TAHUN 2021
BAB 1
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Penyalahgunaan Napza dari tahun ketahun semakin meningkat. Permasalahan
penyalahgunaan Napza mempunyai dimensi yang luas dan komplikasi baik dari sudut
medik, psikiatrik, kesehatan jiwa maupun psikososial (ekonomi, politik, sosial budaya,
kriminalitas, kerusuhan massal dan sebagainya). Penyalahgunaan Napza dipengaruhi
banyak faktor. Keluarga merupakan salah satu faktor risiko terhadap penyalahgunaan
Napza pada remaja. Tujuan Penelitian: Untuk mengetahui adanya hubungan antara fungsi
keluarga yaitu fungsi kebersamaan, fungsi fleksibilitas, fungsi komunikasi dan fungsi
agama dengan kejadian penyalahgunaan Napza pada remaja. Metodologi Penelitian: Jenis
penelitian ini adalah observasional dengan rancangan case control study (kasus-kontrol),
menggunakan pendekatan kuantitatif dan kualitatif. Pengumpulan data dilakukan dengan
menggunakan kuesioner dan focus group discussion (FGD).
Subjek kasus dalam penelitian ini adalah remaja yang menyalahgunakan Napza
dan masih berkonsultasi ke Rumah Sakit Jiwa Tampan Pekanbaru, kontrol diambil yaitu
remaja yang tidak menyalahgunakan Napza dengan besar sampel 32 kasus dan 32
kontrol. Analisis data dilakukan secara univariat, bivariat dan multivariat. Hasil: Analisis
multivariat menunjukkan proporsi remaja yang menyalahgunakan Napza lebih besar pada
remaja yang mempunyai fungsi kebersamaan yang rendah dalam keluarga (p<0.05
OR=6,04 dan 95% dan CI=1.77-20.5), remaja yang mempunyai fungsi fleksibilitas yang
rendah dalam keluarga (p<0.05. OR=5.31: 95% CI=1.48-18.9) dan fungsi komunikasi
yang rendah dalam keluarga (p<0.05 OR=3.97 dan 95% CI=1.11-14.1). Kesimpulan:
Fungsi keluarga berhubungan dengan kejadian penyalahgunaan Napza pada remaja.
Remaja yang menyalahgunakan Napza mempunyai fungsi kebersamaan, fungsi
fleksibilitas dan fungsi komunikasi yang rendah dalam keluarga, sedangkan fungsi agama
tidak berhubungan dengan kejadian penyalahgunaan Napza pada remaja.
B. Rumusan Masalah
1. Apa pengertian dari NAPZA itu sendiri ?
2. Apa penyebab dari penyalahgunaan NAPZA ?
C.Tujuan
Untuk mengetahui Bagaimana cara pendekatan keluarga dalam mengatasi remaja dengandrug abuse.
BAB 2
PEMBAHASAN
A. Definisi Nafza
Napza adalah singkatan dari Narkotika, Psikotropika dan bahan adiktif lainnya,
meliputi zat alami atau sintetis yang bila dikonsumsi menimbulkan perubahan fungsi fisik
dan psikis, serta menimbulkan ketergantungan (BNN, 2004). NAPZA adalah zat yang
mempengaruhi struktur atau fungsi beberapa bagian tubuh orang yang
mengkonsumsinya. Manfaat maupun risiko penggunaan NAPZA bergantung pada
seberapa banyak, seberapa sering, cara menggunakannya, dan bersamaan dengan obat
atau NAPZA lain yang dikonsumsi (Kemenkes RI, 2010). Narkoba berasal dari bahas
Yunani, dari kata Narke, yang berarti beku, lumpuh dan dungu. Menurut Farmakologi
medis yaitu “Narkorika adalah obat yang dapat menghilangkan (terutama) rasa nyeri
yang berasal dari Visceral dan dapat menimbulkan efek stupor (bengong masih sadar
namun masih harus digertak) serta adiksi (Derman Flavianus, 2006 : 1).
B. Kategori Nafza
1. Psikotropika
Psikotropika adalah zat atau obat baik alamiah maupun sintetis bukan narkotika, yang
berkhasiat psikoaktif melalui pengaruh selektif pada susunan saraf pusat yang
menyebabkan perubahan khas pada aktivitas mental dan perilaku.
2. Narkotika
Narkotika adalah zat atau obat yang berasal dari tanaman atau bukan tanaman baik
sintetis maupun semin sintetis yang menyebabkan pengaruh bagi penggunanya.
Pengaruh tersebut berupa pembiusan, hilangnya rasa sakit, rangsangan semangat,
halusinasi atau timbulnya khayalan-khayalan yang menyebabkan efek ketergantungan
bagi pemakainya.
3. Alkohol
Alkohol adalah minuman yang mengandung etanol yang diproses dari bahan hasil
pertanian yang mengandung karbohidrat dengan cara fermentasi dan distilasi atau
fermentasi tanpa distilasi, baik dengan cara memberikan perlakuan terlebih dahulu atau
tidak, menambahkan bahan lain atau tidak, maupun memproses dengan cara mencampur
konsentrat dengan etanol atau dengan cara pengenceran minuman yang mengandung
etanol.
1. Faktor Keluarga
Berdasarkan hasil penelitian tim UNIKA Atma Jaya dan Perguruan Tinggi Kepolisian
Jakarta Tahun 1995, terdapat beberapa tipe keluarga yang beresiko tinggi anggota
keluarganya (terutama anaknya yang remaja) terlibat penyalahgunaan Napza yaitu :
a. Keluarga yang memiliki sejarah (termasuk orang tua) mengalami ketergantungan
Napza.
b. Keluarga dengan managemen keluarga yang kacau, yang terlihat dari pelaksanaan
aturan yang tidak konsisten dijalankan oleh ayah dan ibu (misalnya, ayah bilang ya,
ibu bilang tidak).
c. Keluarga dengan konflik yang tinggi dan tidak pernah ada upaya penyelesaian yang
memuaskan semua pihak yang berkonflik. Konflik dapat terjadi antara ayah dan ibu,
ayah dan anak, ibu dan anak, maupun antar saudara.
d. Keluarga dengan orang tua yang otoriter. Disini peran orang tua sangat dominan,
dengan anak yang hanya sekedar harus menuruti apa kata orang tua, dengan alasan
sopan santun, adat istiadat, atau demi kemajuan dan masa depan anak itu sendiri
tanpa diberi kesempatan untuk berdialog dan menyatakan ketidak setujuannya.
e. Keluarga yang perfeksionis, yaitu keluarga yang menuntut anggotanya mencapai
kesempurnaan dengan standar tinggi yang harus dicapai dalam banyak hal.
f. Keluarga yang neurosis yaitu keluarga yang diliputi kecemasan dengan alasan yang
kurang kuat, mudah cemas, dan curiga serta sering berlebihan dalam menanggapi
sesuatu.
2. Faktor Kepribadian
Kepribadian penyalahgunaan Napza juga turut berperan dalam perilaku ini. Para
remaja biasaya penyalahguna Napza memiliki konsep diri yang negative dan harga diri
yang rendah.
Perkembangan emosi yang terhambat dengan ditandai oleh ketidakmampuan
mengekspresikan emosinya secara wajar, mudah cemas, pasif agresif dan cendrung
depresi juga turut mempengaruhi.
Selain itu kemampuan remaja untuk memecahkan masalahnya secara adekuat
berpengaruh terhadap bagaimana ia mudah mencari pemecahan masalah dengan
melarikan diri. Hal ini juga berkaitan dengan mudahnya menyalahkan lingkungan dan
lebih melihat faktor-faktor diluar dirinya yang menentukan segala sesuatu. Dalam hal ini,
kepribadian yang dependen dan tidak mandiri memainkan peranan penting dalam
memandang Napza sebagai satu-satunya pemecahan masalah yang dihadapi. Sangat
wajar bila dalam usianya remaja membutuhkan pengakuan dari lingkungan sebagai
bagian pencarian identitas dirinya. Namun jika ia memiliki kepribadian yang tidak
mandiri dan menganggap segala sesuatunya harus diperoleh dari lingkungan, akan sangat
memudahkan kelompok teman sebaya untuk mempengaruhinya menyalahgunakan
Napza. Di sinilah sebenarnya peran keluarga dalam meningkatkan harga diri dan
kemandirian pada anak remajanya.
4. Faktor Kesempatan
Ketersediaan Napza dan kemudahan memperolehnya juga dapat dikatakan sebagai
pemicu. Indonesia yang sudah menjadi tujuan pasar narkotika internasional,
menyebabkan zat-zat ini dengan mudah diperoleh. Bahkan beberapa media massa
melansir bahwa para penjual narkotika menjual barang dagangannya di sekolah-sekolah,
termasuk sampai di SD. Penegakan hukum yang belum sepenuhnya berhasil tentunya
dengan berbagai kendalanya juga turut menyuburkan usaha penjualan Napza Indonesia.
Akhirnya, dari beberapa faktor yang sudah diuraikan, tidak ada faktor yang satu-satunya
berperan dalam setiap kasus penyalahgunaan Napza. Ada faktor yang memberikan
kesempatan dan ada faktor pemicu. Biasanya, semua faktor itu berperan. Karena itu
penanganannya pun harus melibatkan berbagai pihak, termasuk keterlibatan aktif orang
tua.
3. Perilaku
a. Bicara cedal atau pelo.
b. Jalan sempoyongan.
c. Malas dan sering melupakan tanggung jawab dan tugas-tugas rutinnya.
d. Mengalami jantung berdebar-debar.
e. Menyalami nyeri kepala.
f. Mengalami nyeri/ngilu sendi-sendi.
g. Mengeluarkan air mata berlebihan.
h. Mengeluarkan keringat berlebihan.
i. Menunjukan sikap tidak peduli dan jauh dari keluarga.
j. Selalu kehabisan uang.
k. Sering batuk dan pilek berkepanjangan, biasanya terjadi pada saat gejala “putus
zat”.
l. Sering bohong dan ingkar janji dengan berbagai alasan.
m. Sering bertemu dengan orang yang tidak dikenal keluarga, pergi tanpa pamit dan
pulang lewat tengah malam.
n. Sering mengalami mimpi buruk.
o. Sering menguap.
p. Cenderung menarik diri.
q. Mencuri uang.
r. Takut air.
4. Gejala Sakaw
a. Bola mata mengecil.
b. Hidung dan mata berair.
c. Bersin-bersin.
d. Menguap.
e. Banyak keringat.
f. Mual-mual.
g. Muntah.
h. Diare.
i. Nyeri tulang dan persendian.
5. Overdosis
Overdosis atau kelebihan dosis terjadi akibat tubuh mengalami keracunan
akibat obat. OD sering terjadi bila menggunakan narkoba dalam jumlah banyak
dengan rentang waktu terlalu singkat, biasanya digunakan secar bersamaan antara
putaw, pil, heroin digunakan bersama alcohol. Atau menelan obat tidur seperti
golongan barbiturate (luminal) atau obat penenang (valium, xanax, mogadon).
Ciri-ciri overdosis :
1. Tidak ada respon.
2. Tidur mendengkur.
3. Bibir dan kuku membiru.
4. Tubuh dingin dan kulit lembab.
5. Kejang-kejang.
6. Adanya riwayat pemakaian morfin/heroin terdapat tanda bekas jarum suntik.
7. Frekuensi pernafasan < 12 kali/menit.
8. Penurunan kesadaran.
D. Cara Penanggulangan
sebagai berikut:
1. Preventif
b. Pembinaan kehidupan rumah tangga yang harmonis dengan penuh perhatian dan
kasih sayang.
dampak negatifnya
2. Tindakkan Hukum
disertai tindakkan nyata demi keselamatan generasi muda penerus dan pewaris bangsa.
hingga saat ini penyalah gunaan narkoba semakin meraja lela ? Mungkin kedua Undang-
Undang tersebut perlu di tinjau kembali relevansinya atau menerbitkan kembali Undang-
3. Rehabilitasi
Didirikan pusat-pusat rehabilitasi berupa rumah sakit atau ruang rumah sakit
secara khusus untuk mereka yang telah menderita ketergantungan. Sehubungan dengan
hal itu, ada beberapa alternative penanggulangan yang dapat kami tawarkan :
yang tidak pandang bulu, tidak pilih kasih. Kemudian menanggulangi masalah
narkoba harus dilakukan secara terintegrasi antara aparat keamanan (Polisi, TNI AD,
AL, AU ) hakim, jaksa, imigrasi, diknas, semua dinas/instansi mulai dari pusat hingga
ke daerah-daerah. Adanya ide tes urine dikalangan Pemda Kalteng adalah suatu ide
yang bagus dan perlu segera dilaksanakan. Barang siapa terindikasi mengkomsumsi
narkoba harus ditindak sesuai peraturan DIsiplin Pegawai Negri Sipil dan peraturan
yang mengatur tentang pemberhentian Pegawai Negri Sipil seperti tertuang dalam
Nasional juga harus berani melakukan test urine kepada para siswa SLTP-SLTA, dan
barang siapa terindikasi positif narkoba agar dikeluarkan dari sekolah dan disalurkan
c. Khusus untuk penanggulangan narkoba di sekolah agar kerja sama yang baik antara
orang tua dan guru diaktifkan. Artinya guru bertugas mengawasi para siswa selama
jam belajar di sekolah dan orang tua bertugas mengawasi anak-anak mereka di rumah
dan di luar rumah. Temuan para guru dan orang tua agar dikomunikasikan dengan
baik dan dipecahkan bersama, dan dicari upaya preventif penanggulangan narkoba ini
d. Polisi dan aparat terkait agar secara rutin melakukan razia mendadak terhadap
berbagai diskotik, karaoke dan tempat-tempat lain yang mencurigakan sebagai tempat
transaksi narkoba. Demikian juga merazia para penumpang pesawat, kapal laut dan
kendaraan darat yang masuk, baik secara rutin maupun secara insidental.
booklet yang berisikan tentang berbagai hal yang terkait dengan narkoba. Misalnya
apakah narkoba itu, apa saja yang digolongkan kedalam narkoba, bahayanya, kenapa
orang mengkomsumsi narkoba, tanda- tanda yang harus diketahui pada orang- orang
pemakai narkoba cara melakukan upaya preventif terhadap narkoba. Disamping itu
tentang bahaya dan dampak negative dari narkoba. Mantan pemakai narkoba yang
sudah sadar perlu dilibatkan dalam kegiatan penyuluhan seperti itu agar masyarakat
iman dan rohani para umatnya agar dalam setiap kotbah para tokoh agama selalu
memerangi narkoba. Karena sasaran narkoba adalah anak-anak usia 12-20 tahun,
maka solusi yang ditawarkan adalah komunikasi yang harmonis dan terbuka antara
orang tua dan anak-anak mereka. Booklet tentang narkoba tersebut dibagi-bagikan
secara gratis kepada semua orang dan dikirin lewat pos kealamat-alamat rumah,
aparteman, hotel, sekolah-sekolah dan lain-lain. Sehubungan dengan kasus ini, maka
keluarga adalah kunci utama yang sangat menentukan terlibat atau tidaknya anak-
anak pada narkoba. Oleh sebab itu komunikasi antara orang tua dan anak-anak harus
E. Asuhan keperawatan
A. Pengkajian
I. Data umum
1. Nama Kepala Keluarga Tn. T
2. Alamat : Jalan Parit H. Husin
3. Komposisi Kelarga
L 42 thn S1
Meninggal Sekolah
3. Nn.I P Ibu Kandng
rakyat
Meninggal Sekolah
6. Kk. B L Ayah Mertua
rakyat
60 thn Sekolah
7. Nn. R P Ibu Mertua
rakyat
Genogram
Tn.T
Ny.Y
An.B
Ket. genogram :
: Meninggal
: Garis Perkawinan
: Garis Keturunan
KAMAR TIDUR
RUANG
KELUARGA
RUANG TAMU
Karakteristik tetangga dan komunitas RW
Ny.Y mengatakan kebanyakan tetangga hanya mengurusi masalah keluarga masing-
masing. Keluarga Tn.T cenderung tertutup dan jarang berinteraksi dikarenakan
kesibukan masing-masing anggota keluarga.
2. Mobilitas geografis keluarga
Keluarga ini tinggal diperumahan elit, Tn.T mengatakan kenbdaraan yang digunakan
untuk bekerja adalah mobil pribadi, jarak tempat kerja dengan rumah 10 km, jarak
layanan kesehatan 2 km, jarak layanan keamanan 2 km, keluarga tidak pernah
berpindah tempat tinggal.
3. Perkumpulan keluarga dan interaksi dengan masyarakat
Ny.Y mengatakan tidak ada kebiasaan rutin untuk berkmpul dengan anggota keluarga
selanjutnya.
4. Sistem pendukung keluarga
Ny.Y mengatakan pertolongan pertama saat sakit yang dilakukan keluarga adalah ke
dokter pribadi.
Data Objektif
- An.B mengatakan tidak senang karena orang tua nya sering bertengkar.
- An.B mengatakan kurang perhatian dari kedua orang tuanya.
- An. B mengatakan disekolahn ya tidak memiliki banyak teman
- An.B mengatakan sering diejek teman sekolahnya
- An.B mengatakan sering dikatakan kutu buku.
- An. B menggunakan NAPZA jenis ganja sejak 3 bulan yang lalu.
- Menarik diri pada An.B dari keluarga Tn.T
- Kurus
- Pucat
- Lemas
- Malas makan
A. Rencana Keperawatan
TANGGA
DIAGNOSA
L DAN IMPLEMENTASI/DAR EVALUASI/SOAP
KEPERAWATAN
WAKTU
BAB 3
PENUTUP
A. Kesimpulan
Masalah penyalahgunaan narkoba/NAPZA khususnya pada remaja adalah ancaman
yang sangat mencemaskan bagi keluarga khususnya dan bagi bangsa dan Negara pada
umumnya. Pengaruh narkoba sangatlah buruk, baik dari segi kesehatan, maupun dampak
sosial yang ditimbulkan.
Dimana faktor –faktor yang berhubungan dengan terjadinya penyalahgunaan
NAPZA dikalangan remaja terdiri dari karakteristik jenis kelamin dan umur serta
pengetahuan ; faktor lingkungan dalam keluarga yaitu variabel komunikasi ;serta faktor
lingkungan di luar keluarga yaitu variabel pergaulan teman sebaya dan penggunaan waktu
luang.
B. Saran
1. Bagi dinas pendidikan perlu ditingkatkan program penyalahgunaan NAPZA kepada
remaja-remaja yang mulai mengenal lingkungan luar dengan melibatkan departemen
kesehatan,kehakiman dan kepolisian.
2. Memberikan informasi kepada orang tua untuk mencari pemecahan dalam mencegah
terjadinya penyalahgunaan NAPZA.
3. Bagi orang tua perlu lebih ditingkakan pengawasan terhadap anak terutama pada kegiatan
diluarnya.
DAFTAR PUSTAKA
Singgih D. Gunarsa. 2000. Psikologi Praktis Anak, Remaja, dan Keluarga. Jakarta: PT. BPK
Gunung Mulia.
Sumiati, dkk. 2009. Asuhan Keperawatan pada Klien Penyalahgunaan dan Ketergantungan
NAPZA. Jakarta : Trans Info Media.