Anda di halaman 1dari 16

LAPORAN PENDAHULUAN

ASUHAN KEPERAWATAN PADA PASIEN DENGAN PNEUMONIA DI


RUANG INSTALASI GAWAT DARURAT (IGD) RSUD ABDUL WAHAB
SJAHRANIE

STASE KEPERAWATAN GAWAT DARURAT & KRITIS

DISUSUN OLEH:

ERLINA SERU PABANNU


NIM. P2003011

PROGRAM PROFESI NERS


INSTITUSI TEKNOLOGI KESEHATAN DAN SAINS WIYATA HUSADA
SAMARINDA
2021
A. PENGERTIAN

Pneumonia menggambarkan keadaan paru


apapun, tempat alveolus biasanya terisi dengan
cairan dan sel darah. Pneumonia adalah penyakit
infeksi akut yang mengenai parenkim paru, distal
dari bronkiolus terminalis yang mencakup
bronkiolus respiratorius dan alveoli, serta
menimbulkan konsolidasi jaringan paru dan gangguan pertukaran gas setempat
(Dahlan, 2014). Pneumonia adalah keradangan pada parenkim paru yang
terjadi pada masa anak-anak dan sering terjadi pada masa bayi (Hidayat, 2006).
Pneumonia pada anak merupakan masalah yang umum dan menjadi penyebab
utama morbiditas dan mortalitas di dunia.

B. KLASIFIKASI
Hariadi (2010) membuat klasifikasi pneumonia berdasarkan klinis dan
epidemilogi serta letak anatomi.
a. Klasifikasi pneumonia berdasarkan klinis dan epidemiologi
1) Pneumonia Komunitas (PK) adalah pneumonia infeksius pada
seseorang yang tidak menjalani rawat inap di rumah sakit.
2) Pneumonia Nosokomial (PN) adalah pneumonia yang diperoleh
selama perawatan di rumah sakit atau sesudahnya karena penyakit lain
atau prosedur.
3) Pneumonia aspirasi disebabkan oleh aspirasi oral atau bahan dari
lambung, baik ketika makan atau setelah muntah. Hasil inflamasi pada
paru bukan merupakan infeksi tetapi dapat menjadi infeksi karena
bahan teraspirasi mungkin mengandung bakteri aerobic atau penyebab
lain dari pneumonia.
4) Pneumonia pada penderita immunocompromised adalah pneumonia
yang terjadi pada penderita yang mempunyai daya tahan tubuh lemah.
C. ETIOLOGI
Penyebaran infeksi terjadi melalui droplet dan sering disebabkan oleh
streptoccus pneumonia, malalui slang infuse oleh staphylococcus aureus
sedangkan pada pemakaian ventilator oleh P. Aeruginosa dan enterobacter.
Dan masa kini terjadi karena perubahan keadaan pasien seperti kekebalan
tubuh dan penyakit kronis, polusi lingkungan, penggunaan antibiotic yang
tidak tepat. Setelah masuk ke paru-paru organisme bermultiplikasi dan, jika
telah berhasil mengalahkan mekanisme pertahanan paru, terjadi pneumonia.
Selain diatas penyebab terjadinya pneumonia sesuai pergolongannya
(Penyebab Terjadinya Pneumonia).
1. Bacteria: Diplococcus Pneumonia, pneumococcus, streptokokus
hemolyticus, streptokoccus aureus, hemophilus influinzae,
mycobacterium tuberkolusis, bacillus Friendlander.
2. Virus: respiratory syncytial virus, Adeno virus, V.Sitomegaliyik,
V.Influenza.
3. Mycoplasma pneumonia
4. Jamur: Histoplasma capsulatum, cryptococcus neuroformans,
blastomyces dermatitides, coccidodies immitis, aspergilus species,
candida albicans.
5. Aspirasi: Makanan, kerosene (bensin, minyak tanah), cairan amnion,
benda asing.
6. Pneumonia hipostatik.
7. Sindrom loeffler.

D. MANIFESTASI KLINIS
Pneumonia awal ditandai dengan salah satu manifestasi berikut:
demam, menggigil, berkeringat, rasa lelah, batuk, produksi sputum, dan
dispnea. Klien lansia mungkin tidak mengalami demam atau gejala
pernafasan, tetapi mengalami gangguan status kesadaran dan dehidrasi.
Auskultasi dada akan menunjukkan suara nafas bronchial pada bagian yang
mengalami kosolidasi (tampak sebagian area putih pekat pada rontgen dada).
Suara bising (dari cairan di interstisial dan area alveolus) dan bisikan
pectoriloquy (penghantaran suara seperti bisikan katakata di sepanjang
dinding dada) dapat di dengar diatas area yang terserang. Rontgen dada
memberikan informasi mengenai lokasi dan luasnya konsolidasi pneumonia.
Pemeriksaan tambahan anatara lain : analisis kadar oksigen transkutan atau
gas darah arteri (AGD) untuk menentukan perlu tidaknya tambahan oksigen;
uji kulit, jika diduga ada tuberculosis; kultur darah dan urine untuk mengkaji
penyebaran sistemik.
1. Demam
Sering tampak sebagai tanda infeksi yang pertama. Paling sering terjadi
pada usia 6 bulan-3 tahun dengan suhu mencapai 39,5-40,5 bahkan
dengan infeksi ringan. Mungkin malas dan peka rangsang atau terkadang
euforia dan lebih aktif dari normal, beberapa anak bicara dengan
kecepatan yang tidak biasa.
2. Meningisumus
Tanda-tanda meningeal tanpa infeksi meninges. Terjadi dengan awitan
demam yang tiba-tiba dengan disertai sakit kepala, nyeri dan kekakuan
pada punggung dan leher, adanya tanda kernig dan brudzinski, dan akan
berkurang pada saat suhu turun.
3. Anoreksia
Merupakan hal yang umum yang disertai dengan penyakit masa kanak-
kanak. Seringkali merupakan bukti awal dari penyakit. Menetap sampai
derajat yang lebih besar atau lebih sedikit melalui tahap demam dari
penyakit, seringkali memanjang sampai ke tahap pemulihan.
4. Muntah
Anak kecil mudah muntah bersamaan dengan penyakit yang meruapakan
pentunjuk untuk awitan infeksi. Biasanya berlangsung singkat, tetapi
dapat menetap selama sakit.
5. Diare
Biasanya ringan, diare sementara tetapi dapat menjadi berat. Sering
menyertai infeksi pernapasan. Khususnya karena virus.
6. Nyeri
Abdomen Merupakan keluhan umum. Kadang tidak bisa di bedakan dari
nyeri apendiksitis.
7. Sumbatan Nasal
Pasase nasal kecil dari bayi mudah tersumbat oleh pembengkakan
mukosa dan eksudasi, dapat mempengaruhi pernafasan dan menyusu
pada bayi.
8. Kaluaran Nasal
Sering menyertai infeksi penapasan. Mungkin encer dan sedikit (rinorea)
atau kental dan purulen, bergantung pada tipe dan atau tahap infeksi
9. Batuk
Merupakan gambaran umum dari penyakit pernafsaan. Dapat menjadi
bukti hanya selama fase akut.
10.Sakit Tenggorokan
Merupakan keluhan yang sering terjadi pada anak yang lebih besar.
Ditandai dengan anak akan menolak untuk minum dan makan per oral.

E. PATOFISIOLOGI
Pneumonia yang dipicu oleh bakteri bisa menyerang siapa saja, dari bayi
sampai usia lanjut. Pecandu alcohol, pasien pasca operasi, orang-orang
dengan gangguan penyakit pernafasan, sedang terinfeksi virus atau menurun
kekebalan tubuhnya, adalah yang paling berisiko. Sebenarnya bakteri
pneumonia itu ada dan hidup normal pada tenggorokkan yang sehat. Pada
saat pertahanan tubuh menurun, misalnya karena penyakit, usia lanjut, dan
malnutrisi, bakteri pneumonia akan dengan cepat berkembang biak dan
merusak organ paruparu. Kerusakan jaringan paru setelah kolonisasi suatu
setelah kolonisasi suatu mikroorganisme paru banyak disebabkan oleh reaksi
imun dan peradangan yang dilakukan oleh penjamu. Selain itu, toksin-toksin
yang dikeluarkan oleh bakteri pada pneumonia bakterialis dapat secara
langsung merusak sel-sel sistem pernapasan bawah. Pneumonia bakterialis
menimbulkan respon imun dan peradangan yang paling mencolok. Jika
terjadi infeksi, sebagian jaringan dari lobus paru-paru, ataupun seluruh lobus.
Bahkan sebagian besar dari lima lobus paru-paru (tiga di paru-paru kanan,
dan dua diparu-paru kiri) menjadi terisi cairan. Dari jaringan paru-paru,
infeksi dengan cepat menyebar ke seluruh tubuh melalui peredaran darah.
Bakteri pneumokokus adalah kuman yang paling umum sebagai penyebab
pneumonia (Sipahutar,2007)
F. PATHWAY
PNEUMONIA

Streptocis Stapilokokus
pneumonia
Trombus
Bakteri

Toksin,
Kuman patogen mencapai coagulase
bronkioli terminalis merusak sel
epitel bersilia, sel goblet
Pola Napas
Tidak Efektif
Kapitalivital,
Pneumoukokus menyebar dari
komplianc
alveoli ke alveolus
menurun
Gangguan
hemodinamik
Pertukaran Gas
Inflamasi

Intoleran
Difusi Tidak
Cairan edema+leukosit ke alveoli Konsolidasi Paru Aktivitas
Efektif
G. PEMERIKSAAN PENUNJANG
1. Radiologi
Gambaran Radiologis Foto toraks (PA/lateral) merupakan pemeriksaan
penunjang utama untuk menegakan diagnosis. Gambaran radiologis
dapatr berupa infiltrate sampai konsolidasi dengan “air broncogram”,
penyebab bronkogenik dan intersitisial serta gambaran kaviti. Foto toraks
saja tidak dapat secara khas menentukan penyebab pneumonia, hanya
merupakan petunjuk kearah diagnosis etiologi, misalnya gambaran
pneumonia lobaris tersering disebabkan oleh Streptococcus pneumonia,
Pseudomonas aerugionosa sering memperlihatkan infiltrate bilateral atau
gambaran bronkopneumonia sedangkan klebsiela pneumonia seing
menunjukan konsolidasi yang terjadi pada lobus atas kanan meskipun
dapat mengalami beberapa lobus.
a. sinar X: mengidentifikasikan distribusi struktural (misal: lobar,
bronchial); dapat juga menyatakan abses
b. Biopsi paru: untuk menetapkan diagnosis
2. Pemeriksaan Laboratorium
Pada pemeriksaan laboratorium terdapat peningkatan jumlah leukosit,
biasanya lebih dari 10.000/ul kadang-kadang mencapai 30.000/ul, dan
pada hitungan jenis leukosit terdapat pergeseran ke kiri serta terjadi
peningkatan LED. Untuk menentukan diagnosis etiologi diperlukan
pemeriksaan dahak, kultur darah dan serologi. Kultur darah dapat positif
pada 20- 25% penderita yang tidak siobati. Analisis gas darah
menunjukan hipoksemia dan hikarbia.
3. Pemeriksaan gram / klutur, sputum dan darah : untuk dapat
mengidentifikasikan semua organisme yang ada.
4. Pemeriksaan serologi: membantu dalam membedakan diagnosis
organisme khusus.
5. Pemeriksaan fugsi paru: untuk mengetahui paru-paru, menetapkan luas
berat penyakit dan membantu diagnosis keadaan.
6. Spirometrik static: untuk mengkaji jumlah udara yang diaspirasi.
H. KOMPLIKASI
Komplikasi Penjelasan
Efusi Pleura Kondisi yang ditandai oleh penumpukan cairan
diantara dua lapisan pleure. Pleure merupakan
membran yang memisahkan paru-paru dengan
dinding dada bagian dalam.
Epiema Keadaan terdapatnya nanah dalam rongga pleura
yang biasanya merupakan kelanjutan proses efuis
parapneumonia.
Abses Paru Infeksi paru-paru, penyakit ini menyebabkan
pembengkakan yang mengandung nanah, nekrotik
pada jaringan paru-paru, dan pembentukan rongga
yang berisi butiran nekrotik atau sebagai akibat
infeksi mikroba.
Pneumotoraks Suatu kondisi yang ditandai oleh runtuhnya satu atau
kedua paruparu akibat akumulasi udara atau gas
antara pleura pariental dan jeroan dari paru-paru.
Gagal Nafas Gangguan pertukaran O2 Dan CO2, sehingga sistem
pernafasan tidak mampu memenuhi metabolisme
tubuh.
Sepsis Suatu penyakit pada saat terjadi infeksi, tubuh kita
akan 12 mengahasilkan berbagai senyawa kimia
untuk melawan infeksi. Tubuh kita akan
menghasilkan senyawa kimia untuk melawan infeksi.

I. PENATALAKSANAAN
1. Non Farmakologi Kepada penderita yang penyakitnya tidak terlalu berat,
bisanya diberikan antibiotik per-oral dan tetap tinggal di
rumah.Penderita yang lebih tua dan penderita dengan sesak nafas atau
dengan penyakit jantung atau penyakit paru lainnya, harus di rawat dan
antibiotik diberikan melalui infus. Mungkin perlu di berikan oksigen
tambahan, cairan intervena dan alat bantu nafas mekanik.
Kebanyakan penderita
akan memberikan respon terhadap pengobataan dan keadaanya membaik
dalam waktu 2 minggu. Penatalaksanaan umum yang dapat diberikan
anatara lain:
a. Oksigen 1-2l/menit.
b. IVFD dekstrose 10%:Nacl 0,9%= 3:1, + KCI 10 mEq/500 ml cairan.
Jumlah cairan sesuai berat badan, kenaikan suhu, dan status hidrasi.
c. Jika sesak tidak terlalu berat, dapat dimulai makanan enternal
bertahap melalui selang nasogastrik dengan feeding drip.
d. Jika sekresi ledir berlebihan dapat diberikan inhalasi dengan salin
normal dan beta agonis untuk memperbaiki transport mukosilier.
Koreksi gangguan keseimbangan asam basa dan elektrolit.

2. Farmakologi Penatalaksanaan untuk pneumonia bergantung pada


penyebab, antibiotik diberikan sesuai dengan hasil kultur.Untuk kasus
pneumonia community based:
a. Ampisilin 100 mg/kg BB/hari dalam 4 kali pemberian.
b. Kloramfenikol 75 mg/kg BB/hari dalam 2 hari pemberian
c. Obat-obatan bronkodilaor,drainase pastural
d. Fisiotrapi dada
e. Penghisapan nasotrakeal

J. PENGKAJIAN KEPERAWATAN
1. Riwayat Kesehatan :
a. Keluhan utama : batuk, pilek, demam, sesak napas, gelisah
b. Riwayat kesehatan sekarang (riwayat penyakit yang diderita pasien
saat masuk rumah sakit)
c. Riwayat kesehatan terdahulu (riwayat penyakit yang sama atau
penyakit lain yang pernah diderita oleh pasien) : sesak napas, batuk
lama, TBC, alergi
d. Riwayat kesehatan keluarga (riwayat yang sama atau penyakit lain
yang pernah diderita oleh anggota keluarga yang lain baik bersifat
genetic atau tidak) : sesak napas, batuk lama, TBC, alergi
e. Riwayat imunisasi : BCG
f. Riwayat tumbuh kembang

2. Pemeriksaan Fisik dan Data Fokus


Gejala pneumonia yang tidak khas sering terdapat pada anak dibawah
umur 5 tahun, namun secara umum pneumonia untuk penilaian keadaan
umumnya adalah frekuensi napas, nadi, kesadaran dan kemampuan
makan (IDAI, 2009). Temuan pemeriksaan fisik dada tergantung dari
luas lesi di paru. Pada inspeksi dapat terlihat bagian yang sakit tertinggal
waktu bernapas, pada palpasi fremitus dapat mengeras, pada perkusi
redup, pada aulkultasi terdengar suara napas bronkovesikuler sampai
bronchial yang mungkin disertai ronki basah halus, yang kemudian
menjadi ronki basah kasar pada stadium resolusi.

3. Data Fokus
a. Sistem integument Subyektif : - Obyektif : kulit pucat,cyanosis,
turgor menurun (akibat dehidrasi sekunder), banyak keringat, suhu
kulit meningkat, kemerahan.
b. Sistem pulmonal Subyektif : sesak nafas, dada tertekan, cengeng.
Obyektif: pernapasan cuping hidung, hiperventilasi, batuk
(produktif/nonproduktif), sputum banyak, penggunn otot bantu
pernafasan meningkat, terdengar stridor, ronchii pada lapang paru.
c. Sistem cardiovaskuler Subyektif : sakitkepala Obyektif : denyut nadi
meningkat, pembuluh darah vasokontriksi, kualitas darah menurun.
d. System Neurosensori Subyektif : gelisah, penurunankesadaran,
kejang Obyektif : GCS menurun, reflex menurun/normal, letargi.
e. Sistem Musculoskeletal Subyektif : lemah, cepat lelah. Obyektif :
tonus otot menurun, nyeri otot/normal, retraksi paru dan
penggunaanotot aksesoris pernafasan.
f. Sistem genitourinaria Subyektif : - Obyektif : produksi urine
menurun/normal.
g. System digestif Subyektif : mual, kadangmuntah. Obyektif :
konsistensi feses normal/ diare
h. Studilaboratorik
1)Hb : menurun/normal 14
2) Analisa Gas Darah : acidosis respiratorik, penurunan kadar
oksigen darah, kadarkarbon darah meningkat/normal.
3)Elektrolit : natrium/kalsium menurun/normal. (LukyDwiantoro)

K. PEMERIKSAAN FISIK
1. Inspeksi: Perlu diperhatikan adanya takipnea Dispnea, sianosiss
irkumoral, pernapasan cuping hidung, distensi abdomen, batuk
semula nonproduktif menjadi produktif, serta nyeri dada pada waktu
menarik napas.Batasan takipnea pada anak berusia 12 bulan-5 tahun
adalah 40 kali/menit atau lebih.Perlu diperhatikan adanya tarikan
dinding dada kedalam pada fase inspirasi.Pada pneumonia berat,
tarikan dinding dada ke dalaman tampak jelas.
2. Palpasi: Suara redup pada sisi yang sakit, hati mungkin membesar,
fremitus raba mungkin meningkat padasisi yang sakit, dan nadi
mungkin mengalami peningkatan atau takikardia.
3. Perkusi: Lakukan perkusi dada bagian anterior dan lateral, dengan
sekali lagi membandingkan kedua sisi dada. Jantung dalam keadaan
normal akan menghasilkan daerah redup disebelah kiri os sternum
dari sela iga ke-3 hingga ke-5. Lakukan perkusi paru kiri disebelah
lateral daerah redup ini.
4. Auskultasi: Sederhana dapat dilakukan dengan cara mendekatkan
telinga kehidung/ mulut bayi. Pada anak yang pneumonia akan
terdengar stridor. Sementara dengan stetoskop, akan terdengar suara
napas berkurang, ronkhi basah pada masa resolusi. Pernapasan
bronchial, egotomi, bronkofoni, kadang terdengar bising gesek
pleura.(Masjoer)
L. DIAGNOSA KEPERAWATAN
1. Bersihan jalan napas tidak efektif
2. Pola napas tidak efektif b/d Hiperventilasi
3. Gangguan ventilasi spontan
1. Intervensi keperawatan

SDKI SLKI SIKI

1. Bersihan jalan napas 1. Bersihan jalan napas 1. Manajemen jalan napas


a. Monitor pola napas
tidak efektif
Setelah dilakukan tindakan b. Monitor sputum
Defisini: ketidak c. Pertahankan
keperawatan dalam kepatenan jalan
mampuan membersihkan
waktu …x 24 jam napas dengan head
sekret atau obstruksi jalan tilt chin lift
ekspektasi tingkat nyeri d. Lakukakan
napas untuk mempertahan
klien. pengisapan lender
kan jalan napas tetap paten kurang dari 15
Kriteria hasil: detik
Mayor
e. Lakukan
Data Subjektif: a. Produksi sputum hiperoksigenasi
menurun sebelum
-
pengisapan
Data Objektif: b. Dispnea menurun endotrakeal
c. Gelisah menurun f. Berikan oksigen,
1. Tidak mampu batuk
jika perlu
2. Sputum berlebih d. Frekuensi napas g. Kolaborasi
membaik pemberian
Minor
bronkodilator,
Data subjektif e. Pola napas ekspektoran,
membaik mukolititk
1. Dispnea
Data Objektif
1. Gelisah
2. Bunyi napas menurun
3. Frekuensi napas
berubah
4. Pola napas berubah
Pola napas tidak efektif Pola napas Dukungan ventilasi
a. Identifikasi adanya
Setelah dilakukan tindakan
Ditandai dengan : kelelahan otot bantu
keperawatan diharapkan napas
Gejala dan tanda mayor b. Monitor status
2×24 jam ekspektasi pola
respirasi dan
Subjektif : napas membaik. oksigenasi
c. pertahankan kepatenan
Kriteria Hasil :
a. Dispnea jalan napas
Objektif : a. Dispnea d. berikan oksigenai
sesuai kebutuhan
Menurun (5)
a. Penggunaan otot bantu e. kolaborasi pemberian
pernapasan b. Penggunaan otot bantu bronkodilator
b. Pola napas abnormal napas
(Takipnea)
Gejala dan tanda minor Menurun (5)
c. Ortopnea
Subjektif :
Menurun (5)
a. Ortopnea
d. Frekuensi napas
Objektif :
Membaik (5)
a. Pernapasan cuping hidung
e. Kedalaman dada

Membaik (5)

Gangguan ventilasi spontan Ventilasi spontan Pencegahan Jatuh


Ditandai dengan : Setelah dilakukan tindakan a. Identifikasi factor risiko
jatuh
Gejala dan tanda mayor keperawatan
b. identifikasi factor
Subjektif : diharapkan …×24 jam lingkungan yang
1. Dispnea ekspektasi meningkat. meningkatkan risiko
jatuh
Objektif :
c. hitung risiko jatuh
1. Penggunaan otot bantu Kriteria Hasil : dengan menggunakan
pernapasan a. dispnea menurun (5) skala
d. pasang handrail tempat
2. PCO2 meningkat b. penggunaan otot bantu tidur
3. PO2 menurun napas menurun (5)
4. SaO2 menurun
c. PCO2 membaik
Gejala dan tanda minor
d. PO2 membaik
Subjektif :
-
Objektif :
1. Gelisah
2. takikardia
DAFTAR PUSTAKA

Amin Huda Nurarif & Hardhi Kusuma, Asuhan Keperawatan Praktis Edisi
revisiJilid 2;2016 Diagnosis Keperawatan edisi 10 ; 2015-2017
Nursing Outcomes Classification (NOC) Edisi kelima , oleh moorhead,
MarionJohnson, Meridean L. Maas, Elizabeth Swanson, CV.
Mecomedia dan diterbitkan dengan pengawasan Elsevier Inc.
Nursing Interventions Classification (NIC), Edisi ke-6, oleh bulechek,
Howard Butcher, Joanne Dochterman dan Cheryl Wagner, CV.
Mecomedia dan diterbitkan dengan pengawasan Elsevier Inc.

Anda mungkin juga menyukai