Anda di halaman 1dari 7

PANDUAN SKILLS LAB

BLOK XVII- EMERGENCY TRAUMATOLOGY (ET)


DEPATEMEN ANASTESI
SKILL LAB 1 Initial Assessment Pada Kasus Trauma
Oleh: dr Susi Sembiring SpAn

I. Pendahuluan
Konsep penanganan penderita gawat adalah memakai pendekatan ( sistematika ) ABCDE untuk penilaian
maupun terapi ( resusitasi ). Diterapi dulu yang paling mengancam jiwa. Sumbatan jalan nafas membunuh
lebih cepat dari pada tidak mampu bernafas. Ketidakmampuan bernafas membunuh lebih cepat dari pada
gangguan sirkulasi dan seterusnya.
Penderita trauma memerlukan penilaian dan tindakan yang cepat dan tepat untuk menyelamtkan jiwa
penderita.
Survei ABCDE ( Airway, Breathing, Circulation, disability, exposure) ini disebutsurvei primer yang harus
diselssaikan dalam 2-5 menit. Trapi dikerjaka secara serentak jika mengalami ancaman jiwa akibat banyak
sistem yang cedera.
A = Airway
Menilai ada tidaknya sumbatan jalan nafas dengan cara look, listen, feel. Bila ada sumbatan segera
melakukan pembebasan jalan nafas dan dijaga tetap bebas.
Look
Dilihat gerak nafas normal atau SEE SAW atau abdominal. Apakah digunakan alat nafas bantu,
sianosis, tracheal tug, debris ( muntah, darah benda asing ), retraksi ? bgaimana status mentalnya, gelisah
atau menurun.
Listen
Dengarkan suara nafasnya bersih atau ada suara nafas tambahan seperti snoring, gurgling, crowing,
stridor. Bagaimana bicaranya normal atau parau ( hoarseness).
Feel
Raba aliran hawa ekspirasi.
Terapi
Membebaskan jalan nafa dapat dilakukan dengan cara pengisapan bila penyebabnya cairan ( secret, darah
atau muntahan). Bila penyebabnya lidah dapat dilakukan chin lift, jaw thrust, pemasangan oropharingeal
atau nasopharingeal airway. Bila dengan cara-cara diatas jalan nafs belum bebas, maka perttimbangkan
definitive airwy ( memasang pipa jalan nafas) atau krikotiroidectomi.
Bila ada patah tulang leher harus dilakukan mannual in line immobilization dari vertebra cervical pada
setiap tindakan membebaskan jalan nafas.
Breathing
Menilai apakah ada distress nafas dan gangguan ventilasi dengan cara look, listen, feel.
Look
Apakah ada jejas, sianosis, gerak nafas simetris, kanan kiri, gerak dada dan perut, menggunakan otot nafas
tambahan, frekwensi nafas, vena leher.
Listen/ dengar
Apakah suara nafas normal, melemah, hilang atau ada suara tambahn ( stridor, wheezing, ronchi dll)
Feel
Apakah nyei tekan, ada krepitasi, empisema, fremitus, posisi trachea.
Bagaimana perkusi? Sonor, hipersonor, pekak.
Terapi
Resusitasi yang paling tepat, bila dapat diatasi penyebabnya. Penyebab gangguan pernafasan dapat terjadi
dipusat nafas, saraf, otot nafas, jalan nafas, paru, rongga pleura, dada dan jantung. Penyebab yang
mengancam jiwa seperti tension pneumothorak, massive hematothorak, open pneumothorak, flail chest
dan cardiac tamponade perlu dicari dan diterapi segera. Walaupun penyebabnya belum diketahui, tetapi
bila telah terjadi distres nafas harus segera dilakukan terapi supportif dengan cara oksigenasi, intubasi,
ventilasi sambil dicari penyebabnya.
Circulation
Pada kasus trauma gangguam sirkulasi sering disebabkan hipovolemia, baik karena perdarahan maupun
kehilangan cairan non perarahan. Oleh karena itu pasien datang dengan akral dingin dan takikardia
dianggap hipovolemia shok sampai dibuktikan lain.
Look
Berkurangnya perfusi perifer menyebabkan penderita nampak pucat, vena kolaps pada fase awal tekanan
darah bisa normal. Apakah ada sumber perdarahan yang nampak ekternal. Sumber perdarahan internal
berasal dari thorak, abdomen dan pelvis.
Listen
Suara jantung menjauh ? gallop ? ada suara tambahan ?
Feel/ raba
Bagaimana perfusi perifer ? basah dingin atau hangat kering ? kwalitas, regularits dan frekwensi nadi ?
Terapi
Pasang iv line, beri caira kristaloid yang hangat 10-20 ml/kgbb, dimonitor respon terhadap pemberian
cairan .
Ada 3 respon dalam pemberian cairan :
Respon cepat, ada perbaikan hemodinamik dengan cepat dan stabil. Ini menunjukkna kehilangan cairan
relatif sedikit.
Respon sementara, hemodinamik membaik sebentar kemudian memburuk kembali. Ini berarti pemberian
cairan belum adekuat dan ada kehilangan yng masih berlangsung karena itu beri cairan ulang dan cari
sumber penyebabnya, kehilangan cairan atau darah.
Tak ada respon, ini berarti kehilangan cairan yang banyak dan masih berlangsung, karena itu segera berikn
cairan berikutnya dan tindakan operasi untuk menghentikan penyebabnya.
D = Dissability / Dysfuntion of CNS
Menilai tingkat kesadaran dan status neurologik. Penilain secara cepat pada primary survey digunakan:
A = Alert
V = Respon only to verbal stimulus
P = Respon only to pain
U = Unresponsif
Bila kondisi stabil dinilai dengan GCS ( Glasgow Coma Score ) juga dilihat pupil ( besar, reflek cahaya
dan bandigkan kanan dan kiri ). Perlu diingat bahwa tingkat kesadaran juga dipengaruhi oleh faktor ektra
kranial seperti hipoksemia, hiperkapnea, syok, hipokalemia, hipotherkia, obat-obatan dll )
Exposure
Agar dapat dilakukan pemeriksaan dengan lebih baik untuk mendapatkan diagnosa yang tepat maka
seluruh penutup tubuh px harus dibuka. Tetapi agar tidak terjadi hipotermi dan akan lebih etis px
diselimuti.
Re Evaluasi
Pada akhir primary survey, dilakukan reevaluasi ABCDE apakah stabil, ada perbaikan atau memburuk
lagi. Kondisi yang memburuk perlu dilakukan penilaian ulang mungkin perlu tindakan pembedahan.
II TUJUAN KEGIATAN
II.1 Tujuan Umum
Dengan mengikuti skill lab pada blok emergensi medicine ini mahasiswa diharapkan dapat mengenal dan
mampu menatalaksanakan keadaan gawat darurat cepat dan tepat.
II.2 Tujuan Khusus
Mahasiswa mampu melakukan tandakan primary survey dan resusitasi pada penderita trauma dengan
penerapan sistem ABCD
1. Mampu melakukan penilaian & penanganan gangguan airway
2. Mampu melakukan penilaian & penanganan gangguan breathing
3. Mampu melakukan penilaian & penanganan gangguan circulation
4. Mampu melakukan penilaian dissability
5. Mampu melakukan penilaian exposure
III. RANCANGAN ACARA PEMBELAJARAN

Waktu Aktivitas belajar mengajar Keterangan


20 menit Introduksi pada kelas besar ( terdiri 50
mahasiswa)
10 menit Narasumber mendemonstrasikan aplikasi
sistem ABCDE pada primary survey px
trauma
10 menit Mahasiswa dibagi 5 kelompok kecil, 1
kelompok kecil terdiri dari 10 mahasiswa.
Tiap kelompok kecil memiliki 1 instruktor
Instruktor mendemonstrassikanaplikasi sistem
ABCDE pada primary survey pasien trauma.
20 menit Coaching : mahaiswa dibagi menjadi
kelompok kecil (1 kelompok terdiri dari 10
orang ), melakukan simulasi secra bergantian
dengan dibimbimg oeh instruktor pada
manikin
90 menit Mahasiswa melakukan ABCDE sendiri secara
bergantian serta dinilai oleh instruktor. Pada
akhir diskusi instruktor memberikan
kesimpilan dari kasusu tersebut.

IV. PEDOMAN INSTRUKTUR


1. Instruktur harus mengetahui dan menguasai kasusu simulasi yang akan ditampilkan
2. Instrutur harus dapat membimbing dan mengarahkan mahasiswa/i malakukan ABCDE cepat
dan tepat
3. Instruktur harus dapat mmberikan penilaian kepada mahasiswa yang dibimbingnya berdasarkan
yang tercantum dalam lembar pengamatan
4. Instruktur harus dapat menjelaskan kesimpilan akhir dari kasus simulasi yang diberikan.
V. PELAKSANAAN
1. Setiap kegiatan ketrampilan klinis dilaksanakan dalam waktu 150 menit
2. Jadwal kegiatan disesuaikan dengan jadwal yang ditentukan untuk ketrampilan klinis blok
emergenci
3. Tempat pelaksanaan : ruang skill lab
4. Sarana yang diperlukan
- Alat-alat proteksi dini ( sarung tangan, masker, topi, dll)
- Manikin dan skenario
- Tempat tidur pasien
- Oropharigeal tube ( guedel/ mayo)
- Nasopharineal tube
- Infus set
- Iv catheter no 18
- Masker o2 ( face mask)
- Oksigen
- Kain kass
- Plester
- Suction/spuit 50 cc
- Cairan RL
- Steteskop
- Tensimeter
- Senter
- Kollar servikal
VI. Kasus Simulasi
Perempuan 25 tahun tercampak dari mobil dengan posisi dada kanan terbentur benda tumpul. Pada paha
kiri luka berdarah dan penonjolan tulang dengan didapat juga jejas pada pelvis. Kesadaran menurun, TD
80/30 mmHg, RR 42X/i, pols115x/i.

Informasi yang harus ditanyakan mahasiswa terhadapp instruktor


Akral : dingin, pucat, basah , haematoma (+) didaerah occipitalis, pupil an isokor dengan reflek cahaya
(+). Pada thoraks kanan : pernafasan tertinggal, luka (+), palpasi : strem fremitus menurun, perkusi :
hipersonor, auskultasi : suara penafasan melemah. Respon terhadap verbal dan pain (+).
NO LANGKAH DAN TUGAS PENGAMATAN
1 Mempersiapkan sarana dan alat
2 Melakukan proteksi diri
A: Airway dengan proteksi servikal
3 Menilai patensi jalan nafas:
Look : gerak dada, gerak otot nafas tambahan
Listen : Mendengkur ( snoring) pangkal lidah
Berkumur ( gargling) cairan
Stridor ( crowing) edema pita suara
Feel : raba aliran hawa ekspirasi

4 Mencari tanda-tanda obstruksi jalan nafas:


5 Melakukan inline immobilization :
Asisten berdiri diarah puncak kepala penderita
sambil menjepit kepala penderita dengan kedua
lengan bawahnya sedangkan masing-masing tangan
memegang bahu penderita dengan ibu jari
mengarah ke atas.
6 Melakukan chin lift/jaw thrust
7 Melakukan suction rongga mulut
Cross finger
8 Memasang oropharingeal tube:
Tidak dipakai jika reflek muntah masih (+)
Derajat A dan V dari AVPU atau GCS > 10
Atau
Nasopharingeal tube:
Dewasa 7mm atau jari kelingking kanan
Hati-hati pada px fx basisi cranii

9 Memasang colar servikal dan akhiri in line


immobilisasi
10 Memberi O2 masker 10 L/i
B : Breathing dan Ventilasi :
Mengenal Tension pneomothorak, massive
haemothotorak dan open pneumothorak.
11 Melakukan inspeksi thoraks
Look :
gerak nafas simetris, kanan kiri, gerak dada dan
perut, menggunakan otot nafas tambahan,
frekwensi nafas, cekungan sela iga, geerak cuping
hidung
Listen :
Apakah suara nafas normal, melemah, hilang atau
ada suara tambahn ( stridor, wheezing, ronchi)
Apakah nyei tekan, ada krepitasi, empisema,
fremitus, posisi trachea
Apakah ada udara keluar masuk
11 Melakukan palpasi thoraks :
Apakah nyeri tekan, ada krepitasi, empisema,
fremitus, posisi trachea
12 Melakukan perkusi thoraks :
Sonor , Hipersonor, Beda
13 Melakukan auskultasi thoraks:
suara nafas normal, melemah, hilang, atau suara
tambahan
14 Menentukan kelainan pada thorak:
Luka tembus dada : tutup luka
Luka dada yang menghisap : tutup luka
Caranya : sehelai plastik ipis diplester 3 sisinya
jadi katup searah
C : Circulation
15 Mengenal adanya perdarahan external:
Lokasi dan estimasi perdarahan:
Fx Femur tertutup 1,5-2 liter
Fx Tibia tertutup 0,5 liter
Fx Pelvis 3 liter
Hemothorak 2 liter
Fx iga ( tiap satu) 150 ml
Luka sekepal tangan 500 ml
Bekuan darah sekepal 500 ml
16 Menilai warna kulit dan nadi :
Kulit : dingin, pucat, basah, sianosis
Nadi : > 100 x/i ( 15 X 4 )
Nadi radialis (+ ) > 80 mmHg
Nadi carotis (+) > 60 mmHg

17 Memasang perban elastik pada sumber perdarahan


Caranya : tekankan jari pada arteri proksimal dari
luka
Bebat tekan pada seluruh extermitas yang luka
Pasang tampon subfasia ( gauze pack)
Gunakan sarung tangan: lapis plastik
18 Memasang IV line :
2 jalur pemberian cairan kristaloid RL yang
dihangatkan sebanyak 2 liter
19 Memasang kateter urine
Disability : status neulrologis
A = Alert
V = Respon only to verbal stimulus
P = Respon only to pain
U = Unresponsif

20 Memeriksa diameter dan reflek cahaya pupil,


simetris
21 Memeriksa fungsi motorik, sensorik, reflek-reflek
E : Exposure dengan pencegahan hipotermia
22 Membuka semua pakaian penderita
23 Melihat kelainan pada semua bagian tubuh
24 Memasang selimut dan mematikan AC

Anda mungkin juga menyukai