Anda di halaman 1dari 30

LAPORAN PENDAHULUAN ASUHAN KEPERAWATAN

PADA PASIEN DENGAN OSTEOSARKOMA

OLEH :

KADEK PONI MARJAYANTI


P07120214026
DIV KEPERAWATAN TINGKAT III SEMESTER V

KEMENTERIAN KESEHATAN RI
POLITEKNIK KESEHATAN DENPASAR
TAHUN AJARAN 2015

LAPORAN PENDAHULUAN ASUHAN KEPERAWATAN


PADA PASIEN DENGAN OSTEOSARKOMA

I. KONSEP DASAR PENYAKIT


A. PENGERTIAN
Sarkoma osteogenik (Osteosarkoma) merupakan neoplasma tulang
primer yang sangat ganas. Tumor ini tumbuh di bagian metafisis tulang
tempat yang paling sering terserang tumor ini adalah bagian ujung tulang
panjang, terutama lutut (Price, 1998).
Osteosarkoma (sarkoma osteogenik) adalah tumor yang muncul dari
mesenkim pembentuk tulang. (Wong, 2003).
Osteosarkoma cenderung tumbuh di tulang paha (ujung bawah),
tulang lengan atas (ujung atas) dan tulang kering (ujung atas). Ujung tulang
tulang tersebut merupakan daerah dimana terjadi perubahan dan
kecepatan pertumbuhan yang terbesar. Meskipun demikian, osteosarkoma
juga bisa tumbuh di tulang lainnya. Sarkoma adalah tumor yang berasal
dari jaringan penyambung.
Osteosarkoma (sarkoma osteogenik) merupakan tulang primer
maligna yang paling sering dan paling fatal. Ditandai dengan metastasis
hematogen awal ke paru. Osteosarkoma merupakan tumor ganas yang
paling sering ditemukan pada anak-anak. rata-rata penyakit ini terdiagnosis
pada umur 15 tahun. Angka kejadian pada anak laki-laki dan anak
perempuan adalah sama, tetapi pada akhir masa remaja penyakit ini lebih
banyak ditemukan pada anak laki-laki (Smeltzer, 2001).
Osteosarkoma adalah suatu lesi ganas pada sel mesenkim yang
mempunyai kemampuan untuk membentuk osteoid atau tulang yang
imatur.

B. ETIOLOGI
Penyebab pasti terjadinya tumor tulang tidak diketahui. Akhir-akhir
ini, penelitian menunjukkan bahwa peningkatan suatu zat dalam tubuh
yaitu C-Fos dapat meningkatkan kejadian tumor tulang. Radiasi sinar radio
aktif dosis tinggi, Keturunan, Beberapa kondisi tulang yang ada
sebelumnya seperti penyakit paget (akibat pajanan radiasi ), (Smeltzer.
2001).
Adapun faktor predisposisi yang dapat menyebabkan osteosarcoma
antara lain :
1. Trauma
Osteosarcoma dapat terjadi beberapa bulan atau beberapa tahun
setelah terjadinya injuri. Walaupun demikian trauma ini tidak dapat
dianggap sebagai penyebab utama karena tulang yang fraktur akibat
trauma ringan maupun parah jarang menyebabkan osteosarcoma.
2. Ekstrinsik karsinogenik
Penggunaan substansi radioaktif dalam jangka waktu lama dan
melebihi dosis juga diduga merupakan penyebab terjadinya
osteosarcoma ini. Salah satu contoh adalah radium. Radiasi yang
diberikan untuk penyakit tulang seperti kista tulang aneurismal,
fibrous displasia, setelah 3-40 tahun dapat mengakibatkan
osteosarcoma.
3. Karsinogenik kimia
Ada dugaan bahwa penggunaan thorium untuk penderita tuberculosis
mengakibatkan 14 dari 53 pasien berkembang menjadi osteosarcoma.
4. Virus
Penelitian tentang virus yang dapat menyebabkan osteosarcoma baru
dilakukan pada hewan, sedangkan sejumlah usaha untuk menemukan
oncogenik virus pada osteosarcoma manusia tidak berhasil. Walaupun
beberapa laporan menyatakan adanya partikel seperti virus pada sel
osteosarcoma dalam kultur jaringan. Bahan kimia, virus, radiasi, dan
faktor trauma. Pertumbuhan yang cepat dan besarnya ukuran tubuh
dapat juga menyebabkan terjadinya osteosarcoma selama masa
pubertas. Hal ini menunjukkan bahwa hormon sex penting walaupun
belum jelas bagaimana hormon dapat mempengaruhi perkembanagan
osteosarcoma.
5. Keturunan ( genetik )
C. KLASIFIKASI
Berikut beberapa variasi dari osteosarkoma diantaranya :
a. Parosteal Osteosarkoma
Parosteal osteosarkoma yang tipikal ditandai dengan lesi pada
permukaan tulang, dengan terjadinya diferensiasi derajat rendah dari
fibroblast dan membentuk waven bone atau lamellar bone. Biasanya
terjadi pada umur lebih tua dari osteosarkoma klasik, yaitu pada umur
20 40 tahun. Bagian posterior dari distal fermur merupakan daerah
predileksi yang paling sering, selain bisa juga mengenai tulang-tulang
panjang yang lainnya. Tumor dimulai dari daerah korteks tulang dengan
dasar yang lebar, yang makin lama lesi ini bisa invasi kedalam korteks
dan masuk ke endosteal. Pengobatannya adalah dengan cara operasi,
melakukan eksisi dari tumor dan survival ratenya bisa mencapai 80-
90%.
b. Periosteral Osteosarkarmo
Periosteral osteosarkoma merupakan osteosarkoma derajat sedang
(moderate-grade) yang merupakan lesi pada permukaan tulang bersifat
kondroblastik, dan sering terdapat pada daerah proksimal tibia. Sering
juga dapat pada diafise tulang panjang seperti pada femur dan bahkan
bisa pada tulang pipih seperti mandibula. Terjadi pada umur yang sama
dengan klasik osteosarkoma. Derajat metastasenya lebih rendah dari
osteosarkoma klasik yaitu 20%-35% terutama ke paru-paru.
Pengobatannya adalah dilakukan operasi marginal-wide eksisi (wide-
margin surgical resection), dengan didahului preoperative kemoterapi
dan dilanjutkan sampai post-operasi.
c. Telangiectasis Osteosarkoma
Telangiectasis osteosarkoma pada plain radiografi kelihatan
gambaran lesi yang radiolusen dengan sedikit kalsifikasi atau
pembentukan tulang. Dengan gambaran seperti ini sering dikelirukan
dengan lesi binigna pada tulang seperti aneurismal bone cyst. Terjadi
pada umur yang sama dengan klasik osteosarkoma. Tumor ini
mempunyai derajat keganasan yang sangat tinggi dan sangat agresif.
Diagnosis dengan biopsy sangat sulit oleh karena tumor sedikit jaringan
yang padat, dan sangat vaskuler. Pengobatannya sama dengan
osteosarkoma klasik, dan sangat reposif terhadap adjuvant
chemotherapy.
d. Osteosarkoma Sekunder
Osteosarkoma dapat terjadi dari lesi jinak pada tulang, yang
mengalami mutasi sekunder dan biasanya terjadi pada umur yang lebih
tua, misalnya bisa berasal dari pagets disease, osteblastoma, fibous
dysplasia, benign giant cell tumor, Contoh klasik dari osteosarkoma
sekuder adalah yang berasal dari pagets disease yang disebut pegetic
osteosarcomas. Di Eropa merupakan 3% dari seluruh osteosarkoma dan
terjadi pada umur yang tua. Lokasi yang tersering adalah humerus,
kemudian di daerah pelvis dan femur. Perjalanan penyakit sampai
mengalami degenerasi ganas memakan waktu cukup lama 15-25 tahun
dengan mengeluh nyeri pada daerah inflamasi dari pagets disease.
Selanjutnya rasa nyeri bertambah, disusul oleh terjadinya destruksi
tulang. Prognosis dari pegetic osteosarcomas sangat jelek dengan five
years survival rate rata-rata hanya 8%. Oleh karena terjadi pada orang
tua, maka pengobatan dengan kemoterapi tidak merupakan pilihan
karena toleransinya rendah.
e. Osteosarkarmo Intrameduler derajat Rendah
Tipe ini sangat jarang dan merupakan variasi osseofibrous derajat
rendah yang terletak intrameduler. Secara mikrospik gambarannya
mirip parosteal osteosarkoma. Lokasinya pada daerah metafise tulang
dan terbanyak pada daerah lutut. Penderita biasanya mempunyai umur
yang lebih tua yaitu 15-65 tahun, mengenai laki-laki dan wanita hampir
sama. Pada pemeriksaan radiografi, tampak gambaran sklerotik pada
daerah intrameduler metafise tulang panjang. Seperti pada parosteral
osteosarkoma, osteosarkoma tipe ini mempunyai prognosis yang baik
dengan hanya melakukan local eksisi saja.

f. Osteosarkarmo Akibat Radiasi


Osteosarkarmo bisa terjadi setelah mendapatkan radiasi melebihi
dari 30Gy. Onsetnya biasanya sangat lama berkisar antara 3-35 tahun,
dan derajat keganasannya sangat tinggi dengan prognosis jelek dengan
angka metastasenya tinggi.
g. Multisentrik Osteosarkarmo
Disebut juga Multifocal Osteosarcoma. Variasi ini sangat jarang
yaitu terdapatnya lesi tumor yang secara bersamaan pada lebih dari satu
tempat. Hal ini sangat sulit membedakan apakah sarcoma memang
terjadi bersamaan pada lebih dari satu tempat lesi tersebut merupakan
suatu metastase. Ada dua tipe yaitu: tipe Synchronous dimana
terdapatnya lesi secara bersamaan pada lebih dari satu tulang. Tipe ini

GENETIKAsering terdapat pada anak-anak dan remaja dengan tingkat


VIRUS
TUMOR TERPAPAR
keganasannya sangat tinggi. Tipe
ONKOGENIK lainnya adalah tipe Metachronous
RADIASI
yang terdapat
KELAINAN GENETIK PADA pada orang dewasa, yaitu terdapat tumor pada tulang lain
LENGAN PANJANG MASUK KEDALAM TUBUH
setelah
KROMOSOM 13
beberapa waktu atau setelah pengobatan tumor pertama. Pada
tipe ini tingkat keganasannya lebih rendah.
TUMBUH KEDALAM JARINGAN METAFIN
TERJADI DELESI PADA TULANG

MENGEROSI KORTEKS OSTEOLITIK


PERTUMBUHAN
TULANG ABNORMAL

JARINGAN LUNAK TERSERANG


OSTEOBLASTIK OSTEOSARKOMA
TIMBUL LESI
TULANG RUSAK DESTRUKTIF
IREGULAR

NYERI TULANG RAWAN

METASTASIS KE ORGAN LAIN


NYERI AKUT

RISIKO
KERUSAKAN
INTEGRITAS KULIT INFEKSI

TERAPI KOMPLIKASI
PENYAKIT

B. PATHWAY
RADIASI X-RAY BEDAH KEMOTERAPI
MUAL/
MUNTAH
ALOPESIA
KERUSAKAN
INTEGRITAS
BIOPSI AMPUTASI PERUBAHAN
KULIT
NUTRISI
INTOLERANSI
AKTIVITAS;
KELETIHAN BERAT
GANGGUAN BADAN
CITRA TUBUH TURUN
ANSIETAS

DEFISIENSI PENGETAHUAN
HAMBATAN
MOBILITAS
FISIK

C. PATHOFISIOLOGI
RISIKO JATUH

Sarkoma osteogenik (Osteosarkoma) merupakan neoplasma tulang


KETIDAKSEIMBANGAN
primer yang sangat ganas. Tumor ini tumbuh dibagian
NUTRISI

metafisis tulang tempat yang paling sering terserang tumor ini adalah
bagian ujung tulang panjang, terutama lutut. Penyebab osteosarkoma belum
jelas diketahui, adanya hubungan kekeluargaan menjadi suatu predisposisi.
Begitu pula adanya hereditery. Dikatakan beberapa virus onkogenik dapat
menimbulkan osteosarkoma pada hewan percobaan. Radiasi ion dikatakan
menjadi 3% penyebab langsung osteosarkoma. Akhir-akhir ini dikatakan
ada 2 tumor suppressor gene yang berperan secara signifikan terhadap
tumorigenesis pada osteosarkoma yaitu protein P53 ( kromosom 17) dan
Rb (kromosom 13).
Lokasi tumor dan usia penderita pada pertumbuhan pesat dari tulang
memunculkan perkiraan adanya pengaruh dalam patogenesis osteosarkoma.
Mulai tumbuh bisa didalam tulang atau pada permukaan tulang dan
berlanjut sampai pada jaringan lunak sekitar tulang epifisis dan tulang
rawan sendi bertindak sebagai barier pertumbuhan tumor kedalam sendi.
Osteosarkoma mengadakan metastase secara hematogen paling sering
keparu atau pada tulang lainnya dan didapatkan sekitar 15%-20% telah
mengalami metastase pada saat diagnosis ditegakkan. (Salter, robert :
2006).
Adanya tumor di tulang menyebabkan reaksi tulang normal dengan
respons osteolitik (destruksi tulang) atau respons osteoblastik
(pembentukan tulang). Beberapa tumor tulang sering terjadi dan lainnya
jarang terjadi, beberapa tidak menimbulkan masalah, sementara lainnya ada
yang sangat berbahaya dan mengancam jiwa.
Tumor ini tumbuh di bagian metafisis tulang panjang dan biasa
ditemukan pada ujung bawah femur, ujung atas humerus dan ujung atas
tibia. Secara histolgik, tumor terdiri dari massa sel-sel kumparan atau bulat
yang berdifferensiasi jelek dan sering dengan elemen jaringan lunak seperti
jaringan fibrosa atau miksomatosa atau kartilaginosa yang berselang seling
dengan ruangan darah sinusoid. Sementara tumor ini memecah melalui
dinding periosteum dan menyebar ke jaringan lunak sekitarnya; garis
epifisis membentuk terhadap gambarannya di dalam tulang.
Adanya tumor pada tulang menyebabkan jaringan lunak diinvasi
oleh sel tumor. Timbul reaksi dari tulang normal dengan respon osteolitik
yaitu proses destruksi atau penghancuran tulang dan respon osteoblastik
atau proses pembentukan tulang. Terjadi destruksi tulang lokal.. Pada
proses osteoblastik, karena adanya sel tumor maka terjadi penimbunan
periosteum tulang yang baru dekat lempat lesi terjadi sehingga terjadi
pertumbuhan tulang yang abortif.

D. MANIFESTASI KLINIS
Manifestasi klinis pada pasien dengan Osteosarkoma menurut
Smeltzer Suzanne C (2001) adalah sebagai berikut :
1. Nyeri pada ekstremitas yang terkena (biasanya menjadi semakin
parah pada malam hari dan meningkat sesuai dengan
progresivitas penyakit)
2. Pembekakan pada atau di atas tulang atau persendian serta
pergerakan yang terbatas
3. Keterbatasan gerak
4. Kehilangan berat badan (dianggap sebagai temuan yang
mengerikan).
5. Masa tulang dapat teraba, nyeri tekan, dan tidak bisa di gerakan,
dengan peningkatan suhu kulit diatas masa dan ketegangan vena.
6. Kelelahan, anoreksi dan anemia.
7. Lesi primer dapat mengenai semua tulang, namun tempat yang
paling sering adalah distal femur, proksimal tibia, dan proksimal
humerus
8. Gejala penyakit metastatik meliputi nyeri dada, batuk, demam,
berat badan menurun dan malaise

E. PEMERIKSAAN PENUNJANG
1. Pemeriksaan Radiologi
Biasanya gambaran radiogram dapat membantu untuk menentukan
keganasan relatif daritumor tulang. Pemeriksaan radiologi yang
dilakukan untuk membantu menegakkan diagnosis meliputi foto sinar-x
lokal pada lokasi lesi atau foto survei seluruh tulang (bone survey)
apabila ada gambaran klinis yang mendukung adanya tumor
ganas/ metastasis. Foto polos tulang dapat memberikan gambaran
tentang:
a. Lokasi lesi yang lebih akurat, apakah pada daerah epifisis,
metafisis, diafisis, ataupada organ-organ tertentu.
b. Apakah tumor bersifat soliter atau multiple.
c. Jenis tulang yang terkena.
d. Dapat memberikan gambaran sifat tumor, yaitu:
- Batas, apakah berbatas tegas atau tidak, mengandung kalsifikasi
atau tidak.
- Sifat tumor, apakah bersifat uniform atau bervariasi, apakah
memberikanreaksi pada periosteum, apakah jaringan lunak di
sekitarnya terinfiltrasi.
- Sifat lesi, apakah berbentuk kistik atau seperti gelembung
sabun.
Pemeriksaan radiologi lain yang dapat dilakukan, yaitu:
a. Pemindaian radionuklida.
Pemeriksaan ini biasanya dipergunakan pada lesi yang kecil seperti
osteoma.
b. CT-scan.
Pemeriksaan CT-scan dapat memberikan informasi tentang
keberadaantumor, apakah intraoseus atau ekstraoseus.
c. MRI
MRI dapat memberika informasi tentang apakah tumor berada
dalam tulang,apakah tumor berekspansi ke dalam sendi atau ke
jaringan lunak.

2. Pemeriksaan Laboratorium
Pemeriksan laboratorium merupakan pemeriksaan tambahan/
penunjang dalam membantumenegakkan diagnosis tumor.
Pemeriksaan laboratorium yang dilakukan meliputi:
a. Darah. Pemeriksaan darah meliputi pemeriksaan laju endap darah,
haemoglobin,fosfatase alkali serum, elektroforesis protein serum,
fosfatase asam serum yangmemberikan nilai diagnostik pada tumor
ganas tulang.
b. Urine . Pemeriksaan urine yang penting adalah pemeriksaan protein
Bence-Jones.
3. Biopsi
Tujuan pengambilan biopsi adalah memperoleh material yang cukup
untuk pemeriksaanhistologist, untuk membantu menetapkan diagnosis
serta grading tumor. Waktu pelaksanaanbiopsi sangat penting sebab
dapat mempengaruhi hasil pemeriksaan radiologi yangdipergunakan
pada grading. Apabila pemeriksaan CT-scan dilakukan setelah biopsi,
akan tampak perdarahan pada jaringan lunak yang memberikan kesan
gambaran suatu keganasanpada jaringan lunak.
Ada dua metode pemeriksaan biopsi, yaitu :
a. Biopsi tertutup dengan menggunakan jarum halus ( fine needle
aspiration, FNA) dengan menggunakan sitodiagnosis, merupakan
salah satu biopsi untuk melakukandiagnosis pada tumor.
b. Biopsi terbuka.
Biopsi terbuka adalah metode biopsi melalui tindakan operatif.
Keunggulan biopsi terbuka dibandingkan dengan biopsi tertutup,
yaitu dapat mengambil jaringan yang lebih besar untuk pemeriksaan
histologis dan pemeriksaanultramikroskopik, mengurangi kesalahan
pengambilan jaringan, dan mengurangikecenderungan perbedaan
diagnostik tumor jinak dan tunor ganas (seperti antara enkondroma
dan kondrosakroma, osteoblastoma dan osteosarkoma). Biopsi
terbuka tidak boleh dilakukan bila dapat menimbulkan kesulitan
pada prosedur operasi berikutnya, misalnya pada reseksi end-block .

F. KOMPLIKASI
Komplikasi yang dapat timbul,antara lain gangguan produksi
anti- bodi,infeksi yang biasa disebabkan oleh kerusakan sumsum tulang
yang luas dan merupakan juga efek dari kemoterapi,radioterapi,dan steroid
yang dapat menyokong terjadinya leucopenia dan fraktur
patologis,gangguan ginjal dan system hematologis, serta hilangnya anggota
ekstremitas.Komplikasi lebih lanjut adalah adanya tanda tanda apatis
dan kelemahan.

G. PENATALAKSANAAN
Pengobatan bertujuan untuk menghancurkan atau mengankat jaringan
maligna dengan menggunakan metode yang seefektif mungkin.
Penatalaksanaan yang bisa diberikan:
1. Tindakan Medis
a. Pembedahan secara menyeluruh atau amputasi. Amputasi dapat
dilakukan melalui tulang daerah proksimal tumor atau sendi proksimal
dari pada tumor.
b. Kemoterapi.
Merupakan senyawa kimia untuk membunuh sel kanker. Efektif pada
kanker yang sudah metastase. Dapat merusak sel normal.
Regimen standar kemoterapi yang dipergunakan dalam pengobatan
osteosarkamo adalah kemoterapi preoperative (preoperative
chemotherapy) yang disebut juga dengan induction chemotherapy atau
neoadjuvant chemotherapy dan kemoterapi postoperative (postoperative
chemotherapy) yang disebut juga dengan adjuvant chemotherapy.
Kemoterapi preoperatif merangsang terjadinya nekrosis pada tumor
primernya, sehingga tumor akan mengecil. Selain itu akan memberikan
pengobatan secara dini terhadap terjadinya mikro-metastase. Keadaan
ini akan membantu mempermudah melakukan operasi reseksi secara
luas dari tumor dan sekaligus masih dapat mempertahankan ekstrimnya.
Pemberian kemoterapi posperatif paling baik dilakukan secepat
mungkin sebelum 3 minggu setelah operasi.
Obat-obat kemoterapi yang mempunyai hasil cukup efektif untuk
osteosarkoma adalah : doxorubicin (Andriamycin), cisplatin (Platinol),
ifosfamide (Ifex), mesna (Rheumatrex). Protocol standar yang
digunakan adalah doxorubicin dan cisplatin dengan atau tanpa
methotrexate dosis tinggi, baik sebagai terapi induksi (neoadjuvant)
atau terai adjuvant. Kadang-kadang dapat ditambah dengan ifosfamide.
Dengan menggunakan pengobatan multi-agent ini, dengan dosis yang
intensif, terbukti memberikan perbaikan terhadap survival rate 60-80%.
c. Radiasi.
Efek lanjut dari radiasi dosis tinggi adalah timbulnya fibrosis. Apabila
fibrosisini timbul di sekitar pleksus saraf maka bisa timbul nyeri di
daerah yang dipersarafinya. Nyeri di sini sering disertai parestesia.
Kadang-kadang akibat fibrosis ini terjadi pula limfedema di daerah
distal dari prosesfibrosis tersebut. Misalnya fibrosis dari pleksus
lumbosakral akan menghasilkan nyeri disertai perubahan motorik dan
sensorik serta limfedema di kedua tungkai.
d. Analgesik atau tranquiser.
Analgesik non narkotik, sedativa, psikoterapi serta bila perlu narkotika.
e. Diet tinggi protein tinggi kalori.

2. Tindakan Keperawatan
a) Manajemen nyeri
Teknik manajemen nyeri secara psikologik (teknik relaksasi napas
dalam, visualisasi, dan bimbingan imajinasi ) dan farmakologi
( pemberian analgetika ).
b) Mengajarkan mekanisme koping yang efektif
Motivasi klien dan keluarga untuk mengungkapkan perasaan mereka,
dan berikan dukungan secara moril serta anjurkan keluarga untuk
berkonsultasi ke ahli psikologi atau rohaniawan.

c) Memberikan nutrisi yang adekuat


Berkurangnya nafsu makan, mual, muntah sering terjadi sebagai efek
samping kemoterapi dan radiasi, sehingga perlu diberikan nutrisi yang
adekuat. Antiemetika dan teknik relaksasi dapat mengurangi reaksi
gastrointestinal. Pemberian nutrisi parenteral dapat dilakukan sesuai
dengan indikasi dokter.
d) Pendidikan kesehatan
Pasien dan keluarga diberikan pendidikan kesehatan tentang
kemungkinan terjadinya komplikasi, program terapi, dan teknik
perawatan luka di rumah.

II. KONSEP DASAR ASUHAN KEPERAWATAN


A. PENGKAJIAN
Data pasien yang harus dikaji mencakup beberapa hal yaitu:
1. Identitas Pasien
Merupakan biodata klien yang meliputi : nama, umur, jenis
kelamin, agama, suku bangsa/ras, pendidikan, bahasa yang dipakai,
pekerjaan, penghasilan dan alamat.
2. Anamnesa
Pengkajian berdasarkan karakteristik nyeri yaitu :
Identifikasi nyeri berdasarkan PQRST
P : Provokatif / Paliatif
Kira kira penyebab timbulnya nyeri
Karena terkena ruda paksa/benturan/akibat penyayatan
Q : Qualitas / Quantitas
Seberapa berat keluhan nyeri yang dirasa
Bagaimana nyeri yang dirasakan? Seperti ditusuk tusuk,
disayat, tertekan, dll.
Seberapa sering terjadi, hilang timbul, dll.
R : Region / Radiasi
Dimana keluhan nyeri tersebut dirasakan/ditemukan?
Menyebar ke daerah lain, dan penyebarannya disekitar bagian
mana.
S : Skala Seviritas
Skala kegawatan dapat dilihat menggunakan GCS untuk
gangguan kesadaran, skala nyeri / ukuran lain yang berkaitan
dengan keluhan
T : Timing
Kapan keluhan nyeri tersebut mulai ditemukan/dirasakan?
Seberapa sering? Terjadi secara mendadak atau bertahap?
3. Riwayat Kesehatan
a. Riwayat Penyakit Terdahulu
Perlu dikaji apakah klien pernah menderita suatu penyakit yang
berat/penyakit tertentu yang memungkinkan berpengaruh pada
kesehatan sekarang, kaji adanya trauma prosedur operatif dan
penggunaan obat-obatan.
b. Riwayat Penyakit Sekarang
Pasien mengeluh nyeri pada daerah tulang yang terkena, Klien
mengatakan susah untuk beraktifitas/keterbatasan gerak,
Mengungkapkan akan kecemasan akan keadaannya
c. Riwayat Penyakit Keluarga
Kaji kemungkinan adanya anggota keluarga yang mengalami
gangguan seperti yang dialami klien/gangguan tertentu yang
berhubungan secara langsung dengan gangguan hormonal seperti
gangguan pertumbuhan dan perkembangan.
4. Pengkajian Fisik
Inspeksi :
a. Postur
b. Gaya berjalan
c. ROM
d. Perubahan warna kulit
Palpasi :
a. Nyeri tekan apabila disentuh
b. Edema (tempat, ukuran, temperatur)
5. Data Bio-Psiko-Sosial-Spiritual yang Mungkin Terganggu
a) Bernapas
Gejala: Napas pendek, dispnea nocturnal paroksismal, batuk
dengan atau tanpa sputum.
Tanda: Takipnea, dispnea, pernapasan kusmaul, batuk produktif.
b) Makan dan Minum
Gejala: Kebiasaan diet buruk (misalnya : rendah serat, tinggi
lemak, aditif, dan bahan pengawet), Anoreksia, mual/muntah,
Intoleransi makanan.
Tanda: Perubahan berat badan (BB), penurunan BB hebat,
kaheksia, berkurangnya massa otot, Perubahan pada
kelembapan/turgor kulit, edema.
c) Eliminasi
Gejala: Perubahan pola defikasi, misalnya : darah pada feses, nyeri
saat defikasi. Perubahan eliminasi urinearius misalnya : nyeri atau
rasa terbakar pada saat berkemih, hematuria, sering berkemih.
Tanda: Perubahan bising usus, distensi abdomen.
d) Aktifitas
Gejala: Kelemahan, malaise.
Tanda: Kelemahan otot, kehilangan tonus, penurunan rentang
gerak, Pekerjaan atau profesi dengan pemajanan karsinogen,
tingkat stress tinggi
e) Istirahat Tidur
Gejala : Perubahan pada pola tidur dan waktu tidur pada malam
hari
Tanda : nyeri, ansietas, dan berkeringat malam.
f) Pengaturan Suhu Tubuh
Suhu tubuh pasien biasanya meningkat pada infeksi.
g) Kebersihan/Hygiene
Pasien tidak dapat melakukan personal hygiene secara mandiri
akibat kelemahan yang dialami.
h) Nyaman
Gejala: Nyeri tekan/nyeri lokal pada sisi yang sakit, mungkin hebat
atau dangkal.
Tanda : Perilaku hati hati (distraksi), gelisah, jalan pincang
i) Keamanan
Gejala: Berulangnya infeksi. Pemajanan pada kimia toksik,
karsinogen, pemajanan matahari lama/berlebihan.
Tanda: Fraktur tulang, kalsifikasi metastasik, keterbatasan gerak
sendi, Ruam kulit, ulserasi.
j) Komunikasi dan Sosialisasi
Gejala: Kesulitan menjalankan fungsi peran dalam keluarga.
k) Belajar
Kebanyakan pasien tidak mengetahui penyakit yang dialaminya
serta apa pemicu munculnya stroke tersebut.
l) Rekreasi
Pasien tidak dapat bangun dari tempat tidur atau pun keluar rumah
karena mengalami kelemahan dan mengikuti prosedur pengobatan
m) Prestasi
n) Spiritual

B. DIAGNOSA KEPERAWATAN
1. Nyeri akut berhubungan dengan proses patologik atau inflamasi.
1. Ketidakseimbangan nutrisi kurang dari kebutuhan yang berhubungan
dengan hipermetabolik
2. Hambatan mobilitas fisik berhubungan dengan penurunan kekuatan dan
kerusakan muskuloskeletal
3. Kerusakan integritas kulit berhubungan dengan efek medikasi
4. Gangguan citra tubuh berhubungan dengan adanya tumor
5. Ansietas berhubungan dengan ancaman kematian dan perubahan status
kesehatan
6. Defisit pengetahuan berhubungan dengan kurangnya informasi
2. Risiko jatuh berhubungan dengan penurunan kekuatan ekstremitas
3. Resiko infeksi berhubungan dengan penyakit kronis dan kerusakan
jaringan

A. INTERVENSI

Tujuan dan Kriteria Hasil Intervensi


No Diagnosa
(NOC) (NIC)
1. Nyeri akut NOC : NIC :
berhubungan dengan a. Pain level (level nyeri): Pain Management
proses patologik atau - Klien tidak melaporkan Lakukan pengkajian nyeri
inflamasi adanya nyeri secara komprehensif termasuk
1 2 3 4 5 lokasi, karakteristik, durasi,
- Klien tidak merintih frekuensi, kualitas dan faktor
ataupun menangis presipitasi
1 2 3 4 5 Observasi reaksi nonverbal

- Klien tidak menunjukkan dari ketidaknyamanan


Gunakan teknik komunikasi
ekspresi wajah terhadap
terapeutik untuk mengetahui
nyeri
pengalaman nyeri pasien
1 2 3 4 5 Kaji kultur yang
- Klien tidak tampak mempengaruhi respon nyeri
berkeringat dingin Evaluasi pengalaman nyeri
masa lampau
Evaluasi bersama pasien dan
Keterangan:
tim kesehatan lain tentang
Skala 1: parah
ketidakefektifan kontrol nyeri
Skala 2: substansial
masa lampau
Skala 3: sedang
Bantu pasien dan keluarga
Skala 4: ringan
untuk mencari dan
Skala 5: tidak
menemukan dukungan
1 Kontrol lingkungan yang
2 dapat mempengaruhi nyeri
b. Pain control (kontrol seperti suhu ruangan,
nyeri): pencahayaan dan kebisingan
Kurangi faktor presipitasi
- Klien dapat mengontrol
nyeri
nyerinya dengan
Pilih dan lakukan penanganan
menggunakan teknik
nyeri (farmakologi, non
manajemen nyeri non
farmakologi dan inter
farmakologis
personal)
1 2 3 4 5 Kaji tipe dan sumber nyeri
- Klien dapat menggunakan untuk menentukan intervensi
analgesik sesuai indikasi Ajarkan tentang teknik non

1 2 3 4 5 farmakologi
Berikan analgetik untuk
- Klien melaporkan nyeri
mengurangi nyeri
terkontrol Evaluasi keefektifan kontrol
nyeri
Keterangan:
Tingkatkan istirahat
Skala 1: tidak pernah Kolaborasikan dengan dokter
dilakukan jika ada keluhan dan tindakan
Skala 2: jarang dilakukan nyeri tidak berhasil
Skala 3: dilakukan kadang- Monitor penerimaan pasien

kadang tentang manajemen nyeri

Skala 4: sering dilakukan


Skala 5: selalu dilakukan Analgesic Administration
Tentukan lokasi, karakteristik,
kualitas, dan derajat nyeri
sebelum pemberian obat
Cek instruksi dokter tentang
jenis obat, dosis, dan frekuensi
Cek riwayat alergi
Pilih analgesik yang
diperlukan atau kombinasi dari
analgesik ketika pemberian
lebih dari satu
Tentukan pilihan analgesik
tergantung tipe dan beratnya
nyeri
Tentukan analgesik pilihan,
rute pemberian, dan dosis
optimal
Pilih rute pemberian secara IV,
IM untuk pengobatan nyeri
secara teratur
Monitor vital sign sebelum
dan sesudah pemberian
analgesik pertama kali
Berikan analgesik tepat waktu
terutama saat nyeri hebat
Evaluasi efektivitas analgesik,
tanda dan gejala (efek
samping).
2 Gangguan citra NOC Label : NIC Label :
tubuh berhubungan Body Image Body Image Enhancement
dengan adanya - Klien mengatakan bisa Kaji harapan citra tubuh klien
tumor menerima kondisi fisiknya yang berdasarkan tahap
1 2 3 4 5
perkembangan.
- Klien mengungkapkan
Bantu klien untuk
kesesuaian antara body
mendiskusikan penyebab
reality, body ideal, dan body
perubahan karena
presentation
1 2 3 4 5 penyakitnya.
- Puas dengan fungsi tubuh Monitor frekuensi pernyataan
1 2 3 4 5 mengkritik diri.
Identifikasi strategi koping
Keterangan:
Skala 1: tidak pernah positif yang digunakan klien dalam
Skala 2: jarang positif merespon perubahan
Skala 3: kadang-kadang positif
Skala 4: sering positif penampilan.
Bantu klien dalam
Skala 5: selalu positif
mengidentifikasi bagian tubuh
yang dipersepsikan positif.
Fasilitasi kontak dengan
individu yang memiliki
perubahan pada citra tubuh
yang sama dengan klien.
Identifikasi support
groups/keluarga untuk klien.
3 Hambatan NOC : NIC :
Exercise therapy : ambulation
mobilitas fisik Joint Movement
1. Monitoring vital sign
berhubungan Kriteria hasil:
sebelm/sesudah latihan dan
dengan 1. Leher
lihat respon pasien saat latihan
penurunan 1 2 3 4 5 2. Konsultasikan dengan terapi
kekuatan dan 2. Punggung fisik tentang rencana ambulasi
kerusakan 1 2 3 4 5 sesuai dengan kebutuhan
3. Bantu klien untuk
muskuloskeletal 3. jari-jari kanan
menggunakan tongkat saat
1 2 3 4 5
berjalan dan cegah terhadap
4. jari-jari kiri
cedera
1 2 3 4 5
4. Ajarkan pasien atau tenaga
5. bahu kann
kesehatan lain tentang teknik
1 2 3 4 5
ambulasi
6. bahu kiri 5. Kaji kemampuan pasien
1 2 3 4 5 dalam mobilisasi
6. Latih pasien dalam
7. tumit kanan
pemenuhan kebutuhan ADLs
1 2 3 4 5
secara mandiri sesuai
8. tumit kiri
kemampuan
1 2 3 4 5
7. Dampingi dan Bantu pasien
9. lutut kanan
saat mobilisasi dan bantu
1 2 3 4 5
penuhi kebutuhan
10. lutut kiri ADLs
1. Berikan alat Bantu jika klien
1 2 3 4 5
memerlukan.
2. Ajarkan pasien bagaimana
Ket :
merubah posisi dan berikan
skala 1 = penyimpangan parah
bantuan jika diperlukan
skala 2 = penyimpangan
substansial
skala 3 = penyimpangan sedang
skala 4 = penyimpangan ringan
skala 5 = tidak ada
penyimpangan

4 Ansietas NOC : NIC :


berhubungan dengan Anxiety level Anxiety Reduction (penurunan
ancaman kematian - gelisah kecemasan)
1 2 3 4 5
dan perubahan status Gunakan pendekatan yang
- Klien distress
kesehatan 1 2 3 4 5 menenangkan
- Klien panik Nyatakan dengan jelas
1 2 3 4 5
- Klien mengungkapkan harapan terhadap pelaku

ansietas pasien
1 2 3 4 5 Jelaskan semua prosedur dan

Keterangan: apa yang dirasakan selama

Skala 1: parah prosedur


Temani pasien untuk
Skala 2: substansial
memberikan keamanan dan
Skala 3: sedang
mengurangi takut
Skala 4: ringan Berikan informasi faktual
Skala 5: tidak mengenai diagnosis, tindakan
prognosis
Dorong keluarga untuk
menemani anak
Lakukan back / neck rub
Dengarkan dengan penuh
perhatian
Identifikasi tingkat kecemasan
Bantu pasien mengenal situasi
yang menimbulkan kecemasan
Dorong pasien untuk
mengungkapkan perasaan,
ketakutan, persepsi
Instruksikan pasien
menggunakan teknik relaksasi
Berikan obat untuk
mengurangi kecemasan.
5 Risiko jatuh NOC NIC
Fall prevention behavior Fall Prevention
berhubungan dengan
1. Menempatkan pengaman 1. Mengidentifikasi faktor resiko
penurunan kekuatan
untuk mencegah jatuh pasien terjadinya jatuh
ekstremitas
1 2 3 4 5 2. kaji kemampuan mobilitas
2. Kontrol kegelisahan pasien
1 2 3 4 5 3. Monitor tanda tanda vital
3. Menggunakan prosedur
4. Bantu pasien dalam berjalan
transfer aman
atau mobilisasi
1 2 3 4 5
4. Menggunakan tindakan 5. Ciptakan lingkungan yang
pencegahan ketika aman bagi pasien
mengambil obat yang 6. Berikan alat Bantu jika
meningkatkan risiko diperlukan
untuk jatuh 7. Libatkan keluarga dalam
1 2 3 45
membatu pasien mobilisasi.
Keterangan:
Skala 1: tidak pernah dilakukan
Skala 2: jarang dilakukan
Skala 3: dilakukan kadang-
kadang
Skala 4: sering dilakukan
Skala 5: selalu dilakukan
6 Resiko infeksi NOC : NOC :
berhubungan dengan Risk control Risk control
penyakit kronis dan - Mencari informasi - Mencari informasi
kerusakan jaringan mengenai factor risiko mengenai factor risiko
infeksi infeksi
1 2 3 4 5 2 2 3 4 5
- Mengidentifikasi factor - Mengidentifikasi factor
risiko risiko
1 2 3 4 5 2 2 3 4 5
- Monitor factor risiko - Monitor factor risiko
lingkungan lingkungan
1 2 3 4 5 2 2 3 4 5
- Monitor factor risiko - Monitor factor risiko
individu/ perseorangan individu/ perseorangan
1 2 3 4 5 2 2 3 4 5
Keterangan: Keterangan:
Skala 1: tidak pernah dilakukan Skala 1: tidak pernah dilakukan
Skala 2: jarang dilakukan Skala 2: jarang dilakukan
Skala 3: dilakukan kadang- Skala 3: dilakukan kadang-kadang
kadang Skala 4: sering dilakukan
Skala 4: sering dilakukan Skala 5: selalu dilakukan
Skala 5: selalu dilakukan
Knowledge: Infection
Knowledge: Infection Management
Management - cara penularan infeksi
2 2 3 4 5
- cara penularan infeksi
- Mempraktikkan cara
1 2 3 4 5
- Mempraktikkan cara mencegah penularan
2 2 3 4 5
mencegah penularan
- Menjelaskan tanda dan
1 2 3 4 5
- Menjelaskan tanda dan gejala infeksi
2 2 3 4 5
gejala infeksi
- Melakukan pengobatan
1 2 3 4 5
- Melakukan pengobatan terhadap infeksi
2 2 3 4 5
terhadap infeksi
- Follow up diagnose infeksi
1 2 3 4 5
1 2 3 4 5
- Follow up diagnose
Keterangan:
infeksi Skala 1: tidak tahu
1 2 3 4 5
Skala 2: pengetahuan terbatas
Keterangan:
Skala 3: pengetahuan sedang
Skala 1: tidak tahu
Skala 4: pengetahuan substantial
Skala 2: pengetahuan terbatas
Skala 5: tahu detail
Skala 3: pengetahuan sedang
Skala 4: pengetahuan substantial
Skala 5: tahu detail
V

7 Ketidakseimbangan NOC : NIC :


nutrisi kurangdari 1. Nutritional status 1. Nutritional Monitoring
- Intake nutrient - Pantau berat badan pasien
kebutuhan yang
1 2 3 4 5 - Pantau pertumbuhan dan
berhubungan dengan - Intake makanan
perkembangan
1 2 3 4 5
hipermetabolik - Pantau turgor kulit
- Intake cairan
- Identifikasi abnormalitas kulit
1 2 3 4 5
- Tenaga (perdarahan, terlalu banyak
1 2 3 4 5
memar, penyembuhan luka
- Rasio berat badan dan tinggi
yang buruk)
badan
- Identifikasi abnormalitas
1 2 3 4 5
- Hidrasi rambut (kering, rapuh, rontok)
1 2 3 4 5 - Identifikasi abnormalitas kuku
Ket : (bentuk sendok, rapuh,
skala 1 = penyimpangan parah berpuncak runcing)
- Pantau mual dan muntah
skala 2 = penyimpangan
- Pantau intake dan diet kalori
substansial - Tentukan rekomendasi sumber
skala 3 = penyimpangan sedang energy (diet yang
skala 4 = penyimpangan ringan diperbolehkan, tergantung
skala 5 = tidak ada kondisi pasien : usia, berat
penyimpangan badan, jenis kelamin,
2. Nutritional Status : aktivitasfisik)
- Identifikasi perubahan
Nutrient Intake
- Intake kalori aktivitas akibat kelelahan
1 2 3 4 5 - Pantau tipe dan jumlah latihan
- Intake protein
biasa
1 2 3 4 5
- Pantau status mental (bingung,
- Intake karbohidrat
1 2 3 4 5 depresi, cemas)
- Intake vitamin - Mulai pengobatan atau
1 2 3 4 5
rujukan, bila diperlukan
- Intake mineral
2. Nutrition Management
1 2 3 4 5
- Tentukan status nutrisi pasien
ket : - Identifikasi alergi makanan
skala 1 = tidak adekuat atau intoleransi
- Beritahu pasien tentang
skala 2 = sedikit adekuat
kebutuhan nutrisi (diskusi
skala 3 = cukup
panduan diet dan piramida
skala 4 = penyimpangan ringan
makanan)
skala 5 = adekuat
- Tentukan banyaknya kalori
dan tipe nutrisi yang
diperlukan
- Sesuaikan diet (sediakan
makanan tinggi protein,
mengurangi atau menambah
kalori, mengurangi atau
menambah vitamin, mineral,
dan suplemen)
- Rawat kebersihan mulut
pasien sebelum makan
- Kelola pengobatan/medikasi
sebelum makan
- Pantau intake dan diet kalori
- Pantau gejala kelebihan atau
kekurangan berat badan
- Instruksikan pasien untuk
memantau intake dan diet
kalori
8 Kerusakan integritas NOC : NIC : Pressure Management
kulit berhubungan Tissue Integrity: Skin & Anjurkan pasien untuk
dengan efek medikasi mucous membran (integritas menggunakan pakaian yang
jaringan: kulit dan membrane longgar
mukosa) Hindari kerutan padaa
- Temperatur kulit tempat tidur
1 2 3 4 5 Jaga kebersihan kulit agar
- Sensasi kulit tetap bersih dan kering
1 2 3 4 5
Mobilisasi pasien (ubah
- Elastisitas kulit
posisi pasien) setiap dua jam
1 2 3 4 5
sekali
- Hidrasi kulit
Monitor kulit akan adanya
1 2 3 4 5
kemerahan
- Warna kulit
1 2 3 4 5 Oleskan lotion atau

- Tekstur kulit minyak/baby oil pada derah

1 2 3 4 5 yang tertekan

- Ketebalan kulit Monitor aktivitas dan


1 2 3 4 5 mobilisasi pasien
- Bebas lesi jaringan Monitor status nutrisi
1 2 3 4 5 pasien
Kulit intak (tidak ada
eritema dan nekrosis)
1 2 3 4 5
Keterangan:
skala 1 = penyimpangan parah
skala2 = penyimpangan
substansial
skala 3 = penyimpangan sedang
skala 4 = penyimpangan ringan
skala 5 = tidak ada
penyimpangan
9 Defisit pengetahuan NOC : NIC :
berhubungan dengan Kowlwdge : disease process Teaching : disease Process
kurangnya informasi - Karakter spesifik penyakit Berikan penilaian tentang
1 2 3 4 5
tingkat pengetahuan pasien
- Factor risiko
1 2 3 4 5 tentang proses penyakit yang
- Tanda dan gejala penyakit
spesifik
1 2 3 4 5
- Komplikasi yang potensial Jelaskan patofisiologi dari

terjadi penyakit dan bagaimana hal


1 2 3 4 5 ini berhubungan dengan
- Manfaat manajemen
anatomi dan fisiologi, dengan
penyakit
1 2 3 4 5 cara yang tepat.
- Factor penyebab penyakit Gambarkan tanda dan gejala
1 2 3 4 5 yang biasa muncul pada
penyakit, dengan cara yang
Keterangan:
tepat
Skala 1: tidak tahu Gambarkan proses penyakit,
Skala 2: pengetahuan terbatas dengan cara yang tepat
Skala 3: pengetahuan sedang Identifikasi kemungkinan
Skala 4: pengetahuan substantial penyebab, dengna cara yang
Skala 5: tahu detail tepat
Sediakan informasi pada
pasien tentang kondisi, dengan
cara yang tepat
Hindari harapan yang kosong
Sediakan bagi keluarga
informasi tentang kemajuan
pasien dengan cara yang tepat
Diskusikan perubahan gaya
hidup yang mungkin
diperlukan untuk mencegah
komplikasi di masa yang akan
datang dan atau proses
pengontrolan penyakit
Diskusikan pilihan terapi atau
penanganan
Dukung pasien untuk
mengeksplorasi atau
mendapatkan second opinion
dengan cara yang tepat atau
diindikasikan
Eksplorasi kemungkinan
sumber atau dukungan,
dengan cara yang tepat
Rujuk pasien pada grup atau
agensi di komunitas lokal,
dengan cara yang tepat
Instruksikan pasien mengenai
tanda dan gejala untuk
melaporkan pada pemberi
perawatan kesehatan, dengan
cara yang tepat.

B. IMPLEMENTASI
Implementasi dilakukan sesuai dengan rencanca keperawatan yang
telah disusun. Selama implementasi perhatikan respon klien dan
dokumentasikan.

C. EVALUASI
Evaluasi dilakukan untuk mengetahui apakah NOC yang telah kita
rencanakan telah tercapai atau tidak. Evaluasi dilakukan dengan SOAP.
DAFTAR PUSTAKA

Carpenito, Lynda juall. 2001. Dokumentasi Asuhan Keperawatan Edisi 8. Jakarta:


EGC.
Corwin, Elizabeth J. 2009. Patofisiologi: Buku Saku / Elizabeth J. Corwin.
Jakarta: EGC.
Doenges, E, Marilyn. 1999. Rencana Asuhan Keperawatan pedoman
untuk perencanaan keperawatan pasien. Edisi 3 .Jakarta : EGC
Kurniasih, Amanda. 2013. Laporan Pendahuluan Askep Osteosarkoma.
https://id.scribd.com/doc/168720911/Laporan-Pendahuluan-
Osteosarcoma. Diakses tanggal 23 November 2015. Pukul 21.05 wita.
Mehlman, T Charles. 2014. Osteosarcoma. (Online). Available :
http://emedicine.medscape.com/article/1256857-overview#a10 Diakses
pada tanggal 24 November 2015 Pukul 08.00 WITA
Nanda NIC-NOC.2015. Aplikasi Asuhan Keperawatan Berdasarkan Diagnosa
Medis Edisi Revisi Jilid 1. Jakarta : ECG
Price, Sylvia & Loiraine M. Wilson. 1998. Patofisiologi Konsep Klinis
Proses Penyakit. Edisi 4. Jakarta : EGC
Smeltzer & Brenda G. bare. 2002. Buku Ajar Keperawatan Medikal
Bedah.Vol III. Edisi 8. Jakarta : EGC.
Mengetahui Denpasar, 2016
Pembimbing Praktik Mahasiswa

( ) (Kadek Poni Marjayanti)


NIP. NIM.P07120214026

Mengetahui
Pembimbing Akademik

( )
NIP.

Anda mungkin juga menyukai