Anda di halaman 1dari 25

ASUHAN KEPERAWATAN REMAJA DENGAN MASALAH NAPZA

PROGRAM STUDI ILMU KEPERAWATAN

FAKULTAS ILMU KEPERAWATAN DAN KESEHATAN

UNIVERSITAS MUHAMMADIYAH SEMARANG

TAHUN 2021
BAB 1

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang
Penyalahgunaan Napza dari tahun ketahun semakin meningkat. Permasalahan
penyalahgunaan Napza mempunyai dimensi yang luas dan komplikasi baik dari sudut
medik, psikiatrik, kesehatan jiwa maupun psikososial (ekonomi, politik, sosial budaya,
kriminalitas, kerusuhan massal dan sebagainya). Penyalahgunaan Napza dipengaruhi
banyak faktor. Keluarga merupakan salah satu faktor risiko terhadap penyalahgunaan
Napza pada remaja. Tujuan Penelitian: Untuk mengetahui adanya hubungan antara fungsi
keluarga yaitu fungsi kebersamaan, fungsi fleksibilitas, fungsi komunikasi dan fungsi
agama dengan kejadian penyalahgunaan Napza pada remaja. Metodologi Penelitian: Jenis
penelitian ini adalah observasional dengan rancangan case control study (kasus-kontrol),
menggunakan pendekatan kuantitatif dan kualitatif. Pengumpulan data dilakukan dengan
menggunakan kuesioner dan focus group discussion (FGD).
Subjek kasus dalam penelitian ini adalah remaja yang menyalahgunakan Napza
dan masih berkonsultasi ke Rumah Sakit Jiwa Tampan Pekanbaru, kontrol diambil yaitu
remaja yang tidak menyalahgunakan Napza dengan besar sampel 32 kasus dan 32
kontrol. Analisis data dilakukan secara univariat, bivariat dan multivariat. Hasil: Analisis
multivariat menunjukkan proporsi remaja yang menyalahgunakan Napza lebih besar pada
remaja yang mempunyai fungsi kebersamaan yang rendah dalam keluarga (p<0.05
OR=6,04 dan 95% dan CI=1.77-20.5), remaja yang mempunyai fungsi fleksibilitas yang
rendah dalam keluarga (p<0.05. OR=5.31: 95% CI=1.48-18.9) dan fungsi komunikasi
yang rendah dalam keluarga (p<0.05 OR=3.97 dan 95% CI=1.11-14.1). Kesimpulan:
Fungsi keluarga berhubungan dengan kejadian penyalahgunaan Napza pada remaja.
Remaja yang menyalahgunakan Napza mempunyai fungsi kebersamaan, fungsi
fleksibilitas dan fungsi komunikasi yang rendah dalam keluarga, sedangkan fungsi agama
tidak berhubungan dengan kejadian penyalahgunaan Napza pada remaja.

B. Rumusan Masalah
1. Apa pengertian dari NAPZA itu sendiri ?
2. Apa penyebab dari penyalahgunaan NAPZA ?

C.Tujuan

Untuk mengetahui Bagaimana cara pendekatan keluarga dalam mengatasi remaja dengandrug abuse.
BAB 2
PEMBAHASAN
A. Definisi Nafza
Napza adalah singkatan dari Narkotika, Psikotropika dan bahan adiktif lainnya,
meliputi zat alami atau sintetis yang bila dikonsumsi menimbulkan perubahan fungsi fisik
dan psikis, serta menimbulkan ketergantungan (BNN, 2004). NAPZA adalah zat yang
mempengaruhi struktur atau fungsi beberapa bagian tubuh orang yang
mengkonsumsinya. Manfaat maupun risiko penggunaan NAPZA bergantung pada
seberapa banyak, seberapa sering, cara menggunakannya, dan bersamaan dengan obat
atau NAPZA lain yang dikonsumsi (Kemenkes RI, 2010). Narkoba berasal dari bahas
Yunani, dari kata Narke, yang berarti beku, lumpuh dan dungu. Menurut Farmakologi
medis yaitu “Narkorika adalah obat yang dapat menghilangkan (terutama) rasa nyeri
yang berasal dari Visceral dan dapat menimbulkan efek stupor (bengong masih sadar
namun masih harus digertak) serta adiksi (Derman Flavianus, 2006 : 1).

B. Kategori Nafza

Berdasarkan jenisnya NAPZA digolongkan menjadi kategori :

1. Psikotropika
Psikotropika adalah zat atau obat baik alamiah maupun sintetis bukan narkotika, yang
berkhasiat psikoaktif melalui pengaruh selektif pada susunan saraf pusat yang
menyebabkan perubahan khas pada aktivitas mental dan perilaku.

2. Narkotika
Narkotika adalah zat atau obat yang berasal dari tanaman atau bukan tanaman baik
sintetis maupun semin sintetis yang menyebabkan pengaruh bagi penggunanya.
Pengaruh tersebut berupa pembiusan, hilangnya rasa sakit, rangsangan semangat,
halusinasi atau timbulnya khayalan-khayalan yang menyebabkan efek ketergantungan
bagi pemakainya.

3. Alkohol
Alkohol adalah minuman yang mengandung etanol yang diproses dari bahan hasil
pertanian yang mengandung karbohidrat dengan cara fermentasi dan distilasi atau
fermentasi tanpa distilasi, baik dengan cara memberikan perlakuan terlebih dahulu atau
tidak, menambahkan bahan lain atau tidak, maupun memproses dengan cara mencampur
konsentrat dengan etanol atau dengan cara pengenceran minuman yang mengandung
etanol.

4. Zat adiktif lain


Zat adiktif lainnya adalah bahan lain bukan narkotika atau psikotropika yang
penggunaannya dapat menimbulkan ketergantungan. Klasifikasi NAPZA Menurut Efek
pada Pemakai di antaranya : Stimulan (zat yang merangsang sistem saraf pusat),
Depresan (Menekan sistem saraf pusat), Halusinogen (Mengeubah daya persepsi
halusinasi).

C. Etiologi Penyalahgunaan Napza


Pada setiap kasus, ada penyebab yang khas mengapa seseorang menyalahgunakan
Napza dan ketergantungan. Hal ini berarti penyebab seseorang terjebak dalam perilaku
ini merupakan sesuatu yang unik dan tidak dapat disamakan begitu saja dengan kasus
lainnya. Namun beberapa penelitian terdapat beberapa faktor yang berperan pada
penyalahgunaan Napza. Diantaranya :

1. Faktor Keluarga
Berdasarkan hasil penelitian tim UNIKA Atma Jaya dan Perguruan Tinggi Kepolisian
Jakarta Tahun 1995, terdapat beberapa tipe keluarga yang beresiko tinggi anggota
keluarganya (terutama anaknya yang remaja) terlibat penyalahgunaan Napza yaitu :
a. Keluarga yang memiliki sejarah (termasuk orang tua) mengalami ketergantungan
Napza.
b. Keluarga dengan managemen keluarga yang kacau, yang terlihat dari pelaksanaan
aturan yang tidak konsisten dijalankan oleh ayah dan ibu (misalnya, ayah bilang ya,
ibu bilang tidak).
c. Keluarga dengan konflik yang tinggi dan tidak pernah ada upaya penyelesaian yang
memuaskan semua pihak yang berkonflik. Konflik dapat terjadi antara ayah dan ibu,
ayah dan anak, ibu dan anak, maupun antar saudara.
d. Keluarga dengan orang tua yang otoriter. Disini peran orang tua sangat dominan,
dengan anak yang hanya sekedar harus menuruti apa kata orang tua, dengan alasan
sopan santun, adat istiadat, atau demi kemajuan dan masa depan anak itu sendiri
tanpa diberi kesempatan untuk berdialog dan menyatakan ketidak setujuannya.
e. Keluarga yang perfeksionis, yaitu keluarga yang menuntut anggotanya mencapai
kesempurnaan dengan standar tinggi yang harus dicapai dalam banyak hal.
f. Keluarga yang neurosis yaitu keluarga yang diliputi kecemasan dengan alasan yang
kurang kuat, mudah cemas, dan curiga serta sering berlebihan dalam menanggapi
sesuatu.

2. Faktor Kepribadian
Kepribadian penyalahgunaan Napza juga turut berperan dalam perilaku ini. Para
remaja biasaya penyalahguna Napza memiliki konsep diri yang negative dan harga diri
yang rendah.
Perkembangan emosi yang terhambat dengan ditandai oleh ketidakmampuan
mengekspresikan emosinya secara wajar, mudah cemas, pasif agresif dan cendrung
depresi juga turut mempengaruhi.
Selain itu kemampuan remaja untuk memecahkan masalahnya secara adekuat
berpengaruh terhadap bagaimana ia mudah mencari pemecahan masalah dengan
melarikan diri. Hal ini juga berkaitan dengan mudahnya menyalahkan lingkungan dan
lebih melihat faktor-faktor diluar dirinya yang menentukan segala sesuatu. Dalam hal ini,
kepribadian yang dependen dan tidak mandiri memainkan peranan penting dalam
memandang Napza sebagai satu-satunya pemecahan masalah yang dihadapi. Sangat
wajar bila dalam usianya remaja membutuhkan pengakuan dari lingkungan sebagai
bagian pencarian identitas dirinya. Namun jika ia memiliki kepribadian yang tidak
mandiri dan menganggap segala sesuatunya harus diperoleh dari lingkungan, akan sangat
memudahkan kelompok teman sebaya untuk mempengaruhinya menyalahgunakan
Napza. Di sinilah sebenarnya peran keluarga dalam meningkatkan harga diri dan
kemandirian pada anak remajanya.

3. Faktor kelompok teman sebaya (per group)


Kelompok teman sebaya dapat menimbulkan tekanan kelompok yaitu cara teman-
teman atau orang-orang seumur untuk mempengaruhi seseorang agar berperilaku seperti
kelompok itu. Tekanan kelompok dialami oleh semua orang bukan hanya remaja, karena
pada kenyataannya semua orang ingin disukai dan tidak ada yang mau dikucilkan.
Kegagalan untuk memenuhi tekanan dari kelompok teman sebaya, seperti berinteraksi
dengan kelompok teman yang lebih popular, mencapai prestasi dalam bidang olah raga,
social dan akademik, dapat menyebabkan frustasi dan mencari kelompok lain yang dapat
menerimanya. Sebaliknya keberhasilan dari kelompok teman sebaya yang memiliki
perilaku dan norma yang mendukung penyalahgunaan Napza dapat muncul.

4. Faktor Kesempatan
Ketersediaan Napza dan kemudahan memperolehnya juga dapat dikatakan sebagai
pemicu. Indonesia yang sudah menjadi tujuan pasar narkotika internasional,
menyebabkan zat-zat ini dengan mudah diperoleh. Bahkan beberapa media massa
melansir bahwa para penjual narkotika menjual barang dagangannya di sekolah-sekolah,
termasuk sampai di SD. Penegakan hukum yang belum sepenuhnya berhasil tentunya
dengan berbagai kendalanya juga turut menyuburkan usaha penjualan Napza Indonesia.
Akhirnya, dari beberapa faktor yang sudah diuraikan, tidak ada faktor yang satu-satunya
berperan dalam setiap kasus penyalahgunaan Napza. Ada faktor yang memberikan
kesempatan dan ada faktor pemicu. Biasanya, semua faktor itu berperan. Karena itu
penanganannya pun harus melibatkan berbagai pihak, termasuk keterlibatan aktif orang
tua.

5. Ciri-Ciri Pengguna Napza


1. Fisik
a. Berat badan turun drastis.
b. Buang air besar dan kecil kurang lancar.
c. Mata cekung dan merah, muka pucat, dan bibir kehitam-hitaman.
d. Sembelit atau sakit perut tanpa alasan yang jelas.
e. Tangan penuh dengan bintik-bintik merah seperti bekas gigitan nyamuk dan ada
tanda bekas luka sayatan. Goresan dan perubahan warna kulit ditempat bekas
suntikan.
2. Emosi
a. Bila ditegur atau dimarahi, dia malah menunjukan sikap membangkang.
b. Emosinya naik turun dan tidak ragu untuk memukul orang atau berbicara kasar
terhadap anggota keluarga atau orang disekitarnya.
c. Nafsu makan tidak menentu.
d. Sangat sensitive dan mudah bosan.

3. Perilaku
a. Bicara cedal atau pelo.
b. Jalan sempoyongan.
c. Malas dan sering melupakan tanggung jawab dan tugas-tugas rutinnya.
d. Mengalami jantung berdebar-debar.
e. Menyalami nyeri kepala.
f. Mengalami nyeri/ngilu sendi-sendi.
g. Mengeluarkan air mata berlebihan.
h. Mengeluarkan keringat berlebihan.
i. Menunjukan sikap tidak peduli dan jauh dari keluarga.
j. Selalu kehabisan uang.
k. Sering batuk dan pilek berkepanjangan, biasanya terjadi pada saat gejala “putus
zat”.
l. Sering bohong dan ingkar janji dengan berbagai alasan.
m. Sering bertemu dengan orang yang tidak dikenal keluarga, pergi tanpa pamit dan
pulang lewat tengah malam.
n. Sering mengalami mimpi buruk.
o. Sering menguap.
p. Cenderung menarik diri.
q. Mencuri uang.
r. Takut air.

4. Gejala Sakaw
a. Bola mata mengecil.
b. Hidung dan mata berair.
c. Bersin-bersin.
d. Menguap.
e. Banyak keringat.
f. Mual-mual.
g. Muntah.
h. Diare.
i. Nyeri tulang dan persendian.

5. Overdosis
Overdosis atau kelebihan dosis terjadi akibat tubuh mengalami keracunan
akibat obat. OD sering terjadi bila menggunakan narkoba dalam jumlah banyak
dengan rentang waktu terlalu singkat, biasanya digunakan secar bersamaan antara
putaw, pil, heroin digunakan bersama alcohol. Atau menelan obat tidur seperti
golongan barbiturate (luminal) atau obat penenang (valium, xanax, mogadon).
Ciri-ciri overdosis :
1. Tidak ada respon.
2. Tidur mendengkur.
3. Bibir dan kuku membiru.
4. Tubuh dingin dan kulit lembab.
5. Kejang-kejang.
6. Adanya riwayat pemakaian morfin/heroin terdapat tanda bekas jarum suntik.
7. Frekuensi pernafasan < 12 kali/menit.
8. Penurunan kesadaran.

6. Akibat Penyalahgunaan Napza


Terdapat 3 aspek akibat langsung penyalahgunaan Napza yang berujung pada
menguatnya ketergantungan. Secara fisik : pengguna Napza akan mengubah
metabolism tubuh seseorang. Hal ini terlihat dari peningkatan dosis yang semakin
lama semakin besar dan gejala putus obat, keduanya menyebabkan seseorang
berusaha terus-menerus mengkonsumsi Napza.
Secara psikis : berkaitan dengan berubahnya beberapa fungsi mental, seperti
rasa bersalah, malu dan perasaan nyaman yang timbul dari mengkonsumsi Napza.
Cara yang kemudian ditempuh untuk beradaptasi adalah dengan mengkonsumsi lagi
Napza.
Secara social : dampak social yang memperkuat pemakaian Napza. Proses ini
biasanya diawali dengan perpecahan di dalam kelompok social terdekat seperti
keluarga (lihat faktor penyebab keluarga), sehingga muncul konflik dengan orang
tua, teman-teman, pihak sekolah atau pekerjaan. Perasaan dikucilkan pihak-pihak ini
kemudian menyebabkan si penyalahguna bergabung dengan kelompok orang-orang
serupa, yaitu para penyalahguna NAPZA juga. Semua akibat ini berujung pada
meningkatkannya perilaku penyalahgunaan NAPZA.

7. Peran Keluarga dalam Mencegah Terjadinya Penyalahgunaan Narkoba


Pencegahan penyalahgunaan Narkoba adalah upaya yang dilakukan terhadap
faktor-faktor yang berpengaruh atau penyebab baik secara langsung atau tidak
langsung. Dengan tujuan agar seseorang atau sekelompok masyarakat mengubah
keyakinan, sikap, dan perilakunya sehingga tidak memakai narkoba atau berhenti
memakai narkoba. Keluarga adalah lingkungan pertama dan utama dalam
membentuk dan mempengaruhi keyakinan, sikap dan perilaku seseorang terhadap
pengguna narkoba. Langkah-langkah yang dapat dilakukan diantaranya :
1. Bangun keluarga harmonis.
2. Mendengarkan secara aktif.
3. Orang tua sebagai teladan
4. Kembangkan kemampuan anak tolak narkoba
5. Dukung kegiatan anak yang sehat dan kreatif
6. Buat kesepakatan tentang norma dan peraturan
Yang penting untuk dihindari :

1. Menghakimi atau menuduh .


2. Merasa benar sendiri.
3. Terlalu banyak member nasehat atau ceramah.
4. Sikap seolah-olah mengetahui semua jawaban.
5. Mengkritik atau mencela
6. Menganggap enteng semua persoalan anak. Hindari kata-kata negative ; harus,
jangan, tidak boleh. Gunakan kalimat terbuka
7. Penanggulangan Masalah NAPZA, Seperti ; Pencegahan, Pengobatan, dan
Rehabilitasi.

D. Cara Penanggulangan

Upaya penanggulangan penyalahgunaan narkoba dapat dilakukan dengan cara

sebagai berikut:

1. Preventif

a. Pendidikan Agama sejak dini

b. Pembinaan kehidupan rumah tangga yang harmonis dengan penuh perhatian dan

kasih sayang.

c. Menjalin komunikasi yang konstruktif antara orang tua dan anak

d. Orang tua memberikan teladan yang baik kepada anak-anak.

e. Anak-anak diberikan pengetahuan sedini mungkin tentang narkoba, jenis, dan

dampak negatifnya

2. Tindakkan Hukum

Dukungan semua pihak dalam pemberlakuan Undang-Undang dan peraturan

disertai tindakkan nyata demi keselamatan generasi muda penerus dan pewaris bangsa.

Sayangnya KUHP belum mengatur tentang penyalah gunaan narkoba, kecuali UU


No :5/1997 tentang Psikotropika dan UU no: 22/1997 tentang Narkotika. Tapi kenapa

hingga saat ini penyalah gunaan narkoba semakin meraja lela ? Mungkin kedua Undang-

Undang tersebut perlu di tinjau kembali relevansinya atau menerbitkan kembali Undang-

Undang yang baru yang mengatur tentang penyalahgunaan narkoba ini.

3. Rehabilitasi

Didirikan pusat-pusat rehabilitasi berupa rumah sakit atau ruang rumah sakit

secara khusus untuk mereka yang telah menderita ketergantungan. Sehubungan dengan

hal itu, ada beberapa alternative penanggulangan yang dapat kami tawarkan :

a. Mengingat penyalah gunaan narkoba adalah masalah global, maka

penanggulangannya harus dilakukan melalui kerja sama international.

b. Penanggulangan secara nasional, yang teramat penting adalah pelaksanaan Hukum

yang tidak pandang bulu, tidak pilih kasih. Kemudian menanggulangi masalah

narkoba harus dilakukan secara terintegrasi antara aparat keamanan (Polisi, TNI AD,

AL, AU ) hakim, jaksa, imigrasi, diknas, semua dinas/instansi mulai dari pusat hingga

ke daerah-daerah. Adanya ide tes urine dikalangan Pemda Kalteng adalah suatu ide

yang bagus dan perlu segera dilaksanakan. Barang siapa terindikasi mengkomsumsi

narkoba harus ditindak sesuai peraturan DIsiplin Pegawai Negri Sipil dan peraturan

yang mengatur tentang pemberhentian Pegawai Negri Sipil seperti tertuang dalam

buku pembinaan Pegawai Negri Sipil. Kemudian dikalangan Dinas Pendidikan

Nasional juga harus berani melakukan test urine kepada para siswa SLTP-SLTA, dan

barang siapa terindikasi positif narkoba agar dikeluarkan dari sekolah dan disalurkan

ke pusat rehabilitasi. Di sekolah- sekolah agar dilakukan razia tanpa pemberitahuan


sebelumnya terhadap para siswa yang dapat dilakukan oleh guru-guru setiap minggu.

Demikian juga dikalangan mahasiswa di perguruan tinggi.

c. Khusus untuk penanggulangan narkoba di sekolah agar kerja sama yang baik antara

orang tua dan guru diaktifkan. Artinya guru bertugas mengawasi para siswa selama

jam belajar di sekolah dan orang tua bertugas mengawasi anak-anak mereka di rumah

dan di luar rumah. Temuan para guru dan orang tua agar dikomunikasikan dengan

baik dan dipecahkan bersama, dan dicari upaya preventif penanggulangan narkoba ini

dikalangan siswa SLTP dan SLTA.

d. Polisi dan aparat terkait agar secara rutin melakukan razia mendadak terhadap

berbagai diskotik, karaoke dan tempat-tempat lain yang mencurigakan sebagai tempat

transaksi narkoba. Demikian juga merazia para penumpang pesawat, kapal laut dan

kendaraan darat yang masuk, baik secara rutin maupun secara insidental.

e. Pihak Departemen Kesehatan bekerjasama dengan POLRI untuk menerbitkan sebuah

booklet yang berisikan tentang berbagai hal yang terkait dengan narkoba. Misalnya

apakah narkoba itu, apa saja yang digolongkan kedalam narkoba, bahayanya, kenapa

orang mengkomsumsi narkoba, tanda- tanda yang harus diketahui pada orang- orang

pemakai narkoba cara melakukan upaya preventif terhadap narkoba. Disamping itu

melakukan penyuluhan ke sekolah-sekolah, perguruan tinggi, dan berbagai instansi

tentang bahaya dan dampak negative dari narkoba. Mantan pemakai narkoba yang

sudah sadar perlu dilibatkan dalam kegiatan penyuluhan seperti itu agar masyarakat

langsung tahu latar belakang dan akibat mengkomsumsi narkoba.


f. Kerja sama dengan tokoh-tokoh agama perlu dieffektifkan kembali untuk membina

iman dan rohani para umatnya agar dalam setiap kotbah para tokoh agama selalu

mengingatkan tentang bahaya narkoba.

g. Seperti di Australia, misalnya pemerintah sudah memiliki komitmen untuk

memerangi narkoba. Karena sasaran narkoba adalah anak-anak usia 12-20 tahun,

maka solusi yang ditawarkan adalah komunikasi yang harmonis dan terbuka antara

orang tua dan anak-anak mereka. Booklet tentang narkoba tersebut dibagi-bagikan

secara gratis kepada semua orang dan dikirin lewat pos kealamat-alamat rumah,

aparteman, hotel, sekolah-sekolah dan lain-lain. Sehubungan dengan kasus ini, maka

keluarga adalah kunci utama yang sangat menentukan terlibat atau tidaknya anak-

anak pada narkoba. Oleh sebab itu komunikasi antara orang tua dan anak-anak harus

diefektifkan dan dibudayakan.

E. Asuhan keperawatan

A. Pengkajian

I. Data umum
1. Nama Kepala Keluarga Tn. T
2. Alamat : Jalan Parit H. Husin
3. Komposisi Kelarga

Jenis Umur Pendidikan


No Nama Hubungan dengan KK
Kelamin

L 42 thn S1

1. Tn. T Kepala Kelarga


Meninggal Sekolah
2. Kk. P L Ayah Kandung
rakyat

Meninggal Sekolah
3. Nn.I P Ibu Kandng
rakyat

4. Ny. Y P Istri 39 thn S1

5. An. B L Anak Kandung 18 thn SMA

Meninggal Sekolah
6. Kk. B L Ayah Mertua
rakyat

60 thn Sekolah
7. Nn. R P Ibu Mertua
rakyat

Genogram

Kk.P Nn.I Kk.B Nn.R

Tn.T
Ny.Y

An.B

Ket. genogram :
: Meninggal

: Garis Perkawinan

: Garis Keturunan

4. Tipe keluarga : Nuklear family ( bapak ibu dan 1 anak )


5. Suku bangsa : melayu
6. Agama : islam
7. Status social ekonomi keluarga : Tn.T mengatakan gaji blanan sebesar 7 juta dan
Ny.Y 4 juta.
8. Aktivitas rekreasi keluarga : Tn.T mengatakan tidak memiliki banyak waktu luang
untuk mengajak Ny. Y dan An.B jalan-jalan.

II. Riwayat dan tahap perkembangan keluarga


1. Tahap perkembangan keluarga saat ini
- Tahap perkembangan remaja pada anak An.B yang berumur 18 thn
2. Tahap perkembangan kelarga yang belm terpenuhi
- Tn.T mengatakan sudah cukup dengan satu anak.
3. Riwayat keluarga inti Tn.M : hipertensi
- Ny.Y : hipertensi
- An. B : kecanduan NAPZA jenis ganja
4. Riwayat keluarga sebelumnya :keluarga Tn.T tidak ada yang mengkonsumsi NAPZA.
III. Lingkungan
1. Karakteristik Rumah
Denah rumah

KAMAR TIDUR

RUANG
KELUARGA

RUANG TAMU
Karakteristik tetangga dan komunitas RW
Ny.Y mengatakan kebanyakan tetangga hanya mengurusi masalah keluarga masing-
masing. Keluarga Tn.T cenderung tertutup dan jarang berinteraksi dikarenakan
kesibukan masing-masing anggota keluarga.
2. Mobilitas geografis keluarga
Keluarga ini tinggal diperumahan elit, Tn.T mengatakan kenbdaraan yang digunakan
untuk bekerja adalah mobil pribadi, jarak tempat kerja dengan rumah 10 km, jarak
layanan kesehatan 2 km, jarak layanan keamanan 2 km, keluarga tidak pernah
berpindah tempat tinggal.
3. Perkumpulan keluarga dan interaksi dengan masyarakat
Ny.Y mengatakan tidak ada kebiasaan rutin untuk berkmpul dengan anggota keluarga
selanjutnya.
4. Sistem pendukung keluarga
Ny.Y mengatakan pertolongan pertama saat sakit yang dilakukan keluarga adalah ke
dokter pribadi.

IV. Struktur Kelarga


1. Pola komnikasi keluarga Tn.T dan Ny.Y mengatakan setiap ada masalah selalu terjadi
pertengkaran terlebih dahulu sebelum mengambil keputusan.
2. Struktur kekuatan keluarga Tn.T mengatakan belm pernah terjadi masalah keuangan.
3. Struktur peran Tn.T : Kepala keluarga mencari nafkah,pelindung ,pendidikan,anggota
masyarakat
Ny.Y wanita karir,pengasuh,pendidik, anggota masyarakat.
An.B : pelajar,anggota masyarakat
4. Nilai atau norma budaya : Tn.T mengatakan keluarga ini sudah tidak terlalu
mengikuti budaya.
V. Fungsi keluarga
1. Fungsi afektif : Tn.T mengatakan anggota keluarga mereka memiliki kesibukan
masing-masing.
2. Fungsi sosialisasi : Ny,Y mengatakan hubungan keluarga dan tetangga lebih bersifat
individualism.
3. Fungsi keperawatan kesehatan Ny.Y mengatakan untuk beberapa penyakit keluarga
memanfaatkan dokter pribadi ntuk pertolongan pertama dan jika tidak ada perubahan
penyakit tersebut membawa anggota keluarga ke rumah sakit.

VI. Stress dan koping keluarga


1. Kemampuan kelarga berespon terhadap masalah.
Tn.T mengatakan keluarga mampu merespon masalah pada kelarga untuk
menyelesaikan meskipun sering terjadi pertengkaran antara Tn.T dan Ny.Y
2. Strategi koping
Tn.T mengatakan sering bertengkaran dengan Ny.Y sering bertengkar untk
menyelesaikan masalah
3. Strategi disfungsional
Tidak ada

VII. Harapan keluarga


Tn.T mengatakan harapan keluarga untuk kesehatan adalah keluarga berharap agar
An.B segera pulih dari ketergantungan NAPZZA jenis ganja dan dapat beraktivitas
seperti sediakala.

VIII. Analisa data


Data subjektif
- Tn.T dan Ny.Y mengatakan dulunya An.B adalah pribadi yang ceria dan sopan serta
sering mendapatkan penghargaan.
- Tn.T dan Ny.Y menyatakan belakangan ini An.B prestasinya menurun dan sering
menyendiri.
- Tn.T mengatakan sering bertengkar dengan Ny.Y untuk menyelesaikan masalah

Data Objektif

- An.B mengatakan tidak senang karena orang tua nya sering bertengkar.
- An.B mengatakan kurang perhatian dari kedua orang tuanya.
- An. B mengatakan disekolahn ya tidak memiliki banyak teman
- An.B mengatakan sering diejek teman sekolahnya
- An.B mengatakan sering dikatakan kutu buku.
- An. B menggunakan NAPZA jenis ganja sejak 3 bulan yang lalu.
- Menarik diri pada An.B dari keluarga Tn.T

Perubahan fisik yang tampak pada An.B

- Kurus
- Pucat
- Lemas
- Malas makan

A. Rencana Keperawatan

Diagnose Tujuan / SMART Evaluasi


Rencana Tindakan
Keperawatan Umum Khusus Kriteria Standar

A. Koping Setelahdilak - Klien Secara - Klien 1. Bina hubungan


individu ukan menaati verbal mengat saling percaya,
tidak terapi akan kontrak dengan
terapi
efektif untuk sudah klien.
kesehatandi
akibat menghil mengik 2. Kaji
harapkanme
akibat angkan uti pengetahuan
naatidan
pengguna ketergan terapi. klien tentang
an melaksanak tungan - Klien NAPZA.
NAPZA anterapi. NAPZA mengat 3. Beri penjelasan
pada ganja. akan klien tentang :
An.B dari - Klien akan - Dampak
keluarga mengura berusah NAPZA bagi
Tn.T b/d ngi/berh a kesehatan.
kurangnya enti meruba - Anjurkan
perhatian menggu h pola klien untuk
nakan hidupn kooperatif
dari
NAPZA ya dalam
keluarga
ganja mengikuti
An.A
terapi.
B. Menarik Klien tidak - Klien Secara - Klien - Bina
diri akibat HDR mau verbal mengat hubungan
pengguna berintera akan saling
an ksi mau percaya,kontra
NAPZA dengan berko k dengan
pada orang munika klien.
An.B dari lain si - Menjadi
keluarga - Klien dengan pendengar
Tn.T b/d mampu orang yang baik buat
harga diri berkomu lain klien.
rendah. nikasi - Klien
denganba mengat
ik pada akan
orang ingin
lain kembal
i
keseko
lah dan
bertem
u
dengan
teman-
teman
sekola
h.
B. Implementasi Keperawatan

TANGGA
DIAGNOSA
L DAN IMPLEMENTASI/DAR EVALUASI/SOAP
KEPERAWATAN
WAKTU

1. Koping individu 23 januari D: S:


tidak efektif 2008
- Ds : Tn.T mengatakan - An.B mengatakan
akibat
Pukul : sering bertengkar ingin sembuh dari
penggunaan
09.00 dengan Ny,P untuk ketergantungan
NAPZA pada
menyelesaikan NAPZA ganja.
An.B dari
masalah - Keluarga
keluarga Tn.T
- Do : An.B mengatakan mengatakan akan
b/d kurangnya
tidak senang karena mensupport An.B
perhatian dari
orang tua nya sering untuk sembuh
keluarga An.B
bertengkar. Dario
- An.B mengatakan ketergantungan
kurang perhatian dari NAPZA ganja
kedua orang tuanya. O:
A:
- An. B dapat
- Memberikan motivasi menentukan
kepada keluarga untuk dampak positif
memberikan support dan negative
kepada An.B penggnaan
- Berikan support NAPZA.
kepada An.A untuk A:
meningktkan koping
Masalah teratasi
An.B
sebagian
R:
- Keluarga mensupport P:
kepada An.B untuk
- Dilanjutkan oleh
sembuh dari
keluarga.
ketergantungan
NAPZA ganja.
- Perawat memberikan
spporrt pada An.B
dengan menjadi teman
yang kooperatif
terhadap An.A dalam
meningkatkkan
koping.

2. Menarik 14 mei 2009 Ds : S;


diri akibat
Pukul 07.30 - Tn.T dan Ny.Y - An.B mengatakan
penggunaan
menyatakan mau berinteraksi
NAPZA pada
belakangan ini An.B dengan orang lain.
An.B dari
prestasinya menurun - Keluarga
keluarga Tn.T
dan sering mengatakan akan
b/d harga diri
menyendiri. lebih perhatian
rendah
Do : dan member
dukungan kepada
- An.B mengatakan
An.B ntuk sembuh
sering diejek teman
dari ketergantngan
sekolahnya
NAPZA ganja.
- An.B mengatakan
O:
sering dikatakan kutu
buku. - An. B bisa
- An. B menggunakan menjelaskan
NAPZA jenis ganja pentingnya
sejak 3 bulan yang berinteraksi
lalu. dengan orang lain.
- Menarik diri pada - Keluarga dapat
An.b dari keluarga menjelaskan
Tn.T pentingnya
A: perhatian dan
dukungan kepada
- Beri dukungan pada
anak a untuk
An.B untuk
mempercepat
berinteraksi dengan
prooses
orang lain
penyembuhan.
- Motivasi keluarga
A:
untuk memberikan
dukungan kepada - Masalah
An.B teratasi
R: sebagian
P:
- Anak mau
berinteraksi dengan Dilanjutkan oleh
perawat keluarga.
- Anak merasa
diperhatikan orang tua
dan mendapatkan
dukungan dari orang
tua

BAB 3
PENUTUP
A. Kesimpulan
Masalah penyalahgunaan narkoba/NAPZA khususnya pada remaja adalah ancaman
yang sangat mencemaskan bagi keluarga khususnya dan bagi bangsa dan Negara pada
umumnya. Pengaruh narkoba sangatlah buruk, baik dari segi kesehatan, maupun dampak
sosial yang ditimbulkan.
Dimana faktor –faktor yang berhubungan dengan terjadinya penyalahgunaan
NAPZA dikalangan remaja terdiri dari karakteristik jenis kelamin dan umur serta
pengetahuan ; faktor lingkungan dalam keluarga yaitu variabel komunikasi ;serta faktor
lingkungan di luar keluarga yaitu variabel pergaulan teman sebaya dan penggunaan waktu
luang.

B. Saran
1. Bagi dinas pendidikan perlu ditingkatkan program penyalahgunaan NAPZA kepada
remaja-remaja yang mulai mengenal lingkungan luar dengan melibatkan departemen
kesehatan,kehakiman dan kepolisian.
2. Memberikan informasi kepada orang tua untuk mencari pemecahan dalam mencegah
terjadinya penyalahgunaan NAPZA.
3. Bagi orang tua perlu lebih ditingkakan pengawasan terhadap anak terutama pada kegiatan
diluarnya.
DAFTAR PUSTAKA

Departemen Kesehatan. 2002. keputusan kenteri kesehatan tentang pedoman penyalahgunaan


sarana pelayanan rehabilitasi penyalahgunaan dan ketergantungan Narkotika,
psikotropika dan zat adiktif lainnya (Napza). Jakarta

Singgih D. Gunarsa. 2000. Psikologi Praktis Anak, Remaja, dan Keluarga. Jakarta: PT. BPK
Gunung Mulia.
Sumiati, dkk. 2009. Asuhan Keperawatan pada Klien Penyalahgunaan dan Ketergantungan
NAPZA. Jakarta : Trans Info Media.

Wirawan Sarwono, Salito. 1989. Psikologi Remaja. Jakarta : CV. Rajawali.

Anda mungkin juga menyukai