BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Pneumonia adalah peradangan dari parenkim paru, dimana asinus terisi
dengan cairan radang, dengan atau tanpa disertai infiltrasi dari sel radang ke
dalam dinding alveoli dan rongga interstisium (1). Infeksi saluran nafas bawah
masih tetap merupakan masalah utama dalam bidang kesehatan, baik di negara
yang sedang berkembang maupun yang sudah maju. WHO 1999 menyebutkan
bahwa penyebab kematian tertinggi akibat penyakit infeksi di dunia adalah infeksi
saluran nafas akut termasuk pneumonia.Di Indonesia, dari buku SEAMIC Health
Statistic 2001, pneumonia merupakan penyebab kematian nomor enam. Sedang
dari hasil survei Kesehatan Rumah Tangga Depkes tahun 2001, penyakit infeksi
saluran nafas bagian bawah menempati urutan ke-2 sebagai penyebab kematian.
Di RSU Dr.Soetomo, pneumonia menduduki peringkat ke-4 dari sepuluh penyakit
terbanyak yang dirawat pertahun. Angka kematian pneumonia yang dirawat inap
berkisar antara 20-35% (2). Bayi dan anak kecil lebih rentan terhadap penyakit ini
karena respon imunitas mereka masih belum berkembang dengan baik. Orang tua,
pasien pasca bedah, peminum alkohol, dan penderita penyakit pernafasan kronik
atau infeksi virus juga mudah terserang penyakit ini. Hampir 60% dari pasien-
pasien yang kritis di ICU dapat menderita pneumonia(3).
B. Tujuan
1. Umum
Melakukan asuhan keperawatan pada klien dengan penyakit Pneumonia.
2. Khusus
a. Melakukan Pengkajian tentang penyakit Pneumonia
b. Melakukan intervensi terapi farmakologi dan non farmakologi pada klien
dengan penyakit pneumonia
3
2
BAB II
TINJAUAN TEORITIS
A. Defenisi
Pneumonia adalah suatu proses peradangan dimana terdapat konsolidasi yang
disebabkan pengisian rongga alveoli oleh eksudat. Pertukaran gas tidak dapat
berlangsung pada daerah yang mengalami konsolidasi dan darah dialirkan
kesekitar alveoli yang tidak berfungsi. Hipoksia dapat terjadi tergantung
banyaknya jaringan paru-paru yang sakit (Irman Somantri, 2008: 67).
Pneumonia adalah proses peradangan pada parenkim paru-paru, yang
biasanya dihubungkan dengan meningkatnya cairan pada alveoli (Santa
Manurung, 2009: 93).
Pneumonia adalah proses inflamasi parenkim paru yang terdapat konsolidasi
dan terjadi pengisian rongga alveoli oleh eksudat yang dapat disebabkan oleh
bakteri, virus, jamur dan benda – benda asing (Arif Muttaqin, 2008: 98).
Pneumonia adalah infeksi yang terjadi pada paru-paru. Penyakit yang juga dikenal
dengan istilah radang paru-paru ini dapat menyerang berbagai kalangan usia, baik
dewasa maupun anak-anak. Pneumonia terjadi karena serangan bakteri, virus,
atau jamur. Penyebab pneumonia yang paling umum adalah Streptococcus
pneumonia, Haemophilus influenzae tipe b (Hib), serta respiratory syncytial virus.
Sementara Pneumocystis jiroveci adalah penyebab pneumonia pada bayi yang
menderita HIV. Wasapadai juga bila buah hati menderita batuk atau flu akut.
Karena gangguan kesehatan tersebut juga dapat memicu pneumonia (WHO,
2013).
Jadi Kesimpulannya Pneumonia adalah suatu penyakit infeksi atau
peradangan pada organ paru-paru yang disebabkan oleh bakteri, virus, jamur
ataupun parasit di mana pulmonary alveolus (alveoli) yang bertanggung jawab
menyerap oksigen dari atmosfer menjadi “inflame” dan terisi oleh cairan.
3
4
B. Etiologi
Adapun etiologi dari pneumonia adalah bakteri, virus, mikoplasma, jamur dan
protozoa:
1. Bakteri : Streptococus Pneumoniae, Staphylococus aureus.
2. Virus : influenza, parainfluenza, dan adenovirus.
3. Jamur : kandidiasis, histoplasmosis dan kriptokokkis.
4. Protozoa : pneumokistis karinii pneumonia.
Adapun yang dapat menjadi faktor resiko adalah merokok, polusi udara,
infeksi saluran pernafasan atas, gangguan kesadaran (alkohol, overdosis obat,
anestesi umum), intubasi trakhea, imobilisasi lama, terapi imunosupresif
(kortikosteroid, kemoterapi), tidak berfungsinya system imun (AIDS) dan sakit
gigi (Santa Manurung, 2009: 94).
C. Tanda gejala
Menurut Santa Manurung, 2009 apabila menemukan klien dengan penyakit
pneumonia, maka gejala-gejala yang dapat ditemui pada klien secara umum
adalah:
1. Demam tinggi ≥ 40⁰C
2. Berkeringat
3. Batuk dengan sputum yang produktif
4. Sesak nafas, retraksi intercostal
5. Sakit kepala
6. Mudah merasa lelah dan
7. Nyeri dada.
D. Patofisiologi
Agen penyebab pneumonia masuk ke paru-paru melalui inhalasi ataupun
aliran darah. Diawali dari saluran pernapasan dan akhirnya masuk kesaluran
pernapasan bawah. Kemudian timbul reaksi peradangan pada dinding bronkhus.
5
Sel menjadi radang berisi eksudat dan sel epitel menjadi rusak (Santa Manurung,
2009: 94).
Phatway
Jamur,Bakteri,protozoa
Resti terhadap
penyebaran infeksi
Masuk alveoli
Konsolidasi
Sputum Gangguan
jaringan paru
kental pertukaran Gas
Compliance paru
Gangguan bersihan menurun Suplai o2
jalan nafas menurun
Gangguan
pola nafas
Intoleransi
aktifitas
6
E. Pemeriksaan penunjang
Menurut Santa Manurung, 2009, ntuk menegakkan diagnosa penyakit
pneumonia, maka disamping hasil anamnesa dari klien test diagnostik yang sering
dilakukan adalah :
1. Pemeriksaan rontgen: dapat terlihat infiltrat pada parenkim paru.
2. Laboratorium:
a. AGD: dapat menjadi asidosis metabolik dengan atau retensi CO2.
b. DPL: biasanya terdapat leukositosis. Laju Endap Darah (LED) meningkat.
c. Elektrolit: natrium dan klorida dapat menurun.
d. Bilirubin: mungkin meningkat.
e. Kultur sputum: terdapat mikroorganisme.
f. Kultur darah: bakteria sementara
g. Test sensitivitas antibiotika
h. Fungsi paru: volume dapat menurun.
F. Komplikasi
Komplikasi yang dapat terjadi apabila klien pneumonia tidak tertangani secara
cepat dan tepat adalah empiema, empisema, atelektasis, otitis media akut dan
meningitis (Santa Manurung, 2009: 97). Bila infeksi terus berlanjut akan terjadi
sepsis, gagal napas dan kematian.
G. Penatalaksanaan
1. Penatalaksanaan Keperawatan
Klien yang mengalami retensi sekresi dan gangguan oksigenasi,
seperti pneumonia membutuhkan bantuan untuk mengencerkan atau
mengeluarkan sekresi. Fisioterapi dada mencakup tiga tehnik; drainase
postural, perkusi dada dan vibrasi. Waktu yang optimal untuk melakukan
tehnik ini adalah sebelum klien makan dan menjelang klien tidur malam.
Pada tehnik drainase postural, klien dibaringkan dalam berbagai posisi
spesifik untuk memudahkan drainase mukus dan sekresi dari bidang paru.
Gaya gravitasi digunakan untuk meningkatkan drainase sekresi. Perkusi
7
Pemberian sefalosporin harus hati-hati untuk klien yang alergi terhadap Penisilin
karena dapat menyebabkan reaksi hipersensitif silang terutama dari tipe
anafilaksis. Dalam 12-36 jam, setelah pemberian penisilin, suhu, denyut nadi,
frekuensi pernafasan menurun serta nyeri pleura menghilang. Pada ±20% klien,
demam berlanjut sampai lebih dari 48 jam setelah obat dikonsumsi (Arif
Muttaqin, 2008: 105).
H. Rencana Asuhan Klien Dengan Gangguan Phenemonia
1. Pengkajian
a. Anamesis
Keluhan utama yang sering menjadi alasan klien dengan pneumonia untuk
meminta pertolongan kesehatan adalah sesak napas, batuk berdahak dan
peningkatan suhu tubuh/demam.
b. Pemeriksaan fisik
Keadaan umum
Hasil pemeriksaan tanda-tanda vital pada klien dengan pneumonia
biasanya didapatkan peningkatan suhu tubuh lebih dari 40ºC, frekuensi
napas meningkat dari frekuensi normal, denyut nadi biasanya meningkat
seirama dengan peningkatan suhu tubuh dan frekuensi pernapasan dan
apabila tidak melibatkan infeksi sistematis yang berpengaruh pada
hemodinamika kardiovaskuler tekanan darah biasanya tidak ada masalah.
Inspeksi
Bentuk dada dan gerakan pernapasan. Gerakan pernapasan simetris. Pada
klien dengan pneumonia sering ditemukan peningkatan frekuensi napas
cepat dan dangkal, serta danya retraksi sternum dan intercostal space
(ICS). Napas cuping hidung pada sesak berat dialami terutama oleh anak-
anak. Batuk dan sputum. Pada saat dilakukan pengkajian batuk pada klien
dengan pneumonia, biasanya didapatkan batuk produktif disertai dengan
adanya peningkatan produksi sekret dan sekresi sputum yang purulen.
9
Palpasi
Gerakan dinding thoraks anterior/ ekskrusi pernapasan. Pada palpasi klien
dengan pneumonia, gerakan dada saat bernapas biasanya normal dan
seimbang antara bagian kanan dan kiri. Getaran suara (fremitus vokal).
Taktil fremitus pada klien dengan pneumonia biasanya normal.
Perkusi
Pasien dengan pneumonia tanpa disertai komplikasi, biasanya didapatkan
bunyi resonan atau sonor pada seluruh lapang paru. Bunyi redup perkusi
pada klien dengan pneumonia didapatkan apabila bronkhopneumonia
menjadi suatu sarang (kunfluens).
Auskultasi
Pada klien dengan pneumonia, didapatkan bunyi napas melemah dan
bunyi napas tambahan ronkhi basah pada sisi yang sakit. Penting bagi
perawat pemeriksa untuk mendokumentasikan hasil auskultasi di daerah
mana didapatkan adanya ronkhi.
c. Pemeriksaan penunjang
- Pemeriksaan Rontgen
- Pemeriksaan Lab
d. Diagnosa keperawatan
Diagnosa keperawatan yang sering muncul pada pasien pneumonia, yaitu:
Diagnosa I: Ketidakefetifan bersihan jalan napas yang berhubungan
dengan sekresi mukus yang kental, kelemahan, upaya batuk buruk, dan
edema trakheal/faringeal.
a) Definisi: ketidakmampuan untuk membersihkan sekresi atau obstruksi
dari saluran napas untuk mempertahankan bersihan jalan
10
b) Batasan karakteristik
Tidak ada batuk Pernurunn bunyi napas
Suara napas tambahan Dispnea
Perubahan frekuensi napas Sputum dalam jumlah
Sianosis yang berlebihan
Perubahan irama napas Batuk yang tidak efektif
Kesulitan Ortopnea
berbicara/mengeluarkan Gelisah
suara Mata terbuka lebar
c) Faktor yang berhubungan
Lingkungan Fisiologis
Perokok pasif Jalan napas alergik
Menghisap asap rokok Asma
Merokok Penyakit paru obstruksi
Obstruksi jalan napas kronis
Spasme jalan napas Hiperplasia dinding bronkial
Mukus dalam jumlah Infeksi
berlebihan Disfungsi neuromuskular
Eksudat dalam alveoli
Materi asing dalam jalan
napas
Adanya jalan napas
buatan
Sekresi yang
tertahan/sisa sekresi
Sekresi dalam bronki
11
BAB III
ASUHAN KEPERAWATAN
I. PENGKAJIAN
A. Identitas Klien
Nama :Tn. F
Umur : 41 Tahun
Suku : Banjar
Agama : Islam
Pendidikan : SD
B. Identitas PenanggungJawab
Nama : Ny.F
Umur : 38 Tahun
16
17
Meninggal
Perempuan
Laki-laki
Pasien
Satu rumah
a. BAB
Frekuensi 1x/Hari 1x/ 2-3Hari
Konsistensi Lembek Lembek
Warna Kuning Kuning
Keluhan Tidak Ada Tidak Ada
Bantuan total/sebagian Mandiri Bantuan Sebagian
b. BAK
Frekuensi 4-6x/Hari 2-5x/Hari
Warna Jernih Jernih
Tidak Ada Tidak Ada
Keluhan
Mandiri Bantuan Sebagian
Bantuan total/sebagian
4 Istirahat Dan Tidur
a. Mulai tidur 21.00 Wita Tidak Menentu
b. Lama tidur 8 Jam/Hari 1-2 Jam/Hari
c. Kesulitan memulai tidur Tidak Ada Iya
d. Ganguan tidur Cemas
Tidak Ada
e. Kebiasaan sebelum tidur Tidak Ada
Nonton TV
5 Personal hygiene
a. Mandi frekuensi 3x/Hari 2x/Hari di seka
bantuan total/sebagian) Mandiri Bantuan Sebagian
b. Gosok gigi (frekuensi) 3x/Hari 2x/Hari
c. Gunting kuku 1x minggu 1x/Minggu
d. Ganti pakaian (frekuensi perhari) 3x/Hari 1x/Hari
6 Aktivitas
a. Mobilitas fisik Secara Mandiri Sebagian Dibantu
b. Olahraga Secara Mandiri Tidak Ada
c. Rekreasi Tidak Ada Tidak Ada
Skala Aktivitas
Aktivitas 0 1 2 3 4
Makan dan Minum
Mandi
Eliminasi (BAK&BAB)
Berpakaian
Mobilisasi ditempat tidur
Pindah
Ambulasi
Ket :
0 : Mandiri
1 : Dibantu alat bantu
2 : Dibantu orang lain
3 : Dibantu orang lain dan alat
21
4 : Tergantung total
E. Data Psikologis
Pasien merasa cemas dengan kondisi kesehatanya yang mengalami perubahan,
pasien mengalami gelisah dan susah, pasein mengatakan bahwa dirinya akan
segera meninggal karena penyakitnya. Pasien mengatakan ingin cepat pulang
dan sembuh agar bisa beraktivitas seperti biasanya.
F. Data Sosial
Hubungan pasien dengan keluarga pasien baik ditandai dengan banyaknya sanak
saudara pasien yang menjenguk ke RS, pasien juga berhubungan baik dengan
perawat dan dokter, pasien selalu mudah untuk diajak berkomunikasi. Hubungan
pasien dengan lingkungan sekitar pasien dirawat juga baik, pasien dapat
berinteraksi dengan orang lain.
G. Data Spiritual
Keinginan pasien untuk sembuh sangat tinggi, selama di RS pasien berdoa dan
pasien juga menyakini bahwa penyakit yang dideritanya akan cepat sembuh
sehingga pasien akan segera pulang.
H. Pemeriksaan Fisik
1. Keadaan Umum Pasien
Klien terlihat lemah dan pucat
BB sesudah sakit: 47
IMT:
47:1642 = 47 : 1,64x1,64
= 47: 2,68
= 17,53
Nilai IMT Artinya
18,4 ke bawah Berat badan kurang
18,5-24,9 Berat badan ideal
25-29,9 Berat badan lebih
30-39,9 Gemuk
40 ke atas Sangat gemuk
BBI= (TB-100) – (10%(TB-100)
= (164-100) – (10%(164-100)
= (64)-(10%(64)
= (64)-6,4
= 57,6
4. Kesadaran
a. Kualitatif : Compos mentis
b. Kualitatif : GCS 15
Eye (Respon Membuka Mata) :4
Verbal (Respon Verbal) :5
Motorik (Respon Motorik ) :6
5. Sistem Pernafasan
a. Inspeksi
Dada pasien terlihat bersih, bentuk dada simetris dada, pola napas cepat
dan dangkal Spo2 93 tanpa oksigen, menggunakan otot bantu
pernafsan,pasien tampak batuk, pasien tampak gelisah.
b. Palpasi
Pergerakan dinding dada semetris, taktil fremitus getaran teraba simetris
c. Perkusi
Bunyi Sonor simetris
23
d. Auskultasi
Bunyi nafas Ronchi
6. Sistem Kardiovaskuler
a. Inspeksi
Iktus kurdis tidak terlihat
b. Palpasi
Akral teraba hangat, nadi 119x/menit
c. Perkusi
Redup di area jantung
d. Auskultasi
Bunyi jantung S1 diikuti Bunyai jantung S2, irama jantung Reguler.Tidak
ada murmur dan bising jantung.
7. Sistem Persyarafan
Tingkat kecasadaran Compos mentis GCS 15, Fungsi persyarafan baik, koordinasi
gerakan mata dan pupil mata baik, postur tubukhtidak ada skiosis, lordosis, kifosis,
skoliosis, kemampuan bergerak kelemahan pada ektremitas Sinitra, , tidak ada nyeri
kepala, tidak ada muntah proyektil.
8. Sistem Pencernaan
a. Inspeksi
Abdomen tidak tanpak asistes atau kembung, gerakan andomen normal
saat inspirasi dan ekspirasi kondisi kulit abdomen baik
b. Auskultasi
Bising usus 10 x/menit
c. Palpasi
Tidak ada nyeri tekan , tidak teraba masa abdomen
d. Perkusi
Timpani.
9. Sistem Muskuloskeletal
24
a. Inspeksi
Ada pembatasan gerak pada sinitra ekstremitas atas pasien, tidak ada
odem CRT >2 detik, tidak ada varises, terdapat kelamahan pada sinitra
ekstremitas atas dan kelemahan pada dextra sinitra ekstremitas bawah.
Skala Otot
3333 4444
3333 3333
Ket :
0. Paralisis Total
1. Tidak ada gerak
2. Tidak dapat melawan gravitasi
3. Gerak normal melawan gravitasi
4. Gerak normal sedikit tahanan
5. Kekuatan otot penuh
b. Palpasi
Tidak ada nyeri tekan pada ekstermitas atas atau bawah Jumlah jari-jari tangan
lengkap kuku pendek dan tampak bersih.
b. Palpasi
kulit pasien teraba kering
11. Sistem Endokrin
a. Inspeksi
Tidak ada benjolan tiroid.
25
b. Palpasi
tidak ada nyeri tekan.
12. Sistem Genitourinaria
a. Inspeksi
Tidak ada radang pada genitalia, tidak ada lesi pengeluaran urin lancar.
b. Palpasi
Tidak ada nyeri tekan
1. Pemeriksaan Penunjang
1. Laboratorium
Kesimpulan : +Pneumonia
28
3. Microbiology Chart Report
29
30
3. Therapy
I. Analisa Data
Ket :
1. Tidak Mandiri
2. Dibantu Orang Dan Alat
3. Dibantu Orang
4. Dibantu Alat
5. Mandiri Penuh
2 Nyeri Kronis Setelah dilakukan tindakan keperawatan PAIN MANAGEMENT:
b.d Agen selama 1x7 jam diharapkan Nyeri pasien 1. Lakukan pengkajian nyeri secara
injury Dapat teratasi. komprehensif termasuk Lokasi,
Biologis Kriteria Hasil : Karakteristik, Durasi, Frekuensi,
(Pneumonia) Indikator IR ER Kualitas, dan Faktor Presipitasi.
2. Observasi reaksi non verbal dari
1. Melaporkan adanya 3 4 ketidaknyamanan.
nyeri. 3. Gunakan teknik komunikasi
2. Luas bagian tubuh 3 4 terapeutik untuk mengetahui
yang terpengaruhi. pengalaman nyeri pasien.
3. Frekuensi nyeri. 4. Ajarkan tentang teknik non
4. Pernyataan nyeri. 3 4
farmakologi (teknik relaksasi nafas
5. Perubahan tekanan 3 4
dalam)
darah. 3 4 5. Kolaborasi pemberian obat
6. Posisi tubuh
protektif. 3 4
37
Keterangan:
1. Kuat
2 . Berat
3 . Sedang
4. Ringan
5. Tidak ada
3 Ansietas Setelah di lakukan tindakan keperawatan ANXIETY REDUCTION
berhubungan selama 1 x 7 jam di harapkan kecemasan 1. Indentifikasi tingkat kecemasan.
dengan dapat teratasi. 2. Gunakan pendekatan yang
ancaman Kriteria Hasil menenangkan.
kematian Indikator IR ER 3. Jelaskan prosedur tindakan dan
1. Klien Mampu 3 4 apa yang di rasakan selama
mengindetifikasi gejala prosedur.
cemas 4. Bantu pasien mngenali situasi
2. Menunjukan teknik 3 4 yang menimbulkan kecemasan.
mengontrol cemas
3. Vital sign dalam batas 3 4
normal
4. Postur tubuh, ekspresi
wajah , tingkat aktivitas 3 4
Keterangan :
1. Tidak pernah menunjukan
2. Jarang menunjukan
3. Kadang-kadang menunjukan
4. Sering menunjukan
5. Selalu menunjukan
4 Ketidakseimba Setelah dilakukan tindakan keperawatan 1. Anjurkan makan sedikit tapi sering
selama 1x7 jam diharapkan keseimbangan dengan diet tinggi kalori tinggi
ngan nutrisi
nutrisi terjaga protein (TKTP)
kurang dari Kriteria Hasil: 2. Anjurkan keluarga untuk membawa
Indikator IR ER makanan dari rumah terutama
kebutuhan b.d
1. Klien mengatakan nafsu 2 5 makanan yang disukai klien
Ketidakmamp makan meningkat 3. Kolaborasi dengan ahli gizi untuk
2. Berat badan klien tidak 2 5 menentukan untuk komposisi diet
uan
mengalami penurunan 4. Kolaborasi untuk pemberian
menelan drastic dan cendrung vitamin sesuai indikasi
makanan stabil
1. Keluhan Ekstrim
2. Keluhan Berat
3. Keluhan Sedang
4. Keluhan Ringan
5. Tidak ada keluhan
5. Gangguan Setelah dilakukan tindakan keperawatan 1. Determitas efek-efek medikasi
Pola Tidur b/d selama 1x7 jam diharapkan keseimbangan terhadap pola tidur
kurang control nutrisi terjaga 2. Jelaskan pentingnya tidur yang
tidur Kriteria Hasil adekurat
Indikator IR ER 3. Kolaborasi pemberian obat
1. Pola tidur 2 5 4. Monitor waktu makan dan minum
2. Kualitas tidur 2 5 dengan waktu tidur
3. Terjaga pada saat tidur 2 5 5. Monitor/ catat kebutuhan tidur klien
38
Keterangan :
1. Keluhan Ekstrim
2. Keluhan Berat
3. Keluhan Sedang
4. Keluhan Ringan
5. Tidak ada keluhan
7. Hambatan Setelah dilakukan tindakan keperawatan EXERCISE THERAPY:
Mobilitas fisik selama 1x7 jam hambatan mobiltas fisik 1. Memonitoring vital sign
b.d kelemahan Dapat teratasi sebelum/sesudah latihan dan lihat
otot Kriteria Hasil : respon pasien saat latihan.
Indikator IR ER 2. Kaji kemampuan pasien dalam
1. Pasien meningkat 3 4 mobilisasi.
dalam aktivitas. 3. Latih pasien dalam pemenuhan
2. penigkatan mobilitas. 3 4 kebutuhan ADL (Activity Daily
3. Memverbalisasikan Living) secara mandiri.
perasaan dalam 3 4 4. Dampingi dan bantu pasien saat
meningkatkan mobilisasi dan bantu penuhi
kekuatan dan kebutuhan ADL (Activity Daily
kemampuan Living) pasien.
berpindah.
4. Memperagakan 3 4
penggunaan alat bantu
untuk mobilisasi.
Keterangan:
1. Keluhan ekstrem
2. Keluhan berat
39
3. Keluhansedang
4. Keluhan ringan
5. Tidak ada keluhan
4. Perasaan segar
setelah tidur 3 5
5. Tidur hanya
sebentar 2 5
6. TTV dalam
rentang normal 3 5
P: Intervensi dihentikan pasien pindah
ruangan (icu paru)
6. Hipertermi b.d FEVER TREATMENT S:
proses penyakit 1. Memonitor TTV Pasien mengatakan badannya
2. Memonitorung warna meriang dan demam
dan suhu kulit O:
3. Mengkolaborasikan TTV:
pengobatan untuk TD : 90/60 mmhg
mengatasi demam N : 108 x/menit
4. Memonitor intake output RR : 28 x/menit
T : 38,9 ⁰C
SPO2: 96% memakai O2 nasal 3L
Hasil foto thorak : Konsolidasi di
kedua paru
Kesimpulan : +Pneumonia
Lab:
leukosit : 27,4 ribu
LED : 91 mm/jam
Trombosit: 180 ribu
Limfosit : 14.3 %
A: masalah teratasi sebagian
Indikator IR ER
1. Suhu tubuh dalam 3 4
rentang normal
2. Nadi Dan RR
dalam rentang 3 4
normal
3. Tidak ada
perubahan warna
kulit 4 4
P: Intervensi dihentikan pasien pindah
ruangan (icu paru)
7. Hambatan EXERCISE THERAPY: S:
Mobilitas fisik 1. Memonitor vital sign Pasien mengatakan tangan kanan
sebelum/sesudah latihan dan kedua kakinya lemah dan
dan lihat respon pasien sering keram
saat latihan. O:
2. Mengkaji kemampuan Pasien gelisah
pasien dalam mobilisasi. Pasien terlihat berbaring ditempat
3. Melatih pasien dalam tidur
pemenuhan kebutuhan ADL pasien di bantu keluarga
ADL (Activity Daily Pasien terlihat lemah
Living) secara mandiri. Skala Otot
4. Mendampingi dan bantu 3333 4444
pasien saat mobilisasi
43
1. Catatan Perkembangan
S:
Pasien mengatakan
masih sesak nafas
Pasien mengatakan
batuk berdahak
18.00 O:
Pasien terlihat sesak
nafas
Nafas cepat
Bunyi nafas ronchi
Hasil foto thorak :
Konsolidasi di kedua
paru Kesimpulan :
+Pneumonia
TTV:
T : 37,9⁰C
N : 120x/mnt
R : 32x/mnt
TD: 140/80 mmHg
SPO2: 95 % memakai
oksigen nasal kanul
2L
A: Masalah tidak teratasi
P:Lanjut Intervensi
S:
Pasien mengatakan
masih sesak nafas
Pasien mengatakan
batuk berdahak
O:
Pasien terlihat sesak
nafas
22.00 Nafas cepat
Bunyi nafas ronchi
Hasil foto thorak :
Konsolidasi di kedua
paru
Kesimpulan : +Pneumonia
TTV:
T : 38,6⁰C
N : 132x/mnt
R : 30x/mnt
TD: 140/80 mmHg
SPO2: 95 % memakai
oksigen nasal kanul 4L
A:Masalah tidak teratasi
P:Lanjut Intervensi
2. Rabu, Nyeri Kronis b.d PAIN MANAGEMENT: S:
45
P:Lanjutkan Intervensi
S:
Pasien mengatakan
masih nyeri pada saat
pasien batuk
P: Nyeri saat batuk
Q: Seperti ditusuk tusuk
R: Didada sebelah kiri IC
S: Skala 3 (1-5) sedang
18.00 T: Durasi 3 menit
O:
Pasien hanya
berbaring ditempat
tidur
Pasien tampak
meringis
TTV:
T : 37,9⁰C
N : 120x/mnt
R : 32x/mnt
TD: 140/80 mmHg
SPO2: 95 % memakai
oksigen nasal kanul 2L
A:Masalah belum teratasi
46
P:Lanjutkan Intervensi
S:
Pasien mengatakan
masih nyeri pada saat
pasien batuk
P: Nyeri saat batuk
Q: Seperti ditusuk tusuk
R: Didada sebelah kiri IC
S: Skala 3 (1-5) sedang
T: Durasi 3 menit
O:
22.00 Pasien hanya
berbaring ditempat
tidur
Pasien tampak
meringis
TTV:
T : 38,6⁰C
N : 132x/mnt
R : 30x/mnt
TD: 140/80 mmHg
SPO2: 95 % memakai
oksigen nasal kanul 4L
A:Masalah belum teratasi
P:Lanjutkan Intervensi
3. Rabu , Ansietas b.d ANXIETY REDUCTION S:
29, ancaman 1. Mengindentifikasi tingkat Pasien mengatakan
10.30 kematian kecemasan. pasien masih cemas
2. Menggunakan pendekatan dengan penyakitnya
yang menenangkan. O:
3. Menjelaskan prosedur tindakan Pasien tampak cemas
dan apa yang di rasakan selama Pasien tampak gelisah
prosedur. Pasien tampak susah
4. Membantu pasien mngenali tidur
situasi yang menimbulkan TTV:
kecemasan T : 37,7⁰C
N : 120x/mnt
R : 30x/mnt
TD: 130/80 mmHg
SPO2: 93% tanpa
oksigen
A: masalah tidak teratasi
P: lanjutkan intervensi
S:
Pasien mengatakan
pasien masih cemas
dengan penyakitnya
18.00 O:
47
S:
Pasien mengatakan
pasien masih cemas
dengan penyakitnya
O:
Pasien tampak cemas
Pasien tampak gelisah
Pasien tampak susah
tidur
TTV:
T : 38,6⁰C
N : 132x/mnt
22.00
R : 30x/mnt
TD: 140/80 mmHg
SPO2: 95 % memakai
oksigen nasal kanul 4L
A: Masalah tidak teratasi
P:lanjutkan intervensi
S:
pasien mengatakan
18.00 tidak nafsu makan
48
pasien mengatakan
makan hanya 4 sendok
O:
BB pasien menurun
Porsi makan pasien
sedikit
Leukosit : 27,4 ribu
A:masalah tidak teratasi
P: lanjutkan intervensi
S:
pasien mengatakan
tidak nafsu makan
pasien mengatakan
makan hanya 4 sendok
22.00 O:
BB pasien menurun
Porsi makan pasien
sedikit
Leukosit : 27,4 ribu
A:masalah tidak teratasi
P: lanjutkan intervensi
5. Rabu , Gangguan Pola 1. Mendetermitas efek-efek S:
29, Tidur b/d kurang medikasi terhadap pola tidur Pasien mengatakan
10.30 komtrol tidur 2. Menjelaskan pentingnya tidur tidak bisa tidur
yang adekurat nyenyak dan sering
3. Kolaborasi pemberian obat terbangun karena
tidur batuk, sesak nafas,
4. Memonitor waktu makan dan Klien mengatakan
minum dengan waktu tidur tidur 1-2 jam hari dan
5. Memonitor/ catat kebutuhan sering gelisah
tidur klien setiap hari dimalam hari
O:
Terlihat ada lipatan
kantung mata
Pasien terlihat gelisah
Pasien terlihat sesak
nafas
TTV:
T : 37,7⁰C
N : 120x/mnt
R : 30x/mnt
TD: 130/80 mmHg
SPO2: 93% tanpa oksigen
A: Masalah belum teratasi
P: Lanjutkan intervensi
S:
Pasien mengatakan
tidak bisa tidur
nyenyak dan sering
49
terbangun karena
batuk, sesak nafas,
18.00 Klien mengatakan
tidur 1-2 jam hari dan
sering gelisah
dimalam hari
O:
Terlihat ada lipatan
kantung mata
Pasien terlihat gelisah
Pasien terlihat sesak
nafas
TTV:
T : 37,9⁰C
N : 120x/mnt
R : 32x/mnt
TD: 140/80 mmHg
SPO2: 95 % memakai
oksigen nasal kanul 2L
A: Masalah belum teratasi
P:Lanjutkan intervensi
S:
Pasien mengatakan
tidak bisa tidur
nyenyak dan sering
terbangun karena
batuk, sesak nafas,
Klien mengatakan
tidur 1-2 jam hari dan
sering gelisah
dimalam hari
O:
Terlihat ada lipatan
kantung mata
Pasien terlihat gelisah
22.00
Pasien terlihat sesak
nafas
TTV:
T : 38,6⁰C
N : 132x/mnt
R : 30x/mnt
TD: 140/80 mmHg
SPO2: 95 % memakai
oksigen nasal kanul 4L
A: Masalah belum teratasi
P:Lanjutkan intervensi
50
S:
Pasien mengatakan
badannya meriang dan
demam
TTV:
TTV:
T : 37,9⁰C
N : 120x/mnt
R : 32x/mnt
TD: 140/80 mmHg
SPO2: 95 % memakai
18.00 oksigen nasal kanul 2L
Hasil foto thorak :
Konsolidasi di kedua
paru
Kesimpulan : +Pneumonia
Lab:
leukosit : 27,4 ribu
LED : 91 mm/jam
Trombosit: 180 ribu
Limfosit : 14.3 %
A: Masalah tidak teratasi
P: LanjutkanIntervensi
S:
51
Pasien mengatakan
badannya meriang dan
demam
O:
TTV:
T : 38,6⁰C
N : 132x/mnt
R : 30x/mnt
TD: 140/80 mmHg
SPO2: 95 % memakai
oksigen nasal kanul 4L
Hasil foto thorak :
Konsolidasi di kedua
paru
Kesimpulan : +Pneumonia
Lab:
22.00 leukosit : 27,4 ribu
LED : 91 mm/jam
Trombosit: 180 ribu
Limfosit : 14.3 %
A: Masalah tidak teratasi
P: LanjutkanIntervensi
7. Rabu, Hambatan EXERCISE THERAPY: S:
29, Mobilitas fisik 1. Memonitor vital sign Pasien mengatakan
10.30 sebelum/sesudah latihan dan tangan kanan dan
lihat respon pasien saat latihan. kedua kakinya lemah
2. Mengkaji kemampuan pasien dan sering keram
dalam mobilisasi. O:
3. Melatih pasien dalam Pasien gelisah
pemenuhan kebutuhan ADL Pasien terlihat
(Activity Daily Living) secara berbaring ditempat
mandiri. tidur
4. Mendampingi dan bantu pasien ADL pasien di bantu
saat mobilisasi dan bantu keluarga
penuhi kebutuhan ADL Pasien terlihat lemah
(Activity Daily Living) pasien. Skala Otot
3333 4444
3333 3333
A: Masalah belum teratasi
P: lanjutkan intervensi
S:
Pasien mengatakan
tangan kanan dan
kedua kakinya lemah
dan sering keram
O:
Pasien gelisah
Pasien terlihat
18.00
berbaring ditempat
52
tidur
ADL pasien di bantu
keluarga
Pasien terlihat lemah
Skala Otot
3333 4444
3333 3333
A: Masalah belum teratasi
P: lanjutkan intervensi
S:
Pasien mengatakan
tangan kanan dan
kedua kakinya lemah
dan sering keram
O:
Pasien gelisah
Pasien terlihat
berbaring ditempat
tidur
ADL pasien di bantu
keluarga
Pasien terlihat lemah
Skala Otot
22.00
3333 4444
3333 3333
A: Masalah belum teratasi
P: lanjutkan intervensi
No. Hari,tgl Diagnosa Implementasi Evaluasi paraf
,jam Keperawatan
1. Kamis, Ketidak efektifan 1. Mengbservasi secara berkala S:
31, bersihkan jalan pada fungsi respirasi, adanya Pasien mengatakan
11.00 nafas b/d suara nafas tambahan ronchi masih sesak nafas
Akumulasi Sekret 2. Memberikan posisi semi Pasien mengatakan
fowler atau dorsal batuk berdahak
3. Mengajarkan keluarga klien O:
melakukan fisioterapi dada Pasien terlihat sesak
4. Mengeluarkan secret dengan nafas
batuk efektif Nafas cepat
Bunyi nafas ronchi
Hasil foto thorak :
Konsolidasi di kedua
paru
Kesimpulan : +Pneumonia
TTV:
TD : 120/80 mmHg
N : 139 x/menit
RR : 32 x/menit
T : 38,4 ⁰C
Spo2: 89%tanpa o2
53
19.00 S:
Pasien mengatakan
masih sesak nafas
Pasien mengatakan
batuk berdahak
O:
Pasien terlihat sesak
nafas
Nafas cepat
Bunyi nafas ronchi
Hasil foto thorak :
Konsolidasi di kedua
paru
Kesimpulan : +Pneumonia
TTV:
TD : 160/90 mmHg
N : 140 x/menit
RR : 35 x/menit
T : 41⁰C
Spo2 : 93% nasal kanul 5
L
A: Masalah belum teratasi
P: Lanjutkan Intervensi
22.00 S:
Pasien mengatakan
masih sesak nafas
Pasien mengatakan
batuk berdahak
O:
Pasien terlihat sesak
nafas
Nafas cepat
Bunyi nafas ronchi
Hasil foto thorak :
Konsolidasi di kedua
paru
Kesimpulan : +Pneumonia
TTV
TD : 130/80 mmHg
N : 140 x/menit
RR : 32 x/menit
T :39,5⁰C
Spo2 : 82% tanpa o2
A: Masalah belum teratasi
P: lanjutkan intervensi
2. Kamis, Nyeri Kronis b.d PAIN MANAGEMENT: S:
54
S:
19.00 Pasien mengatakan
nyeri pada saat batuk
sudah tidak ada lagi
O:
Pasien tampak biasa
saat batuk
TTV:
TD : 160/90 mmHg
N : 140 x/menit
RR : 35 x/menit
T : 41⁰C
Spo2 :93% nasal kanul
5L
A: Masalah Teratasi
P: Observasi nyeri klien
22.00
S:
Pasien mengatakan
nyeri pada saat batuk
sudah tidak ada lagi
O:
Pasien tampak biasa
saat batuk
TTV:
TD : 130/80 mmHg
N : 140 x/menit
RR : 32 x/menit
T : 39,5⁰C
Spo2 :82% tanpa o2
A: Masalah Teratasi
P: Hentikan intervensi
3. Kamis, Ansietas b.d ANXIETY REDUCTION S:
31, ancaman 1. Mengindentifikasi tingkat Pasien mengatakan
11.00 kematian kecemasan. pasien masih cemas
2. Menggunakan pendekatan
55
P: lanjutkan intervensi
4. Kamis, Ketidakseimbang 1. Menganjurkan makan sedikit S:
31, an nutrisi kurang tapi sering dengan diet tinggi pasien mengatakan
11.00 dari kebutuhan kalori tinggi protein (TKTP) tidak nafsu makan
b.d 2. Menganjurkan keluarga untuk pasien mengatakan
Ketidakmampuan membawa makanan dari rumah makan hanya 4 sendok
menelan makanan terutama makanan yang O:
disukai klien BB pasien menurun
3. Menganjurkan pada ahli gizi Porsi makan pasien
untuk menentukan untuk sedikit
komposisi diet Leukosit : 27,4 ribu
4. Memberikan vitamin sesuai A: masalah tidak teratasi
indikasi P: lanjutkan intervensi
S:
19.00 pasien mengatakan
tidak nafsu makan
pasien mengatakan
makan hanya 5 sendok
O:
BB pasien menurun
Porsi makan pasien
sedikit
Leukosit : 27,4 ribu
A: masalah tidak teratasi
P: lanjutkan intervensi
22.00
S:
pasien mengatakan
tidak nafsu makan
pasien mengatakan
makan hanya 4 sendok
dan buah
O:
BB pasien menurun
Porsi makan pasien
sedikit
Leukosit : 27,4 ribu
A: masalah tidak teratasi
P: lanjutkan intervensi
5. Kamis, Gangguan Pola 1. Mendetermitas efek-efek S:
31, Tidur b/d kurang medikasi terhadap pola tidur Pasien mengatakan
11.00 control tidur 2. Menjelaskan pentingnya tidur tidak bisa tidur
yang adekurat nyenyak dan sering
3. Kolaborasi pemberian obat terbangun karena
tidur batuk, sesak nafas,
4. Memonitor waktu makan dan Klien mengatakan
minum dengan waktu tidur tidur 1-2 jam hari dan
5. Memonitor/ catat kebutuhan sering gelisah
tidur klien setiap hari dimalam hari
57
O:
Terlihat ada lipatan
kantung mata
Pasien terlihat gelisah
Pasien terlihat sesak
nafas
TTV:
TD : 120/80mmHg
N : 139 x/menit
RR : 32 x/menit
T : 38,4⁰C
Spo2: 89%tanpa o2
A: Masalah tidak teratasi
P: Lanjutkan Intervensi
19.00 S:
Pasien mengatakan
tidak bisa tidur
nyenyak dan sering
terbangun karena
batuk, sesak nafas,
Klien mengatakan
tidur 1-2 jam hari dan
sering gelisah
dimalam hari
O:
Terlihat ada lipatan
kantung mata
Pasien terlihat gelisah
Pasien terlihat sesak
nafas
TTV:
TD : 160/90mmHg
N : 140 x/menit
RR : 35 x/menit
T : 41⁰C
Spo2 : 93% nasal kanul 5
L
A: Masalah belum teratasi
22.00
P: Lanjutkan Intervensi
S:
Pasien mengatakan
tidak bisa tidur
nyenyak dan sering
terbangun karena
batuk, sesak nafas,
Klien mengatakan
tidur 1-2 jam hari dan
sering gelisah
58
dimalam hari
O:
Terlihat ada lipatan
kantung mata
Pasien terlihat gelisah
Pasien terlihat sesak
nafas
TTV
TD : 130/80mmHg
N : 140 x/menit
RR : 32 x/menit
T :39,5⁰C
Spo2 : 82% tanpa o2
A: Masalah belum teratasi
P: lanjutkan intervensi
6. Kamis, Hipertermi b.d FEVER TREATMENT S:
31, proses penyakit 1. Memonitor TTV Pasien mengatakan
11.00 2. Memonitorung warna dan suhu badannya meriang dan
kulit demam
3. Memberikan pengobatan untuk O:
mengatasi demam TTV:
4. Memonitor intake output TD : 120/80mmHg
5. Kolaborasi N : 139 x/menit
RR : 32 x/menit
T : 38,4⁰C
Spo2: 89%tanpa o2
Hasil foto thorak :
Konsolidasi di kedua
paru
Kesimpulan : +Pneumonia
Lab:
leukosit : 27,4 ribu
LED : 91 mm/jam
Trombosit: 180 ribu
Limfosit : 14.3 %
A: Masalah tidak teratasi
P: Lanjutkan Intervensi
19.00 S:
Pasien mengatakan
badannya meriang dan
demam
O:
TTV:
TD : 160/90mmHg
N : 140 x/menit
RR : 35x/menit
T : 41⁰C
Spo2 : 93% nasal kanul 5
L
59
19.00 S:
Pasien mengatakan
tangan kanan dan
kedua kakinya lemah
dan sering keram
O:
Pasien gelisah
Pasien terlihat
berbaring ditempat
tidur
ADL pasien di bantu
keluarga
Pasien terlihat lemah
Skala Otot
3333 4444
3333 3333
A: Masalah belum teratasi
P: lanjutkan intervensi
22.00 S:
Pasien mengatakan
tangan kanan dan
kedua kakinya lemah
dan sering keram
O:
Pasien gelisah
Pasien terlihat
berbaring ditempat
tidur
ADL pasien di bantu
keluarga
Pasien terlihat lemah
Skala Otot
3333 4444
3333 3333
A: Masalah belum teratasi
P: lanjutkan intervensi
No. Hari,tgl Diagnosa Implementasi Evaluasi paraf
,jam Keperawatan
1. Jum’at, Ketidak efektifan 1. Mengbservasi secara berkala S:
01, bersihkan jalan pada fungsi respirasi, adanya Pasien mengatakan
10.30 nafas b/d suara nafas tambahan ronchi masih sesak nafas
Akumulasi Sekret 2. Memberikan posisi semi Pasien mengatakan
fowler atau dorsal batuk berdahak
3. Mengajarkan keluarga klien O:
melakukan fisioterapi dada Pasien terlihat sesak
4. Mengeluarkan secret dengan nafas
61
18.00 S:
Pasien mengatakan
masih sesak nafas
Pasien mengatakan
batuk berdahak
O:
Pasien terlihat sesak
nafas
Nafas cepat
• Bunyi nafas
ronchi
• Hasil foto thorak :
Konsolidasi di kedua paru
Kesimpulan : +Pneumonia
TTV:
TD : 120/90 mmhg
N : 139 x/menit
RR : 36 x/menit
T : 40,3 ⁰C
Spo2 :92% terpasang nasal
5L
A : masalah belum teratasi
P :lanjutkan intervensi
22.00
S:
Pasien mengatakan
masih sesak nafas
Pasien mengatakan
batuk berdahak
O:
Pasien terlihat sesak
nafas
Nafas cepat
Bunyi nafas ronchi
62
S:
18.00 Pasien mengatakan
cemas klien berkurang
pasien mengatakan
pasrah dengan
penyakitnya
O:
pasien tampak pasrah
TTV:
TD : 120/90 mmhg
N : 139 x/meniit
RR : 36 x/menit
T : 40,3 x/menit
Spo2 :92% terpasang nasal
5L
A: Masalah teratasi
sebagian
P: lanjutkan intervensi
22.00 S:
63
Pasien mengatakan
cemas klien berkurang
pasien mengatakan
pasrah dengan
penyakitnya
O:
pasien tampak pasrah
pasien tampak tidur
TTV:
TD : 130/80 mmhg
N : 130 x/menit
RR : 33 x/menit
T : 39,2 ⁰C
Spo2 :81% tanpa o2
A: Masalah teratasi
sebagian
P: lanjutkan intervensi
3. Jum’at, Ketidakseimbang 1. Menganjurkan makan sedikit S:
01, an nutrisi kurang tapi sering dengan diet tinggi pasien mengatakan
10.30 dari kebutuhan kalori tinggi protein (TKTP) tidak nafsu makan
b.d 2. Menganjurkan keluarga untuk pasien mengatakan
Ketidakmampuan membawa makanan dari rumah makan hanya 4 sendok
menelan makanan terutama makanan yang O:
disukai klien BB pasien menurun
3. Menganjurkan pada ahli gizi Porsi makan pasien
untuk menentukan untuk sedikit
komposisi diet Leukosit : 27,4 ribu
4. Memberikan vitamin sesuai A: masalah tidak teratasi
indikasi P: lanjutkan intervensi
S:
18.00 pasien mengatakan
tidak nafsu makan
pasien mengatakan
makan hanya 4 sendok
O:
BB pasien menurun
Porsi makan pasien
sedikit
Leukosit : 27,4 ribu
A: masalah tidak teratasi
P: lanjutkan intervensi
22.00 S:
pasien mengatakan
tidak nafsu makan
pasien mengatakan
makan hanya 4 sendok
O:
BB pasien menurun
64
T : 40,3⁰C
Spo2 :92%terpasang nasal
5L
A: Masalah belum teratasi
P: lanjutkan intervensi
22.00
S:
Pasien mengatakan
tidak bisa tidur
nyenyak dan sering
terbangun karena
batuk, sesak nafas,
Pasien mengatakan
tidur 1-2 jam hari dan
sering gelisah
dimalam hari
O:
Terlihat ada lipatan
kantung mata
Pasien terlihat gelisah
Pasien terlihat sesak
nafas
TTV:
TD : 130/80 mmhg
N : 130 x/menit
RR : 33 x/menit
T : 39,2⁰C
Spo2 :81%tanpa o2
A: Masalah belum teratasi
P: lanjutkan intervensi
5. Jum’at, Hipertermi b.d FEVER TREATMENT S:
01, proses penyakit 1. Memonitor TTV Pasien mengatakan
10.30 2. Memonitorung warna dan suhu badannya meriang dan
kulit demam
3. Memberikan pengobatan untuk O:
mengatasi demam TTV:
4. Memonitor intake output TD : 120/90 mmhg
5. Kolaborasi N : 139 x/menit
RR : 32 x/menit
T : 38,6⁰C
Spo2 :88% tanpa o2
Hasil foto thorak :
Konsolidasi di kedua
paru
Kesimpulan : +Pneumonia
Lab:
leukosit : 27,4 ribu
LED : 91 mm/jam
Trombosit: 180 ribu
Limfosit : 14.3 %
66
18.00 S:
Pasien mengatakan
badannya meriang dan
demam
O:
TTV:
TD : 120/90 mmhg
N : 139 x/menit
RR : 36 x/menit
T : 40,3⁰C
Spo2 :92% terpasang nasal
5L
Hasil foto thorak :
Konsolidasi di kedua
paru
Kesimpulan : +Pneumonia
Lab:
leukosit : 27,4 ribu
LED : 91 mm/jam
Trombosit: 180 ribu
Limfosit : 14.3 %
A: Masalah belum teratasi
P: Lanjutkan intervensi
22.00
S:
Pasien mengatakan
badannya meriang dan
demam
O:
TTV:
TD : 130/80 mmhg
N : 130 x/menit
RR : 33 x/menit
T : 39,2⁰C
Spo2 :81%tanpa o2
Hasil foto thorak :
Konsolidasi di kedua
paru
Kesimpulan : +Pneumonia
Lab:
leukosit : 27,4 ribu
LED : 91 mm/jam
Trombosit: 180 ribu
Limfosit : 14.3 %
A: Masalah belum teratasi
P: lanjutkan intervensi
6. Jum’at, Hambatan EXERCISE THERAPY: S:
01, Mobilitas fisik 1. Memonitor vital sign Pasien mengatakan
67
18.00 S:
Pasien mengatakan
tangan kanan dan
kedua kakinya lemah
dan sering keram
O:
Pasien gelisah
Pasien terlihat
berbaring ditempat
tidur
ADL pasien di bantu
keluarga
Pasien terlihat lemah
Skala Otot
3333 4444
3333 3333
A: Masalah belum teratasi
P: lanjutkan intervensi
22.00
S:
Pasien mengatakan
tangan kanan dan
kedua kakinya lemah
dan sering keram
O:
Pasien gelisah
Pasien terlihat
berbaring ditempat
tidur
ADL pasien di bantu
keluarga
Pasien terlihat lemah
Skala Otot
68
3333 4444
3333 3333
A: Masalah belum teratasi
P: lanjutkan intervensi
No. Hari,tgl Diagnosa Implementasi Evaluasi paraf
,jam Keperawatan
1.. sabtu, Ketidak efektifan 1. Mengbservasi secara berkala S:
02, bersihkan jalan pada fungsi respirasi, adanya Pasien mengatakan
12.00 nafas b/d suara nafas tambahan ronchi masih sesak nafas
Akumulasi Sekret 2. Memberikan posisi semi Pasien mengatakan
fowler atau dorsal batuk berdahak
3. Mengajarkan keluarga klien O:
melakukan fisioterapi dada Pasien terlihat sesak
4. Mengeluarkan secret dengan nafas
batuk efektif Nafas cepat
Bunyi nafas ronchi
Hasil foto thorak :
Konsolidasi di kedua
paru
Kesimpulan : +Pneumonia
TTV:
TD : 90/60 mmhg
N : 108 x/menit
RR : 28 x/menit
T : 38,9 ⁰C
SPO2: 96% memakai O2
nasal 3L
A: Masalah teratasi
sebagian
P: Intervensi dihentikan
pasien pindah ruangan (icu
paru)
2.. Sabtu, Ansietas b.d ANXIETY REDUCTION S:
02, ancaman 1. Mengindentifikasi tingkat Pasien mengatakan
12.00 kematian kecemasan. cemas klien berkurang
2. Menggunakan pendekatan pasien mengatakan
yang menenangkan. pasrah dengan
3. Menjelaskan prosedur tindakan penyakitnya
dan apa yang di rasakan selama O:
prosedur. pasien tampak pasrah
4. Membantu pasien mngenali TTV:
situasi yang menimbulkan TD : 90/60 mmhg
kecemasan N : 108 x/menit
RR : 28 x/menit
T : 38,9 ⁰C
SPO2: 96% memakai O2
nasal 3L
A: Masalah teratasi
sebagian
P: Intervensi dihentikan
69
BAB IV
PENUTUP
A. Kesimpulan
Pneumonia adalah suatu proses peradangan dimana terdapat
konsolidasi yang disebabkan pengisian rongga alveoli oleh eksudat.
Pertukaran gas tidak dapat berlangsung pada daerah yang mengalami
konsolidasi dan darah dialirkan kesekitar alveoli yang tidak berfungsi.
Hipoksia dapat terjadi tergantung banyaknya jaringan paru-paru yang
sakit (Irman Somantri, 2008: 67).
Pneumonia adalah proses peradangan pada parenkim paru-paru,
yang biasanya dihubungkan dengan meningkatnya cairan pada alveoli
(Santa Manurung, 2009: 93).
B. Saran
1. Bagi ilmu keperawatan
Dapat menjadi buhan referensi untuk pengembangan ilmu
keperawatan terutama masalah pneumonia
2. Bagi stikes cahaya bangsa
Dapat menjadi bahan pustaka, menambah wawasan dan
pengetahuan bagi mahasiswa lain tentang pneumonia
3. Bagi mahasiswa
Dapat mengetahui dan menambah wawasan bagi mahasiswa
lain serta agar lenh dapat dikembangkan untuk masa yang akan
datang selanjutnya.
72
DAFTAR PUSTAKA