Anda di halaman 1dari 42

KEPERAWATAN KEDARURATAN

EVAKUASI DAN TRANSPORTASI

OLEH
D-IV KEPERAWATAN
TINGKAT III SEMESTER V
KELOMPOK 6 :

1.
2.
3.
4.
5.

NI PUTU MEYLITHA BUDYANDANI


NI LUH SUCI NOVI ARIANI
PANDE PUTU SETIANINGSIH
I GEDE SUYADNYA PUTRA
NI PUTU SONIYA DARMAYANTI

(PO7120214013)
(PO7120214021)
(PO7120214022)
(PO7120214023)
(PO7120214022)

KEMENTERIAN KESEHATAN REPUBLIK INDONESIA


POLITEKNIK KESEHATAN DENPASAR
JURUSAN KEPERAWATAN
TAHUN 2016
BAB I
PENDAHULUAN

A. LATAR BELAKANG
Di Rumah Sakit banyak terjadi pemandangan yang sering kita lihat seperti
pengangkatan pasien yang darurat atau kiritis, karena itu pengangkatan
penderita membutuhkan cara-cara tersendiri.Setiap hari banyak penderita
diangkat dan dipindahkan dan banyak pula petugas paramedik/penolong yang
cedera karena salah mengangkat.Keadaan dan cuaca yang menyertai
penderita beraneka ragam dan tidak ada satu rumus pasti bagaimana
mengangkat dan memindahkan penderita saat mengangkat dan memindahkan
penderita.
Tranportasi bukanlah sekedar mengantar pasien ke rumah sakit.
Serangkaian tugas harus dilakukan sejak pasien dimasukkan ke dalam
ambulans hingga diambil alih oleh pihak rumah sakit. Pasien yang menjalani
rawat inap di rumah sakit, pasti akan mengalamai proses pemindahan dari
ruang perawatan ke ruang lain seperti untuk keperluan medical check up,
ruang operasi, dll. Hal ini akan mengakibatkan resiko low back point baik
bagi pasien maupun bagi perawat. Bila pasien akan melakukan operasi
biasanya akan dipindahkan ke ruang transit sebelum masuk ke ruang operasi.
B. RUMUSAN MASALAH
1. Apakah pengertian dari evakuasi?
2. Apa saja prinsip dasar evakuasi?
3. Apa saja kendala umum dalam evakuasi?
4. Apa saja dasar-dasar dalam evakuasi?
5. Apa saja langkah-langkah evakuasi?
6. Apa syarat- syarat dari evakuasi?
7. Bagaimana tahap tahap dari evakuasi?
8. Apa sajakah jenis-jenis evakuasi?
9. Bagaimanakah teknik evakuasi?
10. Apa pengertian dari transportasi?
11. Bagaimana prosedur dari transportasi?
12. Bagaimana teknik dari transportasi?
13. Apa sajakah jenis-jenis dari transportasi?
14. Bagaimanakah proses transportasi pasien rujukan?
C. TUJUAN
1. TUJUAN UMUM
Mahasiswa mampu memahami tentang konsep latar belakang dan
tujuan pentingnya pendidikan kegawatdaruratan dalam keperawatan dan

melakukan evakuasi serta transportasi pada pasien serta dapat


mengaplikasikannya dalam dunia keperawatan nantinya.
2. TUJUAN KHUSUS
a. Mahasiswa mampu mengerti dan memahami pengertian dari evakuasi
b. Mahasiswa mampu mengerti dan memahami prinsip dasar evakuasi
c. Mahasiswa mampu mengerti dan memahami kendala umum dalam
evakuasi.
d. Mahasiswa mampu mengerti dan memahami dasar-dasar dalam
evakuasi
e. Mahasiswa mampu mengerti dan memahami
langkah-langkah
evakuasi
f. Mahasiswa mampu mengerti dan memahami syarat- syarat dari
evakuasi
g. Mahasiswa mampu mengerti dan memahami tahap tahap dari
evakuasi
h. Mahasiswa mampu mengerti dan memahami jenis-jenis evakuasi
i. Mahasiswa mampu mengerti dan memahami pengertian dari
transportasi
j. Mahasiswa mampu mengerti dan memahami prosedur dari transportasi
k. Mahasiswa mampu mengerti dan memahami teknik dari transportasi
l. Mahasiswa mampu mengeri dan memahami jenis-jenis dari
transportasi
m. Mahasiswa mampu mengerti dan memahami proses transportasi pasien
rujukan
D. MANFAAT
Dengan ditulisnya makalah ini diharapkan agar mahasiswa mengerti dan
memahami dengan baik mengenai transportasi dan evakuasi pada pasien yang
sangat penting dalam penyelamatan pasien dalam suatu kondisi baik gawat
darurat maupun non gawat darurat.
E. METODE
Dalam penulisan makalah ini Kami menggunakan metode penulisan dengan
penelusuran IT.Pada metode penelusuran IT, kami mencari tambahan refrensi
pada internet untuk melengkapi data-data yang telah kami peroleh.

BAB II
PEMBAHASAN
A. EVAKUASI
Pelayanan kesehatan gawat darurat pada prinsip penolongan korban dalam
keadaan emergancy atau bencana atau non bencana adalah cari dan selamatkan
korban dengan SAR (search and resqeu) dan juga evakuasi primer korban
setelah di evakuasi dari lokasi bencana pasien atau korban di triage dan lalu
dilakukan treat atau pertolongan setelah itu baru pasien di evakuasi sekunder
yaitu proses evakuasi dari tempat triage atau rumah sakit lapangan atau posko
kesehatan di transfer/ transportasi ke pelayanan kesehatan yang lebih lengkap
dan terdekat.
1. Pengertian Evakuasi
Evakuasi adaah pemindahan korban dari tempat kejadian ke tempat yang
lebih aman untuk mendapat penanganan lebih lanjut dimana sebelumnya
pertolongan pertama telah dilakukan. Evakuasi

dalam bencana adalah

pemindahan korban atau massa dari lokasi bencana atau daerah bahaya ke
tempat yang lebih aman sesuai dengan prosedur dan teknik yang tepat.
Evakuasi pada saat bencana dibagi menjadi dua yaitu evakuasi primer
yaitu evakuasi korban dari daerah lokasi bencana atau zona merah ke zona
kuning untuk dilakukan triage (penggolongan atau pengelompokan pasien
sesuai dengan tingkat kegawatdaruratannya) dan evakuasi sekunder yaitu
evakuasi yang dilakukan setelah pasien mendapatkan treat atau pertolongan
atau stabilisasi di triage atau di posko kesehatan menuju ke pelayanan
kesehatan yang lebih lengkap untuk mendapatkan pertolongan yang lebih
lanjut atau lebih lengkap (komprehensif) atau pertolongan yang diperlukan
dimana di rumah sakit lapangan tidak memfasilitasi.

2. Prinsip-Prinsip Evakuasi
a. Jangan dilakukan bila tidak mutlak perlu contoh pasien masih sadar atau
masih bisa jalan.
b. Lakukan dengan teknik yang baik dan benar , hati-hati curiga akan
terjadinya fraktur servikal atau cedera kepala dan tulang punggung
padakorban pingsan.
c. Kondisi penolong harus baik dan terlatih
d. Jelaskan apa yang akan anda lakukan kepada korban. Misalkan pada
warga yang menggerumuni.
e. Libatkan penolong lain atau warga sekitar untuk melakukan evakuasi.
3. Kendala Umum Evakuasi
a. Panik, sehingga ketika rasa panik menghampiri warga maka hal ini akan
menghambat proses baik dari awal proses pertolongan sampai dengan
evakuasi
b. Ancaman bahaya sekitar atau situasi yang masih mengancam sehingga
cenderung orang orang akan takut untuk melakukan sesuatu dan memilih
lebih baik diam atau lari.
c. Kondisi bangunan dan lokasi bencana. Kondisi bangunan juga menjadi
salah satu kendala dalam melakukan evakuasi misalnya bangunannya
tinggi atau kondisi bangunan sudah tua dan gampang runtuh. Begitu pula
dengan lokasi bencana juga sangat mempengaruhi proses evakuasi korban
karena mudah tidaknya tim SAR atau penolong untuk mengakses tempat
lokasi bencana sehingga apabila jalannya tidak rusak atau tempatnya
mudah di akses sehingga evakuasi akan cenderung berlangsung cepat, lain
halnya apabila lokasi bencana di tempat terpencil yang jalan aksesnya sulit
atau belum ada infrastrukur untuk mengakses lokasi atau ada jembatan
putus atau ada longsoran yang menutup jalan sehingga tim SAR atau
peralatan yang diperlukan untuk melakukan evakuasi untuk menuju ke
tempat bencana terhambat, sehingga menganggu akses orang untuk
melakukan tindakan evakuasi.
d. Pemahaman masyarakat. Pemahaman masyarakat juga sangat berpengaruh
dalam keberlangsungan proses evakuasi apabila masyarakat menganggap
bantuannya sangat penting dalam berlangsungnya evakuasi seperti relawan

untuk ikut membantu proses evakuasi namun disisi lain ada segelintir
masyarakat yang masih belum paham apabila ada bencana maka memilih
untuk hanya mementingkan diri sendiri atau memilih untuk lari tanpa ikut
campur dalam proses evakuasi korban karena kurangnya pengetahuan
masyarakat akan proses pertolongan dalam bencana tersebut. Dan saat
proses evakuasi ada pula masyarakat yang kurang paham baik dalam
bencana seperti kebakaran atau kecelakaan, rasa ingin tahu masyarakat
akan sesuatu menjadi penghalang dalam proses evakuasi, masyarakat atau
warga cenderung akan menggerumuni korban seperti korban kecelakaan
sehingga akan menghambat proses penolong untuk melakukan pertolongan
dan juga menghambat askes jalan untuk melakukan evakuasi. Seperti
contoh lainnya misalnya ada gedung kebakaran masyarakat sekitar yang
ingin tahu akan menggerumuni akses jalan untuk menuju ke gedung
sehingga hal tersebut akan menghambat para pemadam kebakaran, tim
SAR dan tim medis untuk menuju ke tempat lokasi bencana untuk
melakukan pemadaman, evakuasi dan pertolongan sehingga api akan
berkobar lebih lama sampai melahap seluruh isi gedung dan korban yang
berjatuhan akan semakin banyak karena proses evakuasi misalnya seperti
evakuasi pada korban yang emergency yang dibawa kerumah sakit
terdekat terhambat karena terhambat grumunan warga dan transportasi
akan mengalami kemacatan.
e. Perlengkapan dan sarana. Perlengkapan dan sarana yang tidak memadai
juga menjadi kendala dalam melakukan evakuasi, misalnya dengan korban
yang mengalami fraktur servikal atau cedera berat pad kepala atau tulang
punggung sehingga memerlukan alat seperti neck colar, Long Spinal Board
dan head stabilizer untuk melakukan evakuasi karena mencegah terjadinya
komplikasi atau memperparah kondisi pasien.
f. Kompetensi dan kemampuan penolong. Kemampuan dan kompetensi
seorang penolong sangat mempengaruhi proses evakuasi, penolong yang
tidak terlatih ketika melakukan evakuasi tidak akan menjamin melakukan
evakuasi pasien dengan teknik yang tepat dan akan menjadi kendala ketika
akan melakukan evakuasi denga seorang diri sehingga penolong tersebut
5

cenderung tidak akan melakukan evakuasi karena merasa tidak sanggunp


untuk melakukan evakuasi dengansatu orang dan alat yang dibutuhkan
untuk melakukan evakuasi juga tidak tahu, begitu pula hal-hal yang detail
yang harus diperhatikan evakuasi pada pasien yang mengalami trauma
baik cedera kepala, servikal atau fraktur tulang belakang sehingga akan
meningkatkan risiko tinggi komplikasi cedara, hal tersebut dikarenakan
penolong tersebut tidak terlatih sehingga tidak mengetahui hal-hal seperti
itu.
4. Dasar - Dasar Evakuasi
a. Rencanakan setiap gerakan
b. Pertahankan sikap tegak saat berdiri, berlutut maupun duduk, jangan
bungkuk (karena akan menyebabkan sakit punggung atau cedera punggung
c.
d.
e.
f.
g.

pada penolong)
Konsentrasikan beban pada otot paha bukan punggung
Gunakan otot fleksor (otot yang menekuk, bukan otot yang meluruskan)
Saat mengangkat dengan tangan, telapak tangan menghadap kearah depan
Jaga titik beban sedekat mungkin ketubuh anda
Jangan terlalu rapat, dapat mengurangi stabilitas ataupun terlalu lebar yang
dapat mengurangi tenaga.

5. Langkah-Langkah Evakuasi
Dalam melakukan proses evakuasi terdapat beberapa prinsip yang harus
diperhatikan agar proses ini dapat berjalan dengan lancar dan tidak
menimbulkan masalah yang lebih jauh lagi. Prinsip prinsip itu antara lain :

a. Lokasi Kejadian
Tempat kejadian tidak memungkinkan untuk melakukan tindakan lebih
lanjut sehingga tindakan evakuasi diperlukan agar korban dapat
diselamatkan dan tidak mengalami cidera yang lebih jauh lagi.
b. Akses Tempat

Dalam melakukan evakuasi kita harus mengetahui akses untuk


mengevakuasi korban apakah mudah atau tidak misalnya akses tempat di
pegunungan atau di lembah atau di sungai atau di pedalaman dan lainlain, karena setelah evakuasi akan ada proses transportasi.
c. Kondisi Korban (Stabilisasi korban)
Dalam melakukan evakuasi, evaluasi terhadap kondisi korban yang
ditemukan harus diperhatikan agar proses evakuasi dapat berjalan dengan
lancar. Kondisi yang perlu untuk diperhatikan antara lain :
1)

Kondisi korban dapat bertambah parah ataupun dapat menyebabkan


kematian

2)

Kontrol ABC

3)

Tidak terdapat trauma tulang belakang ataupun cedera leher

4)

Jika terdapat patah tulang pada daerah yang lain maka hendaknya
dilakukan immobilisasi pada daerah tadi

5)

Angkat Tubuh korban bukan tangan/kaki (alat gerak)

6)

Jangan menambah parah kondisi korban

d. Peralatan (kelengkapan kompononen saat evakuasi)


Seyogyanya dalam melakukan suatu proses evakuasi penggunaan
peralatan yang memadai perlu diperhatikan. Hal ini penting karena
dengan adanya peralat yang memadai ini proses evakuasi dapat lebih
dipermudah dan cidera lebih lanjut yang mungkin terjadi pada korban
dapat lebih diperkecil kemungkinanannya. Penggunaan peralatan ini juga
harus disesuaikan dengan kondisi medan tempat korban ditemukan.
Beberapa perlengkapan untuk memindahkan korban gawat darurat:

1) APD (alat pelindung diri)


Alat pelindung diri kita butuhkan saat akan mengevakuasi korban
tidak lain adalah untuk menyelamatkan dan mengamankan diri kita
sendiri dari hal-hal yang tidak diinginkan sehingga setelah pastikan
diri kita aman baru kita melakukan evakuasi korban untuk
mnegamankan lingkungan korban dan menyelamatkan korban
seperti pada prinsip penolongan orang dalam kegawatdaruratan yaitu
pada bagian danger (3A) yaitu amankan diri, amankan lingkungan
pasien dan amankan korban.
Alat pelindung diri yang bisa dipakai saat melakukan evakuasi
adalah sebagai berikut terlihat pada gambar:

2) Emergency KIT
Hal yang diperhatikan dalam melakukan evakuasi korban tidak lupa
juga kita harus membawa alat emergency kit ke tempat lokasi
kejadian bencana, karena sebelum evakuasi kita melakuak hal-hal
yang berhubungan dengan penyelamatan pasien berupa kontrol ABC
dan stabilisasi pasien.

3) Alat Angkut Korban


a. Brankar (wheeled strecher)

Hal-hal yang harus diperhatikan:


a) Korban gawat darurat harus selalu diselimuti
b) Kepada korban gawat darurat/keluarga selalu diterangkan tujuan
perjalanan
c) Korban gawat darurat sedapar mungkin selalu dilakukan
strapping (fiksasi) sebelum pemindahan
d) Brankar berjalan dengan kaki korban gawat darurat di depan
kepala di belakang, supaya korban gawat darurat dapat melihat
arah perjalanan brankar. Posisi ini dibalik bila akan naik tangga
(jarang terjadi). Sewaktu dalam ambulans menjadi terbalik,
kepala di depan (dekat pengemudi) supaya paramedic dapat
bekerja (bila perlu intubasi dsb). Pada wanita inpartu, posisi
dalam ambulans dapat dibalik, supaya paramedic dapat
membantu partus
e) Jangan sekali-kali meninggalkan korban gawat darurat sendirian
di atas brankar. Korban gawat darurat mungkin berusaha
membalik, yang berakibat terbaliknya brankar
f) Selalu berjalan hati-hati
b. Tandu sekop (scoop stretcher, orthopaedic strecher)
Alat yang sangat bermanfaat untuk pemindahan korban gawat
darurat. Bila ada dugaan fraktur servikal, maka alat yang dipilih
adalah LSB (Long Spine Board). Harus diingat bahwa tandu sekop
bukan alat transportasi dan hanya alat pemindah.Waktu proses
pengangkatan sebaiknya empat petugas, masing-masing satu pada
sisi tandu sekop, karena kemungkinan alat akan melengkung.
a) Long spinal board

LSB sebenarnya bukan alat pemindahan, tetapi alat fiksasi. Sekali


korban gawat difiksasi atas LSB ini, tidak akan diturunkan lagi,
sampai terbukti tidak ada fraktur servikal, karena itu harus terbuat
dari bahan yang tidak akanmengganggu pemeriksaan rontgen.
Pemindahan korban gawat darurat ke atas LSB memerlukan teknik
khusus yaitu memakai log roll. Setelah korban gawat darurat di
atas LSB selalu dilakukan strapping, lalu LSB diletakkan di atas
srtecher.
b) Short spine board dan KED (Kendrick Extricatoin Device)
Short spine board dan KED (Kendrick Extricatoin Device)
sebenarnya lebih merupakan alat extrikasi. Setelah selesai
extrikasi, tetap korban gawat darurat harus diletakkan pada alat
pemindah yang lain
c) Scoop
Scoop adalah alat yang digunakan untuk melakukan pemindahan
pasien bisa dilakukan denga dua orang atau empat orang.

d) Tandu Furely/Kanvas/Standar
Merupakan tandu yang bisa dibongkar pasang yang digunakan
untuk memindahkan pasien. Evakuasi dengan menggunakan tandu
ini bisa dilakukan dengan dua orang atau empat orang atau bila ada
tenaga lebih boleh dilakukan dengan 6 orang penolong.

10

e) Tandu lipat
Tandu yang digunakan untuk memindahkan pasien dan bisa
dilakukan evakuasi oleh dua orang atau empat orang.

f) Tandu Troley/Streacher
Tandu yang biasanya berada pada ambulance atau setelah pasien
sampai dirumah sakit. Ini digunakan jika pasien tidak bisa bejalan.

g) Tandu Basket
Tandu basket adalah tandu yang digunakan untuk evakuasi pada
pasien atau korban yang sulit dijangkau misalny saat korban berada
pada lembah yang akses evakuasinya sulit atau di tengah laut
sehingga saat evakuasi nanti akan digunakan bantuan helicopter.

11

h) Tandu Tali
Tandu tali adalah alat evakuasi darurat yang mengguanakan tali dan
kayu atau bambu atau tongkat yang kuat dimana teknik evakuasi
bisa dilakukan oleh dua orang atau empat orang.

i) Tandu Selimut dan Jaket


Tandu selimut atau jaket adalah salah satu alat evakuasi darurat
yang menggunakan alat atau bahan yang ada saat emergancy baik
seperti selimut atau jaket.

e. Pengetahuan dan Keterampilan perorangan


Pengetahuan yang dimiliki dan kemampuan dari orang yang akan
melakukan proses evakuasi juga menjadi faktor penting karena dengan
pengetahuan dan keterampilan ini semua masalah yang dapat timbul
selama proses evakuasi dapat ditekan. Sebagai contoh, dengan

12

keterampilan yang ada seseorang dapat melakukan evakuasi dengan alat


seadanya. Dalam melakukan evakuasi, keselamatan penolong haruslah
diutamakan.
f. Alat Transportasi
Alat transportasi adalah alat yang dibutuhkan ketika pasien atau korban
telah dilakukan treat atau pertolongan dan evakuasi maka setelah itu
pasien harus dipindahkan ke tempat pelayanan kesehatan terdekat baik
yang ada di rumah sakit lapangan atau pelayanan kesehatan terdekat
untuk mendapat pertolongan lebih lanjut sesuai dengan tingkat
kegawatdaruratannya. Misalnya seperti mobil, ambulance,alat-alat berat,
sepeda motor, helicopter, kapal boat dan lain-lain.
g. Pelayanan Kesehatan
Setelah melakukan evakuasi dan transportasi hal yang perlu kita
perhatikan adalah menjangkau tempat pelayanan kesehatan terdekat baik
rumah sakit lapangan atau pelayanan kesehatan terdekat untuk
memberikan tindakan yang lebih lanjut dan komprehensif kepada korban
atau pasien sesuai dengan tingkat kegawat daruratannya.

6. Syarat- Syarat Evakuasi


Syarat pemindahan sesuai prosedur.

13

a. Alat bantu

: Dengan tenaga manusia - satu orang, dua orang, tiga orang

atau empat orang. Dengan tandu - tandu khusus, tanda papan, tandu
bambu/dahan, atau matras. Dengan kendaraan - darat, laut dan udara.
b. Tahapan

: Persiapan, pengangkatan korban ke atas tandu, pemberian

selimut pada korban, tata letak korban pada tandu disesuaikan dengan
luka atau cedera.Prinsip pengangkatan korban dengan tandu.
c. Caranya

: Harus secara efektif dan efisien dengan dua langkah

pokok yaitu gunakan alat tubuh (paha, bahu, panggul), dan beban serapat
mungkin dengan tubuh korban. Sikap mengangkat, usahakan dalam posisi
rapi dan seimbang untuk menghindari cedera. Posisi siap angkat dan
jalan, umumnya posisi kaki korban berada di depan dan kepala lebih tingi
dari kaki., kecuali menaik bila tungkai tidak cedera dan menurun - bila
tungkai luka atau hipotermia. Mengangkut ke samping - memasukan ke
ambulan kecuali dalam keadaan tertentu-kaki lebih tinggi dalam keadaan
shock.
d. Hal-hal yang perlu diperhatikan dalam mengangkat korban gawat darurat
Kita perlu memperhatikan beberapa hal dalam mengangkat korban gawat
darurat.Situasi ini perlu kita waspadai agar tidak terdapat korban
berikutnya seta tidak ada lagi penambahan luka baru pada korban.
1) Kenali kemampuan diri dan kemampuan pasangan kita
2) Kedua kaki berjarak sebahu kita, satu kaki sedikit di depan kaki
sebelahnya
3) Berjongkok, jangan membungkuk, saat mengangkat. Punggung harus
selalu dijaga lurus.
4) Tangan yang memegang menghadap ke depan. Jarak antara kedua
tangan yang memegang (misalnya tandu) minimal 30 cm.
5) Tubuh sedekat mungkin kebeban yang harus diangkat. Bila terpaksa,
jarak maksimal tangan kita ketubuh kita adalah 50 cm.
6) Jangan memutar tubuh saat mengangkat
7) Hal-hal tersebut juga berlaku saat menarik atau mendorong korban
gawat darurat.
e. Hal-hal yang Perlu diperhatikan dalam Mengangkut Korban Gawat
Darurat

14

Pemindahan korban gawat darurat dapat secara emergency dan nonemergency. Pemindahan korban gawat darurat dalam keadaan emergency
contohnya adalah:
2) Ada api, atau bahaya api atau ledakan
3) Ketidakmampuan menjaga korban gawat darurat terhadap bahaya lain
pada TKP (benda jatuh dsb)
4) Usaha mencapai korban gawat darurat lain, yang lebih urgent
5) Ingin RJP korban gawat darurat, yang tidak mungkin dilakukan
ditempat tersebut.
Adapun cara pemindahan korban gawat darurat non-emergency, selalu
ingat kemungkinan patah tulang leher (servikal) bila korban gawat darurat
trauma.
7. Tahap Tahap Evakuasi
Evakuasi adalah suatu proses dimana terdapat tahapan tahapan di
dalamnya. Tahapan itu antara lain :
a. Penetapan Daerah atau Zona Aman
Pada saat kushusnya bencana, baik bencana alam atau non alam,
maka

sebelum

kita

melakukan

evakuasi

hal

yang

harus

diperhatikanadalah penetapan daerah atau zona aman. Zona pada saat


bencana terbagi menjadi tiga yaitu zona merah merupakan zona
berbahaya dimana daerah ini merupakan zona untuk SAR ( search and
resqeu) lalu dilakuka evakuasi primer ke zona kuning dimana di zona
kuning ala tempat triage dan stabilisasi pasien baik kontrol ABC, lalu
setelah mendapatkan treat (pertolongan) maka akan ditentukan korban
yang akan dipindahkan evakuasi sekunder ke zona hijau tempat posko
medis dan shelter untuk tahap pemulihan pasie/ korban atau pasien yang
perlu dirujuk ke pelayanan kesehatan terdekat yang lebih lengkap.
b. Aktualisasi
1)

Telah Melalui tahapan initial assesment

15

Initial baik mulai dari Danger, Respons, South for help, Airway and
cervikal control, Breathing and resqeu breathing, Circulation dan
kontrol perdarahan dan lanjut ke Disabillty dan cek kesadaran. Dan
dilanjutkan dengan imobilisasi pasien untuk siap dilakukan evakuasi
2)

Penanganan awal korban saat ditemukan, apa yang dilakukan


penanganan pada korban dengan berbagai macam kasus sesuai
dengan alat yang kita bawa saat sebelum melakukan evakuasi korban.

c. Mobilisasi
1) Penggunaan teknik evakuasi yang sesuai
2) Pemilihan jalur evakuasi sesuai dengan pemilihan jalur yang cepat,
tepat serta aman saat terjadinya bencana dengan menggunakan tanda
atau rambu evakuasi, peta area dan alur evakuasi.
3) Tempat tujuan evakusi baik ke tempat posko kesehatan atau ke tenpat
transportasi untuk melakukan pemindahan pasien yang lebih jauh
jaraknya misalnya ke tempat pelayanan kesehatan terdekat.
8. Jenis-Jenis Evakuasi
a. Pemindahan Emergency
1) Tarikan Baju
Kedua tangan korban gawat darurat harus diikat untuk mencegah naik
kearah kepala waktu baju ditarik. Bila tidak sempat, masukkan kedua
tangan dalam celananya sendiri.
2) Tarikan Selimut
Korban gawat darurat ditaruh dalam selimut yang kemudian ditarik.
3) Tarikan Lengan
Dari belakang korban gawat darurat, kedua lengan paramedic masuk
dibawah ketiak korban gawat darurat, memegang kedua lengan bawah
korban gawat darurat.
4) Ekstrikasi Cepat
Dilakukan pada korban gawat darurat dalam kendaraan yang harus
dikeluarkan secara cepat.
b. Pemindahan Non-Emergency
16

Dalam keadaan ini dapat dilakukan urutan pekerjaan normal, seperti


control TKP, suvey lingkungan, dan stabilisasi kendaraan.
2) Pengangkatan dan pemindahan secara langsung
Oleh 2 atau 3 petugas. Harus diingat bahwa cara ini tidak boleh
dilakukan

bila

ada

kemungkinan

fraktur

servikal.

Prinsip

pengangkatan tetap harus diindahkan.


3) Pemindahan dan pengangkatan memakai seprei
Sering dilakukan di Rumah Sakit.Tidak boleh dilakukan bila ada
dugaan fraktur servikal.
9. Teknik Evakuasi
Terdapat berbagai macam teknik dalam melakukan evakuasi dimana
tekniknya disesuaikan dan dikembangan menurut kondisi yang ada. Secara
umum, teknik dalam melakukan evakuasi dibagi sebagai berikut :
a. Dengan alat
Dalam mengangkut korban dengan menggunakan tandu, biasanya 1 regu
penolong terdiri dari enam sampai tujuh orang, dengan tugas masingmasing:
1)

Pimpinan/

Komandan Regu :

memberi komando,

mengatur

pembagian kerja pada saat mengangkat berhadapan dengan wakil dan


anggotanya, tempat waktu mengusung : kanan depan tandu
2)

Wakil pimpinan regu : membantu pimpinan dan mengobati pasien,


waktu mengangkat : bagian bawah kaki, tempat mengusung : kiri
depan tandu.

3)

Anggota A : Mengobati dan membalut, waktu mengangkat : bagian


badan dan punggung, tempat waktu mengusung : kanan belakang
tandu.

4)

Anggota B : Membantu anggota C mengatur tandu dan membalut,


waktu mengangkat : bagian kepala dan dada, tempat waktu
mengusung : kiri belakang tandu.

17

5)

Anggota C : Mengatur tandu dan menyiapkan obat dan alat yang


digunakan, waktu mengangkat : mengumpulkan alat-alat P3K dan
barang milik pasien, memantau kondisi pasien selama proses
evakuasi.

6)

Angggota D : Menjadi Pemandu atau pembuka jalur dan memeriksa


situasi dan kondisi jalur yang akan atau sedang dilewati, mencatat halhal penting.

b. Tanpa alat
1)

Satu orang penolong


a)

Korban anak-anak
(1) Cradle (membopong)
Penolong jongkok atau melutut disamping anak/korban . Satu
lengan ditempatkan di bawah paha korban dan lengan lainnya
melingkari punggung. Korban dipegang dengan mantap dan
didekapkan ke tubuh, penolong berdiri dengan meluruskan
lutut dan pinggul. Tangan penolong harus kuat dalam
melakukan teknik ini.
(2) Pick a back (menggendong)
Digunakan untuk korban sadar .Penolong pertama jongkok
atau melutut perintahkan anak/korban untuk meletakkan
lengannya dengan longgar di atas pundak penolong. Genggam
masing-masing tungkai korban. Berdiri dengan meluruskan
lutut dan pinggul.

b)

Korban Dewasa

18

1) Teknik Evakuasi Dengan Satu Orang Penolong


a. Korban Tidak Sadar
a.

Teknik sampir bahu (korban dalam kondisi tengkurap)


Teknik ini dilakukan ketika sudah dipastikan bahwa korban
tidak mengalami patah tulang, urai sendi, atau cedera
semacamnya.

Jika

korban

mengalami

patah

tulang

punggung, maka teknik ini jangan dilakukan. Sebab hanya


akan menyebabkan kondisi korban semakin fatal.

b.

Teknik sampir bahu (korban dalam kondisi terlentang)


Teknik ini juga dilakukan pada kondisi yang sama seperti
pada teknik kondisi korban tengkurap.

c. Korban berada di dalam reruntuhan gedung


Teknik ini lebih sering dipakai ketika kondisi kebakaran
yang terjadi di dalam gedung. Prioritas utama adalah korban
yang kita tolong, sehingga posisi penolong harus berada di
atas korban untuk melindungi tubuh korban dari reruntuhan.

19

d. Teknik membopong
Jika korban adalah anak-anak, maka teknik ini bisa
digunakan karena lebih praktis dibandingkan dengan teknikteknik lainnya. Namun jika penolong memiliki tenaga yang
lebih, teknik ini pun bisa dilakukan untuk korban orang
dewasa.

e. Tenaga penolong yang lemah


Ketika kita tidak memiliki tenaga yang cukup untuk
melakukan pertolongan terhadap korban, secara darurat kita
dapat memindahkan korban ke tempat yang aman.
Tujuannya adalah untuk mengurangi resiko terjadinya
kondisi yang lebih darurat dibandingkan jika korban berada
pada wilayah bencana.
Kita dapat menggunakan tangan kosong maupun alat
seadanya sebagai fasilitas pendukung. Alat yang digunakan
dapat berupa kain atau selimut. Usahakan untuk memilih
kain yang tebal untuk meminimalisir luka ketika tubuh
korban bergesekan dengan tanah/ ground. Teknik ini hanya

20

layak dilakukan untuk pemindahan korban pada jarak yang


relatif dekat.

Tarikan Bahu

Tarikan Lengan

Tarikan Kain

Tarikan Selimut

b. Korban Sadar
1. Teknik sampir bahu
Jika korban tidak mengalami patah tulang punggung, kaki,
maupun lengan, teknik ini dapat dilakukan. Teknik ini
dipakai ketika korban dalam kondisi yang sangat lemah
yang membutuhkan pertolongan dengan segera.

2. Teknik gendong
Jika korban dalam kondisi lemah dan tidak mampu untuk
berjalan, penolong dapat menggunakan teknik ini.

21

3. Teknik memapah
Jika korban masih mampu berjalan namun dengan kondisi
yang lemah, maka penolong diajurkan memilih teknik ini.
Teknik ini juga disarankan bagi penolong yang tidak
memiliki cukup tenaga untuk mengangkat korban.

4.

Teknik mempopong
Teknik ini sama seperti teknik membopong pada korban
tidak sadar. Hanya saja korban diminta untuk meletakkan
tangan sebelah kirinya pada leher/ atas bahu kiri penolong
agar tidak menyulitkan penolong dalam melakukan
pemindahan.

2) Tenknik Evakuasi Dengan Dua Orang Penolong


a) Korban Tidak Sadar
1. Teknik angkat langsung
Teknik ini adalah teknik umum yang digunakan
ketika kita tak menemukan alat apapun untuk proses

22

evakuasi korban. Caranya adalah dengan melipatkan kedua


tangan korban ke dada, lalu tangan kanan penolong 1
memegang lengan kanan bawah dan tangan kiri memegang
lengan kiri bawah korban. Sedangkan penolong 2
memegang bagian lutut korban.

2. Evakuasi menggunakan kursi


Teknik ini lebih praktis dan akan mempermudah penolong
dalam melakukan evakuasi.

b) Korban Sadar
1. Teknik memapah
Teknik ini dilakukan jika korban masih mampu berjalan
namun dengan kondisi fisik yang sangat lemah.

23

2. Duduk 2 tangan
Teknik ini dilakukan jika korban sama sekali tak mampu
berjalan. Kondisi korban dengan cedera kaki pada bagian
bawah juga lebih tepat menggunakan teknik evakuasi ini.

3.

Duduk 4 tangan
Teknik ini digunakan pada kasus sama seperti teknik pada
evakuasi duduk 2 tangan.

3) Teknik Evakuasi Dengan Tiga Orang Penolong


Teknik 3 penolong atau lebih, secara umum diprioritaskan bagi
korban

tak

sadar.

Selebihnya,

untuk

mengatasi

jarak evakuasi yang jauh, maka digunakan alat bantu berupa


tandu dan peralatan-peralatan lain dengan jumlah penolong
variatif. Berikut macam-macam teknik evakuasi dengan 3
penolong:
a) Tiga penolong pada satu sisi korban
24

Teknik ini adalah yang paling sering digunakan pada evakuasi


korban dengan 3 penolong. Posisi penolong pada 1 sisi
menjadikan perjalanan evakuasi lebih terarah. Kekompakan
dan koordinasi tim menjadi penentu berhasilnya teknik
evakuasi ini. Jika penguncian korban benar, maka korban
tidak akan terasa berat. Penolong (Tiga orang, satu orang di
kepala yang paling mengerti kondisi lapangan, satu di pusat
badan yang paling kuat, satu orang di kaki yang membawa
beban korban seperti tas dan kacamata) di sebelah kanan
korban.

Tangan korban dilipatkan di dada korban (seperti posisi


berdiri pada salat).
Selipkan tangan ke bawah badan korban dengan punggung
tangan menghadap ke badan korban hal ini agar tidak
terjadi luka pada tangan penolong.

25

Angkat badan korban, (saat mengangkat telapak tangan


penolong dibalik, dengan telapak tangan menghadap tubuh
korban) dengan yang memegang komando adalah orang di
yang memegang kepala korban.
Letakkan badan korban di paha penolong (gunakan posisi
medik untuk penolong).

Jika sudah dalam posisi medik, badan korban dimiringkan ke


arah badan penolong dengan tangan korban di perut
penolong.

Penolong berdiri sambil mengangkat korban, dengan yang


memegang komando adalah orang yang memegang
kepala.

26

Saat melangkah harus sesuai aba-aba, seirama antara kaki


kiri dan kanan penolong dalam melangkah.
Korban dievakuasi mengikuti arah kepala korban, jika ada
tangga, posisi kepala harus dibagian yang lebih tinggi agar
korban tidak merasa pusing.

b) Tiga penolong berhadapan


Teknik ini digunakan ketika kondisi penolong memiliki
tinggi badan yang tidak sama. Penolong berhadapan pada
kedua sisi korban dengan tangan penolong saling berpegangan
di bawah tubuh korban.
Satu orang penolong berada di sebelah kanan, dua orang
penolong yang lain berada di sebelah kiri korban.
Penolong yang berada di sebelah kanan mengambil posisi
sejajar dengan perut (bagian tengah tubuh) korban,
sementara penolong yang berada di sebelah kanan satu
orang mengambil posisi sejajar dengan kepala korban dan
satu orang yang lain mengambil posisi sejajar dengan kaki
korban. Penolong yang sejajar dengan kaki korban
bertugas untuk membawa barang-barang yang dimiliki
korban.

27

Seluruh penolong melakukan posisi medik.


Penolong menelungkupkan kedua tangan, kemudian
memasukkannya ke bawah tubuh korban, kemudian
membalik tangannya dan mendekap tubuh korban.
Penolong mengangkat korban ke pahanya, usahakan
ketiga penolong memiliki paha yang sejajar atau jikapun
tidak, penolong yang memiliki paha lebih tinggi berada
sejajar dengan kepala korban.

Angkat korban sembari berdiri, kemudian bawa korban


ke tempat yang lebih aman dengan arah gerak ke arah
kepala dan ketika menaiki/menuruni anak tangga
letakkan kepala di bagian yang lebih tinggi.

Catatan :

28

Komando dipegang oleh penolong yang berada sejajar

dengan kepala korban


Saat membawa korban ke tempat yang lebih aman
gerakan harus lurus, tidak boleh menyilang.

4) Teknik Evakuasi Dengan Empat Orang Penolong


Jika jumlah penolong lebih banyak, maka proses evakuasi
akan lebih baik. Beban korban akan semakin berkurang dan
akurasi dalam proses evakuasi pun semakin baik. Tekniknya
adalah dengan saling berpegangan tangan di bawah tubuh korban
dengan posisi penolong saling berhadapan.

5) Teknik Evakuasi Dengan Enam Orang Penolong


Jika korban memiliki berat badan yang cukup besar, maka
dapat dilakukan evakuasi dengan 6 penolong. Tekniknya sama
seperti evakuasi dengan 4 penolong.

29

Catatan Penting untuk semua prosedur:


Perhatikan kondisi korban (cedera atau trauma yang membutuhkan
perhatian khusus dalam pengevakuasiannya)
Jelaskan kepada korban apa yang akan dilakukan agar dapat
bekerjasama bila memungkinkan
Apabila beberapa orang mengevakuasi 1 orang menjadi komando
Aba-aba, komando, dan langkah saat evakuasi harus selaras dan
seirama agar korban tidak terjatuh dan sakit.
Gunakan teknik yang benar dalam mengangkat dan membawa korban
Gunakan alat evakuasi sesuai kebutuhandan kondisi korban
Perhatikan keselamatan penolong
Aturan Mengangkat Dan Menurunkan Korban:

Tempatkan posisi kaki senyaman mungkin


Tegakkan badan dan tekukan lutut
Pegang korban atau balut dengan seluruh jari tangan
Usahakan badan korban yang diangkat dekat dengan penolong
Jika kehilangan keseimbanagan atau peganagan, letakkan korban, atur
posisi kembali lalu mulai kembali.
Evakuasi tanpa menggunakan tandu dilakukan untuk memindahkan

korban dalam jarak dekat atau menghindarkan korban dari bahaya yang
mengancam. Untuk evakuasi dengan jarak jauh seringan apapun cedera
korban usahakan untuk mengangkutnya dengan menggunakan tandu.
(1) Korban lebih dari satu
(2) On Stage Triage
(a)

Dalam keadaan ini korban dikelompokkan berdasarkan

berat/ringannya trauma yang diderita


(b)

Penggolongan korban trauma didasarkan pada kondisi ABC

(airway, breating, circulation)


(3) Penggolongan korban dibagi kedalam :

30

(a)

Merah : pasien dengan kondisi airway terganggu

(b)

Kuning : pasien dengan kondisi sirkulasi darah dan

pernapasan terganggu
(c)

Hijau : pasien yang mengalami luka ringan dan mampu

untuk berjalan
(d)

Hitam : korban meninggal dunia

(4) Dalam keadaan darurat korban dengan kemungkinan hidup lebih


tinggi harus didahulukan.
(5) Korban dengan luka lebih parah dan paling memungkinkan untuk
ditolong terlebih dahulu harus didahulukan.
(6) Perhatikan adanya keadaan yang dapat memperparah keadaan korban.

B. TRANSPORTASI
1. Pengertian Transportasi Pasien
Transportasi Pasien adalah sarana yang digunakan untuk mengangkut
penderita/korban dari lokasi bencana ke sarana kesehatan yang memadai
dengan aman tanpa memperberat keadaan penderita ke sarana kesehatan yang
memadai.
Seperti contohnya alat transportasi yang digunakan untuk memindahkan
korban dari lokasi bencana ke RS atau dari RS yang satu ke RS yang
lainnya.Pada setiap alat transportasi minimal terdiri dari 2 orang para medik
dan 1 pengemudi (bila memungkinkan ada 1 orang dokter).
2. Prosedur Transportasi Pasien
a. Lakukan pemeriksaan menyeluruh.
b. Pastikan bahwa pasien yang sadar bisa bernafas tanpa kesulitan setelah
diletakan di atas usungan. Jika pasien tidak sadar dan menggunakan alat
bantu jalan nafas (airway).

31

c. Amankan posisi tandu di dalam ambulans.


d. Pastikan selalu bahwa pasien dalam posisi aman selama perjalanan ke
rumah sakit.
e. Posisikan dan amankan pasien.
f. Selama pemindahan ke ambulans, pasien harus diamankan dengan kuat
ke usungan.
g. Pastikan pasien terikat dengan baik dengan tandu. Tali ikat keamanan
digunakan ketika pasien siap untuk dipindahkan ke ambulans, sesuaikan
kekencangan tali pengikat sehingga dapat menahan pasien dengan aman.
h. Persiapkan jika timbul komplikasi pernafasan dan jantung.
i. Jika kondisi pasien cenderung berkembang ke arah henti jantung,
letakkan spinal board pendek atau papan RJP di bawah matras sebelum
j.
k.
l.
m.
n.
o.

ambulans dijalankan.
Melonggarkan pakaian yang ketat.
Periksa perbannya.
Periksa bidainya.
Naikkan keluarga atau teman dekat yang harus menemani pasien
Naikkan barang-barang pribadi.
Tenangkan pasien.

3. Teknik Pemindahan Pada Pasien


Teknik pemindahan pada klien termasuk dalam transport pasien, seperti
pemindahan pasien dari satu tempat ke tempat lain, baik menggunakan alat
transport seperti ambulance, dan branker yang berguna sebagai pengangkut
pasien gawat darurat.
a. Pemindahan klien dari tempat tidur ke brankar
Memindahkan klien dri tempat tidur ke brankar oleh perawat
membutuhkan

bantuan

klien.Pada

pemindahan

klien

ke

brankar

menggunakan penarik atau kain yang ditarik untuk memindahkan klien


dari tempat tidur ke branker.Brankar dan tempat tidur ditempatkan
berdampingan sehingga klien dapat dipindahkan dengan cepat dan mudah
dengan

menggunakan

kain

pengangkat.

Pemindahan

pada

klien

membutuhkan tiga orang pengangkat


b. Pemindahan klien dari tempat tidur ke kursi
Perawat menjelaskan prosedur terlebih dahulu pada klien sebelum
pemindahan.Kursi ditempatkan dekat dengan tempat tidur dengan
punggung kursi sejajar dengan bagian kepala tempat tidur.Emindahan
yang aman adalah prioritas pertama, ketika memindahkan klien dari

32

tempat tidur ke kursi roda perawat harus menggunakan mekanika tubuh


yang tepat.
c. Pemindahan pasien ke posisi lateral atau prone di tempat tidur
1) Pindahkan pasien dari ke posisi yang berlawanan
2) Letakan tangan pasien yang dekat dengan perawat ke dada dan tangan
yang jauh ari perawat, sedikit kedapan badan pasien
3) Letakan kaki pasien yang terjauh dengan perawat menyilang di atas
4)
5)
6)
7)

kaki yang terdekat


Tempatkan diri perawat sedekat mungkin dengan pasien
Tempatkan tangan perawat di bokong dan bantu pasien
Tarik badan pasien
Beri bantal pada tempat yang diperlukan.

4. Jenis-Jenis dari Transportasi Pasien


Transportasi pasien pada umumnya terbagi atas dua : Transportasi gawat
darurat dan kritis .
a. Transportasi Gawat Darurat
Setelah penderita diletakan diatas tandu (atau Long Spine Board bila
diduga patah tulang belakang) penderita dapat diangkut ke rumah
sakit.Sepanjang perjalanan dilakukan Survey Primer, Resusitasi jika
perlu.
1) Mekanik saat mengangkat tubuh gawat darurat
Tulang yang paling kuat ditubuh manusia adalah tulang panjang dan
yang paling kuat diantaranya adalah tulang paha (femur).Otot-otot
yang beraksi pada tutlang tersebut juga paling kuat.Dengan demikian
maka pengangkatan harus dilakukan dengan tenaga terutama pada
paha dan bukan dengan membungkuk angkatlah dengan paha, bukan
dengan punggung.
2) Panduan dalam mengangkat penderita gawat darurat
a) Kenali kemampuan diri dan kemampuan pasangan kita. Nilai
beban yang akan
b) diangkat secara bersama dan bila merasa tidak mampu jangan
dipaksakan
c) Ke-dua kaki berjarak sebahu kita, satu kaki sedikit didepan kaki
sedikit sebelahnya
d) Berjongkok, jangan membungkuk, saat mengangkat
e) Tangan yang memegang menghadap kedepan
f) Tubuh sedekat mungkin ke beban yang harus diangkat. Bila
terpaksa jarak maksimal tangan dengan tubuh kita adalah 50 cm

33

g) Jangan memutar tubuh saat mengangkat


h) Panduan diatas berlaku juga saat menarik atau mendorong
penderita
b. Transportasi Pasien Kritis
Pasien kritis adalah pasien dengan disfungsi atau gagal pada satu atau
lebih sistem tubuh, tergantung pada penggunaan peralatan monitoring
dan terapi.
Transport intra hospital pasien kritis harus mengikuti beberapa aturan,
yaitu:
1) Koordinasi sebelum transport
a) Informasi bahwa area tempat pasien akan dipindahkan telah siap
untuk menerima pasien tersebut serta membuat rencana terapi
b) Dokter yang bertugas harus menemani pasien dan komunikasi
antar dokter dan perawat juga harus terjalin mengenai situasi
medis pasien
c) Tuliskan dalam rekam medis kejadian yang berlangsung selama
transport dan evaluasi kondisi pasien
2) Profesional beserta dengan pasien: 2 profesional (dokter atau
perawat) harus menemani pasien dalam kondisi serius.
a) Salah satu profesional adalah perawat yang bertugas, dengan
pengalaman CPRatau khusus terlatih pada transport pasien kondisi
kritis
b) Profesioanl kedua dapat dokter atau perawat. Seorang dokter
harus menemanipasien dengan instabilitas fisiologik dan pasien
yang membutuhkan urgent action
3) Peralatan untuk menunjang pasien
a. Transport monitor
b. Blood presure reader

34

b) Sumber oksigen dengan kapasitas prediksi transport, dengan


tambahan cadangan 30 menit
c) Ventilator portable, dengan kemampuan untuk menentukan
volume/menit, pressure FiO2 of 100% and PEEP with
disconnection alarm and high airway pressure alarm.
d) Mesin suction dengan kateter suction
e) Obat untuk resusitasi: adrenalin, lignocaine, atropine dan sodium
bicarbonat
f) Cairan intravena dan infus obat dengan syringe atau pompa infus
dengan baterai
g) Pengobatan tambahan sesuai dengan resep obat pasien tersebut
4) Monitoring selama transport
Selama proses tranpsortasi harus tetap memperhatikan stabilisasi
kondisi pasien harus diberikan oksigen yang cukup, cek resusitasi
cairan bila perlu (ada perdarahan hebat) tetap kontrol ABC.
a) Monitoring kontinu: EKG, pulse oximetry (level 1)
b) Monitoring intermiten: Tekanan darah, nadi , respiratory rate (level
1 pada pasien pediatri, Level 2 pada pasien lain).
5. Transport Pasien Rujukan
Rujukan adalah penyerahan tanggung jawab dari satu pelayanan kesehatan
kepada pelayanan kesehatan lainnya. Sistem rujukan upaya kesehatan
adalah suatu sistem jaringan fasilitas pelayanan kesehatan yang
memungkinkan terjadnya penyerangan tanggung jawab secara timbal-balik
atas masalah yang timbul, baik secara vertical maupun horizontal ke
fasilitas pelayanan yang lebih kompeten, terjangkau, rasional, dan tidak
dibatasi oleh wilayah administrasi.
b. Tujuan Rujukan
Tujuan sistem rujukan adalah agar pasien mendapatkan pertolongan
pada fasilitas pelayanan keseshatan yang lebih mampu sehinngga
jiwanya dapat terselamtkan, dengan demikian dapat meningkatkan
AKI dan AKB
35

c. Cara Merujuk
Langkah-langkah rujukan adalah :
1) Menentukan kegawat daruratan penderita
a) Pada tingkat kader atau dukun bayi terlatih ditemukan
penderita yang tidak dapat ditangani sendiri oleh keluarga atau
kader/dukun bayi, maka segera dirujuk ke fasilitas pelayanan
kesehatan yang terdekat,oleh karena itu mereka belum tentu
dapat menerapkan ke tingkat kegawatdaruratan.
b) Pada tingkat bidan desa, puskesmas pembatu dan puskesmas.
c) Tenaga kesehatan yang ada pada fasilitas pelayanan kesehatan
tersebut harus dapat menentukan tingkat kegawatdaruratan
kasus yang ditemui, sesuai dengan wewenang dan tanggung
jawabnya, mereka harus menentukan kasus manayang boleh
ditangani sendiri dan kasus mana yang harus dirujuk.
2) Menentukan tempat rujukan
Prinsip dalam menentukan tempat rujukan adalah fasilitas
pelayanan yang mempunyai kewenangan dan terdekat termasuk
fasilitas pelayanan swasta dengan tidak mengabaikan kesediaan
dan kemampuan penderita.
3) Memberikan informasi kepada penderita dan keluarga
4) Mengirimkan informasi pada tempat rujukan yang dituju
b) Memberitahukan bahwa akan ada penderita yang dirujuk.
c) Meminta petunjuk apa yang perlu dilakukan dalam rangka
persiapan dan selama dalamperjalanan ke tempat rujukan.
d) Meminta petunjuk dan cara penangan untuk menolong
penderita bila penderita tidak mungkin dikirim.
5) Persiapan penderita
6) Pengiriman Penderita
7) Tindak lanjut penderita :
a) Untuk penderita yang telah dikembalikan
b) Harus kunjungan rumah, penderita yang memerlukan tindakan
lanjut tapi tidak melapor
d. Jalur Rujukan
Alur rujukan kasus kegawat daruratan :
1)
Dari Kader
Dapat langsung merujuk ke :
a) Puskesmas pembantu
b) Pondok bersalin atau bidan di desa
c) Puskesmas rawat inap
d) Rumah sakit swasta / RS pemerintah
2)
Dari Posyandu

36

Dapat langsung merujuk ke :


a) Puskesmas pembantu
b) Pondok bersalin atau bidan di desa.
6. Transportasi

Menggunakan

Mobil

Ambulance,

Ambulance

Helycopter (Air Ambulance) dan Water Ambulance


a. Mobi Ambulance

Alat trasportasi yang digunakan untuk memindahkan pasien atau


merujuk pasien ke pelayanan kesehatan yang lebih lengkap
menggunakan mobil ambulance. Dimana di dalam ambulance
sudah dilengkapi dengan fasilitas yang menunjang untuk menjaga
kestabilan korba salam proses transportasi. Mobil ambulance ini
digunakan pada proses transportasi pasien di darat atau di lokasi
atau tempat kejadian yang bisa diakses menggunakan mobil dan
jarak yang ditempuh terjangkau.

b. Air Ambulance

37

Transportasi dengan menggunakan Air Ambulance digunakan apabila


melakukan pemindahan pasien dengan lokasi pasien darurat dan tidak
bisa diakses dengan menggunakan mobil atau kendaraan darat lainnya
dengan lokasi seperti di gunung sehingga infrastruktur atau akses jalan
masih tidak bagus dan jarak yang jauh sehingga perlu menggunakan alat
transportasi menggunakan Air Ambulance untuk menjangkaunya. Atau
melakukan transportasi pada korban yang terjebak di tengah laut dalam
yang dibutuhkan waktu yang cepat dan apabila menggunakan water
ambulance terlalu jauh sehingga waktu yang dibutuhkan untuk
menempuh lokasi tersebut lama.
c. Water Ambulance
Transportasi ini di gunakan untuk memindahkan korban apabila lokasi
korban berada pada laut yang mudah dijangkau dan waktu untuk
menempuh lokasi tersebut tidak terlalu membutuhkan waktu yang lama.

38

BAB III
PENUTUP
A. Simpulan
Evakuasi adalah adaah pemindahan korban dari tempat kejadian
ke tempat yang lebih aman untuk mendapat penanganan lebih
lanjut dimana sebelumnya pertolongan pertama telah dilakukan.
Alat - alat evakuasi dengan menggunakan alat seperti tandu (Long
Spinal Board, Scoop, Tandu Trolley, tandu kanvas, tandu lipat,
tandu tali atau dalam kondisi emergency dengan menggunakan
selimut dan jaket). Evakuasi dilakukan baik dalam kondisi atau
darurat atau non darurat dengan berbagai prinsip evakuasi dan
teknik

evakuasi

seperti

teknik

memapah,

membokong,

menggendong, duduk dengan satu atau dua tangan, dengan tiga,


empat atau enam orang penolong. Atau
adalah

sarana

yang

digunakan

Transportasi Pasien
untuk

mengangkut

penderita/korban dari lokasi bencana ke sarana kesehatan yang


memadai dengan aman tanpa memperberat keadaan penderita ke
sarana

kesehatan

yang

memadai.Transportasi

pasien

dapat

dibedakan menjadi dua, transport pasien untuk gawat darurat dan


kritis.

B. Saran
Transportasi dan evakuasi pasien sangat penting bagi prioritas keselamatan
pasien menuju rumah sakit atau sarana yang lebih memadai. Oleh karena itu

39

transportasi dan evakuasi pasien berperan penting dalam mengutamakan


keselamatan pasien.

40

DAFTAR PUSTAKA
John A. Boswick, Ir., MD .Perawatan Gawat Darurat .Indonesia : Penerbit Buku
Kedokteran EGC
Perry &Potter .2006 .Fundamental Keperawatan Volume II .Indonesia : Penerbit
Buku Kedokteran EGC
Suparmi Yulia, dkk .2008 .Panduan Praktik Keperawatan .Indonesia : PT Citra
Aji Parama
Perry, Petterson, Potter .2005 .Keterampilan Prosedur Dasar .Indonesia :
Penerbit Buku Kedokteran EGC
Wijaya, S. (2010).Konsep Dasar Keperawatan Gawat Darurat. Denpasar: PSIK
FK Unud.

41

Anda mungkin juga menyukai