DISUSUN OLEH :
MELLINIA FEBRIANTI
F0H018002
TINGKAT 3B
3.SOP
INITIAL ASSESMENT
B. TRIAGE BENCANA
1. Link Youtube : https://youtu.be/JN5W05WdvPI
2. Hasil pemahaman isi youtube :
Triase adalah suatu sistem pembagian/klasifikasi prioritas klien
berdasarkan berat ringannya kondisi klien atau kegawatannya yang
memerlukan tindakan segera.
Klasifikasi triase :
1. Multiple Casualty Triage Simple Triage and Rapid Treatment
(START)
- Ideal untuk incident korban massal tetapi tidak terjadi functional
collapse rumah sakit
- Memungkinkan memilah pasien mana yang perlu dievakuasi lebih
dulu ke rumah sakit
- Prnsip dari START adalah untuk mengatasi ancaman nyawa, jalan
nafas tersumbat dan perdarahan masif.
Satu pasien tidak boleh lebih dari 60 detik.
Klasifikasi Triage START :
- Prioritas pertama (MERAH) : gangguan ABC
- Prioritas Sedang (KUNING) : tanpa gangguan AB tabi bisa
memburuk perlahan (patah tulang paha)
- Prioritas rendah (HIJAU) : luka ringan/histeris
- Tidak prioritas (HITAM) : meninggal.
Metode Triage START (Simple, Triage, And, Rapid,
Treatment)
0 -> awal
1 -> airway
2 -> breathing
3 -> sirkulasi
- 0. Awal
Panggil semua korban yang dapat berjalan, dan
perintahkan pergi kesuatu tempat
Semua korban ditempat ini dapat kartu hijau
- 1. Airway
Penderita terdekat -> masih bernafas ?
Tidak bernafas buka airway
Tetap tidak bernafas : hitam
Bila kembali bernafas : merah
Bernafas spontan : tahap berikutnya
- 2. Breathing
Napas spontan
> 30x / menit : merah
< 30x / menit : tahap berikut
- 3. Sirkulasi
Capillary refill :
> 2 detik : merah
< 2 detik : tahap berikut
Kesadaran
Tidak mengikuti perintah : merah
Dapat mengikuti perintah : kuning
3.SOP
Alat/Bahan 1. Kartu Triase/ Pita Warna merah, kuning, hijau dan hitam
2. Jam tangan
3. Alat tulis
C. BHD
1. Link Youtube : https://youtu.be/TIBCLc4JZyc
2. Hasil pemahaman isi youtube :
Bantuan hidup dasar adalah pertama yang diberikan kepada orang
yang mengalami trauma atau penyakit yang mengancam nyawa sampai
perawatan medis dapat diberikan di fasilitas kesehatan. Henti jantung
dan henti nafas adalah pembunuh nomor satu di dunia.
Bantuan hidup dasar yang pertama :
a. Lakukan 3A (aman diri, aman korban, aman lingkungan)
b. Menggunakan APD, periksa korban dengan AVU. A (alert) :
inpeksi atau cek korban apakah korban sadar atau tidak. Jika
tidak V (Voice) : lihat apakah korban bereaksi terhadap
rangsangan suara. Jika tidak U (unresponsive) tidak respon
sama sekali.
c. Telpon sistem pelayanan gawat darurat.
d. Periksa CAB:
- C : circulation. Cek nadi karotis korban, lakukan maksimal
10 detik. Jika nadi tidak teraba, maka lakukan RJP. Jika
nadi teraba lakukan cek A : airway. Jika tidak ada tanda
cedera servikal seperti memar di leher, maka lakukan head
tilt, chin lift, open mouth. Jika terdapat cedera servikal
lakukan jaw thrust. Selanjutnya B : breathing. Cek
pernapasan korban, lakukan look, feel, listen. Lihat apakah
dinding dada korban mengembang, rasakan apakah korban
menghembuskan udara, dengarkan apakah korban bernapas
atau tidak.
e. Lakukan RJP
- Lakukan kompresi dada dengan kedua tangan dikunci satu
sama lain
- Posisi badan harus tegak
- Tangan lurus 90 derajat dan tangan tidak menekuk
- Prinsip kompresi dada ada 4 :
Push fast (100-120 x/menit)
Push hard (kedalaman 5-6 cm)
Complete recoil ( membiarkan dada mengembang
sepenuhnya sebelum melakukan kompresi
selanjutnya)
Minimal interruption : lakukan kompresi dada
secara kontinuon tanpa dirfusi
- Setelah melakukan kompresi berikan rescue breathing
sebanyak 2 kali dengan melakukan head tilt, chin lift.
Menutup hidung korbban, menghembuskan udara ke mulut
korban sembari melihat dada korban mengembang atau
tidak.
- Kompresi dada dilakukan 5 kali siklus. 1 siklus : 30
kompresi, 2 rescue breathing.
- Jika korban tidak sadar atau nadi tidak teraba lakukan
kembali 5 siklus. Jika nadi teraba kemali atau korban sadar
posisikan korban recovery position.
3. SOP
D. Evakuasi : Scoope
Link youtube : https://youtu.be/A8meTNete1c
STANDAR OPERASIONAL PROSEDUR
TINDAKAN EVAKUASI DENGAN
MENGGUNAKAN STRETCHER SCOOP
Evakuasi : LSB
Link youtube : https://youtu.be/sGF4xEX8A5w
1. Defenisi
Long spine board merupakan papan tandu darurat yang didesain
sedemikian rupa untuk membawa korban dalam keadaan darurat dan
menyelamatkan korban kecelakaan khususnya pada korban yang
mengalami cedar spinal
2. Tujuan
a. Mengevakuasi pasien dalam area yang sulit ditempuh seperti sungai
b. Mengimobilisasikan pasien dengan kemungkinan mengalami cedera
spinal
3. Indikasi
a. Trauma spinal
b. Cedera multiple
c. Pasien sadar, neurologis normal, koperatif, namun ada nyeri leher atau nyeri
tekan di bagian tengah leher
ORIENTASI
1. Persiapan alat
a. Long spine board
2. Persiapan perawat
a. Mampu melaksanakan prosedur tindakan dengan benar
b. Dibutuhkan 4 orang perawat dalam melaksanakan tindakan
evakuasi pasien dengan menggunakan long spine board
3. Persiapan pasien
a. Informed consent
b. Posisi pasien terlentang dengan posisi leher segaris / anatomi
B FASE KERJA
1. Penolong A melakukan traksi manual dan membuka jalan napas
menggunakan teknik modified jaw-trust. Penolong B memasang
servical collar melingkari leher korban sementara penolong A
mempertahankan traksi manual
2. Tandu ditempatkan di samping korban, jika mungkin lapisi tandu
tersebut pada daerah leher, pinggang, lutut, dan pergelangan kaki
untuk membantu mengis rongga antara tubuh korban dan tandu
3. Penolong D menyatukan kaki korban dengan mengikatnya.
4. Tiga orang penolong (B,C,D) berlutut pada sisi korban berlawanan
dengan sisi yang ada tandunya.buat jarak antara korban untuk
memiringkan korban kearah mereka. Tempatkan satu orang
penolong di daerah bahu, satu orang di pinggang dan satu orang lagi
pada lutut korban. Penolong A tetap mempertahankan posisi kepala.
5. Penolong A mengontrol pergerakan. Penolong yang berada sejajar
bahu korban meluruskan lengan korban disisi kepalanya untuk
persiapaan memiringkan korban.
6. Penolong A memberi aba-aba tiga penolong yang lain untuk
menempatkan tangan mereka pada posisinya:
Penolong yang sejajar bahu menempatkan satu tangan
dibawah bahu korban dan tangan yang lain dibawah lengan
korban
Penolong yang sejajar pinggang menempatkan satu tangan
dibawah pinggang korban dan tangan yang lain berada
dibawah bokong korban
Penolong yang sejajar lutut korban menempatkan satu tangan
dibawah paha korban bagian bawah dan tangan yang lain
dibawah pertengahan betis korban.
7. penolong A mempertahankan traksi manual pada kepala dan leher
mengikuti gerakan tiga penolong yang lain ketika korban
dimiringkan. Lakukan dengan hati-hati dan gerakkan korban
sebagai satu kesatuan.
8. Penolong yang sejajar dengan pinggang melepaskan tangannya dari
tubuh korban dan menggapai tandu yang berada dihadapannya,
kemudian menarik tandu mendekati korban.
9. Penolong A memberi aba-aba mengembalikan korban ke tandu
spinal.
10. Fiksasi tubuh korban pada tandu tersebut, satukan pergelangan
tangan korban dan ikat. Penolong A tetap mempertahankan kepala
dan leher korban.
C FASE TERMINASI
1. Rasa nyaman klien setelah dilakukan prosedur
D PENAMPILAN SELAMA TINDAKAN
1. Ketenangan selama tindakan
2. Menjaga keamaan pasien
3. Menggunakan bahasa yang mudah dimengerti
E. Evakuasi : dengan 1 atau 2 penolong
Link youtube : https://youtu.be/j1hn7HcWnYY
3. Honeymoon carry
a) Fiksasi kepala dengan kedua tangan memegang
bahu
b) Angkat korban hingga posisi duduk
c) Silangkan kedua tangan korban kedepan dada
korban
d) Angkat korban hingga posisi berdiri
e) Lingkari kepala penolong dengan salah-satu
lengan korban
f) Tangan kanan memegang paha kiri korban
begitupula sebaliknya, kemudian angkat korban
2. Exrimity lift
a) Penolong pertama memfiksasi kepala dang
mengangkat korban, penolong kedua
merapikan ekstrimitas
b) Penolong pertama melalui sela-sela ketiak
menyilangkan tangan korban ke depan dada
korban, penolong kedua bersiap memegang
kaki dengan melingkari lipatan bawah lutut
c) Kedua penolong secara bersamaan mengangkat
korban
Evakuasi : Tandu/brankar
Link youtube : https://youtu.be/jbs1zDSI-QY
1) Ancaman kehidupan
2) Pemisahan keluarga
3) Kematian orang yang dicintai
4) Kerusakan rumah/ sekolah
5) Paparan langsung atau media paparan bencana
6) Karakteristik anak (ras, umur, jenis kelamin)
7) Distres orang tua
8) Kurangnya dukungan sosial
9) Stress kehidupan
10) Ketrampilan coping