Anda di halaman 1dari 26

RAHASIA

KODIKLAT TNI ANGKATAN DARAT Lampiran III Keputusan Danpusdikkes


PUSAT PENDIDIKAN KESEHATAN Nomor Kep / 48 / VIII / 2012
Tanggal 27 Agustus 2012

PENGAMATAN / PENILAIAN KESEHATAN LINGKUNGAN

BAB I
PENDAHULUAN

1. Umum.

a. Manusia seperti halnya semua makhluk hidup berinteraksi dengan


lingkungannya. Manusia dan lingkungannya saling mempengaruhi dan untuk
kelangsungan hidupnya masing-masing saling tergantung. Oleh karena itu harus
diusahakan sedemikian rupa sehingga proses interaksi tersebut berada dalam
kondisi yang seimbang (keseimbangan ekosistem).

b. Faktor lingkungan mempunyai pengaruh yang besar terhadap derajat


kesehatan manusia sehingga upaya memperbaiki kondisi lingkungan hidup pada
hakekat juga meningkatkan kondisi kesehatan lingkungan sekaligus meningkatkan
derajat kesehatan manusianya. Dengan demikian upaya memperbaiki lingkungan
hidup harus senantiasa ditingkatkan secara berkesinambungan.

c. Apabila kondisi yang diperlukan untuk mempertahankan keseimbangan


lingkungan terhadap manusia tidak terpengaruhi akan timbul dampak negatif bagi
kesehatan manusia. Terjadinya perubahan terus-menerus pada hubungan antara
manusia dan lingkungannya merupakan suatu hal yang tidak dapat dihindarkan.
Oleh karena itu perlu diadakan pengamatan kesehatan lingkungan secara terus
menerus.

d. Pengamatan kesehatan lingkungan perlu dilakukan secara teratur dan terus


menerus agar adanya faktor lingkungan yang tidak menguntungkan manusia
segera diketahui dan diambil tindakan perbaikannya. Dengan demikian status
kesehatan masyarakat TNI AD dapat terpelihara bahkan dapat ditingkatkan.
RAHASIA
2
2. Maksud dan Tujuan.

a. Maksud. Naskah Departemen ini disusun dengan maksud sebagai


salah satu bahan ajaran pada pendidikan Suspakesprevmil.

b. Tujuan. Naskah Departemen ini disusun agar Perwira Siswa mengerti


dan dapat melakukan pengamatan Kesehatan Lingkungan.

3. Ruang Lingkup dan Tata Urut. Ruang lingkup materi ini meliputi Kebersihan
secara umum, Penyediaan air bersih, Pengelolaan sampah, Pengelolaan limbah cair
dan kegiatan Hygiene sanitasi lingkungan lainnya disusun dengan tata urut sebagai
berikut :
a. Pendahuluan.
b. Standar Kesling.
c. Prosedur Pengamatan Kesling.
d. Evaluasi
e. Penutup.

4. Referensi. Buku tentang Analisis Dampak Lingkungan oleh Dr. Otto Sumarwoto
UGM Press tahun 2003.

5. Pengertian.

a. Kesehatan lingkungan adalah ilmu yang mempelajari dinamika hubungan


interaksi antara kelompok penduduk dan masyarakat atau masyarakat dan segala
perubahan komponen lingkungan hidup, seperti berbagai spesies kehidupan,
bahan zat atau kekuatan di sekitar manusia yang menimbulkan ancaman atau
berpotensi mengganggu kesehatan masyarakat, serta mencari upaya-upaya
pencegahannya (Achmadi, 1991).
Pengertian kesehatan lingkungan menurut WHO, 1970 adalah keseimbangan
ekologi antara manusia dan lingkungan yang dapat menciptakan kesejahteraan
hidup manusia seutuhnya, meliputi jasmani, rohani serta kesejahteraan lingkungan
sosial.
Lingkungan diartikan pula secara lengkap yang berada di sekitar manusia yaitu
lingkungan fisik, kimia, biologis dan sosial psikologis.
3
b. Hygiene adalah usaha kesehatan masyarakat yang mempelajari pengaruh
kondisi lingkungan terhadap kesehatan manusia, Upaya mencegah timbulnya
penyakit karena pengaruh lingkungan kesehatan tersebut, serta membuat kondisi
lingkungan sedemikian rupa sehingga terjalin pemeliharaan kesehatan.

c. Sanitasi adalah usaha kesehatan masyarakat yang dititik beratkan pada


faktor pengawasan terhadap pelbagai komponen lingkungan yang mempengaruhi
derajat kesehatan manusia.

BAB II
STANDAR KESLING

6. Umum.

a. Lingkungan, ruang dan bangunan harus selalu dalam keadaan bersih dan
tersedia fasilitas sanitasi yang memenuhi persyaratan kesehatan.
b. Lingkungan, ruang dan bangunan tidak memungkinkan sebagai tempat
bersarang dan berkembang biaknya serangga, binatang pengerat dan binatang
pengganggu lainnya.
c. Kondisi fisik bangunan harus kuat, utuh, terpelihara, mudah dibersihkan dan
dapat mencegah penularan penyakit serta kecelakaan.
d. Tata ruang dan penggunaannya harus sesuai dengan fungsinya serta
memenuhi persyaratan kesehatan.
e. Konstruksi :
1) Lantai.
a) Lantai terbuat dari bahan yang kuat, kedap air, permukaan
rata, tidak licin dan mudah dibersihkan.
b) Lantai yang selalu kontak dengan air harus mempunyai
kemiringan yang cukup ( 2-3 %) ke arah saluran pembuangan air
limbah.

2) Dinding.
a) Permukaan dinding harus rata, berwarna terang, di cat tembok
dan mudah dibersihkan.
4
b) Permukaan dinding yang selalu terkena air harus terbuat dari
bahan yang kuat dan kedap air.

3) Ventilasi.
a) Ventilasi dapat menjamin peredaran udara di dalam
kamar/ruang dengan baik.
b) Bila ventilasi tidak menjamin adanya pergantian udara dangan
baik, kamar/ruang harus dilengkapi penghawaan melanis (exhauster).

4) Atap. Kuat, tidak bocor dan tidak menjadi tempat perindukan


serangga dan tikus, kerangka atas perlu diresidu terlebih dahulu agar rayap
tidak ada, sebelum pemasangan kayu reng dilapisi lembaran triplek dan
aluminium foil supaya tidak bocor.

5) Langit-langit.
a) Kuat, berwarna terang dan mudah dibersihkan.
b) Tinggi minimal 2,5 m dari lantai.
c) Kerangka kayu langit-langit dibuat anti rayap.

6) Pintu.
a) Kuat mencegah masuknya serangga, tikus dan binatang
pengganggu lain.
b) Bila digunakan cat, diharuskan menggunakan cat anti rayap.

7) Jaringan Instalasi. Pemasangan jaringan instalasi air minum, air


limbah, gas listrik, sistem penghawaan, sarana komunikasi dan lain-lain
harus rapi, aman dan terlindung.

7. Persyaratan Halaman dan Pekarangan termasuk Lapangan, Kebun,Tempat


Parkir dan sebagainya, Halaman dan pekarangan yang memenuhi syarat
adalah :

a. Halaman bersih tidak ada sampah-sampah berserakan.


b. Air hujan dan air buangan lainnya dapat terus menerus mengalir, sehingga
tidak menimbulkan tempat-tempat becek atau menggenang.
5
c. Rumput yang ditanam di halaman baik untuk mencegah masuknya
hembusan yang masuk ke dalarn rumah atau tempat bekerja lainnya.
d. Halaman sebaiknya dibuat pertamanan.
e. Kebun tanaman yang tidak terpelihara hendaknya dihilangkan saja karena
menjadi tempat sarang nyamuk, lalat, tikus dan binatang pengganggu lain serta
dapat menimbulkan pemandangan yang buruk.

8. Persyaratan Pengelolaan Sampah. Adanya tumpahan sampah di suatu


ksatrian atau komplek TNI AD akam mengganggu keindahan dan kebersihan. Selain itu
dapat menimbulkan gangguan bau yang dapat menusuk hidung terlihat oleh mata.
Pengelolaan sampah ini terdiri dari beberapa tahap yaitu : pengumpulan dari sumbernya,
tahap pengangkutan ke tempat penampungan sementara dan tahap pengangkutan ke
tempat pembuangan akhir (pemusnahan). Untuk kegiatan pengelolaan sampah tersebut
diperlukan fasilitas/perawatan yang perlu disediakan adalah :
a. Tempat pengumpulan sampah dalam ruangan/rumah.
1) Terbuat dari bahan yang kuat, cukup ringan, tahan karat, kedap air
dan mempunyai permukaan yang halus pada bagian dalamnya serta tahan
terhadap asam.
2) Mempunyai tutup yang mudah dibuka dan ditutup tanpa mengotori
tangan.
3) Terdapat satu buah tempat sampah untuk setiap ruangan atau setiap
radius 10 m.
4) Tempat sampah tersebut harus mudah dibersihkan.

b. Tempat pengumpul sampah di halaman.


1) Mudah dibersihkan terbuat dari bahan yang tahan air dan asam.
2) Dilengkapi dengan tutup.
3) Ukurannya disesuaikan dengan jumlah sampah yang dihasilkan
sehingga sampah tidak tercecer ke luar.

c. Tempat penampungan sampah sementara. Sampah dari masing-masing


ruangan sudah dikumpulkan pada bak sampah dihalam diangkut dengan
gerobak atau alat angkut lainnya menuju ke tempat penampungan sampah
sementara. Persyaratan yang dipenuhi antara lain :
1) Terletak pada lokasi yang mudah dijangkau kendaraan pengangkutan
sampah.
6
2) Dikosongkan dan dibersihkan minimal 2 x sehari
3) Konstruksi tempat penampungan sampah dibuat sedemikian
sehingga tidak menimbulkan bahaya kecelakaan, tidak dijadikan perindukan
dan bersarangnya vektor/binatang penular penyakit (tikus, kecoa, lalat,
nyamuk dll), tidak menimbulkan pemandangan dan bau yang tidak sedap.

9. Penyediaan Air Bersih. Air merupakan kebutuhan manusia yang sangat vital,
manusia tidak dapat hidup tanpa adanya penyediaan air bersih yang cukup. Oleh karena
itu di suatu komplek/ pemukiman harus tersedia sarana penyediaan air bersih yang
cukup. Apabila pengelolaan air tidak memadai maka akan menimbulkan beberapa aspek
negatif yang berbahaya bagi kesehatan manusia. Banyak penyakit yang dapat ditularkan
melalui air, antara lain : penyakit saluran pencernaan (thypus, desentri, cholera), penyakit
kulit, penyakit mata, hepatitis, schistosomiasis, penyakit kecacingan dan sebagainya.
Oleh karena itu pengamatan penyediaan air bersih harus dilakukan secara ketat.
Pengamatan penyediaan air bersih meliputi pemeriksaan secara kuaititas maupun
kualitas.
a. Pengamatan Kuantitas Air Bersih.
1) Kebutuhan Air. Dalam keadaan terdesak kebutuhan air bersih
minimal untuk satu orang adalah 5 liter/hari. Kebutuhan air bersih dalam
keadaan biasa adalah standar hidup sehat dapat mencapai 100 liter/ hari.
Air bersih dan air minum harus tersedia pada setiap tempat kegiatan yang
membutuhkan secara berkesinambungan. Distribusi air bersih dan air
minum disetiap tempat/ruangan menggunakan jaringan perpipaan yang
mengalir dengan tekanan positif.
2) Sumber air. Sumber air bersih di pangkalan berasal dari PDAM, air
minum sumur, air sungai/danau bila dalam keadaan darurat. Sumur harus
dibuat memenuhi persyaratan kesehatan.

b. Pengamatan Kualitas Air Bersih. Air yang dipergunakan untuk keperluan


sehari-sehari harus diperiksa kualitasnya secara periodik. Pemeriksaan meliputi :
fisik, kimia maupun bakteriologik. Pemeriksaan air dilakukan secara berkala yaitu 6
bulan sekali pada musim kemarau. Sedangkan pada musim penghujan
pemeriksaan dilakukan satu tahun sekali. Kualitas air minum harus memenuhi
persyaratan kesehatan yang telah ditentukan.
7
10. Persyaratan Toilet/ WC dan Kamar Mandi.

a. Harus selalu terpelihara dan dalam keadaan bersih.


b. Lantai terbuat dari bahan yang kuat, kedap air, tidak licin, berwarna terang
dan mudah dibersihkan.
c. Pada setiap unit ruangan tersedia toilet (gayung paturasan dan tempat cuci
tangan) tersendiri.
d. Pembuangan air limbah dari toilet dan kamar mandi dilengkapi dengan
penahan bau (water seal).
e. Letak toilet dan kamar mandi tidak berhubungan dengan udara luar.
f. Lubang pengawasan harus berhubungan langsung dengan udara luar.
g. Toilet dan kamar mandi pria dan wanita harus terpisah.
h. Harus dilengkapi dengan slogan atau peringatan untuk memelihara
kebersihan.
i. Tidak terdapat tempat penampungan genangan air yang dapat menjadi
tempat perindukan nyamuk.
j. Tersedia toilet dengan perbandingan satu toilet untuk 1-40 wanita, satu toilet
untuk 1 -60 pria.

Perbandingan jumlah personel dengan jumlah toilet dan jumlah kamar mandi
sebagai berikut:

No Jumlah Personel Jumlah Toilet Jumlah Kamar Mandi

1. s/d 10 1 1

2. s/d 20 2 2

3. s/d 30 4 4

4. s/d 55 5 5

5. Setiap penambahan 15 personel harus ditambah 1 toilet dan 1 kamar mandi

k. Lubang jamban berbentuk leher angsa (siphon) sehingga ada air yang
selalu menutup lubang. Dengan demikian uap/ gas dari septictank tidak masuk ke
toilet.
8
l. Septictank dan rembesanya paling sedikit berjarak 15 meter dari sumber air
(sumur pompa, sumur gali)
m. Tersedia bak air dan gayung serta sabun untuk membersihkan diri.
n. Dibersihkan minimal seminggu sekali. Dibersihkan dengan sikat pada lantai,
dinding dan lubang jamban. Larutan lysol/karbol tidak boleh masuk ke dalam
lubang jamban karena dapat mengganggu proses penghancuran tinja.

11. Fasilitas Pembuangan Air Kotor (Limbah). Saluran pembuangan air kotor
berfungsi mengalirkan air dari berbagai sumber yaitu air hujan dan air kotor yang berasal
dari dapur, kamar mandi/toilet dan tempat cuci baik dari komplek perumahan, asrama
maupun kantor. Air yang ditampung tersebut akan mengalir melalui got/saluran air di tepi
jalan menuju saluran air besar/sungai. Persyaratan pembuangan air kotor (limbah cair)
sebagai berikut:
a. Saluran pembuangan air kotor (riool) harus dibuat kedap.
b. Saluran air kotor dibuat dengan kemiringan 2 %.
c. Tidak menimbulkan hawa yang tidak enak agar air dapat mengalir lancar.
d. Pada setiap jarak 10 meter dilengkapi dengan bak kontrol.
e. Saluran air kotor harus selalu terjaga dan terawat kebersihannya.
f. Apabila memungkinkan dibuat unit pengolahan air limbah sederhana
sebelum air limbah dibuang ke badan air penerima atau dapat dibuat sumur
resapan.

12. Persyaratan Ruang Tidur. Untuk dapat mengembalikan kondisi tubuh yang
prima dan menjaga kesehatan tubuh agar tetap baik diperlukan istirahat yang cukup, tidur
yang enak dan nyenyak. Oleh karena itu ruang tidur harus memenuhi persyaratan
sebagaii berikut:
a. Ventilasi yang cukup, minimum 5 % luas lantai.
b. Cukup cahaya matahari dan harus ada lampu yang cukup terang diwaktu
malam dan sehari-hari gelap.
c. Jarak tempat tidur yang satu dengan yang lain antara 50 cm-100 cm.
Kalau tempat tidur berderet dua harus diberi sekat, bila ini tidak memungkinkan,
maka harus tidur dengan kepala yang berlawanan.

d. Tempat tidur dan kasur harus bebas dari kutu busuk kedinding.
e. Ruang tidur harus bebas dari lalat. nyamuk, tikus maupun
binatang/serangga pengganggu yang lain.
9
f. Paling sedikit seminggu sekali, alat-alat tidur seperti kasur bantal, selimut dll,
dijemur, sprei dicuci minimal seminggu sekali.
g. Ruang tidur dibersihkan sehari dua kali.
h. Ada tempat sampah yang memenuhi syarat kesehatan.

13. Penyehatan Makanan dan Minuman. Kegiatan penyehatan makanan/minuman


dikomplek asrama/ksatrian/perumahan menekankan terwujudnya kebersihan makanan
dalam jalur perjalanan makanan sebelum dikonsumsi oleh manusia. Karena itu dalam
kegiatan penyehatan dikonsumsi oleh manusia. Karena itu dalam kegiatan penyehatan
makanan perlu dibuat jalur tersebut, sehingga diperoleh gambaran yang jelas tentang titik-
titik rawan dalam jalur yang dapat menimbulkan gangguan kesehatan.
Berbagai jenis kuman penyebab penyakit yang ditularkan melalui makanan
adalah : Salmonella, Streptococcus, Virus Hepatitis, Stapilococcus aureus, Clostridium
perfmgens dan botolinum, Pseudomonas aerogenus. Sedangkan bahan kimia yang
terkandung dalam makanan dan dapat menyebabkan rusaknya makanan antara lain :
seng, timbal, kadium, arsen, timah hitam, sianida dan pestisida. Disamping itu keracunan
makanan dapat pula disebabkan oleh protein atau bahan kimia hewani seperti yang
berasal dari kerang, jamur, ikan dan sebagainya.
a. Penerimaan bahan makanan. Sumber bahan mentah hendaknya dipilih
yang berkualitas baik. Tempat-tempat memperoleh bahan mentah hendaknya
diketahui oleh penanggung jawab dapur. Disamping itu masih diperlukan upaya
tertentu untuk menjamin bahwa bahan makanan tersebut tetap dalam keadaan
baik sampai siap digunakan.

b. Penyimpanan bahan makanan kering.


1) Semua gudang bahan makanan hendaknya berada di bagian yang
lebih tinggi untuk mencegah genangan air dan menjaga kelembabannya.
2) Tempat penyimpanan bahan makanan harus selalu terpelihara dan
dalam keadaaan bersih terlindung dari debu, bahan kimia berbahaya,
serangga dan hewan lain.
3) Bahan makanan dan bahan jadi disimpan pada tempat yang terpisah.
4) Makanan yang mudah membusuk disimpan dalam suhu panas lebih
dari 56,5° C atau dalam suhu dingin kurang dari 4° C. Untuk makanan yang
disajikan lebih dari 6 jam disimpan dalam suhu -5° C sampai-1° C.

c. Penyajian Makanan.
10
1) Cara penyajian makanan harus terhindar dari pencemaran (dengan
menggunakan kereta dorong khusus).
2) Transportasi makanan jadi agar melalui jalur tertentu sehingga tidak
memungkinkan terjadinya pencemaran.
3) Makanan jadi yang sudah menginap sebaiknya tidak disajikan.
4) Makanan jadi dari bahan makanan harus diperiksa secara fisik, dan
secara periodik minimal 1 bulan sekali diambil sempelnya untuk konfirmasi
secara laboratorium sehingga tidak membahayakan kesehatan.

d. Tempat Pengolahan Makanan.


1) Sebelum dan sesudah kegiatan pengolah makanan selalu
dibersihkan dengan sabun/antiseptic.
2) Asap dikeluarkan melalui cerobong yang dilengkapi dengan sungkup
asap.
3) Itensitas pencahayaan diupayakan cukup terang ( tidak kurang dari
200 Lux )

e. Penjamah Makanan.
1) Penjamah makanan harus sehat dan diperiksa kesehatannya secara
berkala minimal 2 kali setahun oleh dokter yang berwenang.
2) Penjamah makanan harus menggunakan perlengkapan pelindung
pengolah makanan (celemek/apron penutup rambut/lindung, alas kaki).
3) Selama melakukan pengolahan makanan diusahakan terlindung dari
kontak langsung dengan tubuh (dapat menggunakan sarung tangan plastik,
penjepit makanan, sendok, garpu, dan sejenisnya)
4) Penjamah makanan selama kerja tidak merokok tidak makan dan
menguyah, tidak memakai perhiasan kecuali cincin kawin, selalu mencuci
tangan sebelum bekerja dan setelah keluar dari kamar kecil, selalu memakai
pakaian kerja yang bersih dan perlengkapan pelindung yang benar.

f. Peralatan.
1) Peralatan agar dicuci segera sesudah digunakan, selanjutnya
dikeringkan dan tidak boleh dilap dengan kain.
11
2) Peralatan yang sudah disimpan dalam keadaan kering pada tempat
yang tidak lembab, tertutup/terlindung dari pencemaran dan binatang
pengganggu.

14. Persyaratan Dapur.

a. Dinding dan lantai harus bersih dan kedap air serta terbuat dari bahan yang
tidak mudah terbakar.
b. Ventilasi harus cukup luas agar asap dapat keluar dengan leluasa.
c. Harus tersedia tempat sampah.
d. Pengaliran air kotor dari dapur harus baik dan lancar.
e. Keadaan dapur harus mudah dibersihkan.
f. Dapur harus bebas dari lalat, kecoa, semut maupun serrngga lain serta
bebas dari tikus dan kucing. Upaya yang dapat dilakukan antara lain :
1) Dibuat terali jeruji pada tempat pembuangan air kotor.
2) Dibuat kawat kasa pada lubang ventilasi maupun jendela.
3) Pintu dibuat sedemikian rupa sehingga dapat menutup sendiri.
4) Sisa makanan dan sisa bahan makanan segera dibuang ke tempat
pembuangan sampah yang tertutup.

g. Tersedia kamar mandi dan jamban dilengkapi sabun untuk tempat


membersihkan diri bagi petugas dapur.
h. Meja untuk kerja harus dibuat dari bahan yang licin, tidak mudah rusak dan
mudah dibersihkan.
i. Penyimpanan bumbu-bumbu untuk keperluan sehari-hari harus tidak
mudah didatangi serangga, tikus dan disimpan pada rak lemari khusus.
j. Dilarang menyimpan barang-barang yang bersifat racun di dapur. Terdapat
rambu dilarang merokok.

15. Persyaratan Ruang Makan.

a. Lantai dan dinding terbuat dari bahan yang kedap air dan mudah
dibersihkan.
b. Harus selalu dalam keadaan bersih, baik sebelum maupun sesudah
dipergunakan makan.
12
c. Pelayan yang melayani makanan tidak berpenyakit menular serta selalu
berpakaian bersih
d. Harus bebas lalat, serangga lainnya dan tikus, upayakan pintu dan jendela
memakai kawat kasa.
e. Ventilasi dan penerangan harus cukup.
f. Meja ruang makan harus mudah dibersihkan.
g. Terdapat rambu dilarang merokok.
h. Perbandingan jumlah kursi luas ruangan harus memadai, sehingga tidak
mengganggu kenyamanan dan melebihi kapasitas.

16. Persyaratan Tempat Mencuci Alat Makan.

a. Tempat cuci harus selalu dalam keadaan bersih.


b. Lantai dibuat dari bahan yang tidak licin, kedap air dan mudah
dibersihkan.
c. Tersedia tempat sampah yang tertutup dan mudah dibersihkan, tempat
sampah ini untuk menampung sisa-sisa makanan.
d. Untuk kegiatan proses pencucian peralatan maka disesuaikan.
e. Ada rak untuk mengeringkan peralatan makan setelah dicuci.
1) Bak yang berisi larutan air panas dan sabun, yang digunakan untuk
mencuci alat-alat yang kotor.
2) Bak yang berisi air hangat untuk pembilasan.
3) Bak yang berisi larutan bahan desinfektan (chlordill) yang
digunakan untuk mencuci peralatan yang sudah bersih.

f. Tersedia almari untuk alat-alat yang sudah bersih. Almari ini harus tertutup
rapat dengan kawat-kawat kasa supaya alat-alat yang telah bersih dapat kering
sendiri karena udara dan tidak dihinggapi lalat, kecoa dan sebagainya.

g. Sedapat mungkin hindari pengeringan alat-alat makan dengan


menggunakan kain lap.

17. Persyaratan Tempat Pencucian Pakaian.


13
a. Lokasi tempat pencucian umum hendaknya ditempatkan pada lokasi yang
mudah dijangkau oleh unit kegiatan yang memerlukan.
b. Lantai terbuat dari beton atau plester yang kuat, rata dan tidak licin dengan
kemiringan memadai ( 2-3% ).
c. Harus disediakan saluran pembuangan air kotor sistem tertutup dengan
ukuran, bahan dan kemiringan yang memadai ( 2-3% ).
d. Disediakan kran air bersih dengan kualitas dan tekanan yang memadai.
e. Disediakan ruangan sarana peniris/pengering untuk alat-alat yang habis
dicuci.
f. Tempat cuci harus selalu dijaga kebersihannya.
g. Bangunan tempat pencucian harus berventilasi dan pencahayaan yang
cukup.
h. Dalam melakukan proses pencucian harus dihindarkan tumbukan air.
i. Bak-bak air yang ada harus selalu dibersihkan minimal sekali seminggu, hal
ini untuk mencegah perlindungan serangga.
j. Tiap barak serdik/siswa diusahakan terdapat tempat cuci pakaian dan
disediakan kran air yang mencukupi.
k. Disediakan tempat untuk menjemur pakaian.

18. Persyaratan Kantin.

a. Halaman/lingkungan kantin senantiasa bersih dan rapi.


b. Lantai dan dinding terbuat dari bahan yang kedap air dan tidak mudah
terbakar serta mudah dibersihkan.
c. Dinding bagian dalam disebelah bawah yang berhubungan dengan lantai
sedikit-dikitnya 20 cm tingginya harus dapat dicuci , dapat terbuat dari tegel,
keramik dll.
d. Ruang kantin harus cukup luas, ventilasi dan cahaya harus cukup.
e. Semua lubang ventilasi harus dipasang kawat kasa (Fly proof).
f. Dilarang ada pintu atau jendela yang menghubungkan langsung
kakus/kamar mandi dengan ruangan tempat makan.
g. Ada lemari makan untuk menyimpan makanan.
h. Kue dan makanan masak harus disimpan dalam tempat tertutup.
i. Tersedia tempat untuk mencuci tangan yang dilengkapi sabun.
j. Tersedia tempat sampah yang memenuhi syarat.
k. Tersedia dapur yang memenuhi syarat.
14
l. Pekerja kantin harus sehat.
m. Harus bebas dari lalat, kecoa, tikus dan binatang/serangga pengganggu
yang lain.
n. Tersedia toilet yang memenuhi syarat.

19. Persyaratan tempat potong rambut.

a. Tempatnya harus selalu dijaga kebersihannya.


b. Petugas pemangkas rambut harus bebas dari penyakit menular seperti TBC,
penyakit kulit, hepatitis dsb.
c. Alat pangkas rambut harus seringkali dicuci dengan air mendidih atau
disuci hamakan.
d. Kain pelindung rambut setiap hari harus diganti.
e. Handuk kecil untuk melindungi dan membersihkan rambut dipakai
minimal 3 kali untuk kemudian dicuci.
f. Alat pangkas rambut, terutama pisau cukur harus sering kali ditajamkan.
g. Apabila menggunakan alat pisau cukur ini harus hati-hati, jangan sampai
orang yang dipangkas terkelupas kulitnya (berdarah), hal ini bisa menimbulkan
terjadinya penularan penyakit menular, antara lain : hepatitis, AIDS dsb.
h. Tempat duduk dibuat yang ergonomis dengan tujuan agar orang yang
dipangkas merasa nyaman dan petugas pemangkas tidak merasa capai.
i. Ruang potong rambut harus berventilasi cukup, hal ini untuk kenyamanan
dan mencegah keluarnya keringat bagi yang dipangkas maupun yang memangkas.
j. Tersedia tempat sampah untuk tempat rambut dari sampah lain yang
memenuhi syarat.
k. Tersedia tempat duduk untuk menunggu giliran.

20. Persyaratan kolam renang.

a. Persyaratan airnya sama dengan persyaratan air bersih tetapi sisa chlor
harus antara 0,2-0,4 ml per 100 L air.
b. Air harus jernih sehingga dasar kolam kelihatan dari atas serta tidak
berlumut.
c. Kolam renang seharusnya dikuras minimal 2 kali semingu.
15
d. Sekeliling kolam harus dibuat saluran dengan lebar lebih kurang 50 cm
yang diisi air dan mempunyai kadar chlor 1 % untuk mencuci kaki
perenang sebelum memasuki kolam renang.
e Harus ada pembatas atau tanda yang jelas antar kedalaman kolam renang.
f. Tersedia tempat ganti pakaian.
g. Tersedia tempat untuk membilas badan sctelah selesai berenang
(diusahkan dalam bentuk shower)
h. Terdapat toilet yang memenuhi syarat.
i. Terdapat beberapa tempat sampah yang memenuhi syarat.

21. Persyaratan Bebas dari Serangga pengganggu dan Penyebar Penyakit serta
Tikus. Seluruh ksatrian baik di halaman, di dalam ruangan maupun dimanapun harus :
a. Bebas dari tempat berkembang biaknya binatang penular penyakit maupun
pengganggu (nyamuk, kecoa, lalat, tikus dsb).
b. Bebas dari adanya jentik-jentik nyamuk dan lalat serta telur serangga
lainnya.
c. Bebas dari sarang-sarang serangga dan tikus.

22. Masalah Kesehatan Lingkungan Secara Umum. Komponen lingkungan yang


mempunyai potensi bahaya penyakit dapat dikelompokan sebagai berikut:
a. Golongan fisik : kebisingan, radiasi, cuaca panas dll.
b. Dolongan kimia : pertisida dalam makanan, asap rokok, limbah pabrik,
bahan pewarna makanan.
c. Golongan biologi : spora, jamur, virus, bakteri, cacing, serangga dll.
d. Golongan Psikososial : Atasan, tetangga, pesaing dll.
Komponen tersebut akan berinteraksi dengan manusia melalui , media atau
makanan ( Vehicle ) : udara, air, tanah, makanan atau vektor penyakit (nyamuk, lalat dsb).
Secara ruang lingkup atau jangkauan pemahaman petugas kesehatan lingkungan
seyogyanya memiliki tingkat pemahaman yang memadai tentang dinamika perubahan-
perubahan komponen lingkungan yang memiliki potensi bahaya kesehatan masyarakat,
mulai dari sumber perubahan (munculnya komponen yang memiliki potensi bahaya itu),
dinamika dan kinetika komponen tersebut pada lingkungan sekitar manusia (ambien)
dan interaksi tersebut tidak lagi menimbulkan bahaya bagi kesehatan masyarakat.
Secara terperinci jangkauan pemahaman dinamika perubahan lingkungan tersebut dapat
dipilah menjadi simbul-simbul pengamatan, pengukuran dan sekaligus pengendaliannya
sebagai berikut :
16

Sumber perubahan :
1) Alamiah
2) Penderita peny. Infeksi
3) Industri
4) Rumah tangga
5) Mobil

Ambien , melalui :
1) Makanan
2) Udara
3) Air
4) Vektor Penyakit.

Manusia.
- Komponen Lingk. berada dalam darah, lemak, urine, jaringan dll.

Dampak :
1) Sakit akut
2) Sakit kronik
3) Samar
4) Sehat

Simpul A = pengamatan, pengukuran dan pengendalian emisi :


pencemaran air (rumah tangga, asrama, perkantcran dll), pencemaran
udara (mobil/ranmor, industri dll), sumber penyakit menular (penderita
tiphus, malaria, hepetitis dll)

Simpul B = pengamatan, pengukuran dan pengendalian bila komponen


lingkungan tersebut sudah berada di lingkungan sekitar manusia (misal
bakteri E.Coli dalam air minum, jentik nyamuk DHF dalam air bersih,
pestisida dalam sayur mayur, konsentrasi pencemaran udara).

Simpul C = pengamatan, pengukuran kadar Pb dalam darah plasmodium


Spp dalam darah, kadar DDT dalam lemak tubuh, mencuri dalam rambut,
CoHB dalam darah dll.
17

Simpul D = pengamatan, pengukuran dan pengendalian prevalensi korban


keracunan, prevalensi penderita DHF/ malaria, kanker paru terhadap asap
rokok ataupun prevalensi penderita penyakit menular lainnya.

23. Masalah Kesehatan lingkungan di Ksatrian,tempat kerja, asrama, kompleks


perumahan TNI AD. Hal-hal yang dapat menimbulkan masalah kesehatan lingkungan
di Ksatrian/tempat kerja/asrama/komplek perumahan TNI AD adalah sebagai berikut:

a. Kondisi lingkungan pemukiman/perkantoran.


b. Kebutuhan/penyediaan air bersih.
c. Masalah pengelolaan sampah.
d. Masalah pengelolaan limbah cair/air kotor.
e. Kondisi dapur, ruang makan dan kantin.
f. Kondisi kamar mandi, tempat suci dan kolain renang.
g. Adanya vektor penyebab penyakit dan binatang pengganggu antara lain :
nyamuk, lalat, kecoa, kepiting, tikus, kucing dsb.

24. Evaluasi.

a. Jelaskan secara singkat standar pelayanan kesehatan lingkungan, ruang


dan bangunan.
b. Jelaskan komponen lingkungan yang mempunyai potensi bahaya penyakit
c. Jelaskan konsep keterkaitan permasalahan kesehatan lingkungan
berdasarkan simpul-simpul pengamatan, pengukuran dan pengendalian.

BAB III
PROSEDUR PENGAMATAN KESLING

25. Penyelenggaraan. Penyelenggaraan pengamatan kesehatan lingkungan adalah


sebagai berikut:
a. Dan/Ka Satminkal bertanggung jawab terhadap upaya penyelenggaraan
pengamatan penyehatan lingkungan di kesatuannya.
b. Dalam melaksanakan tugas tersebut Dan / Ka Satminkal dapat menunjuk
seorang petugas kesehatan yang mempunyai pengetahuan di bidang kesehatan
lingkungan.
18
c. Petugas kesehatan yang ditunjuk agar melaksanakan tahap-tahap kegiatan
yang meliputi antara lain :
1) Menyusun rencana program kerja tahunan di bidang penyehatan
lingkungan di kesatuannya yang merupakan bagian dari rencana program
kerja secara keseluruhan.
2) Menyusun rencana pelaksanaan kegiatan berdasarkan rencana
program kerja tahunan yang telah disetujui meliputi :
a) Jenis kegiatan yang dilaksanaka,
b) Sasaran/target tiap jenis kegiatan
c) Jadwal pelaksanaan kegiatan.
d) Tenaga/unit yang melaksanakan kegiatan
e) Peralatan/bahan sarana yang diperlukan ( jenis dan
jumlahnya )
f) Pembiayaan untuk tiap jenis kegiatan.
g) Pencatatan dan pelaporan.

d. Untuk pangkalan batalyon termasuk komplek perumahannya yang menilai


dapat Ba Minkes Ton Kesyon. Pengamatan dan penilaian kesehatan lingkungan
terhadap Kodiklat/Puslatpur/Lemdik, Asrama serta komplek TNI AD lainnya
dilakukan oleh personel kesehatan yang ditunjuk benar-benar mengetahui
permasalahan kesehatan ling

e. Petugas kesehatan yang ditunjuk untuk menyelenggarakan pengamatan


penyehatan lingkungan wajib melakukan penilaian dan menelaah hasil-hasil
kegiatan upaya penyehatan lingkungan dan merumuskan cara penurunan mutu
kesehatan lingkungan di kesatuannya.

f. Pembinaan teknis terhadap penyelenggaraan penyehatan lingkungan di


tingkat Kodim/Korem dilaksanakan oleh Dan Denkesyah dan di tingkat Kodam
dilaksanakan oleh Ka Kesdam.

g. Dan / Ka Satminkal wajib melaporkan pelaksanaan pengamatan dan


penilaian Kesehatan Lingkungan setiap bulan secara hirarki berjenjang dengan
tembusan kepada Ka Kesdam.
19
h. Ka Kesdam secara berkala melaporkan telah teknis dan hasil-hasil
pelaksanaan kegiatan dan penilaian Kesehatan Lingkungan di wilayahnya kepada
Direktur Kesehatan TNI AD dengan tembusan Dirbinkesprev Ditkesad.

26. Obyek yang dinilai. Obyek yang dinilai adalah semua obyek yang terdapat
dalam lingkungan pembinaan dan kerja yang dapat mempengaruhi kesehatan. Contoh
obyek yang perlu dinilai tersebut seperti terdapat dalam formulir penilaian (lampiran A).

27. Cara Memberi Penilaian.

a. Penilaian harus sudah mengetahui dan mengerti obyek apa harus dinilai
seperti yang terdapat dalam formulir penilaian.
b. Dengan membawa formulir penilaian, petugas kesehatan mendatangi dan
memperhatikan dengan seksama obyek yang akan dinilai. Kemudian mencocokan
dan memberi tanda silang (x) pada kotak yang telah disidiakan pada formulir
penilaian, disesuaikan dengan kenyataan yang ada pada masing-masing obyek
yang dinilai.
c. Pengolahan hasil penilaian.
1) Penilaian obyek per obyek.
Tiap obyek harus dinilai dan diberi nilai tersendiri. Sebagai contoh : obyek
yang dinilai adalah obyek nomor 1 yaitu halaman.

PENILAIAN KEADAAAN KESEHATAN LINGKUNGAN DI PANGKALAN ( KOMPLEKS


TNI AD )
HASIL SKURING
NO BESAR
OBYEK YANG DINILAI PENILAI (NILAI KET
URUT NILAI
AN RATA-RATA
1 2 3 4 5 6
I Halaman(termasuk lapangan
Kebun,tempat parker dll.
1. Kebersihan
a. Bersih 100
b. Kurang bersih 60
c. Kotor (banyak sampah 0
berserakan)
1 2 3 4 5 6
2. Tanaman rumput
20
a. Lapangan dan tempat lain 100
terdapat rumut dan terawat baik
b. Lapangan dan tempat lain 60
terdapat rumput dan tidak
terawat
c. Lapangan dan tempat lainnya 0
tidak ditanami rumput (berdebu)

3. Tumbuhan yang ditanam di kebun


(halaman)
a. Tanaman teratur & terawat 100
serta bersih
b. Tanaman kurang terawat dan 60
sedikit semak-semak.
c. Kurang tidak terawat kotor, 0
banyak semak-semak dan
banyak sampah

4. Genangan air
a. Halaman tidak becek dan 100
tidak ada genangan air
b. Halaman ada sedikit tempat 60
yang becek
c. Dihalaman banyak tempat 0
yang becek dan genangan air.

Jumlah /250 ) 62,5

Melihat hasil penilaian tersebut di atas, maka :


a) Kebersihan, hasil penilaian = 100
b) Tanaman rumput, hasil peniiaian = 60
c) Tumbuhan yang ditanam di kebun, Hasil penilaian = 0
d) Genangan air, hasil penilaian = 60
Jumlah = 220

Karena obyek halaman (obyek nomor 1) ini ada empat hal yang
dinilai, maka skoring dari obyek yang dinilai tersebut = 220 : 4 = 62,5.
21
Perhitimgan skoring tiap obyek = Jumlah nilai tiap obyek Banyaknya hal
yang dinilai Untuk obyek-obyek selanjutnya cara penilaiannya sama dengan
contoh tersebut di atas.

2) Penilaian seluruh pangkalan/komplek TNI AD. Skoring dari seluruh


pangkalan/komplek TNI AD yaitu dihitung dengan menjumah skor obyek
dibagi dengan jumlah obyek yang dinilai.

Contoh : Obyek yang dinilai.

NO BESAR HASIL SKORING


URUT OBYEK YANG DINILAI NILAI PENILAI (NILAI RATA- KET
AN RATA
1 2 3 4 5 6
1. Halaman (termasuk lapangan, kebun, 250 62,5
tempat parkir dll)
2. Pengelolaan sampah 360 60
3. Penyediaan air bersih 630 90

4. Pembuangan kotoran manusia 510 85


5. Kamar Mandi 330 82,5
6. Pembuangan air bekas / limbah cair 180 90
7. Ruangan tidur 780 86,6
8. Dapur 510 72,9
9. Ruang makan 480 80
10. Tempat cuci alat makan 520 85
11. Tempat cuci pakaian 270 90
12. Kantin 570 71
13. Tempat potong rambut 240 84
84
14. Kolam renang - -
15. Rumah yang ditempat keluarga 2.220 85,4
(komplek perumahan keluarga).
Jumlah 1.124,9

Dari contoh tersebut diatas, skor keseluruhan adalah 11,24, 9/14 =


80,35. Pembagi tidak 15 karena, obyek nomor 14 kolam renang tidak
dinilai, karena obyek (saning) tersebut tidak ada, dengan demikian
tidak dilakukan penilaian.
22

3) Dari hasil skor dapat digolongakn kcadaan kesehatan lingkungannya


sebagai berikut:
a) Skor 90 - 100 tergolongan sehat.
b) Skor 80 - 89 tergolong baik.
c) Skor 65 - 79 tergolong cukup
d) Skor 50 - 65, tergolong kurang
e) Skor kurang dari 50, tergolong tidak sehat.

Penggolongan skor (sehat, baik, cukup, kurang dan tidak sehat )


berlaku baik untuk tiap obyek yang dinilai maupun hasil penilaian skoring)
secara keseluruhan. Sebagai contoh :
Penilaian obyek no 1 halaman (termasuk lapangan, kebun, tempat parkir
dan lain lain ).
Skor 62,5 tergolong cukup. Penyebab utama skor rendah karena
tumbuhan yang ditanam dikebun (halaman mendapat nilai 30 (lihat obyek
halaman no. 3 ). Dengan demikian untuk meningkatkan skor tersebut
tumbuhan yang ditanam di kebun perlu diperbaiki disamping memperbaiki
obyek (sarana) lain yang nilainya kurang dari 90-100. Skor keseluruhan
80,35 (tergolong baik) untuk Japat meningkatkan skor tersebut yang perlu
diperbaiki adalah halaman pengelolaan sampah dapur dan kantin, serta
obyek lain yang nilainya rendah.

4) Bila obyek yang dinilai lebih dari satu. Apabila obyek yang dinilai
terdapat lebih dari satu, maka semua obyek harus dinilai dan kemudian
dibuat rata-ratanya. Misalnya kamar mand terdapat lebih dari satu, maka
semua obyek harus dinilai dan kemudian dibuat rata-ratanya. Demikian pula
penilaian terhadap perumahan, semua rumah harus dinilai dan kemudian
dibuat rata-ratanya.

28. Periodisasi Penilaian. Terjadinya perubahan terus menerus pada hubungan


antara manusia dengan lingkungannya merupakan suatu hal yang tidak dapat
dihindarkan. Oleh karena tiu perlu diadakan pengamatan secara terus menerus. Apabila
terdapat penyimpangan perlu segera dilakukan tindakan-tindakan penanggulangan.
Pengamatan/ penilaian kesehatan lingkungan perlu dilaksanakan satu bulan sekali pada
minggu ke tiga setiap bulannya.
23

29. Pencatatan.

a. Hasil penilaian langsung dicatat pada formulir penilaian (contoh penilaian


seperti pada lampiran "A"). Apabila obyek yang dinilai lebil" dari satu, hasil
penilaian tiap obyek dicatat pada formulir penilaian dan hasil akhir adalah diambil
dari rata-ratanya.
b. Untuk mengetahui kemajuan dan kemunduran kesehatan lingkungan setiap
bulannya, maka hasil pencatatan bulanan tersebut perlu dicatat pada formulir
"Hasil Penilaian Kesehatan Lingkungan dalam satu tahun (lampiran "B"). Agar
selalu mendapat perhatian untnuk perbaikannya. Formulir ini selain dipasang di
instalasi juga dipasang diruangan Komandan/Ka. Bilamana perlu formulir ini dapat
diperbesar dan dipasang di tempat yang strategis sehingga mudah dilihat agar
selalu mendapat perhatian.

30. Pelaporan.

a. Hasil penilaian (pengamatan) bulanan dilaporkan kepada


Komandan/Kepala langsung dan kesatuan atasannya (Kesdim/Kesrem). Laporan
ini disertai saran-saran perbaikan terhadap hal-hal yang masih kurang baik.
b. Kesdim/Kesrem mengkomplikasikan semua pangkalan/asrama/ komplek
TNI AD lainnya yang dilakukan penilaian atau pengamatan. Hasil komplikasi ini
kemudian dikirimkan ke Kesdam.
c. Demikian pula Kesdam, setelah laporan dari Kesdim / Kesrem
dikomplikasikan kemudian dilaporkan ke Ditkesad.
d. Semua laporan tersebut bersifat bulanan.

31. Lain-lain.

a. Apabila penilai pada waktu melakukan penilaian menjumpai sesuatu yang


tidak bcnar, diharapkan agar langsung memberikan saran kepada petugas yang
disertai tanggung jawab memelihra atau merawat fasilitas yang ada, misalnya
petugas dapur, petugas ruang makan, petugas kantin, kolam renang dsb.
24

b. Penilai / Petugas kesehatan selain maupun memberikan saran diharapkan


pula mampu menggerakan anggota serta mencari upaya lain agar semua penrhuni
hidup dalam suasana lingkungan hidup yang sehat.

32. Evaluasi.

a. Dalam memberikan penilaian terhadap sebuah pangkalan milter perlu


disiapkan obyek – obyek yang akan dinilai. Sebutkan !
b. Jelaskan prosedur pengamatan penyehatan lingkungan di pangkalan
Batalyon dan siapa pelaksanaannya !

BAB IV
EVALUASI AKHIR PELAJARAN
( Bukan Naskah Ujian )

33. Evaluasi.

a. Bagaimana prosedur pengamatan kesehatan lingkungan !


b. Jelaskan faktor lingkungan berpengaruh terhadap derajat kesehatan !
c. Bagaimana persyaratan pengelolaan sampah dan penyediaan air bersih !
d. Jelaskan cara memberi penilaian !
e. Jelaskan masalah kesehatan lingkungan di asrama !

RAHASIA
25

BABV
PENUTUP

34. Penutup. Demikian Naskah Departemen ini disusun sebagai bahan ajaran
untuk pedoman bagi Gadik dan Perwira Siswa dalam proses belajar mengajar pelajaran
25
Pengamatan / Penilaian Kesehatan Lingkungan pada pendidikan Kursus Perwira
Kesehatan Preventif Militer

Komandan Pusat Pendidikan Kesehatan

dr. Bambang Pratomo Sulistyanto, MM


Kolonel Ckm NRP 31444

RAHASIA
RAHASIA
25

BABV
PENUTUP
26
34. Penutup. Demikian Naskah Departemen ini disusun sebagai bahan ajaran
untuk pedoman bagi Gadik dan Perwira Siswa dalam proses belajar mengajar pelajaran
Pengamatan / Penilaian Kesehatan Lingkungan pada pendidikan Kursus Perwira
Kesehatan Preventif Militer

TELAH DITELITI Komandan Pusat Pendidikan Kesehatan


PEJABAT PARAF TANGGAL
ANGGOTA POKJA
SEKRETARIS
KA POKJA
KADEP
KAGIAT dr. Bambang Pratomo Sulistyanto, MM
Kolonel Ckm NRP 31444

RAHASIA

Anda mungkin juga menyukai