainnya
melingkari punggung. Korban dipegang dengan mantap dan
didekapkan ke tubuh, penolong berdiri dengan meluruskan
lutut dan pinggul. Tangan penolong harus kuat dalam
melakukan teknik ini.
(2) Pick a back (menggendong)
Digunakan untuk korban sadar .Penolong pertama jongkok
atau melutut perintahkan anak/korban untuk meletakkan
lengannya dengan longgar di atas pundak penolong. Genggam
masing-masing tungkai korban. Berdiri dengan meluruskan
lutut dan pinggul.
b)
Korban Dewasa
18
Jika
korban
mengalami
patah
tulang
b.
19
d. Teknik membopong
Jika korban adalah anak-anak, maka teknik ini bisa
digunakan karena lebih praktis dibandingkan dengan teknikteknik lainnya. Namun jika penolong memiliki tenaga yang
lebih, teknik ini pun bisa dilakukan untuk korban orang
dewasa.
20
Tarikan Bahu
Tarikan Lengan
Tarikan Kain
Tarikan Selimut
b. Korban Sadar
1. Teknik sampir bahu
Jika korban tidak mengalami patah tulang punggung, kaki,
maupun lengan, teknik ini dapat dilakukan. Teknik ini
dipakai ketika korban dalam kondisi yang sangat lemah
yang membutuhkan pertolongan dengan segera.
2. Teknik gendong
Jika korban dalam kondisi lemah dan tidak mampu untuk
berjalan, penolong dapat menggunakan teknik ini.
21
3. Teknik memapah
Jika korban masih mampu berjalan namun dengan kondisi
yang lemah, maka penolong diajurkan memilih teknik ini.
Teknik ini juga disarankan bagi penolong yang tidak
memiliki cukup tenaga untuk mengangkat korban.
4.
Teknik mempopong
Teknik ini sama seperti teknik membopong pada korban
tidak sadar. Hanya saja korban diminta untuk meletakkan
tangan sebelah kirinya pada leher/ atas bahu kiri penolong
agar tidak menyulitkan penolong dalam melakukan
pemindahan.
22
b) Korban Sadar
1. Teknik memapah
Teknik ini dilakukan jika korban masih mampu berjalan
namun dengan kondisi fisik yang sangat lemah.
23
2. Duduk 2 tangan
Teknik ini dilakukan jika korban sama sekali tak mampu
berjalan. Kondisi korban dengan cedera kaki pada bagian
bawah juga lebih tepat menggunakan teknik evakuasi ini.
3.
Duduk 4 tangan
Teknik ini digunakan pada kasus sama seperti teknik pada
evakuasi duduk 2 tangan.
tak
sadar.
Selebihnya,
untuk
mengatasi
25
26
27
Catatan :
28
29
korban dalam jarak dekat atau menghindarkan korban dari bahaya yang
mengancam. Untuk evakuasi dengan jarak jauh seringan apapun cedera
korban usahakan untuk mengangkutnya dengan menggunakan tandu.
(1) Korban lebih dari satu
(2) On Stage Triage
(a)
30
(a)
(b)
pernapasan terganggu
(c)
untuk berjalan
(d)
B. TRANSPORTASI
1. Pengertian Transportasi Pasien
Transportasi Pasien adalah sarana yang digunakan untuk mengangkut
penderita/korban dari lokasi bencana ke sarana kesehatan yang memadai
dengan aman tanpa memperberat keadaan penderita ke sarana kesehatan yang
memadai.
Seperti contohnya alat transportasi yang digunakan untuk memindahkan
korban dari lokasi bencana ke RS atau dari RS yang satu ke RS yang
lainnya.Pada setiap alat transportasi minimal terdiri dari 2 orang para medik
dan 1 pengemudi (bila memungkinkan ada 1 orang dokter).
2. Prosedur Transportasi Pasien
a. Lakukan pemeriksaan menyeluruh.
b. Pastikan bahwa pasien yang sadar bisa bernafas tanpa kesulitan setelah
diletakan di atas usungan. Jika pasien tidak sadar dan menggunakan alat
bantu jalan nafas (airway).
31
ambulans dijalankan.
Melonggarkan pakaian yang ketat.
Periksa perbannya.
Periksa bidainya.
Naikkan keluarga atau teman dekat yang harus menemani pasien
Naikkan barang-barang pribadi.
Tenangkan pasien.
bantuan
klien.Pada
pemindahan
klien
ke
brankar
menggunakan
kain
pengangkat.
Pemindahan
pada
klien
32
33
34
c. Cara Merujuk
Langkah-langkah rujukan adalah :
1) Menentukan kegawat daruratan penderita
a) Pada tingkat kader atau dukun bayi terlatih ditemukan
penderita yang tidak dapat ditangani sendiri oleh keluarga atau
kader/dukun bayi, maka segera dirujuk ke fasilitas pelayanan
kesehatan yang terdekat,oleh karena itu mereka belum tentu
dapat menerapkan ke tingkat kegawatdaruratan.
b) Pada tingkat bidan desa, puskesmas pembatu dan puskesmas.
c) Tenaga kesehatan yang ada pada fasilitas pelayanan kesehatan
tersebut harus dapat menentukan tingkat kegawatdaruratan
kasus yang ditemui, sesuai dengan wewenang dan tanggung
jawabnya, mereka harus menentukan kasus manayang boleh
ditangani sendiri dan kasus mana yang harus dirujuk.
2) Menentukan tempat rujukan
Prinsip dalam menentukan tempat rujukan adalah fasilitas
pelayanan yang mempunyai kewenangan dan terdekat termasuk
fasilitas pelayanan swasta dengan tidak mengabaikan kesediaan
dan kemampuan penderita.
3) Memberikan informasi kepada penderita dan keluarga
4) Mengirimkan informasi pada tempat rujukan yang dituju
b) Memberitahukan bahwa akan ada penderita yang dirujuk.
c) Meminta petunjuk apa yang perlu dilakukan dalam rangka
persiapan dan selama dalamperjalanan ke tempat rujukan.
d) Meminta petunjuk dan cara penangan untuk menolong
penderita bila penderita tidak mungkin dikirim.
5) Persiapan penderita
6) Pengiriman Penderita
7) Tindak lanjut penderita :
a) Untuk penderita yang telah dikembalikan
b) Harus kunjungan rumah, penderita yang memerlukan tindakan
lanjut tapi tidak melapor
d. Jalur Rujukan
Alur rujukan kasus kegawat daruratan :
1)
Dari Kader
Dapat langsung merujuk ke :
a) Puskesmas pembantu
b) Pondok bersalin atau bidan di desa
c) Puskesmas rawat inap
d) Rumah sakit swasta / RS pemerintah
2)
Dari Posyandu
36
Menggunakan
Mobil
Ambulance,
Ambulance
b. Air Ambulance
37
38
BAB III
PENUTUP
A. Simpulan
Evakuasi adalah adaah pemindahan korban dari tempat kejadian
ke tempat yang lebih aman untuk mendapat penanganan lebih
lanjut dimana sebelumnya pertolongan pertama telah dilakukan.
Alat - alat evakuasi dengan menggunakan alat seperti tandu (Long
Spinal Board, Scoop, Tandu Trolley, tandu kanvas, tandu lipat,
tandu tali atau dalam kondisi emergency dengan menggunakan
selimut dan jaket). Evakuasi dilakukan baik dalam kondisi atau
darurat atau non darurat dengan berbagai prinsip evakuasi dan
teknik
evakuasi
seperti
teknik
memapah,
membokong,
sarana
yang
digunakan
Transportasi Pasien
untuk
mengangkut
kesehatan
yang
memadai.Transportasi
pasien
dapat
B. Saran
Transportasi dan evakuasi pasien sangat penting bagi prioritas keselamatan
pasien menuju rumah sakit atau sarana yang lebih memadai. Oleh karena itu
39
40
DAFTAR PUSTAKA
John A. Boswick, Ir., MD .Perawatan Gawat Darurat .Indonesia : Penerbit Buku
Kedokteran EGC
Perry &Potter .2006 .Fundamental Keperawatan Volume II .Indonesia : Penerbit
Buku Kedokteran EGC
Suparmi Yulia, dkk .2008 .Panduan Praktik Keperawatan .Indonesia : PT Citra
Aji Parama
Perry, Petterson, Potter .2005 .Keterampilan Prosedur Dasar .Indonesia :
Penerbit Buku Kedokteran EGC
Wijaya, S. (2010).Konsep Dasar Keperawatan Gawat Darurat. Denpasar: PSIK
FK Unud.
41