Anda di halaman 1dari 27

RAHASIA

KODIKLAT TNI ANGKATAN DARAT Lampiran lll Keputusan Danpusdikkes


PUSAT PENDIDIKAN KESEHATAN Nomor Kep / 53 / X / 2014
Tanggal 31 Oktober 2014

PENGANGKUTAN ORANG LUKA

BAB I
PENDAHULUAN

1. Umum.

a. Korban suatu pertempuran atau kecelakaan dapat saja terjadi di


sembarangan tempat dan waktu. Namun tindakan pertolongan tetap harus
diberikan sesuai standar pertolongan yang baku.

b. Pertolongan yang harus dilakukan pada setiap korban haruslah diberikan


secara cepat, tepat dan akurat sesuai kebutuhan kedaruratan yang ditemukan.
Pada keadaan – keadaan tertentu pertolongan tidaklah mungkin dilakukan di
tempat kejadian karena ancaman keamanan bagi penolong maupun korban.Pada
keadaan lain hal yang sama juga tidak mungkin dilakukan karena posisi korban
yang terjepit sehingga tidak ada ruang yang cukup untuk penolong.

c. Dalam keadaan seperti ini maka keputusan untuk memindahkan korban


secara cepat harus segera dilakukan oleh penolong. Hal yang mendasar dalam
memindahkan korban tentulah tidak boleh memperparah kondisi cederanya.
Apabila pertolongan darurat telah berhasil dilakukan, sering kali korban
membutuhkan pemeriksaan dan perawatan lanjutan di rumah sakit. Untuk itulah
pemindahan korban harus dilakukan, baik dengan menggunakan tandu atau tanpa
tandu sesuai keadaan dan sarana yang tersedia.

2. Maksud dan Tujuan.

a. Maksud. Naskah ini disusun dengan maksud untuk dijadikan salah satu
bahan ajaran bagi Diksarcabkes.

b. Tujuan. Agar siswa Diksarcabkes mengerti dan dapat melaksanakan


pengangkutan orang luka sebagai bekal dalam pelaksanaan tugas di satuan.

3. Ruang Lingkup dan Tata Urut. Naskah Departemen ini disusun dengan tata
urut sebagai berikut :

a. Pendahuluan.
b. Dasar-dasar POL.
c. POL tanpa tandu.
d. POL dengan tandu.
e. POL dalam berbagai situasi dan kondisi medan.
f. Evaluas Akhir Pelajaran.
g. Penutup.
2

RAHASIA
4. Referensi.

a. Buku Petunjuk Teknik tentang Pengangkutan Orang Luka.

b. NSS tentang Pengangkutan Orang Luka Kep. Dirkesad No. Kep / 275 / VIII /
2007.

BAB II
DASAR – DASAR PENGANGKUTAN ORANG LUKA

5. Umum. Harapan sembuh bagi penderita dimedan tempur sangat ditentukan


melalui korban ditemukan, sampai mendapatkan pengobatan dan perawatan yang tepat,
maka perlu ilmu pengetahuan dan ketrampilan yang memadai dengan cara – cara tertentu
agar tidak bertambah parah sakit / luka yang dideritanya.

6. Pengangkutan Orang Luka.

a. Pengangkutan Orang Luka secara Garis Besar ditujukan untuk :

1) Memindahkan korban dari tempat kejadian dalam rangka untuk


memberikan pertolongan pertama.
2) Memindahkan korban menuju fasilitas kesehatan yang lebih mampu
dalam rangka mendapatkan pertolongan lanjutan.

b. Berdasarkan hal tersebut diatas maka pengangkutan orang luka pada


dasarnya dilakukan secara darurat dan tidak darurat.

7. Pengangkutan Tidak Darurat.

a. Pengangkutan tidak darurat dilakukan jika situasi dan kondisi tempat


kejadian memungkinkan untuk dilakukannya pertolongan pertama / darurat.
Pengangkutan tidak darurat ditujukan memindahkan korban menuju fasilitas
kesehatan yang lebih mampu dalam rangka mendapatkan pertolongan lanjutan.

b. Dalam pertolongan darurat di lapangan yang bersifat menyelamatkan


jiwa harus terlebih dahulu, diantaranya adalah :

1) Tidak ada masalah dengan gangguan jalan nafas dan pernafasan,


selama proses pengangkutan dilaksanakan.

2) Perdarahan terkontrol, harus sudah dikendalikan


dengan menggunakan pembalut tekan, tujuannya adalah mencegah
perdarahan yang lebih banyak agar kemungkinan penderita jatuh pada
keadaan syok dapat dicegah.
3

3) Ancaman syok sudah diantisipasi / syok teratasi, saat penderita


mengalami cedera misalnya pada perdarahan didalam rongga perut
keadaan ini antisipasi terjadinya syok harus sudah dilakukan dengan
pemasangan infus.

4) Imobilisasi pada patah tulang / kecurigaan patah tulang


sangat penting dilakukan pada saat pemindahan penderita dengan
tujuan mengurangi rasa sakit akibat gerakan – gerakan selama pemindahan
dan untuk mencegah kemungkinan komplikasi patah tulang.

5) Luka yang cukup serius telah dibalut dengan maksud


untuk mencegah kemungkinan terjadinya cedera lebih lanjut, perdarahan atau
infeksi selama pengangkutan.

8. Pengangkutan Darurat.

a. Pengangkutan darurat dilakukan jikasituasi dan kondisi tempat kejadian tidak


memungkinkan untuk dilakukannya pertolongan pertama / darurat, misalnya pada
daerah pertempuran dimana ancaman tembakan musuh masih tinggi, dikeramaian
lalu lintas atau ancaman runtuhan gedung atau bahaya kebakaran.

b. Keadaan lain yang mengharuskan pengangkutan darurat dilakukan adalah


keadaan dimana penderita berada pada area yang sempit dan tidak ada ruangan
yang cukup untuk melakukan tindakan pertolongan. Misalnya korban yang terjepit
di dalam kabin kendaraan, korban berada didasar jurang yang sempit dan lain –
lain.

c. Pengangkutan darurat ditujukan untuk memindahkan korban dari tempat


kejadian dalam rangka untuk memberikan pertolongan pertama. Teknik
pemindahan darurat disebut juga teknik Ekstraksi.

d. Hal yang harus dilakukan pada pemindahan darurat adalah menjaga agar
jalan nafas bebas dari sumbatan. Oleh karenaitu pada setiap pemindahan darurat
terhadap korban trauma atau penderita penyakit – penyakit tertentu penilaian jalan
nafas dan jaminan jalan nafas yang bebas mutlak dilakukan.

9. Ketentuan Dasar Untuk Pengangkut. Ketentuan – ketentuan berikut


adalah pedoman bagi setiap pengangkut agar tujuan dan proses POL dapat berjalan
dengan baik tanpa menyebabkan cedera pada pengangkut atau memperburuk kondisi
korban.

a. Gunakan gerakan – gerakan yang alami dari sistem tubuh, baik pada saat
b. mengangkat maupun berpindah tempat.
b. Ketahui dengan baik kemapuan dan batasan kemapuan fisik sendiri.
c. Selalu memperhatikan tumpuan kaki yang kokoh saat bergerak.
Gunakan otot – otot lengan bukan otot punggung saat mengangkat atau
menurunkan korban.
d. Pertahankan posisi punggung yang lurus dan gunakan otot lengan, bahu
4

dan otot paha untuk berdiri pada saat mengangkat korban.


e. Istirahat secara teratur jika memungkinkan selama mengangkut korban.
f. Secara prinsip senjata dan perlengkapan perorangan korban yang diangkut
tidak harus dibawa oleh pengangkut. Mintalah bantuan orang lain untuk
membawanya.

10. Keharusan Anggota POL.

a. Setiap anggota pengangkutan orang luka, harus mengetahui sungguh -


sungguh tentang peraturan – peraturan pengangkutan orang luka, hingga terdapat
keseragaman dalam pelaksanaan serta timbul kerjasama yang baik antara
anggota pengangkut.

b. Setiap anggota pengangkutan orang luka, harus memiliki ketrampilan


yang-
tinggi, yang didapat dari latihan – latihan menurut cara tertuntu. Tata cara
pengangkutan orang luka memerlukan aba – aba yang tertentu pula, karena itu
diingat betul bahwa mengangkut orang luka bukan suatu parade, agar jangan
membuat keadaan penderita menjadi buruk, semua gerakan dalam mengangkut
orang luka dilakukan bersama – sama, namun tidak patah – patah. Aba – aba
dilaksanakan lebih panjang untuk memberi kesempatan kepada pengangkut
memikirkan gerakan – gerakan yang akan dilakukan berikutnya.

c. Latihan-latihan untuk memperoleh keterampilan harus dilakukan secara


teratur dan berurutan (sistematis) supaya dapat diperoleh pengalaman dan disiplin
yang perlu bagi pengangkutan orang luka. Sudah barang tentu perlu ditekankan
bahwa sistim/cara pengangkutan yang dilakukan dalam latihan-latihan keadaan
yang sesungguhnya, setidak-tidaknya tak akan mempunyai tempo/waktu
pelaksanaan yang sama dengan keadaan yang sesungguhnya. Cara/sistim
pengangkutan adalah sekedar penolong bagi instruksi/latihan, karena gerakan-
gerakan yang tidak sama dari pada pengangkut dapat mengakibatkan tergesernya
letak si penderita dan ini dapat membahayakan.

11. Komandan POL. Untuk memperoleh gerakan-gerakan yang sama ditunjuk


seorang menjadi Komandan dari pada pengangkut (tandu) tadi. Komandan ini
memberikan petunjuk-petunjuk, aba-aba dan meneliti pelaksanaan pengangkutan supaya
gerakan-gerakan dijalankan hati-hati diberikan aba-aba peringatan dan aba-aba
pelaksanaan.

a. Aba-aba peringatan harus diucapkan dengan pendek dan jelas, bagi para
anggota pengangkut (tandu) merupakan tanda bahwa tidak lama lagi akan
menyusul aba-aba untuk melakukan gerakan tertentu.

b. Aba-aba pelaksanaan, tidak diberikan dengan suara memerintah karena


mengakibatkan suatu gerakan yang mengejutkan, yang merupakan hal-hal yang
tidak dikehendaki oleh karena itu aba-aba pelaksanaan harus diucapkan dengan
tenang dan agak panjang serta terang, supaya gerakan yang segera menyusul
akan dilakukan secara berturut-turut dan halus.
5

12. Tehnik Ekstraksi. Ekstraksi adalah pemindahan darurat penderita dari tempat
kejadian menuju tempat yang lebih aman dan memungkinkan untuk dilakukannya
pertolongan pertama/ darurat. Prinsip dari pemindahan darurat ini adalah jalan nafas
harus terbuka dan memperhatikan kemungkinan terjadinya cedera pada leher dan tulang
belakang. Contoh-contoh keadaan dimana korban tidak memungkinkan diberikan
pertolongan di tempat kejadian adalah :

a. Korban kecelakaan lalu lintas yang terjepit diantara ruang :

1) Penumpang dengan badan kendaraan atau korban berada di kolong


kendaraan.

2) Korban ledakan bom yang terhimpit reruntuhan bangunan.

3) Korban yang berada dalam tekanan tembakan musuh.

b. Ketentuan Dasar Ekstraksi.

1) Periksa dengan cepat dan teliti lokasi kejadian, temukan adanya


ancaman lingkungan yang dapat membahayakan korban maupun penolong.
Diantaranya adalah :

a) Bahaya kebakaran atau potensi kebakaran.


b) Bahaya ledakan, tembakan.
c) Bahaya runtuhnya bangunan.
d) Bahaya keracunan gas.
e) Bahaya lalu lintas.

2) Segera lakukan penilaian korban. Jika ditemukan kedaruratan yang


tidak memungkinkan diatasi di tempat kejadian karena ruangan yang tidak
memungkinkan atau adanya ancaman yang nyata, maka ekstraksi harus
segera dilakukan misalnya :

a) Sumbatan jalan nafas yang tidak dapat diatasi dengan sapuan


jari atau perbaikan posisi kepala.
b) Henti jantung paru.
c) Cedera dada atau jalan nafas yang mengancam pernafasan.
d) Syok atau perdarahan yang susah dikendalikan.

c. Teknik Ekstraksi.

1) Secara tehnis cara yang terbaik untuk ekstraksi adalah dengan


menggunakan :

a) Skope Strecher.
6

b) Long Spine Board / short Spine Board.

c) Vakum Matras.

2) Tehnik Ekstraksi tanpa Tandu dilakukan jika tidak tersedia Tandu.


Cara yang digunakan adalah :

a) Menyeret dengan tarikan tangan. Cara ini dilakukan jika


didapatkan cedera pada kedua tangan korban. Kerawanan yang
terjadi adalah kemungkinan kepala korban terbentur benda keras
pada saat ditarik.

b) Menyeret dengan tarikan baju. Jika didapatkan cedera pada


kedua tangan maka tehnik menyeret dilakukan dengan tarikan pada
baju. Pergelangan tangan penolong digunakan untuk melindungi
kepala korban dari kemungkinan benturan saat ditarik.

c) Menyeret dengan menggunakan kopel. Cara ini digunakan


jika korban tidak memungkinkan untuk ditarik searah dengan posisi
tubuh korban sehingga harus ditarik menyamping.

d) Menyeret dengan cara menggantung.


7

e) Menyeret melalui anak tangga.

13. Evaluasi.

a. Bagaimana pengangkutan orang luka jika dalam keadaan darurat ?


b. Sebutkan ketentuan dasar untuk pengangkut !
c. Bagaimana keharusan anggota POL ?
d. Jelaskan pengertian ekstraksi !
e. Jelaskan cara teknis yang terbaik cara melakukan ekstraksi !
8

BAB III
PENGANGKUTAN ORANG LUKA TANPA TANDU

14. Umum. Pengangkutan korban tanpa tandu adalah cara yang paling
sederhana dan dapat dilakukan dimana saja. Oleh karena itu cara ini dikuasai dan
dipahami oleh setiap pengangkut.

a. Bukan merupakan teknik ekstraksi.

b. Mengutamakan kecepatan pemindahan, bukan kenyamanan korban.

c. Mempunyai kemungkinan lebih besar untuk memperburuk cedera yang


dialami korban.

d. Sarana tandu tidak tersedia atau kondisi taktis di medan tidak


memungkinkan penggunaan tandu.

e. Jarak yang dapat ditempuh tergantung pada beberapa faktor, diantaranya :


kekuatan dan daya tahan pengangkut, berat badan korban, kondisi cedera serta
kondisi medan yang dilintasi.

15. Posisi korban. Langkah pertama dari pengangkutan korban tanpa tandu
adalah mengatur posisi korban. Pada korban yang sadar pengangkut dapat mengatakan
tentang cara dan posisi korban dalam pengangkutan, sehingga korban akan dapat
bekerja sama selama proses pengangkutannya, Pada korban yang tidak sadar seringkali
posisi korban harus digulingkan agar tertelungkup atau terlentang sesuai cara
pengangkutan yang akan dilakukan.

16. Macam – macam Pengangkutan Tanpa Tandu.

a. Pengangkutan Orang Luka oleh Satu Orang.

1) Menjulang.
9

a) Pengangkut jongkok menyisipkan tangannya di bawah ketiak


penderita, yang tidur terlentang.
b) Penderitadiberdirikansambilditarikkebelakang.
c) Pengangkut berputar kedepan korban, kemudian pengangkut
berlutut dan letakkan tulang kemaluan korban dipundak penolong,pegang
lengan tangan dan kaki korban (lihat gambar)
d) Tangan kirilkanan pengangkut bertumpu ke tanah dan mulai
berdiri
e) Betulkan letak penderita dan usahakan tulang kemaluan penderita
terletak dipundak penolong (kalau perut dipundak menimbulkan sakit
karena tekanan tersebut.
f) Mulailah berjalan.

g) Keuntungan

(1) Dapat digunakan untuk mengangkut korban sadar


maupun tidak sadar.

(2) Prosedur pengangkutan sederhana, sehingga dapat


digunakan secara cepat

h) Kerugian

(1) Jarak tempuh terbatas sampai dengan 300 m'

(2) Rawan cedera bagi pengangkut terutama pada medan


yang tidak rata.

i) Larangan

(1) Tidak boleh dilakukan pada korban dengan dugaan


cedera tulang belakang, cedera dada dengan gangguan
pernafasan, cedera perut dengan perdarahan hebat.

(2) Tidak boleh diiakukan pada korban dengan dugaan


patah tulang Paha.
10

2) Memapah.

a) Pengangkut berdiri disamping tungkai penderita yang sakit


sedangkan tungkai penolong disandarkan pada belakang tungkai
penderita.
b) Satu tangan penolong memegang pergelangan tangan
penderita dirangkulkan melalui tengkuk dan dipegang.
c) Tangan pengangkut yang lain merangkul pinggang penderita
dari belakang.
d) Kemudian penderita disuruh berjalan, penolong mengikuti
( tidak boleh mendahului ).

e) Keuntungan.

(1) Prosedur pengangkutan sederhana, sehingga dapat


digunakan secara cepat.
(2) Jarak tempuh relatif jauh, sesuai kemampuan korban

f) Kerugian. Tidak dapat digunakan untuk pengangkutan


korban tidak sadar atau terlalu lemah sehingga tidak mampu berdiri.

g) Larangan.

(1) Tidak boleh dilakukan pada korban dengan dugaan


cedera tulang belakang.
(2) Tidak boleh dilakukan pada korban dengan dugaan
patah tulang Paha
11

3) Membopong

a) Penderita didudukan diatas paha penolong.


b) Pengangkut mengapunya ( tangan penolong dibawah kedua
paha penderita sedang tangan yang lain merangkul dibelakang
punggung penderita ).
c) Penderita merangkul penolong.
d) Penolong berdiri perlahan – lahan.
e) Keuntungan

(1) Dapat digunakan untuk mengangkut korban sadar


Maupun tidak sadar
(2) Prosedur pengangkutan sederhana, sehingga dapat
digunakan secara cepat.

f) Kerugian

(1) Jarak tempuh terbatas sampai dengan 50 meter


(2) Rawan cedera bagi pengangkut terutama pada Medan
yang tidak rata.

g) Larangan. Tidak boleh dilakukan pada korban dengan


dugaan cedera tulang belakang.

4) Menggendong.
12

a) Menggendong cara biasa. Dilakukan terhadap penderita yang


sadar dan kuat untuk memegang pengangkut , tidak ada luka
dibagian dada dengan dan tidak ada patah tulang.

b) Menggendong cara ransel.

(1) Gunakan dua buah kopelriem yang diperpanjang


(2) Dan disambung.

(3) Tempatkan sambungan kopelriem di bawah pahan dan


(4) punggung penderita pada posisi terlentang.

(5) Buka kedua kaki penderita secukupnya lalu penolong


terlentang di atas penderita diantara kedua kaki penderita
sambil memasukan sosok kopel ke kedua tangan penolong
seperti menggendong ransel.

(6) Pegang kedua tangan penderita dilanjutkan berguling


(7) dan bersiap tiarap sehingga posisi penderita berada di
atas tubuh penolong.

(8) (5) Penolong berusaha untuk berdiri. ( meletakkan


(9) penderita kebalikannya ).

c) Keuntungan

(1) Dapat digunakan untuk mengangkut korban sadar


Maupun tidak sadar.

(2) Jarak tempuh relatif jauh sampai dengan 3000 meter

d) Kerugian. Rawan cedera bagi pengangkut terutama pada


medan yang tidak rata.

e) Larangan

(1) Tidak boleh dilakukan pada korban dengan


dugaan cedera tuiang belakang, cedera dada dengan
gangguan pernafasan, cedera perut dengan perdarahan hebat.

(2) Tidak boleh dilakukan pada korban dengan dugaan


patah tulang paha.

b. Pengangkutan Orang Luka oleh Dua Orang.

1) Memapah.
13

a) Pengangkut berdiri disamping tungkai penderita yang


sakit, sedangkan tungkai penolong disandarkan pada belakang
tungkai
penderita. Satu tangan penolong memegang pergelangan, satu
tangan penderita dirangkulkan tengkuk dan dipegang

b) Tangan pengangkut yang lain merangkul pinggang penderita


dari belakang. Kemudian penderita disuruh berjalan, penolong
mengikuti tidak boleh mendahului.

c) Keuntungan.

(1) Prosedur pengangkutan sederhana, sehingga dapat


(2) digunakan secara cepat.
(3) Jarak tempuh relatif jauh sesuai kemampuan korban

d) Kerugian. Tidak dapat digunakan untuk mengangkut


korban yang tidak sadar atau demikian lemahnya sehingga tidak
mampu berdiri.

e) Larangan.

(1) Tidak boleh dilakukan pada korban dengan dugaan


cedera tulang belakang.
(2) Tidak boleh dilakukan pada korban dengan dugaan
Patah tulang belakang.

2) Cara berbaring.
14

a) Penderita dalam keadaan sadar.

(1) Penderitadibaringkanterlentang
(2) Penolong berdiri bersisian pada bagian anggota tubuh
dari penderita yang kurang sakit.
(3) Aba-aba "JONGKOK" pengangkut berjongkok dengan
patokan lutut yang di atas adalah searah kepala penderita'
(4) Aba-aba “PEGANG" pengangkut memasukan kedua
tangannya ke bawah tubuh penderita hingga batas siku-siku.
(5) A-ba-aba "ANGKAT" penderita diangkat diletakan di
Atas paha penolong, sambil memperbaiki posisi tangan
pengangkut'
(6) Aba-aba "BERDlRl" pengangkut bersama-sama berdiri,
sambil merapatkan tubuh korban ke badan pengakut.
7) Pada aba-aba 'PEGANG" pengangkut tertua bertanya "
Stop ....? " bila tidak ada jawaban berarti sudah siap baru
penderita diangkat.

b) Penderita tidak sadar. Untuk pengangkutan penderita


tidak sadar atau pingsan dengan dua orang , cara berbaring sama
saja dengan cara pertama, hanya untuk pengangkut saling
berhadapan sehingga poisisi penderita berada diantara-kedua
pengangkut. Begitu juga untuk aba – aba sama saja dengan
pengakutan berbaring pada penderita masih sadar.

c) Keuntungan.

(1) Dapat digunakan untuk rnengangkut korban sadar


Maupun tidak sadar.
(2) Prosedur pengangkutan sederhana, sehingga dapat
digunakan secara cepat.

d) Kerugian.

(1) Jarak tempuh terbatas sampai dengan 400 m


15

(2) Rawan cedera bagi pengangkut terutama pada medan


yang tidak rata.

e) Larangan. Tidak boleh dilakukan pada korban dengan


dugaan cedera tulang belakang.

3) Mengangkut cara duduk.

a) Penderita didudukan, kedua penolong berlutut di belakang


penderita sambil kedua lutut penolong saling merapat.
b) Kedua penolong rnengangkat penderita dan mendudukannya
diatas paha penolong.
c) Tangan penolongyang satu saling berpegangan di bawah paha
penderita sedang satu tangan yang lain saling berpegangan
dipunggung penderita.
d) Mengangkat penderita dan mendudukannya di atas paha
penolong mengangkat penderita lalu mulai berjalan.

e) Keuntungan

(1) Dapat digunakan untuk mengangkut korban sadar


maupun tidak sadar.
(2) Prosedur pengangkutan sederhana, sehingga dapat
digunakan secara cepat

f) Kerugian.

(1) Jarak tempuh terbatas sampai dengan 1000 meter


(2) Rawan cedera bagi pengangkut terutama pada medan
yang tidak rata.

g) Larangan.

(1) Tidak boleh dilakukan pada korban dengan dugaan


cedera tulang belakang.
(2) Tidak boleh dilakukan pada korban dengan dugaan
Patah tulang paha.
16

4) Mengangkut pada lorong sempit. Cara ini dapat pula digunakan


mengangkut penderita pingsan dan penderita luka pada bagian dada.

a) Penolong menempatkan diri satu di depan dan satu dibelakang


penderita, posisi, awal penderita dalam keadaan terlentang.
b) Aba-aba "JONGKOK" pengangkut yang dibelakang jongkok
sambil mendudukan penderita, sedang penolong yang di depan
jongkok menempatkan diri diantara kedua kaki penderita.
c) Aba-aba "PEGANG" pengangkut memasukan kedua
tangannya ke bawah ketiak dan saling berpegangan di dada
penderita, sedangkan pengangkut yang lain memegang kedua kaki
penderita pada lutut penderita.
d) Aba-aba sangkat, pengangkut bersama-sama berdiri lalu
berjalan.
e) Berhenti : Aba-aba ini diucapkan sewaktu kaki kiri No- 2
jatuh di tanah dan ditambah 2 langkah lagi.
f) Terhadap penderita yang terluka di kaki.
Aba-aba dan pelaksanaannya seperti tersebut di atas, Perbedaannya
terletak pada No. 2 dia berdiri disamping yang tidak parah dari kaki-
kaki penderita dan menahan kaki-kaki yang luka secara hati-hati.

g) Keuntungan.

(1) Dapat digunakan untuk mengangkut korban sadar


Maupun tidak sadar.
(2) Prosedur pengangkutan sederhana, sehingga dapat
digunakan secara cepat.

h) Kerugian. Jarak tempuh terbatas sampai dengan 1000 meter


i) Larangan.
(1) Tidak boleh dilakukan pada korban dengan dugaan
Cedera tulang belakang.
(2) Tidak boleh dilakukan pada korban dengan dugaan
patah tulang paha.
17

c. POL oleh Tiga Orang.

1) Berbaring. Pengangkut No. 1 berdiri disamping bahu penderita, No. 2


disamping pangkal paha dan No. 3 disamping betis dengan aba-aba dan
pelaksanaannya sebagai berikut : "JONGKOK" para pengangkut jongkok
dengan lutut pengangkut bagian yang menuju bagian kaki penderita
diletakkan di tanah (supaya pada waktu meletakkkan penderita bagian
kepalanya dapat dapat tedetak di atas paha) pengangkut No. 1. "PEGANG"
semua pengangkut menyisipkan kedua tangannya di bawah penderita
sampai batas lipatan siku-siku No. 1 di bagian tengkuk dan bawah dada No.
2 dibagian bawah pinggang dan paha. No. 3 dibawah betis. Jika penderita
dalam keadaan sadar dan kuat disuruh merangkul pengangkut No. 1.
'SELESAI ....? Jika semua pengangkut telah siap, tidak usah menyahut,
akan tetapi kalau belum siap mengucapkan'BELUM" dan menunggu
beberapa saat kemudian pertanyaan diulangi sampai tiak jawaban.
"ANGKAT" : Bediri bersama-sama sambil penderita dihimpitkan kepda
pengangkut (supaya ringan tidak mudah jatuh).
Setelah semua berdiri aba aba selanjutnya maju atau bergeser (......langkah
kesamping kanan ikiri ), Setelah sampaiditempat tandu : " BERHENTI .,
dengan diusahakan sebelumnya penderita lurus (sejajar dengan tandu ).
" JONGKOK ", jongkok bersama sama dengan penderita diletakan diatas
tandu, selanjutnya dua orang mengambil tempat pada bagian pegangan
tandu dikepala penderita , dan satu orang mengambil tempat diantara
pegangan tandu dikaki penderita.

2) Cara pingsan . Penolong No. 1 berhadapan dengan penolong No.2


dan No. 3. Penderita berada diantara No. 1 dan No. 2, 3. Aba-aba
sama dengan untuk pengangkutan orang luka bagi penderita yang sadar
hanya bila akan berpindah kesamping kanan /kiri, maka aba aba ......
langkah kekanan /kekiri maka untuk No. 1 pelaksanaannya berlawanan
dengan yang diucapkannya, sebab aba aba yang diberikan untuk No.2 dan
No. 3.

3) Cara duduk. Pengangkutan cara duduk ini dilakukan oleh tiga


orang pengangkut, sebelum mengambil tempat masing masing No. '1 dan
No. 2 berlutut disisi kanan /kiri penderita sedangkan No. 3 berlutut disisi kaki
penderita yang tidak sakit berat .Aba aba " JONGKOK ", semua pengangkut
mengambil sikap jongkok lalu mendudukkan penderita yang tadinya
berbaring keatas paha No. 1 dan No.2. 'PEGANG " Penderita disuruh
merangkul No. 1 dan No. 2 tangankanan/kiri disisipkan dibawah paha
penderita , sedang tangan yang lain berpegangan dipunggung penderita,
No. 3 mengempit kedua kaki penderita.

d. Pengangkutan Orang Luka oleh Empat Orang. Pengangkutan oleh


empat pengangkut lni tanpa alat hanya dengan cara berbaring. Hal ini hampir sama
dengan yang dilakukan oleh tiga orang, hanya perlu ditambah pada waktu
mengangkut diatas paha, orang yang keempat membantu No. 1 dan No. 2 dengan
berdiri berhadapan kira kira ditengah tengah.
18

17. Evaluasi.

a. Sebutkan ketentuan umum pengangkutan korban tanpa tandu !


b. Sebutkan cara pengangkutan oleh 1 orang !
c. Uraikan bagaimana pengangkutan oleh 1 orang dengan cara menjulang !

BAB IV
PENGANGKUTAN ORANG LUKA DENGAN TANDU

18. Umum. Pengangkutan orang luka dengan tandu adalah yang terbaik
karena mendekati kesempurnaan, karena letak penderita dapat diatur sesuai dengan
sakitnya atau lukanya.

19. Kelompok Tandu.

a. Satu tandu dilayani oleh dua, tiga atau empat orang pengangkut
dan merupakan satu kelompok tandu. Anggota yang tertua ditunjuk sebagai
DANPOK TANDU.

b. Untuk memudahkan seluruh pengangkut diberi nomor urut mulai dari


Danpok, dengan masing - rnasing tugasnya. Dalam latihan, nomor urut dapat diatur
bergantian.

20. Perlengkapan Anggota Regu Tandu. Perlengkapan perorangan Regu Tandu


adalah:

a. Pakaian Dinas Lapangan ll.

1) Pakaian Loreng TNl, Helm Two and One, sepatu lapangan Hitam
dengan tanda pengenal Palang Merah diatas dasar putih dilengan kiri.
2) Memiliki KTA Kesad ( sesuai KonvensiJenewa ).
3) Jerat Pikul.

b. Kantong makanan yang berisi makanan dan tempat air.


c. Topeng gas dan baju gas ( bita perlu ).
d. Bila dilapangan memakaitanda Palang Merah diatas dasar putih dilengan kiri

21. Perlengkapan Kelompok Tandu.

a. Tandu, sebuah bantaldan dua atau tiga selimut.

b. Tas pertolongan pertama yang berisi pembalut cepat, kain segitiga, gunting,
pembalut serta obat - obatan, sediaan (preparat) sulfa dalam bentuk tepung(puder)
dan tablet. Tas ini (pembantu perawat set ) dibawa oleh Danpok Tandu,anggota
No. 1.
19

22. Persenjataan Anggota Regu Tandu. Persenjataan Regu Tandu disesuaikan


dengan persenjataan dimana dia berada. Senjata ini hanya digunakan untuk membela diri
terhadap serangan binatang berbisa ( buas ) yang mengancam jiwa.

23. Cara Mengangkut Orang Luka dengan Tandu.


.
a. Pada umumnya pengangkutan orang luka dengan tandu dilakukan oleh
4 orang, hanya untuk jarak pendek diperbolehkan mengangkut oleh dua orang
dalam keadaan ini jerat pikul yang telah disiapkan sangat besar sekali faedahnya.
Pada pengangkutan dengan tandu letak keempat orang anggota pengangkut diatur
pergantian oleh Danpok Tandu yang bersangkutan ( No.1).

b. Cara mengangkut orang luka dengan tandu dapat dilakukan dalam berbagai
cara, menurut situasi.pertempuran dan kondisi lapangan / medan.

2) Mengangkut dengan tangan, jika perlu dapat dipergunakan jerat pikul.

3) Mengangkut dengan ( diatas) bahu, jika perlu dapat


dipergunakan alas ( bantal ) dipundaknya.

4) Merangkak agar perjalanan yang dilakukan dengankaki dan


tangan lebih cepat, iraka Oi-pergunifan jerat pikul yang diikatkan pada kaki -
kaki tandu.

5) Merayap. Dalam situasi yang sulit akibat terjadinya kontak


tembak, maka untuk keamanan pengangkut dan penderita dapat dilakukan
dengan Cara merayap.

24. Tugas Komandan Kelompok Tandu. Komandan kelompok tandu bertanggung


jawab tenlang kesehatan penderiia yang diangkutnya dan harus memperhatikan hal - hal
sebagai berikut:

a. Anggota badan yang lika diusahakan agar tidak banyak bergerak.


b. Penderita yang pingsan dijaga agar pernafasannya dapat berjalan
dengan lancar, dan dijaga-agar kepalanya tidak tengadah kebelakang selama
pengangkutan.
c. Perhatikan bahwa anggota gerak penderita tidak sampai tergantung
kebawah, karena keadaan ini dapat mengakibatkan gangguan syaraf yang hebat.
d. Perhatikan selalu sikap / letak penderita sesuai kebutuhan lukanya
( lihat pelajaran tentang berbagai luka ).
e. Selalu dapat mengetahui keadaan yang diangkutnya tanpa mengganggu
perjalanan. Adakan perhatian khusus terhadap :

6) Balutan dengan bidai ( spalak ) bagi penderita patah tulang.


7) Kemungkinan bahaya gugat ( shock ), pada penderita yang
Mengalami banyak kehilangan darah, perasan nyeri yang hebat.
8) Bahaya terjadinya mati suri.
20

25. Evaluasi.

a. Sebutkan cara mengangkut orang luka dengan menurut situasi


pertempuran
dan kondisi laPangan / medan !

b. Sebutkan apa yang menjadi tugas Komandan Kelompok Tandu !

BAB V
POL DALAM BERBAGAI SITUASI DAN KONDISI MEDAN

26. Umum. Pengangkatan orang luka harus dikerjakan dengan segera


dan secepatnya tetapi sederhana rupa sehingga tidak memburukkan keadaan orang luka.
Dalam parit - parit pertindungan yang terputus, tidak dipergunakan tandu lapangan seperti
yang kita pakai di medan terbuka. Penderita harus diangkut baik dengan tandu atau
diangkut oleh pengangkut tanpa tandu.

27. Pengangkutan Orang Luka Dalam Berbagai Keadaan.

a. Luka di Dada. Pengangkutan penderita dengan luka didada lebih-


lebih jika rongga dada terluka atau penderita mengalami sesak nafas, maka
diangkut dengan Posisi setengah duduk.

b. Luka di perut. Pengangkutan penderita dengan luka diperut melintang


harus datam keadaan terlentang ½ duduk lutut diganjal dengan bantal atau
gulungan selimut sedemikian rupa sehingga posisi penderita setengah duduk
setengah berbaring.

c. Patah Tulang. Pengangkut penderita dengan patah tulang kaki, selalu


diusahakan bagian kaki lebih tinggi dari bagian kepala.

28. Pengangkutan Orang Luka Dalam Berbagai Medan.

a. Pada Jalan Menanjak / Menurun. Pengangkutan penderita dijalan


menanjak kepala penderita didepan, apabila jalan menurun pengangkut bagian
depan memikul sedangkan bagian belakang meniinjing tandu.

b. Pengangkutan Penderita di Jalan Sempit. Diangkut oleh 2, 3 dan 4


orang usahakan kepala penderita dibelakang supaya tidak bingung kecuali kalau
mendaki. Pengangkut yang tinggi - tinggi ditugaskaan dibagian kepala, untuk
maju / bergeiak langkah pertama dimulai dengan bagian luar.
21

1) Pengangkut oleh 2 orang berada diantara pegangan landu.


2) Pengangkut oleh 3 orang : 2 orang dibagian kepala berada disebelah
luar kaki tandu sedang satu orang dibagian belakang diantara kedua kaki
tandu.
3) Pengangkut oleh 4 orang, masing-masing berada diluar pegangan
tandu.

c. Pengangkutan Melalui Parit.

1) Tandu diletakkan dipinggir parit.


2) No. 1 melompati parit.
3) No. 2 dan 3 turun kedalam parit, No. 4 pindah antara pegangan tandu
bagian belakang.
4) No. 1 memberi aba - aba ' PEGANG " No. 1 dan 3 memegang bagian
kaki tandu. No. 4 memegang kedua pegangan bagian kepala tandu. Aba –
aba 'ANGKAT " penderita diangkat dan diberikan pada No. 1 ( No. 2 dan 3 )
tidak perlu berjalan cukup tangan-tangannya saja ynag merayap dibawah
pinggir tandu.
5) No. 1 mundur , setelah ujung tandu sampai dipinggir parit yang lain
tandu diletakkan di tanah.
6) Kemudian No. 2 dan 3 keluar dari parit dan mengambil tempat
semula demikian juga No. 4 meloncat mengambil tempat.

d. Pengangkutan melalui Pagar Tembok.

1) Tandu diletakan + 1 meter dari tembok No. 1 meloncat tembok dan


berdiri di seberang tembok Menghadap tandu.
2) No. 2 dan 3 berdiri disamping pegangan tandu depan, No.4 berdiri
diantara pegangan tandu dibelakang. Pada aba-aba "ANGKAT" penderita
diangkat dan diletakan di atas tembok (pegangan tandu bagian depan).
3) No. 2 dan 3 melompat, berdiri berhadapan.
4) Pada aba-aba "DORONG" No. 1 mundur ke belakang, No. 2 dan 3
menahan kiri-kanan tandu dengan tidak usah berjalan sampai ujung tandu
yang lain yang dipegang No. 4 sampai padanya, menerima ujung tandu dari
No. 4 dan berjalan sampai t 1 meter dari tembok lalu tandu diturunkan (tandu
bergeser pada tembok).
5) Kemudian No. 4 meloncat tembok dan masing-masing mengambil
tempat dan pengangkutan dilanjutkan.

e. Pengangkutan melalui Pagar Berduri. Pelaksanaaannya hampir


sama dengan pengangkutan melalui pagar tembok, perbedaannya terletak pada
pelaksanaan, disini tandu tidak diletakkan di atas pagar, tetapi setelah tandu
meluncur keseberang + 213 nya segera No. 2 dan 3 meloncat pagar dan
membantu menahan tandu untuk diturunkan.

29. Pengangkutan Orang Luka Dengan Alat Angkut. Untuk memindahkan


penderit luka - luka ketempat pengobatan lebih lanjut dapat menggunakan alat angkut
yang disesuaikan dengan situasi dan kondisi dimana tempat penderita terjadi dan jarak
ketempat pengobatan / perawatan sangat menentukan jenis alat angkutan apa yang akan
22

digunakan, serta alat angkut apa yang akan digunakan, serta alat angkut apa yang
tersedia.

a. Pengangkatan Orang Luka dengan Kereta Api.

1) Apabila belum tersedia gerbong khusus untuk


pengangkutanPenderita perlu dipersiapkan terlebih dahulu. Pada
pengangkutan orang luka - luka atau sakit dengan kereta api harus ada
Dokter dan pembantu - pembantunya. Di dalam tiap - tiap gerbong yang
tidak mempunyai pintu penghubung dengan gerbong lain, ditempat satu juru
rawat.

2) Memasukkan Penderita. Memasukkan penderita kedalam gerbong


kereta api yang paling mudah dari peron / tempat tunggu. Tandu- tandu -
yang digunakan dipasang lebih dahulu. Penderita yang diangkut dengan
tandu yang sejenis dengan tandu gerbong, dimasukkan lebih dahulu.
Sedang penderita dengan tandu - tandu lainnya dipindahkan dulu ketandu
gerbong. Senjata dan barang - barang penderita yang tidak perlu dalam
perjalanan di-kumpulkan di kereta barang.

3) Menempatkan Penderita.

a) Penderita diatur dalam gerbong sedemikian rupa sehingga juru


rawat dengan mudah menghampiri dan merawat lukanya.

b) Bagian badan yang luka dditempatkan dekat dengan jalan lalu


lintas juru rawat.
c) Sedapat mumgkin diusahakan kepala penderita searah
dengan arah perjalanan , kecuali kalau letaknya akan mempersulit
pelaksanian tugas juru rawat.

4) Cara memasukkan penderita kedalam Gerbong.

h) No.1 naik lebih dahulu keatas dan bertindak Sebagai


pemimpin.
i) No.2 dan 3 berada dikanan kiri tandu, No. 4 mengambil tempat
diujung tandu ( bagian kaki penderita ) .
j) Pada aba - aba " PEGANG " Tandu dengan kedua tangan No.
1 , 3 dan 4 memegang tandu. 'ANGMT " tandu diangkat.
k) Gerakan selanjutnya setalah No. 2, 3 dan 4 naik di atas
gerbong dilakukan seperti biasa.

b. Pengangkutan Orang Luka dengan Pesawat. Pengangkutan orang


luka dengan pesawat dapat dilaksanakan dengan menggunat<an pesawat terbang
tetap maupun dengan pesawat terbang sayap putar ( Helikopter )

a. Jenis Pesawat Terbang Sayap Tetap yang Biasa digunakan


antara lain :
23

a) U- 6 Beaver, pesawat ini adalah pesawat TNI -AD


untuk kelas serba guna, untuk operasi didaerah pertempuran pesawat
ini dapat mengangkut 2 orang penderlta tandu / lima penderita
ambulans.

b) Type C-47 Dakota, pesawat ini mampu mengangkut 20


penderita ambulans beserta satu juru rawat udara serta
pembantunya, atau 12 s/d 16 penderita tandu. Ada persediaan
oksigen dalam didalam pesawat terbang.

c) Grand Comander, Reechcraft, mampu membawa penderita 5



6 orang.

d) Cesna L - 19, untuk satu/penderita tandu/ penderita


ambulans.

b. Jenis Pesawat Terbang Sayap Putar.

a) Helikopter alouette lll, mampu mengangkut 3 orang penderita


ambulans dengan seorang perawat atau dua orang penderita tandu
dan seorang perawat.

b) Helikopter Bell 205 A -1 mampu mengangkut I -12 penderita


ambulans atau 6 orang penderita tandu.

c) Helikopter BO - 105 , mampu mengangkut 2 penderita tandu


atau 3 penderita ambulans.

c. Prosedur Pemuatan Penderita.

a) Bila memungkinkan didalam setiap pemuatan penderita-


kedalam pesawat terbang harus selalu ada dokter/ perwira kesehatan
yang mengawasi dan memberikan petunjuk pemuatan penderita
sesuai kondisi penderita yang dievakuasikan.

b) Supervisi pemuatan menjadi tanggung jawab penerbang yang


bersangkutan. Pada umumnya hal - hal yang perlu diperhatikan dalam
pemuatan penderita kedalam pesawat terbang adalah sebagai
berikut:

(1) Tempatkan penderita yang paling parah luka/


sakitnya didepan pintu.Tempatkan penderita yang pingsan /
tidak sadar secara terlentang dengan kepala dimiringkan dimana
letak kepala harus lebih rendah dari badannya.
(2) Letakkan penderita yang luka dikepala dengan kepala
Lebih tinggidari badannya.
(3) Tempatkan penderita pada posisi sedemikian rupa
sehinnga kepala menghadap kokpiU hidung pesawat.
24

d. Memuat Penderita kedalam Pesawat Terbang Sayap Tetap. Memuat


penderita kedalam pesawat terbang sayap tetap dilakukan oleh personel
yang menangkut penderita tersebut kelandasan udara. Pemasukan kedalam
pesawat terbang dilakukan dibawah pengawasan ( supervisi ) penerbang
yang bersangkutan- Tandu - tandu biasanya disusun mulai dari atas
kebawah dan dari depan kebelakang.

a) Kemampuan umumnya untuk pesawat terbang sayap tetap


tergantung dari pada jenis pesawat terbang dan jarak yang akan
ditempuh, serta pertimbangan landasan yang dipakai.
b) Crew chief atau anggota kesehatan penerbang/ penerbad
( bila
ada mengawasi pemuatan semua penderita)
c) Orang kedua dari tim pembawa tandu, masuk kedalam
pesawat terbang membantu Komandan Pesawat atau crew untuk
mengawasi posisi tandu pada pemuatan.
d) Rencana pemuatan mungkin dibutuhkan untuk pesawat angkut
yang besar.

e. Memuat Penderita kedalam Helikopter. Umumnya prosedur


memuat penderita kedalam pesawat terbang sayap tetap berlaku juga untuk
Helikopter. Rencana pemuatan mungkin diperlukan untuk Helikopter angkut
yang besar atau terhadap sejumlah Helikopter. Jika memuat atau
menurunkan dari Helikopter ada beberapa perhatian yang harus
diperhatikan :

a) Pengangkut harus berdiri serendah mungkin dan berada diluar


daerah baling - baling utama.
b) Dilarang merokok pada jarak 50 kaki dari pesawat terbang.
c) Helikopter tidak boleh di dekati dari arah belakang pesawat,
harus dari arah depan dan mendekatisetelah diberi tanda.
d) Mendekati Helikopter berada pada tanah miring dan jika
keadaan memungkinkan personel yang mengangkut, harus
mendekati Helikopter dari arah sebelah bawah ( Down slop ).
e) Pengangkut yang menyandang senjata panjang maka laras
senjata menghadap kebawah dan popor keatas.
f) Crew memberi petunjuk yang harus diikuti oleh pembawa
tandu dan sikap membawa tandu sejajar dengan tanah.
g) Untuk barang - barang yang mudah diterbangkan angin
supaya diikat erat - erat.

f. Cara Meletakkan Tandu kedalam Helikopter.

(1) Penderita tandu diletakkan didalam Helikopter menurut


keadaan lukanya atau kondisinya. Personil yang didalam Helikopter
mengawasi dan membetulkan posisi penderitab).
(2) Penderita yang paling parah dimasukkan paling belakang
sehingga dapat keluar paling dulu.
25

c. Pengangkutan Orang Luka dengan Mobil (Motor ambulans).


Pengangkutan orang luka -luka dengan menggunakan mobil (motor ambulans)
banyak jenis ambulans yang dapat digunakan namun dalam penjelasan ini hanya
kendaraan ambulans standard TOP pada Batalyon lnfanteri ROI -83:

g. Jenis ambulans pada TOP ROI – 83 adalah Truck ambulans % TON


4 x 4 M-718(CJ-6).

h. Kemampuan daya angkut untuk ambulans ini adalah 3 orang


penderita tandu atau 2 penderita tandu dan 3 penderita ambulans bisa juga
6 penderita ambulans.

i. Cara memuat penderita keatas ambulans :

(1) Anggota pengangkut / Crew ambulans menyiapkan ambulans.


(2) Tandu yang sudah siap untuk dinaikkan ditempatkan di tanah
± 1 meter dibelakang ambulans.
(3) No. 1 naik lebih dulu No. 2 dan 3 menempatkan dikiri/kanan
depan tandu dan No. 4 menempatkan diri diantara pegangan
belakang.
(4) Pada aba-aba 'PEGANG" pengangkut memegang
tandu, selanjutnya "ANGKAT" nersama-sama No. 2,3 dan 4
mengangkat tandu diterima oleh No. 1 yang diatas ambulans.
(5) "SORONG" No. 4 mendorong tandu ke dalam , No. 2 dan 3
tangannya hanya merayap saja dibingkai tandu dan No.1 mundur ke
dalam tandu, Ialu menempatkan pada kaitan tandu diambulans.
(6) Bila akan mengangkut penderita lebih dari satu orang maka
tempatkan penderita yang bagian atas lebih dulu baru penderita
yang dibawahnya.

d. Pengangkutan Orang Luka melalui air (sungai, danau atau laut).

Pengangkutan orang luka-luka atau sakit melewati air, apakah itu di sungai, danau
atau laut dapat menggunakan bermacam-macam alat angkut, baik yang sudah
dirancang memang untuk ambulans air ataupun alat angkut yang bersifat
improvisasi.

j. Pengangkutan Orang Luka dengan Kapal Laut. Untuk Pengangkutan


orang luka-luka melewati laut pada jarak jauh dapat menggunakan LST -
( Landing Ship Tank) yang memang sudah dipersiapkan atau LST serba
guna. Beberapa keuntungan mengevakuasi penderita dengan kapal besar
Khusus sejenis LST ini adalah :

(1) Daya angkutnya cukup banyak, sudah mempunyai alat-alat


keperluan penderita seperti, tempat tidur kamar mandi.
26

(2) Disamping diperbantukan pengawalan penderita dengan


tim para medis dan dokter, pada kapal jenis LST sendiri telah tersedia
fasilitas kesehatan kapal.
(3) Cara-cara memasukan dan menurunkan penderita sangat
mudah, serta perawatan selama dalam perjalanan mudah.

k. Untuk Pengangkutan Penderita Melewati Air Jarak Pendek tetapi


dapat Mengevakuasi/ Pengangkut Penderita Cukup Banyak adalah :

a) Menggunakan LCVP ( Landing Craft Vehicle Personel ) dapat


mengangkut 17 penderita tandu atau 36 penderita ambulans.
b) Menggunakan LCM (Landing Craft Mechanized) dapat mengang
kut 30 penderita tandu dan 120 penderita ambulans.
c) Menggunakan LWP (Landing Vehichle Tracked Personel)dapat
mengangkut 34 orang penderita ambulans untuk LVTP 5 dan 20
orang untuk LWP 6.
d) Untuk menyeberangkan jarak pendek dapat pulamenggunakan
LCR (Landing Craft Rubber)/perahu karet dapat mengangkut 2
penderita tandu atau 6 penderita ambulans.

l. Untuk Pengangkutan Melewati Air. Dapat pula menggunakan perahu


tradisional atau perahu/rakit yang dibuat secara improvisasi, sedang daya
muat disesuaikan dengan besarnya perahunya. Pemuatan penderita ke atas
perahu atau rakit benar-benar diperhatikan masalah keamanan selama
dalam pengangkutan, bila dalam penyeberangan dengan arus deras
usahakan talipengaman.

30. Evaluasi.

a. Bagaimanakah cara meletakkan tandu kedalam helikopter ?


b. Bagaimana dan jelaskan cara pengangkatan orang luka dengan kapal laut ?
c. Bagaimana cara pengakutan tandu melaluipagartembok ?
d. Bagaimanakah dan jelaskan cara pengangkatan korban patah tulang ?
BAB VI
EVALUASI AKHIR PELAJARAN
(Bukan Naskah Ujian)

31. Evaluasi Akhir.

a. Sebutkan apa saja keharusan-keharusan anggota POL !

b. Coba cerilakan cara mengangkut satu orang dengan cara ransel !

c. Apa perbedaan POL dua orang pada penderita yang sadar ?

d. Sebutkan perlengkapan perorangan kelompok Tandu ?

e. Uraikan cara-cara POL dengan Tandu !


27

RAHASIA
f. Untuk POL dengan luka Parut melintang, apakah yang perlu diperhatikan
27

BAB VIII
PENUTUP

32. Penutup. Demikian Naskah departemen ini disusun sebagai bahan ajaran
untuk pedoman bagi gadik dan pasis dalam proses belajar mengajar Pengangkutan
Orang Luka Diksarcabkes.

Komandan Pusat Pendidikan Kesehatan,

dr. Untung Sunardo,M.M.,M.B.A.


Kolonel Ckm NRP 31451

RAHASIA

Anda mungkin juga menyukai