NPM : F0H018039
Mata Kuliah : Manajemen Bencana
a. Dokter
b. Perawat Registered Nurse (RN)
Petugas
c. Perawat Emergency
Prosedur Prosedur
1. 1. Amankan pasien dan penolong dari bahaya lingkungan
2. 2. Penolong memasang APD (Jika memungkinkan)
3. Kaji respon atau kesadaran dengan Sapa atau penggil korban
dengan suara yang keras “ pak!, Pak!...Apa anda baik – baik saja
? lalu Tepuk atau goyang tubuh korban.
4. Kaji kepatenan airway (saluran pernafasan pasien) dengan
melakukan:
Lihat:
Apakah ada benda asing di mulut korban?
Apakah ada penyumbatan jalan napas
Adakah pergerakan dada – perut waktu bernafas
Lihat apakah bibir sianosis?
Dengar:
Suara nafas korban, apakah normal? Adakah suara nafas
tambahan: snoring, gurgling, stridor, suara parau?adakah
suara nafas hilang?
Raba
Dekatkan pipi penolong dengan hidung-mulut korban,
Apakah terasa hembusan nafas korban dari hidung/mulut
5. Kaji kemampuan bernafas (breathing) dengan melakukan:
Lihat:
Pergerakan nafas korban, adakah apnoe atau takhipnoe?
Adakah pergerakan dada – perut waktu bernafas?
Hitung frekuensi pernafasan korban.
Adakah sianosis?
Adalah jejas di dada?
Dengar:
Tempelkan pipi penolong ke hidung korban, sambil
mendengarkan suara nafas korban, apakah normal, menurun,
menghilang, atau suara nafas tambahan
Raba
Apakah ada hawa ekspirasi?
Palpasi dada korban apakah ada udema torak, nyeri tekan.
Referensi 1. Campbell, J.E, 2004, BTLS, New Jersey; Upper saddle Riner
2. PHECC, 2004, Pre Hospital Emergency Care Clinical Handbook,
3. Clinical practice procedures, 2011, www.ambulance.qld.gov.
au/.../03_cpp_assess
Bencana merupakan peristiwa yang terjadi secara mendadak atau tidak terncana atau
secara perlahan tetapi berlanjut, baik yang disebabkan alam maupun manusia, yang dapat
menimbulkan dampak kehidupan normal atau kerusakan ekosistem, sehingga diperlukan
tindakan darurat dan luar biasa untuk menolong, menyelamatkan manusia beserta
lingkunganya.
Saat penolong (tenaga medis) memasuki daerah bencana yang tentunya banyak
memiliki koran yang terpapar hal yang pertama kali harus dipikirkan oleh penolong adalah
Penilaian TRIAGE. Triage dibagi menjadi penilaian triage pada psikologis korban dan
menilai triage medis.
Dalam Triage Medis sebaiknya menggunakan metode START (Simple Triage and
Rapid Treatment) yaitu memilih korban berdasarkan pengkajian awal terhadap penderita
degan menilai Respirasi, Perfusi, dan Status Mental.
PROSEDUR TRIAGE
No Dokumen: No Revisi: Halaman:
Hitam : Meninggal4.
Periksa kembali apakah pasien bernafas atau tidak, raba nafas 3 – 5 detik.
Bila tidak bernafas, berikan nafas dua kali, pelan dan penuh, perhatikan
pengembangan dada.
Raba denyut karotis 5 – 10 detik.
Bila karotis tidak teraba, lakukan pijat jantung dari luar 15 kali dalam waktu 9 – 11
detik pada titik tumpu tekan jantung, tekan tulang dada sampai turun + 5 cm ke dalam
80 – 100 kali per menit.
Lanjutkan pemberian nafas buatan tanpa alat/dengan alat 2 kali pelan dan dalam.
Lengkapi tiap siklus dengan perbandingan dua nafas dibanding 30 pijatan.
Lakukan evaluasi tiap akhir siklus keempat (5 – 7 detik). Nafas, denyut, kesadaran
dan reaksi pupil.
Bila nafas dan denyut belum teraba, lanjutkan resusitasi jantung paru hingga korban
membaik atau cenderung meningkat
2. Tindakan oleh 2 (dua) penolong
Langkah di atas tetap dilakukan oleh penolong pertama hingga penolong kedua
datang.
Saat penolong pertama memeriksa denyut nadi karotis dan nafas, penolong kedua
mengambil posisi untuk menggantikan pijat jantung.
Bila denyut nadi belum teraba, penolong pertama memberikan nafas buatan dua kali
secara perlahan sampai dengan dada korban terlihat terangkat, disusul penolong kedua
memberikan pijat kantung sebanyak 30 kali.
Lanjutkan siklus pertolongan dengan perbandingan 2 kali nafas buatan (oleh penolong
pertama) dan 30 kali pijat jantung (oleh penolong kedua).
Pengertian Pertolongan pertama yang dilakukan pada korban henti jantung atau henti
napas sebelum ditangani oleh tenaga medis atau rumah sakit.
Tujuan Mencegah berhentinya sistem pernafasan atau sistem peredaran darah.
Memberikan bantuan external terhadap sistem pernafasan atau sistem
peredaran darah melalui Resusitasi jantung Paru (RJP) Menyelamatkan nyawa
korban.
Persiapan Aman perawat, pasien, dan lingkungan
Penggunaan Tandu
Pengertian Tandu adalah alat transportasi jarak dekat yang menggunakan tenaga
manusia. Tandu dapat mengangkut satu orang penumpang, berbentuk kotak
dan dipikul oleh orang atau lebih. Macam-macam tandu itu sangatlah banyak
dan beraneka ragam bentuknya, namun tujuan dari tandu itu sama yaitu
sebagai alat untuk mengevakuasi korban.
Tujuan mengangkut satu orang penumpang, berbentuk kotak dan dipikul oleh orang
atau lebih.
Alat/Bahan Tandu
Persiapan - Kenali kemampuan diri dan kemampuan tim penolong, pastikan jumlah
penolong yang cukup
- Saling berkomunikasi antar tim penolong
- Saat mengangkat mempertahankan posisi punggung tetap lurus
- Menyediakan peralatan yang tepat
- Memperhatikan kondisi tempat atau pijakan saat mengangkat pasien
Prosedur
Memindahkan Pasien pada Kondisi Emergensi
Kondisi emergensi adalah keadaan pasien dalam bahaya, yang harus
dipindahkan segera sebelum dinilai kondisinya. Adapun contoh kondisi
emergensi yakni :
Teknik pemindahan pada klien termasuk dalam transport pasien, seperti pemindahan pasien
dari satu tempat ke tempat lain, baik menggunakan alat transport seperti ambulance, dan
branker yang berguna sebagai pengangkut pasien gawat darurat.
1. Pemindahan klien dari tempat tidur ke brankar 9 Memindahkan klien dri tempat tidur ke
brankar oleh perawat membutuhkan bantuan klien. Pada pemindahan klien ke brankar
menggunakan penarik atau kain yang ditarik untuk memindahkan klien dari tempat tidur
ke branker. Brankar dan tempat tidur ditempatkan berdampingan sehingga klien dapat
dipindahkan dengan cepat dan mudah dengan menggunakan kain pengangkat. Pemindahan
pada klien membutuhkan tiga orang pengangkat
2. Pemindahan klien dari tempat tidur ke kursi Perawat menjelaskan prosedur terlebih dahulu
pada klien sebelum pemindahan. Kursi ditempatkan dekat dengan tempat tidur dengan
punggung kursi sejajar dengan bagian kepala tempat tidur. Emindahan yang aman adalah
prioritas pertama, ketika memindahkan klien dari tempat tidur ke kursi roda perawat harus
menggunakan mekanika tubuh yang tepat.
3. Pemindahan pasien ke posisi lateral atau prone di tempat tidur
Penggunaan Brankar
Pengertian Brankar adalah alat untuk memindahkan pasien dari satu tempat ke tempat
lain dengan cara yang sangat mudah tanpa menyakiti si pasien itu sendiri.
Tujuan untuk memindahkan pasien yang mengalami ketidak mampuan, keterbatasan,
tidak boleh melakukan sendiri, ataupun tidak sadar dari tempat tidur ke
brankar yang dilakukan oleh dua atau tiga orang perawat.
Alat/Bahan Brankar
Scoop Stretcher
Pengertian Scoop Stretcher biasa digunakan untuk mengevakuasi korban yang lokasi nya
sulit dijangkau menggunakan ambulance stretcher
Tujuan untuk menahan posisi korban agar tidak terjatuh saat evakuasi, dan rangka
yang terbuat dari bahan alumunium sehingga ringan untuk memudahkan
proses evakuasi korban.
Persiapan Aman perawat, pasien, dan lingkungan
Location Based Service (LBS) yang mampu menyediakan layanan berbasis lokasi kepada
pengguna mobile smartphone yang menerapkan sistem Global Positioning Satelite (GPS).
Melalui teknologi LBS ini, maka perlu dikembangkan sebuah aplikasi yang mampu
menyediakan informasi jalur evakuasi dengan menunjukkan rute terpendek.
Cara penggunaan :
1. Setelah cervical collar terpasang, penolong 1 tetap melakukan stabilisasi letakkan
LSB sejajar dengan korban
2. Penolong 2,3,4 berlutut disamping korban dan bersiap memiringkan korban kearah
penolong
3. Penolong 2 memegang bahu dan pinggang korban
Penolong 3 memegang lengan atas dan lutut korban
Penolong 4 memegang kaki dan paha korban
4. Dengan aba-aba penolong 1, penolong 2,3, dan 4 memiringkan korban secara
bersamaan kearah penolong 3
5. Penolong 3 menarik dan memposisikan LSB berada dibawah korban
6. Penolong 2,3,4 memposisikan korban diatas spineboard dengan aba-aba penolong 1
7. Pasang head immobillizer dan fiksasi korban
Prosedur tetap Tanggal : Mei 2021 Ns. Yusran Hasymi, M.Kep, Sp.KMB
Pengertian Tindakan imobilisasi/pembatasan gerakan pada daerah Tulang belakang
Alat/Bahan 1. LSB
2. Head imobilizer
3. Strapping
PEMBIDAIAN
Pertolongan Pertama Pada Kecelakaan adalah bantuan pertama yang diberikan kepada orang
yang cedera akibat kecelakaan dengan tujuan menyelamatkan nyawa, menghindari cedera
atau kondisi yang lebih parah dan mempercepat penyembuhan. Ekstremitas yang
mengalami trauma harus diimobilisasi dengan bidai. Bidai (Splint atau spalk) adalah alat
yang terbuat dari kayu, logam atau bahan lain yang kuat tetapi ringan untuk imobilisasi
tulang yang patah dengan tujuan mengistirahatkan tulang tersebut dan mencegah timbulnya
rasa nyeri.
Tujuan Pembidaian
1. Mencegah pergerakan atau pergeseran fragmen atau bagian tulang yang patah.
2. Menghindari trauma soft tissue (terutama syaraf dan pembuluh darah pada bagian
distal yang cedera) akibat pecahan ujung fragmen tulang yang tajam.
3. Mengurangi nyeri
4. Mempermudah transportasi dan pembuatan foto rontgen.
5. Mengistirahatkan anggota badan yang patah.
Macam-macam Bidai
1. Splint improvisasi
o Tongkat: payung, kayu, koran, majalah
o Dipergunakan dalam keadaan emergency untuk memfiksasi ekstremitas bawah atau
lengan dengan badan.
2. Splint konvensional
o Universal splint extremitas atas dan bawah
Persiapan Pembidaian
1. Periksa bagian tubuh yang akan dipasang bidai dengan teliti dan periksa status
vaskuler dan neurologis serta jangkauan gerakan.
2. Pilihlah bidai yang tepat.
Alat alat pokok yang dibutuhkan untuk pembidaian
1. Bidai atau spalk terbuat dari kayu atau bahan lain yang kuat tetapi ringan.
2. Pembalut segitiga.
3. Kasa steril.
Prinsip Pembidaian
1. Pembidaian menggunakan pendekatan atau prinsip melalui dua sendi, sendi di sebelah
proksimal dan distal fraktur
2. Pakaian yang menutupi anggota gerak yang dicurigai cedera dilepas, periksa
adanya luka terbuka atau tanda-tanda patah dan dislokasi.
3. Periksa dan catat ada tidaknya gangguan vaskuler dan neurologis (status vaskuler dan
neurologis) pada bagian distal yang mengalami cedera sebelum dan
sesudah pembidaian
4. Tutup luka terbuka dengan kassa steril.
5. Pembidaian dilakukan pada bagian proximal dan distal daerah trauma (dicurigai patah
atau dislokasi).
6. Jangan memindahkan penderita sebelum dilakukan pembidaian kecuali ada di tempat
bahaya.
7. Beri bantalan yang lembut pada pemakaian bidai yang kaku.
a. Periksa hasil pembidaian supaya tidak terlalu longgar ataupun terlalu ketat sehingga
menjamin pemakaian bidai yang baik
b. Perhatikan respons fisik dan psikis pasien.
Syarat-syarat pembidaian
Prosedur pembidaian
Prosedur 1. Pasien yang bisa berjalan dipisahkan dari pasien lainnya dan kemudian
diberi label hijau.
2. Seluruh area lokasi bencana disisir dari arah sisi luar, memutar ke arah
tengah/dalam Respon pasien diperiksa dengan rangsang suara dan nyeri.
3. Fungsi pernapasan pasien diperiksa dengan teknik Look, Listen and Feel
4. Pasien yang tidak bernapas dibuka jalan napasnya kemudian diberi label
warna MERAH atau HITAM
5. Pasien yang bernapas dihitung frekuensi napasnya dan diberi label
MERAH jika bernapas > 30 kali permenit
6. Pasien bernapas < 30 kali permenit diperiksa fungsi perfusinya dengan
meraba Nadi Arteri Radialis atau CRT
7. Pasien dengan nadi Radialis lemah atau Takhikardia atau CRT
> 2 detik dihentikan perdarahannya dan diberi label MERAH
8. Pasien dengan nadi Radialis teraba atau CRT < 2 detik diperiksa
Status Mentalnya
9. Status mental diperiksa dengan memberikan intruksi sederhana lalu
diberi Label MERAH atau KUNING
10. Seluruh Pasien diberikan label warna dengan benar