Anda di halaman 1dari 37

LAPORAN PENDAHULUAN DAN ASUHAN KEPERAWATAN

PADA An. N A DENGAN DIAGNOSA MEDIS MALNUTRISI


DI RSUD DR. DORIS SYLVANUS PALANGKA RAYA
RUANG FLAMBOYAN

Oleh :
Elvant Olrando Darlin
NIM : 2019.C.11a.1007

YAYASAN EKA HARAP PALANGKA RAYA


SEKOLAH TINGGI ILMU KESEHATAN
PRODI SARJANA KEPERAWATAN
TAHUN AKADEMIK 2021/2022

i
LEMBAR PENGESAHAN
Laporan ini di susun oleh :

Nama : Elvant Olrando Darlin


NIM : 2019.C.11a.1007
Program Studi : S-1 Keperawatan
Judul : Laporan pendahuluan dan asuhan keperawatan pada an. n
a dengan diagnosa medis malnutrisi di rsud dr. doris
sylvanus palangka raya ruang flamboyant.
Telah melakukan asuhan keperawatan sebagai persyaratan untuk
mneyelesaikan Praktik Pra Klinik Keperawatan 2 Program Studi S-1 Keperawatan
Sekolah Tinggi Ilmu Kesehatan Eka Harap Palangka Raya.

Laporan Keperawatan ini telah disetujui oleh :

Pembimbing Akademik Pembimbing Lahan

Yelstria Ulina Tarigan, S.kep.,Ners Erista Rusana


DAFTAR ISI
COVER
LEMBAR PENGESAHAN
DAFTAR ISI
BAB I
LAPORAN PENDAHULUAN..............................................................................................................1
1.1 KONSEP DASAR PENYAKIT...................................................................................................1
1.1.1 Definisi.................................................................................................................................1
1.2.1 Etiologi.................................................................................................................................2
1.2.3 Klasifikasi.............................................................................................................................3
1.2.4 Patofisiologi..........................................................................................................................4
1.2.5 Manifestasi klinis..................................................................................................................6
1.2.6 Penatalaksanaan Medis.........................................................................................................6
1.2.7 Pemeriksaan penunjang.........................................................................................................6
1.2 Konsep Keperawatan Anak...........................................................................................................7
1.2.1 Pengertian Anak.....................................................................................................................7
1.2.2 Kedudukan Anak Di Indonesia..............................................................................................7
1.2.3 Filosofi Keperawatan Anak....................................................................................................7
1.2.4 Prinsip Keperawatan Anak.....................................................................................................8
1.2.5 Paradigma Keperawatan Anak...............................................................................................9
1.2.6 Peran Perawat dalam Keperawatan Anak.............................................................................10
1.3 Manajemen Asuhan Keperawatan..............................................................................................12
1.3.1 Pengkajian...........................................................................................................................12
1.3.2 Diagnosa Keperawatan........................................................................................................15
1.3.3 Intervensi Keperawatan.......................................................................................................15
1.3.4 Implementasi Keperawatan.................................................................................................17
BAB II ASUHAN KEPERAWATAN.................................................................................................18
LAMPIRAN................................................................................................................35
DAFTAR PUSTAKA .................................................................................................36

ii
BAB 1
LAPORAN PENDAHULUAN

1.1 Konsep Teori


1.1.1 Definisi
Menurut Depkes (2002), status gizi merupakan tanda-tanda
penampilan seseorang akibat keseimbangan antara pemasukan dan
pengeluaran zat gizi yang berasal dari pangan yang dikonsumsi pada suatu
saat berdasarkan pada kategori dan indikator yang digunakan.
Gizi buruk adalah keadaan kekurangan energi dan protein tingkat berat
akibat kurang mengkonsumsi makanan yang bergizi dan atau menderita sakit
dalam waktu lama. Itu ditandai dengan status gizi sangat kurus ( menurut BB
terhadap TB ) dan atau hasil pemeriksaan klinis menunjukkan gejala
marasmus, kwashiorkor atau marasmik kwashiorkor (Supriyatno Edi, 2012)
Dalam menetukan klasifikasi status gizi harus ada ukuran baku yang
sering disebut reference. Baku antropometri yang sering digunakan di
Indonesia adalah World Health Organization – National Centre for Health
Statistic (WHO-NCHS). Berdasarkan baku WHO - NCHS status gizi dibagi
menjadi empat :
a. Gizi lebih untuk over weight, termasuk kegemukan dan obesitas.
b. Gizi baik untuk well nourished.
c. Gizi kurang untuk under weight yang mencakup mild dan moderat, PCM
(Protein Calori Malnutrition)/ disebut juga Protien Energi Malnutrisi
( PEM ) atau (MEP) Malnutrisi Energi dan Protein.
d. Gizi buruk untuk severe PCM, termasuk marasmus, marasmik-kwasiorkor
dan kwashiorkor :
1) Marasmus yaitu keadaan kurang kalori.
2) Kwarshiorkor ialah defisiensi protein yang disertai defisiensi nutrien
lainnya yang biasa dijumpai pada bayi masa disapih dan anak
prasekolah (balita).
3) Marasmus kwashiorkor yaitu keadaan peralihan antara marasmus dan
kwashiorkor.

Klasifikasi MEP ditetapkan dengan patokan perban dingan berat badan


terhadap umur anak sebagai berikut:
Berat badan 60-80% standar tanpa edema : gizi kurang (MEP ringan).
Berat badan 60-80% standar dengan edema : kwashiorkor (MEP berat).
Berat badan <60% standar tanpa edema : marasmus (MEP berat).
Berat badan <60% standar dengan edema : marasmik kwashiorkor (MEP
berat).
1.1.2 Etiologi
Banyak faktor yang mengakibatkan terjadinya kasus gizi buruk.
Menurut UNICEF ada dua penyebab langsung terjadinya gizi buruk, yaitu :
a. Kurangnya asupan gizi dari makanan. Hal ini disebabkan terbatasnya
jumlah makanan yang dikonsumsi atau makanannya tidak
memenuhi unsur gizi yang dibutuhkan karena alasan sosial
dan ekonomi yaitu kemiskinan.
b. Akibat terjadinya penyakit yang mengakibatkan infeksi. Hal ini
disebabkan oleh rusaknya beberapa fungsi organ tubuh sehingga tidak bisa
menyerap zat-zat makanan secara baik.
Faktor lain yang mengakibatkan terjadinya kasus gizi buruk yaitu:
1) Faktor ketersediaan pangan yang bergizi dan terjangkau oleh
masyarakat
2) Perilaku dan budaya dalam pengolahan pangan dan pengasuhan
asuh anak
3) Pengelolaan yang buruk dan perawatan kesehatan yang tidak memadai.

2
Menurut Ikatan Dokter Anak Indonesia (IDAI), ada
3 faktor penyebab gizi buruk pada balita, yaitu:
1. Keluarga miskin
2. Ketidaktahuan orang tua atas pemberian gizi yang baik bagi anak
3. Faktor penyakit bawaan pada anak, seperti: jantung, TBC, HIV/AIDS,
saluran pernapasan dan diare.
1.1.3 Klasifikasi
Terdapat 3 tipe gizi buruk adalah marasmus, kwashiorkor, dan
marasmuskwashiorkor. Perbedaan tipe tersebut didasarkan pada ciri-ciri atau
tanda klinis dari masing-masing tipe yang berbeda-beda, yaitu :
1. Marasmus Marasmus adalah gangguan gizi karena kekurangan
karbohidrat. Gejala yang timbul diantaranya muka seperti orangtua
(berkerut), tidak terlihat lemak  dan otot di bawah kulit (kelihatan
tulang di bawah kulit), rambut mudah patah dan kemerahan, gangguan
kulit, gangguan pencernaan (sering diare), pembesaran hati dan
sebagainya. Anak tampak sering rewel dan banyak menangis
meskipun setelah makan, karena masih merasa lapar.
2. Kwashiorkor  Penampilan tipe kwashiorkor seperti anak yang
gemuk ( suger baby),  bilamana dietnya mengandung cukup energi
disamping kekurangan protein, walaupun dibagian tubuh lainnya
terutama dipantatnya terlihat adanya atrofi. Tampak sangat kurus dan
atau edema pada kedua punggung kaki sampai seluruh tubuh
a. Perubahan status mental : cengeng, rewel, kadang apatis
b. Rambut tipis kemerahan seperti warna rambut jagung dan mudah
dicabut,  pada penyakit kwashiorkor yang lanjut dapat terlihat rambut
kepala kusam.
c. Wajah membulat dan sembab
d. Pandangan mata anak sayu

3
e. Pembesaran hati, hati yang membesar dengan mudah dapat diraba
dan terasa kenyal pada rabaan permukaan yang licin dan pinggir yang
tajam.
f. Kelainan kulit berupa bercak merah muda yang meluas dan berubah
menjadi coklat kehitaman dan terkelupas
3. Marasmik-Kwashiorkor  Gambaran klinis merupakan campuran dari
beberapa gejala klinik  kwashiorkor dan marasmus. Makanan sehari-
hari tidak cukup mengandung  protein dan juga energi untuk
pertumbuhan yang normal. Pada penderita demikian disamping
menurunnya berat badan < 60% dari normal memperlihatkan
tandatanda kwashiorkor, seperti edema, kelainan rambut, kelainan
kulit, sedangkan kelainan biokimiawi terlihat pula (Depkes RI, 2000).
1.1.4 Patofisiologi
Pada defisiensi protein murni tidak terjadi katabolisme jaringan yang
sangat berlebih, karena persediaan energi dapat dipenuhi oleh jumlah kalori
dalam dietnya. Kelainan yang mencolok adalah gangguan metabolik dan
perubahan sel yang menyebabkan edema dan perlemakan hati. Karena
kekurangan protein dalam diet, akan terjadi kekurangan berbagai asam amino
esensial dalam serum yang diperlukan untuk sintesis dan metabolisme.
Selama diet mengandung cukup karbohidrat, maka produksi insulin akan
meningkat dan sebagian asam amino dalam serum yang jumlahnya sudah
kurang tersebut akan disalurkan ke jaringan otot. Makin berkurangnya asam
amino dalam serum ini akan menyebabkan kurangnya produksi albumin
hepar, yang berakibat timbulnya edema. Perlemakan hati terjadi karena
gangguan pembentukan beta-lipoprotein, sehingga transport lemak dari hati ke
depot terganggu, dengan akibat terjadinya penimbunan lemak di hati.

4
Pathway

Sosial ekonomi rendah Malabsorbsi,infeksi Kegagalan


Anoreksia melakukan sintesis
Protein dan kalori

Intake kurang dari kebutuhan

Defisiensi Protein dan kalori

Hilangnya lemak
Kurang
Dibantalan kulit Daya tahan tubuh Asam amino esnsial pengetahuan
Menurun Menurun dan produksi
Turgor Kulit Albumin menurun
Menurun dan Keadaan Umum
Keriput Lemah Atrofi/pengecilan otot

Kerusakan integritas Resiko


kulit Keterlambatan
Infeksi
pertumbuhan
dan
perkembangan

Resiko infeksi
Saluran Pencermaan

5
Anoreksia,diare

Nutrisi kurang dari


kebutuhan tubuh

1.1.5 Manifestasi Klinis


a. Hipotermi
Penyebab Hipotermi : tidak/kurang/jarang diberi makan
b. Hipoglikemi
Penyebab Hipoglikemi : tidak dapat/kurang/jarang dapat makan
c. Infeksi
d. Diare dan Dehidrasi
e. Syok
1.1.6 Pemeriksaan Penunjang
a. Pemeriksaan laboratorium: kadar gula darah, darah tepi lengkap, feses
lengkap, elektrolit serum, protein serum (albumin, globulin), feritin. Pada
pemeriksaan laboratorium, anemia selalu ditemukan terutama jenis
normositik normokrom karena adanya gangguan sistem eritropoesis akibat
hipoplasia kronis sumsum tulang di samping karena asupan zat besi yang
kurang dalam makanan, kerusakan hati dan gangguan absorbsi. Selain itu
dapat ditemukan kadar albumin serum yang menurun.
b. Pemeriksaan radiologi (dada, AP dan lateral) juga perlu dilakukan untuk
menemukan adanya kelainan pada paru.
c. Tes mantoux
d. EKG
1.1.7 Penatalaksaan Medis
Pada pasien dengan malnutrisi, penatalaksanaan yang adekuat diperlukan
melalui kolaborasi berbagai pihak yaitu oleh dokter dan tenaga medis, ahli
nutrisi, dan keluarga dari pasien tersebut. Pada anak dengan edema akibat

6
malnutrisi, status nutrisi harus dinilai dengan hati-hati karena dapat
menyebabkan bias pada pengukuran berat badan. Anak dengan malnutrisi
kronis membutuhkan asupan kalori 120-150 kkal/kg/hari untuk mencapai
berat badan sesuai.

1.2 Konsep Keperawatan Anak


1.2.1 Pengertian Anak
Menurut UU RI No. IV th 1979 ttg kesejahteraan anak, disebutkan
bahwa anak adalah seseorang yang belum mencapai umur 21 tahun dan belum
menikah Sedangkan menurut UU RI No. I th 1974 Bab IX ps 42 disebutkan
bahwa anak yang sah adalah yang dilahirkan dalam atau sebagai perkawinan
yang sah.
Dari kedua pengertian diatas dapat ditarik kesimpulan bahwa
pengertian anak adalah seseorang yang dilahirkan dalam atau sebagai
perkawinan yang sah yang belum mencapai usia 21 tahun dan belum menikah.

1.2.2 Kedudukan Anak Di Indonesia


Di Indonesia anak dipandang sebagai pewaris keluarga, yaitu penerus
keluarga yang kelak akan melanjutkan nilai – nilai dari keluarga serta
dianggap sebagai seseorang yang bisa memberikan perawatan dan
perlindungan ketika kedua orang tua sudah berada pada tahap lanjut usia
( jaminan hari tua ) . Anak masih dianggap sebagai sumber tenaga murah yang
dapat membantu ekonomi keluarga. Keberadaan anak dididik menjadi pribadi
yang mandiri.

1.2.3 Filosofi Keperawatan Anak


Perawat dalam memberikan asuhan keperawatan kepada anak harus
memahami bahwa semua asuhan Keperawatan anak harus berpusat pada
keluarga ( family center care ) dan mencegah terjadinya trauma ( atraumatik
care ).
Family center care ( perawatan berfokus pada keluarga ) merupakan
unsur penting dalam perawatan anak karena anak merupakan bagian dari

7
anggota keluarga, sehingga kehidupan anak dapat ditentukan oleh lingkungan
keluarga., Untuk itu keperawatan anak harus mengenal keluarga sebagai
tempat tinggal atau sebagai konstanta tetap dalam kehidupan anak yang dapat
mempengaruhi status kesehatan anak.
Sedangkan maksud dari atraumatic care adalah semua tindakan
keperawatan yang ditujukan kepada anak tidak menimbulkan trauma pada
anak dan keluarga dengan memperhatikan dampak dari setiap tindakan yg
diberikan. Prinsip dari atraumatic care adalah menurunkan dan mencegah
dampak perpisahan dari keluarga, meningkatkan kemampuan orang tua dalam
mengontrol perawatan pada anak, mencegah dan mengurangi cedera ( injury )
dan nyeri ( dampak psikologis ), tidak melakukan kekerasan pada anak dan
modifikasi lingkungan fisik.

1.2.4 Prinsip Keperawatan Anak


Dalam keperawatan anak, perawat harus mengetahui bahwa prinsip
keperawatan anak adalah :
a) Anak bukan miniatur orang dewasa
b) Anak sebagai individu unik & mempunyai kebutuhan sesuai tahap
perkembangan
c) Pelayanan keperawatan anak berorientasi pada pencegahan &
peningkatan derajat kesh, bukan mengobati anak sakit
d) Keperawatan anak merupakan disiplin ilmu kesehatan yang
berfokus pada kesejahteraan anak sehingga perawat bertanggung
jawab secara komprehensif dalam memberikan askep anak
e) Praktik keperawatan anak mencakup kontrak dengan anak &
keluarga untuk mencegah, mengkaji, mengintervensi &
meningkatkan kesejahteran dengan menggunakan proses
keperawatan yang sesuai dengan moral ( etik ) & aspek hukum
( legal )
f) Tujuan keperawatan anak & remaja adalah untuk meningkatkan
maturasi / kematangan

8
g) Berfokus pada pertumbuhan & perkembangan

1.2.5 Paradigma Keperawatan Anak


1) Manusia (Anak)
Anak baik sebagai individu maupun bagian dari keluarga merupakan salah
satu sasaran dalam pelayanan keperawatan. Untuk dapat memberikan
pelayanan keperawatan yang tepat sesuai dengan masa tumbuh kembangnya,
anak di kelompokkan berdasarkan masa tumbuh kembangnya yaitu:
a. Bayi : 0 – 1 th
b. Toddler : 1 – 2,5 th
c. Pra Sekolah : 2,5 – 5 th
d. Sekolah : 5 – 11 th
e. Remaja : 11 – 18 th
Terdapat perbedaan dalam memberikan pelayanan keperawatan antara orang
dewasa dan anak sebagai sasarannya. Perbedaan itu dapat dilihat dari
struktur fisik, dimana secara fisik anak memiliki organ yang belum matur
sepenuhnya. Sebagai contoh bahwa komposisi tulang pada anak lebih
banyak berupa tulang rawan, sedangkan pada orang dewasa sudah berupa
tulang keras.
Proses fisiologis juga mengalami perbedaan, kemampuan anak dalam
membentuk zat penangkal anti peradarangan belum sempurna sehingga daya
tahan tubuhnya masih rentan dan mudah terserang penyakit. Pada aspek
kognitif, kemampuan berfikir anak serta tanggapan terhadap pengalaman
masa lalu sangat berbeda dari orang dewasa, pengalaman yang tidak
menyenangkan selama di rawat akan di rekam sebagai suatu trauma,
sehingga pelayanan keperawatan harus meminimalisasi dampak traumatis
anak.
2) Konsep Sehat Sakit

9
Menurut WHO, sehat adalah keadaan keseimbangan yang sempurna baik
fisik, mental, sosial, dan tidak semata-mata hanya bebas dari penyakit atau
cacad. Konsep sehat & sakit merupakan suatu spektrum yang lebar & setiap
waktu kesehatan seseorang bergeser dalam spektrum sesuai dengan hasil
interaksi yang terjadi dengan kekuatan yang mengganggunya.

3) Lingkungan
Lingkungan berpengaruh terhadap terjadinya suatu kondisi sehat maupun
sakit serta status kesehatan. Faktor-faktor lingkungan yang mempengaruhi
kesehatan berupa lingkungan Internal dan lingkungan external . Lingkungan
Internal yang mempengaruhi kesehatan seperti tahap perkembangan, latar
belakang intelektual, persepsi terhadap fungsi fisik, faktor Emosional, dan
spiritual. SEdangkan lingkungan external yang mempengaruhi status
kesehatan antara lain keluarga, sosial ekonomi, budaya
4) Keperawatan
Merupakan salah satu bentuk pelayanan kesehatan yang komprehensif
meliputi biologi, psikologis, social dan spiritual yang ditujukan pada
individu, keluarga, masyarakat dan kelompok khusus yang mengutamakan
pelayanan promotif, preventif, kuratif dan rehabilitatif yang diberikan dalam
kondisi sehat maupun sakit.
Anak sebagai individu maupun salah satu anggota keluarga merupakan
sasaran dalam pelayanan keperawatan Sehingga perawat sebagai pemberi
asuhan keperawatan harus memandang anak sebagai individu yang unik
yang memiliki kebutuhan tersendiri sesuai dengan pertumbuhan dan
perkembangannya.

1.2.6 Peran Perawat dalam Keperawatan Anak


1) Pemberi Perawatan
Merupakan peran utama perawat yaitu memberikan pelayanan keperawatan
kepada individu, keluarga,kelompok atau masyarakat sesuai dengan masalah

10
yang terjadi mulai dari masalah yang bersifat sederhana sampai yang
kompleks. Contoh peran perawat sebagai pemberi perawatan adalah peran
ketika perawat memenuhi kebutuhan dasar seperti memberi makan,
membantu pasien melakukan ambulasi dini.

2) Sebagai Advokat Keluarga


Sebagai client advokat, perawat bertanggung jawab untuk memebantu klien
dan keluarga dalam menginterpretasikan informasi dari berbagai pemberi
pelayanan dan informasi yang diperlukan untuk mengambil persetujuan
(inform concent) atas tindakan keperawatan yang diberikan kepadanya.
Peran perawat sebagai advocate keluarga dapt ditunjukkan dengan
memberikan penjelasan tentang prosedur operasi yang akan di lakukan
sebelum pasien melakukan operasi.
3) Pendidik
Perawat bertanggung jawab dalam hal pendidikan dan pengajaran ilmu
keperawatan kepada klien, tenaga keperawatan maupun tenaga kesehatan
lainya. Salah satu aspek yang perlu diperhatikan dalam keperawatan adalah
aspek pendidikan, karena perubahan tingkah laku merupakan salah satu
sasaran dari pelayanan keperawatan. Perawat harus bisa berperan sebagai
pendidik bagi individu, keluarga, kelompok dan masyarakat. Memberi
penyuluhan kesehatan tentang penanganan diare merupakan salah satu
contoh peran perawat sebagai pendidik (health educator).
4) Konseling
Tugas utama perawat adalah mengidentifikasi perubahan pola interaksi klien
terhadap keadaan sehat sakitnya. Adanya perubahan pola interaksi ini
merupakan dasar dalam perencanaan tindakan keperawatan. Konseling
diberikan kepada individu, keluarga dalam mengintegrasikan pengalaman
kesehatan dengan pengalaman masa lalu. Pemecahan masalah difokuskan

11
pada; masalah keperawatan, mengubah perilaku hidup sehat (perubahan pola
interaksi).
5) Kolaborasi
Dalam hal ini perawat bersama klien, keluarga, team kesehatan lain
berupaya mengidentfikasi pelayanan kesehatan yang diperlukan termasuk
tukar pendapat terhadap pelayanan yang diperlukan klien, pemberian
dukungan, paduan keahlian dan ketrampilan dari berbagai professional
pemberi palayanan kesehatan. Sebagai contoh, perawat berkolaborasi dengan
ahli gizi untuk menentukan diet yang tepat pada anak dengan nefrotik
syndrome. Perawat berkolaborasi dengan dokter untuk menentukan dosis
yang tepat untuk memberikan Antibiotik pada anak yang menderita infeks.

6) Peneliti
Seorang perawat diharapkan dapat menjadi pembaharu (innovator) dalam
ilmu keperawatan karena ia memiliki kreativitas, inisiatif, cepat tanggap
terhadap rangsangan dari lingkunganya. Kegiatan ini dapat diperoleh
diperoleh melalui penelitian. Penelitian, pada hakekatnya adalah melakukan
evalusai, mengukur kemampuan, menilai, dan mempertimbangkan sejauh
mana efektifitas tindakan yang telah diberikan. Dengan hasil penelitian,
perawat dapat mengerakan orang lain untuk berbuat sesuatu yang
berdasarkan kebutuhan, perkembangan dan aspirasi individu, keluarga,
kelompok dan masyarakat. Oleh karena itu perawat dituntut untuk selalu
mengikuti perkembangan memanfaatkan media massa atau media informasi
lain dari berbagai sumber. Selain itu perawat perlu melakukan penelitian
dalam rangka mengembagkan ilmu keperawatan dan meningkatkan praktek
profesi keperawatan.

1.3 Konsep Medis


1.3.1 Pengkajian
a. Anamnesis

12
Keluhan yang sering ditemukan adalah pertumbuhan yang kurang, anak
kurus, atau berat badannya kurang. Selain itu ada keluhan anak
kurang/tidak mau makan, sering menderita sakit yang berulang atau
timbulnya bengkak pada kedua kaki, kadang sampai seluruh tubuh
b. Pengkajian komposisi keluarga, lingkungan rumah dan komunitas,
pendidikan dan pekerjaan anggota keluarga, fungsi dan hubungan angota
keluarga, kultur dan kepercayaan, perilaku yang dapat mempengaruhi
kesehatan, persepsi keluarga tentang penyakit klien dan lain-lain.
c. Pengkajian secara umum dilakukan dengan metode head to too yang
meliputi: keadaan umum dan status kesadaran, tanda-tanda vital, area
kepala dan wajah, dada, abdomen, ekstremitas dan genito-urinaria. Fokus
pengkajian pada anak dengan Kwashiorkor adalah :
1) Keadaan Umum
Pucat, kurus, atrofi pada ekstremitas, adanya edema pedis dan pretibial
serta asites. Muka penderita ada tanda moon face dari akibat terjadinya
edema. Penampilan anak kwashiorkor seperti anak gemuk (sugar
baby).
2) Tumbuh Kembang
Gejala penting ialah pertumbuhan yang terganggu. Selain berat badan,
tinggi badan juga kurang dibandingkan dengan anak sehat.
3) Keadaan Psikologis
Biasanya penderita cengeng, hilang nafsu makan dan rewel.
4) Status cairan dan elektrolit
5) Rambut
Sangat khas untuk penderita kwashiorkor ialah rambut kepala yang
mudah tercabut tanpa rasa sakit. Pada penderita kwashiorkor lanjut,
rambut akan tampak kusam, halus, kering, jarang dan berubah warna
menjadi putih.
6) Kulit

13
Kulit penderita biasanya kering dengan menunjukkan garis-garis kulit
yang lebih mendalam dan lebar. Sering ditemukan hiperpigmentasi
dan persisikan kulit karena habisnya cadangan energi maupun protein.
7) Gigi dan Tulang
Pada tulang penderita kwashiorkor didapatkan dekalsifikasi,
osteoporosis, dan hambatan pertumbuhan. Sering juga ditemukan
caries pada gigi penderita.
8) Hepar
Pada biopsi hati ditemukan perlemakan, bisa juga ditemukan biopsi
hati yang hampir semua sela hati mengandung vakuol lemak besar.
9) Sirkulasi
Anemia ringan selalu ditemukan pada penderita kwashiorkor.
10) Pankreas
Pada pankreas terjadi atrofi sel asinus sehingga menurunkan produksi
enzim pankreas terutama lipase.
11) Gastrointestinal
Gejala gastrointestinal merupakan gejala yang penting. Anoreksia
kadang-kadang demikian hebatnya, sehingga segala pemberian
makanan ditolak dan makanan hanya dapat diberikan dengan sonde
lambung.
12) Otot
Massa otot berkurang karena kurangnya protein. Protein juga dibakar
untuk dijadikan kalori demi penyelamatan hidup.
13) Ginjal
Malnutrisi energi protein dapat mengakibatkan terjadi atrofi
glomerulus sehingga GFR menurun.
d. Pemeriksaan fisik
1) Inspeksi
(a) Mata : agak menonjol
(b) Wajah : membulat dan sembab

14
(c) Kepala : rambut mudah rontok dan kemerahan
(d) Abdomen : perut terlihat buncit
(e) Kulit : adakah Crazy pavement dermatosis, keadaan turgor kulit,
odema
2) Palpasi
Pembesaran hsti ± 1 inchi
3) Auskultasi
Peristaltic usus abnormal
1.3.2 Diagnose Keperawatan
a. Nutrisi kurang dari kebuituhan tubuh berhubungan dengan intake nutrisi
tidak adekuat
b. Gangguan pertumbuhan dan perkembangan berhubungan dengan asupan
kalori dan protein yang tidak adekuat
c. Kerusakan integritas kulit berhubungan dengan perubahan nutrisi,
dehidrasi
d. Resiko infeksi berhubungan dengan malnutrisi
e. Kurang pengetahuan berhubungan dengan kurang informasi tentang
kondisi, prognosi dan kebutuhan nutrisi
1.3.3 Intervensi dan Implementasi
a. Diagnose 1
1) Diagnose 1 : Nutrisi kurang dari kebuituhan tubuh berhubungan
dengan intake nutrisi tidak adekuat
2) Tujuan : Setelah dilakukan tindakan keperawatan selama 3 x 24 jam,
diharapkan nutrisi klien terpenuhi dengan kriteria hasil :
(a) Klien tidak muntah lagi
(b) Nafsu makan kembali normal
(c) Edema Berkurang /Hilang
(d) BB sesuai dengan umur (berat badan ideal 10 kg tanpa edema)
3) Intervensi :
(a) Beri asupan makanan/minuman tinggi kalori/protein

15
(b) Timbang berat badan klien tiap hari
(c) Kolaborasi dengan tim medis untuk pemberian obat/vitamin/nutrisi
(d) Observasi pengawasan pemberian cairan
b. Diagnose 2
1) Diagnose 2 : Gangguan pertumbuhan dan perkembangan berhubungan
dengan asupan kalori dan protein yang tidak adekuat
2) Tujuan : Setelah dilakukan tindakan keperawatan selama 3 x 24 jam,
diharapkan klien akan mencapai pertumbuhan dan perkembangan
sesuai standar usia dengan criteria hasil :
(a) Pertumbuhan fisik (ukuran antropometrik) sesuai standar usia.
(b) Perkembangan motorik, bahasa/ kognitif dan personal/sosial sesuai
standar usia.
3) Intervensi :
(a) Ajarkan kepada orang tua tentang standar pertumbuhan fisik dan
tugas-tugas perkembangan sesuai usia anak.
(b) Lakukan pemberian makanan/ minuman sesuai program terapi diet
pemulihan.
(c) Lakukan pengukuran antropo-metrik secara berkala.
(d) Lakukan stimulasi tingkat perkembangan sesuai dengan usia klien.
(e) Lakukan rujukan ke lembaga pendukung stimulasi pertumbuhan
dan perkembangan (Puskesmas/Posyandu)
c. Diagnose 3
1) Diagnose 3 : Kerusakan integritas kulit berhubungan dengan
perubahan nutrisi, dehidrasi
2) Tujuan : Setelah dilakukan tindakan keperawatan selama 3 x 24 jam,
diharapkan integritas kulit klien kembali normal dengan criteria hasil :
(a) Gatal hilang/berkurang.
(b) Kulit kembali halus, kenyal dan utuh.
3) Intervensi :

16
(a) Anjurkan pada keluarga tentang pentingnya merubah posisi
sesering mungkin.
(b) Anjurkan keluarga lebih sering mengganti pakaian anak bila basah
atau kotor dan kulit anak tetap kering.
(c) Kolaborasi dengan dokter untuk pengobatan lebih lanjut.
d. Diagnose 4
1) Diagnose 4 : Resiko infeksi berhubungan dengan malnutrisi
2) Tujuan : Setelah dilakukan tindakan keperawatan selama 3 x 24 jam,
diharapkan pasien tidaak mengalami infeksi dengan criteria hasil :
(a) Klien bebas dari tanda infeksi
(b) Menunjukkan kemampuan untuk mencegah timbulnya infeksi
(c) Jumlah leukosit dalam batas normal
3) Intervensi :
(a) Tingkatkan intake nutrisi
(b) Monitor tanda gejala infeksi sistemik dan local
(c) Dorong masukan cairan
(d) Dorong istirahat
e. Diagnose 5
1) Diagnose 5 : Kurang pengetahuan berhubungan dengan kurang
informasi tentang kondisi, prognosi dan kebutuhan nutrisi
2) Tujuan : Setelah dilakukan tindakan keperawatan selama 3 x 24 jam,
diharapkan pengetahuan keluarga bertambah dengan criteria hasil :
(a) Keluarga mengerti dan memahami isi penyuluhan.
(b) Dapat mengulangi isi penyuluhan.
(c) Mampu menerapkan isi penyuluhan di rumah sakit dan nanti
sampai di rumah.
3) Intervensi :
(a) Tentukan tingkat pengetahuan dan kesiapan untuk belajar.
(b) Jelaskan tentang:
Nama penyakit anak

17
Penyebab penyakit
Akibat yang ditimbulkan
Pengobatan yang dilakukan
1.3.4 Evaluasi
a. BB klien naik sesuai dengan umur (berat badan ideal 10 kg tanpa edema)
b. Pertumbuhan fisik (ukuran antropometrik) sesuai standar usia
c. Kulit kembali halus, kenyal dan utuh
d. Menunjukkan kemampuan untuk mencegah timbulnya infeksi
e. Keluarga mengerti dan memahami isi penyuluhan

BAB 2

ASUHAN KEPERAWATAN

YAYASAN EKA HARAP PALANGKA RAYA


SEKOLAH TINGGI ILMU KESEHATAN
Jalan Beliang No.110 Palangka Raya Telp/Fax. (0536) 3227707
E-Mail : stikesekaharap110@yahoo.com

FORMAT PENGKAJIAN ANAK

Nama Mahasiswa : Elvant Olrando Darlin


Nim : 2019.C.11a.1007
Tempat Praktek : Ruang Flamboyan RSUD dr. Doris Sylvanus Palangka
Raya
Tanggal Pengkajian & Jam : Jumat,1 Oktober 2021 (08.15 WIB)

2.1 Pengkajian
2.1.1 Anamnesa
2.1.1.1 Identitas Pasien
Nama Klien : An. N A
TTL : 27 Juni 2018
Jenis Kelamin : Perempuan

18
Agama : Islam
Suku/Bangsa : Indonesia
Pendidikan : -
Alamat : Jln. G.Obos XIX A komp. Keluarga No.3 RT
12/RW 06
Diagnosa Medis : Malnutrisi
2.1.1.2 Identitas Penanggung Jawab
Nama : Yanti
TTL : 23 Agustus 1994

Jenis Kelamin : Perempuan

Agama : Islam

Suku/Bangsa : Indonesia

Pendidikan : SMA

Alamat : Jln. G.Obos XIX A komp. Keluarga No.3 RT


12/RW 06
Hubungan Keluarga : Ibu

2.1.1.3 Keluhan Utama


Sesak nafas, nafas berbunyi grok-grok , demam dan penurunan kesadaran
2.1.1.4 Riwayat Kesehatan
1) Riwayat Kesehatan sekarang
Ibu mengatakan anaknya 1 minggu yang lalu demam dan batuk-batuk serta
nafas berbunyi grok-grok, keluhan semakin memberat dan akhirnya kelg
membawa anak ke IGD RSUD dr. Doris Sylvanus dan dianjurkan utk dirawat
inap
2) Riwayat Kesehatan lalu
Riwayat dirawat di ruang F pada bulan September 2021, ± 1 minggu dengan
keluhan yg sama
3) Riwayat Kesehatan Keluarga
Ibu mengatakan dikeluarga tidak ada yg mengalami sakit seperti yang diderita
oleh pasien

19
4) Susunan Genogram
KET :
= Laki-Laki
= Perempuan
= Meninggal
= Pasien
= Tinggal Serumah
---- ----
------------

Gambar. 2.1Genogram keluarga

2.1.2 Pemeriksaan Fisik


2.1.2.1 Keadaan Umum
Tampak lemah, pucat dan sesak nafas, kesadaran samnolen, GCS E2V3M4, trepasang
infus pada tangan kanan, terpasang NGT, terpasang oksigen NRM 8 lpm
Tanda-tanda Vital
Nadi : 163x/menit
Suhu : 38,4.0C
Respirasi: 40x/menit
2.1.2.2 Kepala dan Wajah
Bentuk Kepala Mikrosefali,kepala kecil ukuran dibawah normal, rambut hitam
distribusi merata, keadaan kulit kepala bersih, sclera putih, konjungtifa anemis,
pupil isokor, ukuran pupil 2/2, reflex cahaya +/+, terdapat nafas cuping hidung,
terpasang oksigen NRM 8 lpm, terpasang NGT
2.1.2.3 Leher dan Tenggorokan
Leher simetris, pergerakan bebas, kaku kuduk tidak ada, reflex menelan menurun,
tidak teraba pembesaran kelenjar getah bening
3 Mulut dan Faring

20
3.1.1.1 Mulut dan Faring
Mulut tampak pucat,kering,terdapat caries dan gigi berlubang
3.1.1.2 Dada
Bentuk dada Piogeon chest,Dinding dada Retraksi,Bunyi paru ronchi (+/+)
3.1.1.3 Abdomen
Bentuk Perut Supel, distensi abdomen tidak ada, bising usus (+), frekuensi:
12x/mnt

2.1.2.7 Eliminasi
BAB 1x/hari dan BAK 4x/hari

2.1.2.8.Ekstremitas
Ekstremitas tampak pucat, ekstremitas bawah spastic, akral teraba hangat

3.1.1.4 Genetalia
Klien berjenis kelamin peempuan, genital bersih, peradangan/lecet tidak ada
Riwayat Pertumbuhan dan Perkembangan
3.1.1.5 Gizi Selera makan
Pola Makan Sehari-hari Sesudah Sakit Sebelum Sakit

Frekuensi/hari 1 x sehari 3x sehari

Porsi 1/2 piring makan 1piring makan

Nafsu makan Kurang baik

Jenis Makanan bubur Nasi,lauk pauk

Jenis Minuman air putih,ASI Air putih,ASI

Jumlah minuman 1200cc/24 jam 1500 cc/24 jam

Kebiasaan makan Tidak pernah habis Habis

Keluhan/masalah Susah menelan -

3.1.1.6 Kemandirian dalam bergaul


-

21
3.1.1.7 Motorik halus
Tidak Ada respon
3.1.1.8 Motorik Kasar
Tidak ada respon
3.1.1.9 Kognitif dan bahasa
-
3.1.1.10 Psikososial
Klien mengalami gangguan dalam pertumbuhan dan perkembangan ,klien
mengalami serebral palsy

3.1.2 Pola Aktivitas Sehari-hari


No Pola Kebiasaan Keterangan

Nutrisi
a. Frekuensi
a. 8 x 100cc
b. Nafsu Makan/selera
b. Kurang / diit diberikan perNGT
c. Jenis Makanan
c. Diit Cair : F100
Eliminasi
a. BAB
a. 1x/hari
b. BAK
b. 4x/ sehari.
Istirahat dan tidur
a. Siang/jam a. 2 jam
b. Malam/jam b. .8-10 jam
Personal Hyigene
a. Mandi
a. 2 x/hari
b. Oral Hygene
b. 2x/hari

3.1.3 Data Penunjang


1 Oktober 2021

22
Pemeriksaan Hasil Nilai Rujukan Satuan
Swab TCM Negatif
AL 23,4
HB 10,4
AT 511
Swab Antigen Negatif

4 Oktober 2021

Pemeriksaan Hasil Nilai Rujukan Satuan


Glukosa Sewaktu 82 <200 mg/dl
Natrium (Na) 127 135-148 mmol/l
Kalium ( K ) 5,0 3,5-5,8 mmol/l
Chlorida ( Cl ) - 98-106 mmol/l
Calcium ( Ca ) 1,19 0,98-1,2 mmol/l

7 Oktober 2021
Pemeriksaan Hasil Nilai Rujukan Satuan
Glukosa Sewaktu 120 <200 mg/dl
Natriun (Na) 132 135-148 mmol/l
Kalium (K) 3,9 3,5-5,3 mmol/l
Calium (Ca) 1,30 0,98-1,2 mmol/l

23
Palangka Raya,12 Oktober 2021

Mahasiswa,

Elvant Olrando Darlin

ANALISA DATA

DATA SUBYEKTIF DAN DATA OBYEKTIF KEMUNGKINAN PENYEBAB MASALAH

24
11 Oktober 2021 Ketidakmampuan menelan Defisit nutrisi
DS : Ibu klien mengatakan sulit menelan, makan ( D.0019 )
mengalami diare
DO : - px tampak lemah dan kurus, Perubahan nutrisi kurang dari
kesadaran samnolen, GCS kebutuhan tubuh

E2V3M4,terpasang NGT, diit cair


Berat badan menurun hingga
F100 8x100 cc, BB:
10%
Nadi : 163x/menit
Suhu : 38,4.0C
Respirasi: 40x/menit

DS : Ibu klien mengatakan tinggi


tubuh klien berbeda dengan anak Intake kurang dari Ganngguan
seumurannya kebutuhan Tubuh
DO : - klien tampak kurus Kembang
- Nafsu makan menurun defesiensi protein dan ( D.0106 )
- Pertumbuhan fisik terganggu kalori
px tampak lemah dan kurus,
kesadaran samnolen, GCS Asam amino esensial
E2V3M4,terpasang NGT, diit cair menurun dan produksi
F100 8x100 cc, BB: albumin menurun
Nadi : 163x/menit
Suhu : 38,4.0C Atrofi/pengecilan otot
Respirasi: 40x/menit
DS: Ibu pasiem mengatakan anaknya

demam
DO : px tampak lemah dan kurus,
Stimulasi leukosit
kesadaran samnolen, GCS Hipertermia

E2V3M4,terpasang NGT, diit cair (D.0130)


Pritogen Oksogen dan
F100 8x100 cc, BB:
pirogen endogen
Nadi : 163x/menit
dikeluarkan
25
PRIORITAS MASALAH

1. (D.0019) Defisit Nutrisi berhubungan dengan berat badan menurun hingga 10%
2. (D.0130) Hipertemia berhungan dengan tingginya suhu tubuh pasien
3. (D.0106) Gangguan tumbuh kembang berhubungan dengan Asam amino
esensial menurun dan produksi albumin menurun.

26
RENCANA KEPERAWATAN

Nama Pasien: An. N A

Ruang Rawat: Flamboyan ( Anak )

Diagnosa Tujuan (Kriteria Hasil) Intervensi Rasional


Keperawatan
11Oktober 2021 Setelah dilakukan tindakan OBSERVATION 1.Guna Nutrisi tubuh
(13.00 WIB) keperawatan selama 3 x 1.Observasi terpenuhi
( D.0019) Defisit 24jam pertemuan pengawasan pemberian 2. Terhindar dari gizi
Nutrisi diharapkan nutrisi klien cairan buruk
terpenuhi 2. Manajemen Nutisi 3.mengepulihkan otot
KRITERIA HASIL: NURSING menelan
1.Nafsu makan kembali 1.Beri asupan
normal makanan/minuman
2.Edema Berkurang /Hilang tinggi kalori/protein
3.BB sesuai dengan umur 2.Konsuling Nutrisi
(berat badan ideal 10 kg 3. Terapi Menelan
tanpa edema) EDUCATION
1.Timbang berat badan
klien tiap hari
2.Edukasi diea
COLLABORATION
1.Kolaborasi dengan
tim medis untuk

Setelah dilakukan tindakan pemberian

keperawatan selama 3 x obat/vitamin/nutrisi

24jam pertemuan
11 Oktober 2021 OBSERVASI 1. Guna suhu tubuh
diharapkan suhu tubuh
(D.0130) 1.Monitor suhu tubuh kembali Normal
klien
Hipertemia 2.Moitor komplikasi 2.Mencegah rasa tidak
KRITERIA HASIL:
akibat hipertermia nyaman pada pasien
1.Panas menurun
NURSING
2.Suhu tubuh kembali
1.Berikan cairan oral
normal
2,Sediakan lingkungan
yang dingin
EDUCATION
1.Anjurkan tirah baring
COLLABORATION
1.Kolaborasi pemberian
cairan dan elektrolit
Setelah dilakukan tindakan intravena,jikanperlu
keperawatan selama 3 x 24
jam, diharapkan klien akan OBSEVATION
11 Okteber mencapai pertumbuhan dan 1.Ajarkan kepada orang 1.Guna Tumbuh
2021(15.00) perkembangan sesuai tua tentang standar Kembang klien kembali
(D.0106) standar usia dengan pertumbuhan fisik dan normal
Gangguan tumbuh kriteria hasil : tugas-tugas 2. Dapat melakukan
Kembang 1.Pertumbuhan fisik perkembangan sesuai keterampilan atau
(ukuran antropometrik) usia anak. perlilaku khas sesuai
sesuai standar usia. NURSING usia
Perkembangan motorik, 1.Lakukan pemberian (fisik,bahasa,motorik,ps
2.bahasa/ kognitif dan makanan/ minuman ikososial)
personal/sosial sesuai sesuai program terapi
standar usia. diet pemulihan.
EDUCATION
1.Lakukan pengukuran
antropo-metrik secara
berkala.
COLLABORATION
1.Lakukan stimulasi
tingkat perkembangan
sesuai dengan usia
klien.
2.Lakukan rujukan ke
lembaga pendukung
stimulasi pertumbuhan
dan perkembangan
(Puskesmas/Posyandu)

31
IMPLEMENTASI DAN EVALUASI KEPERAWATAN

No. Tanda tangan dan


Hari/Tanggal
Dx Implementasi Evaluasi (SOAP) Nama Perawat
Jam
1 12 Oktober 2021 1.BB klien naik sesuai dengan umur (berat badan S : -Pasien dapat menelan dengan mudah ELVANT OLRANDO

ideal 10 kg tanpa edema) -Tidak ada kendala saagt makan DARLIN

2. Nutrisi tubuh terpenuhi O : - Berat badan kembali normal


A : Masalah belum teratasi
P : Intervensi dilanjutkan

2. 12 Oktober 2021 1.Suhu tubuh kembali normal S : Panas tubuh pasien menurun
2.Panas tubuh menurun O : Suhu tubuh kembali normal
A : Masalah belum teratasi
P : Intervensi dilanjutkan
1.Pertumbuhan fisik (ukuran antropometrik) sesuai
standar usia
3. 12 Oktober 2021
2.Tidak ada gangguan tumbuh kembang S : - Pertubuhan tumbuh kembangnya sama
3.Sehat dengan seusia klien
O : - Tercegah dari atrofi
-Asam amino esensial kembali normal
A : Masalah belum teratasi
P : Intervensi dilanjutkan

32
.

33
LAMPIRAN

34
Daftar Pustaka

Anonim. 2008. Kalori Tinggi Untuk Gizi Buruk. Diakses tanggal 18 Mei 2015:
Republika Online.
Depkes. 2002. Kurang Gizi. Portal Kesehatan Online. Diakses tanggal 18 Mei 2015
Judith. 2014. Diagnose Keperawatan. Jakarta: EGC
Nency, Y. 2005. Gizi Buruk, Ancaman Generasi Yang Hilang. Inpvasi Edisi Vol. 5/XVII/
November 2005: Inovasi Online
Notoatmojo, S. 2003. Prinsip-Prinsip Dasar Ilmu Kesehatan Masyarakat. Cetakan Ke-2.
Jakarta: Rineka Cipta

Ngastiyah, 2000, Perawatan Anak Sakit, Jakarta: EGC


Supriyatno, Edi. 2003. Gizi Balita. Bandung: Pustaka Ilmu

35
36
37

Anda mungkin juga menyukai