Anda di halaman 1dari 10

PANDUAN SKILLS LAB

BLOK XVII- EMERGENCY TRAUMATOLOGY (ET)


DEPATEMEN ANASTESI
SKILL LAB 5 TRANSPORTASI PASIEN
Oleh: dr Susi Sembiring SpAn
dr.Ade Veronica HY, SpAn,KIC

I. Pendahuluan
Transfer pasien :
Transportasi pasien adalah sarana yang digunakan untuk mengangkut penderita/korban dari lokasi
bencana/kecelakaan ke sarana kesehatan yang memadai dengan aman tanpa memperberat keadaan
penderita
Selama transportasi, pasien berada dalam resiko morbiditas dan mortalitas yang meningkat. Resiko ini
bisa dikurangi dan diperoleh hasil akhir yang lebih baik bila dilksanakan dengan perencanaan yang baik.
Perencanaan tersebut berupa, penetuan personel yang tepat dan qualified, pemilihan dan ketersediaannya
peralatan serta obat-obatan yang tepat dan lengkap. Selama dalam merujuk pasien , baik personel maupun
peralatan, merupakan kesatuan yang utuh, dan tidak bisa dipisahkan dalam arti kata bila terjadi keadaaan
yang akut maka dengan monitoring yang ada segera diketahui dan dengan segera pula diberikan tindakan
yang tepat untuk mengatasi kedaan akut tersebut.
Keputusan untuk merujuk seorang pasien merupakan tanggung jawab dari dokter pengirim sebelumnya.
Begitu keputusan merujuk telah dibuat , maka sebaiknya pelaksanaan rujukan harus sesegera mungkin.
Kalau dibutuhkan tindakan resusitasi dan stabilisasi dapat dimulai sebelum proses transportasi dan
kemudian stabilisasi yang sempurna dicapai pada rumah sakit yang dituju dengan fasilitas yang lebih baik.

Persiapan pra rujukan/ pra transportasi

Pada dasarnya transportasi dilakukan sesudah stabilisasi fungsi vital tercapai dan selam transportasi
stabilitas fungsi vital harus tetap dipertahankan dalam keadaan baik. Transportasi yang dilakukan pada
saat penderita belum stabil, bahkan hanya transportasi antar ruangan didalam lingkungan intra RS sendiri,
dapat menyebabkan kematian.
Dimaksudkan dengan fungsi vital telah stabil bila:
a. Tidak ada/ telah dapat diatasi semua gangguan jalan nafas, baik obstruksi total, maupun parsial.
Gangguan nafas baik berupa pneumothorak ( colse maupun open ), tension pneumothorak, flail chest
telah dapat diatasi
b. Fungsi hemodinamik telah stabil normal atau tingkat stabilitas tertentu yang tidak membahayakan
hidupnya telah tercapai. Bila diperkirakan terjadi gangguan hemodinamik apapun sebabnya harus
dipasang iv line. Semua sumber perdarahan yang tampak harus telah dapat dihentikan.
c. Semua fraktur telah difiksasi dengan baik untuk mencegah kerusakan jaringan tubuh disekitarnya dan
untuk mengurangi nyeri. Bila dicurigai patah tulang leher, dipasang fiksasi leher dengan sempurna
sebelum memindahkan pasien. Perlu disiapkan alat dan obat yang mungkin diperlukan selama
perjalanan untuk mempertahankan stabilitas fungsi vital dan melakukan tindakan resusitasi bila
diperlukan. Kemungkinan gangguan fungsi vital akibat alat transportasi yang digunakan harus
dibatasi sedikit mungkin dengan informasi yang jelas kepada pengemudi ambulans pra transportasi
Prosedur Transfer
1. Koordinasi/komunikasi pra transportasi dengan unit pertama
2. Periksa identitas dan kondisi pasien
3. Menyiapkan peralatan sesuai kriteria
4. Menentukan petugas sesuai kriteria (kompeten terlatih sesuai kritria kondisi pasien)
5. Pantaau kondisi pasien selama transfer berlangsung
6. Lakukan timbang terima ( pasien MRS tertulis direkam medik di form komunikasi antar unit atau
timbang terima pembedahan)

Kriteria transfer intra dan antar rumah sakit

Pasien dengan kondisi derajat 0

Pasien dengan hemodinamik yang dapat terpenuhi kebutuhan dengan rawat inap biasa

Pasien dengan kondisi derajat 1

Pasien yang baru menjalani perawatan di icu/hdu yang sudah memungkinkan untuk perawatan
diruangan rawat inap biasa

Pasien dengan kondisi derajat 2

Pasien yang membutuhkan observasi lebih ketat dan intervensi lebih mendalam termasuk
penanganan kegagalan satu sistem organ atau pasien yang habis menjalani operasi besar

Pasien dengan kondisi derajat 3

Pasien yang membutuhkan bantuan pernafasan dan atau dengan kegagalan sistem organ lainny.

.
II. Tujuan Kegiatan
III. II. 1 TUJUAN UMUM
Dengan mengikuti skill lab ini, diharapkan mahasiswa dapat melakukan transportasi dan rujukan pasien
dengan benar.
II.2 Tujuan Khusus
1. Mahasiswa harus memahami masalah rujukan
2. Mampu merencanakan cara persiapan pra rujukan dan transportasi penderita gawat
3. Memahami pentingnya komunikasi pra dan pasca rujukan.
4. Mahasiswa mampu melakukan rujukan pasien dengan baik dan benar dan tidak terjadi cidera yang
lebih fatal pada pasien saat rujukan tersebut.
Prinsip melakukan Log Roll
1. Empat orang dibutuhkan untuk melakukan prosedur ini
2. Satu orang bertugas mempertahankan imobilisasi segaris pada daerah leher
3. Satu orang bertugas memperathankan imobilisasi segaris pada daerah badan ( termasuk pelvis dan
panggul)
4. Satu orang bertugas mempertahankan imobilisasi segaris pada daerah panggul dan tungkai bawah
5. Satu orang bertugas mengatur prosedur ini dan memasang / mencabut spine board
6. posisikan penderita secara lurus dengan kedua tangan berada disamping
7. perintah untuk memulai putaran Log Roll diberikan oleh orang yang berada di daerah leher
IV. RANCANGAN ACARA PEMBELAJARAN

Waktu Aktivitas belajar mengajar Keterangan


20 menit Introduksi pada kelas besar ( terdiri 50
mahasiswa)
10 menit Narasumber mendemonstrasikan aplikasi
sistem ABCDE pada primary survey px
trauma
10 menit Mahasiswa dibagi 5 kelompok kecil, 1
kelompok kecil terdiri dari 10 mahasiswa.
Tiap kelompok kecil memiliki 1 instruktor
Instruktor mendemonstrassikanaplikasi sistem
ABCDE pada primary survey pasien trauma.
20 menit Coaching : mahaiswa dibagi menjadi
kelompok kecil (1 kelompok terdiri dari 10
orang ), melakukan simulasi secra bergantian
dengan dibimbimg oeh instruktor pada
manikin
90 menit Mahasiswa melakukan ABCDE sendiri secara
bergantian serta dinilai oleh instruktor. Pada
akhir diskusi instruktor memberikan
kesimpilan dari kasusu tersebut.

III. PEDOMAN INSTRUKTUR


1. Instruktur harus mengetahui dan menguasai kasusu simulasi yang akan ditampilkan
2. Instrutur harus dapat membimbing dan mengarahkan mahasiswa/i malakukan tahap tahap
sebelum melakukan transportasi.
3. Instruktur harus dapat memberikan cara komunikasi yang cepat dan tepat
4. Instruktur harus dapat mmberikan penilaian kepada mahasiswa yang dibimbingnya berdasarkan
yang tercantum dalam lembar pengamatan
5. Instruktur harus dapat menjelaskan kesimpilan akhir dari kasus simulasi yang diberikan.
IV. PELAKSANAAN
1. Setiap kegiatan ketrampilan klinis dilaksanakan dalam waktu 150 menit
2. Jadwal kegiatan disesuaikan dengan jadwal yang ditentukan untuk ketrampilan klinis blok
emergenci
3. Tempat pelaksanaan : ruang skill lab
4. Sarana yang diperlukan
- Alat-alat proteksi dini ( sarung tangan, masker, topi, dll)
- Manikin dan skenario
- Tempat tidur transport pasien
- Tandu pasien
- Infus set
- Iv catheter no 18
- Masker o2 ( face mask)
- Oksigen
- Kain kass
- Plester
- Cairan RL
- Kollar servikal
- Bantal pasir
- Obat-obat emergensi
- Laringoscopi, ett, oropharingeal tube, nasopharingeal tube,
- Sarana komunikasi.

no Langkah dan tugas Pengamatan


0 1 2
1 Prosedur Transfer
1. koordinasi/komunikasi pra transportasi dengan unit
pertama
2. Periksa identitas dan kondisi pasien
3. Menyiapkan peralatan sesuai kriteria
4. Menentukan petugas sesuai kriteria (kompeten
terlatih sesuai kritria kondisi pasien)
5. Pantaau kondisi pasien selama transfer berlangsung
6. Lakukan timbang terima ( pasien MRS tertulis
direkam medik di form komunikasi antar unit atau
timbang terima pembedahan)

Teknis Transfer ke Spine board/ tandu :


1. Pastikan vital sign stabil :
2. Airway : tidak ada obstruksi jalan
( sebagian/total), perhatikan posisi ETT/ canul
2 trakeostomi / O2
3. Breathing : awasi tanda pneumothorak
(open/close),flail chest, awasi letak drain thorak
4. Circulation : awasi hemodinamik harus sudah
stabil, pastikan IV line lancar ( single/double),
sumber perdarahan eksternal sudah
dihentikan,
5. Cedera lain baik yang terbukti atau dicurigai
dipastikan dalam posisi aman ( pasang Collar
brace / gips ), seluruh balut serta bidai harus
diperiksa sebelum pasien diletakkan di alat
pengangkut pasien
6. Lengan pasien diluruskan dan diletakkan pada
sebelah badan
7. Tungkai bawah penderita diluruskan secara
hati-hati dan diletakkan dalam posisi
kesegarisan netral sesuai dengan tulang
belakang
8. Pemindahan pasien yang memerlukan Log Roll
sesuai posedur :
1 orang imobilisasi in line leher ( komanda)
1 orang imobilisasi in line badan (pelvis)
1 orang imobilisasi in line pelvis tungkai
1 orang menarik / memasang Spine board,
9. Spine board diletakkan dibawah penderita dan
dilakukan log roll kearah spine board
10.Pada hitungan ketiga ( komanda),hanya dengan
pemutaran minimal angkat pasien
bersamauntuk meletakkan spine board
dibawah penderita. Kesegarisan badan
penderita harus dipertahankan sewaktu
menjalankan posisi ini
11.Longgarkan seluruh pakaian pasien dan pasang
selimut terhadap pasien yang bertujuan
menjaga suhu tubuh, mencegah paparan cuaca
12.Pasang tali pengikat dengan tiga posisi yang
bertujuan menjaga posisi pasien tetap aman.
Posisi pertama : diletakkan setinggi dada
Posisi kedua : setinggi pinggang atau panggul
Posisi ketiga : setinggi tungkai
13.Pada daerah kepala di fiksasi dengan tali atau
plester

Tekhnik Transper spine board ke ambulance


3
1. Kenali kemampuan diri dan kemampuan
pasangan kita, jika tidak mampu jangan
dipaksakan
2. Kedua kaki berjarak sebahu kita, satu kaki
sedikit didepan kaki sebelahnya
3. Berjongkok, jangan membungkuk saat
mengangkat
4. Tubuh sedekat mungkin dengan beban yang
diangkat
5. Pada hitungan ketiga ( komando ) spine board
4 diangkat oleh sipenolong secara serentak

Transfer selama di Ambulans :


1. Amankan posisi scroup strecther dalam
ambulans, pastikan tandu dalam konsisi
terkunci, sehingga tandu tidak bergerak/
meluncur saat ambulans melaju
2. Pastikan pasien telah terfiksasi 3 tempat
( dada, pinggul dan tungkai)
3. Lakukan tindakan pertolongan lanjutan /
evaluasi ulang vital sign saat di dalam
ambulans
5 4. Beritahukan ke UGD / RS yang dituju :
5. Kondisi pasien saat ini
6. Tindakan yang sudah anda lakukan
7. Perkiraan waktu kedatangan
8. Apabila pasien mengalami henti jantung :
9. Beritahukan driver untuk berhenti
10.Lakukan pertolongan defibrilator
11.Beritahukan UGD/RS yang dituju kejaadian
henti jantung
6 12.Ambulan dapat jalan lagi apabila henti jantung
telah teratasi

Transfer dari ambulans UGD/ RS lain :


a. Dampingi staf UGD, berikan laporan lisan
atas kondisi pasien
b. Laporkan setiap perubahan kondisi yang
diamati
c. Setelah serah terima selesai, siapkan
laporan perawatan pra RS / RS sebelumnya
d. Serah terimakan barang barang pribadi
penderita ke petugas UGD/ RS yang dituju

Anda mungkin juga menyukai