PENDAHULUAN
1
BAB II
PEMBAHASAN
2.1.2 Etiologi
Pada setiap kasus, ada penyebab yang khas mengapa seseorang
menyalahgunakan NAPZA dan ketergantungan. Artinya, mengapa seseorang
akhirnya terjebak dalam perilaku ini merupakan sesuatu yang unik dan tidak dapat
disamakan begitu saja dengan kasus lainnya. Namun berdasarkan hasil penelitian,
terdapat beberapa faktor yang berperan pada penyalahgunaan NAPZA.
2
a. Faktor keluarga
Dalam percakapan sehari-hari, keluarga paling sering menjadi “tertuduh”
timbulnya penyalahgunaan NAPZA pada anaknya. Tuduhan ini tampaknya bukan
tidak beralasan, karena hasil penelitian dan pengalaman para konselor di lapangan
menunjukkan peranan penting dari keluarga dalam kasus-kasus penyalahgunaan
NAPZA. Berdasarkan hasil penelitian tim UNIKA Atma Jaya dan Perguruan
Tinggi Kepolisian Jakarta tahun 1995, terdapat beberapa tipe keluarga yang
beresiko tinggi anggota keluarganya (terutama anaknya yang remaja) terlibat
penyalahgunaan NAPZA.
1) Keluarga yang memiliki sejarah (termasuk orang tua) mengalami
ketergantungan NAPZAKeluarga dengan menejemen keluarga yang
kacau, yang terlihat dari pelaksanaan aturan yang tidak konsisten
dijalankan oleh ayah dan ibu (misalnya, ayah bilang ya, ibu bilang
tidak).Keluarga dengan konflik yang tinggi dan tidak pernah ada upaya
penyelesaian yang memuaskan semua pihak yang berkonflik. Konflik
dapat terjadi antara ayah dan ibu, ayah dan anak, ibu dan anak, maupun
antar saudara.
2) Keluarga dengan orang tua yang otoriter. Di sini peran orang tua sangat
dominan, dengan anak yang hanya sekedar harus menuruti apa kata orang
tua – dengan alasan sopan santun, adat istiadat, atau demi kemajuan dan
masa depan anak itu sendiri – tanpa diberi kesempatan untuk berdialog
dan menyatakan ketidaksetujuannya.
3) Keluarga yang perfeksionis, yaitu keluarga yang menuntut anggotanya
mencapai kesempurnaan dengan standar tinggi yang harus dicapai dalam
banyak hal
4) Keluarga yang neurosis, yaitu keluarga yang diliputi kecemasan dengan
alasan yang kurang kuat, mudah cemas dan curiga, dan sering berlebihan
dalam menanggapi sesuatu
b. Faktor kepribadian
Kepribadian penyalahguna NAPZA juga turut berperan dalam perilaku ini.
Pada remaja, biasanya penyalahguna NAPZA memiliki konsep diri yang negatif
3
dan harga diri yang rendah. Perkembangan emosi yang terhambat, dengan
ditandai oleh ketidakmampuan mengekspresikan emosinya secara wajar, mudah
cemas, pasif agresif dan cenderung depresi, juga turut mempengaruhi.
Selain itu, kemampuan remaja untuk memecahkan masalahnya secara
adekuat berpengaruh terhadap bagaimana ia mudah mencari pemecahan masalah
dengan melarikan diri. Hal ini juga berkaitan dengan mudahnya ia menyalahkan
lingkungan dan lebih melihat faktor-faktor di luar dirinya yang menentukan segala
sesuatu. Dalam hal ini, kepribadian yang dependen dan tidak mandiri memainkan
peranan penting dalam memandang
d. Faktor kesempatan
Ketersediaan NAPZA dan kemudahan memperolehnya juga dapat
dikatakan sebagai pemicu. Indonesia yang sudah mendjadi tujuan pasar narkotika
internasional, menyebabkan zat-zat ini dengan mudah diperoleh. Bahkan beberapa
media massa melansir bahwa para penjual narkotika menjual barang dagangannya
di sekolah-sekolah, termasuk sampai di SD. Penegakan hukum yang belum
sepenuhnya berhasil – tentunya dengan berbagai kendalanya – juga turut
menyuburkan usaha penjualan NAPZA di Indonesia.
4
Akhirnya, dari beberapa faktor yang sudah diuraikan, tidak ada faktor
yang satu-satu berperan dalam setiap kasus penyalahgunaan NAPZA. Ada faktor
yang memberikan kesempatan, dan ada faktor pemicu. Biasanya, semua faktor itu
berperan.
5
4) Bengong atau linglung
5) Suka membolos sekolah atau dari pekerjaan kantor
6) Mengabaikan kegiatan ibadah
7) Menarik diri dari aktivitas bersama keluarga
8) Sering menyendiri atau bersembunyi di kamar mandi, di gudang atau
tempat-tempat tertutup
d. Perubahan Psikologis
1) Mudah tersinggung
2) Sering terjadi perubahan mood yang mendadak
3) Malas melakukan aktivitas sehari-hari
4) Sulit berkonsentrasi
5) Tidak memiliki tanggung jawab
6) Emosi tidak terkendali
7) Tidak peduli dengan nilai dan norma yang ada
8) Merasa dikucilkan atau menarik diri dari lingkungan
9) Cenderung melakukan tindak pidana kekerasan
6
b. Psikotropika
Terdiri dari :
1) Ekstasi (CT)
2) Shabu-shabu
3) Lexotan, nipan
4) Pil koplo, dll
b. Dihisap
Yang termasuk dihisap adalah :
1) Daun ganja
2) Tembakau
c. Dihirup
Yang termasuk dihirup adalah :
1) Kokain
2) Hashis
3) Shabu-shabu
7
d. Disuntik
Penggunaan narkoba dengan jenis ini melalui alat sintik yakni dengan
memasukkan cairan (zat adiktif):
1) Heroin/ putaw
2) Morfin
3) Amfetamin (ATS)
8
a. Fungsi Perawat
1) Independent
Fungsi independent perawat adalah “ those activies that are considered to
be within nursing’s scope of diagnosis and treatment “. Dalam fungsi ini tindakan
perawat dalam penanganan klien pengguna NAPZA tidak memerlukan dokter.
Tindakan perawat bersifat mandiri, berdasarkan pada ilmu dan kiat keperawatan.
Dalam kaitan dengan penggunaan NAPZA tindakan perawat antara lain :
a) Pengkkajian klien pengguna NAPZA
b) Membantu klien pengguna NAPZA memenuhi kebutuhan sehari-hari
c) Mendororoong klien berprilaku secara wajar.
2) Interdependent
Fungsi perawat adalah “ carrier out in conjunction with other health team
members “. Tindakan perawat berdasarkan pada kerja sama dengan tim perawatan
atau tim kesehatan lain. Fungsi ini dilaksanakan dengan pembentukan tim yang
dipimpin oleh seorang dokter. Dan anggota tim lain bekerja sesuai kopetensinya
masing-masing. Contoh tidakannya adalah kolaborasi rehabilitas klien pengguna
NAPZA, dimana perawat bekerja dengan psikiater, sosial worker, ahli gizi juga
rahaniawan.
3) Dependent
Fungsi perawat adalah “the activities performen based on the physician’s
order “. Dalam fungsi ini perawat bertindak membantu dokter dalm memberikan
pelayanan medik. Perawat membantu dokter memberikan pelayanan pengobatab
atau pemberian psikofarmaka dan tindakan khusus yang menjadi wewenang
dokter dan seharusnya dilakukan oleh dokter. Contohnya pada tindakan
detoksifikasi NAPZA.
b. Peran perawat
1) Provider/ pelaksana
Peran ini menekankan kemampuan perawat sebagai media penyedia
layanan keperawatan (praknisi). Perawat baik secara langsung maupun tidak
langung membeerikan asuhan keperawatan kepada klien dengan ketergantungan
9
obbat-obat terlarang baik secaara individu, keluarga, ataupun masyarakat.peran ini
biasanya dilaksanakann oleh perawat di tatanan pelayana seperti rumah sakit
khusus ketergantungan obat terlarang, unit pelayanan psikiatri, puskesmas dam
masyarakat. Untuk memcapai peran ini seorang perawat harus mempunyai
kemampuan secaara mandiri dan kolaborasi , memiliki kemampuan dan ilmu
pengetahuan tentang NAPZA. Dalam menjalankan perannya perawat memakai
metode pemecahan masalah dalam bentuk asuhan proses keperawat.
2) Edukator/pendidik
Peran ini menekankan kepada tindakan promotif. Perawat mmelakukan
pendidikan keesehatan tentang NAPZA dan dampaknya bagi kesehatan kepada
klien baik individu,kelompok, maupun masyarakat. Dlam pelakukan peran ini
perawat arus mempunyai kemampuan dalam hubungan interpersonal yang efektif,
mengetahui prinsip, yaang dianut oleh klien,mempunyai kemampuan proses
belajar dan mengajar daan mempunyai pengetahuan yan cukup tentang NAPZA.
3) Advokat
Di indonesiaa saat ini sudah ada peraturan yyang menyebutkan bahwa
pengguna NAPZA dapat dikirim ke panti rehabilitasi untuk menjalani perawatan
sebagai ganti hukuman kurungan. Namun sayangnya, seemenjak peraturan
tersebut berlaku tahhun 1997 (UU no.22tahun 1997 tentang narkotika & UU no.5
tahun 1997 tentang psikotropika). Beelum banyaak yaang dikirim ke panti
rehabilitasi ataas perintah hhaki di pengadilan. Hal ini terjadi terutama karna
masih kurangnya batasabn aantar pengguna dan pengedar di dalam UU narkotika
yang berlaku. Disinilah peran perawat dillakksannakan yait sebgai protektor dann
avokat. Peran ini dilaksanakan denagn upaya melindungi klien, selalu “ berbicara
untuk pasien” dan menjadi penengah antara pasien dan orang llain, membantu dan
mendukung klien dalam membuat keputusan serta berpartisipasi dalam
penyusunan kebijakan kesehatan.
10
2.1.6 Upaya Penanggulangan Narkoba
Ada 4 bentuk upaya penyalahgunaan masalah narkoba yaitu promotif,
preventif, rehabilitatif, dan represif.
a. Promotif
Disebut juga program preemtif atau program pemmbinaan. Program ini
ditujukan kepada masyarakat yangg belum memakai narkoba, atau yang bahkan
belum mengenal narkoba. Prinsipnya adalah dengan meningkatkan peranaan atau
kegiatan agar kelompok ini secar nyata lebih sejahatera sehingga tidak
pernahberpikir untuk memperoleh kebahagiaan semu dengan memakai naarkoba.
Bentuk program ini adalah : pelatihan,dialog interaktif, dan lain-lain pada
kelompok belajar, kelompok olahraga, seni budaya, atau kelompok usia
(tani,dagang,bengkel kopeasi,kerajinan dan lain-lain).
Penekanan dalm program preemtif adalah peningkatan kwalitas kinerja
agar leebih bahagia dan sejaahtera. Pengenalan terhadap masalah narkoba hanya
peringatan sepintas lalu.
Pelaku program prefentif yang paling tepat adalah lembaga-lembaga
kemasyarakatan yang difasilitasi dan diawasi oleh pemerintah.
b. Peventif
Disebut juga program pencegahan. Program ini di tunjukan kepada
masyarakat sehat yang belum mengenal narkoba agar mengethui seluk beluk
narkob sehingga tidak tertarik untuk menyalahgunakan naarkoba. Selain
dilakukan oleh pemerintah, program ini juga sangat efektif jika dibantu oleh
instalansi dan institusi lain, juga termasuk lembaga profesional lain, lembaga
swadaya masyarakat, perkumplan, ormas dan lain-lain.
Bentuk kegiatan :
1) Program prmberian informasi satu arah (monolog) dari pembicara kepada
pendengar tentang bahaya pemakain narkoba. Kampanye bersifat memberi
informasi satu arah tanpa ada tanya jawab. Biasanya hanyamemberikan
garis besar, dangkal, da umum. Kampanye anti penyalahgunaan narkoba
dapat juga dilakukan melalui spandu, brosur, poster, dan baliho. Misi yang
11
disampaikan adalah pesan untu relawan penyalahgunaan narkoba, tanpa
penjelasan yang mendalam atau ilmiah tentang naarkoba.
2) Penyuluhan seluk beluk narkoba
Berbeda dengan kampanye yang monolog, penyuluhan bersifat dialog
daan tanya jawab. Bentuknya dapat berupa seminar, ceramah dan lain-lain.
Tujuannya adalah untuk mendalami berbagai masalah tentang narkoba
sehingga masyarakat memahami tentang penyalahgunaan narkoba. Materi
deberikan / disampaikan oleh tenaga profesinal sesuai dengan tema
penyuluhan.
3) Pendidikan dan pelatiha kelompok sebaya (peer group)
Untuk dapat mengulangi masalah narkoba secara efektif di dallam
kelompok masyarakat terbatas tertentu, dilakukan pendidikan dan
pelatihan . program ini menenalkan materi narkiba secara
mendalamtentang narkoba, termasuk latihan pidato latihan diskitasi dan
lain-lain. Program ini dilakkan dirsekolah, kampus, atau kantor dalam
waktu beberapa hari
4) Upaaya mengawasi dan mengendalikan produsi dan distribusi narkoba di
masyarakat :
Pengawasan dan pengendalikan adalah program preventif yang menjadi
tugas aprat terkait.
c. Rehabilitatif
Rehabilitatif adalah upaya pemulihan kesehatan jiwa dan raga
yangdijutukan kepda pemakai narkobayang sudah menjalani program kuratif.
Tujuannya agar ia tidak memakai lagi daan bebas dari penyakitikutanyang
disebabkan oleh bekas pemakaian narkoba.
Itu sebabnya mengapa pengguna narkoba yang tanpa upaya pemulihan
tidak bermanfaat. Setelah sembuh, masih banyak masalah lain yang akan timbul.
Semua dampak negatif tersebut sangat sulit diatasi. Karna, banyak pemakai
narkoba yang ketika sudah sadar mengalami putus asa, kemudian bunuh diri. Cara
bunuh diiri terbanyak pemakai narkoba adalah dengan mentuntikkan dirinya
sendiri dengan narkoba dengan dosis besar sehingga mengalami overdosis.
12
Penyebab bunuh diri terbanyak karna putus asa adalah karna mengetahui
mengidap penyakit HIV/AIDS, atau jenggkel tidak dapat lepas dari nakoba.
Cara bunih diri lain yang ditempu adalah melompat dari ketnggian,
membenturkan kepala ketembok/ lantai, atau menabrakkan diri pada kendaraan.
Banyak maasyarakat yang membuka usaha rehabilitas bagi korban narkoba
dengan cara membuat pondokan bagi penderita narkoba. Ada berbagai cara
pemulihan. Namun, keberhasilan upaya ini tergantung pada :
1) Profesionalisme lembaga rehabilitasi (SDM, sarana dan prasarana) yang
menangani.
2) Kesadaran dan kesungguhan penderita
3) Dukungan atau kerjasama antara penderita, lembaga, dan keluarga
penderita.
Masalah yang paling besar dan sulit dalam penangana penderita narkoba
adalah mencegah datang nya kambuhan/relapse setalah yang penderitaselesai
menjalankan pengobatan. Relapse disebabkan oleh perasaan rindu dan keingina
yang kuatakibat salah satu sifatnarkoba, yaitu habitul. Satu-satunya cara yang
dianggap efektif untuk mencegah datangnya kambuhan saat ini adalah dengan
rehabilitasi fisik dan mental.
d. Represif
Program represif adalah penindakan terhadap produsen, bandar, pengedar,
dan pemakai berdasarkan hukum.program ini merupakan instansi pemerintah
yang berkewajiban mengawasi danmengendalikaan produksimaupun distribusi
semua zat yang tergolong narkoba. Selain megendalikan, program represif berupa
penindakan juga terhadap pemakai sebagai pelanggar undang-undang tentang
narkoba. Banyak narkoba dibuat dari bahan kimai yang sehari-hari bermanfaat
untuk kepentingan industri pertanian.
13
2.2 Konsep Asuhan Keperawatan
Proses keperawatan adalah metode yang efisien dalam mengorganisasikan
proses pikiran untuk membuat keputusan dan memecahkan masalah . Proses
keperawatan terdiri dari pengkajian, perencanaan, implementasi dan evaluasi.
Proses keperawatan merupakan satu siklus yang tidak terputus antara tahapannya.
2.2.1 Pengkajian
Pengkajian adanya streesor (Bio – psiko – sosial – spiritual dan kultural)
yang menembus garis pertahanan komunitas merupakan langkah pertama yang
dilakukan perawat.
Garis pertahanan fleksibel disebut juga Buffer Zone , garis ini sangat
dinamis terhadap stresor , stimulus dapat menembus garis pertahanan ini sampai
meyentuh garis pertahanan normal walaupun sementara ( Jangka pendek).
Komunitas tidak merasakan adanya stimulus atau stressor atau komunitas dalam
keadaan sehat. Walaupun komunitas tidak merasakan ada masalah. Stresor dapat
berupa adanya warga baru dalam komunitas, warga baru dari budaya berbeda
berisiko mempengaruhi komunitas. Pembangunan pusat hiburan didekat
komunitas merupakan ancaman bagi generasi muda, karena sering digunakan
tempat transaksi NAPZA.
Garis pertahanan normal menunjukan komunitas tetap dalam keadaan
sehat. Karakteristik komunitas dengan garis pertahanan normal yang baik
ditunjukan oleh rendahnya pengguna NAPZA, kekerasan pada remaja kurang,
ekonomi menengah, umumnya remaja sekolah dan bagi yang tidak sekolah sudah
bekerja tetap, remaja dengan kemampuan koping yang adaptif dan cendrung
membuat pemecahan masalah jangka panjang. streesor bisa saja berada digaris
pertahanan normal ini . Stresor bisa saja mulai mengancam komunitas, akan tetapi
komunitas belum merasakannya, misal sebagian kecil masyarakat mulai terpapar
dengan rokok, minuman keras. Tidak ada sarana olah raga, kegiatan
ekstrakurikuler tidak ada, kegiatan keagamaan dan organisasi kepemudaan tidak
jalan, warung menjual rokok, minuman keras secara bebas. Kondisi ini
menunjukan ada ancaman terhadap komunitas. Pengkajian terhadap koping dan
14
strategi pemecahan masalah pada remaja sangat penting dalam memperkuat garis
pertahanan normal ini.
15
b. Sub. Sistem (8 elemen)
1). Lingkungan fisik, Apakah remaja tinggal didaerah yang padat, apakah banyak
warung yang menjual rokok dan minuman keras?, apakah tersedia sarana olah
raga, adakah tempat ibadah
2). Kesehatan dan pelayanan sosial, meliputi ; data remaja yang ketergantungan
obat, HIV / AIDS, hepatitis, remaja yang gangguan mental, adakah fasilitas
kesehatan yang khusus melayani remaja seperti rumah sakit ketergantungan obat,
Puskesmas yang peduli kesehatan remaja (Konseling remaja) , praktik swasta
kesehatan remaja, agency home care, pelayanan emergensi, rumah rawatan,
pelayanan social seperti rehabilitasi pengguna obat-oabatan, klinik kesehatan
mental. Apakah adanya didalam komunitas atau diluar komunitas, jam pelayanan
dan keterjangkauan harga.
16
6). Komunikasi, meliputi ; adakah tempat remaja berkumpul untuk bertukar
informasi ?, apakah remaja memanfaatkan fasilitas Koran, TV/ Radio, bentuk
komunikasi formal dan informal yang ada, dari siapa remaja memperoleh
informasi tentang NAPZA ?, apakah informasi yang diterima benar ? . Apakah
tokoh masyarakat mendengarkan pendapat remaja ?,
7). Pendidikan, meliputi ; Perlu dikaji adakah sekolah bagi remaja dikomunitas,
bagaimana kondisinya, ada perpustakaan ?, reputasi sekolah, apa isu utama
pendidikan dikomunitas, angka drop out siswa, adakah kegiatan ekstrakurikuler,
pelayanan kesehatan disekolah dan program perawatan kesehatan sekolah di
dikomunitas ?.
8). Rekreasi, meliputi ; dimana remaja biasa bermain ?, tempat rekreasi utama,
siapa yang banyak menggunakannya, fasilitas apa yang ada dilokasi rekreasi ?.
17
2.2.2 Diagnosis Keperawatan
Diagnosis keperawatan komunitas merupakan pernyataan kondisi
kesehatan komunitas baik aktual, adanya ancaman kesehatan (Risiko) dan adanya
kemungkinan kearah perbaikan (Potensial). Diagnosa keperawatan komunitas
yang mungkin muncul pada remaja dengan risiko penyalahgunaan NAPZA antara
lain ; 1). Risiko peningkatan penyalahgunaan NAPZA pada remaja berhubungan
kurang kondusifnya lingkungan remaja (Keluarga, masyarakat, teman sebaya ,
sekolah dan kerja) ; 2). Kurang efektifnya koping remaja berhubungan dengan
pengetahuan dan sikap yang salah terhadap NAPZA ; 3). Kurang efektifnya
komunikasi remaja dengan orang tua berhubungan pengetahuan orang tua yang
masih rendah terhadap tumbuh-kembang dan perubahan-perubahan yang terjadi
pada remaja ; 4).Risiko peningkatan perilaku kekerasan pada remaja berhubungan
dengan peningkatan penyalahgunaan NAPZA pada remaja ; dan 5). Risiko
terjadinya penularan HIV / AIDS pada remaja berhubungan peningkatan
penggunaan jarum suntik secara bersama pada pengguna NAPZA.
18
Upaya prevensi tertier, diarahkan untuk mengurangi dampak atau akibat
ketergantungan pada NAPZA. Upaya rehabilitasi lebih menjadi fokus
pencegahan tertier. Peran perawat utama pada fase ini adalah sebagai advocator
agar klien mendapat perlindungan dan mendapat pelayanan yang sesuai serta
memadai , pemberi pelayanan (Provider) untuk memaksimalkan fungsi yang
masih mampu dilakukan klien. Diharapkan remaja dapat beradaptasi kembali
dengan lingkungan dan perawat beserta sosial support lainnya (orang tua, teman,
tokoh masyarakat dan guru) tetap memantau perilaku remaja agar tidak kembali
mencoba menggunakan NAPZA (McMurray, 2003 ; Anderson & McFarlane,
2012).
Masyarakat dituntut menciptakan lingkungan yang mendukung untuk
kesehatan remaja. Jika ditemui adanya kondisi yang sangat mendukung terjadinya
penyalahgunaan NAPZA seperti bebasnya pusat hiburan mengedarkan NAPZA
maka perlu kebijakan oleh pemerintah setempat. Pendekatan promotif dan
preventif ini perlu dengan menggunakan pendekatan sistem, karena jika berjalan
sendiri-sendiri hasilnya tidak akan memuaskan (McMurray , 2013).
Implementasi dilakukan bersama masyarakat , dengan mengacu kepada
perencanaan yang telah disusun bersama masyarakat. Perlu upaya peningkatan
harga diri remaja, komunikasi yang efektif dalam keluarga, latihan mengatakan
tidak pada NAPZA. Serta berbagai implementasi lainnya.
2.2.4 Evaluasi
Evaluasi pada keperawatan komunitas dilakukan secara terus-menerus.
Perubahan perilaku komunitas tidak dapat dilihat dalam jangka waktu singkat,
akan tetapi tahapan perubahan perilaku dapat dilihat dari perubahan pengetahuan,
psikomotor dan sikap. Minimal dibutuhkan waktu 12 minggu untuk merubah
perilaku masyarakat. Perubahan yang lebih besar membutuhkan waktu 6 bulan,
satu tahun bahkan lebih. Evaluasi dilakukan bersama-sama masyarakat. Apakah
terjadi penurunan pengguna NAPZA ?, apakah kekerasan masih sering terjadi dan
bagaimana insiden AIDS / HIV dalam komunitas remaja.
19
BAB III
PENUTUP
3.1 Kesimpulan
Penyalahgunaan zat adalah penggunaan zat secara terus menerus bahkan
sampai setelah terjadi masalah. Ketergantungan zat menunjukkan kondisi yang
parah dan sering dianggap sebagai penyakit.
Peran perawat komunitas didefinisikan sebagai tingkah laku yang
diharapkan oleh seseorang terhadap oraang lain, dalam hal ini perawat untuk
memberikan asuhan keperawatan, melakukan pembelaan pada klien , sebagai
peendidik tenaga perawat dan masyarakat, koordinator dalam pelayanan klien,
kolaborasi dalam membina kerja sama dengan profesi lain dan sejawat,
konsultasi pada tenga kerja dan klien, agent of change dari sistem, metodologi,
serta sikap (CHS,1989).
3.2 Saran
Diharapkan memberi bimbingan dan penyuluhan kepada para pemuda agar
tidak salah dalam memilih pergaulan. Isilah hidup dengan kegiatan yang positif
dan jangan mencoba hal-hal yang memberikan kenikmatan sesaat.
20
DAFTAR PUSTAKA
Hamid,A. (1999). Asuhan Keperawatan Kesehatan Jiwa Pada Anak dan Remaja.
Jakarta : Widya Medika
21