BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
penyakit-penyakit yang media transmisinya adalah makanan, minuman, udara dan air.
Tempat umum sangat erat kaitannya dengan sanitasi dalam penularan penyakit
(Mukono, 2000). Yang dimaksud dengan sanitasi adalah suatu usaha pencegahan
manusia (Yuliarsih et al., 2002). Maka sanitasi tempat-tempat umum adalah suatu
usaha untuk mengawasi dan mencegah kerugian akibat dari tempat-tempat umum
terutama yang erat hubungannya dengan timbulnya atau menularnya suatu penyakit
(Marsito, 2013).
Kolam renang adalah suatu usaha bagi umum yang menyediakan tempat
air bersih yang telah diolah. Kolam renang sebagai tempat umum perlu
terhadap faktor lingkungan yang berada di kolam renang yang berpengaruh pada
Menurut Mukono (2000) air yang dipakai di dalam kolam renang sebaiknya
harus sama kualitasnya dengan air minum sehingga memenuhi kualitas fisik, kimia
dan mikrobiologi. Sesuai dengan syarat air kolam renang PerMenKes No.
a. Syarat Fisik
Syarat fisik air kolam renang adalah bebas dari bau yang mengganggu, bebas
dari benda terapung dan jernih. Piringan sechi yang diletakkan pada dasar
kolam renang yang terdalam dapat dilihat jelas dari tepi kolam pada jarak
lurus 9 meter.
b. Syarat Kimiawi
mg/l.
mg/L.
d) pH antara 6,5-8,5.
c. Syarat Mikrobiologi
Syarat mikrobiologi air kolam renang adalah 200 jumlah koloni per
1ml untuk jumlah kuman, sedangkan untuk koliform total adalah nol dalam
setiap 100ml.
bersih yang ditetapkan dalam Permenkes hanya mencantumkan coli tinja dan
1. Umum
a. Lingkungan kolam renang harus selalu dalam keadaan bersih dan dapat
2. Tata Bangunan
sesuai dengan fungsinya, serta memenuhi persyaratan kesehatan antara lain tidak
3. Konstruksi Bangunan
a. Lantai
a) Setiap lantai harus terbuat dari bahan yang kuat, kedap air, permukaan
b. Dinding
b) Permukaan dinding yang selalu terkena percikan air harus terbuat dari
c. Ventilasi
dengan baik.
d. Sistem Pencahayaan
fungsinya.
e. Atap
f. Langit-langit
a) Mudah dibersihkan.
g. Pintu
Selain area untuk renang, kolam renang minimal harus memiliki bagunan dan
fasilitas : bak cuci kaki, kamar/pancuran bilas, kamar ganti dan penitipan
barang/pakaian, kamar P3K, fasilitas sanitasi (bak sampah, jamban dan peturasan,
serta tempat cuci tangan) dan gudang bahan-bahan kimia serta perlengkapan lain.
a) Harus ada pemisahan yang jelas antara kolam renang dengan area
d) Lantai, dinding kolam harus kuat, kedap air, rata, mudah dibersihkan,
terjadi hubungan langsung (cross connection) antara air bersih dan air
kotor. Lubang pembuangan air kotor harus berada di dasar kolam yang
tidak lebih dari 10%, pada kedalaman lebih dari 1,5m kemiringan
h) Dinding kolam renang harus rata dan vertikal, bila diperlukan fasilitas
sisinya.
j) Tangga kolam renang harus vertikal, dan terbuat dari bahan berbentuk
k) Lantai di tepi kolam renang yang kedap air memiliki lebar minimal
kolam dan tanda pemisah untuk orang yang dapat berenang dengan
a) Harus tersedia bak cuci kaki yang berukuran minimal panjang 1,5m
dan lebar 1,5m serta dalam 20cm juga harus selalu terisi air yang
penuh.
c. Fasilitas Sanitasi
a) Kamar/pancuran bilas.
perenang.
untuk wanita.
b) Tempat sampah
1. Harus terbuat dari bahan yang cukup ringan, tahan karat, kedap
dalamnya.
tangan.
untuk wanita.
kimia.
6. Perlengkapan Lain
c. Untuk kolam renang selain perlengkapan seperti tersebut pada huruf a, dan b,
harus tersedia :
a) Alat untuk mengukur kadar pH dan sisa chlor air kolam renang secara
berkala.
gugus senyawanya. Misalnya NaCl sangat tidak beracun, tetapi karbonil khlorida
air minum. Dalam jumlah banyak, Cl akan menimbulan rasa asin, korosi pada pipa
sistem penyediaan air panas. Sebagai desinfektan, residu khlor di dalam penyediaan
air sengaja dipelihara, tetapi khlor ini dapat terikat pada senyawa organik dan
senyawa-senyawa karsinogenik. Oleh karena itu di berbagai negara maju sekarang ini
Sisa klor adalah kadar klor yang tersisa setelah proses desinfeksi. Sisa klor
yang terlalu kecil tidak dapat diandalkan untuk tujuan penyimpanan dan keamanan
konsumen. Sedangkan sisa klor yang terlalu besar dapat menimbulkan bau tidak enak
2.2.3 Desinfeksi
dan menyediakan klorin sisa (Chandra, 2006). Lebih dari 50% bakteri yang
berbahaya di dalam air akan mati dalam waktu 2 hari dan 90% akan mati pada akhir
1 minggu. Klorin telah terbukti merupakan desinfeksi yang ideal. Bila dimasukkan ke
dalam air akan mempunyai pengaruh yang segera dan membinasakan banyak
diterima masyarakat pemakai, serta mempunyai efek desinfeksi untuk waktu yang
cukup lama. Beberapa cara desinfeksi yang dapat dilakukan (Handayani, 2008), yaitu
dengan :
3. Perebusan.
Klorinasi adalah proses pemberian klorin pada air yang telah difiltrasi dan
merupakan langkah yang maju dalam proses purifikasi air. Proses klorinasi ini
banyak digunakan dalam mengolah limbah industri, air kolam renang dan air minum
di negara-negara berkembang karena biayanya relatif lebih murah, mudah dan efektif
klorinasi umumnya adalah gas klorin, senyawa hipoklorit, klorin dioksida, bromine
penghasil lumut yang dapat merubah bau dan rasa pada air.
Klorin di dalam air akan berubah menjadi asam klorida. Zat ini akan
dinetralisir oleh sifat basa dari klorin sehingga akan terurai menjadi ion hidrogen dan
ion hipoklorit.
Reaksi kimia :
HOCl H+ + OCl-
Klorin sebagai desinfektan terutama bekerja dalam bentuk asam hipoklorit (HOCl)
dan sebagian kecil dalam bentuk ion hipoklorit (OCl-). Klorin dapat bekerja dengan
efektif sebagai desinfektan jika bekerja dalam air dengan pH sekitar 7. Jika nilai pH
air lebih dari 8,5 maka 90% dari asam hipoklorit itu akan mengalami ionisasi menjadi
ion hipoklorit. Dengan demikian, khasiat desinfektan yang dimiliki klorin menjadi
Ada beberapa hal yang perlu diperhatikan ketika melakukan klorinasi yaitu :
1. Air harus jernih dan tidak keruh karena kekeruhan pada air akan menghambat
proses klorinasi.
3. Tujuan klorinasi pada air adalah untuk mempertahankan sisa klorin bebas
sebesar 0,2 mg/l (nilai batas aman) di dalam air untuk membunuh kontaminasi
4. Dosis klorin yang tepat adalah jumlah klorin yang dapat dipakai untuk
membunuh kuman patogen dan untuk mengoksidasi bahan organik serta tetap
dapat menyisakan klorin bebas sebesar 0,2 mg/L di dalam air (Chandra,
2006).
Pemberian klorin pada disinfeksi air dapat dilakukan melalui beberapa cara
yaitu dengan pemberian gas klorin, kloramin, atau perkloron. Gas klorin merupakan
pilihan utama karena harganya murah, kerjanya cepat, efisien, dan mudah digunakan.
Gas klorin harus digunakan secara hati-hati karena gas ini beracun dan dapat
menimbulkan iritasi pada mata. Alat klorinasi berbahan gas klorin ini disebut sebagai
yang berfungsi untuk mengukur dan mengatur pemberian gas klorin pada persediaan
berikut :
Penetapan DPC:
3. Isi contoh air baku 250ml yang sudah disaring ke dalam labu erlenmeyer,
erlenmeyer.
Keterangan:
Kolam renang menurut cara pengisian airnya dibagi dalam tiga tipe menurut
Semua air kolam renang yang terlihat sudah kotor dibuang, kolam dibersihkan,
lalu dimasukkan air yang baru dan bersih. Dasar penentuan air sudah kotor atau
b. Menghitung jumlah orang yang mandi sampai jumlah tertentu dihitung dari
2. Flow-Through Type
Air terus menerus mengalir, jadi air selalu diganti dengan air yang baru. Ini
merupakan tipe terbaik, tetapi sangat boros dengan pemakaian air. Mungkin bisa
dilakukan jika letak kolam renang berdekatan dengan aliran air sungai yang
3. Recirculating Type
Pada tipe ini air kolam renang dialirkan melalui saringan (filter), air yang telah
bersih diberi desinfektan, lalu dialirkan kembali kedalam kolam renang. Tipe ini
yang terbanyak dipakai terutama untuk kolam renang di kota-kota dimana harga
Bagi kolam renang tipe resirkulasi maka pengolahan airnya merupakan hal
yang sangat penting, sebab kualitas air kolam tersebut untuk seluruhnya adalah
bergantung kepada bagaimana air tersebut diolah (hasil pengolahan). Dibawah ini
skema instalasi-instalasi pada sebuah kolam renang tipe resirkulasi terdiri atas.
Air kolam yang sudah kotor (terpakai) keluar melalui outlet dan dialirkan
terus ke chemical feeder, hair catcher, screen chamber, filter dan chlorine feeder dan
Ketiga pot ini diisi larutan zat-zat kimia tersebut dan dialirkan/diteteskan
a. Zat tawas dengan zat kapur/soda ash adalah zat-zat koagulasi yaitu
2. Hair catcher
Adalah penangkap rambut, pada alat ini rambut ditangkap dengan maksud
4. Chlorine feeder
Yaitu alat untuk memberikan zat-zat khlor kedalam air guna maksud
pendesinfeksian (penghapushamaan).
c. Batc feeding : pemberian khlor dengan cara menarik karung goni yang
berpori-pori yang berisi kaporit dengan tali dari satu sudut ke sudut
d. Minimal 15m dari tepi kolam dapat ditanami pohon-pohon yang besar.
Hal ini untuk mencegah agar air kolam renang jangan dikotori oleh daun-
1. Penyakit mata :
2. Penyakit telinga :
OMA (Otitis Media Acuta), OMP (Otitis Media Perforata), Otitis Eksterna.
3. Penyakit hidung:
4. Penyakit tenggorokan :
5. Penyakit perut:
6. Penyakit syaraf :
Poliomyelitis.
7. Kecelakaan-kecelakaan.
9. Penyakit kulit :
kurap air. Kadas/kurap/kutu air sebenarnya disebabkan oleh jamur yang sama yaitu
golongan dermatofitosis (Suci, 2014). Menurut Siregar (2004) kandidiasis pada sela-
sela jari dan kaki sering dikenal sebagai kutu air dimana penyebab utamanya adalah
Candida adalah genus jamur mirip ragi yang biasanya bagian dari flora
normal mulut, kulit, saluran pencernaan dan vagina (Hermawan, 2013). Menurut
pencernaan, juga selaput mukosa, selaput pernafasan, vagina, uretra, kulit dan
dibawah jari-jari kuku tangan dan kaki. Di tempat-tempat ini ragi dapat menjadi
penderita yang lemah atau sistem imunnya tertekan, terutama jika imunitas
berperantara sel terganggu. Candida dapat menimbulkan invasi dalam aliran darah,
tromboflebitis, endokarditis, atau infeksi pada mata dan organ-organ lain bila
narkotika dan sebagainya). Lebih dari 150 spesies Candida telah diidentifikasi.
Sebanyak paling sedikit tujuh puluh persen infeksi Candida pada manusia disebabkan
Candida albicans adalah jamur diploid dan agen oportunistik yang mampu
menyebabkan infeksi pada daerah oral dan genital pada manusia. Candida albicans
adalah sebagian dari mikroorganisme flora normal rongga mulut, mukosa membran,
pada waktu atau sesudah kelahiran manusia dan resiko untuk terjadinya infeksi selalu
pertumbuhannya akan lebih baik pada pH antara 4.5-6.5. Jamur ini dapat tumbuh
dalam perbenihan pada suhu 28˚C – 37˚C. Candida albicans membutuhkan senyawa
organik sebagai sumber karbon dan sumber energi untuk pertumbuhan dan proses
metabolismenya. Unsur karbon ini dapat diperoleh dari karbohidrat. Jamur ini
baik dalam suasana anaerob maupun aerob. Proses peragian (fermentasi) pada
Candida albicans dilakukan dalam suasana aerob dan anaerob. Karbohidrat yang
tersedia dalam larutan dapat dimanfaatkan untuk melakukan metabolisme sel dengan
Dinding sel Candida albicans berfungsi sebagai pelindung dan sebagai target
dari beberapa antimikotik. Dinding sel berperan dalam proses perlekatan dan
kolonisasi serta bersifat antigenik. Fungsi utama dinding sel tersebut memberi bentuk
pada sel dan melindungi sel yeast dari lingkungannya. Candida albicans mempunyai
struktur dinding sel yang kompleks, tebalnya 100 sampai 400nm (Atni, 2010).
pertahanan tubuh pejamu juga karena menggunakan air tercemar (Mulyati et al.,
1. Faktor mekanis : trauma (luka bakar, abrasi), oklusi lokal, lembab dan atau
6. Umur : orang tua dan bayi lebih mudah terinfeksi karena status imunologisnya
tidak sempurna.
kandida.
juga dalam mulainya infeksi kandida termasuk perlekatan Candida dengan sel epitel
dan invasi berikutnya. Mekanisme invasi masih tidak jelas tetapi mungkin
terlihat di sekitar kandida, menandakan suatu proses lisis jaringan kulit epitel yang
sedang berlangsung. Bentuk hifa maupun ragi (yeast) keduanya dapat menembus
jaringan pejamu dan kedua bentuk menunjukkan virulensi yang potensial dan
1. Pemeriksaan Mikroskopik :
pseudohifa dan sel-sel bertunas. Kerokan kulit atau kuku diletakkan pada
tetesan kalium hidroksida 10% (Jawetz et al., 1984). Pada sediaan apus,
4-6 µm, dan sel-sel bertunas yang memanjang menyerupai hifa (pseudohifa)
Agar yang dikultur pada temperatur 37°C, umumnya berbentuk bulat seperti
pasta, berwarna krem dengan permukaan sedikit cembung, halus, licin dan
2. Topikal
a. Larutan ungu gentian ½-1% untuk kulit, dioleskan sehari 2 kali selama
3 hari.
c. Amfoteresin B.
3. Sistemik
keseimbangan pada flora normal dan gangguan daya tahan inang. Infeksi kandida
tidak menular, karena sebagian individu dalam keadaan normal sudah mengandung
organisme tersebut. Tindakan pencegahan ini efektif pada pasien dengan risiko tinggi
segera mengganti pakaian yang kering daripada duduk dengan pakaian renang yang
yaitu basahi tubuh dengan air kamar mandi sebelum masuk ke kolam, jangan biarkan
berlama-lama berendam di air kolam dan saat istirahat siram tubuh dengan air.
Menurut Judarwanto (2010) selesai berenang segera mandi dengan sabun antiseptik
2.4.6 Keluhan Kesehatan Karena Candida albicans pada Air Kolam Renang
Keluhan kesehatan karena Candida albicans pada air kolam renang adalah
1. Kandidiasis intertriginosa
yaitu daerah–daerah lipatan kulit, seperti ketiak, bawah payudara, lipat paha,
intergluteal, antara jari-jari tangan dan jari-jari kaki, sekitar pusat dan lipat leher.
Kelainan yang tampak berupa kemerahan kulit yang berbatas tegas, erosi dan
bersisik. Lesi-lesi tersebut sering dikelilingi oleh lesi-lesi satelit berupa vesikel-
vesikel dan pustula milier, yang bila memecah meninggalkan daerah-daerah yang
pada sela-sela jari sering ditemukan pada orang yang banyak berhubungan dengan
air, seperti tukang cuci atau petani di sawah, orang-orang yang memakai kaus dan
Kandidiasis pada kaki dan sela-sela jari ini sering dikenal sebagai kutu air.
Kulit di sela-sela jari menjadi lunak, terjadi maserasi dan dapat mengelupas
2. Kuku
berhubungan dengan air, bentuk ini tersering didapat. Lesi berupa kemerahan,
pembengkakan yang tidak bernanah, kuku menjadi tebal, mengeras dan berlekuk-
lekuk. Kadang-kadang berwarna kecoklatan, tidak rapuh, tetap berkilat dan tidak
terdapat sisa jaringan di bawah kuku seperti pada tinea unguium. Rasa nyeri, bengkak
mengakibatkan penebalan dan alur transversal pada kuku dan akhirnya kuku tanggal
(Kuswadji, 1999).
renang. Penyakit kulit tersebut diakibatkan oleh jamur. Tumbuhnya jamur pada kulit
tidak langsung seketika pada saat berenang namun dirasakan pada satu hari setelah
berenang.
2.5 Keluhan Kesehatan Karena Sisa Klor Pada Air Kolam Renang
Penyakit mata akan memberikan keluhan berupa mata merah, mata terasa
gatal, mata kotor atau belek, mata terasa sakit dan banyak air mata. Bila terdapat
salah satu gejala tersebut maka diperlukan pemeriksaan mata dan perawatan khusus.
Mata terlihat merah akibat melebarnya pembuluh darah konjungtiva yang terjadi pada
peradangan mata akut misalnya konjungtivitis. Bila terjadi pelebaran pembuluh darah
arteri konjungtiva posterior dan arteri siliar anterior maka akan terjadi mata merah.
akibat pengaruh mekanis, alergi, mata kering (dry eyes), kurang tidur, iritasi akibat
klorida, asap dan benda asing, ataupun injeksi pada jaringan konjungtiva. Gejala
umum pada konjungtivitis adalah mata merah, sekret atau mata kotor, dan pedas
seperti kelilipan. Konjungtivitis akan mengenai kedua mata akibat mengenai mata
yang sebelahnya. Bila hanya terdapat pada satu mata maka ini biasanya hanya
alergi terhadap non infeksi, dapat berupa reaksi cepat seperti alergi biasa dan reaksi
lambat sesudah beberapa hari kontak seperti reaksi terhadap obat, reaksi, dan toksik.
Reaksi alergik dari hipersensitif pada konjungtiva akan memberikan keluhan berupa
mata gatal, panas, berair dan mata merah. Umumnya konjungtivitis alergi disebabkan
Mata menjadi merah umumnya bukan karena kemasukan bakteri, mata merah
karena kaporit pada air kolam renang, dimana kaporit mengandung antiseptik yang
dapat melindungi mata dari berbagai zat berbahaya. Untuk mata merah setelah
berenang tidak perlu khawatir karena hal ini tidak berbahaya dan dapat pulih dengan
Iritasi mata dapat diredakan dengan diberi obat tetes atau salep mata yang
tidak perlu boor water, dengan air bersih sudah cukup kemudian segera ke dokter,
jangan ditunda lagi, karena iritasi yang terlanjur parah menyebabkan pterigium
(daging tumbuh), yang lama-kelamaan dapat menutupi pupil mata dan mengganggu
memakai kacamata khusus renang yang memiliki ukuran yang sesuai dan tidak
longgar agar dapat menahan air tidak masuk ke mata (Kurniasih, 2011).
Keluhan Kesehatan
1. Ada keluhan
Sisa klor 2. Tidak ada keluhan
Candida albicans