Anda di halaman 1dari 12

RAHASIA

MARKAS BESAR ANGKATAN DARAT Lampiran II Keputusan Kapuskesad


PUSAT KESEHATAN Nomor Kep / / XII / 2019
Tanggal Desember 2019

EVAKUASI DAN HOSPITALISASI

BAB I
PENDAHULUAN

1. Umum.

a. Penanganan penyingkiran dan perawatan korban/penderita merupakan


suatu usaha yang perlu diketahui oleh setiap anggota kesehatan sebagai salah
satu mata rantai dukungan dan pelayanan kesehatan baik di suatu daerah operasi
tempur maupun dalam keadaan damai

b. Untuk menolong korban/penderita agar terhindar dari cacat dan maut maka
perlu adanya kecepatan dan ketepatan di dalam penyingkiran korban/penderita
baik dalam pertempuran maupun dalam keadaan damai ke fasilitas pengobatan
atau perawatan yang lebih memadai.

c. Kecepatan dan ketepatan serta keamanan dalam penyingkiran korban/


penderita perlu dilandasi dengan pengetahuan tentang evakuasi dan Hospitalisasi,
yang mencerminkan rantai evakuasi yang harus dilalui, serta tingkat–tingkat
fasilitas pengobatan/perawatan yang perlu dimengerti dalam rangka Hospitalisasi.

d. Masing–masing fungsi evakuasi dan Hospitalisasi terkait satu dengan


lainnya, dalam rangka pembinaan kesehatan militer yang efektif dan efiseien.
Dengan demikian fungsi evakuasi akan selalu terikat erat dan tidak akan terlepas
dari fungsi Hospitalisasi.

2. Maksud dan Tujuan.

a. Maksud. Naskah Sekolah ini disusun dengan maksud untuk dijadikan


salah satu bahan ajaran bagi Pendidikan Perwira TNI AD.

a. Tujuan. Agar Perwira Siswa mengerti dan dapat melaksanakan evakuasi


dan Hospitalisasi sebagai bekal dalam pelaksanaan tugas di satuan.

3. Ruang Lingkup dan Tata Urut.

a. Pendahuluan.
b. Ketentuan Evakuasi Penderita
c. Pelaksanaan Evakuasi
d. Hospitalisasi
e. Penutup
2

4. Pengertian.
RAHASIA
a. Evakuasi. Adalah pemindahan korban/penderita, baik dalam pertempuran
maupun dalam keadaan damai sepanjang rantai evakuasi, ke tempat fasilitas
pengobatan atau perawatan yang lebih memadai sesuai kebutuhan.

b. Hospitalisasi. Adalah memberikan pengobatan dan perawatan dalam


Rumah Sakit atau tempat perawatan untuk korban/penderita yang membutuhkan
perawatan lama, guna proses penyembuhan yang baik, mencegah kecatatan,
dengan tindakan rehabilitasi sesuai dengan kemampuan perawatannya. Tindakan
Hospitalisasi ini berbeda dengan tindakan pertolongan pertama dan pengobatan
darurat yang tidak memerlukan perawatan, yang bertujuan mengembalikan
korban/penderita ke satuannya secepatnya.

BAB II
KETENTUAN EVAKUASI PENDERITA

5. Umum . Kecepatan dan ketepatan dalam memberikan pertolongan pertama


terhadap korban juga ditentukan oleh kegiatan evakuasi dan Hospitalisasi korban.

6. Evakuasi dan Hospitalisasi Tingkat Yonif

a. Longdarlap. Longdarlap terhadap korban/penderita dilaksanakan oleh Ta


Kes Ki dengan penanganan sebagai berikut :

1) Yang sangat ringan segera kembali ke Satuannya (Ru, Ton, Kompi).

2) Yang ringan tetapi memerlukan pertolongan lebih lanjut, berjalan


sendiri menuju ke Poslongyon.

3) Yang berat segera di evakuasi ke belakang oleh Ru Tandu, baik


dengan Tandu maupun ambulans.

b. Skala Prioritas Relatif. Ketentuan skala prioritas relatif yang dipergunakan


untuk menentukan/mendapatkan pertolongan pertama yaitu bertujuan untuk
menyelamatkan jiwa korban/penderita, serta membatasi kemungkinan terjadinya
cacat tubuh/mental lebih lanjut.

c. Konsentrasi atau Titik Kumpul Korban/Penderita. Bila situasi medan


sulit untuk melaksanakan evakuasi korban/penderita, maka perlu adanya
konsentrasi atau titik kumpul korban/penderita untuk memudahkan pelaksanaan
evakuasi korban/penderita ke belakang.

d. Penyaringan Korban/Penderita (Triage).


3

1) Sebelum korban/penderita dievakuasikan dari poslongyon, perlu


adanya penyaringan korban/penderita oleh Dokter Yon atau Danton Kes.
Yang termasuk dalam proses penyaringan ini adalah penetuan prioritas
pengobatan korban/penderita tersebut, setiap korban/penderita di evakuasi
melalui rantai evakuasi yang telah ditentukan.

2) Penyaringan korban/penderita merupakan anak kunci ke arah


efisiensi jumlah korban.

3) Jangan mengungsikan korban/penderita tanpa cukup alasan, karena


akan memberi beban yang tidak perlu bagi Satuan Kesehatan atasan dan
menyulitkan untuk memperoleh pengganti, serta melemahkan kekuatan
organik Satuan.

e. Siapkan Evakuasi. Yang di rawat di bagian persiapan evakuasi adalah


korban/penderita yang di tahan untuk perawatan atau pengobatan tidak lebih dari 2
x 24 Jam. Korban/penderita yang memerlukan perawatan lebih dari 2 x 24 jam
segera dievakuasi ke Satuan Kesehatan atasan, sementara diberikan pertolongan
lanjutan di Poslongyon.

7. Rantai Evakuasi.

a. Rantai evakuasi merupakan pengiriman korban/penderita yang membujur


dari Satuan kesehatan terdepan sampai ke Satuan kesehatan yang paling
belakang sebagai mata rantai evakuasi korban/penderita.

b. Satuan terdepan dari mata rantai evakuasi di daerah operasi ialah


Poslongyon dan yang terbelakang ialah Rumkitpus.

c. Visualisasi mata rantai evakuasi korban/penderita dengan beberapa


kemungkinan seperti berikut :

1) Poslongyon Patobring Rumitlap


Rumkityah Rumkitpus.

2) Poslongyon Patobring Rumkityah


Rumkitpus.

3) Poslongyon Rumkitlap Rumkitpus.

4) Poslongyon Rumkityah Rumkitpus.

d. Setiap korban/penderita yang dievakuasi dan melalui mata rantai evakuasi


maka korban/penderita tersebut akan mendapatkan pengobatan perawatan yang
mendalam.

e. Personel yang Bertugas Menyelenggarakan Evakuasi Korban/Penderita.

1) Di tingkat Batalyon : Personel Ru Tandu Tonkes Yon.


4

2) Di tingkat Brigade : Personel Ton ev Ki Keslap.


3) Di tingkat Divisi : Personel Ki ev Yon Kes.
4) Personel Satkes lainnya yang ditunjuk.

BAB III
PELAKSANAAN EVAKUASI

8. Umum. Prosedur evakuasi korban/penderita di daerah operasi/lapangan,


tentunya ditentukan oleh tugas dan tanggung jawab personel yang ada di Satpur.

9. Prosedur Evakuasi Pada Operasi Konvensional.

a. Dari Garis Depan ke Poslongyon. Apabila pasukan yang sedang


bertahan atau menyerang terjadi kontak dengan musuh, dimana jatuh korban,
maka prosedur evakuasi yang harus dilaksanakan oleh personel atau Satuan
Kesehatan adalah sebagai berikut :

1) Tugas Ta Kes Ki antara lain :

a) Beri Longdarlap kepada korban.

b) Isi kartu luka.

c) Amankan korban.

d) Lapor kepada Dan Pasukan atau Dan Ki dengan melaporkan.

(1) Keadaan korban.


(2) Tempat kedudukan korban.
(3) Titik tanda korban.
(4) Penyampaian sarana–sarana angkutan yang
perlu disiapkan.

2) Tugas Dan Pok Tandu antara lain :

a) Memimpin Pok Tandu untuk menemukan korban.

b) Menyempurnakan Longdarlap yang telah diberikan oleh Ta


Kes Ki.

c) Memperhatikan kartu luka korban yang bersangkutan,


mengenai tindakan yang telah diberikan oleh Ta Kes Ki dan petunjuk
yang dicantumkan dalam kartu luka tersebut. Misalnya korban di
pasang tourniquet, kapan harus dibuka dan kapan harus dipasang
kembali.
5

d) Dan Pok Tandu memasang infus bila korban memerlukan


infus.
e) Selama dalam perjalanan Dan Pok Tandu selalu mengawasi
atau memperhatikan dan menjaga infus, juga torniquet serta keadaan
umum korban.
f) Membawa korban ke Poslongyon dengan sarana yang telah
ditentukan oleh Dan Ru Tandu, dan menyerahkan korban tersebut ke
POS di Poslongyon.

3) Tugas Dan Ru Tandu, antara lain memerintahkan Dan Pok Tandu


untuk mengambil korban ke garis depan dengan membawa perlengkapan
dan sarana angkutan sesuai perintah Dan Ton Kes. Dan Ru Tandu
memimpin sendiri Pok Tandu ke garis depan bila kehadirannya sangat
diperlukan, yang dikaitakan dengan kondisi korban atau atas perintah Dan
Ton Kes.

b. Dari Poslongyon ke Patobrig.

1) Dan Brig/Dan Satgas memerintahkan kepada Dan Ki Keslap/Dan Sat


longyon.

2) Dan Ki Keslap/Dan Satkes memerintahkan kepada Dan Ton Ev/ Dan


Sat Ev untuk mengambil korban dari poslongyon.

3) Danton Ev/Dan Sat Ev memerintahkan pengambilan korban dari


Poslongyon.

4) Danru Ambulans mengambil korban dari Poslongyon.

5) Dan Ru Ambulans meneliti kartu luka, dipasang torniquet atau tidak,


bila pasang kapan harus dikendorkan. Dipasang infus atau tidak, bila
dipasang infus perhatikan petunjuk yang tertulis pada kartu luka.

6) Ru Tandu agar selalu memperhatikan keadaan korban selama dalam


perjalanan menuju ke Patobring.

7) Setelah sampai di Patobring menyerahkan korban di POS, di sini


dilaksanakan pertukaran alat–alat kesehatan.

c. Dari Patobrig Ke Rumkitlap Yonkes.

1) Dan Brigade/Dan satgas setelah menerima berita dari Dan Yonif


melaporkan kepada Pang Divisi/Pang Ko Ops, tentang korban yang perlu
dievakuasikan dari Patobrig ke Rumitlap Yonkes.

2) Pang Divisi/Pang Ko Ops memerintahkan Dan Yonkes untuk


mengambil korban dari Patobrig.

3) Dan Yonkes memerintah kepada Dan Ki Ev untuk mengambil korban


dari Patobrig.
6

4) Dan Ki Ev memerintahkan kepada Dan Ton Ev untuk mengambil


korban dari Patobrig

5) Pelaksanaan pengambilan korban dari Patobrig.

d. Skema Evakuasi Lini 1 Tonkes Yonif pada Operasi Konvensional

TITIK
JATUH
KORBAN
TAKESKI
Mencari, mengamankan
dan melaksanakan
TITIK KUMPUL
LONGDARLAP
KORBAN
Melaporkan kondisi
korban dan saran
evakuasi

DANKIPAN POKTANDU
Mencari titik kumpul
korban,
Melaporkan dan minta menyempurnakan
evakuasi LONGDARLAP,
DANYONIF mengecek kartu luka
dan melaksanakan
evakuasi ke
Perintah evakuasi

DANKIMA DANPOKTANDU
Perintah evakuasi dan
Perintah evakuasi
sarana serta rutenya

Perintah evakuasi
DANTONKES DANRUTANDU
10. Prosedur Evakuasi Pada Operasi Lawan Gerilya

a. Pada operasi lawan gerilya gelar dukungan kesehatan Tonkes Yonif tidak
lagi dilaksanakan sesuai ketentuan pada operasi konvensional. Batalyon Infanteri
akan beroperasi dengan pola Satuan Kerangka yang tersebar dalam kekuatan–
kekuatan kecil untuk menguasai daerah tertentu guna mempersempit ruang gerak
gerilya musuh, atau pola Satuan Pemukul yang tersusun dalam Tim Tempur kecil
yang sangat mobil dan bergerak terus–menerus mencari, memukul dan
menghancurkan kekuatan bersenjata gerilya musuh.
7

b. Pada keadaan ini gelar dukungan kesehatan Tonkes Yonif akan


menyesuaikan dengan dianamika operasi Batalyon Infanteri yang didukung.
Tonkes terbagi sesuai kekuatan tim yang didukung. Personel kesehatan dituntut
mandiri dalam pertolongan darurat di lapangan dan evakuasi dilakukan secara
selektif dengan titik berat untuk menyelamatkan jiwa korban dan memelihara
kekuatan tempur satuan.

c. Prosedur Evakuasi yang dilakukan adalah :

1) Takes Tim melaksanakan pencarian, pengamanan dan Longdarlap.


Kondisi korban segera dilaporkan kepada Dantim dan disarankan untuk
dievakuasi.

2) Dantim melaporkan kepada Danyonif tentang kondisi korban dan


meminta untuk dievakuasi.

3) Apabila diperlukan dan memungkinkan untuk evakuasi Udara,


Danyonif memintakan evakuasi udara kepada Dan Sektor. Kesehatan sektor
beserta Satgas Udara melaksanakan pencarian titik kumpul korban dan
segera melakukan evakuasi ke rumah sakit wilayah.

4) Apabila evakuasi harus dilakukan oleh satuan sendiri maka Danyoni


memerintahkan Dankima dan Dantonkes untuk melaksanakan evakuasi
dengan kendaraan organik satuan. Tim evakuasi segera dibentuk oleh
Dantonkes dan dimintakan pengawalan kepada Dankima.

d. Skema Evakuasi pada Operasi Lawan Gerilya.

TAKESTIM TITIK
JAT
UH
KOR
Mencari, mengamankan BAN
dan melaksanakan
TITIK KUMPUL
LONGDARLAP
KORBAN
Melaporkan kondisi
korban dan saran
 evakuasi
DANTIM

Melaporkan dan minta


evakuasi
 DANYONIF EVAKUASI UDARA
Melaporkan dan minta
evakuasi
 DANSEKTOR

Perintah evakuasi RUMAH SAKIT


WILAYAH

 KES SEKTOR
SATGAS UDARA
8

11. Macam Alat Pengangkutan Korban/Penderita.

a. Alat Angkut Korban / Penderita antara lain :

1) Tandu darurat.
2) Ambulans.
3) Ambulans laut air.
4) Helikopter.
5) Dan lain–lain.

b. Alat Pengangkut Darurat/Improvisasi antara lain :

1) Tandu.
2) Sepeda.
3) Kuda/keledai.
4) Rakit.
5) Truk.
6) Dan lain–lain.

c. Dalam penentuan alat/sarana pengangkut korban/penderita disesuaikan


dengan situasi taktis, keadaan medan dan sarana yang tersedia.

12. Cara Pengangkutan Korban/Penderita.

a. Evakuasi dengan Tandu.

1) Ketentuan, bisa dilaksanakan di semua medan baik dengan tandu


biasa maupun tandu improvisasi.

2) Keuntungan :

a) Mudah didapat (dibuat).


b) Bisa diangkut dengan dua orang, tiga orang atau empat orang.
c) Kenyamanan bisa dijamin.

3) Kerugian :

a) Kecepatan kurang.
b) Pengangkut mudah/cepat lelah, apalagi kalau korban/
penderita berjumlah banyak, diperlukan personel pengangkut lebih
banyak pula.

b. Evakuasi dengan Ambulans Darat.

1) Ketentuan.

a) Harus ada jalan yang bisa dilalui.


b) Medannya memungkinkan dilalui kendaraan.
9

2) Keuntungan :

a) Kecepatan mengangkut terjamin.


b) Bisa mengangkut korban/penderita lebih dari satu orang.
c) Dapat menempuh jarak yang cukup jauh dalam waktu yang
cepat.

3) Kerugian, tidak dapat dilaksanakan bila.

a) Tidak ada jalan.


b) Medan yang sulit.

c. Evakuasi dengan Ambulans Air (Perahu).

1) Ketentuan.

a) Adanya jalur air sungai/danau yang cukup untuk dilalui.


b) Adanya perahu baik perahu biasa/bermesin.

2) Keuntungan.

a) Kenyamanan terjamin.
b) Kecepatan terjamin, dapat mencapai jarak jauh kalau pakai
mesin/motor.
c) Dapat mengangkut korban/penderita lebih dari satu orang.

3) Kerugian. Keamanan terhadap musuh agak rawan selama dalam


perjalanan.

d. Evakuasi Aeromedis/Evakuasi Udara.

1) Evakuasi aeromedis adalah pengangkutan korban/penderita melalui


udara.

2) Sarana evakuasi udara dapat dilakukan dengan kapal udara (sayap


tetap) maupun helikopter (sayap putar).

3) Evakuasi aeromedis di bagi dalam tiga tingkat :

a) Evakuasi aeromedis depan adalah pengungsian korban/


penderita dari daerah depan ke fasilitas kesehatan yang masih
berada di daerah tempur, dengan mempergunakan helikopter tanpa
penyaringan korban/penderita.

b) Evakuasi aeromedis taktis adalah pengungsian korban/


penderita dari rah tempur ke fasilitas kesehatan di rah kang, dengan
menggunakan helikopter dan dilaksanakan penyaringan korban/
penderita sebelum koban/penderita di evakuasikan.
10

(1) Keuntungan.

(a) Korban/penderita akan memperolah perawatan


yang lebih lengkap dalam waktu yang singkat sehingga
akan memperkecil kemungkinan cacat.

(b) Tidak memerlukan landasan yang khusus untuk


mendaratkan pesawat, apabila medan sangat sukar,
maka korban/penderita dapat diangkut/dibawa dengan
memakai tanki katrol pada saat pesawat akan berada di
atasnya pada suatu tempat tetap (hoovering ).

(2) Kerugian.

(a) Cuaca sangat mempengaruhi pelaksanaan


penerbanagan bagi evakuasi aeromedis.

(b) Bunyi pesawat dapat menunjukkan lokasi


pasukan yang sangat rawan tembakan, sehingga
memerlukan pengamanan dengan radius ± 1 km.

(c) Keunggulan udara lawan menghambat jalannya


evakuasi.

c) Evakuasi aeromedis strategis, adalah pengungsian korban/


penderita dari daerah mandala operasi ke Rumah Sakit Pusat,
dengan menggunakan pesawat udara biasa (Yap Tap).

(1) Keuntungan. Korban/penderita akan memperoleh


perawatan dari fasilitas perawatan yang terbatas ke fasilitas
perawatan yang lebih lengkap sehingga dapat memperkecil
kemungkinan cacat dan akan memperbesar jumlah korban/
penderita yang dapat bertugas kembali ke garis depan.

(2) Kerugian.

(a) Cuaca buruk akan membatasi pesawat terbang


untuk evakuasi aeromedis.

(b) Keunggulan udara lawan sangat menghambat


pelaksanaan evakuasi aeromedis.

(c) Diperlukan fasilitas pendaratan.

(d) Diperlukan personel kesehatan khusus


untuk pelaksaan perawatan selama dalam
perjalanan (penerbangan).
11

BAB IV
HOSPITALISASI

13. Umum. Berbagai kegiatan Hospitalisasi dapat dilaksanakan oleh personel


kesehatan lapangan mulai dari tingkat Batalion, Brigade, Divisi sampai kepada Satuan
kesehatan wilayah.

14. Hospitalisasi di Lapangan.

a. Di tingkat Batalyon.

1) Hospitalisasi diselenggarakan di bagian Obring, Obber dan Siap Ev


Poslongyon Ton Kes Yonif.
2) Lamanya perawatan tidak lebih dari 2 x 24 jam.
3) Daya tampung tidak melebihi 5 tempat tidur.
4) Tindakan medis pada pengobatan berat terbatas pada tindakan
bedah ringan.
5) Di bagian Siap Ev korban yang ditahan untuk perawatan/pengobatan
tidak lebih dari 2 x 24 jam, dengan maksud agar korban/penderita dapat
cepat kembali tugas ke tempat semula.
6) Korban/penderita yang memerlukan perawatan/pengobatan lebih dari
2 x 24 jam segera dievakuasikan ke fasilitas kesehatan atasan, setelah
diadakan penyaringan lebih dahulu.

b. Di tingkat Brigade.

1) Hospitalisasi di tingkat Brigade diselenggarakan di Bagian Siap Ev


dari Ton Patob Ki Kes Brig/Lap.
2) Lamanya perawatan tidak lebih dari 7 x 24 jam.
3) Daya tampung tidak lebih dari 15 tempat tidur.
Tindakan medis pada pengobatan berat dengan tindakan bedah ringan.
5) Di Ton Patob pengobatan/perawatan tidak lebih dari 7 x 24 jam,
dengan maksud agar korban/penderita dapat cepat kembali ke tugasnya di
garis depan.
6) Sedangkan penderita yang diperkirakan memerlukan pengobatan/
perawatan lebih dari 7 x 24 jam segera di evakuasikan ke fasilitas kesehatan
atasan setelah diadakan penyaringan lebih dahulu.

c. Di tingkat Divisi.

1) Hospitalisasi di tingkat Divisi diselenggarakan di Ton Wat Ki Rumkit


Lap Yon Kes.
2) Lamanya perawatan tidak lebih dari 14 x 24 jam.
3) Daya tampung tidak melebihi 50 tempat tidur.
4) Tindakan medis pada pengobatan berat dengan bedah semi definitif.
RAHASIA
12

4) Korban/penderita yang memerlukan pengobatan/perawatan lebih dari


14 x 24 jam segera dievakuasikan ke fasilitas Satuan Kesehatan atasan
(Rumkityah/Rumkitpus).

15. Hospitalisasi di Rumkityah.

a. Hospitalisasi di Rumkityah dapat diselenggarakan oleh Rumkityah Tk IV, III


dan II.

b. Bila tidak dapat diatasi di Rumkityah atau karena pertimbangan lain,


kemudian dikirim ke Rumkitpus (Rumkit Tk. I).

c. Dalam Menyelenggarakan Hospitalisasi Kegiatannya Mencakup :

1) Penerimaan korban/penderita.
2) Penyaringan (Triage).
3) Pemeriksaan (Diagnostik).
4) Pengobatan (Therapy).
5) Perawatan penderita.
6) Persiapan evakuasi.
7) Administrasi penderita.

BAB V
PENUTUP

16. Penutup. Demikian Naskah Sekolah ini disusun sebagai bahan ajaran untuk
pedoman Gadik dan peserta didik dalam proses belajar mengajar Evakuasi dan
Hospitalisasi untuk Pendidikan Perwira TNI AD.

Kepala Pusat Kesehatan Angkatan Darat,

Dr. dr. Tugas Ratmono, Sp.S., M.A.R.S., M.H


Mayor Jenderal TNI

RAHASIA

Anda mungkin juga menyukai