I. Pendahuluan
Konsep penanganan penderita gawat adalah memakai pendekatan ( sistematika ) ABCDE untuk penilaian
maupun terapi ( resusitasi ). Diterapi dulu yang paling mengancam jiwa. Sumbatan jalan nafas membunuh
lebih cepat dari pada tidak mampu bernafas. Ketidakmampuan bernafas membunuh lebih cepat dari pada
gangguan sirkulasi dan seterusnya.
Penderita trauma memerlukan penilaian dan tindakan yang cepat dan tepat untuk menyelamtkan jiwa
penderita.
Survei ABCDE ( Airway, Breathing, Circulation, disability, exposure) ini disebutsurvei primer yang harus
diselssaikan dalam 2-5 menit. Trapi dikerjaka secara serentak jika mengalami ancaman jiwa akibat banyak
sistem yang cedera.
A = Airway
Menilai ada tidaknya sumbatan jalan nafas dengan cara look, listen, feel. Bila ada sumbatan segera
melakukan pembebasan jalan nafas dan dijaga tetap bebas.
Look
Dilihat gerak nafas normal atau SEE SAW atau abdominal. Apakah digunakan alat nafas bantu,
sianosis, tracheal tug, debris ( muntah, darah benda asing ), retraksi ? bgaimana status mentalnya, gelisah
atau menurun.
Listen
Dengarkan suara nafasnya bersih atau ada suara nafas tambahan seperti snoring, gurgling, crowing,
stridor. Bagaimana bicaranya normal atau parau ( hoarseness).
Feel
Raba aliran hawa ekspirasi.
Terapi
Membebaskan jalan nafa dapat dilakukan dengan cara pengisapan bila penyebabnya cairan ( secret, darah
atau muntahan). Bila penyebabnya lidah dapat dilakukan chin lift, jaw thrust, pemasangan oropharingeal
atau nasopharingeal airway. Bila dengan cara-cara diatas jalan nafs belum bebas, maka perttimbangkan
definitive airwy ( memasang pipa jalan nafas) atau krikotiroidectomi.
Bila ada patah tulang leher harus dilakukan mannual in line immobilization dari vertebra cervical pada
setiap tindakan membebaskan jalan nafas.
Breathing
Menilai apakah ada distress nafas dan gangguan ventilasi dengan cara look, listen, feel.
Look
Apakah ada jejas, sianosis, gerak nafas simetris, kanan kiri, gerak dada dan perut, menggunakan otot nafas
tambahan, frekwensi nafas, vena leher.
Listen/ dengar
Apakah suara nafas normal, melemah, hilang atau ada suara tambahn ( stridor, wheezing, ronchi dll)
Feel
Apakah nyei tekan, ada krepitasi, empisema, fremitus, posisi trachea.
Bagaimana perkusi? Sonor, hipersonor, pekak.
Terapi
Resusitasi yang paling tepat, bila dapat diatasi penyebabnya. Penyebab gangguan pernafasan dapat terjadi
dipusat nafas, saraf, otot nafas, jalan nafas, paru, rongga pleura, dada dan jantung. Penyebab yang
mengancam jiwa seperti tension pneumothorak, massive hematothorak, open pneumothorak, flail chest
dan cardiac tamponade perlu dicari dan diterapi segera. Walaupun penyebabnya belum diketahui, tetapi
bila telah terjadi distres nafas harus segera dilakukan terapi supportif dengan cara oksigenasi, intubasi,
ventilasi sambil dicari penyebabnya.
Circulation
Pada kasus trauma gangguam sirkulasi sering disebabkan hipovolemia, baik karena perdarahan maupun
kehilangan cairan non perarahan. Oleh karena itu pasien datang dengan akral dingin dan takikardia
dianggap hipovolemia shok sampai dibuktikan lain.
Look
Berkurangnya perfusi perifer menyebabkan penderita nampak pucat, vena kolaps pada fase awal tekanan
darah bisa normal. Apakah ada sumber perdarahan yang nampak ekternal. Sumber perdarahan internal
berasal dari thorak, abdomen dan pelvis.
Listen
Suara jantung menjauh ? gallop ? ada suara tambahan ?
Feel/ raba
Bagaimana perfusi perifer ? basah dingin atau hangat kering ? kwalitas, regularits dan frekwensi nadi ?
Terapi
Pasang iv line, beri caira kristaloid yang hangat 10-20 ml/kgbb, dimonitor respon terhadap pemberian
cairan .
Ada 3 respon dalam pemberian cairan :
Respon cepat, ada perbaikan hemodinamik dengan cepat dan stabil. Ini menunjukkna kehilangan cairan
relatif sedikit.
Respon sementara, hemodinamik membaik sebentar kemudian memburuk kembali. Ini berarti pemberian
cairan belum adekuat dan ada kehilangan yng masih berlangsung karena itu beri cairan ulang dan cari
sumber penyebabnya, kehilangan cairan atau darah.
Tak ada respon, ini berarti kehilangan cairan yang banyak dan masih berlangsung, karena itu segera berikn
cairan berikutnya dan tindakan operasi untuk menghentikan penyebabnya.
D = Dissability / Dysfuntion of CNS
Menilai tingkat kesadaran dan status neurologik. Penilain secara cepat pada primary survey digunakan:
A = Alert
V = Respon only to verbal stimulus
P = Respon only to pain
U = Unresponsif
Bila kondisi stabil dinilai dengan GCS ( Glasgow Coma Score ) juga dilihat pupil ( besar, reflek cahaya
dan bandigkan kanan dan kiri ). Perlu diingat bahwa tingkat kesadaran juga dipengaruhi oleh faktor ektra
kranial seperti hipoksemia, hiperkapnea, syok, hipokalemia, hipotherkia, obat-obatan dll )
Exposure
Agar dapat dilakukan pemeriksaan dengan lebih baik untuk mendapatkan diagnosa yang tepat maka
seluruh penutup tubuh px harus dibuka. Tetapi agar tidak terjadi hipotermi dan akan lebih etis px
diselimuti.
Re Evaluasi
Pada akhir primary survey, dilakukan reevaluasi ABCDE apakah stabil, ada perbaikan atau memburuk
lagi. Kondisi yang memburuk perlu dilakukan penilaian ulang mungkin perlu tindakan pembedahan.
II TUJUAN KEGIATAN
II.1 Tujuan Umum
Dengan mengikuti skill lab pada blok emergensi medicine ini mahasiswa diharapkan dapat mengenal dan
mampu menatalaksanakan keadaan gawat darurat cepat dan tepat.
II.2 Tujuan Khusus
Mahasiswa mampu melakukan tandakan primary survey dan resusitasi pada penderita trauma dengan
penerapan sistem ABCD
1. Mampu melakukan penilaian & penanganan gangguan airway
2. Mampu melakukan penilaian & penanganan gangguan breathing
3. Mampu melakukan penilaian & penanganan gangguan circulation
4. Mampu melakukan penilaian dissability
5. Mampu melakukan penilaian exposure
III. RANCANGAN ACARA PEMBELAJARAN