Oleh :
Elvant Olrando Darlin
NIM : 2019.C.11a.1007
i
LEMBAR PENGESAHAN
Laporan ini di susun oleh :
ii
BAB 1
LAPORAN PENDAHULUAN
2
Menurut Ikatan Dokter Anak Indonesia (IDAI), ada
3 faktor penyebab gizi buruk pada balita, yaitu:
1. Keluarga miskin
2. Ketidaktahuan orang tua atas pemberian gizi yang baik bagi anak
3. Faktor penyakit bawaan pada anak, seperti: jantung, TBC, HIV/AIDS,
saluran pernapasan dan diare.
1.1.3 Klasifikasi
Terdapat 3 tipe gizi buruk adalah marasmus, kwashiorkor, dan
marasmuskwashiorkor. Perbedaan tipe tersebut didasarkan pada ciri-ciri atau
tanda klinis dari masing-masing tipe yang berbeda-beda, yaitu :
1. Marasmus Marasmus adalah gangguan gizi karena kekurangan
karbohidrat. Gejala yang timbul diantaranya muka seperti orangtua
(berkerut), tidak terlihat lemak dan otot di bawah kulit (kelihatan
tulang di bawah kulit), rambut mudah patah dan kemerahan, gangguan
kulit, gangguan pencernaan (sering diare), pembesaran hati dan
sebagainya. Anak tampak sering rewel dan banyak menangis
meskipun setelah makan, karena masih merasa lapar.
2. Kwashiorkor Penampilan tipe kwashiorkor seperti anak yang
gemuk ( suger baby), bilamana dietnya mengandung cukup energi
disamping kekurangan protein, walaupun dibagian tubuh lainnya
terutama dipantatnya terlihat adanya atrofi. Tampak sangat kurus dan
atau edema pada kedua punggung kaki sampai seluruh tubuh
a. Perubahan status mental : cengeng, rewel, kadang apatis
b. Rambut tipis kemerahan seperti warna rambut jagung dan mudah
dicabut, pada penyakit kwashiorkor yang lanjut dapat terlihat rambut
kepala kusam.
c. Wajah membulat dan sembab
d. Pandangan mata anak sayu
3
e. Pembesaran hati, hati yang membesar dengan mudah dapat diraba
dan terasa kenyal pada rabaan permukaan yang licin dan pinggir yang
tajam.
f. Kelainan kulit berupa bercak merah muda yang meluas dan berubah
menjadi coklat kehitaman dan terkelupas
3. Marasmik-Kwashiorkor Gambaran klinis merupakan campuran dari
beberapa gejala klinik kwashiorkor dan marasmus. Makanan sehari-
hari tidak cukup mengandung protein dan juga energi untuk
pertumbuhan yang normal. Pada penderita demikian disamping
menurunnya berat badan < 60% dari normal memperlihatkan
tandatanda kwashiorkor, seperti edema, kelainan rambut, kelainan
kulit, sedangkan kelainan biokimiawi terlihat pula (Depkes RI, 2000).
1.1.4 Patofisiologi
Pada defisiensi protein murni tidak terjadi katabolisme jaringan yang
sangat berlebih, karena persediaan energi dapat dipenuhi oleh jumlah kalori
dalam dietnya. Kelainan yang mencolok adalah gangguan metabolik dan
perubahan sel yang menyebabkan edema dan perlemakan hati. Karena
kekurangan protein dalam diet, akan terjadi kekurangan berbagai asam amino
esensial dalam serum yang diperlukan untuk sintesis dan metabolisme.
Selama diet mengandung cukup karbohidrat, maka produksi insulin akan
meningkat dan sebagian asam amino dalam serum yang jumlahnya sudah
kurang tersebut akan disalurkan ke jaringan otot. Makin berkurangnya asam
amino dalam serum ini akan menyebabkan kurangnya produksi albumin
hepar, yang berakibat timbulnya edema. Perlemakan hati terjadi karena
gangguan pembentukan beta-lipoprotein, sehingga transport lemak dari hati ke
depot terganggu, dengan akibat terjadinya penimbunan lemak di hati.
4
Pathway
Hilangnya lemak
Kurang
Dibantalan kulit Daya tahan tubuh Asam amino esnsial pengetahuan
Menurun Menurun dan produksi
Turgor Kulit Albumin menurun
Menurun dan Keadaan Umum
Keriput Lemah Atrofi/pengecilan otot
Resiko infeksi
Saluran Pencermaan
5
Anoreksia,diare
6
malnutrisi, status nutrisi harus dinilai dengan hati-hati karena dapat
menyebabkan bias pada pengukuran berat badan. Anak dengan malnutrisi
kronis membutuhkan asupan kalori 120-150 kkal/kg/hari untuk mencapai
berat badan sesuai.
7
anggota keluarga, sehingga kehidupan anak dapat ditentukan oleh lingkungan
keluarga., Untuk itu keperawatan anak harus mengenal keluarga sebagai
tempat tinggal atau sebagai konstanta tetap dalam kehidupan anak yang dapat
mempengaruhi status kesehatan anak.
Sedangkan maksud dari atraumatic care adalah semua tindakan
keperawatan yang ditujukan kepada anak tidak menimbulkan trauma pada
anak dan keluarga dengan memperhatikan dampak dari setiap tindakan yg
diberikan. Prinsip dari atraumatic care adalah menurunkan dan mencegah
dampak perpisahan dari keluarga, meningkatkan kemampuan orang tua dalam
mengontrol perawatan pada anak, mencegah dan mengurangi cedera ( injury )
dan nyeri ( dampak psikologis ), tidak melakukan kekerasan pada anak dan
modifikasi lingkungan fisik.
8
g) Berfokus pada pertumbuhan & perkembangan
9
Menurut WHO, sehat adalah keadaan keseimbangan yang sempurna baik
fisik, mental, sosial, dan tidak semata-mata hanya bebas dari penyakit atau
cacad. Konsep sehat & sakit merupakan suatu spektrum yang lebar & setiap
waktu kesehatan seseorang bergeser dalam spektrum sesuai dengan hasil
interaksi yang terjadi dengan kekuatan yang mengganggunya.
3) Lingkungan
Lingkungan berpengaruh terhadap terjadinya suatu kondisi sehat maupun
sakit serta status kesehatan. Faktor-faktor lingkungan yang mempengaruhi
kesehatan berupa lingkungan Internal dan lingkungan external . Lingkungan
Internal yang mempengaruhi kesehatan seperti tahap perkembangan, latar
belakang intelektual, persepsi terhadap fungsi fisik, faktor Emosional, dan
spiritual. SEdangkan lingkungan external yang mempengaruhi status
kesehatan antara lain keluarga, sosial ekonomi, budaya
4) Keperawatan
Merupakan salah satu bentuk pelayanan kesehatan yang komprehensif
meliputi biologi, psikologis, social dan spiritual yang ditujukan pada
individu, keluarga, masyarakat dan kelompok khusus yang mengutamakan
pelayanan promotif, preventif, kuratif dan rehabilitatif yang diberikan dalam
kondisi sehat maupun sakit.
Anak sebagai individu maupun salah satu anggota keluarga merupakan
sasaran dalam pelayanan keperawatan Sehingga perawat sebagai pemberi
asuhan keperawatan harus memandang anak sebagai individu yang unik
yang memiliki kebutuhan tersendiri sesuai dengan pertumbuhan dan
perkembangannya.
10
yang terjadi mulai dari masalah yang bersifat sederhana sampai yang
kompleks. Contoh peran perawat sebagai pemberi perawatan adalah peran
ketika perawat memenuhi kebutuhan dasar seperti memberi makan,
membantu pasien melakukan ambulasi dini.
11
pada; masalah keperawatan, mengubah perilaku hidup sehat (perubahan pola
interaksi).
5) Kolaborasi
Dalam hal ini perawat bersama klien, keluarga, team kesehatan lain
berupaya mengidentfikasi pelayanan kesehatan yang diperlukan termasuk
tukar pendapat terhadap pelayanan yang diperlukan klien, pemberian
dukungan, paduan keahlian dan ketrampilan dari berbagai professional
pemberi palayanan kesehatan. Sebagai contoh, perawat berkolaborasi dengan
ahli gizi untuk menentukan diet yang tepat pada anak dengan nefrotik
syndrome. Perawat berkolaborasi dengan dokter untuk menentukan dosis
yang tepat untuk memberikan Antibiotik pada anak yang menderita infeks.
6) Peneliti
Seorang perawat diharapkan dapat menjadi pembaharu (innovator) dalam
ilmu keperawatan karena ia memiliki kreativitas, inisiatif, cepat tanggap
terhadap rangsangan dari lingkunganya. Kegiatan ini dapat diperoleh
diperoleh melalui penelitian. Penelitian, pada hakekatnya adalah melakukan
evalusai, mengukur kemampuan, menilai, dan mempertimbangkan sejauh
mana efektifitas tindakan yang telah diberikan. Dengan hasil penelitian,
perawat dapat mengerakan orang lain untuk berbuat sesuatu yang
berdasarkan kebutuhan, perkembangan dan aspirasi individu, keluarga,
kelompok dan masyarakat. Oleh karena itu perawat dituntut untuk selalu
mengikuti perkembangan memanfaatkan media massa atau media informasi
lain dari berbagai sumber. Selain itu perawat perlu melakukan penelitian
dalam rangka mengembagkan ilmu keperawatan dan meningkatkan praktek
profesi keperawatan.
12
Keluhan yang sering ditemukan adalah pertumbuhan yang kurang, anak
kurus, atau berat badannya kurang. Selain itu ada keluhan anak
kurang/tidak mau makan, sering menderita sakit yang berulang atau
timbulnya bengkak pada kedua kaki, kadang sampai seluruh tubuh
b. Pengkajian komposisi keluarga, lingkungan rumah dan komunitas,
pendidikan dan pekerjaan anggota keluarga, fungsi dan hubungan angota
keluarga, kultur dan kepercayaan, perilaku yang dapat mempengaruhi
kesehatan, persepsi keluarga tentang penyakit klien dan lain-lain.
c. Pengkajian secara umum dilakukan dengan metode head to too yang
meliputi: keadaan umum dan status kesadaran, tanda-tanda vital, area
kepala dan wajah, dada, abdomen, ekstremitas dan genito-urinaria. Fokus
pengkajian pada anak dengan Kwashiorkor adalah :
1) Keadaan Umum
Pucat, kurus, atrofi pada ekstremitas, adanya edema pedis dan pretibial
serta asites. Muka penderita ada tanda moon face dari akibat terjadinya
edema. Penampilan anak kwashiorkor seperti anak gemuk (sugar
baby).
2) Tumbuh Kembang
Gejala penting ialah pertumbuhan yang terganggu. Selain berat badan,
tinggi badan juga kurang dibandingkan dengan anak sehat.
3) Keadaan Psikologis
Biasanya penderita cengeng, hilang nafsu makan dan rewel.
4) Status cairan dan elektrolit
5) Rambut
Sangat khas untuk penderita kwashiorkor ialah rambut kepala yang
mudah tercabut tanpa rasa sakit. Pada penderita kwashiorkor lanjut,
rambut akan tampak kusam, halus, kering, jarang dan berubah warna
menjadi putih.
6) Kulit
13
Kulit penderita biasanya kering dengan menunjukkan garis-garis kulit
yang lebih mendalam dan lebar. Sering ditemukan hiperpigmentasi
dan persisikan kulit karena habisnya cadangan energi maupun protein.
7) Gigi dan Tulang
Pada tulang penderita kwashiorkor didapatkan dekalsifikasi,
osteoporosis, dan hambatan pertumbuhan. Sering juga ditemukan
caries pada gigi penderita.
8) Hepar
Pada biopsi hati ditemukan perlemakan, bisa juga ditemukan biopsi
hati yang hampir semua sela hati mengandung vakuol lemak besar.
9) Sirkulasi
Anemia ringan selalu ditemukan pada penderita kwashiorkor.
10) Pankreas
Pada pankreas terjadi atrofi sel asinus sehingga menurunkan produksi
enzim pankreas terutama lipase.
11) Gastrointestinal
Gejala gastrointestinal merupakan gejala yang penting. Anoreksia
kadang-kadang demikian hebatnya, sehingga segala pemberian
makanan ditolak dan makanan hanya dapat diberikan dengan sonde
lambung.
12) Otot
Massa otot berkurang karena kurangnya protein. Protein juga dibakar
untuk dijadikan kalori demi penyelamatan hidup.
13) Ginjal
Malnutrisi energi protein dapat mengakibatkan terjadi atrofi
glomerulus sehingga GFR menurun.
d. Pemeriksaan fisik
1) Inspeksi
(a) Mata : agak menonjol
(b) Wajah : membulat dan sembab
14
(c) Kepala : rambut mudah rontok dan kemerahan
(d) Abdomen : perut terlihat buncit
(e) Kulit : adakah Crazy pavement dermatosis, keadaan turgor kulit,
odema
2) Palpasi
Pembesaran hsti ± 1 inchi
3) Auskultasi
Peristaltic usus abnormal
1.3.2 Diagnose Keperawatan
a. Nutrisi kurang dari kebuituhan tubuh berhubungan dengan intake nutrisi
tidak adekuat
b. Gangguan pertumbuhan dan perkembangan berhubungan dengan asupan
kalori dan protein yang tidak adekuat
c. Kerusakan integritas kulit berhubungan dengan perubahan nutrisi,
dehidrasi
d. Resiko infeksi berhubungan dengan malnutrisi
e. Kurang pengetahuan berhubungan dengan kurang informasi tentang
kondisi, prognosi dan kebutuhan nutrisi
1.3.3 Intervensi dan Implementasi
a. Diagnose 1
1) Diagnose 1 : Nutrisi kurang dari kebuituhan tubuh berhubungan
dengan intake nutrisi tidak adekuat
2) Tujuan : Setelah dilakukan tindakan keperawatan selama 3 x 24 jam,
diharapkan nutrisi klien terpenuhi dengan kriteria hasil :
(a) Klien tidak muntah lagi
(b) Nafsu makan kembali normal
(c) Edema Berkurang /Hilang
(d) BB sesuai dengan umur (berat badan ideal 10 kg tanpa edema)
3) Intervensi :
(a) Beri asupan makanan/minuman tinggi kalori/protein
15
(b) Timbang berat badan klien tiap hari
(c) Kolaborasi dengan tim medis untuk pemberian obat/vitamin/nutrisi
(d) Observasi pengawasan pemberian cairan
b. Diagnose 2
1) Diagnose 2 : Gangguan pertumbuhan dan perkembangan berhubungan
dengan asupan kalori dan protein yang tidak adekuat
2) Tujuan : Setelah dilakukan tindakan keperawatan selama 3 x 24 jam,
diharapkan klien akan mencapai pertumbuhan dan perkembangan
sesuai standar usia dengan criteria hasil :
(a) Pertumbuhan fisik (ukuran antropometrik) sesuai standar usia.
(b) Perkembangan motorik, bahasa/ kognitif dan personal/sosial sesuai
standar usia.
3) Intervensi :
(a) Ajarkan kepada orang tua tentang standar pertumbuhan fisik dan
tugas-tugas perkembangan sesuai usia anak.
(b) Lakukan pemberian makanan/ minuman sesuai program terapi diet
pemulihan.
(c) Lakukan pengukuran antropo-metrik secara berkala.
(d) Lakukan stimulasi tingkat perkembangan sesuai dengan usia klien.
(e) Lakukan rujukan ke lembaga pendukung stimulasi pertumbuhan
dan perkembangan (Puskesmas/Posyandu)
c. Diagnose 3
1) Diagnose 3 : Kerusakan integritas kulit berhubungan dengan
perubahan nutrisi, dehidrasi
2) Tujuan : Setelah dilakukan tindakan keperawatan selama 3 x 24 jam,
diharapkan integritas kulit klien kembali normal dengan criteria hasil :
(a) Gatal hilang/berkurang.
(b) Kulit kembali halus, kenyal dan utuh.
3) Intervensi :
16
(a) Anjurkan pada keluarga tentang pentingnya merubah posisi
sesering mungkin.
(b) Anjurkan keluarga lebih sering mengganti pakaian anak bila basah
atau kotor dan kulit anak tetap kering.
(c) Kolaborasi dengan dokter untuk pengobatan lebih lanjut.
d. Diagnose 4
1) Diagnose 4 : Resiko infeksi berhubungan dengan malnutrisi
2) Tujuan : Setelah dilakukan tindakan keperawatan selama 3 x 24 jam,
diharapkan pasien tidaak mengalami infeksi dengan criteria hasil :
(a) Klien bebas dari tanda infeksi
(b) Menunjukkan kemampuan untuk mencegah timbulnya infeksi
(c) Jumlah leukosit dalam batas normal
3) Intervensi :
(a) Tingkatkan intake nutrisi
(b) Monitor tanda gejala infeksi sistemik dan local
(c) Dorong masukan cairan
(d) Dorong istirahat
e. Diagnose 5
1) Diagnose 5 : Kurang pengetahuan berhubungan dengan kurang
informasi tentang kondisi, prognosi dan kebutuhan nutrisi
2) Tujuan : Setelah dilakukan tindakan keperawatan selama 3 x 24 jam,
diharapkan pengetahuan keluarga bertambah dengan criteria hasil :
(a) Keluarga mengerti dan memahami isi penyuluhan.
(b) Dapat mengulangi isi penyuluhan.
(c) Mampu menerapkan isi penyuluhan di rumah sakit dan nanti
sampai di rumah.
3) Intervensi :
(a) Tentukan tingkat pengetahuan dan kesiapan untuk belajar.
(b) Jelaskan tentang:
Nama penyakit anak
17
Penyebab penyakit
Akibat yang ditimbulkan
Pengobatan yang dilakukan
1.3.4 Evaluasi
a. BB klien naik sesuai dengan umur (berat badan ideal 10 kg tanpa edema)
b. Pertumbuhan fisik (ukuran antropometrik) sesuai standar usia
c. Kulit kembali halus, kenyal dan utuh
d. Menunjukkan kemampuan untuk mencegah timbulnya infeksi
e. Keluarga mengerti dan memahami isi penyuluhan
BAB 2
ASUHAN KEPERAWATAN
2.1 Pengkajian
2.1.1 Anamnesa
2.1.1.1 Identitas Pasien
Nama Klien : An. N A
TTL : 27 Juni 2018
Jenis Kelamin : Perempuan
18
Agama : Islam
Suku/Bangsa : Indonesia
Pendidikan : -
Alamat : Jln. G.Obos XIX A komp. Keluarga No.3 RT
12/RW 06
Diagnosa Medis : Malnutrisi
2.1.1.2 Identitas Penanggung Jawab
Nama : Yanti
TTL : 23 Agustus 1994
Agama : Islam
Suku/Bangsa : Indonesia
Pendidikan : SMA
19
4) Susunan Genogram
KET :
= Laki-Laki
= Perempuan
= Meninggal
= Pasien
= Tinggal Serumah
---- ----
------------
20
3.1.1.1 Mulut dan Faring
Mulut tampak pucat,kering,terdapat caries dan gigi berlubang
3.1.1.2 Dada
Bentuk dada Piogeon chest,Dinding dada Retraksi,Bunyi paru ronchi (+/+)
3.1.1.3 Abdomen
Bentuk Perut Supel, distensi abdomen tidak ada, bising usus (+), frekuensi:
12x/mnt
2.1.2.7 Eliminasi
BAB 1x/hari dan BAK 4x/hari
2.1.2.8.Ekstremitas
Ekstremitas tampak pucat, ekstremitas bawah spastic, akral teraba hangat
3.1.1.4 Genetalia
Klien berjenis kelamin peempuan, genital bersih, peradangan/lecet tidak ada
Riwayat Pertumbuhan dan Perkembangan
3.1.1.5 Gizi Selera makan
Pola Makan Sehari-hari Sesudah Sakit Sebelum Sakit
21
3.1.1.7 Motorik halus
Tidak Ada respon
3.1.1.8 Motorik Kasar
Tidak ada respon
3.1.1.9 Kognitif dan bahasa
-
3.1.1.10 Psikososial
Klien mengalami gangguan dalam pertumbuhan dan perkembangan ,klien
mengalami serebral palsy
Nutrisi
a. Frekuensi
a. 8 x 100cc
b. Nafsu Makan/selera
b. Kurang / diit diberikan perNGT
c. Jenis Makanan
c. Diit Cair : F100
Eliminasi
a. BAB
a. 1x/hari
b. BAK
b. 4x/ sehari.
Istirahat dan tidur
a. Siang/jam a. 2 jam
b. Malam/jam b. .8-10 jam
Personal Hyigene
a. Mandi
a. 2 x/hari
b. Oral Hygene
b. 2x/hari
22
Pemeriksaan Hasil Nilai Rujukan Satuan
Swab TCM Negatif
AL 23,4
HB 10,4
AT 511
Swab Antigen Negatif
4 Oktober 2021
7 Oktober 2021
Pemeriksaan Hasil Nilai Rujukan Satuan
Glukosa Sewaktu 120 <200 mg/dl
Natriun (Na) 132 135-148 mmol/l
Kalium (K) 3,9 3,5-5,3 mmol/l
Calium (Ca) 1,30 0,98-1,2 mmol/l
23
Palangka Raya,12 Oktober 2021
Mahasiswa,
ANALISA DATA
24
11 Oktober 2021 Ketidakmampuan menelan Defisit nutrisi
DS : Ibu klien mengatakan sulit menelan, makan ( D.0019 )
mengalami diare
DO : - px tampak lemah dan kurus, Perubahan nutrisi kurang dari
kesadaran samnolen, GCS kebutuhan tubuh
demam
DO : px tampak lemah dan kurus,
Stimulasi leukosit
kesadaran samnolen, GCS Hipertermia
1. (D.0019) Defisit Nutrisi berhubungan dengan berat badan menurun hingga 10%
2. (D.0130) Hipertemia berhungan dengan tingginya suhu tubuh pasien
3. (D.0106) Gangguan tumbuh kembang berhubungan dengan Asam amino
esensial menurun dan produksi albumin menurun.
26
RENCANA KEPERAWATAN
24jam pertemuan
11 Oktober 2021 OBSERVASI 1. Guna suhu tubuh
diharapkan suhu tubuh
(D.0130) 1.Monitor suhu tubuh kembali Normal
klien
Hipertemia 2.Moitor komplikasi 2.Mencegah rasa tidak
KRITERIA HASIL:
akibat hipertermia nyaman pada pasien
1.Panas menurun
NURSING
2.Suhu tubuh kembali
1.Berikan cairan oral
normal
2,Sediakan lingkungan
yang dingin
EDUCATION
1.Anjurkan tirah baring
COLLABORATION
1.Kolaborasi pemberian
cairan dan elektrolit
Setelah dilakukan tindakan intravena,jikanperlu
keperawatan selama 3 x 24
jam, diharapkan klien akan OBSEVATION
11 Okteber mencapai pertumbuhan dan 1.Ajarkan kepada orang 1.Guna Tumbuh
2021(15.00) perkembangan sesuai tua tentang standar Kembang klien kembali
(D.0106) standar usia dengan pertumbuhan fisik dan normal
Gangguan tumbuh kriteria hasil : tugas-tugas 2. Dapat melakukan
Kembang 1.Pertumbuhan fisik perkembangan sesuai keterampilan atau
(ukuran antropometrik) usia anak. perlilaku khas sesuai
sesuai standar usia. NURSING usia
Perkembangan motorik, 1.Lakukan pemberian (fisik,bahasa,motorik,ps
2.bahasa/ kognitif dan makanan/ minuman ikososial)
personal/sosial sesuai sesuai program terapi
standar usia. diet pemulihan.
EDUCATION
1.Lakukan pengukuran
antropo-metrik secara
berkala.
COLLABORATION
1.Lakukan stimulasi
tingkat perkembangan
sesuai dengan usia
klien.
2.Lakukan rujukan ke
lembaga pendukung
stimulasi pertumbuhan
dan perkembangan
(Puskesmas/Posyandu)
31
IMPLEMENTASI DAN EVALUASI KEPERAWATAN
2. 12 Oktober 2021 1.Suhu tubuh kembali normal S : Panas tubuh pasien menurun
2.Panas tubuh menurun O : Suhu tubuh kembali normal
A : Masalah belum teratasi
P : Intervensi dilanjutkan
1.Pertumbuhan fisik (ukuran antropometrik) sesuai
standar usia
3. 12 Oktober 2021
2.Tidak ada gangguan tumbuh kembang S : - Pertubuhan tumbuh kembangnya sama
3.Sehat dengan seusia klien
O : - Tercegah dari atrofi
-Asam amino esensial kembali normal
A : Masalah belum teratasi
P : Intervensi dilanjutkan
32
.
33
LAMPIRAN
34
Daftar Pustaka
Anonim. 2008. Kalori Tinggi Untuk Gizi Buruk. Diakses tanggal 18 Mei 2015:
Republika Online.
Depkes. 2002. Kurang Gizi. Portal Kesehatan Online. Diakses tanggal 18 Mei 2015
Judith. 2014. Diagnose Keperawatan. Jakarta: EGC
Nency, Y. 2005. Gizi Buruk, Ancaman Generasi Yang Hilang. Inpvasi Edisi Vol. 5/XVII/
November 2005: Inovasi Online
Notoatmojo, S. 2003. Prinsip-Prinsip Dasar Ilmu Kesehatan Masyarakat. Cetakan Ke-2.
Jakarta: Rineka Cipta
35
36
37