Anda di halaman 1dari 20

PENUNTUN SKILLS LAB 1

APLIKASI SISTEM ABCDE PADA PRIMARY SURVEY PENDERITA TRAUMA


BLOK EMERGENCY & TRAUMATOLOGY DEPARTEMEN ILMU BEDAH
FAKULTAS KEDOKTERAN UHKBPN
Disusun Oleh:
dr. Bakti Simanjuntak, SpB-KKV & dr. Owen Sitompul, M.Ked (Surg), SpB

I. PENDAHULUAN
Primary Survey adalah tindakan penilaian pertama yang dilakukan secara cepat dan
sistematis pada penderita trauma berat. Penilaian ini dimaksudkan untuk dapat dengan segera
mengenal keadan-keadaan yang mengancam nyawa (life threatening) dan sekaligus
mengatasi/meresusitasinya pada saat itu juga. Penilaian selalu berpedoman pada tanda-tanda
vital, jenis trauma dan mekanisme cedera. Untuk itu diperkenalkan sistem ABCDE trauma
yang disusun berdasarkan urutan hal-hal yang paling mungkin menyebabkan kematian dalam
waktu yang lebih cepat sebagai berikut:
A : Airway dengan proteksi servikal
B : Breathing dengan ventilasi
C : Circulation dengan kontrol perdarahan
D : Disability : status neurologi
E : Exposure dengan pencegahan hipotermia
Didalam pelaksanaanya, survey dan resusitasi dilaksanakan secara serentak (simultan)
tergantung pada jumlah tenaga medis yang tersedia. Misalnya, kontrol perdarahan eksternal
dapat dilakukan secara langsung tanpa harus menunggu survey samnpai ke tahap C. Urutan
ABCDE ini hanya untuk memudahkan mengingat agar tidak ada hal yang terlupakan.
Pada skillls lab ini diperlukan aplikasi secara holistik dan terintegrasi dari beberapa
keterampilan yang telah diajarkan pada skills lab sebelumnya seperti pencucuian tangan,
pemasangan IV line, bandaging, splinting, pemasangan kateter, air way management,
pemasangan kollar servikal, dll di samping beberapa keterampilan baru yang akan diajarkan
pada skills lab ini dalam satu kesatuan utuh.
II. TUJUAN KEGIATAN
II.1 TUJUAN UMUM
Dengan mengikuti kegiatan skills lab pada Blok Emergency & Traumatology ini
mahasiswa diharapkan dapat mengenal dan mampu menatalaksana keadaan gawat darurat
secara baik dan benar.
II.2 TUJUAN KHUSUS
Mahasiswa mampu melakuykan tindakan primary survey dan resusitasi pada penderita
trauma/cedera berat dengan penetapan sistem ABCDE
a. Mampu melakukan penilaian & penanganan gangguan airway
b. Mampu melakukan penilaian & penanganan gangguan breathing
c. Mampu melakukan penilaian & penanganan gangguan circulation
d. Mampu melakukan penilaian disability
e. Mampu melakukan penilaian exposure
III. RANCANGAN ACARA PEMBELAJARAN
Waktu (menit) Aktivitas belajar mengajar Keterangan
20 menit Introduksi pada kelas besar (terdiri dari 50 mahasiswa) Narasumber
10 menit Narasumber mendemonstrasikan aplikasi system ABCDE Narasumber
pada primary survey pasien trauma.
10 menit Mahasiswa dibagi menjadi 5 kelompok kecil ( 1 kelompok Instruktur
terdiri dari 10 mahasiswa). Tiap kelompok kecil memiliki 1
instruktur.

Instruktur mendemonstrasikan aplikasi system ABCDE pada


primary survey pasien trauma.
20 menit Coaching : mahasiswa melakukan secara bergantian (2-3 orang) Instruktur dan
tindakan sesuai kasus dengan dibimbing oleh instruktur. mahasiswa
90 menit Self practice : mahasiswa melakukan sendiri tindakan sesuai Instruktur dan
kasus secara bergantian sehingga total waktu yang dibutuhkan mahasiswa
±90 menit ( tergantung jumlah mahasiswa)

IV. PEDOMAN INSTRUKTUR


IV.1 PELAKSANAAN
1. Mahasiswa dibagi dalam kelompok besara 50 mahasiswa dan kecil 10 orang. Kelompok
besar dipipmpin narasumber dan kelompok kecil dipimpin instruktur.
2. Cara pelaksanaan kegiatan:
Instrukutur melakukan coaching selama 20-30 menit, beberapa mahasiswa melakukan
pemeriksaan simulasi dibimbing instruktur dan peserta lain dapat melakukan
pengamatan menggunakan manikin. Ditunjuk mahasiswa untuk melakukan airway
management. Mahasiswa lainnya bertugas sebagai pengamat. Setiap mahasiswa harus
mendapat kesempatan melakukan..
3. Waktu pelaksaaan
- Setiap kegiatan skills lab dilaksanakan selama 150 menit
- Disesuaikan dengan kadwal mahasiswa semester VI
4. Tempat pelaksanaan : Ruang skills lab lantai 3

V. SARANA DAN ALAT YANG DIPERLUKAN


1. Alat-alat proteksi diri (sarung tangan, masker, topi, dll)
2. Manikin dan skenario
3. Tempat tidur pasien
4. Orofaringeal Tube (Guedel/Mayo)
5. Nasofaringeal Tube
6. Infus set
7. IV Cath N0. 18
8. Masker Oksigen (Face mask)
9. Oksigen
10. Kain kassa
11. Plester 1 inchi
12. Suction / spuit 50 cc
13. Cairan Ringer Lactated (RL)
14. Stetoskop
15. Tensimeter
16. Senter
17. Perban elastis 4 inchi
18. Kollar servikal

VI. RUJUKAN
1. ATLS for Doctors B (ACS Committee on Trauma)
2. TRAUMA (Daviod V. Feliciano)
3. Buku Ajar Ilmu Bedah (R. Syamsuhidayat & Wim de Jong)

VII.APLIKASI SISTEM ABCDE PADA PRIMARY SURVEY PASIENTRAUMA


Skenario Pasien:
Laki-laki 25 tahun terjatuh ketinggian 4 meter (lantai 2) dengan posisi dada kanan tertusuk
besi pagar setentang ICR-IV. Paha kanan luka berdarah dengan tulang yang menonjol keluar,
kesadaran menurun, TD 60/40 mmHg, RR 34x/menit, Nadi 110x/menit. (Data-data lainnya
dianggap perlu dapat ditanyakan pada instruktur).
Data-data tambahan:
Ujung-ujung jari dingin dan pucat Haemotoma (+) di daerah oksipitalis.
Pupil anisokor, kanan lebih besar dengan refleks cahaya positif.
Pada toraks kanan: Inspeksi : pernafasan tertinggal, luka(+), Palpasi: stem fremitus tidak
dilakukan, Perkusi : hipersonor, Auskultasi : suara pernafasan melemah. Respon terhadap
verbal dan pain tidak ada.

A : Airway dengan proteksi servikal


(Memerlukan bantuan seorang asisten)
1. Penilaian:
a. Menilai patensi jalan nafas (dapat mengeluarkan suara berarti jalan nafas clear)
b. Mengenal tanda-tanda obstruksi jalan nafas: benda asing di mulut, fraktur wajah,
mandibula atau trakea.
2. Penanganan/Resusitasi:
a. Proteksi servikal dengan in-line immobilization / kollar servikal:
Cara in-line immobilization: asisten berdiri di arah puncak kepala penderita sambil
menjepit kepala penderita dengan kedua lengan bawahnya sedangkan masing-masing
tangan memegang bahu penderita dengan ibu jari mengarah ke atas.
b. Benda asing dan cairan di mulut dikeluarkan dengan suction
c. Pada penderita dengan gangguan kesadaran, jalan nafas dipertahankan dengan: Chin
lift / Jaw thrust.
d. Melakukan pemasangan orofaringeal tube.
e. Mengalihkan In-line immobilization ke kollar servikal : penderita dalam posisi in-line
immobilization lalu ujung kollar servikal dimasukkan ke bawah leher dari sisi kiri lalu
kedua tangan assisten dipindahkan ke lateral kepala kemudian kollar servikal
dibelitkan hingga ,menopang dagu dan dikancingkan.
B: Breathingf dan Ventilasi
1. Penilaian :
a. Melakukan inspeksi, palpasi, perkusi dan auskultasi toraks
b. Mengenal Tension Pneumotoraks, Massive Haemotoraks dan Open Pneumotoraks

Inspeksi Palpasi Perkusi Auskultasi


1. Tension ICR flat Stem Fremitus ↓ Hipersonor Suara pernafasan ↓
Pneumotoraks
2. Massive ICR flat Stem Fremitus ↑ Beda Suara pernafasan ↓
Haemotoraks
3. Open ICR Stem Fremitus ↓ Hipersonor Suara pernafasan ↓
Pneumotoraks Normal

2. Penanganan / Resusitasi
a. Memberi oksigen dengan kecepatan 10-12 liter/ menit
b. Tension Pneumotoraks : Needle Insertion (IV Cath No. 14) di ICR II-Linea
midclavicularis
c. Massive Haemotoraks : pemasangan Chest Tube (tidak termasuk dalam
kompetensi)
d. Open Pneumotoraks : Luka ditutup dengan kain kasa yang diplester pada tiga sisi
(flutter-type valve efect).

C. Circulation dengan Kontrol Perdarahan


1. Penilaian:
a) Mengenal adanya perdarahan eksternal
b) Menilai status haemodinamik : tingkat kesadaran, warna kulit dan nadi
2. Penanganan / Resusitasi
a. Bila ada perdarahan eksternal lakukan penekanan pada sumber perdarahan secara
manual atau dengan perban elastis
b. Memasang 2 buah IV line untuk pemberian larutan RL hangat 2 Liter sesegera
mungkin
c. Memasang indwelling kateter untuk monitoring produksi urine bila tidak ada
kontraindikasi.

D : Disability : Status Neurologis


Penilaian :
a. Memeriksa diameter dan refleks cahaya pupil
b. Menilai tingkat kesadaran dengan metode AVPU
A : Alert
V : Respon to Verbal
P : Respon to Pain (dengan penekanan pada nail bed)
U : Unrespon

E. Exposure dengan pencegahan Hipotermia


Penilaian:
a. Membuka semua pakaian penderita
b. Melihat kelainan pada semua bagian tubuh
c. Memasang selimut dan mematikan AC

Untuk melihat bagian dorsal dapat digunakan manuver Log Roll.


VIII. LEMBAR PENGAMATAN

LANGKAH / TUGAS PENGAMATAN


YA TIDAK
1. Mempersiapkan sarana dan alat
2. Melakukan proteksi diri
A: Airway dengan proteksi servikal
3. Menilai patensi jalan nafas
4. Mencari tanda-tanda obstruksi jalan nafas
5. Melakukan in-line immobilization
6. Melakukan suction rongga mulut
7. Melakukan Chin lift / Jaw thrust
8. Memasang oropharyngeal tube
9. Memasang cervikal collar dan akhiri in- line immob
B: Breathing dan Ventilasi
10. Melakukan inspeksi toraks
11. Melakukan palpasi toraks
12. Melakukan perkusi toraks
13. Melakukan auskultasi toraks
14. Menentukan kelainan pada toraks/diagnosa
15. Menutup luka dengan kain kasa plester 3 sisi
C. Circulation dengan Kontrol Perdarahan
16. Mengenal adanya perdarahan eksternal
17. Menilai warna kulit dan denyut nadi
18. Memasang perban elastis pada sumber perdarahan
19. Memasang IV Line
20. Memberi cairan RL hangat
21. Memasang kateter urine
D : Disability : Status Neurologis
22. Memriksa diameter dengan reflek cahaya pupil
23. Menilai tingkat kesadaran (AVPU)
E. Exposure dengan pencegahan Hipotermia
24. Membuka semua pakaian penderita
25. Melihat kelainan pada semua bagian tubuh
26. Memasang selimut dengan mencegah hipoetermi
(mematikan AC)

Note : Ya : Mahasiswa melakukan


Tidak : Mahasiswa tidak melakukan
Pengolaan Jalan Nafas Tanpa Alat dan Dengan Alat
dr. Susi Sembiring, SpAn
Pengolaan jalan nafas dapat dilakukan pada pasien-pasien dengan penurunan kesadaran dengan
adanya benda asing didalam rongga mulut ( cairan lambung, darah ataupun benda padat) dan
pasien dengan memiliki struktur lain di jalan nafas ( tonsilitis,tumor tonsil, epiglotis, edema
laring),
Keadaan tersebut dapat saja menyebabkan obstruksi jalan nafas. Pada pasien yang mengalami
penurunan kesadaran ( koma ) obstruksi dapat terjadi karena pangkal lidah jatuh kebelakang
( hipopharing ) yang menyebabkan oropharing tertutup. Hal ini juga bisa terjadi pada patahnya
tulang rahang bilateral.
Hal ini dapat diketahui dengan adanya tanda tanda : stridor ( pasien koma dengan pangkal lidah
jatuh kebelakng), gurgling (pasien koma dengan adanya cairan dirongga mulut ) dn crowing
( edema laring pada pasien trauma inhalasi).
Tujuan dari pengolaan jalan nafas ini adalah membuka jalan nafas, membebaskan dan
membersihkan jalan nafas juga dapat mempertahankan jalan nafas.
Cara pengolan jalan nafas dapat dilakukan dengan teknik :
1. Dasar / Tanpa Alat ( Triple Airway Manuver)
1.1 chin lift
1.2 head tilt
1.3 jaw thrus
2. Lanjutan / Dengan Alat
2.1 Sederhana
a. oropharyngea airway
b. nasopharyngeal airwy
2.2 Komplek
a. Definitif : intubasi ETT
b. Alternatif : LMA

1. CHIN LIFT
Tujuan :
Mendorong rahang mandibula ( dan pangkal lidah ) ke anterior agar tidak menyumbat
hypopharing. Cara ini paling aman pada pasien cedera tulang leher
Cara :
Letakkan dua jari dibawah tulang dagu, kemudian hati-hati angkat keatas hingga rahang
bawah terangkat kedepan. Selama tindakan ini perhatikan leher jangan sampai
menengadah berlebihan ( hiperekstensi)

2. Head tilt
Tujuan : membebaskan jalan nafas hypopharynx dari sumbatan pangkal lidah. Cara ini tidak
boleh dilakukan pada pasien cedera tulang leher.
Cara : satu telapak tangan di dahi dan mendorong dahi ke belakang sehingga leher menengadah.
3. JAW THRUST
Cara : doronglah sudut rahang bawah ( angulus mandibula) kedepan hingga rahang bawah
terdorong kedepan.

4. Oropharyx
Tujuan :
Pipa oropharingeal dan nasopharingeal digunakan untuk mengatasi sumbatan karena
jatuhnya pangkal lidah ke belakang. Pipa oropharingeal atau guedel tersedia dalam
berbagai ukuran untuk bayi dan dewasa. Pemilihan ukuran berdasarkan pada panjang
mulut dan sudut rahang.ukuran yang paling sering digunakan adalah 2,3,4 untuk anak-
anak dan ukuran small, meedium,large untuk ukuran dewasa. Bila ukuran tidak tepat,
pangkal lidah dapat terdorong kebelakang, hingga sumbatan menjadi lebih berat. Jika
pasien masih agak sadar, pipa ini dapat merangsang mutah dn spasme larynx.

1. Pakai sarung tangan


2. Pilih alat sesuai ukuran pasien besar, sedang, kecil, (tube dipipi pasien dengan
bagian sudut ujung bibir sampai dengan ujung bagian tube sampai sudut rahang
pasien.
3. Buka mulut pasien, periksa bahwa tidak ada benda asing yang dapat mendorong
masuk ke larinynx.
4. Masukkan pipa kedalam mulut dengan lengkungan cembung menghadap kearah
lidah sampai kira-kira lebih dari separuh panjang pipa berada didalam rongga mu-
lut, kemudian pipa diputar 180 hingga bagian cembung menghadap/menempel
langit-langit ( palatum durum)
5. Jika pasien bereaksi dengan gerak akan muntah (gag) atau mengejan, pipa harus
ditarik keluar.
6. Jika penempatan pipa dan ukuannya tepat maka bagian datar diujung pipa akan
tepat berada diantara gigi-gigi pasien.
7. Setelah pipa masuk, periksa dengan look, feel and listen, apakah jalan nafas sydah
bebas.
8. Jika pasien sadar/setengah sadar alat ini dapat merangsangg muntah dan spasme
laring
9. Bila cara keliru atau ukuran tidak tepat, pangkal lidah dapat terdorong kebelakang
hingga sumbatan menjadi lebih berat
5. Nasopharynx

Tujuan : memberi jalan nafas buatan yang ujungnya berada dibelakang lidah.
Caranya
1. Memakai sarung tangan
2. Ukur nasophariynx tube dengan cara mengukur dari lubang hidung sampai kearah auric-
ula
3. Periksa apakah lubang hidung bebas
4. Pipa diolesi pelicin (jelly)
5. Posisikan kepala inline dengan tubuh
6. Masukkan pelan-pelan, bagian cekung menghadap kearah kaki. Dorong lurus kearah be-
lakang (arah anak telinga) dengan sedikit dipilin sampai batas ujung tube
7. Jika pipa padawaktu dimasukkan mengalami hambatan ( terasa buntu) maka pindah
kelubang lain
8. Ujung pipa yang melengkung ini pada akhirnya harus berada di pharynx dibelakang
pangkal lidah
9. Setelah pipa masuk, periksa dengan lihat, dengar dan rasakan
6. Intubasi

Tujuan : memasang jalan nafas buatan langsung ketrachea


Cara
1. Memakai sarung tangan
2. Posisi intubasi standart memerlukan posisi leher menengadah dengan bantal tipis di-
belakang kepala ( sniffing the morning air position)
3. Preoksigenasi 10 l/i seelama 3-5 menitdengan oksigen 100 %
4. Intubasi harus dilakukan dengan cepat tidak lebih dari 30 detik
5. Buka mulut dengan tangan kanan, sementara tangan kiri memasukkan blade laringo-
scop dari sudut kanan mulut bergerak kekiri, mendorong lidah seluruhnya kekiri agar
terbuka pandangan kearah pita suara
6. Perhtikan apakah ada gigi lepas atau gigi palsu yang dpat menggangu prosedur
7. Identifikasi 3 titik pedoman :
Uvula
Epiglois
Vocal cord
8. Dorong blade agar masuk diantara celh epiglotis dan pangkal lidah (velecula)
9. Angkat blade kearah anterior (atas) sejajar handle laringoscop
10. Lihat pita suara ( vocal cord)ditengah
11. Laring akan tampak sebagai segitiga dengan puncaknya dibagian antrior dengan pita
suara bewarna putih kekuningan berbetuk huruf V terbalik dikiri dan dikanannya
12. Masukkan pipa hingga batas proksimal dan cuff dikembangkan (panjang tube yang
masuk ± 19-21 cm)
13. Hubungkan dengan alat nafas buatan danberikan ventilasi dengan oksigen 100 %
14. Pastikan dada terangkat, suara nafas kanan=kiri
15. Jika tidak sama tarik pipa 1-2 cm
16. Fiksasi pipa dengan plester
17. Pasang juga pipa oropharing utntuk membantu fiksasi dan mencegah pipa tergigit

7. LMA

1. Pakai sarung tangan


2. Sesuaikan ukuran dengan keadaan pasien ( ukuran 4 dan 5 dapat digunakan untuk seemua
pasien)
3. Oleskan jelly water base pada seluruh permukaan cuff, kemudian kempeskan cuffnya
sampai benar-benar pipih
4. Pegang pipa seperti memegang pena
5. Masukkan kedalam mulut hingga bagian cembung dan cuff menempel dilangit-langit
6. Ujung telunjuk mendorong pelan-pelan kearah belakang bawah dengan cuff tetapmenem-
peldilangut-langit sampai mencapai dinding pharinx.
7. Kemudian tekan lagi kearah belakang dan bawah sekitar sudut pharinx sampai terasa
mencapai hipopharinx
8. Isi cuff dengan udara sesuai ukuran ( no 4 = 30 ml dan n0 5 = 40 ml)
9. Pemastian jalan nafas bebas dilakukan dengan cara mendengar suara nafas pada waktu
inhalasi/ udar dipompa masuk dan dada terangkat simetris.
10. Pasangalh pengganjal gigi ( bite block) agar pipa LMA tidak tergigigit
RANCANGAN ACARA PEMBELAJARAN
Waktu Aktivitas Belajar Mengajar Keterangan
20 menit Introduksi singkat mengenai dasar indikasi pemasangan infus Narasumber,
Demonstrasi pada kelas besar oleh nara sumber dengan Kelas besar
memperlihatkan tata cara pemasangan infus yang benar dengan
alat manikin.
Tanya Jawab
10x10 menit Coaching: Mahasiswa/i dibagi menjadi kelompok kecil (1 Instruktur
kelompok terdiri dari 10 orang). Instruktor terlebih dahulu Mahasiswa,
mendemonstrasikan tata cara pemasangan infus yang benar Kelas kecil
dengan alat manikin.
Self Practice : Mahasiswa/i melakukan pemasangan infus
sendiri secara bergantian dan diamati serta dinilai oleh instruktur
dengan menggunakan lembar pengamatan yang ada. Pada akhir
diskusi, instruktur memberikan kesimpulan dari kasus tersebut.

SARANA DAN ALAT YANG DIPERLUKAN


1. Maniken Intubasi dengan maniken LMA
2. Handscoon
3. Oropharingeal
4. Nasopharigeal
5. Ambu bag
6. ETT
7. Stylet
8. Laringoscop dengan blade
9. Spuit 10 cc
10. Stetescope
11. LMA
12. Spuit 20 cc
13. Jelly
14. Plester
15. Kapas

LEMBAR PENGAMATAN
PENGAMATAN
NO PROSEDUR 0 1 2 Keterangan
1 Memakai alat sarung tangan

2 - Chin lift
Letakkan dua jari dibawah tulang dagu,
kemudian hati-hati angkat keatas hingga
rahang bawah terangkat kedepan. Selama
tindakan ini perhatikan leher jangan sampai
menengadah berlebihan ( hiperekstensi)
- Lalu lakukan : look , listen , feel
 Look : gerakan dada
 Listen: suara nafas
 Feel: rasakan hembusan nafasnya

3 - Head tilt
satu telapak tangan di dahi dan mendorong
dahi ke belakang sehingga leher menengadah.
- Lalu lakukan : look , listen , feel
 Look : gerakan dada
 Listen: suara nafas
 Feel: rasakan hembusan nafasnya

4 - Jaw Thrust

Doronglah sudut rahang bawah ( angulus


mandibula kanan dan kiri) kedepan dengan
jari-jari kedua tangan sehingga barisan gigi
bawah berada didepan barisan gigi atas,
kedua ibu jari membuka mulut dan kedua
telapak tangan menempel pada kedua pipi
penderita untuk melakukan immobilisasi
kepala. hingga rahang bawah terdorong
kedepan.
- Lalu lakukan : look , listen , feel
 Look : gerakan dada
 Listen: suara nafas
 Feel: rasakan hembusan nafasnya

5 Oropharing

1. Pilih alat sesuai ukuran pasien besar,


sedang, kecil, (tube dipipi pasien den-
gan bagian sudut ujung bibir sampai
dengan ujung bagian tube sampai sudut
rahang pasien.
2. Buka mulut pasien, periksa bahwa
tidak ada benda asing yang dapat men-
dorong masuk ke larinynx.
3. Masukkan pipa kedalam mulut dengan
lengkungan cembung menghadap
kearah lidah sampai kira-kira lebih dari
separuh panjang pipa berada didalam
rongga mulut, kemudian pipa diputar
180 hingga bagian cembung meng-
hadap/menempel langit-langit ( pala-
tum durum)
4. Jika pasien bereaksi dengan gerak akan
muntah (gag) atau mengejan, pipa
harus ditarik keluar.
5. Jika penempatan pipa dan ukuannya
tepat maka bagian datar diujung pipa
akan tepat berada diantara gigi-gigi
pasien.
6. Setelah pipa masuk, periksa dengan
look, feel and listen, apakah jalan nafas
sydah bebas.
7. Jika pasien sadar/setengah sadar alat ini
dapat merangsangg muntah dan spasme
laring
8. Bila cara keliru atau ukuran tidak tepat,
pangkal lidah dapat terdorong kebe-
lakang hingga sumbatan menjadi lebih
berat
- Lalu lakukan : look , listen , feel
 Look : gerakan dada
 Listen: suara nafas
 Feel: rasakan hembusan nafasnya
9.

6 Nasopharing

1. Ukur nasophariynx tube dengan cara men-


gukur dari lubang hidung sampai kearah auric-
ula
2. Periksa apakah lubang hidung bebas
3. Pipa diolesi pelicin (jelly)
4. Posisikan kepala inline dengan tubuh
5. Masukkan pelan-pelan, bagian cekung meng-
hadap kearah kaki. Dorong lurus kearah be-
lakang (arah anak telinga) dengan sedikit dip-
ilin sampai batas ujung tube
6. Jika pipa padawaktu dimasukkan mengalami
hambatan ( terasa buntu) maka pindah
kelubang lain
7. Ujung pipa yang melengkung ini pada
akhirnya harus berada di pharynx dibelakang
pangkal lidah
- Setelah pipa masuk, periksa dengan lihat, den-
gar dan rasakan Lalu lakukan : look , listen ,
feel
 Look : gerakan dada
 Listen: suara nafas
 Feel: rasakan hembusan nafasnya
8.

7 INTUBASI
1. Memakai sarung tangan
2. Posisi intubasi standart memerlukan posisi
leher menengadah dengan bantal tipis di-
belakang kepala ( sniffing the morning air
position)
3. Preoksigenasi 10 l/i seelama 3-5 menitden-
gan oksigen 100 %
4. Intubasi harus dilakukan dengan cepat
tidak lebih dari 30 detik
5. Buka mulut dengan tangan kanan, semen-
tara tangan kiri memasukkan blade laringo-
scop dari sudut kanan mullut bergerak
kekiri, mendorong lidah seluruhnya kekiri
agar terbuka pandangan kearah pita suara
6. Perhtikan apakah ada gigi lepas atau gigi
palsu yang dpat menggangu prosedur
7. Identifikasi 3 titik pedoman :
Tonsil
Uvula
Epiglois
8. Dorong blade agar masuk diantara celh
epiglotis dan pangkal lidah (velecula)
9. Angkat blade kearah anterior (atas) sejajar
handle laringoscop
10. Lihat pita suara ditengah
11. Laring akan tampak sebagai segitiga den-
gan puncaknya dibagian antrior dengan
pita suara bewarna putih kekuningan
berbetuk huruf V terbalik dikiri dan
dikanannya
12. Masukkan pipa hingga batas proksimal dan
cuff dikembangkan
13. Hubungkan dengan alat nafas buatan dan-
berikan ventilasi dengan oksigen 100 %
14. Pastikan dada terangkat, suara nafas
kanan=kiri
15. Jika tidak sama tarik pipa 1-2 cm
16. Fiksasi pipa dengan plester
17. Pasang juga pipa oropharing utntuk mem-
bantu fiksasi dan mencegah pipa tergigit
- Lalu lakukan : look , listen , feel
 Look : gerakan dada, saat ventilasi
 Listen: suara nafas, dengan steteskop
 Feel: rasakan hembusan nafasnya, ketika pipa
ETT tidak terhubung dgn alat bantu nafas

8 LMA
1. Pakai sarung tangan
2. Sesuaikan ukuran dengan keadaan pasien
( ukuran 4 dan 5 dapat digunakan untuk
seemua pasien)
3. Oleskan jelly water base pada seluruh per-
mukaan cuff, kemudian kempeskan cuffnya
sampai benar-benar pipih
4. Pegang pipa seperti memegang pena
5. Masukkan kedalam mulut hingga bagian cem-
bung dan cuff menempel dilangit-langit
6. Ujung telunjuk mendorong pelan-pelan kearah
belakang bawah dengan cuff tetapmenem-
peldilangut-langit sampai mencapai dinding
pharinx.
7. Kemudian tekan lagi kearah belakang dan
bawah sekitar sudut pharinx sampai terasa
mencapai hipopharinx
8. Isi cuff dengan udara sesuai ukuran ( no 4 = 30
ml dan n0 5 = 40 ml)
9. Pemastian jalan nafas bebas dilakukan dengan
cara mendengar suara nafas pada waktu in-
halasi/ udar dipompa masuk dan dada
terangkat simetris.
10. Pasangalah pengganjal gigi ( bite block) agar
pipa LMA tidak tergigit
 Look : gerakan dada
 Listen: suara nafas
 Feel: rasakan hembusan nafasnya

PENUNTUN SKILL LAB-5


RESUSITASI JANTUNG PARU OTAK
BLOK EMERGENCY AND TRAUMATOLOGY
FAKULTAS KEDOKTERAN UHKBPN
Disusun Oleh :
dr. Susi Sembiring, SpAn

I. PENDAHULUAN
Bagaimana kita mengenali cardiac arrest

a. Apabila ditemukan korban tidak responsive dan suara nafas hilang atau tidak normal
maka kita nyatakan cardiac arrest dan mulai dengan resusitasi jantung paru.
b. Pernapasan yang lambat dan sulit (pernapasan agonal) harus dipertimbangkan
tanda henti jantung.
c. Gerakan seperti kejang dalam waktu singkat dapat terjadi pada awal
Cardiac arrest dan korban dapat dinilai ketika kejangntya berhenti, dan jika tidak
respon, nafas abnormal dan henti nafas maka korban tersebut dikatakan henti jantung
dan mulai lakukan pijat jantung
Dengan pernafasan yang lambat dan sulit

Tahap- tahap dalam melakukan bantuan hidup dasar :


1. Menentukan pasien sadar atau tidak, jika pasien tidak sadar segera meminta bantuan
2. Melakukan triple airway manuver
3. Menilai jalan nafas bebas atau tidak dengan melihat adanya gerkan dada, terasa ada
hembusan nafas, mendengar suara nafas ( Look, Listen and Feel )

4. Melakukan Pijat jantung


 Letakan salah satu tangan di pertengahan sternum diikuti tangan satunya
 Posisi kedua tangan pada posisi tangan satu diatas tangan lainnya dengan cara
menumpuk satu telapak tangan di atas telapak tangan yang lainnya, hindari
jari-jari tangan menyentuh dinding dada korban/pasien, jari-jari tangan dapat
diluruskan atau menyilang ( mengunci ).
 Dengan posisi badan tegak lurus, penolong menekan dinding dada korban
dengan tenaga dari berat badannya secara teratur sebanyak 30 kali dengan
kedalaman penekanan berkisar antara (4 – 5 cm)
 Tekanan pada dada harus dilepaskan keseluruhannya dan dada dibiarkan
mengembang kembali ke posisi semula setiap kali melakukan kompresi dada.
Selang waktu yang dipergunakan untuk melepaskan kompresi harus sama
dengan pada saat melakukan kompresi.
 Tangan tidak boleh lepas dari permukaan dada dan atau merubah posisi
tangan pada saat melepaskan kompresi.
 Rasio bantuan sirkulasi dan pemberian napas adalah 30 : 2 (selama 2
menit) dilakukan baik oleh 1 atau 2 penolong.
 Jika denyut nadi teraba dan nafas (+) letakkan korban pada posisi mantap
 Jika nadi teraba tetapi nafas (-), berikan bantuan napas sebanyak 10 –
12 kali permenit.
s

Perabaan arteri carotis


Memastikan ada tidaknya denyut jantung korban/pasien.
Ada tidaknya denyut jantung korban/pasien dapat ditentukan dengan meraba arteri karotis
di daerah leher korban/ pasien, dengan dua atau tiga jari tangan (jari telunjuk dan tengah)
penolong dapat meraba pertengahan leher sehingga teraba trakhea, kemudian kedua jari digeser
ke bagian sisi kanan atau kiri kira-kira 1 – 2 cm raba dengan lembut selama 5 – 10 detik
Recovery Position:
Dilakukan setelah pasien berhasil dilakukan RJPO ( ROSC= RETURN of SPONTANEOUS
CIRCULATION).
Urutan tindakan recovery position meliputi
1. Tangan pasien berada pada sisi penolong diluruskan keatas
2. Tangan lainnya disilangkan di leher pasien dengan telapak tangan pada pipi paien
3. Kaki pada sisi yang berlawanan dengan penolong di tekuk dan ditarik kearah penolong,
sekaligus dengan perlahan mmiringkan tubuh koraban kearah penolong.
Dengan posisi recovery ini jalan nafas diharapkann dapat tetap bebas dan mencegah
aspirasi jika terjadi muntah.

Resusitasi dapat diakhiri bila


1. Telah timbul kembali sirkulasi dan ventilasi spontan yang efektif
2. Upaya resusitasi telah diambil alih oleh orang lain yang bertanggung jawab
meneruskan resusitasi
3. Seorang dokter mengambil alihtanggung jawab
4. Penolong terlalu capai sehingga tak sanggup meneruskan resusitasi
5. Pasien dinyatakan mati batang otak
6. Setelah dimulai resusitasi, ternyata kemudian diketahui bahwa pasien berada
dalam stadium terminal pada suatu penyakiy yang tidak dapat disembuhkan atau
hampir dapat dipastikan bahwa fungsi cerebral tak akan pulih ( yaitu sesudah ½ -
1 jam terbukti tidak ada teraba arteri karotis.

II. TUJUAN KEGIATAN


II.1 TUJUAN UMUM
Setelah mengikuti kegitan skill lab pada blok resusitasi jantung paru otak, diharapkan
mahasiswa terampil dalam melakukan tindakan pertolongan pada pasien henti jantung dan henti
nafas baik perseorangan maupun sebagai team. Mahasiswa juga diharapkan mampu
berkomunikasi dengan yang lain dalam memberikan pertolongan sehingga tercapai hasil yang
maksikmal.

II.2 TUJUAN KHUSUS


1. Mampu mendiagnosa obstruksi jalan nafas
2. Mampu membebasakan jalan nafas
3. Mampu mendiagnosa gangguan nafas-henti nafas
4. Mampu melakukan nafas buatan tanpa alat atau dengan alat
5. Mampu mendiagnosa henti jantung
6. Mampu melakukan pijat jantung luar
III. RANCANGAN ACARA PEMBELAJARAN

Waktu Aktivitas belajar mengajar Keterangan


20 menit Introduksi pada kelas besar Narasumber
Penjelasan narasumber tentang rjpo ( 10 menit )
Tanya jawab singkat hal yang belum jelas ( 10 menit )
10 menit Demonstrsi pada kelas besar oleh narasumber Narasumber
Narasumber mempraktekkan cara melakukan RJPO secara
bertahap dengan baik dan benar
10 menit Mahasiswa dibagi menjadi 5 kelompok kecil ( 1 kelompok tdd Instruktur
10 mahasiswa)
Instruktur memperlihatkan cara melakukan rjpo secara bertahap
dengan baik dan benar
20 menit Coaching: Instruktur
Mahasiswa melakukan simulasi secara bergantian dengan mahasiswa
dibimbing oleh instruktur
Sarana paraga simulasi manggunakan manikin

90 menit Self practice : mahasiswa melakukan RJPO dengan baik dan Mahasiswa
benar Instruktur
Instruktur memberikan penilaian

IV. RUJUKAN
AHA 2010

V. LEMBAR PENGAMATAN
NO Langkah 0 1 2
1 Panggil bantuan
Dari orang sekitar : dengan berteriak : tolong-tolong ada orang
tidak sadarkan diri
2 Aman : 3A
LIngkungan : ada tidak berbahaya seperti ruangan gas beracun
Sipenolong : gunakan APD
Korban : Jika korban telungkup, balikkan pelan-pelan agar
terlentang.
Korban harus ditolong dalam posisi terlentang diatas alas keras.

3 Periksa kesadaran korban dengan metode


AVPU ( ALERT, VERBAL, PAIN,UNRESPON)
Denan cara
A : alert pasien sadar
V : Panggil korban sesuai jenis kelamain ( pak-pak, buka matanya)
P : beri rangsanan nyeri pada salah satu pada daerah kuku tangan,
bagian dada atas, atau glabella
U : tidak respon

4 Bebaskan jalan nafas


Dengan salah satu cara Triple Airway Manufer
1 Chin lift : tarik dagu koban dengan 2 jari ( telunjuk, tengah)
tangan kiri penolong keatas
2 head Tilt : letakkan telapak tangan si penolong di dahi korban
sambil didorong ke belakang
3. Jaw Trust : posoisi penolong diatas kepala si korban, denga
meletakkan kedua tangan sipenolong di mandibula si korban dan di
dorong ke depan
5 Lakukan look , listen and FELL
LOOK : lihat dada sikorban naik turun atau tidak
Listen : dengarkan suara hembusan nafas korban ada atau tidak
FELL : rasakan hembusan nafas korban
6 Raba Arteri Carotis diantara trachea dan Musc
Sternocleidomastedeus dengan cara : meletakkan 2 jari sipenolong
dipertengahan trakea sambil menggesernya kearah lateral disisi
penolong ( Musc Sternocleidomastedeus) dalam watu 5-10 detik
7 Jika nafas tidak ada dan denyut arteri carotis tidak ada maka pasien
dinyatakan henti nafas dan henti jantung ( pijat jantung tambah
nafas buatan selama 2 menit )
Jika nafas tidak ada dan denyut jantung ada maka pasien dinyatakan
henti nafas, hanya diberi nafas buatan 10- 12 kali dalam 1 menit
selama 2 menit
8 Cara pijat jantung ( pijat kuat dan pijat cepat)

a) Posisi penolong berada di salah satu sisi sebelah kanan


atau kiri menyentuh sikorban
b) Tentukan Lokasi Pijat Jantung titik tumpu dipertengahan
sternum segaris kedua nipples
c) Letakkan tumit tangan sipenolong di pertengahan sternum
dengan siku lengan tegak lurus sambil jari-jari tangan
mengunci
d) Posis tangan sipenolong tegak lurus dengan bahu dan bahu
sebagai beban penekanan ( kompresi)
e) Rata-rata rasio kompresi dan ventilasi 30: 2
f) Kecepatan 100-120 x / menit
g) Kedalaman 5-6 cm
h) Memperhatikan Recoil dinding thorak yang sempurna
i) Saat pijat jantung hitung dengan suara keras :
satu, dua, tiga, empat, lima, enam, tujuh, delapan,
Sembilan 1
satu, dua, tiga, empat, lima, enam, tujuh, delapan,
Sembilan 2
satu, dua, tiga, empat, lima, enam, tujuh, delapan,
Sembilan 3

9 Memberi ventilasi buatan : mouth to mouth


a) Buka mulut sikorban dengan ibu jari dan telunjuk tangan
kanan sipenolong
b) Tangan kiri diletakkan di dahi sambil kedua jari ibu jari
dan telunjuk diletakkan pada hidung sikorban
c) Sipenolong menarik nafas dalam lalu dihembuskan kemu-
lut sikorban dalam keadaan tertutup rapat dengan mulut
sipenolong.
d) Sambil hidung si korban di tutup denga ibu jari dan jari
telunjuk tangan kiri sipenolong
e) Lalu mata si penolong melihat gerakan dada si korban naik
turun
f) Diberikan 2 kali nafas lalu kompresi 30 kali
g) Hindari hiperventilasi

10 Kompresi dan ventilasi dilakukan selama 2 menit baru cek arteri


karotis
Kompresi 100-120 kali dalam 1 menit
Tiap kompresi 30 kali diselingi 2 ventilasi
Dengan sikus 7-8 kali dalam 2 menit
Note : 1 menit 60 detik : jadi setiap 15 detik beri 30 x pijatan dan 2
kali nafas buatan. Jadi 1 menit bisa dapat 4 siklus ( 1 siklus 30
kompresi + ventilasi 2 kali) Resusitasi jantung paru dikerjakan
selam 2 menit dan cek respon kembali
10 Raba Arteri Carotis diantara trachea dan Musc
Sternocleidomastedeus dengan cara : meletakkan 2 jari sipenolong
dipertengahan trakea sambil menggesernya kearah lateral disisi
penolong ( Musc Sternocleidomastedeus) dalam watu 5-10 detik
Jika : denyut art carotis (+) dan nafas ( +) lakukan posisi mantap
Jika : denyut art carotis ( +) dan nafas (-) beri nafas buatan 10-12
kali permenit selama 2 menit ( 1 nafas buatan 5-6 detik )
Jika : denyut art carotis (-) dan nafas ( -) kembali lagi kompresi
dan ventilasi selama 2 menit

11 Melakukan posisi mantap atau recovery position


1. Tangan px yg berada pada sisi penolong diluruskan keatas
2. Tangan lainnya disilangkan dileher px dengan telapak tan-
gan pada pipi px
3. Kaki pd sisi berlawanan dengan penolong, sekaligus den-
gan perlahan memiringkan tubuh korban kearah penolong
Note :
0 : Mahasiswa tidak melakukan
1 : Mahasiswa melakukan tidak sempurna

Anda mungkin juga menyukai