Anda di halaman 1dari 14

SYOK

ANAFILAKTIK
SYOK ANAFILAKTIK
• Syok anafilaktik merupakan reaksi alergi yang tergolong berat, kondisi ini
dapat mengancam nyawa seseorang yang mengalaminya karena berkembang
sangat cepat.
• Reaksi anafilaksis merupakan reaksi hipersensitvitas tipe I atau reaksi cepat
dimana reaksi segera muncul setelah terkena alergen.
• Reaksi anafilaktik merupakan reaksi imunologi yang melibatkan IgE dan
kemudian menyebabkan aktivasi sel mast dan basofil sehingga terjadi
pelepasan berbagai mediator inflamasi seperti histamin, prostaglandin,
leukotrien, triptase,sitokin, dan kemokin (histamin memegang peranan
terpenting dalam reaksi anafilaktik)
EPIDEMIOLOGI
• Anafilaksis dapat terjadi pada semua usia.
• Kelompok usia yang memiliki insidensi paling tinggi adalah usia 0-19 tahun
yaitu 70 kasus dari 100.000 populasi / tahun.
• Tidak ada faktor risiko jenis kelamin dalam kejadian anafilaktik.
• Baik pria maupun wanita dapat mengalami reaksi anafilaktik dengan penyebab
yang khas untuk masing-masing kelompok seperti alergi aspirin dan bahan
lateks paling sering pada wanita sementara gigitan serangga paling sering pada
pria
ETIOLOGI
•Makanan, khususnya kacang-kacangan, ikan dan makanan laut
lainnya, telur, gandum
•Obat, umumnya golongan penisilin, obat antiinflamasi non steroid
•Bahan latex
•Aktivitas fisik atau olahraga
•Zat radiokontras
•Gigitan serangga
FASE SYOK ANAFILAKTIK
(FASE SENSITASI)
FASE SYOK ANAFILAKTIK
(FASE AKTIVASI)
FASE SYOK ANAFILAKTIK
(FASE EFEKTOR)
DIAGNOSIS
TANDA DAN GEJALA SYOK ANAFILAKTIK
1. Kulit, subkutan, mukosa (80-90% kasus) 4. Sistem kardiovaskuler (45%)
• Kemerahan, gatal, urtikaria, dan angioedema • Nyeri dada, takikardia, bradikardia (jarang),
palpitasi, hipotensi, henti jantung.
• Gatal di periorbital, eritema konjunctiva, mata 5. Sistem saraf pusat (15%)
berair • Perubahan mood mendadak seperti iritabilitas, sakit
• Gatal pada bibir, lidah, palatum kepala, perubahan status mental, kebingungan.
• Bengkak di bibir, lidah, dan uvula. 6. Lain-lain
• Metallic taste di mulut, kram dan pendarahan
• Gatal di genital, telapak tangan dan kaki.
karena kontraksi uterus.
2. Respirasi (70%)
• Gatal di hidung, bersin-bersin, rinorea, pilek
• Gatal pada tenggorokan, suara serak, stridor,
batuk kering
• Peningkatan laju nafas, susah bernafas, gagal
nafas.
3. Gastrointestinal (45%)
• Nyeri abdomen, mual, muntah, diare, disfagia
DERAJAT SYOK ANAFILAKTIK
• Klasifikasi derajat klinis reaksi anafilaksis oleh Brown (2004)
1. Ringan (hanya melibatkan kulit dan jaringan dibawah kulit)
 eritema generalisata, urtikaria, angioedema/edema periorbita.
2. Sedang (melibatkan sistem respirasi, kardiovaskuler, gastrointestinal)
 sesak nafas, stridor, mengi, mual, muntah, pusing (pre syncope), rasa tidak enak di tenggorokan
dan dada serta nyeri perut.
3. Berat (hipoksia, hipotensi, syok dan manifestasi neurologis)
 sianosis (SpO2 ≤ 90%), hipotensi (SBP < 90 mmHg pada dewasa), kolaps, penurunan
kesadaran dan inkontinensia.

• Reaksi dengan derajat ringan dikenal sebagai reaksi hipersensitifitas akut, sedangkan untuk
derajat sedang dan berat merupakan gambaran klinis anafilaksis.
DIAGNOSIS BANDING
• Diagnosis banding reaksi anafilaksis adalah asma episode berat, sinkop, panic
attacks, hipoglikemia.
• Asma episode berat saat serangan dapat menunjukkan gejala batuk, sulit
bernafas, terdengar wheezing sehingga menyerupai reaksi anafilaksis pada
sistem respirasi. Namun, gatal, urtikaria, angioedema, nyeri abdomen jarang
ditemukan pada asma.
• Panic attacks menimbulkan gejala seperti kesulitan bernafas, kemerahan,
takikardia, dan gangguan gastrointestinal. Namun, adanya urtikaria,
angioedema, hipotensi jarang pada panic attacks.
PENATALAKSANAAN
1. Setelah melakukan anamnesis dan pemeriksaan fisik singkat, kenali adanya tanda anafilaktik
Kemudian, lakukan penilaian terhadap airway, breathing, circulation.
• Airway : adakah tanda sumbatan jalan napas seperti sesak, suara serak, stridor.
• Breathing : sianosis, takipneu, wheezing, saturasi O 2 <92%.
• Circulation : pucat, akral dingin dan lembab, hipotensi, pingsan.
2. Posisikan pasien pada posisi trendelenburg atau berbaring dengan kedua tungkai diangkat.
Posisi ini akan membantu meningkatkan venous return sehingga diharapkan terjadi peningkatan
tekanan darah.
3. Berikan oksigen 3-5 liter/ menit, pertimbangkan untuk melakukan intubasi atau trakeostomi
pada kondisi sesak berat atau ancaman henti napas.
PENATALAKSANAAN
4. Pasang akses intravena berikan cairan plasma ekspander (Dextran). Bila tidak tersedia NaCl fisiologis sebagai cairan
pengganti. Pemberian cairan tersebut dipertahankan sampai tekanan darah kembali optimal dan stabil.
5. Berikan epinefrin atau adrenalin secara intramuskular di bagan paha regio anterolateral dengan dosis 0,01 mg/kgBB
atau 0,3-0,5 mL dari larutan 1:1000. Pemberian epinefrin dapat diulangi 5-10 menit. Bila pasien tidak menunjukkan
respon, berikan epinefrin secara intravena dengan dosis 0,1-0,2 mL adrenalin dilarutkan dalam 10 mL NaCl dan
diberikan secara perlahan. Hindari pemberian adrenalin subkutan karena efeknya lambat dan sulit untuk diabsorpsi.
6. Bila terjadi bronkospasme dapat diberikan aminofilin. Berikan aminofilin sebanyak 250 mg secara perlahan
selama 10 menit intravena.
7. Antihistamin dan kortikosteroid adalah pilihan kedua setelah epinefrin. Kedua obat tersebut kurang bermanfaat
pada tingkat syok anafilaktik.
8. Lakukan resusitasi jantung paru (RJP) bila terjadi henti jantung dan lakukan sesuai algoritma henti jantung
KOMPLIKASI DAN PROGNOSIS
• Dengan penanganan yang tepat, pasien yang mengalami reaksi anafilaktik dapat sembuh sehingga
jarang menimbulkan komplikasi.
• Komplikasi yang mungkin muncul adalah iskemi miokard akibat hipotensi dan hipoksia, gangguan
kesadaran karena hipoksia otak, koma, dan pada kondisi berat dapat menyebabkan kematian.
• Kematian pada reaksi anafilaksis seringkali terjadi sebelum penderitanya mendapat pertolongan
kesehatan yang adekuat di rumah sakit, atau bila telah mendapat pengobatan biasanya kematian
terjadi pada 30 menit pertama.
• Prognosis pada penderita reaksi anafilaksis biasanya baik bila telah mendapat pengobatan yang
adekuat, kecuali pada penderita usia lanjut, penderita dengan penyakit kardiovaskuler atau infark
miokard akut, penderita dengan penyakit pernapasan dan penderita dengan kerusakan sistem saraf
pusat.

Anda mungkin juga menyukai