Anda di halaman 1dari 50

RAHASIA

MARKAS BESAR ANGKATAN DARAT Lampiran II Keputusan Kapuskesad


PUSAT KESEHATAN Nomor Kep / 841 / XII / 2019
Tanggal 20 Desember 2019

HYGIENE DAN SANITASI KESEHATAN

BAB I
PENDAHULUAN

1. Umum.

a. Hidup bersih dan sehat merupakan hal yang sangat penting dalam
kehidupan manusia, karena dengan hidup bersih dan sehat akan tercipta tubuh
yang sehat sehingga manusia dapat melakukan aktivitas dengan optimal. Demikian
juga bagi prajurit, kondisi tubuh yang sehat merupakan hal yang mutlak terlebih
apabila dikaitkan dengan tuntutan pelaksanaan tugas di lapangan pada saat
melaksanakan kegiatan latihan maupun tugas operasi.

b. Kenyataan di lapangan sering dijumpai bahwa pada saat melaksanakan


kegiatan latihan maupun operasi banyak prajurit yang kurang memperhatikan
ketentuan-ketentuan menjaga kondisi lingkungan maupun tubuh yang bersih dan
sehat.

c. Oleh karena itu pengetahuan tentang hygiene dan sanitasi kesehatan


penting untuk diberikan kepada prajurit dalam rangka mendukung pelaksanaan
tugas.

2. Maksud dan Tujuan.

a. Maksud. Naskah Sekolah ini disusun untuk memberikan pengetahuan


tentang hygiene sanitasi kesehatan kepada Serdik Dikcapa Kesehatan.

b. Tujuan. Naskah Sekolah ini sebagai pedoman bagi Gadik dalam


memberikan pelajaran tentang Hygiene Sanitasi Kesehatan kepada Serdik
Dikcapa Kesehatan

3. Ruang Lingkup dan Tata Urut.

Naskah Sekolah ini mencakup tentang Hygiene perorangan dan mars,


Aspek kesehatan sanitasi, Pelaksanaan kegiatan hygiene dan sanitasi lapangan yang
disusun dengan tata urut sebagai berikut :

a. Pendahuluan.
b. Hygiene Perorangan dan Mars.
c. Aspek Kesehatan Sanitasi
d. Pelaksanaan Kegiatan Hygiene dan Sanitasi Lapangan.
e. Penutup

RAHASIA
2

4. Pengertian.

a. Hygiene. Adalah ilmu atau keterampilan tentang cara memelihara


kesehatan sehingga terhindar dari gangguan penyakit.

b. Sanitasi. Adalah usaha pengendalian faktor lingkungan yang mungkin


dapat menimbulkan kerugian bagi kesehatan manusia.

c. Lapangan. Adalah tempat di luar komplek/asrama di mana pada tempat


tersebut dilaksanakan kegiatan latihan atau operasi yang bersifat sementara.

d. Menurut Depkes RI, (1994) Hygiene adalah suatu upaya atau tindakan


untuk menjaga/ meningkatkan kebersihan dan kesehatan dengan melakukan
pemeliharaan dini terhadap semua individu dan faktor lingkungan yang
mempengaruhinya. Tujuannya adalah agar setiap individu tidak terkena kuman
penyebab penyakit.

e. Hygiene perorangan adalah suatu cara yang dilakukan perorangan untuk


menghindarkan diri dari penyakit, dan Menurut Entjang (2001), upaya dari
seseorang untuk memelihara dan mempringgi derajat kesehatannya sendiri

f. Hygiene mars adalah sesuatu yang harus dilakukan oleh setiap prajurit
untuk kesiapan dan keberhasilan pelaksanaan mars.

g. Mars adalah berjalan teratur menurut aturan tertentu, memakai pakaian dan
membawa beban yang telah ditentukan dan dengan gerakan yang teratur,
dilakukan bersama-sama menuju tempat yang telah ditentukan.

BAB II
HYGIENE PERORANGAN DAN MARS

5. Umum.

Kesehatan dan ketahanan terhadap penyakit diperoleh dari cara hidup dan
faktor keturunan, untuk menciptakan peluang agar tetap fit dan bebas dari penyakit
dengan mengurangi faktor-faktor resiko tak terelakan dalam hidup sehari - hari, selain
dari pada itu kebiasaan hidup rapih dan bersih bagi setiap prajurit bila dilandasi oleh
jasmani yang baik, sebaliknya tak satupun taktik yang dapat dilakukan dengan sempurna
apalagi berhasil dengan baik bila tidak didukung oleh kemampuan jasmani dan salah
satunya adalah kemampuan Mars akan menumbuhkan pola hidup sehat yang akan
menunjang setiap langkah penugasan dari prajurit. Oleh karena itu penting bagi setiap
prajurit untuk mengetahui tentang pentingnya pengetahuan Hygiene Perorangan dan
Mars.

6. Hygiene Perorangan.

Hygiene Perorangan merupakan usaha membimbing dan membiasakan diri


dalam kehidupan sehari-hari agar terhindar dari penjalaran kuman penyakit, pencemaran,
3

dan lain-lain. Menyadarkan dan menjaga kebersihan diri seseorang di dalam mengolah
makanan agar jangan sampai menimbulkan penyakit bagi orang yang memakannya.

a. Prinsip Hygiene Perorangan


Prinsip Hygiene perorangan dalam penerapannya adalah sebagai  berikut :
1) Mengetahui apakah ada sumber cemaran yang berasal dari tubuh.
Sumber cemaran yang penting diketahui adalah : hidung, mulut, telinga, isi
perut, dan kulit. Sumber cemaran yang berasal dari tubuh harus selalu
dijaga kebersihannya agar tidak menambah potensi pencemaran.
2) Mengetahui sumber cemaran yang berasal dari perilaku. Sumber
cemaran yang berasal dari perilaku biasanya tercipta karena pola hidup
maupun kebiasaan seseorang dalam menjalani aktifitasnya sehari-hari.
3) Sumber cemaran karena ketidaktahuan. Sumber cemaran ini
biasanya terjadi karena belum mengetahui apa saja yang bisa
mengakibatkan cemaran dalam kebersihan pribadi serta tidak menyadari
bahwa hal tersebut menimbulkan penyakit.
b. Tujuan hygiene perorangan.
1) Meningkatkan derajat kesehatan seseorang.

2) Memelihara kebersihan diri seseorang.

3) Memperbaiki hygiene personal yang kurang.

4) Mencegah penyakit.

c. Upaya Hygiene Perorangan meliputi :

1) Memelihara kebersihan.

2) Makanan yang sehat.

3) Cara hidup yang teratur.

4) Meningkatkan daya tahan tubuh dan kesehatan jasmani.

5) Menghindari terjadinya penyakit.

6) Meningkatkan taraf kecerdasan dan kerohanian.

7) Melengkapi rumah dengan fasilitas yang menjamin hidup sehat.

8) Pemeriksaan kesehatan Hygiene merupakan hal yang sangat penting


diperhatikan terutama pada masa-masa perkembangan.

d. Dampak yang sering timbul pada masalah Hygiene Perorangan


Dampak yang akan timbul jika hygiene perorangan adalah (Tarwoto, 2003).

1) Dampak fisik, yaitu gangguan fisik yang terjadi karena adanya


gangguan kesehatan yang di derita seseorang karena tidak terpeliharanya
kebersihan perorangn dengan baik, adalah gangguan yang sering terjadi
adalah gangguan integritas kulit, gangguan membran mukosa mulut, infeksi
pada mata dan telinga dan gangguan fisik pada kuku.
4

2) Dampak Psikososial, yaitu masalah-masalah sosial yang


berhubungan dengan hygiene perorangan adlah gangguan kebutuhan rasa
nyaman, aktualisasi dan gangguan interaksi sosial.

e. Tanda dan Gejala


Menurut Departemen Kesehatan RI (2000), tanda dan gejala individu dengan
kurang perawatan diri adalah :

1) Fisik

Badan bau dan pakaian kotor, Rambut dan kulit kotor, kuku panjang

dan kotor, serta Gigi kotor disertai mulut bau, dan penampilan tidak rapih.

2) Psikologis

Malas dan tidak ada inisiatif, menarik diri atau isolasi diri, dan merasa
tak berdaya, rendah diri dan merasa hina.

3) Sosial

a) Interaksi kurang.

b) Kegiatan kurang

c) Tidak mampu berperilaku sesuai norma.

d) Cara makan tidak teratur, buang air besar dan buang air kecil
di sembarang tempat, gosok gigi dan mandi tidak mampu mandiri.

f. Tindakan pemeliharaan Hygiene Perorangan

1) Kebersihan Kulit. Pelihara kulit dengan cara :

a) Menggunakan barang keperluan sehari-hari milik sendiri.

b) Mandi dengan air bersih 2x sehari.

c) Mandi memakai sabun.

d) Menjaga kebersihan pakaian.


5

e) Makan yang bergizi terutama sayur dan buah.

f) Menjaga kebersihan lingkungan.

g) Bila terdapat luka/koreng, panu dan penyakit lainnya segera


diobati.

h) Bila air sedikit/ tidak ada, usahakan bagian tertentu (ketiak,


lipat paha) dilap dengan handuk basah.

2) Kebersihan Tangan dan Kaki.

a) Kebersihan Tangan.

(1) Kuku jari tangan harus dipotong pendek.

(2) Cuci tangan dan keringkan sebelum dan sesudah


makan, selesai buang air besar serta setiap selesai bekerja
yang mungkin kotor.

b) Kebersihan Kaki.

(1) Kuku jari kaki dipotong pendek datar.

(2) Cuci kaki dan keringkan menjelang tidur.

(3) Bila kaki berkeringat, rendam dengan air hangat


kemudian air dingin selama 10 menit dikeringkan dan diberi
bedak.

3) Kebersihan Rambut.

a) Rambut harus rapih, pendek dan terpelihara.

b) Cuci rambut setiap 2 – 3 hari sekali dengan air bersih dan


sampo atau sabun.

c) Jangan menggunakan sisir rambut secara bergantian.

4) Kebersihan Pakaian (Pakaian seragam, pakaian dalam dan pakaian


tidur).

a) Pakaian Seragam.
(1) Gantilah pakaian bila kotor.

(2) Cuci pakaian dengan sabun dan air yang bersih.

(3) Jemur di tempat terik matahari sampai kering.

b) Pakaian Dalam.
(1) Gantilah pakaian dalam.

(2) Jangan memakai pakaian dalam orang lain.


6

c) Pakaian tidur dan perlengkapan tidur.

(1) Ganti sprei, sarung bantal sedikitnya satu minggu sekali.

(2) Jemur selimut, bantal dan kasur di terik matahari pagi


minimal seminggu sekali.

(3) Baju tidur yang tipis tetapi hangat dan tidak sempit.

5) Pemeliharaan gigi dan mulut.

a) Menggosok gigi secara benar dan teratur dianjurkan setiap


sehabis makan.

b) Memakai sikat gigi sendiri.

c) Menghindari makan-makanan yang merusak gigi.

d) Menbiasakan makan buah-buahan yang menyehatkan gigi.

e) Memeriksakan gigi secara teratur.

f) Sikat gigi sesudah makan dan sebelum tidur.

g) Gunakan sikat gigi yang lurus, lembut dan rata.

h) Sebaiknya menggunakan pasta gigi yang mengandung Fluor.

6) Pemeliharaan Penglihatan.

a) Gunakan penerangan/cahaya yang cukup setiap pekerjaan


yang di hadapi.

b) Bila membaca jangan terlalu dekat dan jangan terlalu jauh ± 30


cm jarak antara mata dan buku.

c) Bila menulis usahakan pencahayaan datangnya dari arah kiri


atau di atas kepala.

d) Bila ada gangguan pada mata/penglihatan segera


berobat/periksa.
7

7) Pemeliharaan pendengaran.

a) Tutup telinga bila mau mendengarkan ledakan keras dengan


menggunakan alat pelindung atau improvisasi .

b) Adakan tindakan pemeliharaan terhadap


peralatan/perlengkapan yang mengeluarkan bunyi keras.

c) Tidak mengorek-ngorek telinga dengan benda tajam.

8) Pemeliharaan Kebersihan Alat Makan.

a) Gosok dan cuci alat makan sampai bersih dari sisa-sisa


makanan.

b) Cuci dengan sabun kemudian di bilas dengan bersih.

c) Menjaga kebersihan bahan makanan dan juga makanan yang


telah diolah.

d) Menjaga kebersihan semua peralatan memasak dan wadah


makanan.

7. Hygiene Mars.

Taktik yang dapat dilakukan dengan sempurna apalagi berhasil dengan baik bila
tidak didukung oleh kemampuan jasmani dan salah satunya adalah kemampuan
Mars Di dalam pelaksanaannya maka harus dipatuhi beberapa hal tentang tata cara
penyelenggaraan latihan mars antara lain adalah Hygiene Mars agar latihan
kesamaptaan jasmani mencapai norma dan persyaratan sebagai Prajurit TNI AD.

a. Persiapan Mars.

1) Lingkungan Kegiatan.

a) Latihan harus dilaksanakan secara teratur, bertahap dan


berlanjut (tidak boleh di paksakan).

b) Sebelum latihan Perwira Kesehatan memberi arahan


mengenai :

(1) Disiplin mars.

(2) Perawatan kaki.

(3) Kebersihan diri.

(4) Disiplin air.

(5) Disiplin sanitasi

2) Pemeriksaan. Hal-hal yang harus diperiksa oleh perwira kesehatan.

a) Anggota yang sakit tidak boleh ikut latihan.


8

b) Jangan memakai sepatu yang terlalu sempit atau terlalu


longgar.
c) Kaos kaki terbuat dari katun, bersih, kering dan tidak bolong.
d) Sebelum berangkat semua veldples harus sudah diisi penuh
air minum.

b. Pelaksanaan Mars.

1) Waktu.

a) Waktu berangkat pagi hari/subuh, terlalu malam atau pagi-pagi


sekali tidak di anjurkan.

b) Pada musim panas berangkat bisa lebih awal dan jangan


terlalu siang lebih dari jam 10.00.

c) Sebelum berangkat diberi sarapan ringan yang mengadung


gula dan lemak.

2) Jarak.

a) Rata-rata 24 km sehari untuk divisi selama 6 hari.

b) Tidak boleh lebih dari 32 km.

c) Bila selama 6 hari berjalan maka pada hari ke 7 harus istirahat


penuh dan minggu ke II dianjurkan 21 km/hari.

3) Beban.
Sebagai pasukan rata-rata 30% dari berat badan dan tidak boleh lebih dari
45%.

4) Kecepatan dan istirahat.

a) Panjang langkah 60 cm dan 166 langkah/menit.

b) Tiap satu jam berjalan harus istirahat 10 menit.

c) ± 5 km/jam untuk brigade dan 4 km/jam untuk divisi, di selingi


istirahat 10 menit.

c. Hal-hal yang perlu diketahui dalam melaksanakan Mars.

1) Pengunaan Tenaga.

a) Suhu tertinggi yang ditahan manusia saat bekerja adalah 105 0


F (40,50 C), namun batas suhu tidak boleh melebihi 102 0 F (38,80
C), kalau di lampaui akan timbul kelengar matahari.
9

b) Penggunaan tenaga oleh prajurit yang terlatih dengan beban


lengkap dan pada jalan rata minimal 360 kalori/jam, tetapi orang yang
tidak terlatih dan sedang sakit maksimal 360 kalori/jam.

2) Kehilangan air dalam tubuh.

a) Jumlah air dalam tubuh ± 60% dari berat badan.

b) Kehilangan satu liter akan terasa haus, 2 – 2 ½ liter


menyebabkan gangguan fisik nyata, dan 3 liter bahaya maut
mengancam.

c) Mars pada suhu 1000 F (± 380 C) tanpa penukaran cairan, bisa


menyebabkan kelengar matahari dengan ancaman kematian.

3) Kehilangan Garam.

a) Berjalan 24 km pada suhu 80 – 105 0 F, akan keluar garam 100


gr selama 24 jam melalui keringat.

b) Untuk penukaran garam dengan cara :

(1) Sebanyak 50 gr dari makanan.


(2) Sebanyak 50 gram ditambahkan ke dalam air minum.

4) Banyaknya air yang boleh diminum selama Mars.

a) Minum sebanyak air yang dikeluarkan oleh tubuh.

b) Minum sampai tidak merasa haus.

c) Selama 24 km kehilangan ± 7 ½ liter, maka air yang harus


diberikan juga 7 ½ liter.

5) Anjuran minum untuk pasukan di daerah panas.

a) Tambahkan garam ke dalam air minum sehingga mencapai


keadaan 0,1% (2 tablet garam) untuk 1 veldples.

b) Minumlah air sebanyak yang dibutuhkan.

c) Sebelum berangkat dan sesudah tiba di tempat yang di tuju


minum sebanyak-banyaknya dan selama perjalanan setiap jam ½ - 1
liter.

d) Selama dalam perjalanan minumlah air yang dingin tetapi


bukan es.

e) Kalau air sukar di dapat, hanya boleh minum sesuai perintah


(disiplin air).
10

6) Disiplin Air.

a) Kalau air kurang, turutilah peraturan mengenai minum, berarti


hanya boleh minum bila ada perintah.
b) Air hanya boleh diminum dari sumber yang benar-benar bersih
(jangan minum sembarang air yang di temukan).
d. Kemungkinan yang timbul pada waktu Mars.

1) Luka lecet pada kaki.

a) Luka ini timbul karena adanya tekanan/gesekan pada bagian


permukaan kaki, sehingga timbul bendungan yang menyebabkan
timbulnya vesikel.
b) Cara mencegahnya :

(1) Kaos kaki yang baik.


(2) Sepatu yang pas dan baik.
(3) Di gosok dengan bawang merah + minyak kelapa.

c) Cara mengobatinya :

(1) Bila visikel belum pecah beri zalf yang dapat


melancarkan peredaran darah (counterpain), lasonil.
(2) Bila visikel pecah obati seperti pada luka biasa.
2) Mars Fracture.

a) Terjadi keretakan pada tulang tungkai bawah

b) Kebanyakan terjadi di telapak kaki.

c) Bisa pula terjadi di tulang tibia 1/3 bawah.

d) Cara mengatasinya ;

(1) Biasanya timbul oleh karena kurang baiknya persiapan


(latihan-latihan pendahuluan).

(2) Bila timbul maka pengobatannya seperti pada fraktur


yaitu istirahat penuh, fiksasi, roboransia, naikkan ke ambulan
dan di rawat
11

3) Cedera Panas.

a) Heat cramp = kejang panas


b) Heat exhaustion = kelelahan panas.
c) Heat stroke = sengatan panas.

BAB III
ASPEK KESEHATAN SANITASI

8. Umum. Aspek kesehatan sanitasi merupakan sesuatu hal kegiatan atau


unsur yang menunjukkan kegiatan menjaga kesehatan dari penyakit yang menitik
beratkan kepada “lingkungan” yang ada di sekitar objek “manusia”, kegiatannya misalnya
menjaga kebersihan ruangan, sirkulasi udara ruangan, pengelolaan sampah, penanganan
faktor penyakit dan lain-lain

9. Ruang Lingkup Sanitasi


a. Penyediaan air bersih/air minum “water supply” ini meliputi pengawasan
terhadap kualitas, kuantitas dan pemanfaatan air.
b. Pengolahan sampah “refuse disposal” ini meliputi cara pembuangan
sampah, peralatan pembuangan sampah dan cara penggunaannya.
c. Pengolahan makanan dan minuman “food sanitation” ini meliputi
pangadaan, penyimpanan, pengolahan dan penyajian makanan.
d. Pengawasan/pengendalian serangga dan binatang pengerat “insect and
rodent control” ini meliputi cara pengendalian serangan dan binatang pengerat.
e. Kesehatan dan keselamatan kerja, ini melakukan kegiatan K3 meliputi ruang
kerja “misalnya dapur”, pekerjaan, cara kerja dan tenaga kerja.

10. Manfaat Hygiene dan Sanitasi


Seperti yang telah dijelaskan pada pengertian Hygiene dan sanitasi diatas berikut ini ialah
beberapa manfaat hygiene dan sanitasi secara umum:

a. Memastikan tempat beraktivitas bersih.


b. Melindungi setiap individu dari faktor lingkungan yang dapat merusak
kesehatan fisik dan mental.
c. Tindakan pencegahan terhadap penyakit menular.
d. Tindakan pencegahan terhadap kecelakaan kerja.

11. Contoh Tindakan Hygiene dan Sanitasi


Tindakan hygiene dan sanitasi seharusnya dimulai dari diri sendiri. Kebiasaan yang baik
menjaga kebersihan dan kesehatan akan berdampak besar bagi lingkungan kita. Jadi
dalam hal ini personal hygiene punya peranan yang sangat penting.

a. Contoh Hygiene
Berikut ini adalah contoh tindakan personal hygiene yaitu:

1) Mencuci tangan hingga bersih setiap kali akan makan.


12

2) Mandi dan menggosok gigi secara teratur untuk menjaga kebersihan


tubuh.
3) Menjaga kebersihan bahan makanan dan juga makanan yang telah
diolah.
4) Menjaga kebersihan semua peralatan memasak dan wadah
makanan.
b. Contoh Sanitasi
Berikut ini ialah contoh tindakan sanitasi lingkungan:

1) Membuat dan mengatur saluran pembuangan air hujan di pinggir


jalan.
2) Membuat dan mengatur saluran pembuangan limbah rumah tangga
“dapur dan kamar mandi”.
3) Membuang sampah pada tempat yang telah disediakan.
4) Pengelolaan limbah/sampah dengan baik, teratur dan
berkesinambungan, misalnya dengan memilih sampah plastik, kertas,
organik, kaca dan logam.

12. Tindakan Mempertahankan dan Meningkatkan Derajat Kesehatan.


Menurut UU No 36 tahun 2009 tentang kesehatan adalah keadaan sehat, baik
secara fisik, mental, spritual maupun sosial yang memungkinkan setiap orang untuk hidup
produktif secara sosial dan ekonomis dengan melaksanakan kesehatan sanitasi dalam
bentuk pengawasan terhadap faktor-faktor lingkungan yang mempunyai pengaruh
terhadap kesehatan.

a. Kebersihan diri. Menjaga kebersihan tubuh dan pakaian merupakan


tindakan yang sederhana, namun berguna untuk mengurangi bibit penyakit yang
dapat menyerang seseorang. Kebersihan diri meliputi :

1) Kulit. Seluruh tubuh hendaknya dicuci dengan air dan sabun minimal
dua kali sehari.
2) Rambut. Rambut harus selalu dicukur pendek dan rapi serta
minimal satu kali seminggu dicuci. Jenggot dan kumis dicukur setiap hari.
3) Tangan. Tangan selalu dibersihkan, terutama saat akan makan.
Kuku harus selalu pendek dan bersih.
4) Gigi dan mulut. Gigi digosok minimal dua kali sehari, dianjurkan
waktu sesudah makan pagi dan sebelum tidur malam.
5) Kaki. Kaki merupakan penunjang utama bagi setiap orang.
Perawatan kaki sangat penting bagi setiap prajurit dan dilaksanakan dengan
cara :
a) Kaki perlu dicuci dan dikeringkan, terutama pada sela-sela jari.
b) Pakailah sepatu yang cocok (nyaman), jangan menggunakan
sepatu yang sempit atau longgar.
c) Pakailah kaos kaki yang bersih, usahakan mencuci dan
mengganti kaos kaki setiap hari.
Masalah yang sering dihadapi oleh kaki :
1) Lepuh.
2) Kuku tumbuh ke dalam (menusuk kulit).
3) Jamur/kutu air.
13

6) Pakaian dan alat tidur. Pakaian dan alat tidur dicuci dan dijemur
secara periodik dan hindarkan kebiasaan pinjam-meminjam pakaian dengan
orang lain.

7) Makanan dan minuman. Zat makanan yang diperlukan oleh tubuh


adalah hidrat arang, garam mineral, vitamin, protein, lemak dan air untuk
perkembangan dan pertumbuhan.

8) Latihan. Untuk mempertahankan dan meningkatkan derajat


kesehatan, otot-otot dan persendian perlu dilatih dengan teratur, misalnya
dengan olah raga yang sesuai.

9) Istirahat dan rekreasi. Tubuh manusia memerlukan waktu


istirahat yang teratur guna mengembalikan kondisi fisik dan mental, hal ini
dapat dicapai dengan tidur selama 7 – 8 jam sehari. Namun demikian setiap
prajurit perlu melatih diri agar dalam berbagai situasi mampu beristirahat.
Waktu di luar dinas sebaiknya diisi dengan rekreasi ringan seperti olah raga
dan kegiatan sosial.

10) Perlindungan terhadap iklim. Untuk mengatasi kesulitan yang


mungkin dihadapi akibat pengaruh iklim, maka setiap prajurit wajib
menggunakan perlengkapan sebaik-baiknya.

11) Perlindungan terhadap serangga pembawa kuman. Kebersihan


tubuh, pakaian dan lingkungan sangat membantu dalam menghindarkan diri
dari gangguan serangga pembawa kuman. Serangga sangat menyenangi
tempat/lingkungan yang kotor.

12) Menjauhkan diri dari sumber penyakit. Setiap prajurit harus benar-
benar melaksanakan hygiene dan sanitasi dengan baik.

b. Pembinaan mental. Pembinaan mental juga merupakan hal yang penting


dalam meningkatkan kesehatan seseorang, antar lain :

1) Pembinaan rohani.
2) Sosialisasi.
3) Toleransi.

13. Sanitasi Makanan dan Dapur


Mempertahankan keadaan lingkungan yang sehat sangat dibutuhkan dalam
mempertahankan masyarakat dan prajurit dalam melaksanakan hidup sehat karena
sanitasi merupakan penggunaan yang berhasil guna dari segenap tindakan untuk
mencapai dan mempertahankan keadaan lingkungan yang sehat antara lain mencakup
pengamanan dan penjagaan makanan dan minuman serta pengontrolan serangga-
serangga dan binatang-binatang pembawa penyakit.

a. Prinsip Hygiene dan Sanitasi Makanan


Pengertian dari prinsip hygiene dan sanitasi makanan adalah pengendalian
terhadap tempat bangunan, peralatan, orang dan bahan makanan. Prinsip ini
penting untuk diketahui Karena berperan sebagai factor kunci keberhasilan usaha
makanan. Suatu usaha makanan yang telah tumbuh dan berkembang dengan baik,
14

jika melalaikan prinsip-prinsip hygiene sanitasi makanan dan minuman, besar


kemungkinan pada suatu saat akan merugikan. Menurut Depkes RI, 2004, enam
prinsip hygiene makanan dan minuman yaitu:

1) Prinsip 1: Pemilihan Bahan Makanan

a) Kualitas bahan makanan yang baik dapat dilihat melalui ciri-ciri


fisik dan mutunya dalam hal ini bentuk, warna, bau, dan lainnya.
Bahan makanan yang baik terbebas dari kerusakan dan pencemaran
termasuk pencernaran oleh bahan kimia seperti pestisida.

1) Ciri-ciri bahan makanan yang baik


2) Buah-buahan
3) Keadaan fisiknya baik, isinya penuh, kulit utuh atau
tidak kotor
4) Isinya masih terbungkus kulit dengan baik
5) Warna sesuai dengan bawaannya, tidak ada warna
tambahan, warna buatan (karbitan) dan warna lain selain
warna buah.
6) Tidak berbau busuk bau asam basi atau bau yang tidak
segar lainnya.
7) Tidak ada cairan selain getah aslinya.

b) Terdaftar dibadan pengawasan obat dan makanan, ditandai


dengan adanya kode nomor: ML: untuk makanan luar negeri (import)
dan MD: untuk makanan dalam negeri.

1) Kemasan masih baik, utuh tidak rusak, bocor atau


kembung
2) Belum habis masa pakai (kadaluarsa)
3) Segel penutup masih terpasang dengan baik
4) Mempunyai merek dan label yang jelas nama instansi
pembuatannya
5) Sumber bahan makanan yang baik

c) Untuk mendapatkan bahan makanan yang tak perlu diketahui


sumber-sumber makanan yang baik.Sumber makanan yang baik
sering kali tidak mudah kita temukan karena jaringan perjalanan
makanan yang demikian panjang dan melalui jaringan perdagangan
pangan (Depkes, RI 2004). Adapun sumber bahan makanan yang
baik adalah :

1) Pusat penjualan bahan makanan dengan sistem


pengaturan suhu yang dikendalikan dengan baik
2) Tempat-tempat penjualan bahan makanan yang diawasi
oleh pemerintah daerah dengan baik.

2) Prinsip 2 : penyimpanan bahan makanan


a) Proses penyimpanan bahan makanan adalah agar bahan
makanan tidak mudah rusak dan kehilangan nilai gizinya. Semua
bahan makanan diberikan terlebih dahulu sebelum disimpan, yang
dapat dilakukan dengan cara mencuci. Setelah dikeringkan kemudian
15

dibungkus dengan pembungkus yang bersih dan simpan dalam


ruangan yang bersuhu rendah (Kusmayadi, 2008).

b) Menyimpan makanan dalam freezer sama sekali tidak


membunuh bakteri melainkan menghambat pertumbuhan. Apabila
makanan dikeluarkan dalam freezer dan temperature menjadi tinggi,
maka bakteri akan mulai perbanyak kembali. Bakteri baru berhenti
tumbuh apabila makanan disimpan pada temperature dibawah 300C
(Moehyi,1992).

c) Dalam penyimpanan bahan makanan hal-hal yang harus


diperhatikan adalah :

(1) Penyimpanan harus dilakukan dalam suatu tempat


khusus yang bersih dan memenuhi syarat.
(2) Barang-barang harus diatur dan disusun dengan baik,
(3) Mudah untuk mengambilnya
(4) Tidak menjadi tempat bersarang/bersembunyi serangga
dan tikus.
(5) Tidak mudah membentuk dan rusak, untuk bahan-
bahan yang mudah membusuk harus disediakan tempat
penyimpanan dingin.
(6) Setiap bahan makanan mempunyai kartu catatan agar
dapat digunakan untuk keluar masuk barang dengan sistem
FIFO(First in First out).

d) Ada tiga cara penyimpanan makanan yang sesuai  dengan


suhunya yaitu

(Depkes RI 2004)

(1) Penyimpan sejuk (cooling) yaitu suhu penyimpanan


1000C-1500C untuk jenis minuman buah, es krim, dan
sayuran.
(2) Penyimpanan dingin (chilling) yaitu suhu penyimpanan
400C-1000C untuk bahan makanan yang berprotein akan
diolah kembali.
(3) Penyimpanan dingin sekali (frezen) yaitu suhu
penyimpanan <1000C untuk bahan makan protein yang mudah
rusak untuk jangka >24 jam.

3) Prinsip 3 : Pengolahan Makanan


a) Pengolahan makanan adalah proses pengubahan bentuk dari
bahan mentah menjadi makanan yang siap santap, pengolahan
makanan yang baik adalah yang mengikuti kaidah prinsip-prinsip
hygiene sanitasi (Depkes RI, 2004). Dalam proses pengolahan
makanan, harus memenuhi persyaratan hygiene sanitasi terutama 
menjaga kebersihan peralatan masak yang digunakan, tempat
pengolahan atau atau disebut dapur serta kebersihan penjamah
makanan(Kusmayadi, 2008).

b) Penjamah makanan
16

Penjamah makanan adalah seorang tenaga kerja yang menjamah


mulai dari persiapan, mengolah, menyimpan, mengangkut maupun
dalam penyajian makanan. Pengetahuan sikap dan tindakan seorang
penjamah mempengaruhi kualitas makanan yang disajikan penjamah
mempengaruhi kualitas makanan yang disajikan penjmah yang
sedang sakit flu, demam dan diare sebaiknya tidak dilibatkan dahulu
dalam proses pengolahan makanan. Jika terjadi luka penjamah harus
menutup luka dengan pelindung kedap air misalnya, plester atau
sarung tangan plastic (Kusmayadi, 2008).

c) Syarat-syarat penjamah makanan (Depkes RI,2003) :

(1) Tidak menderita penyakit mudah menular, missal :


batuk, pilek, influenza, diare, penyakit perut sejenisnya.
(2) Menutup luka (pada luka terbuka/bisul atau luka
lainnya).
(3) Menjaga kebersihan tangan, rambut, kuku dan pakaian.
(4) Memakai celemek dan tutup kepala.
(5) Mencuci tangan setiap hendak menangani makanan.
(6) Menjamah makanan harus memakai alat/perlengkapan
atau dengan atas tangan.
(7) Tidak merokok, menggaruk anggota badan
(telinga,hidung, mulut dan bagian lainnya).
(8) Tidak batuk atau bersin dihadapan makanan jajanan
yang disajikan dan atau tanpa menutup hidung atau mulut.

d) Persiapan pengolahan makanan


Tempat pengolahan makanan yang digunakan harus memenuhi
standard an persyaratan hygiene sanitasi untuk mencegah resiko
pencemaran terhadap makanan. Beberapa hal yang penting dalam
persiapan tempat pengolahan adalah:

(1) Vertifikasi harus cukup baik agar siap dan udara panas
dapur keluar dengan sempurna.
(2) Lantai, dinding, dan ruangan bersih dan terpelihara agar
menekan kemungkinan pencemaran terhadap makanan.
(3) Meja peracikan bersih dari permukaannya/kuat, tahan
goresan agar bekas irisan tidak masuk kedalam makanan.
(4) Tungku dilengkapi dengan alat penangkap asap atau
pembuang asap berupa sungkup atau cerobong asap, agar
aap tidak mengotori ruangan.
(5) Ruangan bebas lalat dan tikus.

e) Peralatan makanan dan minuman


 Peralatan makanan dan minuman dapat dipergunakan seperti :
piring, gelas, mangkok, sendok atau garpu harus dalam keadaan
bersih. Beberapa hal yang harus diperhatikan adalah :

(1) Bentuk peralatan utuh, tidak rusak, cacat, retak, atau


berlekuk-lekuk tidak rata.
17

(2) Peralatan yang sudah bersih dilarang dipegang


dibagian tempat makanan, minuman atau menempel dimulut,
karena akan terjadi pencemaran mikroba melalui jari tangan.
(3) Peralatan yang sudah retak, gompel atau pecah selain
dapat menimbulkan kecelakaan (melukai tangan) juga menjadi
sumber pengumpulan kotoran karena tidak akan dicuci
sempurna.
(4) Dilarang menggunakan kembali peralatan yang
dirancang hanya untuk sekali pakai.
(5) Wadah penyimpanan makanan dan minuman

f) Wadah penyimpanan baskom, harus dalam keadaan bersih,


wadah penyimpanan perlu diperhatikan cara pemisahan yang benar
dan teliti untuk setiap jenis makanan yang berada di dalam ruangan
tempat penyimpanan. Makanan kering dan bahan makanan basah
serta makanan matang dan makanan mentah.

4) Prinsip 4 : Penyimpanan makanan


a) Menyimpan makanan dan minuman yang sudah masak
ditempat-tempat yang tidak terjangkau tikus, serangga,binatang
pengganggu lainnya. Adapun karakteristik dari pada pertumbuhan
bakteri pada makanan masak yang harus dipantau dan dijaga adalah
kadar air makanan, jenis makanan, suhu makanan.

b) Wadah. Setelah selesai proses pengadaan, pencemaran


bahan makanan, pencucian,peracikan, pembuatan, pengubahan
bentuk, maka akan dilakukan pengemasan atau pewadahan.
Makanan dan minuman yang disiapkan harus dengan wadah yang
bersih dan aman bagi kesehatan dan tutup makanan dan minuman
harus dalam keadaan bersih dan tidak mencemari makananan. Pada
dasarnya hygiene sanitasi dalam perwadahan mencakup beberapa
hal, antara lain :

(1) Semua makanan harus mempunyai wadah masing-


masing.
(2) Pemisahan didasarkan pada saat makanan mulai diolah
jenis makanan.
(3) Setiap wadah mempunyai tutup, tetapi berventilasi yang
dapat mengeluarkan uap air.
(4) Makanan berkuah dipisahkan antara lauk dengan saus
kuahnya.
(5) Suhu
(6) Makanan kering disimpan dalam suhu kamar (2500C-
3000C)
(7) Makanan basah harus segar disajikan diatas suhu
6000C
(8) Makanan basah yang masih lama disajikan pada suhu
dibawah 1000C.untuk mencegah pertumbuhan bakteri,
usahakanlah makanan selalu berada pada suhu dimana bakteri
tidak tumbuh yang dibawah 1000C atau diatas 6000C. Suhu
1000C-6000C sangat berbahaya.
18

5) Prinsip 5 : pengangkutan makanan


a) Pengangkutan makanan yang sehat akan sangat berperan
didalam mencegah terjadinya pencemaran makanan. Pencemaran
pada makanan lebih tinggi resikonya dari pada pencemaran pada
bahan makanan. Oleh karena itu, titik berat pengendalianyang perlu
diperhatikan adalah pada makanan masak. Dalam proses
pengankutan makanan banyak pihak yang terkait mulai dari
persiapan, perwadahan, orang, suhu dan kendaraan pengangkutan
itu sendiri.

b) Pengangkutan bahan makanan

Pencemaran makanan selama dalam pengangkutan dapat berupa


pencemaran fisik, mikroba maupun kimia. Untuk mencegahnya
adalah membuang atau setidaknya mengurangi sumber yang akan
menyebabkan pencemaran dengan cara

(1) Mengangkut bahan makanan tidak bercampur dengan


dengan bahan berbahaya dan beracun (B3) seperti pupuk, obat
hama atau bahan berbaya lainnya.
(2) Kendaraan pengangkutan makanan tidak dipergunakan
untuk mengangkut bahan lain seperti untuk mengangkut orang,
hewan, atau barang-barang.
(3) Kendaraan yang dipergunakan harus diperhatikan
kebersihannya agar setiap akan digunakan untuk makanan
selalu dalam keadaan bersih.
(4) Hindari pemakaian kendaraan yang telah mengangkut
bahan kimia atau pestisida walaupun telah dicuci masih akan
terjadi pencemaran.
(5) Hindari perlakuan manusia yang menangani makanan
selama pengangkutan, seperti perlakuan makanan yang
ditumpuk dan dibuang.

c) Pengangkutan makanan siap santap

Makanan siap santap lebih rawan terhadap pencemaran sehingga


perlu yang hati-hati. Oleh karena itu dalam pengangkutan makanan
siap santap perlu diperhatikan sebagai berikut :

(1) Setiap makanan mempunyai wadah-wadah masing.


(2) Wadah yang digunakan harus utuh, kuat dan ukurannya
memadai dengan makanan yang ditempatkan dan terbuat dari
bahan anti karat atau bocor.
(3) Pengangkutan untuk waktu yang lama harus diatur
suhunya agar tetap panas 6000C atau tetap dingin 4000C.
(4) Wadah selama dalam perjalanan tidak boleh selalu
dibuka dan tetap dalam keadaan tutup sampai ditempat
penyaji.
(5) Kendaraan pengangkutan disediakan khusus dan tidak
digunakan untuk keperluan mengangkut bahan lain.

6) Prinsip 6 : Penyajian makanan


19

a) Penyajian makanan yang menarik akan memberikan nilai


tambah dalam menarik pelanggan. Teknis penyajian makanan untuk
konsumen memiliki berbagai cara asalkan memperhatikan kaidah
hygiene sanitasi yang baik. Penggunaan pembungkus seperti plastic,
kertas atau boks plastic harus dalam keadaan bersih dan tidak
berasal dari bahan-bahan yang dapat menimbulkan racun.

b) Makanan yang disajikan pada tempat yang bersih, peralatan


yang digunakan bersih, sirkulasi udara dapat berlangsung,penyaji
berpakaian bersih dan rapi menggunakan tutup kepala atau celemek.
Tidak boleh terjadi kontak langsung dengan makanan yang disajikan

b. Faktor yang mempengaruhi hygiene sanitasi makanan


1) Faktor makanan
Hal-hal yang perlu diperhatikan dengan factor makanan diantaranya adalah :

a) Keadaan bahan makanan.


b) Cara penyimpanan bahan makanan
c) Proses pengolahan
d) Cara pengangkutan makanan yang telah dimasak
e) Cara penyimpanan makanan yang masak
f) Cara penyajian makanan masak

2) Faktor peralatan
Persyaratan peralatan dalam proses pengolahan makanan diantaranya
adalah :

a) Permukaan alat harus utuh tidak cacat dan mudah dibersihkan


b) Lapisan permukaan alat tidak mudah larut dalam asam/basa
atau garam yang lazim dipakai dalam proses makanan.
c) Apabila alat tersebut kontak dengan makanan, maka alat
tersebut tidak akan mengeluarkan bagian berat beracun berbahaya,
seperti :

(1) Seng (Zn)


(2) Tembaga (Cu)
(3) Arsenikum (As)
(4) Timah hitam (Pb)
(5) Cadmium (Cd)
(6) Antimon (sintibium)

d) Tutup wadah harus sempurna tertutup

e) Kriteria kebersihan ditentukan dengan angka kuman


maksimum 100/cm2 permukaan bebas dari kuman E.coli.

f) Faktor makanan
20

3) Persyaratan untuk karyawan/tenaga pengolahan makanan


diantaranya adalah :

a) Kondisi badan sehat dengan surat keterangan dokter


b) Bebas dari penyakit menular (TBC, thypus, kolera, dll)
c) Harus punya buku pemeriksaan kesehatan

c. Pengaruh makanan terhadap Kesehatan


1) Makanan merupakan salah satu pokok kebutuhan manusia untuk
kelangsungan hidupnya. Oleh karena itu, makanan merupakan hal yang
penting bagi manusia. Pentingnya makanan bagi manusia, selain dapat
dirasakan dalam kehidupan sehari-hari. Zat makanan dalam tubuh
mempunyai fungsi :

a) Sumber energi
b) Zat pembangun
c) Zat pengatur

Oleh sebab itu, makanan yang cukup diperlukan agar badan


mempunyai tenaga yang cukup untuk mempertahankan kehidupan, jasmani
dapat tumbuh dengan baik, sehat dan kuat. Kecukupan makanan diperlukan
agar tubuh tidak menjadi sakit baik oleh sebab defisiensi atau sebab dari
luar.

2) Dari sudut kesehatan lingkungan, pengaruh makanan terhadap


kesehatan yang harus diperhatikan ialah peranan makanan atau minuman
sebagai faktor/agen penyakit yang ditularkan melalui makanan yaitu :

a) Parasit-parasit seperti Taenia Saginata, Taenia solium,


Diphylobotrium latum, Trichinella spiralis dan sebagainya. Parasit-
parasit ini masuk dalam tubuh manusia melalui daging sapi, ikan,
babi, yang terkena infeksi dan dimakan tanpa memasaknya cukup
lama agar larva-larva parasit yang ada didalam daging mati.
b) Mikroorganisme seperti salmonella typhi, shigella dysentrie,
fever, virus hepatitis dan sebagainya, yang dapat mengkontaminasi
makanan dan masuk dalam tubuh manusia.
c) Toksin yang diproduksi oleh bakteri-bakteri (exo-toxin) yang
ada dalam makanan misalnya entero toxin dari staphylococcus, exo
toxin dari clostridium botulinum
d) Penggunaan tanaman atau bahan lain yang beracun seabagai
bahan makanan, seperti jamur beracun, tempe bongkrek dan
sebagainya.

3) Beberapa faktor yang baik langsung maupun tidak langsung


berpengaruh terhadap makanan adalah :

a) Air

Erat sekali hubungannya dengan makanan, oleh karena itu, air


diperlukan dalam semua proses pengolahan makanan. Dalam
beberapa hal air sangat menentukan kualitas makanan.
21

b) Air kotor (sewage)

Berbagai macam bahan organik dan anorganik terlarut dalam air kotor
Merupakan sumber dari kuman-kuman pathogen, terutama untuk
kuman-kuman yang berasal dari saluran pencemaran. Berperan
penting sebagai sumber pencemar bagi air dan makanan.

c) Tanah

Tanah yang mengandung mikroorganisme dapat mengkontaminasi


makanan dengan cara :

(1) Terbawa oleh alat-alat, masuk kedalam tempat


makanan/penyimpanan makanan, akhirnya sampai ke
makanan.
(2) Terkait pada bagian tanaman-tanaman/sayuran dan
sebagainya.
(3) Melalui makanan yang dibungkus dengan bahan/kertas
yang terkontaminasi oleh tanah yang mengandung
mikroorganisme.

d) Udara

Adanya mikroorganisme diudara karena terbawa oleh partikel-partikel


debu, air atau titik-titik ludah yang sudah disebarkan oleh
orang/hewan, batuk atau berbangkis. Tergantung dari lokasi, musim,
pergerakan udara.

e) Manusia. Merupakan sumber paten dari kuman-kuman


Stahilococcus aurcus, Salmonelia, Clostridium perfringen,
Enterrococcus

14, Pengolahan dan Penyajian Bahan Makanan. Sanitasi dalam pengolahan atau
penyajian bahan makanan adalah syarat mutlak untuk dikerjakan. Mereka yang menjabat
sebagai kepala dapur mempunyai tanggung jawab yang berat, karena harus mendidik dan
melatih personelnya agar selalu melaksanakan tindakan sanitasi tersebut. Tiap dapur
harus memiliki tempat cuci tangan yang letaknya sedemikian rupa sehingga mudah
dicapai oleh petugas dapur. Petugas dapur diharuskan mencuci tangan setiap kali setelah
buang air dan meninggalkan dapur.

a. Pengolahan dan Penyajian Buah dan Sayur.

1) Buah-buahan dan sayur-mayur yang dimakan tanpa dimasak seperti


lalapan, harus dicuci dengan sempurna dalam air yang memenuhi syarat
kesehatan. Hal ini terutama untuk sayur-mayur yang tercemar tanah seperti
seledri, kubis dan wortel.

2) Apabila diperlukan dapat dilakukan tindakan :

a) Hanya menggunakan buah/sayuran yang masih utuh saja


serta jangan mengupas/memotongnya sebelum didesinfeksi.
22

b) Celuplah bahan makanan tersebut ke dalam air mendidih.

3) Jangan merendam semua buah/sayuran sekaligus, namun secara


bertahap. Untuk sayuran tertentu proses ini akan menyebabkan lapisan luar
mengkerut.

b. Pengolahan dan Penyajian Daging.

1) Daging yang dicincang halus merupakan media yang disenangi oleh


berbagai kuman penyakit, maka makanan yang menggunakan daging
cincang tidak boleh terkontaminasi.

2) Personel dapur harus teliti memperhatikan syarat-syarat sanitasi


pada waktu pengolahan daging.

3) Perlu mencuci tangan dengan sabun dan air hangat dan sedapat
mungkin hindarkan memegang daging secara langsung, gunakan
perlengkapan seperti sendok dan garpu.

4) Usahakan pengolahan daging dilaksanakan dalam waktu tiga jam


sebelum disajikan atau pengolahannya secepat mungkin sebelum disajikan.

5) Apabila penyajian daging memerlukan waktu yang lama setelah


dimasak, maka perlu dipertahankan kehangatannya pada suhu sekitar 60º
C, karena kuman penyakit yang menyebabkan keracunan makanan akan
cepat berkembang biak pada suhu kamar.

15. Kegiatan Sanitasi Dapur. Tidak seorangpun yang senang makan di tempat
yang kotor, karena tempat yang kotor akan menjadi tempat yang baik untuk
berkembangbiaknya kuman-kuman penyakit. Oleh karenanya harus selalu menjaga
kebersihan, baik di ruang makan maupun di dapur serta semua alat-peralatan yang
digunakan. Apabila dapur yang digunakan berada dalam tenda, maka tanah dan daerah
sekitarnya harus dijaga kebersihannya seperti :

a. Tempat (alat) Masak. Tempat masak perlu dibersihkan setiap hari, setiap
kali selesai masak, sebab kalau tidak, maka kotoran dan sisa makanan yang
ketinggalan akan merusak logam tempat masak.

b. Meja. Setiap meja yang ada di dapur dan ruang makan perlu dibersihkan
dan disikat. Sebaiknya meja yang digunakan tidak mempunyai lubang/celah dan
permukaannya rata, sehingga tidak mudah kemasukan makanan/sisa makanan
dan debu.

c. Membersihkan Alat Masak/Alat Makan/Perlengkapan Lainnya.

1) Bila tersedia air panas.

a) Buanglah sisa makanan yang ada pada alat-peralatan


tersebut.
b) Cuci alat-peralatan tersebut dengan air panas dan sabun.
c) Celup dan rendam alat-peralatan tersebut dalam air panas
yang bersih.
23

d) Desinfeksi alat-peralatan tersebut dengan mencelupkannya


dalam air mendidih selama ± ½ menit.
e) Gantungkan alat peralatan tersebut di tempatnya dan dijaga
agar tidak terkena debu dan air kotor.

2) Bila tidak tersedia air panas.

a) Buang sisa makanan yang ada pada alat-peralatan tersebut.


b) Celupkan alat-peralatan ke dalam tempat yang berisi air dan
sabun.
c) Celupkan alat-peralatan ke dalam larutan Chlor sekurang-
kurangnya ½ menit.
d) Gantungkan pada tempat yang bebas dari debu dan percikan
air kotor.

3) Cara membersihkan perorangan.

a) Buang sisa makanan ke dalam tempat sampah.


b) Cuci alat peralatan dengan air sabun yang panas ( bila
disediakan ) atau dengan air sabun ( bila tidak ada air panas ).
c) Usahakan alat-peralatan kering di udara dan dijaga agar tidak
terkena kotoran.

BAB IV
PELAKSANAAN KEGIATAN HYGIENE DAN SANITASI LAPANGAN

16. Umum. Pelaksanaan kegiatan sanitasi lapangan merupakan suatu kegiatan


yang dilakukan di  lingkungan, mencakup perumahan, pembuangan kotoran, penyediaan
air bersih dan sebaginya tidak terlepas bersamaan kegiatan prajurit saat melaksanakan
kegiatan latihan maupun operasi, kenyataan di lapangan sering dijumpai bahwa pada
banyak prajurit yang kurang memperhatikan ketentuan-ketentuan menjaga kondisi
lingkungan maupun tubuh yang bersih dan sehat.

17. Hygiene Bivak. Hygiene bivak adalah usaha/tindakan di bidang kesehatan yang
ditujukan untuk memelihara dan meningkatkan kesehatan pada saat melaksanakan
kegiatan di lapangan. Syarat hygiene bivak adalah :

a. Berada pada tempat yang lebih tinggi supaya mendapat udara dan cahaya
matahari yang cukup.

b. Tanahnya tidak becek/ berlumpur dan tidak dekat rawa.

c. Terdapat sumber air bersih.

d. Mudah membuang kotoran dan membuat latrin (kakus).

e. Sebaiknya bivak membujur dari Utara ke Selatan supaya mendapat cahaya


matahari yang cukup.
24

f. Jarak antar bivak minimal 5 (lima) meter agar sirkulasi udara dan lalu-lintas
personel tidak terhambat.

g. Tidak bocor dan tidak tembus angin.

h. Lubang udara cukup, pada siang hari dibuka dan pada malam hari ditutup.

18. Penyediaan Air di lapangan

a. Kebutuhan Air. Manusia tidak dapat hidup tanpa air. Air diperlukan
untuk minum, memasak, mandi, mencuci, membersihkan dan untuk keperluan-
keperluan lainnya. Kebutuhan air oleh seorang prajurit dalam keadaan terdesak
cukup 5 liter/hari, dalam keadaan biasa diperkirakan 100 liter/hari dengan rincian
sebagai berikut :

1) Minum : 5 liter
2) Memasak : 5 liter
3) Membersihkan/mencuci : 15 liter
4) Mandi : 30 liter
5) Kakus / WC : 45 liter

b. Sumber Air. Sumber air yang sering dipergunakan di daerah operasi


atau di tempat latihan berasal dari :

1) Air dalam Tanah. Adalah air yang diperoleh dari pengumpulan air
pada lapisan tanah yang dalam. Air ini sangat bersih karena bebas dari
pencemaran, tapi seringkali mengandung mineral-mineral dalam kadar yang
terlalu tinggi, misalnya air sumur dan air dari mata air.

2) Air Permukaan. Adalah air yang terdapat pada permukaan tanah.


Air permukaan harus diolah terlebih dahulu sebelum dipergunakan karena
umumnya telah mengalami pencemaran, misalnya air sawah, air kali, air
danau, air kolam dan air hujan.

c. Syarat Air. Untuk menjamin keamanan dalam mengkonsumsi air, maka


sebelum dipergunakan diadakan pemeriksaan air terlebih dahulu hingga memenuhi
syarat yaitu :

1) Syarat Fisik.
a) Tidak berwarna.
b) Tidak berbau.
c) Rasa tawar.

2) Syarat Kimia. Yaitu tidak mengandung zat-zat yang berbahaya


untuk kesehatan seperti zat racun dan tidak mengandung mineral-mineral
serta zat-zat organik lebih tinggi dari jumlah yang ditentukan, misalnya :

a) Zn (Zink) tidak boleh lebih dari 0,05 mg/l


b) Pb (Plumbum/timah hitam) tidak
boleh lebih dari 0,05 mg/l
c) Cn (Sianida) tidak boleh lebih dari 0,05 mg/l
d) Fe (Ferrum / Besi) tidak boleh
25

lebih dari 0,10 mg/l


e) Cl (Chloride) tidak boleh lebih dari 200,00 mg/l
f) S (Sulfur) tidak boleh lebih dari 250,00 mg/l
g) F (Fluor) tidak boleh lebih dari 1,00 mg/l
h) Zat Organik tidak boleh lebih dari 10,00 mg/l
i) As (Arsen) tidak boleh lebih dari 0,05 mg/l
j) Cd (Cadmium) tidak boleh lebih dari 0,01 mg/l
k) Cu (Cuprum/tembaga) tidak boleh
lebih dari 0,05 mg/l
l) PH (keasaman) 6–8

3) Syarat Bakteriologis. Air harus terhindar dari pencemaran bibit


penyakit. Pemeriksaan air secara bakteriologis (mikrobiologis) harus
memenuhi syarat :

a) Tidak mengandung Entamoeba coli .


b) Tidak mengandung binatang seperti siput, cacing dan
sebagainya. Bila air yang diperoleh tidak sebagaimana mestinya,
maka kemungkinan dapat menimbulkan penyakit menular seperti :

(1) Typhus Abdominalis.


(2) Paratyphus.
(3) Disentri basiler
(4) Kolera

d. Penjernihan (Purifikasi) Air . Penjernihan air adalah suatu proses untuk


mengeluarkan zat-zat yang tidak dikehendaki di dalam air tersebut. Proses
penjernihan air terdiri dari tiga tahap yaitu :

1) Koagulasi (penggumpalan). Proses/tahap penggumpalan


dilakukan dalam bejana yang ukurannya disesuaikan dengan banyaknya air
yang akan diproses. Bahan yang digunakan dalam proses penggumpalan
untuk setiap 100 liter air contoh adalah :

a) Almunium sulfat 10 gr
b) Tawas 20 gr

2) Filtrasi (penyaringan). Setelah terjadi penggumpalan pada air contoh


kemudian air dialirkan ke dalam bejana penyaringan. Bahan yang digunakan
dalam proses penyaringan adalah :

a) Pasir setebal 15 cm
b) Kerikil setebal 15 cm

3) Desinfeksi (Pencucian hama). Air contoh dari bejana penyaringan


kemudian dialirkan ke dalam bejana penyucian hama, tujuannya adalah
untuk membunuh kuman patogen. Bahan yang digunakan dalam proses
penyucian hama adalah Kaporit 1 (satu) gram. Apabila setelah proses
penyucian hama, air cintoh berbau klor/kaporit maka ditambahkan arang
tempurung kelapa secukupnya. Kemudian air ditampung dalam bejana
penampung akhir dan air dapat digunakan sebagaimana mestinya.
26

Gambar I
Bejana A
1. Air kali
2. Almunium sulfat 10gr/100 liter air.
3. Tawas 20 gr/100 liter air.
Diaduk selama lima menit kemudian setelah
terjadi gumpalan, air dialirkan ke bejana B

Bejana B
1. Kaca penahan air
2. Pasir setebal 15 cm
3. Kerikil setebal 15 cm
4. Jarak bejana A – B 15 cm

Bejana C
1. Kaporit 1 gr
2. Arang tempurung kelapa
3. Jarak bejana B – C 15 cm

Bejana D
Air siap pakai

e. Yang Berperan dalam Penyediaan Air.

1) Komandan. Komandan Satuan bertanggungjawab terhadap


pengadaan air yang memenuhi syarat dan aman untuk pasukannya.
Komandan mengeluarkan tata tertib dalam hal penggunaan air.

2) Zeni AD. Zeni AD bertanggungjawab terhadap pengadaan dan


pengolahan air yang meliputi konstruksi operasi dan perawatan semua
fasilitas guna memperoleh, mengolah dan membagi air.

3) Kesehatan AD. Kesehatan AD memberi rekomendasi tentang


syarat-syarat air sehat yang perlu diperhatikan melalui uji kimia dan
bakteriologis tertentu serta memberi nasihat kepada Komandan Satuan dan
Perwira Zeni tentang cara-cara pengolahan yang harus digunakan.

4) Perorangan. Tiap prajurit harus memahami aturan penggunaan air


(disiplin air), yaitu :

a) Hanya minum air yang sudah memenuhi syarat kesehatan.


b) Mencegah kehilangan air secara tidak wajar.
c) Melindungi sumber air dengan tindakan sanitasi yang benar.

f. Pengadaan dan Pengamanan Air.


27

1) Jumlah air yang diperlukan. Jumlah air yang diperlukan untuk


pasukan di lapangan tergantung dari musim, letak geografis dan situasi
taktis. Di daerah tropis diperlukan lebih banyak air minum untuk mengganti
kehilangan air dan dehidrasi mungkin merupakan masalah pada waktu
musim kemarau.

2) Titik Air Zeni AD. Anggota Kesatuan memperoleh air yang telah
diolah Ziad pada titik-titik air dengan menggunakan tangki air, trailer air atau
jerigen. Kesatuan berkewajiban menjamin agar air tersebut tidak
terkontaminasi kembali pada saat pengangkutannya. Dalam hal ini harus
dilakukan usaha-usaha sebagai berikut :

a) Tangki air, trailer dan jerigen harus bersih, sedapat mungkin


alat tersebut hanya digunakan untuk mengangkut air. Apabila juga
digunakan untuk keperluan lain, maka harus dibersihkan dan
didesinfeksi dengan larutan Chlor, sebelum digunakan untuk
mengangkut air.

b) Bagian dalam dari tangki air, trailer dan jerigen harus dirawat
secara teratur untuk mencegah karatan dan pecahnya permukaan
bagian dalam.

Di Kesatuan, air tersebut disimpan dalam tempat air khusus,


kemudian dibagikan kepada masing-masing anggota.

g. Air Dari Sumber Bukan Zeni AD. Kesatuan yang berdiri sendiri mungkin
tidak dapat memperoleh air dari titik-titik air Ziad. Kesatuan tersebut harus
mengadakan dan mengolah sendiri dari :

1) Air Permukaan. Air permukaan umumnya lebih banyak


terkontaminasi dibanding dengan air dari lain sumber, namun biasanya
digunakan sebagai sumber air di lapangan karena jumlahnya mencukupi
kebutuhan.
2) Air Tanah. Air tanah biasanya kurang terkontaminasi dibanding
dengan air permukaan dan lebih menguntungkan. Dalam seleksi sumber air
tanah harus selalu diperhatikan bahwa sumber itu tidak terkontaminasi oleh
pembuangan kotoran/latrin lewat tanah.
3) Sumber lain. Air hujan kadang terpaksa digunakan bila jauh dari
sungai atau tidak ada sumber air tanah. Sebelum dapat diminum, perlu
didesinfeksi. Air laut hanya dapat dipakai untuk minum setelah didestilasi.

19. Kotoran. Pada saat melaksanakan kegiatan latihan di lapangan yang


memerlukan waktu beberapa hari, tentu akan menghasilkan barang/benda sisa yang
dikenal dengan kotoran, sebagai akibat dari aktivitas kegiatan tersebut.

a. Macam-macam Kotoran dan cara Pembuangan Kotoran


!). Macam-macam Kotoran
a) Kotoran manusia (tinja dan air seni).
b) Kotoran cair ( air bekas cucian, air bekas mandi dan air dari
dapur).
c) Sampah.
28

2) Cara Pembuangan Kotoran. Cara pembuangan kotoran


tergantung pada situasi taktis dan lokasi Kesatuan yang bersangkutan. Di
lapangan, banyak digunakan dengan cara menimbun atau membakar
kotoran.

b. Peranan Pembuangan Kotoran. Suatu pasukan di lapangan


menghasilkan sejumlah besar kotoran setiap hari, baik yang basah, cair ataupun
kering. Kotoran ini perlu disingkirkan dengan segera dan cermat, sebab jikalau
tidak maka perkemahan akan berubah menjadi tempat yang subur bagi lalat, tikus
dan lainnya dan penyakit-penyakit seperti disentri, typhus perut, paratyphus, kolera,
sampar dan sebagainya akan lebih mudah menyebar.

c. Tanggung Jawab.

1) Komandan. Komandan Satuan bertanggung jawab dalam


penyediaan fasilitas-fasilitas pembuangan kotoran di Kesatuannya.

2) Kesad. Personel Kesad bertanggung jawab menginspeksi fasilitas


pembuangan kotoran dan operasionalnya serta memberi rekomendasi
perubahan-perubahan yang perlu diambil guna menjamin kesehatan
anggota pasukan.

3) Satbanmin. Kesatuan ini menyiapkan dan membagikan alat-alat


tertentu yang perlu untuk pembuangan kotoran.

d. Cara Pembuangan Kotoran. Cara pembuangan kotoran tergantung dari


situasi dan kondisi setempat serta macam kotoran pada saat melakukan kegiatan
latihan atau operasi di lapangan.

1) Tinja.

a) Dalam gerakan, setiap anggota pasukan yang akan buang air


besar, menggali lubang sedalam 30 cm, setelah buang air besar,
lubang ditimbun kembali dengan tanah sebelum ditinggalkan.

b) Dalam perkemahan sementara (1-5 hari ) sebaiknya


menggunakan latrin (kakus) lapangan (sementara) .

c) Dalam keadaan lebih permanen, perlu menggunakan latrin


dalam dengan tempat buang air kecil (urinoir) yang terpisah.

2) Pembuatan Latrin Lapangan.

a) Sediakan tempat dengan luas sekitar 5 m x 4 m dan jarak dari


tenda 60 – 100 m.

b) Gali lubang latrin sebanyak lima lubang/sesuai kebutuhan,


masing-masing dengan ukuran panjang 120 cm, lebar 30 cm dan
dalam 75–180 cm.
29

c) Tanah hasil galian dipadatkan di dekat lubang latrin dan


digunakan untuk menimbun lubang latrin.

d) Buat saluran air dan penampungannya di sekitar latrin.

e) Buat pagar latrin dengan menggunakan sarana yang ada di


lapangan.

f) Sediakan tong air, gayung, ember dan lampu untuk


penerangan.

3) Ketentuan Umum tentang Latrin Lapangan.

a) Lamanya penggunaan latrin tergantung kepada :

(1) Lamanya berkemah/latihan.


(2) Tingginya air/kotoran dalam lubang latrin.
(3) Keadaan tanah itu sendiri.

Untuk menghindari terjadinya konstaminasi, maka tinja


(kotoran) dalam lubang latrin tidak boleh mencapai permukaan
tanah.

b) Menentukan lokasi latrin.


(1) Mudah dicapai oleh anggota pasukan.
(2) Pastikan bahwa tidak akan terjadi kontaminasi dengan
sumber air.

c) Buatlah latrin sesuai dengan petunjuk teknis yang berlaku.

d) Syarat-syarat lainnya :

(1) Buatlah pagar dan penutup.


(2) Buatlah saluran air di sekelilingnya.
(3) Sediakan tempat air, sabun dan lain-lainnya seperti
Petunjuk arah, dan Penerangan (lampu).

e) Untuk menjaga kebersihan latrin, mengurangi bau dan


mencegah lalat, maka perlu dilakukan :

(1) Menutup lubang latrin dengan sempurna.


(2) Membersihkan tempat jongkok setiap hari.
(3) Menyemprot area latrin dengan insektisida 2 x
seminggu.

f) Penggunaan latrin dihentikan apabila permukaan kotoran


sudah mencapai 20 cm di bawah permukaan tanah. Cara
menutup/menimbun latrin adalah sebagai berikut :

(1) Salurannya disemprot dengan insektisida.


(2) Lubang latrin ditimbun dengan tanah sampai rata dan
dipadatkan.
30

(3) Selanjutnya timbunan ditinggikan lagi dengan tanah


kemudian disemprot lagi dengan insektisida.
(4) Beri tanda khusus.

4) Air Kencing (Air seni).

a) Untuk latihan sekitar 1 – 5 hari, buang air kecil dapat


dilakukan menjadi satu di latrin.

b) Untuk latihan yang lebih lama dari lima hari, sebaiknya tempat
buang kecil (urinoir) dibuat terpisah dari latrin dan dibedakan antara
urinoir siang dan urinoir malam.

5) Pembuatan Urinoir.

a) Urinoir malam hari.

(1) Jumlah urinoir minimal harus mampu menampung 5%


pasukan setiap waktu.
(2) Sediakan tempat dengan luas sekitar 2 m x 2 m untuk
setiap urinoir dan jarak dari tenda 15 – 20 m.
(3) Gali lubang dengan ukuran diameter atas 80 cm,
diameter bawah 70 cm dan dalam 20 cm.
(4) Tanah hasil galian dipadatkan di dekat lubang dan
digunakan untuk menimbun lubang urinoir.
(5) Tanah pada bagian dasar lubang digemburkan agar
memudahkan penyerapan air.
(6) Buat saluran air dan penampungannya di sekitar urinoir.
(7) Buat pagar dengan menggunakan sarana yang ada di
lapangan.
(8) Sediakan tong air, gayung, ember dan lampu untuk
penerangan.
(9) Lubang urinoir ditimbun bila latihan sudah selesai.

b) Urinoir siang hari.

(1) Jumlah urinoir minimal harus mampu menampung 5%


pasukan setiap waktu.
(2) Sediakan tempat dengan luas sekitar 5 m x 3 m untuk
setiap urinoir dan jarak dari tenda 30 – 50 m.
(3) Gali lubang dengan ukuran panjang 300 cm, lebar 90
cm dan dalam 20 cm.
(4) Tanah hasil galian dipadatkan di dekat lubang dan
digunakan untuk menimbun lubang urinoir.
(5) Tanah pada bagian dasar lubang digemburkan agar
memudahkan penyerapan air.
(6) Buat saluran air dan penampungannya di sekitar urinoir.
(7) Buat pagar dengan menggunakan sarana yang ada di
lapangan.
(8) Sediakan tong air, gayung, dan ember.
(9) Lubang urinoir ditimbun bila latihan sudah selesai.
31

6) Sampah.

a) Sampah basah.

(1) Sampah basah dapat merupakan bahan sisa dari


proses pengolahan dan penyajian makanan.
(2) Penanganannya dengan cara ditampung pada lubang
penampungan dan kemudian ditimbun ataupun dibakar.

b) Pembuatan tempat sampah basah.

(1) Sediakan tempat dengan luas sekitar 1 m x 1 m dan


jarak dari tenda 60 – 100 m.
(2) Gali lubang dengan ukuran panjang 60 cm, lebar 60 cm
dan dalam 120 cm.
(3) Tanah hasil galian dipadatkan di dekat lubang dan
digunakan untuk menimbun lubang.
(4) Lubang sampah ditimbun bila sudah penuh atau bila
latihan sudah selesai.

c) Sampah kering.

(1) Sampah kering dapat merupakan bahan sisa dari


proses pengolahan dan penyajian makanan.
(2) Penanganannya dengan cara ditampung pada tong
sampah/ lubang penampungan dan kemudian dibakar.
(3) Sampah kering yang tidak dapat dibakar seperti botol
gelas, kaleng dan lain-lain ditampung pada tempat terpisah dan
kemudian ditimbun.

d) Pembuatan tempat sampah kering.

(1) Sediakan tong sampah dengan diameter minimal 40 cm


dan pada bagian dasar (bawah) diberi lubang secukupnya.
(2) Sediakan tempat dengan luas sekitar 1 m x 1 m dan
jarak dari tenda 60 – 100 m.
(3) Gali lubang dengan ukuran diameter 40 cm dan dalam
30 cm.
(4) Tanah hasil galian dipadatkan di dekat lubang dan
digunakan untuk menimbun lubang.
(5) Tong sampah kemudian diletakkan di atas lubang dan
pada saat tertentu, sampah yang ada di dalam tong dibakar.
(6) Lubang sampah ditimbun bila sudah penuh atau bila
latihan sudah selesai.

20. Pencemaran Udara. Pencemaran udara adalah masuk atau dimasukkannya


makhluk hidup, zat, energi dan atau komponen lain ke udara dan atau berubahnya
tatanan udara oleh kegiatan manusia atau proses alam, sehingga kualitas udara sampai
ke tingkat tertentu yang menyebabkan udara menjadi kurang atau tidak dapat berfungsi
sesuai dengan peruntukannya.
32

a. Sumber Pencemaran Udara. Dalam hubungannya dengan kesehatan


dan kesejahteraan manusia, saat ini pencemaran udara merupakan masalah yang
serius bagi manusia. Dari fase yang semula hanya terkontaminasi, pada suatu
ambang tertentu akhirnya titik batas itu dilalui hingga terjadilah pencemaran.
Apabila diinventarisasi, maka sumber-sumber pencemaran udara adalah sebagai
berikut :

1) Pencemaran udara yang disebabkan oleh industri dan pertambangan


(khususnya di kota-kota industri).

2) Pencemaran udara yang disebabkan oleh kendaraan bermotor.

3) Pencemaran udara oleh akses pembangunan.

4) Pencemaran udara oleh meningkatnya pembakaran segala bahan


buangan dengan segala latar belakang kependudukan.

b. Pencemaran Udara oleh Kendaraan Bermotor. Dari keempat sumber


pencemaran udara, pencemaran udara yang disebabkan oleh kendaraan bermotor
adalah yang paling utama. Polutan yang berasal dari kendaraan bermotor adalah :

1) Karbon Monoksida (CO). Gas CO terutama berasal dari pembakaran


bahan bakar yang tidak sempurna. Gas CO tidak berwarna dan tidak berbau
tetapi sangat beracun. Keracunan gas CO dapat menimbulkan akibat fisik
seperti pusing, pandangan kabur, kehilangan daya pikir sesaat bahkan
sering menyebabkan kematian.

2) Nitrogen Oksida (NOX). Gas NOX biasanya berupa NO dan NO2 , gas
ini berasal dari proses pembakaran pada suhu tinggi sekitar 800ºC di udara,
sehingga terjadi reaksi antara O2 dan N2 . Gas NO2 adalah gas yang sangat
beracun. Afinitas NO2 terhadap hemoglobin 300.000 kali lebih besar dari
afinitas O2 terhadap hemoglobin, sehingga kapasitas O 2 yang terbawa darah
akan turun dengan drastis.

3) Sulfur Oksida (SOX). SOX merupakan pencemar primer di udara,


sebagai hasil pembakaran dari senyawa yang mengandung belerang. Sulfur
oksida biasanya terdapat dalam bentuk kombinasi seperti sulfur dioksida
(SO2), sulfur trioksida (SO3) dari asam sulfur (H2SO4). PengaruhSO2 dapat
menaikkan morbiditas, mortalitas, gangguan pada sistem respirasi dan lain-
lain serta dapat menyebabkan korosi pada logam dan berkurangnya
produktivitas tanaman. SO2 dalam jumlah sedikit tidak berbahaya tetapi
dalam jumlah besar dapat menimbulkan keracunan dan kematian bagi
manusia. Dalam jumlah yang cukup, SO 2 dapat menimbulkan hujan asam
yang dapat merusak bangunan. Hal ini terjadi karena SO 2 langsung bereaksi
dengan uap air (H2O) di udara menjadi H2SO3 atau SO2 teroksidasi dahulu
menjadi SO3 kemudian baru bereaksi dengan uap air menjadi H 2SO4.

4) Hidrokarbon. Secara alamiah terdapat dalam jumlah yang sangat


kecil di dalam susunan udara atmosfer normal. Hidrokarbon dihasilkan dari
kegiatan industri, termasuk di dalamnya pembakaran bensin di udara dari
kendaraan bermotor. Hidrokarbon dapat menyebabkan batuk, bersin,
33

pusing, laryngitis, pharyngitis, bronchitis dan daya konsentrasi yang


menurun.

21. Pencemaran Air. Pencemaran air menurut peraturan Menkes RI Nomor


173/Menkes/Per/VIII/1977 adalah suatu peristiwa masuknya zat-zat ke dalam air yang
menyebabkan kualitas air menurun , sehingga dapat mengganggu/ membahayakan
kesehatan masyarakat. Beberapa pencemaran yang menyebar antara lain pencemaran
fisik, pencemaran kimia, pencemaran fisiologi dan pencemaran biologi. Pencemaran fisik
terdiri dari pencemaran warna karena bahan organik maupun non organik, kekeruhan, zat
tersuspensi, busa, radioaktivitas, pH, suhu dan lain-lain. Pencemaran kimia meliputi
pencemaran yang disebabkan oleh garam, logam berat dan lain-lain. Pencemaran
fisiologi meliputi pencemaran rasa dan bau. Pencemaran biologi meliputi pencemaran
karena adanya organisme.

a. Tolok Ukur. Beberapa hal yang menjadi tolok ukur pencemaran air adalah
suhu, pH, oksigen terlarut (DO), kebutuhan biologik oksigen (BOD), CO 2 bebas dan
derajat kebasaan ( alkalinitas ).
`
b. Suhu. Pembuangan air yang bersuhu tinggi dalam jumlah besar dapat
menaikkan suhu perairan penerima beberapa derajat di atas normal. Kenaikan
suhu tersebut akan mempengaruhi kehidupan organisme terutama ikan. Kenaikan
suhu akan mengakibatkan menurunnya kemampuan perairan tersebut untuk
mengikat oksigen. Perubahan suhu baik naik maupun turun disebut “Shock
Thermal”.

c. pH. pH menyatakan intensitas keasaman suatu cairan. pH standar air


adalah 7, bila kurang dari 7 disebut asam dan bila lebih dari 7 disebut basa.
pH yang terlalu asam atau terlalu basa akan menyebabkan proses aerobik biologis
menjadi terganggu. Hal ini akan mempengaruhi kehidupan organisme di dalamnya.

d. Oksigen Terlarut ( Dissolved Oxygen = DO ). Oksigen sulit larut


dalam air, ia tidak berreaksi di dalam air. Untuk larut dalam air memerlukan unsur
lain seperti besi dan bahan organik. Faktor yang berpengaruh terhadap kadar
oksigen terlarut dalam air secara alamiah adalah pengolahan di permukaan air,
luasnya daerah permukaan air yang terbuka bagi atmosfer, tekanan atmosfer dan
prosentase oksigen dalam udara di sekelilingnya. Persediaan oksigen dalam air
juga diperoleh dari proses fotosintesis tumbuhan akuatik dan phytoplankton.

e. Kebutuhan Biologik Oksigen ( Biological Oxygen Demand=BOD ).


BOD adalah jumlah oksigen yang dibutuhkan bakteri dalam menyeimbangkan zat
organik yang dapat dibusukkan.

f. CO2 Bebas. CO2 dapat berreaksi dengan air membentuk asam karbonat.
CO2 merupakan faktor penting dalam proses fotosintesis dan pertumbuhan
tanaman dan secara tidak langsung berpengaruh terhadap organisme akuatik
lainnya.

g. Derajat Kebasaan ( alkalinitas ). Alkalinitas air adalah kemampuan


kuantitatif untuk menetralkan asam terlarut ke pH yang diinginkan dan merupakan
ukuran jumlah kandungan basa air.
34

22. Penilaian ( Scoring ) Kesehatan Lingkungan.

a. Objek yang dinilai. Semua objek yang terdalam dalam pangkalan/komplek


TNI AD yang dapat mempengaruhi terhadap kesehatan.

b. Penilai. Yang melaksanakan penilaian adalah personel kesehatan


yang memahami tentang kesehatan lingkungan atau pernah mendapatkan
penataran.
Untuk pangkalan Batalyon termasuk komplek perumahannya, yang melakukan
penilaian adalah Baminkes Tonkes, sedangkan untuk Kodiklat/Puslatpur/Dodik
serta komplek TNI AD lainnya yang melakukan penilaian adalah personel yang
ditunjuk.

c. Cara Memberi Penilaian.

1) Penilai harus sudah mempelajari dan memahami objek apa yang


harus dinilai. Daftar objek yang dinilai terdapat dalam formulir penilaian.

2) Dengan membawa formulir penilaian, penilai mendatangi dan


memperhatikan dengan saksama objek yang akan dinilai. Penilai kemudian
mencocokkan kenyataan yang ada di lapangan dengan objek yang dinilai
yang terdapat dalam formulir penilaian dan memberi nilai pada kolom yang
ada dalam formulir penilaian.

3) Pengolahan hasil penilaian.

a) Penilaian tiap objek.Tiap objek harus dinilai dan diberi scoring


tersendiri.

b) Penilaian seluruh objek. Setelah seluruh objek dinilai dan


discoring, kemudian hasil scoring dijumlah seluruhnya dan dibagi
jumlah objek yang dinilai. (Tabel Penilaian (Skoring Kondisi
Kesehatan Lingkungan di Pangkalan/Kesatuan Angkatan Darat
terlampir)

4) Cara mengisi formulir penilaian. Dari contoh di atas, objek yang


dinilai adalah halaman yang terdiri dari empat sub objek yaitu kebersihan,
tanaman rumput, tumbuhan di kebun dan genangan air.

a) Mengisi kolom HASIL PENILAIAN adalah sesuai dengan hasil


pengamatan di lapangan.

b) Mengisi kolom Scoring adalah nilai pada kolom HASIL


PENILAIAN dibagi 4 ( jumlah sub objek ).

c) Scoring tiap objek adalah hasil penjumlahan dari scoring


seluruh sub objek.

d. Penggolongan keadaan kesehatan lingkungan. Penggolongan skor


(sehat, cukup dan tidak cukup) berlaku baik untuk tiap obyek yang dinilai maupun
hasil penilaian (skoring) secara keseluruhan.
35

1) Score 90 - 100 tergolong sehat


2) Score 80 – 89 tergolong baik
3) Score 65 – 79 tergolong cukup
4) Score 50 - 64 tergolong kurang
5) Score kurang dari 50 tergolong tidak sehat

BAB V
PENUTUP

23. Penutup. Demikian Naskah Sekolah ini disusun sebagai bahan ajaran untuk
pedoman bagi Gadik dan Perwira Siswa dalam proses berlajar mengajar Hygiene dan
Sanitasi Kesehatan pada Pendidikan Perwira TNI AD.

Kepala Pusat Kesehatan Angkatan Darat,

Dr. dr. Tugas Ratmono, Sp.S., M.A.R.S., M.H.


Mayor Jenderal TNI

Lampiran III Keputusan Kapuskesad


MARKAS BESAR ANGKATAN DARAT Nomor Kep / / XII / 2019
RAHASIA
PUSAT KESEHATAN Tanggal Desember 2019

Tabel 1.
PENILAIAN (SKORING) KONDISI KESEHATAN LINGKUNGAN
DI PANGKALAN/KESATUAN ANGKATAN DARAT
BESAR HASIL
NO OBYEK YANG DINILAI SKORING KET
NILAI PENILAIAN
36

1 2 3 4 5 6

1 Halaman
Termasuk lapangan :
a. Kebersihan
1) Bersih 100
2) Kurang bersih 60
3) Kotor (banyak sampah 0
bertebaran)
b. Tanaman Rumput
1) Lapangan dan tempat 100
lainnya terdapat tanaman
rumput dan terawat baik.
2) Lapangan dan tempat 60
lainya terdapat rumput dan tidak
terawat.
3) Lapangan tempat lainnya tidak 0
ditanami rumput (berdebu)
c. Tumbuhan yang ditanam di kebun
(halaman).
1) Tanaman teratur, terawat 100
dan bersih.
2) Tanaman kurang terawat, 60
teratur dan kurang bersih.
3) Kebun tidak terawat, kotor, 0
banyak semak- semak, sampah
daun dan sampah lainya.
d. Genangan air
1) Halaman tidak becek dan tidak
ada genangan air. 100
2) Halaman sedikit becek
3) Halaman becek dan 60
banyak genangan air. 0

Sampah :
2 a. Tersedia tempat sampah di ruangan
1) Tempat sampah memakai
tutup, mudah dibersihkan, bahan
tahan air dan asam. 100
2) Tepat sampah memakai
tutup, mudah dibersihkan, bahan
tidak tahan air dan asam. 60
37

1 2 3 4 5 6

3) Tempat sampah tidak 0


memakai tutup, susah
dibersihkan, bahan tidak
tahan air dan asam.
b. Bak pengumpul sampah di
halaman
1) Mudah dibersihkan, memakai 100
tutup, dan diangkut secara
periodik kurang dari 3 hari ke
Tempat Pembuangan Akhir (TPA).
2) Mudah dibersihkan memakai 60
tutup dan diangkut ke TPA lebih
dari 3 hari.
3) Susah dibersihkan, tidak 0
memakai tutup dan tidak diangkut
ke TPA atau dibiarkan
tertinggal.
3 Persediaan air
a. Tersedia cukup air melalui 100
system perpipaan dari PAM untuk
keperluan sehari - hari
b. Tersedia cukup air dari air 60
tanah tidak berwarna, tidak
berbau dan tidak ada rasa
c. Tidak tersedia cukup air, 0
sumber air dari air sungai
/perumahan secara fisik
berwarna, berbau, ada rasa

4 Jamban/WC
a. Tesedia jamban/WC dan 100
lantai bersih, cukup air, sabun
untuk cuci tangan. Tidak
terlihat lalat, kecoa dan tikus
serta ada sinar matahari cahaya
masuk ke dalam buatan
jamban.
b. Jamban/WC dan lantai kurang 60
bersih, ada air, ada sabun
untuk cuci tangan, tidak ada lalat,
kecoa dan tikus. Sinar
matahari/ cahaya buatan
masuk ke dalam ruangan
jamban/WC.
c. Jamban/ WC kotor, air kurang, 0
tidak ada sabun untuk cuci tangan
lihat lalat / kecoa / tikus, tidak ada
sinar matahari / cahaya buatan
kedalam ruangan WC.
38

5 Kamar Mandi
a. Kamar mandi bersih tidak 100
ada jentik dalam bak mandi
cukup air, cukup cahaya dan air
bekas dapat mengalir dengan
lancar.
b. Kamar mandi kurang 60
bersih, dan tidak ada jentik
dalam bak mandi cukup air
lantai kurang bersih cahaya
kurang, air bekas dapat
mengalir tetapi lambat.
c. Kamar mandi kotor ada jentik 0
di bak mandi, lantai kotor dan
berbau tidak sedap air kurang,
cahaya kurang, air bekas tidak
dapat mengalir / menggenang.

6 Tempat perkembangbiakan Jentik


nyamuk Aedes aegypti (bak mandi,
tandon air, ban bekas, kaleng bekas
dan kontener lainya)
a. Tidak ditemukan jentik pada 100
container baik di dalam maupun di
luar rumah / bangunan.
b. Ditemukan satu jentik pada 60
container di dalam atau di luar
rumah / bangunan
c. Ditemukan lebih dari satu jentik 0

7 Pembuangan air kotor


a. Saluran atau got selalu bersih 100
air mengalir lancar (tidak
tergenang).
b. Saluran atau got bersih, aliran 60
air kurang lancar (sebagian
tergenang).
c. Saluran atau got kotor, tidak 0
lancar (tergenang).

8 Ruang tidur
a. Ada Ventilasi, luas ruangan 12 100
M3 per orang, jarak tempat tidur
yang satu dengan lainnya minimal
50 cm hingga 100 cm. Bila tempat
tidur berderet maka posisi tidur
dengan kepala berlawanan. Satu
minggu sekali peralatan /
perlengkapan alat tidur (kasur,
bantal, selimut) dijemur dan
ruangan dibersihkan, ada tempat
sampah tertutup.
39

1 2 3 4 5 6

b. Ada ventilasi dan luas 60


ruangan 12 M3 per orang, jarak
tempat tidur yang satu dengan
yang lainnya antara 25 cm
hingga 50cm, tempat tidur
berderet dengan posisi kepala
sejajar, peralatan tidur dijemur
dan ruangan dibersihkan satu
bulan sekali, ada tempat sampah
tidak tertutup.
c. Ada ventilasi dan luas ruangan 0
10 M3 per orang, jarak antara
tempat tidur kurang dari 25 cm,
alat-alat tidur dijemur dan ruang
tidak pernah dibersihkan, tidak
ada tempat sampah.

9. Dapur
a. Dinding dan lantai bersih dan 100
tidak meresap air. Lalat, kecoak,
tikus tidak masuk ke dalam dapur.
sekitar dapur bebas dari sarang,
kecoak dan tikus ada tempat
sampah tertutup kelengkapannya
bagi petugas dapur dan
khususnya pemasak / penjamah
makanan / bahan makanan
dinyatakan bebas dari penyakit
menular dan menggunakan
pakaian pelindung seperti
topi,celemek dan sarung tangan
latex.
b. Dinding dan lantai kurang 60
bersih lalat, kecoak dan tikus
masuk kedalam dapur, ada
tempat sampah tertutup, ada toilet
bagi petugas dapur, petugas
dapur dinyatakan bebas dari
penyakit menular.
c. Dinding dan lantai kotor, lalat 0
dan kecoak terlihat masuk
kedalam banyak cela di dapur
yang memungkinkan tikus masuk
tempat sampah tidak tertutup
petugas dapur bebas ada yang di
nyatakan berpenyakit menular
atau terdapat luka pada tangan.
40

1 2 3 4 5 6

10 Ruangan makan
a. Ruangan, meja makan dan 100
lantai bersih baik sebelum
maupun sesudah dipergunakan
bebas lalat, kecoak dan tikus
(pintu dan jendela dilengkapi
kawat kasa) petugas tidak
berpenyakit menular dan selalu
berpakaian bersih. Tersedi
wastafel tempat untuk mencuci
tangan dan sabun.
b. Ruangan meja makan, lantai 60
bersih baik sebelum maupun
sesudah dipergunakan, kawat
kasa yang terpasang sebagian
berlobang sehingga lalat dan
kecoa bisa masuk ruangan,
petugas tidak berpenyakit menular
dan selalu berpakaian bersih,
tersedia wastafel / tempat
mencuci tangan.
c. Ruangan kotor baik sebelum 0
maupun sesudah dipergunakan
tidak ada kawat kasa terpasang
dipintu / jendela ruang makan
sehingga lalat dan kecoak bisa
masuk ke ruangan beberapa
bagian terlihat lobang / cela untuk
tikus bisa masuk. Petugas tidak
berpenyakit menular dan selalu
berpakaian bersih. Tidak tersedia
wastafel / tempat mencuci
tangan.

11 Tempat mencuci alat-alat Makanan


a. Adanya tempat menampung sisa
makanan
1) Adanya tempat sampah (yang 100
memenuhi syarat) untuk
menampung sisa-sisa (kedap air,
berpenutup dan dilengkapi
kantong plastik).
2) Ada tempat sampah tetapi 60
kurang memenuhi syarat (kedap
air, tidak berpenutup dan tidak
dilengkapi kantong plastik)
3) Tidak ada tempat sampah 0
untuk menampung sisa makanan
41

1 2 3 4 5 6

b. Bak untuk mencuci alat makanan.


1) Ada satu bak yang berisi 100
larutan air hangat dan sabun,
satu bak berisi air hangat untuk
mencuci kesatu dan satu bak lagi
berisi air hangat untuk pencuci ke
dua.
2) Bak air tersebut diatas tidak 60
tersisi air hangat tetapi diisi air
biasa.
3) Hanya terdapat satu bak untuk 0
segala keperluan tersebut
c. Adanya rak untuk menjemur alat
makan.
1) Ada rak yang cukup untuk untuk 100
menampung alat makan bersih
dan
rapi.
2) Ada rak tetapi kurang 60
mencukupi untuk menampung alat
makan.
3) Tidak ada rak untuk menjemur 0
alat makan.
d. Pembuangan air kotor.
1) Pembuangan air kotor (bekas 100
cucian alat makan lancar)
2) Pembuangan air kotor (bekas) 60
cucian kurang lancar.
3) Pembuangan air kotor tidak 0
lancar menimbulkan genangan.
e. Ditemukan lalat/kecoak
1) Di tempat cucian tidak 100
ditemukan adanya lalat dan
kecoak.
2) Di tempat cucian ditemukan 60
adanya satu lalat dan satu
kecoak.
3) Di tempat cucian ditemukan 0
lebih dari satu lalat dan kecoak.
f. Kebersihan tempat alat cuci alat
makan.
1) Tempat cuci alat makan bersih. 100
2) Tempat cuci alat makan 60
kurang bersih.
3) Tempat cuci alat makan kotor 0
dan bau
42

1 2 3 4 5 6
12. Tempat Cuci pakaian
a. Jumlah tempat cuci pakaian :
1) Terdapat tempat cuci pakaian 100
(5-10 kran untuk 100 orang bila
tiap orang mempunyai ember, bila
tidak mempunyai ember tiap 100
orang disediakan 10 kran air.
2) Tempat cuci pakaian kurang 60
mencukupi seperti apa yang
dikemukakan diatas.
3) Tidak ada tempat untuk cuci 0
pakaian.
b. Air bekas cucian :
1) Air bekas cucian mengalir 100
lancar
2) Air bekas cucian kurang 60
mengalir lancar
3) Air bekas cucian tidak dapat 0
mengalir sehingga menimbulkan
genangan.

c. Kebersihan tempat cuci pakaian :


1) Tempat cuci pakaian selalu 100
bersih
2) Tempat cuci pakaian kurang 60
bersih
3) Tempat cuci pakaian kotor 0

Kantin
13 a. Besar ruangan kantin :
1) Ruang cukup luas, cahaya dan 100
ventilasi cukup baik
2) Ruang cukup luas, cahaya dan 60
ventilasi kurang
3) Ruangan sempit, berdesak- 0
desakan.
b. Almari menyimpan makanan.
1) Ada almari untuk 100
menyimpan makanan dalam
kondisi baik.
2) Ada alamari untuk menyimpan 60
makanan dengan kondisi agak
rusak
dan terdapat cela.
3) Tidak ada almari untuk 0
menyimpan makanan usak
c. Penyajian kue dan makanan :
1) Kue dan makanan disimpan / 100
disajika) dalam keadaan tertutup
43

1 2 3 4 5 6
2) Tidak seluruh kue dan 60
makanan disimpan / disajikan dalam
keadaan terbuka.
3) Makanan dan kue disimpan 0
disajikan dalam keadaan terbuka.
d. Tempat cuci tangan
1) Ada tempat untuk cuci 100
tangan,
dan diberi sabun
2) Ada tempat untuk cuci tangan 60
tetapi tidak diberi sabun.
3) Tidak ada tempat untuk cuci 0
tangan
e. Tempat sampah dan sisa
makanan.
1) Terdapat tempat sampah dan 100
sisa makanan yang memenuhi
syarat (kedap air dan berpenutup)
2) Terdapat tempat sampah dan 60
sisa makanan yang kurang
memenuhi syarat ( kedap air dan
kurang tidak berpenutup).
3) Tidak terdapat tempat sampah 0
dan sisa makanan berserakan.
f. Adanya lalat/ kecoak/tikus.
1) Tidak terdapat lalat / kecoak / 100
tikus
2) Terdapat satu lalat / kecoak / 60
tikus
3) Terdapat lebih dari satu lalat / 0
kecoak / tikus.
g. Kebersihan ruang kantin
1) Ruang kantin selalu bersih 100
2) Ruang kantin kurang bersih 60
3) Ruang kantin kotor 0
h. Pekerja kantin
1) Semua pekerja kantin sehat 100
tidak berpenyakit menular dengan
surat keterangan dokter.
2) Terdapat satu atau lebih 0
pekerja kantin yang tidak sehat,
berpenyakit menular.
14 Tempat potong rambut/Pangkas.
a. Kebersihan ruangan. 100
1) Ruang potong rambut /
pangkas selalu bersih 60
2) Ruang potong rambut /
pangkas kurang bersih. 0
3) Ruangan potong rambut /
pangkas kotor
44

b. Kain dan handuk


1) Bersih dan setiap hari diganti. 100
2) Kurang bersih, dan setiap 60
hari tidak diganti.
3) Kotor dan tidak pernah diganti. 0
c. Alat pangkas rambut
1) Minimal dua minggu sekali di 100
cucihamakan
2) Satu bulan sekali alat pangkas, 60
dicucihamakan
3) Alat pangkas rambut tidak 0
pernah dicucihamakan.
d. Tempat sampah/rambut
1) Tersedia tempat sampah / 100
rambut yang memenuhi syarat
(bertutup).
2) Tersedia tempat sampah / 60
rambut yang kurang memenuhi
syarat (tidak bertutup).
3) Tidak tersedia tempat sampah 0
e. Pangkas rambut.
1) Pemangkasan rambut orang 100
yang sehat tidak berpenyakit
menular atau berpenyakit kulit
2) Pemangkasan rambut orang 0
yang berpenyakit menular atau
berpenyakit kulit.

15 Kolam renang
a. Syarat air kolam (sisa chlor)
1) Syarat air kolam memenuhi 100
syarat dengan kadar sisa
chlorkurang dari 0,2 ml/100 1.
2) Air kolam memenuhi syarat 60
kadar sisa chlor kurang dari 0,2 ml
/ 100 1.
3) Air kolam tidak memenuhi 0
syarat
b. Kejernihan air dan kebersihan
kolam.
1) Dasar kolam dapat dilihat dari 100
atas dan kolam tidak berlumut
2) Dasar kolam dapat dilihat dari 60
atas tetapi kolam berlumut.
3) Air kolam keruh sehingga dasar 0
kolam tidak dapat dilihat dari atas.
sebelum dan sesudah berenang.
45

c. Tempat untuk membersihkan


diri sebelum dan sesudah
berenang.
1) Ada tempat dengan air yang 100
lancar untuk membersihkan diri
2) Ada tempat dengan air yang 60
tidak lancar untuk membersihkan
diri sebelum dan sesudah
berenang.
3) Tidak ada tempat untuk 0
membersihkan diri baik sebelum
dan sesudah berenang
d. Menyiram karbol / lysol lantai
sekitar kolam renang dan tempat
membersihkan diri.
1) Lantai sekitar kolam renang 100
dan tempat membersihkan diri
sebelum dan sesudah berenang.
2) Lantai sekitar kolam renang 60
dan tempat membersihkan diri
lebih dari sehari sekali baru
disiram dengan karbol / lysol.
3) Lantai sekitar kolam renang 0
dan tempat membersihkan diri
tidak pernah di siram karbol /
lysol.
e. Tempat sampah.
1) Terdapat tempat sampah yang 100
memenuhi syarat.
2) Terdapat tempat sampah yang 60
tidak memenuhi syarat.
3) Tidak terdapat tempat 0
sampah.

16 Rumah yang ditempati keluarga


(Komplek perumahan keluarga)
a. Pagar halaman rumah
1) Pagar cukup kuat dan teratur / 100
terawat baik
2) Ada pagar tetapi tidak teratur / 60
terawat baik.
3) Tidak ada pagar 0
b. Pintu masuk pagar halaman
rumah.
1) Pintu pagar cukup kuat dan 100
terdapat kunci.
2) Ada pintu pagar tetapi tidak 60
ada kunci.
3) Tidak ada pintu pagar 0
46

c. Halaman/Perkarangan rumah
1) Bersih teratur dan tidak becek 100
2) Agak kotor dan kurang teratur 60
3) Kotor, banyak sampah dan 0
kotoran, becek serta berbau.
d. Tambahan yang ditanami
dikebun halaman / perkarangan
rumah.
1) Tanaman teratur dan terawat, 100
kebun terjamin kebersihannya.
2) Tanaman kurang teratur dan 60
ada semak-semak
3) Kebun kotor tidak terawat 0
penuh dengan semak-semak dan
banyak sampah buangan.
e. Jendela rumah
1) Ada jendela dan jumlah luas 100
jendela memenuhi syarat luas
minimal sebanding dengan luas
rumah.
2) Ada jendela tetapi luas jendela 60
kurang dari syarat luas minimal.
3) Tidak ada jendela. 0
f. Penerangan alami di dalam
rumah.
1) Jelas untuk membaca koran 100
huruf kecil
2) Samar-samar dapat membaca 60
huruf kecil
3) Tidak dapat membaca Koran 0
dengan huruf kecil
g. Ventilasi di dalam rumah
1) Sejuk dan nyaman 100
2) Agak sejuk dan kurang 60
nyaman
3) Panas 0
h. Kebersihan di dalam rumah
1) Serba bersih dan teratur 100
2) Kurang bersih dan kurang 60
teratur.
3) Banyak debu, sarang laba-laba 0
sampah / sisa makanan
berserakan
i. Pengumpulan sampah 100
1) Masuk tempat sampah yang 60
memenuhi syarat (tertutup). 0
2) Masuk tempat sampah yang
tidak bertutup. 100
3) Terkumpul tanpa tempat 60
Sampah/berserakan dimana- 0
mana.
47

1 2 3 4 5 6

j. Pengangkut / Pembuangan
sampah.
1) Di angkut dari rumah ketempat 100
penampungan sementara / akhir
secara teratur maksimal dalam 3
hari
2) Ditimbun dengan tanah / 60
dibakar di halaman rumah.
3) Tidak dibuang / menumpuk. 0
k. Sumber air.
1) Air leiding (PAM) atau sumur 100
(yang membuatnya secara Teknis
memenuhi syarat).
2) Sumur (pembuatannya secara 60
teknis tidak memenuhi syarat atau
air hujan
3) Air dan sungai 0
l. Kwantitas air.
1) Cukup untuk keperluan sehari- 100
hari.
2) Kurang untuk keperluan 60
sehari-hari.
3) Tidak cukup sama sekali untuk 0
keperluan sehari-hari.
m. Keadaan fisik air (warna)
1) Air tidak berwarna (jernih) 100
2) Air agak berwarna 60
3) Air berwarna 0
n. Keadaan fisis air (rasa)
1) Air tidak terasa 100
2) Air agak berasa 60
3) Air mempunyai rasa 0
o. Keadaan fisis air (bau)
1) Air tidak berbau 100
2) Air agak berbau 60
3) Air berbau sekali 0
p. Secara laboratoris (syarat kimia)
1) Memenuhi syarat 100
2) Kurang memenuhi syarat 60
3) Tidak memenuhi syarat 0
q. Secara laboratoris (syarat bak
teriologis).
1) Baik 100
2) Kurang baik 60
3) Tidak baik 0
48

1 2 3 4 5 6

r. Pembuangan air kotor (bekas)


1) Disalurkan melalui selokan 100
(plesteran) bersih dan air mengalir
lancar
2) Disalurkan melalui selokan 60
plesteran / galian tanah, air tidak
lancar mengalir.
3) Tidak ada saluran 0
pembuangan, dibiarkan menjadi
genangan air.
s. Kekurangan penghuni rumah
barak pada tempatnya.
1) Tidak ditemukan tinja 100
dihalaman / di kebun
2) Ditemukan satu tinja di 60
halaman / di kebun
3) Ditemukan lebih dari satu tinja 0
di halaman/di kebun.
t. Kebersihan kakus / WC.
1) Kakus dalam keadaan bersih 100
2) Kakus kurang bersih 60
3) Kakus kotor 0
u. Bentuk kakus/WC
1) Leher angsa 100
2) Bukan leher angsa 60
3) Jumbleng 0
v. Lalat
1) Tidak ada lalat 100
2) Ditemukan satu ekor lalat 60
3) Ditemukan lebih dari satu ekor 0
lalat.
w. Kecoak
1) Tidak ada kecoak / telur kecoak 100
2) Ditemukan telur kecoak 60
3) Ditemukan kecoak dan telur 0
kecoak
x. Nyamuk
1) Tidak ditemukan nyamuk 100
2) Ditemukan satu ekor nyamuk 60
3) Ditemukan lebih dari satu 0
nyamuk
y. Tikus
1) Tidak ada tanda-tanda ada 100
tikus
2) Terdapat kotoran / bekas tikus 60
3) Terdapat adanya tikus. 0

Tabel 2
49

CONTOH : OBYEK YANG DINILAI

BESAR HASIL
No OBYEK YANG DINILAI SCORING KET
NILAI PENILAIAN
1 2 3 4 5 6

1 Halaman (termasuk 55 Score


lapangan) kebun,tempat keseluruhan
parkir dll). = 925/14
2 Sampah 70 = 66,07
3 Persediaan air 100
4 Pembuangan kotoran 60
manusia
5 Kamar mandi 45
6 Tempat 0
perkembangbiakan
Jentik nyamuk Aedes
aegypti
7 Pembuangan air bekas 60
8 Ruang tidur 75
9 Dapur 45
10 Ruangan makan 100
11 Tempat mencuci alat 55
makan
12 Tempat cuci pakaian --
13 Kantin 100
14 Tempat potong rambut 80
(pangkas)
15 Kolam renang --
16 Rumah yang ditempati 80
keluarga (kompleks)
Perumahan keluarga)
JUMLAH 925

Dari contoh tersebut diatas skor keseluruhan adalah 925/14 = 66,07 tidak dibagi
16 karena obyek No. 12 tempat mencuci pakaian dan obyek No. 15 kolam renang tidak
ada, dengan demikian tidak dilakukan penilaian.

Penggolongan skor.
Skor kondisi kesehatan lingkungan satuan di golongkan sebagai berikut :
a) Skor 90 - 100, tergolong sehat
b) Skor 80 - 89, tergolong baik
c) Skor 65 - 79, tergolong cukup
d) Skor 50 - 64, tergolong kurang
e) Skor kurang dari 50, tergolong tidak sehat

Penggolongan skor (sehat, cukup dan tidak sehat) berlaku baik untuk
tiap obyek yang dinilai maupun hasil penilaian (skoring) secara keseluruhan.
50

Sebagai contoh :

Penilaian obyek No.1 Halaman (termasuk lapangan, kebun, tempat


parkir dan lain-lain). Skor 55, tergolong kurang sehat, penyebab utama skor
rendah adalah karena item No. 3, tumbuhan yang ditanam dikebun
(halaman) mendapat nilai 0. Dengan demikian untuk meningkatkan skor
tersebut tumbuhan yang ditanam dikebun perlu diperbaiki di samping
memperbaiki item (sarana) lain yang nilainya kurang dari 100.

Skor keseluruhan 73,21 (tergolong cukup) dan untuk meningkatkan


skor tersebut yang perlu diperbaiki adalah dapur, kamar mandi, tempat
mencuci alat makan dan obyek lain dengan nilai rendah.

Kepala Pusat Kesehatan Angkatan Darat,

Dr. dr. Tugas Ratmono, Sp.S., M.A.R.S., M.H.


Mayor Jenderal TNI

Anda mungkin juga menyukai