Anda di halaman 1dari 30

BAB II

TINJAUAN PUSTAKA

A. Pengertian- Pengertian

1. Sanitasi

Sanitasi adalah suatu cara untuk mencegah berjangkitnya suatu penyakit

menular dengan jalan memutuskan mata rantai dari sumber. Sanitasi merupakan

usaha kesehatan masyarakat yang menitik beratkan pada penguasaan terhadap

berbagai faktor lingkungan yang mempengaruhi derajat kesehatan (Arifin,

2009).

2. Tempat-tempat Umum

Suatu usaha pencegahan penyakit yang menitik beratkan kegiatannya

pada usaha-usahakebersihan/kesehatan tempat umum (TTU) dalam melayani

masyarakat umum sehubnungan dengan aktifitas tempat umum tersebut

secara fisikologis, psikologis, mencegah terjadinya penularan penyakit atau

kecelakaan serta estetika, antar-penghuni, pengguna, dan masyarakat sekitar

(Suyono & Budiman, 2010).

3. Kolam Renang

Suatu usaha bagi umum yang menyediakan tempat untuk berenang,

berekreasi, berolah raga, serta jasa pelayanan lainnya, yang menggunakan air

bersih yang telah diolah (Depkes RI, 1992)

10
11

B. Klasifikasi kolam renang

Kolam renang dapat dibedakan menjadi beberapa tipe menurut

pemakaian,letak, dan cara pengisian airnya. Berdasarkan pemakaiannya, kolam

renang dapat dibagi menjadi 3 yaitu :

1. Kolam renang perorangan (private swimming pool) adalah kolam renang milik

pribadi yang terletak di rumah perseorangan.

2. Kolam renang semi umum (semi public swimming pool) adalah kolam renang

yang biasanya terdapat di hotel, sekolah, atau perumahan sehingga tidak

semua orang dapat menggunakannya.

3. Kolam renang umum (public swimming pool) adalah kolam renang yang

diperuntukan untuk umum dan biasanya terdapat di perkotaan (WHO,2006

dalam Rozanto, 2015).

a. Outdoor swimming pool, yaitu kolam renang yang terletak di tempat

terbuka.

b. Indoor swimming pool, yaitu kolam renang yang terletak di tempat tertutup

atau yang berada di dalam ruangan (WHO, 2006 dalam Rozanto, 2015).

Berdasarkan cara pengisian air pada pemandian buatan termasuk kolam renang,

dapat dibedakan menjadi 3 tipe, yaitu:

1. Fill and draw pool, yaitu pengisian air pada kolam renang yang apabila

kondisi airnya kotor akan diganti secara keseluruhan. Penentuan kondisi air

tersebut ditetapkan dengan melihat kondisi fisik air atau dari jumlah perenang

yang menggunakan.
12

2. Flow trough pool, yaitu sistem aliran dimana air didalam kolam akan terus

menerus bergantian dengan yang baru. Tipe ini dianggap yang terbaik

namun membutuhkan banyak air yang berasal dari satu mata air di alam.

3. Recirculation pool, merupakan tipe pengisian air kolam renang dimana

airnya dialirkan secara sirkulasi dan menyaring air kotor dalam filter-filter

(Suparlan, 1988).

C. Sanitasi Kolam renang

Kolam renang yang ideal adalah kolam renang yang senantiasa memenuhi

syarat keamanan, kebersihan, dan kenyamanan. Suatu kolam renang diharapkan

mampu memberikan kenyamanan bagi para pengunjung namun tetap harus

mengedepankan faktor keamanan, terutama untuk semua fasilitas penunjang

yang berada di dalam area kolam renang. Selain itu, aspek kebersihan juga

merupakan hal penting untuk diperhatikan karena berkaitan erat dengan aspek

kesehatan khususnya faktor penularan penyakit. Penyakit-penyakit yang dapat

ditularkan di kolam renang meliputi semua penyakit food and water borne

disease, seperti penyakit mata, penyakit kulit, penyakit kuning (hepatitis), dan

penyakit yang berhubungan dengan pencernaan (Mukono, 2006).

Menurut Peraturan Menteri Kesehatan RI No.061 Tahun 1991, suatu

kolam renang harus memenuhi persyaratan kesehatan lingkungan kolam renang,

antara lain :
13

1. Persyaratan umum

a. Lingkungan kolam renang harus selalu dalam keadaan bersih dan dapat

mencegah kemungkinan terjadinya penularan penyakit serta tidak

menjadi sarang dan perkembangbiakan vektor penular penyakit.

b. Bangunan kolam renang dan semua peralatan yang digunakan harus

memenuhi persyaratan kesehatan serta dapat mencegah tejadinya

kecelakaan.

2. Persyaratan tata bangunan

Setiap bangunan di lingkungan kolam renang harus tertata sesuai

fungsinya dan harus memenuhi persyaratan kesehatan sehingga tidak

menyebabkan pencemaran terhadap air kolam renang.

3. Persyaratan konstruksi bangunan

a. Lantai

1) Lantai kolam renang harus kuat, kedap air, memiliki permukaan yang

rata, tidak licin, dan mudah dibersihkan

2) Lantai kolam renang yang selalu kontak dengan air harus memiliki

kemiringan yang cukup (2-3%) ke arah saluran pembuangan air

limbah.

b. Dinding kolam renang

1) Permukaan dinding harus mudah dibersihkan.

2) Permukaan dinding yang selalu kontak dengan air harus terbuat dari

bahan yang kuat dan kedap air.


14

c. Ventilasi

Sistem ventilasi harus dapat menjamin peredaran udara di dalam ruang

dengan baik.

d. Sistem pencahayaan

1) Tersedia sarana pencahayaan dengan intensitas yang sesuai.

2) Untuk kolam renang yang digunakan saat malam hari harus

dilengkapi dengan lampu berkapasitas 12 volt.

e. Atap

Atap tidak boleh bocor agar tidak memungkinkan terjadinya genangan

air.

f. Langit-langit

Langit-langit harus memiliki ketinggian minimal 2,5 meter dari lantai dan

mudah dibersihkan.

g. Pintu

Pintu harus dapat mencegah masuknya vektor penyakit seperti serangga

tikus, dan binatang pengganggu lain.

4. Persyaratan kelengkapan kolam renang

Kolam renang harus memiliki fasilitas kelengkapan diantaranya : bak

cuci kaki, kamar dan pancuran bilas, kamar ganti dan penitipan barang, kamar

P3K, fasilitas sanitasi (bak sampah, jamban dan peturasan, serta tempat cuci

tangan) dan gudang bahan-bahan kimia dan perlengkapan lain.


15

5. Persyaratan bangunan dan fasilitas sanitasi

a. Area kolam renang

1) Harus ada pemisah yang jelas antara area kolam renang dengan area

lainnya.

2) Kolam harus selalu terisi air dengan penuh.

3) Jumlah maksimum perenang adalah sebanding dengan luas

permukaan kolam dibagi 3 m2.

4) Lantai dan dinding kolam harus kuat, kedap air, rata, berwarna

terang, dan mudah dibersihkan. Sudut dinding dan dasar kolam harus

melengkung.

5) Saluran air yang masuk ke kolam renang harus terjamin tidak terjadi

kontak antara air bersih yang masuk dengan air kotor. Lubang

pembuangan air kotor harus berada di dasar kolam renang yang

paling rendah dan berseberangan dengan lubang masuknya air.

6) Lubang saluran pembunagan air kolam dilengkapi dengan ruji dan

tidak membahayakan perenang.

7) Kolam berkedalaman < 1,5 meter, kemiringan lantai tidak > 10%.

Pada kedalaman > 1,5 meter kemiringan lantai kolam tidak > 30%.

8) Dinding kolam renang harus rata dan vertikal, jika terdapat injakan

maka pegangan dan tangga tidak boleh ada penonjolan, terbuat dari

bahan berbentuk bulat dan tahan karat.


16

9) Kolam harus dilengkapi dengan saluran peluap di kedua belah

sisinya.

10) Lantai tepi kolam harus kedap air dan memiliki lebar minimal 1

meter, tidak licin, dan permukaannya miring keluar kolam.

11) Pada setiap kolam harus ada tanda yang menunjukkan kedalaman

kolam dan tanda pemisah untuk orang yang dapat berenang dan tidak

dapat berenang.

12) Apabila ada papan loncat dan papan luncur, harus memenuhi

ketentuan teknis untuk mencegah kecelakaan.

b. Bak cuci kaki

1) Harus terdapat bak cuci kaki yang berukuran minimal panjang 1,5

meter, lebar 1,5 meter, dan kedalaman 20 cm dengan pengisian air

yang penuh.

2) Kadar sisa khlor pada air bak cuci kaki kurang lebih 2 ppm.

c. Kamar dan pancuran bilas

1) Minimal terdapat 1 pancuran bilas untuk 40 perenang.

2) Pancuran bilas untuk pria harus terpisah dari pancuran bilas untuk

wanita.

d. Tempat sampah

1) Memiliki tutup yang mudah dibuka/ditutup tanpa mengotori tangan.

2) Tempat sampah terbuat dari bahan yang ringan, tahan karat, kedap

air, dan mempunyai permukaan yang halus pada bagian dalamnya.


17

3) Tempat sampah harus mudah dibersihkan dan memiliki volume yang

sesuai untuk menampung sampah dari tiap kegiatan.

4) Tersedia tempat pengumpulan sampah sementara yang tidak terbuat

dari beton permanen dan tidak menjadi ternpat perindukan vektor

penyakit.

5) Tempat pengumpul sampah sementara harus dikosongkan minimal 3

x 24 jam.

e. Jamban dan peturasan

1) Tersedia minimal 1 buah jamban untuk tiap 40 orang wanita dan 1

buah jamban untuk tiap 60 orang pria dan harus terpisah antara

jamban untuk pria dan wanita.

2) Tersedia 1 buah peturasan untuk tiap 60 orang pria.

3) Apabila kapasitas kolam renang kurang dari jumlah pengunjung

diatas, maka harus disediakan minimal 2 buah jamban dan 2 buah

peturasan untuk pria dan 3 buah jamban untuk wanita.

4) Jamban yang tersedia kedap air dan tidak licin, dinding berwarna

terang, jamban leher angsa, memiliki ventilasi dan penerangan cukup,

tersedia air pembersih yang cukup, dan memiliki luas lantai minimal

1 m2 .

5) Konstruksi peturasan terbuat dari bahan kedap air, tahan karat, sistem

leher angsa, luas lantai minimal 1,5 m2.


18

6) Jika peturasan dibuat sistem talang atau memanjang, maka untuk tiap

satu peturasan panjangnya minimal 60 m.

f. Tempat cuci tangan

Tempat cuci tangan terletak di tempat yang mudah dijangkau

dan berdekatan dengan jamban peturasan dan kamar ganti pakaian

serta dilengkapi dengan sabun, pengering tangan dan cermin.

g. Gudang bahan kimia

1) Tersedia gudang khusus untuk tempat pengelolaan bahan kimia.

2) Penempatan kalsium hipoklorit harus terpisah dengan aluminium

sulfat atau bahan-bahan kimia lainnya.

3) Perlengkapan lain

4) Tersedia papan pengumuman yang berisi antara lain larangan

berenang bagi penderita penyakit kulit, penyakit kelamin, penyakit

epilepsi, penyakit jantung dan lain-lain.

5) Tersedia perlengkapan pertolongan bagi perenang, antara lain :

pelampung, tali penyelamat dan lain-lain.

6) Tersedia alat untuk mengukur kadar pH dan sisa khlor air kolam

renang secara berkala. Hasil pengukuran sisa khlor dan pH air kolam

renang harian, diumumkan kepada pengunjung melalui papan

pengumuman.

7) Tersedia tata tertib berenang dan anjuran menjaga kebersihan.


19

D. Air kolam renang

Air yang digunakan sebagai air kolam renang dapat berasal dari

beberapa sumber air. Berdasarkan letak sumbernya, air dapat dibagi menjadi

air angkasa (hujan), air permukaan, dan air tanah (Candra, 2007).

a. Air angkasa (hujan)

Air angkasa atau air hujan merupakan sumber utama air di bumi.

Pada saat presipitasi air tersebut merupakan air yang paling bersih,

namun cenderung akan mengalami pencemaran ketika berada di

atmosfer. Pencemaran tersebut dapat disebabkan oleh partikel debu,

mikroorganisme, dan gas, misalnya gas karbon dioksida, nitrogen, dan

amonia.

b. Air permukaan

Air permukaan meliputi badan-badan air seperti sungai, danau,

telaga, waduk, rawa, air terjun, dan sumur permukaan yang sebagian

besar berasal dari air hujan yang jatuh ke permukaan bumi. Air hujan

tersebut kemudian akan mengalami pencemaran baik oleh tanah,

sampah, maupun pencemar lainnya.

c. Air tanah

Air tanah (ground water) berasal dari air hujan yang jatuh ke

permukaan bumi yang kemudian mengalami perkolasi atau penyerapan

ke dalam tanah dan mengalami proses filtrasi secara alamiah. Proses

yang telah dialami air hujan tersebut dalam perjalanannya ke bawah


20

tanah akan membuat air tanah menjadi lebih baik dan lebih murni

dibandingkan air permukaan. Akan tetapi, air tanah mengandung zat-zat

mineral dalam konsentrasi yang tinggi. Konsentrasi yang tinggi dari zat-

zat mineral seperti magnesium, kalsium, dan logam berat seperti besi

dapat menyebabkan kesadahan air.

E. Sistem Pengolahan Air Kolam renang

Pada umumnya kolam renang pada kapasitas besar, telah memiliki water

treatment, yang mana sistem pengelolaan mengharuskan adanya filter (saringan)

dan pompa sirkulasi. Menggunakan klorin untuk mematikan bakteri/virus,

sejaligus mencegah proses pelumutan pada kolam renang dan menggunakan

tawas dan PAC dalam mengendapkan mikroorganisme yang telah mati (Isnanto,

2010).

1. Sistem Sirkulasi Air Kolam Renang

Secara garis besar, kolam renang dengan tipe pertukaran air resikulasi

digolongkan atas dua sistem sirkulasi yaitu sistem sirkulasi overflow dan

sistem sirkulasi skimmer dimana keduanya memiliki fungsi dan tujuan yang

sama yaitu memastikan air kolam renang yang agar tetap bersih dan dapat

digunakan kembali.

a. Sistem Sirkulasi Overflow

Kolam renang dengan sistem sirkulasi overflow ditandai dengan air

kolam yang melimpah baik pada satu sisi atau keseluruhannya. Air kolam

yang melimpah tersebut nantinya mengalir kedalam saluran yang berada di


21

sisi luar kolam renang, saluran ini dikenal dengan gutter overflow. Sistem

ini mengharuskan kolam renang memiliki blancing tank yang merupakan

tempat penampungan air yang mengalir melalui saluran gutter overflow.

Air yang ada di balancing tank ini dengan menggunakan mesin pompa

akan masuk kedalam filter untuk mengalami proses penyaringan kotoran

air kolam renang sehingga air yang masuk kedalam kolam renang melalui

lubang inlet merupakan air yang bersih.

b. Sistem Sirkulasi Skimmer

Berbeda dengan sirkulasi overflow, pada kolam renang dengan sistem

sirkulasi skimmer air kolam tidak melimpah pada bagian sisi-sisinya karena

dinding kolam di desain lebih tinggi dari elevasi kolam renang. Pada sistem

ini proses sirkulasi air kolam renang tidak memerlukan balancing tank, air

yang mengalir melalui outlet langsung dialirkan dari kolam menuju sebuah

bak pengumpul yaitu skimmer box, skimmer box ini juga menjadi tempat

pemisahan air dengan sampah dan kotoran yang mengapung yang ikut masuk

melalui lubang outlet. Air kolam renang yang terkumpul di box skimmer ini

kemudian dipompakan kedalam filter dan air bersih yang telah melalui proses

filterisasi dikembalikan lagi ke dalam kolam. Jika terjadi penambahan tinggi

air kolam renang akibat pengguna kolam atau air hujan, akan langsung

dibuang ke saluran buangan. Penambahan air jika terjadi pengurangan volume

akibat penguapan dan lain sebagainya dilakukan di dalam kolam.


22

2. Perlengkapan Sistem Pengolahan Air Kolam Renang

a. Pompa Sirkulasi

Pompa ini berfungsi sebagai pompa transfer yang mengirim air

yang dihisap dari dalam balancing tank (untuk system overflow) atau dari

skimmer (untuk system skimmer) ke dalam kolam renang. Kapasitas pompa

air yang digunakan dalam sistem pengolahan air kolam renang harus sesuai

dengan volume air dan lama sirkulasi air kolam perharinya, agar sirkulasi

air berjalan dengan baik dan menghasilkan kualitas air yang baik untuk

digunakan.

Cara menentukan kapasitas pompa air yang diperlukan oleh suatu

kolam renang dimulai dengan mengukur volume air kolam renang

berdasarkan ukuran panjang, lebar dan kedalaman air kolam renang dan

kemudian membagikannya berdasarkan berapa lama proses sirkulasi

perharinya. Sebagai contoh, kolam renang dengan ukuran panjang 16m,

lebar 4m dan kedalaman air 1,2m maka volume air yang dibutuhkan oleh

kolam renang tersebut adalah 76,8 m3. Lamanya sirkuasi air dilakukan

perharinya berbeda-beda untuk setiap kolam renang. Tergantung dengan

berapa jam operasional kolam renang dilakukan. Untuk kolam renang

umum biasanya waktu pengoperasian selama 6-8 jam perhari, sedangkan

untuk kolam renang pribadi selama 4-6 jam perhari. Sebagai contoh, kolam

renang dengan volume air 76,8m3 tersebut akan mengalami sirkulasi


23

selama 6 jam perhari, maka pompa yang perlukan adalah pompa yang

memiliki kapasitas pompa air sebesar 12,8m3/jam.

b. Filter

Sesuai namanya, alat ini berfungsi untuk melakukan penyaringan

atau filtrasi terhadap air yang akan masuk ke ddalam kolam. Kotoran-

kotoran dalam air akan disaring oleh alat ini, sehingga air yang kembali ke

dalam kolam dalam kondisi bersih. Ada 2 tipe filter berdasarkan medianya:

1. Sand Filter : Media filtrasi dari filter jenis ini adalah pasir silica

dengan ukuran agregat tertentu sesuai kebutuhan

2. Cartridge Filter : Media filtrasi dari filter jenis ini adalah berbentuk

spons atau kasa khusus dengan ukuran dan kerapatan sesuai dengan

kebutuhan. Ukuran filter yang digunakan di suatu kolam renang dapat

ditentukan.

Berdasarkan kapasitas pompa air yang digunakan dan kekuatan

aliran air (flow rate) yang masuk kedalam kolam renang. Standart flow rate

yang sering digunakan dalam menentukan besaran tanki filter kolam

renang adalah 40m3/jam/m2. Semakin kecil nilai flow rate semakin bagus

proses filterisasinya, namun dapat dipastikan akan semakin mahal harganya

karna semakin kecilnya nilai flow rate akan menjadi ukuran diameter tanki

filternya semakin besar.


24

c. Balancing Tank

Alat ini juga sesuai dengan namanya, berfungsi melakukan

penyeimbangan terhadap volume air kolam dan dipergunakan untuk kolom

yang menggunakan sistem sirkulasi overflow. Ketika kolam digunakan atau

ketika terjadi hujan, air kolam akan meluap dan ditampung oleh balancing

tank. Sebaiknya, ketika pengguna kolam keluar dari kolam atau terjadi

penguapan, maka air yang tertampung dalam balancing tank tadi akan

dikirim kembali ke dalam kolam, sehingga semaksimal mungkin tidak

terdapat air yang terbuang, kecuali jika sudah tidak tertampung lagi dalam

balancing tank.

d. Skimmer Box

Alat aini dipergunakan untuk kolam dengan sistem sirkulasi skimmer,

fungsinya sebagai titik hisap untuk pompa sirkulasi.

e. Inlet

Inlet adalah titik dimana air masuk kembali ke dalam kolam setelah

melalui proses pengolahan. Jimlah inlet yang diperlukan oleh suatu kolam

renang dapat ditentukan berdasarkan kapasitas pompa yang digunakan oleh

kolam renang tersebut. Kapasitas yang dimiliki oleh satu inlet dalam

mengalirkan air berkisar 5-7m3/jam, maka apabila kolam renang

menggunakan pompa dengan kapasitas 12,8m3/jam maka diperlukan 2

buah titik inlet pada kolam renang tersebut.


25

f. Maindrain

Maindrain pada dasarnya dipergunakan khusus untuk membuang

atau menguras air kolam, namun pada sebagian sistem kolam yang

menggunakan sistem sirkulasi overflow, maindrain dipergunakan pula

sebagai titik hisap untuk pompa-pompa fitur seperti air mencur dan lain-

lain.

3. Bahan Kimia Pengolahan Air Kolam

Kejernihan air kolam tidak semata-mata tergantung pada sistem

sirkulasi, dalam air dapat muncul bakteri atau tumbuhan kecil yang dapat

mengganggu kesehatan dan kenyamanan pengguna kolam renang dan tidak

dapat tersaring oleh filter. Oleh sebab itu, air kolam perlu mendapatkan

perawatan dengan menggunakan bahan-bahan kimia tertentu dengan kadar

tertentu. Bahan kimia yang sering dipergunakan antara lain :

a. Kaporit : Bahan kimia ini dipergunakan untuk menahan dan mencegah

timbulnya lumut atau bakteri.

b. Soda Ash : Bahan kimia ini berfungsi untuk menaikkan kadar pH air

kolom.

c. Tawas : Bahan kimia ini dipergunakan untuk mengendapkan partikel-

partikel pengotor air kolam yang tidak tersaring oleh filter.

d. Bahan-bahan kimia lain seperti HCI, PAC dan lain sebagainya (Isnanto,

2010).
26

Pemberian bahan kimia di air kolam renang bertujuan untuk menjaga

kualitas air kolam renang tetap baik, pemberian bahan kimia dapat dilakukan

dengan ketentuan sebagai berikut:

a. Khlorinasi

Proses pendesinfeksian air dengan menggunakan khlor aktif

bertujuan untuk meningkatkan kualitas air sehingga dapat mengendalikan

jumlah bakteri yang ada dalam air kolam renang. Residu khlor yang ideal

untuk air kolam renang adalah 0,2-0,5 mg/liter. Jika residu khlor di air

kurang dari baku mutu yang ditentukan maka dilakukan penambahan

sedikit demi sedikit hingga menjadi sesuai dengan baku mutu air kolam

renang. Dosis pemberian zat khlor pada air kolam renang adalah 2 gram

per m3 air kolam renang. Sebaiknya jika jumlah residu melebihi batas

baku mutu, maka sebaiknya kolam renang tidak digunakan dapat

ditunggu beberapa jam hingga residu khlor di air turun akibat penguapan

yang terjadi. Pemberian zat khlor di air kolam renang sebaiknya

dilakukan pada sore hari menjelang malam, sebab sinar matahari yang

panas dapat mengurangi kadar khlor dalam air akibat penguapan yang

terjadi. Selain pemberian zat khlor sesuai dengan dosis perharinya, perlu

dilakukan juga shock treatment perbulannya, pada beberapa jenis dari

lumut dan bakteri akan timbul kekebalan terhadap pemberian zat khlor

yang berkadar rendah, oleh kerena itu perlu pemberian dengan kadar

tinggi. Shock treatment ini dilakukan sebulan sekali dengan dosis yang
27

diberikan adalah 4 kali lipat dari dosis rata-rata pemberian zat khlor

perharinya.

b. Pemberian Soda Ash

Soda Ash atau disebut juga Karbonat Natrium (Na2CO3)

berbentuk serbuk halus putih. Pemberian soda ash pada air kolam renang

dimaksukan untuk menaikkan pH air kolam renang agar sesuai dengan

baku mutu kualitas air kolam renang, jika hasil test pH air dinyatakan

masih dibawah nilai baku mutu, maka dilakukan pemberian soda ash pada

air kolam renang sedikit demi sedikit hingga nilai pH nya sesuai dengan

baku mutu, adapun dosis yang diberikan adalah 1 Kg per 64m3 air kolam.

Setelah penambahan soda ash, air dalam kolam renang di dirkulasikan

kembali, setelah ½ jam lalu dicheck lagi pHnya, jika nilai pH nya belum

ideal, tambhakan bahan kimia yang sesuai dengan petujuk diatas.

c. Pemberian Terusi

Terusi pada umumnya berupa kristal biru yang mudah larut dalam

air. Bahan kimia yang ini berguna untuk mengendalikan mikroorganisme

yang hidup dalam air, merupakan fungisida yaitu mencegah pertumbuhan

jamur di dinding kolam renang. Selain itu terusi ini banyak digunakan

karena dapat membirukan air kolam renang. Dosis yang dapat

ditambahkan pada kolam renang perbandingan 1:10. 1 kg terusi

dilarutkan dalam 10 liter air bersih kemudian diaduk sampai semua

terlarut dan diamkan sampai mengendap. Setelah ada endapan hanya


28

gunakan air larutan terusi yang bersih saja, endapan tidak digunakan.

Penggunaan terusi pada kolam renang umum sebaiknya apabila sedang

banyak pengguna kolam renang saja, pemberian dilakukan sore hari untuk

kemudian keesokan paginya dilakukan proses vakum.

d. Pemberian tawas

Tawas dilakukan untuk menjernihkan air kolam renang, dengan

prinsip kerja sebagai koagulan yang berfungsi untuk membentuk flokuasi

partikel-partikel dalam air sehingga terikat dan mengendap di dasar

kolam. Fungsi tawas hampir sama dengan penggunaan PAC yaitu sebagai

koagulan.

e. Pemberian HCI

HcI digunakan untuk menurunkan pH dalam air dan menurunkan

angka sisa khlor yang terlalu tinggi di air kolam renang.

F. Kualitas kolam renang

Kelayakan air dapat diukur secara kualitas dan kuantitas. Kelayakan secara

kualitas menurut Budiman Candra (2007) kualitas air perlu dijaga terus melalui

pelaksanaan pemeriksaan fisik, kimia dan bakteriologis secara teratur, terutama

pada saat terjadinya wabah muntaber atau penyakit saluran pencernaan lainnya.

Menurut Permenkes RI (1990) tentang syarat – syarat pengawasan kualitas

air, air kolam renang adalah air didalam kolam renang yang digunakan untuk
29

olahraga renang dan kualitasnya harus memenuhi syarat kesehatan yaitu sesuai

dengan PERMENKES RI No. 416/MENKES/PER/IX/1990.

1. Kualitas Fisik

a. Bau

Air kolam renang yang memenuhi standar kualitas harus bebas

dari bau yang mengganggu. Biasanya bau disebabkan oleh bahan –

bahan organik yang dapat membusuk serta senyawa kimia lainnya

seperti phenol, jika air berbau maka akan mengganggu estetika.

b. Benda Terapung

Air kolam renang yang memenuhi standar harus bebas dari benda

– benda terapung. Biasanya benda – benda terapung disebabkan oleh

sampah disekitar kolam renang.

c. Kejernihan

Kejernihan air kolam renang dapat dilihat dengan piringan yang

diletakan pada dasar kolam yang terdalam. Air kolam renang dapat

dikatakan jernih apabila piringan tersebut dapat dilihat dengan jelas dari

tepi kolam pada jarak lurus 7 m (Peraturan Menteri Kesehatan RI

No.416 Tahun 1990).


30

2. Kualitas Kimia

a. Aluminium

Aluminium (Al) adalah metal yang dapat dibentuk, dan

karenanya banyak digunakan, sehingga banyak terdapat di lingkungan.

Sumber alamiah Al terutama adalah bauxite dan cryolit. Dalam dosis

yang tinggi Al dapat menimbulkan luka pada usus. Al dalam bentuk

debu akan diakumulasikan di dalam paru – paru, selain itu Al juga

dapat menyebabkan iritasi kulit, selaput lendir dan saluran pernafasan

(Slamet, 2011).

b. Kesadahan (CaSO3)

Kesadahan dapat menyebabkan pengendapan pada dinding pipa.

Kesadahan yang tinggi disebabkan sebagian besar oleh Calcium,

Magnesium, Strontium dan Ferum. Masalah yang mungkin timbul

adalah sulitnya sabun membusa (Slamet, 2011).

c. Oksigen (O2)

Kadar oksigen terlarut dalam air dapat dijadikan ukuran untuk

menentukan mutu air. Jika tingkat oksigen terlarut terlalu rendah,

maka organisme anaerob dapat mati ataupun menguraikan bahan

organik dan menghasilkan bahan seperti metana dan hidrogen sulfida

yang dapat menyebabkan air berbau busuk (Tresna, 2009). Kadar

oksigen terabsorbsi maksimal yang ditetapkan menurut Peraturan


31

Menteri Kesehatan RI No.416 Tahun 1990 untuk air kolam renang

adalah 0,1 mg/l dalam waktu 4 jam pada suhu udara.

d. pH

pH dalam air sebaiknya netral yaitu tidak asam maupun basa.

Kualitas air merupakan bahan pelarut yang sangat baik, dengan pH yang

tidak netral air dapat melarutkan berbagai element kimia yang dilaluinya

(Slamet, 2011).

e. Sisa Chlor

Bila jumlah chlor yang ditambahkan cukup banyak dan tidak

semuanya dihancurkan atau diikat maka bagian lain akan tetap tinggal

bebas dalam air, bentuk ini disebut sisa chlor bebas atau chlor bebas.

Persyaratan sisa chlor untuk air kolam renang yaitu 0,2 – 0,5 mg/liter.

Apabila sisa chlor dalam air berlebih maka dapat berikatan dengan ion

natrium sehingga menimbulkan rasa asin dan merusak pipa – pipa air

kolam. Sebaliknya jika sisa khlor air kurang, maka tidak dapat

membunuh bakteri dalam air sehingga menjadi penyebab tersebarnya

penyakit melalui air yang didistribusikan (Depkes RI, 1992).

f. Tembaga (Cu)

Tembaga (Cu) sebetulnya diperlukan bagi perkembangan tubuh

manusia. Tetapi, dalam dosis tinggi dapat menyebabkan gejala gastro-

intestinal, mengganggu system saraf pusat, kerusakan ginjal dan hati,


32

muntaber, pusing kepala, anemia, kramp, konvulsi, shock, dan dapat

meninggal. Dalam dosis rendah dalam air, Cu dapat menyebabkan

kesat, perubahan warna, serta korosi pada pipa, sambungan dan

peralatan dapur (Slamet, 2011).

3. Kualitas Mikrobiologi

a. Koliform total

Sumber – sumber air di alam umumnya mengandung bakteri,

baik air angkasa, air permukaan maupun air tanah. Jumlah dan jenis

bakteri berbeda sesuai dengan tempat dan kondisi yang

mempengaruhinya. Penyakit yang ditransmisikan melalui faecal

material dapat disebabkan oleh virus, bakteri, protozoa, dan metazoan.

Oleh karena itu air yang digunakan untuk keperluan sehari – hari harus

bebas dari bakteri patogen (Slamet, 2011). Sesuai dengan standar

kualitas air kolam renang pada PERMENKES RI (1990) bahwa pada

air kolam renang koliform total harus berjumlah 0 per 100 air, artinya

tidak diperbolehkan adanya koliform total pada air kolam renang.

b. Jumlah Kuman

Sesuai dengan standar kualitas air pada PERMENKES RI (1990)

jumlah kuman /1 ml air adalah 0 – 200. Bila jumlah koloni melebihi

200 dalam 1 ml air akan banyak mengakibatkan infeksi pada kulit

ataupun jaringan selaput lendir seperti dermatitis, kurap air dan

konjungtivitis.
33

G. Pengolahan Kualitas Air

Menurut Sanropie, (1984) Menyatakan bahwa proses pengolahan air terdiri

dari tiga bagian yaitu :

1. Purifikasi ( Penjernihan)

Air keruh banyak mengandung lumpur-lumpur, baik itu lumpur kasar dan

halus maupun colloidal. Untuk memperoleh air yang jernih perlu dilakukan

terlebih dahulu proses perjernihan. Adapun dalam proses penjernihan ini dapat

dilakukan dengan tahapan, yaitu :

a. Koagulasi/Flokulasi

Koagulasi/Flokulasi adalah proses pengumpulan partikel-partikel

halus yang tidak dapat diendapkan secara gravitasi, menjadi partikel yang

lebih besar sehingga bisa diendapkan dengan jalan menambahkan bahan

koagulan.

b. Sedimentasi

Sedimentasi adalah proses untuk memisahkan air dengan floc-floc

dengan jalan pengendapan. Flok-flok yang lebih besar akan lebih mudah

mengendap sedangkan flok-flok yang kecil memerlukan waktu yang lebih

lama. Pemisahan flok ini dilakukan dengan penyaringan yang akan

memisahkan sama sekali air dengan flok-flok tadi sehingga diperoleh air

jernih.
34

c. Filtrasi

Filtrasi adalah suatu proses pemisahan sisa-sisa floc yang tidak

sempat diendapkan dalam bak sedimentasi/bak pengendap, dengan

mengalirkan air ini melalui porous. Biasanya media yang banyak dipakai

adalah pasir.

Filtrasi umumnya digunakan 2 macam :

1) Rapid sand Filter (Saringan Pasir Cepat)

Kecepatan menyaring : 5-10 m3/m2/jam

2) Slow Sand Filter (Saringan Pasir lambat)

Kecapatan menyaring : 2,4 m3/m2/jam

2. Desinfeksi

Usaha untuk mematikana mikroorganisme tertentu di dalam air yang

bersifat menyebabkan penyakit (patogenik). Desinfeksi digunakan secara luas

untuk mengurangi penyakit yang disebabkan dengan perantaraan air.

Desinfeksi terhadap air yang pada umumnya digunakan diIndonesia

adalah chlor dan senyawa chlor yang daoat diberikan dalam bentuk gas CI2 atau

dalam bentuk kaporit atau Ca(OCI)2. Desinfeksi demikian biasa disebut

“Chlorinasi”.

Penggunaan bahan desinfektan untuk melakukan suatu proses klorinasi

seperti kaporit, merupakan bahan yang lebih mudah dibanding Chlorin (CI)2,

karena penggunaan chlorin memerlukan pengawasan kontrol yang lebih cermat,


35

pembunuhan bakteri terjadi karena kaporit dalam menghasilkan hypochlorin

atau HOCI yang merupakan zat racun (Budiyono & Sumardiono, 2013).

3. Netralisasi pH

Netralisasi pH pada air baku sangat penting karena apabila pH tidak

sesuai , air dapat bersifat korosif dan menimbulkan gangguan pada proses

pengolahan , termasuk koagulasi dan klorinasi (Depkes RI, 1991)

H. Peranan Air Terhadap Penularan Penyakit

Penggunaan air yang tidak memenuhi syarat dapat menimbulkan terjadinya

gangguan kesehatan. Gangguan kesehata tersebut dapat berupa penyakit menular

maupun penyakit tidak menular (Mulia, 2005). Penyakit yang ditularkan melalui air

disebut sebagai waterborne disease atau waterrated disease. Penyakit tertentunya

memerlukan adanya agen dan vektor (Sumantri, 2010). Berikut beberapa contoh

yang dpat ditularkan melalui air berdasarkan tipe agen penyebabnya.

Tabel 2.2 Penyakit bawaan air dan penyebabnya

Penyebab Penyakit
Virus :
Rota virus Diare, terutama pada anak-anak
Virus Hepatitis A Hepatitis A
Virus Poliomyelitis Poliomyelitis
Bakteri :
Vibrio cholera Cholera
Escherichia coli Diare/dysentri
Salmonella typhi Typhus abdominale
Salmonella paratyphi Parathypus
Shigella dysentreae Dysentri
Protozoa :
Entaamoeba histolytica Dysentri amoeba
Balantidia coli Balantidiasis
Giardia lambria Giardiasis
36

Metazoa :
Ascaris lumbricoides Ascarisis
Clonorchis sinensis Clonorchiasis
Diphyllibotrhium latum Dyphylobothriasis
Tawenia saginata /solium Taeniasis
Schistosoma Schistromiasis
Sumber : Wardana, 1995 dalam Mulia, 2005

Kira-kira terdapat 20 sampai 30 macam penyakit infektif yang dapat

dipengaruhi oleh perubahan penyediaan air. Biasanya penyakit-penyakit itu

diklasifikasikan menurut mikroba penyebabnya yaitu: virus bakteri, protozoa, dan

cacing. Sementara itu, penyakit-penyakit yang berhubungan dengan air dibagi dalam

kelompok-kelompok berdasarkan cara penularannnya. Mekanisme penularannya

penyakit sendiri terbagi menjadi empat, yaitu :

1. Waterborne mechanism

Didalam mekanisme ini, kuman pathogen dalam air yang dapat

menyebabkan penyakit pada manusia melalui mulut atau sistem pencernaan.

Contohnya penyakit yang ditularkan melalui mekanisme antara lain kolera,

tifoid, hepatitis, viral, disentri baseler, dan polimieltis

2. Waterwashed mechanism

Mekanisme penularan semacam ini berkaitan dengan kebersihan umum

dan perseorangan. Pada mekanisme ini terdapat tiga cara penularan, yaitu

1. Infeksi melalui alat pencernaan, seperti diare pada anak-anak.

2. Infeksi melalui kulit dan mata, sperti scabies dan trachoma

3. Penularan melalui binatang pebgerat seperti pada leptospirosis.


37

Selain penyakit menular, penggunaan air juga dapat memicu terjadinya

penyakit tidak menular. Penyakit tidak menular terutama terjadinya karena telah

terkotaminasi zat-zat berbahaya atau beracun.

3. Water-based mechanism

Penyakit yang ditularkan dengan mekanisme ini memiliki agen penyebab

yang menjalani sebagian siklus hidupnya di dalam tubuh vektor atau sebagai

intermediate host yang hidup di dalam air. Contoh skistosomiasis dan penyakit

akibat Dracunculus medinensis.

4. Water-related insect vektor mechanism

Agen penyakit ditularkan melalui gigitan serangga yang berkembang biak

di dalam air. Contoh penyakit dengan mekanisme penularan semacam ini

adalah filariasis, dengue, malaria, dan tallow fever.

Untuk mencegah terjadinya penularan penyakit yang diakibatkan

penggunaan air, kualitas badab air harus dijaga sesuai dengan baku mutu air.

Baku mutu air adalah ukuran batas atau kadar makhluk hidup, zat, energy atau

komponen yang ada atau unsur pencemar yang ditenggang keberadaan di

dalam air (Sumantri, 2010).

I. Metode Pengambilan Sampel Air

Untuk memperoleh contoh yang mewakili keadaan sesungguhnya dipilih salah satu

dari tiga metode pengambilan contoh air sesuai peruntukkan:


38

1. Pengambilan contoh air sesaat (Grab sample)

Volume contoh air yang diambil langsung dari tempat yang diteliti.

Contoh sesaat ini mewakili keadaan air pada saat itu juga dari suatu tempat,

apabila suatu sumber air mempunyai karakteristik yang tidak banyak berubah.

2. Pengambilan contoh air gabungan waktu (Composite sample)

Campuran contoh-contoh air sesaat yang diambil dari tempat yang sama,

tetapi waktu yang berbeda. Hasil pemeriksaan contoh gabungan waktu

menunjukkan keadaan merata dari tempat tersebut dalam periode waktu.

3. Pengambilan contoh air gabungan tempat (Integrated sample)

Campuran contoh-contoh sesaat yang diambil dari tempat yang berbeda,

tetapi waktu yang bersamaan. Metode ini berguna untuk pemeriksaan daerah

aliran sungai yang dalam & lebar atau memiliki kualitas air yang berbeda.

J. Cara Pemeriksaan Kualitas Air

Didalam pemeriksaan air dikenal dua cara yaitu :

1. Pemeriksaan air di lapangan

2. Pemeriksaan air di laboratorium

Pemeriksaan air dilapangan dimaksudkan untuk mengadakan pemeriksaan

air di lokasi dimana contoh air itu diambil. Biasanya pemeriksaan air dilapangan

dilakukan untuk parameter suhu, bau, rasa, warna sedangkan yang lainnya dilakukan

dilaboratorium (Sanropie, 1984).


39

K. Kerangka teori

Sumber air kolam renang


Purifikasi

Pengolahan air kolam Desinfeksi


renang

Netralisasi pH
Air Bersih

Kualitas air kolam renang

PERMENKES RI No.
416/MENKES/PER/IX/1990

Memenuhi Tidak
syarat memenuhi
syarat

Gambar 2.1 Kerangka teori

Anda mungkin juga menyukai