Anda di halaman 1dari 72

1

BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang
Pneumonia adalah peradangan dari parenkim paru, dimana asinus terisi
dengan cairan radang, dengan atau tanpa disertai infiltrasi dari sel radang ke
dalam dinding alveoli dan rongga interstisium (1). Infeksi saluran nafas bawah
masih tetap merupakan masalah utama dalam bidang kesehatan, baik di negara
yang sedang berkembang maupun yang sudah maju. WHO 1999 menyebutkan
bahwa penyebab kematian tertinggi akibat penyakit infeksi di dunia adalah infeksi
saluran nafas akut termasuk pneumonia.Di Indonesia, dari buku SEAMIC Health
Statistic 2001, pneumonia merupakan penyebab kematian nomor enam. Sedang
dari hasil survei Kesehatan Rumah Tangga Depkes tahun 2001, penyakit infeksi
saluran nafas bagian bawah menempati urutan ke-2 sebagai penyebab kematian.
Di RSU Dr.Soetomo, pneumonia menduduki peringkat ke-4 dari sepuluh penyakit
terbanyak yang dirawat pertahun. Angka kematian pneumonia yang dirawat inap
berkisar antara 20-35% (2). Bayi dan anak kecil lebih rentan terhadap penyakit ini
karena respon imunitas mereka masih belum berkembang dengan baik. Orang tua,
pasien pasca bedah, peminum alkohol, dan penderita penyakit pernafasan kronik
atau infeksi virus juga mudah terserang penyakit ini. Hampir 60% dari pasien-
pasien yang kritis di ICU dapat menderita pneumonia(3).
B. Tujuan
1. Umum
Melakukan asuhan keperawatan pada klien dengan penyakit Pneumonia.
2. Khusus
a. Melakukan Pengkajian tentang penyakit Pneumonia
b. Melakukan intervensi terapi farmakologi dan non farmakologi pada klien
dengan penyakit pneumonia

3
2

c. Melakukan implementasi terapi farmakologi dan non farmakologi pada


klien dengan penyakit Pneumonia
d. Mendokumentasikan hasil pengkajian, intervensi dan implementasi
C. Manfaat
1. Manfaat teoritis
Dapat menjelaskan cara mengatasi sesak pada pasien pneumonia.
2. Bagi petugas kesehatan
Diharapkan laporan asuhan keperawatan ini dapat menjadi tambahan
informasi bagi petugas kesehatan untuk mengontrol sesak dengan
menggunakan terapii farmakologi dan non farmakologi
3. Bagi klien
Dapat meningkatkan pengetahuan untuk mengatasi sesak pada pasien
pneumonia.
3

BAB II
TINJAUAN TEORITIS
A. Defenisi
Pneumonia adalah suatu proses peradangan dimana terdapat konsolidasi yang
disebabkan pengisian rongga alveoli oleh eksudat. Pertukaran gas tidak dapat
berlangsung pada daerah yang mengalami konsolidasi dan darah dialirkan
kesekitar alveoli yang tidak berfungsi. Hipoksia dapat terjadi tergantung
banyaknya jaringan paru-paru yang sakit (Irman Somantri, 2008: 67).
Pneumonia adalah proses peradangan pada parenkim paru-paru, yang
biasanya dihubungkan dengan meningkatnya cairan pada alveoli (Santa
Manurung, 2009: 93).
Pneumonia adalah proses inflamasi parenkim paru yang terdapat konsolidasi
dan terjadi pengisian rongga alveoli oleh eksudat yang dapat disebabkan oleh
bakteri, virus, jamur dan benda – benda asing (Arif Muttaqin, 2008: 98).
Pneumonia adalah infeksi yang terjadi pada paru-paru. Penyakit yang juga dikenal
dengan istilah radang paru-paru ini dapat menyerang berbagai kalangan usia, baik
dewasa maupun anak-anak. Pneumonia terjadi karena serangan bakteri, virus,
atau jamur. Penyebab pneumonia yang paling umum adalah Streptococcus
pneumonia, Haemophilus influenzae tipe b (Hib), serta respiratory syncytial virus.
Sementara Pneumocystis jiroveci adalah penyebab pneumonia pada bayi yang
menderita HIV. Wasapadai juga bila buah hati menderita batuk atau flu akut.
Karena gangguan kesehatan tersebut juga dapat memicu pneumonia (WHO,
2013).
Jadi Kesimpulannya Pneumonia adalah suatu penyakit infeksi atau
peradangan pada organ paru-paru yang disebabkan oleh bakteri, virus, jamur
ataupun parasit di mana pulmonary alveolus (alveoli) yang bertanggung jawab
menyerap oksigen dari atmosfer menjadi “inflame” dan terisi oleh cairan.

3
4

B. Etiologi
Adapun etiologi dari pneumonia adalah bakteri, virus, mikoplasma, jamur dan
protozoa:
1. Bakteri : Streptococus Pneumoniae, Staphylococus aureus.
2. Virus : influenza, parainfluenza, dan adenovirus.
3. Jamur : kandidiasis, histoplasmosis dan kriptokokkis.
4. Protozoa : pneumokistis karinii pneumonia.
Adapun yang dapat menjadi faktor resiko adalah merokok, polusi udara,
infeksi saluran pernafasan atas, gangguan kesadaran (alkohol, overdosis obat,
anestesi umum), intubasi trakhea, imobilisasi lama, terapi imunosupresif
(kortikosteroid, kemoterapi), tidak berfungsinya system imun (AIDS) dan sakit
gigi (Santa Manurung, 2009: 94).
C. Tanda gejala
Menurut Santa Manurung, 2009 apabila menemukan klien dengan penyakit
pneumonia, maka gejala-gejala yang dapat ditemui pada klien secara umum
adalah:
1. Demam tinggi ≥ 40⁰C
2. Berkeringat
3. Batuk dengan sputum yang produktif
4. Sesak nafas, retraksi intercostal
5. Sakit kepala
6. Mudah merasa lelah dan
7. Nyeri dada.
D. Patofisiologi
Agen penyebab pneumonia masuk ke paru-paru melalui inhalasi ataupun
aliran darah. Diawali dari saluran pernapasan dan akhirnya masuk kesaluran
pernapasan bawah. Kemudian timbul reaksi peradangan pada dinding bronkhus.
5

Sel menjadi radang berisi eksudat dan sel epitel menjadi rusak (Santa Manurung,
2009: 94).
Phatway

Jamur,Bakteri,protozoa
Resti terhadap
penyebaran infeksi

Masuk alveoli

Peningkatan Kongestif (4-12 jam)


suhu tubuh Nyeri Pleuritik
eksudat dan seruos
masukalveoli

Hepatisasi merah, (48 jam)


paru-paru tampak merah Penumpukan cairan
dan bergranula karena SDM dalam allveoli
Berkeringat Metabolisme
dan leukosit DMN mengisi
meningkat
alveoli

Resti kekurangan Resti nutrisi kurang


Hepatisasi kelabu ( 3-8 hari)
Volume cairan dari kebutuhan tubuh
paru-paru tampak kelabu
Resolusi 7-11
karena leukosit dan fibrin
hari
mengalami konsolidasi
Mual,Muntah didalam alveoli

Konsolidasi
Sputum Gangguan
jaringan paru
kental pertukaran Gas

Compliance paru
Gangguan bersihan menurun Suplai o2
jalan nafas menurun
Gangguan
pola nafas
Intoleransi
aktifitas
6

E. Pemeriksaan penunjang
Menurut Santa Manurung, 2009, ntuk menegakkan diagnosa penyakit
pneumonia, maka disamping hasil anamnesa dari klien test diagnostik yang sering
dilakukan adalah :
1. Pemeriksaan rontgen: dapat terlihat infiltrat pada parenkim paru.
2. Laboratorium:
a. AGD: dapat menjadi asidosis metabolik dengan atau retensi CO2.
b. DPL: biasanya terdapat leukositosis. Laju Endap Darah (LED) meningkat.
c. Elektrolit: natrium dan klorida dapat menurun.
d. Bilirubin: mungkin meningkat.
e. Kultur sputum: terdapat mikroorganisme.
f. Kultur darah: bakteria sementara
g. Test sensitivitas antibiotika
h. Fungsi paru: volume dapat menurun.
F. Komplikasi
Komplikasi yang dapat terjadi apabila klien pneumonia tidak tertangani secara
cepat dan tepat adalah empiema, empisema, atelektasis, otitis media akut dan
meningitis (Santa Manurung, 2009: 97). Bila infeksi terus berlanjut akan terjadi
sepsis, gagal napas dan kematian.
G. Penatalaksanaan
1. Penatalaksanaan Keperawatan
Klien yang mengalami retensi sekresi dan gangguan oksigenasi,
seperti pneumonia membutuhkan bantuan untuk mengencerkan atau
mengeluarkan sekresi. Fisioterapi dada mencakup tiga tehnik; drainase
postural, perkusi dada dan vibrasi. Waktu yang optimal untuk melakukan
tehnik ini adalah sebelum klien makan dan menjelang klien tidur malam.
Pada tehnik drainase postural, klien dibaringkan dalam berbagai posisi
spesifik untuk memudahkan drainase mukus dan sekresi dari bidang paru.
Gaya gravitasi digunakan untuk meningkatkan drainase sekresi. Perkusi
7

dilakukan dengan kedua telapak tangan anda yang membentuk “setengah


bulan” dengan jari-jari tangan anda rapat satu sama lain. Secara bergantian
tepukkan telapak tangan anda tersebut di atas dada klien. Instruksikan klien
untuk membatukan dan mengeluarkan sekresi. Tehnik vibrasi dilakukan
dengan meletakkan telapak tangan anda dalam posisi rata di atas dada klien
dan menggetarkannya (Niluh Gede Yasmin, 2004: 74).
2. Penatalaksanaan Medis
Klien diposisikan dalam keadaan fowler dengan sudut 45°. Kematian
sering kali berhubungan dengan hipotensi, hipoksia, aritmia kordis, dan
penekanan susunan saraf pusat, maka penting untuk dilakukan pengaturan
keseimbangan cairan elektrolit dan asam-basa dengan baik, pemberian O2 di
alveoli-arteri, dan mencegah hipoksia seluler. Pemberian O2 sebaiknya dalam
konsentrasi yang tidak beracun (PO240) untuk mempertahankan PO2 arteri
sekitar 60-70 mmHg dan juga penting mengawasi pemeriksaan analisa gas
darah. Pemberian cairan intravena untuk IV line dan pemenuhan hidrasi tubuh
untuk mencegah penurunan volume cairan tubuh secara umum. Bronkodilator
seperti Aminofilin dapat diberikan untuk memperbaiki drainase sekret dan
distribusi ventilasi. Kadang-kadang mungkin timbul dilatasi lambung
mendadak, terutama jika pneumonia mengenai lobus bawah yang dapat
menyebabkan hipotensi. Jika hipotensi terjadi, segera atasi hipoksemia arteri
dengan cara memperbaiki volume intravaskular dan melakukan dekompresi
lambung. Kalau hipotensi tidak dapat diatasi, dapat dipasang kateter Swan-
Ganz dan infus Dopamin (2-5µg/kg/menit). Bila perlu dapat diberikan
analgesik untuk mengatasi nyeri pleura. Pemberian antibiotik terpilih,
diberikan selama sekurang-kurangnya seminggu sampai klien tidak
mengalami sesak napas lagi selama tiga hari dan tidak ada komplikasi lain.
Klien dengan abses paru dan empiema memerlukan antibiotik yang lama.
Untuk klien yang alergi terdapat Penisilin dapat diberikan Eritromisin.
Tetrasiklin jarang digunakan untuk pneumonia karena banyak resisten.
8

Pemberian sefalosporin harus hati-hati untuk klien yang alergi terhadap Penisilin
karena dapat menyebabkan reaksi hipersensitif silang terutama dari tipe
anafilaksis. Dalam 12-36 jam, setelah pemberian penisilin, suhu, denyut nadi,
frekuensi pernafasan menurun serta nyeri pleura menghilang. Pada ±20% klien,
demam berlanjut sampai lebih dari 48 jam setelah obat dikonsumsi (Arif
Muttaqin, 2008: 105).
H. Rencana Asuhan Klien Dengan Gangguan Phenemonia
1. Pengkajian
a. Anamesis
Keluhan utama yang sering menjadi alasan klien dengan pneumonia untuk
meminta pertolongan kesehatan adalah sesak napas, batuk berdahak dan
peningkatan suhu tubuh/demam.
b. Pemeriksaan fisik
Keadaan umum
Hasil pemeriksaan tanda-tanda vital pada klien dengan pneumonia
biasanya didapatkan peningkatan suhu tubuh lebih dari 40ºC, frekuensi
napas meningkat dari frekuensi normal, denyut nadi biasanya meningkat
seirama dengan peningkatan suhu tubuh dan frekuensi pernapasan dan
apabila tidak melibatkan infeksi sistematis yang berpengaruh pada
hemodinamika kardiovaskuler tekanan darah biasanya tidak ada masalah.
Inspeksi
Bentuk dada dan gerakan pernapasan. Gerakan pernapasan simetris. Pada
klien dengan pneumonia sering ditemukan peningkatan frekuensi napas
cepat dan dangkal, serta danya retraksi sternum dan intercostal space
(ICS). Napas cuping hidung pada sesak berat dialami terutama oleh anak-
anak. Batuk dan sputum. Pada saat dilakukan pengkajian batuk pada klien
dengan pneumonia, biasanya didapatkan batuk produktif disertai dengan
adanya peningkatan produksi sekret dan sekresi sputum yang purulen.
9

Palpasi
Gerakan dinding thoraks anterior/ ekskrusi pernapasan. Pada palpasi klien
dengan pneumonia, gerakan dada saat bernapas biasanya normal dan
seimbang antara bagian kanan dan kiri. Getaran suara (fremitus vokal).
Taktil fremitus pada klien dengan pneumonia biasanya normal.
Perkusi
Pasien dengan pneumonia tanpa disertai komplikasi, biasanya didapatkan
bunyi resonan atau sonor pada seluruh lapang paru. Bunyi redup perkusi
pada klien dengan pneumonia didapatkan apabila bronkhopneumonia
menjadi suatu sarang (kunfluens).
Auskultasi
Pada klien dengan pneumonia, didapatkan bunyi napas melemah dan
bunyi napas tambahan ronkhi basah pada sisi yang sakit. Penting bagi
perawat pemeriksa untuk mendokumentasikan hasil auskultasi di daerah
mana didapatkan adanya ronkhi.
c. Pemeriksaan penunjang
- Pemeriksaan Rontgen
- Pemeriksaan Lab
d. Diagnosa keperawatan
Diagnosa keperawatan yang sering muncul pada pasien pneumonia, yaitu:
Diagnosa I: Ketidakefetifan bersihan jalan napas yang berhubungan
dengan sekresi mukus yang kental, kelemahan, upaya batuk buruk, dan
edema trakheal/faringeal.
a) Definisi: ketidakmampuan untuk membersihkan sekresi atau obstruksi
dari saluran napas untuk mempertahankan bersihan jalan
10

b) Batasan karakteristik
 Tidak ada batuk  Pernurunn bunyi napas
 Suara napas tambahan  Dispnea
 Perubahan frekuensi napas  Sputum dalam jumlah
 Sianosis yang berlebihan
 Perubahan irama napas  Batuk yang tidak efektif
 Kesulitan  Ortopnea
berbicara/mengeluarkan  Gelisah
suara  Mata terbuka lebar
c) Faktor yang berhubungan

Lingkungan Fisiologis
 Perokok pasif  Jalan napas alergik
 Menghisap asap rokok  Asma
 Merokok  Penyakit paru obstruksi
Obstruksi jalan napas kronis
 Spasme jalan napas  Hiperplasia dinding bronkial
 Mukus dalam jumlah  Infeksi
berlebihan  Disfungsi neuromuskular
 Eksudat dalam alveoli
 Materi asing dalam jalan
napas
 Adanya jalan napas
buatan
 Sekresi yang
tertahan/sisa sekresi
 Sekresi dalam bronki
11

Diagnosa II: Resiko tinggi gangguan pertukaran gas yang berhubungan


dengan penurunan jaringan efektif paru, atelektasis, kerusakan membran
alveolar-kapiler, dan edema bronkhial.

a) Definisi: Kelebihan atau kekurangan dalam oksigenasi dan atau


pengeluaran karbondioksida di dalam membran kapiler alveoli.
b) Batasan karakteristik
 Gangguan penglihatan  Dyspnoe
 Penurunan co2  Nasal faring
 Takikardi  Agd normal
 Hiperkapnia  Sianosis
 Keletihan  Warna kulit abnormal
 Somnolen (pucat, kehitaman)
 Iritabilitas  Hipoksemia
 Hypoxia  Hiperkarbia
 Kebingungan  Sakit kepala ketika
bangun
 Frekuensi dan kedalaman
nafas abnormal
c) Faktor yang berhubungan
1) Ketidakseimbangan perfusi ventilasi
2) Perubahan membran kapiler-alveolar
e. Perencanaan
Ketidakefetifan bersihan jalan napas yang berhubungan dengan sekresi
mukus yang kental, kelemahan, upaya batuk buruk, dan edema
trakheal/faringeal.
NOC:
 Pencegahan aspirasi; tindkaan personal untuk mencegah masuknya
cairan atau partikel padat kedalam paru.
12

 Status pernapasan: ventilasi; pergerakan udara yang masuk dan keluar


ke dan dari paru.Status pernapasan: kepatenan jalan napas; jalur napas
 trakeobronkial bersih dan terbuka untuk pertukaran gas.
a) Tujuan dan kriteria hasil
Tujuan :
 Menunjukkan bersihan jalan napas yang efektif yang dibuktikan
oleh, pencegahan aspirasi, status pernapasan: ventilasi tidak
terganggu dan status pernapasan: kepatenan jalan napas
 Menunjukkan status pernapasan: kepatenan jalan napas, yang
dibuktikan oleh indicator sebagai berikut:
- gangguan eksterm.
- berat.
- sedang.
- ringan.
- tidak ada gangguan
Kriteria Hasil :
 batuk efektif
 mengeluarkan secret secara efektif
 mempunyai jalan napas yang paten
 pada pemeriksaan auskultasi, memiliki suara napas yang jernih
 mempunyai irama dan frekuensi pernapasan dalam rentang normal
b) intervensi keperawatan dan rasional
intervensi rasional
Mandiri Penurunan bunyi napas menunjukkan
Kaji fungsi pernapasan (bunyi napas, akumulasi sekret dan
kecepatan, irama, kedalaman, dan ketidakefektifan pengeluaran sekresi
penggunaan otot bantu napas). yang selanjutnya dapat menimbulkan
penggunaan otot bantu napas dan
13

peningkatan kerja pernapasan.


Kaji kemampuan klien Pengeluaran sulit bila sekret sangat
mengeluarkan sekresi. Lalu catat kental (efek infeksi dan hidrasi yang
karakter dan volume sputum. tidak adekuat)
Berikan posisi semi/fowler tinggi Posisi fowler memaksimalkan
ekspansi paru dan menurunkan upaya
dan bantu klien latihan napas dalam
bernapas. Ventilasi maksimal
dan batuk efektif. membuka area atelektasis dan
meningkatkan gerakan sekret kejalan
napas besar untuk dikeluarkan.

Pertahankan intake cairan sedikitnya Hidrasi yang adekuat membantu


2500 ml/hari kecuali tidak mengencerkan sekret dan
diindikasikan. mengefektifkan pembersihan jalan
napas.
Bersihkan secret dari mulut dan Mencegah obstruksi dan ispirasi.
trakea, bila perlu lakukan Pengisapan diperlukan bila klien
pengisapan (suction). tidak mampu mengeluarkan sekret.
Eliminasi lendir dengan suction
sebaiknya dilakukan dalam jangka
waktu kurang dari 10 menit dengan
pengawasan efek samping suction.
Kolaborasi pemberian obat sesuai Pengobatan antibiotik yang ideal
indikasi. berdasarkan pada tes uji resistensi
Obat antibiotik. bakteri terhadap jenis antibiotik
sehingga lebih mudah mengobati
pneumonia.
Agen mukolitik Agen mukolitik menurunkan
kekentalan dan perlengketan sekret
paru untuk memudahkan
pembersihan.
14

Resiko tinggi gangguan pertukaran gas yang berhubungan dengan


penurunan jaringan efektif paru, atelektasis, kerusakan membran alveolar-
kapiler, dan edema bronkhial.

a) Tujuan dan kriteria hasil


 Mendemonstrasikan peningkatan ventilasi dan oksigenasi yang
adekuat
 Memelihara kebersihan paru paru dan bebas dari tanda tanda
distress pernafasan
 Mendemonstrasikan batuk efektif dan suara nafas yang bersih,
tidak ada sianosis dan dyspneu (mampu mengeluarkan sputum,
mampu bernafas dengan mudah, tidak ada pursed lips)
 Tanda tanda vital dalam rentang normal
b) Intervensi Keperawatan
Intervensi Rasional
Mandiri Pneumonia mengakibatkan efek luas
Kaji dispnea, takipnea, bunyi nafas, pada paru, bermula dari bagian kecil
peningkatan upaya pernapasan, bronkhopenia sampai inflamasi difus
ekspansi thoraks, dan kelemahan. yang luas, nekrosis, efusi pleura, dan
fibrosis yang luas. Efeknya terhadap
pernapasan bervariasi dari gejala
ringan, dispnea berat, dan distres
pernapasan.
Evaluasi perubahan tingkat Akumulasi sekret dan berkurangnya
kesadaran, catat sianosis dan jaringan paru yang sehat dapat
perubahan warna kulit – termasuk mengganggu oksigenasi organ vital
membran mukosa dan kuku. dan jaringan tubuh.
Ajarkan dan dukung pernapasan Membuat tahanan melawan udara luar
15

bibir selama ekspirasi khususnya untuk mencegah kolaps/penyempitan


untuk klien dengan fibrosis dan jalan napas sehingga membantu
kerusakan parenkim paru menyebarkan udara melalui paru dan
mengurangi napas pendek.
Tingkatkan tirah baring, batasi Menurunkan konsumsi oksigen
aktivitas, dan bantu kebutuhan selama priode penurunan pernapasan
perawatan diri sehari – hari sesuai dan dapat menurunkan beratnya
keadaan klien. gejala.
Kolaborasi Penurunan kadar O2 (PO2) dan/ atau
Pemeriksaan AGD saturasi, peningkatan PCO2
menunjukkan kebutuhan untuk
intervensi/perubahan program terapi.
Pemberian oksigen sesuai Terapi oksigen dapat mengoreksi
kebutuhan tambahan. hipoksemia yang terjadi akibat
penurunan ventilasi/ menurunnya
permukaan alveolar paru.
Kortikosteroid. Kortikosteroid berguna pada
keterlibatan luas dengan hipoksemia
dan bila reaksi inflamasi mengancam
kehidupan.
Berikan kebutuhan cairan ekstra. Peningkatan suhu tubuh
mengakibatkan penguapan cairan
tubuh meningkat, sehingga perlu
diimbangi dengan intake cairan yang
banyak.
16

BAB III

ASUHAN KEPERAWATAN

ASUHAN KEPERAWATAN PADA PASIEN Tn.F DENGAN CAP

DI RUANG DAHLIA RSUD ULIN BANJARMASIN

I. PENGKAJIAN
A. Identitas Klien
Nama :Tn. F

Jenis Kelamin : Laki-laki

Umur : 41 Tahun

Suku : Banjar

Alamat : jl.Sutoyo xxx

Agama : Islam

Pendidikan : SD

Pekerjaan : Penjaga Keamanan

Status Perkawinan : Menikah

No. Medical Record : 141xxxx

Tanggal masuk : 17 Januari 2019, Pukul 14.00 wita

Tanggal pengkajian : 28 Januari 2019, Pukul 18.15 wita

Diagnosa Medis : CAP+SuspTB Newcase

B. Identitas PenanggungJawab
Nama : Ny.F
Umur : 38 Tahun

16
17

Jenis kelamin : Perempuan


Pendidikan : SMP
Pekerjaan : IRT
Hubungan dengan pasien : Istri pasien
Alamat : Jl.Sutoyo xxx
C. Riwayat Pengkajian
1. Keluhan Utama
Pasien mengatakan mengeluh batuk berdahak dan terasa nyeri pada dada saat
batuk, sesak napas, meriang, pusing dan demam. Pasien juga mengatakan
gelisah dan susah tidur karena sesak nafas dan batuknya.
P: Nyeri saat pasien batuk (Pneumonia)
Q: Seperti di tusuk-tusuk
R: Di dada sebelah kiri IC 4
S: Skala 3 (1-5) Sedang
T: Durasi 3 menit, Hilang timbul
2. Riwayat Penyakit Sekarang
Pasien mengatakan kurang lebih 3 bulan sebelum di bawa ke Puskesmas
Teluk dalam pasien mengeluh nyeri pada bahu kanan terutama saat di
gerakan, batuk berdahak disertai darah sebanyak ± 2 sendok makan, dan
berwarna merah bercampur sputum. Untuk mengurangi keluhan pasien
minum obat yang di beli di warung ( Ampicilin,PCT dan mixcadin) nyeri
bahu berkurang namun pasien masih batuk dan keluar darah. Setelah itu
pasien tidak pernah ke puskesmas lagi untuk memeriksakan dirinya dirinya.
Setelah 3 bulan tidak ada perubahan pasien masih batuk di sertai darah, lalu
pasien dibawa kepuskesmas Teluk Dalam pada tanggal 7 Januari 2019 Jam
08.00, dan di rujuk ke IGD RSUD Ulin Banjarmasin pada pukul 14:00 Wita,
dan di lakukan pemeriksaan penunjang lab,rontgen tindakan pengobatan,
hasil analisa dari IGD pasien di diagnosa CAP +Susp TB Paru Newcase dan
masuk rawat inap di Ruang Dahlia pada jam `17:00 Wita, Selama di ruangan
18

pasien sudah di berikan pengobatan dan pasien dan di lakukan pemeriksaan


penunjang (Hasil Leukosit pada tanggal 17 Jaunuari 2019: 17,2 Ribu) Dan
pasien di berikan obat antibiotik ( Levoploxacin 1x750 mg), lalu hasil
Laboratorium pada tanggal 19 Januari 2019 18,5 Ribu/Ul masih diberikan
antibiotik (Levoploxacin 1x750 mg) dan hasil Sputum BTA SPS (Negatif)
Hasil leukosit pada tanggal 21 Januari 2019 (19,6 Ribu) dan masih diberikan
lagi antibiotik (Levoploxacin 1x750mg) pada tanggal 22 Januari pemeriksaan
Kultur sementara (tunggu hasil) (Levoploxacin 1x750mg) “Resisten dan di
ganti dengan Meropenem 3x1gr pada tanggal 23 Januari 2019, Hasil leukosit
tanggal 24 Januari 2019 (24,5Ribu) lanjut antibiotik meropenem dan Hasil
leukosit pada tanggal 28 januari 2019 (27,4 ribu/ul) Hasil kultur menunjukan
Meropenem “resisten” dan di ganti dengan Vancomicyn. Saat pengkajian
pasien masih mengeluh sesak nafas dan batuk berdahak tidak keluar darah
mash nyeri pada dada saat batuk di sertai demam.
3. Riwayat Penyakit Dahulu
Pasien mengatakan pernah mengalami sakit batuk pilek dan demam, tetapi
tidak pergi ke RS atau puskesmas terdekat hanya memakan obat diwarung
biasa( Ampicilin,PCT dan mixcadin) . Pasien juga mengatakan bahwa dia
pernah batuk dan mengeluarkan darah pada tahun 2001 tapi tidak penah
memeriksakan kesehatanya.
4. Riwayat Penyakit Keluarga
Pasien mengatakan didalam keluargannya, ayah dan paman pasien juga
pernah mengalami penyakit dan gejala yang sama, ibu dan saudaranya yang
lain tidak ada yang mempunyai riwayat penyakit TB paru, dan penyakit
lainnya seperti Tekanan darah tinggi Diabetes Mellitus dan penyakit menular
lainnya.
5. Genogram
Keterangan :
19

Meninggal

Perempuan

Laki-laki

Pasien

Satu rumah

Tn.F memiliki 4 saudara 2 saudara perempuan dan 1 saudara laki-laki,. Ayah


pasien meninggal dan mempunyai riwat penyakit TB Paru, ibu pasien
meninggal karena gastritis. pasien tinggal bersama istri dan anak-anaknya
dan pasien memiliki 3 orang anak 2 anak laki-laki dan 1 anak perempuan.
D. Riwayat Akativitas Sehari-Hari
No Kebutuhan Sebelum Sakit Setelah Sakit
1. Nutrisi
a. BB dan TB 47 kg dan 164 43kg dan 164
b. Diet Tidak ada TKTP+NB
c. Kemampuan
 Mengunyah Baik Baik
 Menelan Baik Sariawan dan
Mandiri radang tenggorokan
<3x Sehari sehinggah susah
menelan.
 Bantuan total / sebagian 3 porsi Habis Mandiri
c. Frekuensi Tidak Ada >3x Sehari
d. Porsi makan Ikan Haruan 4 sendok
e. Makanan yang menimbulkan alaergi Tidak Ada
f. Makanan yang di suka Pisang, Apel
2 Cairan
a. Intake
 Oral Air Putih, Teh Air Putih, Teh
 Jumlah cc/hari 1.540 cc/Hari 1100 cc/Hari
b. Output
 Oral Tidak Ada Tidak Ada
Tidak Ada
 Jumlah cc/hari Tidak Ada
3 Eliminasi
20

a. BAB
 Frekuensi 1x/Hari 1x/ 2-3Hari
 Konsistensi Lembek Lembek
 Warna Kuning Kuning
 Keluhan Tidak Ada Tidak Ada
 Bantuan total/sebagian Mandiri Bantuan Sebagian
b. BAK
 Frekuensi 4-6x/Hari 2-5x/Hari
 Warna Jernih Jernih
Tidak Ada Tidak Ada
 Keluhan
Mandiri Bantuan Sebagian
 Bantuan total/sebagian
4 Istirahat Dan Tidur
a. Mulai tidur 21.00 Wita Tidak Menentu
b. Lama tidur 8 Jam/Hari 1-2 Jam/Hari
c. Kesulitan memulai tidur Tidak Ada Iya
d. Ganguan tidur Cemas
Tidak Ada
e. Kebiasaan sebelum tidur Tidak Ada
Nonton TV
5 Personal hygiene
a. Mandi frekuensi 3x/Hari 2x/Hari di seka
bantuan total/sebagian) Mandiri Bantuan Sebagian
b. Gosok gigi (frekuensi) 3x/Hari 2x/Hari
c. Gunting kuku 1x minggu 1x/Minggu
d. Ganti pakaian (frekuensi perhari) 3x/Hari 1x/Hari
6 Aktivitas
a. Mobilitas fisik Secara Mandiri Sebagian Dibantu
b. Olahraga Secara Mandiri Tidak Ada
c. Rekreasi Tidak Ada Tidak Ada
Skala Aktivitas
Aktivitas 0 1 2 3 4
Makan dan Minum 
Mandi 
Eliminasi (BAK&BAB) 
Berpakaian 
Mobilisasi ditempat tidur 
Pindah 
Ambulasi 
Ket :
0 : Mandiri
1 : Dibantu alat bantu
2 : Dibantu orang lain
3 : Dibantu orang lain dan alat
21

4 : Tergantung total
E. Data Psikologis
Pasien merasa cemas dengan kondisi kesehatanya yang mengalami perubahan,
pasien mengalami gelisah dan susah, pasein mengatakan bahwa dirinya akan
segera meninggal karena penyakitnya. Pasien mengatakan ingin cepat pulang
dan sembuh agar bisa beraktivitas seperti biasanya.
F. Data Sosial
Hubungan pasien dengan keluarga pasien baik ditandai dengan banyaknya sanak
saudara pasien yang menjenguk ke RS, pasien juga berhubungan baik dengan
perawat dan dokter, pasien selalu mudah untuk diajak berkomunikasi. Hubungan
pasien dengan lingkungan sekitar pasien dirawat juga baik, pasien dapat
berinteraksi dengan orang lain.
G. Data Spiritual
Keinginan pasien untuk sembuh sangat tinggi, selama di RS pasien berdoa dan
pasien juga menyakini bahwa penyakit yang dideritanya akan cepat sembuh
sehingga pasien akan segera pulang.
H. Pemeriksaan Fisik
1. Keadaan Umum Pasien
Klien terlihat lemah dan pucat

2. Tanda Vital Pasien 28 Januari 2019 pukul 14:00


a. Temperature (Suhu ) : 37,7o C
b. Pulse ( Nadi) : 119 x/menit
c. Respiratory ( Pernapasan ) : 30 x/menit
d. Sphygmomanometer (Tekanan Darah ) : 130/90 mmHg
e. SpO2 : 93% tanpa oksigen
3. Data Antopometri
TB: 164
BB sebelum sakit: 59
22

BB sesudah sakit: 47
IMT:
47:1642 = 47 : 1,64x1,64
= 47: 2,68
= 17,53
Nilai IMT Artinya
18,4 ke bawah Berat badan kurang
18,5-24,9 Berat badan ideal
25-29,9 Berat badan lebih
30-39,9 Gemuk
40 ke atas Sangat gemuk
BBI= (TB-100) – (10%(TB-100)

= (164-100) – (10%(164-100)
= (64)-(10%(64)
= (64)-6,4
= 57,6
4. Kesadaran
a. Kualitatif : Compos mentis
b. Kualitatif : GCS 15
Eye (Respon Membuka Mata) :4
Verbal (Respon Verbal) :5
Motorik (Respon Motorik ) :6
5. Sistem Pernafasan
a. Inspeksi
Dada pasien terlihat bersih, bentuk dada simetris dada, pola napas cepat
dan dangkal Spo2 93 tanpa oksigen, menggunakan otot bantu
pernafsan,pasien tampak batuk, pasien tampak gelisah.
b. Palpasi
Pergerakan dinding dada semetris, taktil fremitus getaran teraba simetris
c. Perkusi
Bunyi Sonor simetris
23

d. Auskultasi
Bunyi nafas Ronchi
6. Sistem Kardiovaskuler
a. Inspeksi
Iktus kurdis tidak terlihat
b. Palpasi
Akral teraba hangat, nadi 119x/menit
c. Perkusi
Redup di area jantung
d. Auskultasi
Bunyi jantung S1 diikuti Bunyai jantung S2, irama jantung Reguler.Tidak
ada murmur dan bising jantung.
7. Sistem Persyarafan

Tingkat kecasadaran Compos mentis GCS 15, Fungsi persyarafan baik, koordinasi
gerakan mata dan pupil mata baik, postur tubukhtidak ada skiosis, lordosis, kifosis,
skoliosis, kemampuan bergerak kelemahan pada ektremitas Sinitra, , tidak ada nyeri
kepala, tidak ada muntah proyektil.

8. Sistem Pencernaan
a. Inspeksi
Abdomen tidak tanpak asistes atau kembung, gerakan andomen normal
saat inspirasi dan ekspirasi kondisi kulit abdomen baik
b. Auskultasi
Bising usus 10 x/menit
c. Palpasi
Tidak ada nyeri tekan , tidak teraba masa abdomen
d. Perkusi
Timpani.
9. Sistem Muskuloskeletal
24

a. Inspeksi
Ada pembatasan gerak pada sinitra ekstremitas atas pasien, tidak ada
odem CRT >2 detik, tidak ada varises, terdapat kelamahan pada sinitra
ekstremitas atas dan kelemahan pada dextra sinitra ekstremitas bawah.
Skala Otot
3333 4444
3333 3333
Ket :

0. Paralisis Total
1. Tidak ada gerak
2. Tidak dapat melawan gravitasi
3. Gerak normal melawan gravitasi
4. Gerak normal sedikit tahanan
5. Kekuatan otot penuh

b. Palpasi
Tidak ada nyeri tekan pada ekstermitas atas atau bawah Jumlah jari-jari tangan
lengkap kuku pendek dan tampak bersih.

10. Sistem Integumen


a. Inspeksi
Tidak tampak sianosis, dan ikterik kulit tampak kering bibir tampak kering dan
pecah-pecah, tidak ada dehidrasi, tidak ada alergi, tidak ada lesi dan bekas luka.
Terdapat tato pada tubuh pasien bagian dada dan tangan.

b. Palpasi
kulit pasien teraba kering
11. Sistem Endokrin
a. Inspeksi
Tidak ada benjolan tiroid.
25

b. Palpasi
tidak ada nyeri tekan.
12. Sistem Genitourinaria
a. Inspeksi
Tidak ada radang pada genitalia, tidak ada lesi pengeluaran urin lancar.
b. Palpasi
Tidak ada nyeri tekan
1. Pemeriksaan Penunjang

1. Laboratorium

Pemeriksaan Hasil Nilai Rujukan Satuan Metode


HEMATOLOGI
Hemogoblin:
Tgl 17-01-2019 13.8
Tgl 19-01-2019 13.1
Tgl 21-01-2019 12.1 g/dl Colorimetric
14.0-18.0
Tgl 24-01-2019 12.5
Tgl 28-01-2019 12.4
Tgl 30-01-2019 12.6
Leukosis:
Tgl 17-01-2019 17.2
Tgl 19-01-2019 18.5
Tgl 21-01-2019 19.6 4.0-10.5 ribu/ul Impedance
Tgl 24-01-2019 24.5
Tgl 28-01-2019 27.4
Tgl 30-01-2019 33.7
Erittrosis 4.49 4.10-6.00 juta/ul Impedance
Hematokrit 40.1 42.0-52.0 % Analyzer Calculates
Trombosit 180 150-450 ribu/ul Impedance
RDW-CV 13.7 12.1-14.0 %
MCV,MCH.MCHI
MCV 90.0 75.0-96.0 fl Analyzer Calculates
MCH 27.6 28.0-32.0 pg Analyzer Calculates
MCHC 30.7 33.0-37.0 % Analyzer Calculates
HITUNG JENIS
Basofit% 0.2 0.0-1.0 %
Eosinofit% 0.6 1.0-3.0 %
Gran%
50.0-81.0 % Impedance
Tgl 17-01-2019 80.1
26

Tgl 19-01-2019 82.3


Tgl 21-01-2019 80.5
Tgl 24-01-2019 83,7
Tgl 28-01-2019 81.0
Tgl 30-01-2019 86.1
Limfosit%
Tgl 17-01-2019 10-8
Tgl 19-01-2019 10.2
Tgl 21-01-2019 11.1 20.0-40.0 % Impedance
Tgl 24-01-2019 10,2
Tgl 28-01-2019 14.3
Tgl 30-01-2019 9.4
Monosit% 3.9 2.0-8.0 %
Bosafit# 0.05 <1.00 ribu/ul
Eosinofit# 0.16 <3.00 ribu/ul
Gran# 22.15 2.50-7.00 ribu/ul
Limfosit# 3.92 1.25-4.00 ribu/ul
Monosit# 1.08 0.30-1.00 ribu/ul
LED/ESR 91 0.-20 mm/jam
KIMIA
DIABETES
Glukosa Darah Sewaktu 131 <200.00 mg/dl Hexokinase/G-6-PDH
FAAL LEMAK DAN
JANTUNG
LDH 3626 125-220 U/L Laktat Dehidrogen
HATI DAN
PANKREAS
SGOT 65 5.34 U/L NADH (TANPA P-5-P)
SGPT 22 0-55 U/L NADH (TANPA P-5-P)
GINJAL
Ureum 43 0-50 Mg/dL UREASE
Kreatinin 0.78 0.72-1.25 Mg/dL Kinetik Alkaline Picrate
ELEKTROLIT
Natrium 134 136-145 Meq/L
Kalsium 4.5 3.5-5.1 Meq/L ISE
Chlorida 98 98-107 Meq/L ISE
IMUNO-SEROLOGI
Anti Hiv (Elisa) 0.13 <1.00 S/CO ELFA
REMATIK
CRP <6.0 <6.00 Mg/L
HEPATITIS
Anti HCV 0.05 <1.00 s/co ELFA
HbsAg (Elisa) 0.45 <1.00 s/co
2. Pemeriksaan (Rontgen, USG,MRI,CT Scan)

Foto thorak pada tanggal 17 januari 2019


27

Hasil : Konsolidasi di kedua paru

Kesimpulan : +Pneumonia
28
3. Microbiology Chart Report
29
30

3. Therapy

No Tanggal pemberian Jenis obat


1. 18 Januari 2019 a. Infus Ns 20tpm
b. IV Ranitidin 2x1 Amp
c. IV Levoflexi 1x750 mg
d. Oral NAC 3x1 Tablet
e. Oral Curcuma 3x1 Tablet
f. Oral Chana 3x1Tablet
2. 19 Januari 2019 a. Infus Ns 20tpm
b. IV Ranitidin 2x1 amp
c. IV Levoflexi 1x750mg
d. Oral NAC 3x1 tablet
e. Oral Curcuma 3x1 tablet
f. Oral Chana 3x1 tablet
3. 21 Januari 2019 a. Infus Ns 20tpm
b. IV Ranitidin 2x1 amp
c. IV Levoflexi 1x750mg
d. Oral NAC 3x1 Tablet
e. Oral Curcuma 3x1 Tablet
f. Oral Chana 3x1Tablet
g. IV Metoclopramide 3x1 amp
h. IV Gentamicyn 3x1mg
i. IV Antrain 3x1amp
4. 22 Januari 2019 a. Infus Ns 20tpm
b. IV Ranitidin 2x1 amp
c. IV Levoflexi 1x750 mg
d. IV NAC 3x1 Tablet
e. Oral Curcuma 3x1 Tablet
f. Oral Chana 3x1 Tablet
g. IV Metoclopramide 3x1amp
h. IV Gentamicyn 3x1mg
i. IV Antrain 3x1amp
5 23 Januari 2019 a. Infus Ns 20tpm
b. IV Ranitidin 2x1amp
c. IV Levoflexi 1x750 mg
d. IV Oral NAC 3x1
e. Oral Curcuma 3x1 Tablet
f. Oral Chana 3x1 Tablet
g. IV Meropenem 3x1 mg
h. IV Gentamicyn 3x1mg
i. IV Dexametation 3x1amp
6 24 Januari 2019 a. Infus Ns 20tpm
b. IV Ranitidin 2x1amp
c. IV Levoflexi 1x750mg
d. Oral NAC 3x1Tablet
31

e. Oral Curcuma 3x1Tablet


f. Oral Chana 3x1Tablet
g. IV Meropenem 3x1mg
h. IV Gentamicyn 3x1mg
i. IV Antrain 3x1amp
j. IV Dexametation 3x1
7. 25 Januari 2019 a. Infus Ns 20tpm
b. IV Ranitidin 2x1amp
c. IV Levoflexi 1x750mg
d. Oral NAC 3x1 tablet
e. Oral Curcuma 3x1 tablet
f. Oral Chana 3x1Tablet
g. IV Meropenom 3x1mg
h. IV Gentamicyn 3x1mg
i. IV Antrain 3x1 amp
j. IV Dexa 3x1amp
6. 26 Januari 2019 a. Infus Ns 20tpm
b. IV Ranitidin 2x1amp
c. IV Levoflexi 1x750mg
d. Oral NAC 3x1 tablet
e. Oral Curcuma 3x1tablet
f. Oral Chana 3x1 tablet
g. IV Meropenom 3x1mg
h. IV Gentamicyn 3x1mg
i. IVAntrain 3x1amp
j. IV Dexametation 3x1amp
7. 27 Januari 2019 a. Infus Ns 20tpm
b. IV Ranitidin 2xamp
c. IV Levoflexi 1x750mg
d. Oral NAC 3x1Tablet
e. Oral Curcuma 3x1Tablet
f. Oral Chana 3x1Tablet
g. IV Meropenem 3x1 mg
h. IV Gentamicyn 3x1mg
i. IV Antrain 3x1amp
j. IV Dexametation 3x1amp
8. 28 Januari 2019 a. Infus Ns 20tpm
b. IV Ranitidin 2x1 amp
c. IV Levoflexi 1x750mg
d. Oral NAC 3x1 tablet
e. Oral Curcuma 3x1tablet
f. Oral Chana 3x1 tablet
g. IV Vancomicyn 3x1mg
h. IV Gentamicyn 3x1mg
i. IV Antrain 3x1amp
j. IV Dexametation 3x1amp
k. IV Metoclopamide 3x1amp
9 29 januari 2019 a. Infus Ns 20tpm
b. IV Ranitidin 2x1amp
c. IV Levoflexi 1x750mg
d. Oral NAC 3x1tablet
32

e. Oral Curcuma 3x1tablet


f. IV Vancomicyn 3x1 amp
g. IV Gentamicyn 3x1mg
h. IV Antrain 3x1amp
i. IV Dexametaion 3x1amp
j. IV Omz 2x1 amp
k. IV Metoclopamide 3x1amp
10 30 januari 2019 a. Infus Ns 20tpm
b. IV Ranitidin 2x1amp
c. IV Levoflexi 1x750mg
d. Oral NAC 3x1tablet
e. Oral Curcuma 3x1tablet
f. IV Vancomicyn 3x1 amp
g. IV Gentamicyn 3x1mg
h. IV Antrain 3x1amp
i. IV Dexametaion 3x1amp
j. IV Omz 2x1 amp
k. IV Metoclopamide 3x1amp
11 31 januari 2019 a. Infus Ns 20tpm
b. IV Ranitidin 2x1amp
c. IV Levoflexi 1x750mg
d. Oral NAC 3x1tablet
e. Oral Curcuma 3x1tablet
f. IV Vancomicyn 3x1 amp
g. IV Gentamicyn 3x1mg
h. IV Antrain 3x1amp
i. IV Dexametaion 3x1amp
j. IV Omz 2x1 amp
IV Metoclopamide 3x1amp
12 1 february 2019 a. Infus Ns 20tpm
b. IV Ranitidin 2x1amp
c. IV Levoflexi 1x750mg
d. Oral NAC 3x1tablet
e. Oral Curcuma 3x1tablet
f. IV Vancomicyn 3x1 amp
g. IV Gentamicyn 3x1mg
h. IV Antrain 3x1amp
i. IV Dexametaion 3x1amp
j. IV Omz 2x1 amp
IV Metoclopamide 3x1amp
13 2 February 2019 a. Infus Ns 20tpm
b. IV Ranitidin 2x1amp
c. IV Levoflexi 1x750mg
d. Oral NAC 3x1tablet
e. Oral Curcuma 3x1tablet
f. IV Vancomicyn 3x1 amp
g. IV Gentamicyn 3x1mg
h. IV Antrain 3x1amp
i. IV Dexametaion 3x1amp
j. IV Omz 2x1 amp
IV Metoclopamide 3x1amp
33

I. Analisa Data

No Data Etiologi Masalah


1. Ds : Akumulasi Sekret Ketidak efektifan
pasien mengatakan sesak nafas, Bersihkan Jalan
batuk berdahak dan keluar darah 3 Nafas
hari Sebelum dilakukan pengkajian.
Do :
1. Pasien terlihat batuk
2. Sesak napas
3. Nafas cepat dan dangkal
4. Bunyi nafas ronchi
5. Sputum + dengan Hasil foto
thorak : Konsolidasi di kedua
paru
Kesimpulan : +Pneumonia
TTV :
T : 37,70C
N : 119x/mnt
R : 30x/mnt
TD : 130/80 mmHg
SpO2 :93% Tanpa oksigen
2 Ds: Agen injury biologi Nyeri Kronik
Pasien mengatakan nyeri saat (Pneumonia)
batuk, pasien mengatakan pernah
memiliki riwayat batuk berdarah
pada 2001.
P: Agen Injury Biologi ( Pnumonia)
Q: Seperti di tusuk-tusuk
R: Di dada sebelah kiri IC 4
S: Skala Sedang (3)
T: Durasi 3 menit hilang timbul
Do:
1. Pasien terlihat batuk
2. Nafas cepat
3. Bunyi nafas ronchi
4. Pasien tampak meringis
3. Ds: Ancaman kematian Ansietas
Pasien mengatakan bahwa pasien
cemas dengan penyakitnya, pasien
mengatakan bahwa penyakitnya
tidak akan sembuh dan akan segera
meninggal.
Do:
1 Pasien tampak cemas
2 Pasien tampak gelisah
3 Peningkatan denyut nadi
34

4 Pasien tampak susah tidur


5 Pasien merasa penyakitnya tidak
akan sembuh dan terlihat
khawatir
4 Ds: Ketidakmampuan Ketidakseimbangan
Pasien mengatakan tidak nafsu menelan makanan nutrisi kurang dari
makan, makan hanya 4 sendok saja. kebutuhan
Pasien mengatakan mulut nya
sariawan dan sakit pada
tenggorokan dan susah untuk
menelan.
Do :
1. Tampak sariawan pada mulut
pasien, dan tampang radang pada
tenggorokan pasien
2. BB klien menurun
Sebelum sakit: 47 kg
Sesudah sakit: 43
3. Porsi makan klien sedikit:
a. Sebelum sakit : 1 porsi
b. Sesudah sakit : 4 sendok
5. Ds : Kurang kontrol tidur Gangguan Pola
pasien mengatakan tidak bisa tidur Tidur
nyenyak dan sering terbangun, klien
mengatakan tidur 1-2 jam/hari dan
sering gelisah dimalam hari. Pasien
merasa cemas dengan penyakitnya
membuat susah tidur
Do :
1. Ada lipatan kantung mata
2. Tampak cemas
3. Pasien tampak gelisah
4. Sesak nafas
5. Dari obsevasi dinas malam
pasien hanya tidur 1-2 jam
perhari
35

6. Ds: Proses Penyakit Hipertermia


Pasien mengatakan kalau badannya
meriang dan demam
Do:
TTV :
T :38 ,60C (20.00)
Tanggal 29 Januari 2019
N : 119x/mnt
R : 30x/mnt
TD : 130/80 mmHg
SpO2 :93% Tanpa oksigen
Hasil foto thorak : Konsolidasi di
kedua paru
Kesimpulan : +Pneumonia
Lab: leukosit : 27,4 ribu
LED : 91 mm/jam
Trombosit: 180 ribu
Limfosit : 14.3 %
7. Ds: Kelemahan otot Hambatan mobilitas
Pasien mengatakan tangan kanan fisik
dan kedua kakinya lemah dan sering
keram.
Do:
1. Pasien gelisah
2. Pasien terlihat berbaring
ditempat tidur
3. ADL pasien di bantu keluarga
4. Skala Otot
3333 4444
3333 3333
Ket :
0. Paralisis Total
1. Tidak ada gerak
2. Tidak dapat melawan gravitasi
3. Gerak normal melawan gravitasi
4. Gerak normal sedikit tahanan
5. Kekuatan otot penuh
II. Diagnosa Keperawatan

1. Nyeri Kronis b.d Agen Injuri biologi (Pneumonia)


2. Ketidak efektifan bersihkan jalan nafas b/d Akumulasi Sekret
3. Ansietas b.d Ancaman kematian
4. Ketidakseimbangan nutrisi kurang dari kebutuhan b.d Ketidakmampuan menelan makanan
5. Gangguan Pola Tidur b/d kurang control tidur.
6. Hipertermi b.d proses penyakit
7. Hambatan Mobilitas fisik
36

III. Intervensi Keperawatan

No Diagnosa NOC NIC


Keperawatan (Nursing Outcome) (Nursing Intervention Clasification)
1 Ketidak Setelah dilakukan tindakan keperawatan 1. Observasi secara berkala pada fungsi
Efektifan selama 1x7 jam diharapkan jalan Nafas respirasi, adanya suara nafas
Bersihkan bersih dan kembali efektif tambahan ronchi
Jalan Nafas Kriteria Hasil 2. berikan posisi semi fowler atau dorsal
b/d Akumulasi Indikator IR ER 3. ajarkan keluarga klien melakukan
Sekret 1. Klien dapat 2 5 fisioterapi dada
mendemontrasikan 4. keluarkan secret dengan batuk efektif
batuk efektif secara 5. kolaborasi dengan dokter untuk
mandiri pemberian O2
2. Klien dapat menunjukan
perilaku 2 5
mempertahankan
bersihkan jalan nafas,
tidak ada suara
tambahan
3. Klien dapat 2 5
mengeluarkan secret
4. Tidak ada dispnea 2 5
5. Frekuensi pernapasan 2 5
normal (16-20x/mnt)
regular

Ket :
1. Tidak Mandiri
2. Dibantu Orang Dan Alat
3. Dibantu Orang
4. Dibantu Alat
5. Mandiri Penuh
2 Nyeri Kronis Setelah dilakukan tindakan keperawatan PAIN MANAGEMENT:
b.d Agen selama 1x7 jam diharapkan Nyeri pasien 1. Lakukan pengkajian nyeri secara
injury Dapat teratasi. komprehensif termasuk Lokasi,
Biologis Kriteria Hasil : Karakteristik, Durasi, Frekuensi,
(Pneumonia) Indikator IR ER Kualitas, dan Faktor Presipitasi.
2. Observasi reaksi non verbal dari
1. Melaporkan adanya 3 4 ketidaknyamanan.
nyeri. 3. Gunakan teknik komunikasi
2. Luas bagian tubuh 3 4 terapeutik untuk mengetahui
yang terpengaruhi. pengalaman nyeri pasien.
3. Frekuensi nyeri. 4. Ajarkan tentang teknik non
4. Pernyataan nyeri. 3 4
farmakologi (teknik relaksasi nafas
5. Perubahan tekanan 3 4
dalam)
darah. 3 4 5. Kolaborasi pemberian obat
6. Posisi tubuh
protektif. 3 4
37

Keterangan:
1. Kuat
2 . Berat
3 . Sedang
4. Ringan
5. Tidak ada
3 Ansietas Setelah di lakukan tindakan keperawatan ANXIETY REDUCTION
berhubungan selama 1 x 7 jam di harapkan kecemasan 1. Indentifikasi tingkat kecemasan.
dengan dapat teratasi. 2. Gunakan pendekatan yang
ancaman Kriteria Hasil menenangkan.
kematian Indikator IR ER 3. Jelaskan prosedur tindakan dan
1. Klien Mampu 3 4 apa yang di rasakan selama
mengindetifikasi gejala prosedur.
cemas 4. Bantu pasien mngenali situasi
2. Menunjukan teknik 3 4 yang menimbulkan kecemasan.
mengontrol cemas
3. Vital sign dalam batas 3 4
normal
4. Postur tubuh, ekspresi
wajah , tingkat aktivitas 3 4
Keterangan :
1. Tidak pernah menunjukan
2. Jarang menunjukan
3. Kadang-kadang menunjukan
4. Sering menunjukan
5. Selalu menunjukan
4 Ketidakseimba Setelah dilakukan tindakan keperawatan 1. Anjurkan makan sedikit tapi sering
selama 1x7 jam diharapkan keseimbangan dengan diet tinggi kalori tinggi
ngan nutrisi
nutrisi terjaga protein (TKTP)
kurang dari Kriteria Hasil: 2. Anjurkan keluarga untuk membawa
Indikator IR ER makanan dari rumah terutama
kebutuhan b.d
1. Klien mengatakan nafsu 2 5 makanan yang disukai klien
Ketidakmamp makan meningkat 3. Kolaborasi dengan ahli gizi untuk
2. Berat badan klien tidak 2 5 menentukan untuk komposisi diet
uan
mengalami penurunan 4. Kolaborasi untuk pemberian
menelan drastic dan cendrung vitamin sesuai indikasi
makanan stabil
1. Keluhan Ekstrim
2. Keluhan Berat
3. Keluhan Sedang
4. Keluhan Ringan
5. Tidak ada keluhan
5. Gangguan Setelah dilakukan tindakan keperawatan 1. Determitas efek-efek medikasi
Pola Tidur b/d selama 1x7 jam diharapkan keseimbangan terhadap pola tidur
kurang control nutrisi terjaga 2. Jelaskan pentingnya tidur yang
tidur Kriteria Hasil adekurat
Indikator IR ER 3. Kolaborasi pemberian obat
1. Pola tidur 2 5 4. Monitor waktu makan dan minum
2. Kualitas tidur 2 5 dengan waktu tidur
3. Terjaga pada saat tidur 2 5 5. Monitor/ catat kebutuhan tidur klien
38

4. Perasaan segar setelah setiap hari


tidur 2 5
5. Tidur hanya sebentar
6. TTV dalam rentang 2 5
normal
3 5
Ket :
1. Keluhan Ekstrim
2. Keluhan Berat
3. Keluhan Sedang
4. Keluhan Ringan
5. Tidak ada keluhan
6. Hipertermi b.d Setelah di lakukan tindakan selama 1x7 FEVER TREATMENT
proses jam di harapkan suhu tubuh dapat teratasi:
1. Monitoring TTV
penyakit Kriteria Hasil :
2. Monitorung warna dan suhu kulit
Indikator IR ER
3. Kolaborasi beri pengobatan untuk
1. Suhu tubuh dalam 2 5 mengatasi demam
rentang normal 4. Monitoring intake output
2. Nasd Dan RR dalam 3 5
rentang normal
3. Tidak ada perubahan
warna kulit 2 5

Keterangan :
1. Keluhan Ekstrim
2. Keluhan Berat
3. Keluhan Sedang
4. Keluhan Ringan
5. Tidak ada keluhan
7. Hambatan Setelah dilakukan tindakan keperawatan EXERCISE THERAPY:
Mobilitas fisik selama 1x7 jam hambatan mobiltas fisik 1. Memonitoring vital sign
b.d kelemahan Dapat teratasi sebelum/sesudah latihan dan lihat
otot Kriteria Hasil : respon pasien saat latihan.
Indikator IR ER 2. Kaji kemampuan pasien dalam
1. Pasien meningkat 3 4 mobilisasi.
dalam aktivitas. 3. Latih pasien dalam pemenuhan
2. penigkatan mobilitas. 3 4 kebutuhan ADL (Activity Daily
3. Memverbalisasikan Living) secara mandiri.
perasaan dalam 3 4 4. Dampingi dan bantu pasien saat
meningkatkan mobilisasi dan bantu penuhi
kekuatan dan kebutuhan ADL (Activity Daily
kemampuan Living) pasien.
berpindah.
4. Memperagakan 3 4
penggunaan alat bantu
untuk mobilisasi.

Keterangan:
1. Keluhan ekstrem
2. Keluhan berat
39

3. Keluhansedang
4. Keluhan ringan
5. Tidak ada keluhan

IV. Implementasi Keperawatan

No. Dx keperawatan Implementasi Evaluasi


1. Ketidak efektifan 1. Mengbservasi secara S:
bersihkan jalan berkala pada fungsi  Pasien mengatakan masih sesak
nafas b/d respirasi, adanya suara nafas
Akumulasi Sekret nafas tambahan ronchi  Pasien mengatakan batuk berdahak
2. Memberikan posisi semi O:
fowler atau dorsal  Pasien terlihat sesak nafas
3. Mengajarkan keluarga  Nafas cepat
klien melakukan  Bunyi nafas ronchi
fisioterapi dada  Hasil foto thorak : Konsolidasi di
4. Mengeluarkan secret kedua paru
dengan batuk efektif Kesimpulan : +Pneumonia
5. kolaborasi dengan dokter TTV:
untuk pemberian O2 TD : 90/60 mmhg
N : 108 x/menit
RR : 28 x/menit
T : 38,9 ⁰C
SPO2: 96% memakai O2 nasal 3L
A: Masalah teratasi sebagian
Indikator IR ER
1. Klien dapat 4 5
mendemontrasikan
batuk efektif secara
mandiri
2. Klien dapat
menunjukan 3 5
perilaku
mempertahankan
bersihkan jalan
nafas, tidak ada
suara tambahan
3. Klien dapat
mengeluarkan secret
4. Tidak ada dyspnea 3 5
5. Frekuensi
pernapasan normal
(16-20x/mnt) 3 5
regular 2 5

P: Intervensi dihentikan pasien pindah


ruangan (icu paru)
40

2 Nyeri Kronis b.d PAIN MANAGEMENT: S:


Agen Injuri biologi 1. Melakukan pengkajian  Pasien mengatakan nyeri pada saat
(Pneumonia) nyeri secara batuk sudah tidak ada lagi
komprehensif termasuk O:
Lokasi, Karakteristik,  Pasien tampak biasa saat batuk
Durasi, Frekuensi, TTV:
Kualitas, dan Faktor TD : 120/80
Presipitasi. N : 139
2. Mengobservasi reaksi RR : 32
non verbal dari T : 38,4
ketidaknyamanan. Spo2 :89% tanpa O2
3. Menggunakan teknik A:masalah teratasi
komunikasi terapeutik Indikator IR ER
untuk mengetahui 1. Melaporkan adanya 4 4
pengalaman nyeri nyeri.
pasien. 2. Luas bagian tubuh 4 4
4. Mengajarkan tentang yang terpengaruhi.
teknik non farmakologi 3. Frekuensi nyeri. 4 4
(teknik relaksasi nafas 4. Pernyataan nyeri.
dalam) 5. Perubahan tekanan 4 4
5. Kolaborasi pemberian darah. 4 4
obat 6. Posisi tubuh
protektif. 4 4
P: Intervensi dihentikan
3. Ansietas b.d ANXIETY REDUCTION S:
Ancaman kematian 1. Mengindentifikasi  Pasien mengatakan cemas klien
tingkat kecemasan. berkurang
2. Menggunakan  pasien mengatakan pasrah dengan
pendekatan yang penyakitnya
menenangkan. O:
3. Menjelaskan prosedur  pasien tampak pasrah
tindakan dan apa yang di TTV:
rasakan selama prosedur. TD : 90/60 mmhg
4. Membantu pasien N : 108 x/menit
mngenali situasi yang RR : 28 x/menit
menimbulkan T : 38,9 ⁰C
kecemasan. SPO2: 96% memakai O2 nasal 3L
A: Masalah teratasi sebagian
Indikator IR ER
1. Klien Mampu 4 4
mengindetifikasi
gejala cemas
2. Menunjukan teknik 3 4
mengontrol cemas
3. Vital sign dalam
batas normal
4. Postur tubuh, 3 4
ekspresi wajah ,
tingkat aktivitas 4 4
41

P: Intervensi dihentikan pasien pindah


ruangan (icu paru)
4. Ketidakseimbangan 1. Menganjurkan makan S:
nutrisi kurang dari sedikit tapi sering  pasien mengatakan tidak nafsu
kebutuhan b.d dengan diet tinggi kalori makan
Ketidakmampuan tinggi protein (TKTP)  pasien mengatakan makan hanya 4
menelan makanan 2. Menganjurkan keluarga sendok
untuk membawa O:
makanan dari rumah  BB pasien menurun
terutama makanan yang  Porsi makan pasien sedikit
disukai klien  Leukosit : 27,4 ribu
3. Mengkolaborasikan pada A: Masalah tidak teratasi
ahli gizi untuk Indikator IR ER
menentukan untuk 1. Mual hilang atau 3 5
komposisi diet berkurang
4. Kolaborasi pemberian 2. Klien mengatakan 3 5
vitamin sesuai indikasi nafsu makan
meningkat
3. Berat badan klien
tidak mengalami 2 5
penurunan drastic
dan cendrung
stabil
P: intervensi dihentikan pasien pindah
ruangan (icu paru)

5. Gangguan Pola 1. Mendetermitas efek-efek S:


Tidur b/d kurang medikasi terhadap pola  Pasien mengatakan tidak bisa tidur
kontrol tidur tidur nyenyak dan sering terbangun
2. Menjelaskan pentingnya karena batuk, sesak nafas,
tidur yang adekurat  Pasien mengatakan tidur 1-2 jam
3. Kolaborasi pemberian hari dan sering gelisah dimalam
obat tidur hari
4. Memonitor waktu makan O:
dan minum dengan  Terlihat ada lipatan kantung mata
waktu  Pasien terlihat gelisah
5. Memonitor/ catat  Pasien terlihat sesak nafas
kebutuhan tidur klien TTV:
setiap hari TD : 90/60 mmhg
N : 108 x/menit
RR : 28 x/menit
T : 38,9 ⁰C
SPO2: 96% memakai O2 nasal 3L
A: Masalah teratasi sebagian
Indikator IR ER
1. Pola tidur 3 5
2. Kualitas tidur 3 5
3. Terjaga pada saat 2 5
tidur
42

4. Perasaan segar
setelah tidur 3 5
5. Tidur hanya
sebentar 2 5
6. TTV dalam
rentang normal 3 5
P: Intervensi dihentikan pasien pindah
ruangan (icu paru)
6. Hipertermi b.d FEVER TREATMENT S:
proses penyakit 1. Memonitor TTV  Pasien mengatakan badannya
2. Memonitorung warna meriang dan demam
dan suhu kulit O:
3. Mengkolaborasikan TTV:
pengobatan untuk TD : 90/60 mmhg
mengatasi demam N : 108 x/menit
4. Memonitor intake output RR : 28 x/menit
T : 38,9 ⁰C
SPO2: 96% memakai O2 nasal 3L
 Hasil foto thorak : Konsolidasi di
kedua paru
Kesimpulan : +Pneumonia
 Lab:
leukosit : 27,4 ribu
LED : 91 mm/jam
Trombosit: 180 ribu
Limfosit : 14.3 %
A: masalah teratasi sebagian
Indikator IR ER
1. Suhu tubuh dalam 3 4
rentang normal
2. Nadi Dan RR
dalam rentang 3 4
normal
3. Tidak ada
perubahan warna
kulit 4 4
P: Intervensi dihentikan pasien pindah
ruangan (icu paru)
7. Hambatan EXERCISE THERAPY: S:
Mobilitas fisik 1. Memonitor vital sign  Pasien mengatakan tangan kanan
sebelum/sesudah latihan dan kedua kakinya lemah dan
dan lihat respon pasien sering keram
saat latihan. O:
2. Mengkaji kemampuan  Pasien gelisah
pasien dalam mobilisasi.  Pasien terlihat berbaring ditempat
3. Melatih pasien dalam tidur
pemenuhan kebutuhan  ADL pasien di bantu keluarga
ADL (Activity Daily  Pasien terlihat lemah
Living) secara mandiri. Skala Otot
4. Mendampingi dan bantu 3333 4444
pasien saat mobilisasi
43

dan bantu penuhi 3333 3333


kebutuhan ADL A: Masalah teratasi sebagian
(Activity Daily Living) Indikator IR ER
pasien. 1. Pasien meningkat 3 4
dalam aktivitas.
2. Mengerti tujuan 4 4
dari penigkatan
mobilitas.
3. Memverbalisasikan
perasaan dalam 3 4
meningkatkan
kekuatan dan
kemampuan
berpindah.
4. Memperagakan
penggunaan alat 4 4
bantu untuk
mobilisasi.
P: Intervensi dihentikan pasien pindah
ruangan (icu paru)

1. Catatan Perkembangan

No Hari,tg Diagnosa Implementasi Evaluasi paraf


l,jam keperawatan
1. Rabu , Ketidak efektifan 1. Mengbservasi secara berkala S:
29, bersihkan jalan pada fungsi respirasi, adanya  Pasien mengatakan
10.30 nafas b/d suara nafas tambahan ronchi masih sesak nafas
Akumulasi Sekret 2. Memberikan posisi semi  Pasien mengatakan
fowler atau dorsal batuk berdahak
3. Mengajarkan keluarga klien O:
melakukan fisioterapi dada  Pasien terlihat sesak
4. Mengeluarkan secret dengan nafas
batuk efektif  Nafas cepat
 Bunyi nafas ronchi
 Hasil foto thorak :
Konsolidasi di kedua
paru
 Kesimpulan:
+Pneumonia
TTV:
T : 37,7⁰C
N : 120x/mnt
R : 30x/mnt
TD: 130/80 mmHg
SPO2: 93% tanpa oksigen
A: masalah tidak teratasi
P: lanjutkan intervensi
44

S:
 Pasien mengatakan
masih sesak nafas
 Pasien mengatakan
batuk berdahak
18.00 O:
 Pasien terlihat sesak
nafas
 Nafas cepat
 Bunyi nafas ronchi
 Hasil foto thorak :
Konsolidasi di kedua
paru Kesimpulan :
+Pneumonia
TTV:
T : 37,9⁰C
N : 120x/mnt
R : 32x/mnt
TD: 140/80 mmHg
SPO2: 95 % memakai
oksigen nasal kanul
2L
A: Masalah tidak teratasi
P:Lanjut Intervensi

S:
 Pasien mengatakan
masih sesak nafas
 Pasien mengatakan
batuk berdahak
O:
 Pasien terlihat sesak
nafas
22.00  Nafas cepat
 Bunyi nafas ronchi
 Hasil foto thorak :
Konsolidasi di kedua
paru
Kesimpulan : +Pneumonia
TTV:
T : 38,6⁰C
N : 132x/mnt
R : 30x/mnt
TD: 140/80 mmHg
SPO2: 95 % memakai
oksigen nasal kanul 4L
A:Masalah tidak teratasi
P:Lanjut Intervensi
2. Rabu, Nyeri Kronis b.d PAIN MANAGEMENT: S:
45

29, Agen Injuri 1. Melakukan pengkajian nyeri  Pasien mengatakan


10.30 biologi secara komprehensif termasuk masih nyeri pada saat
(pneumonia) Lokasi, Karakteristik, Durasi, pasien batuk
Frekuensi, Kualitas, dan Faktor P: Nyeri saat batuk
Presipitasi. Q: Seperti ditusuk tusuk
2. Mengobservasi reaksi non R: Didada sebelah kiri IC
verbal dari ketidaknyamanan. 4
3. Menggunakan teknik S: Skala 3 (1-5) sedang
komunikasi terapeutik untuk T: Durasi 3 menit
mengetahui pengalaman nyeri O:
pasien.  Pasien terlihat pucat
4. Mengajarkan tentang teknik  Pasien hanya
non farmakologi (teknik berbaring ditempat
relaksasi nafas dalam) tidur
 Pasien tampak
meringis
TTV:
T : 37,7⁰C
N : 120x/mnt
R : 30x/mnt
TD: 130/80 mmHg
SPO2: 93% tanpa oksigen

A: Masalah belum teratasi

P:Lanjutkan Intervensi

S:
 Pasien mengatakan
masih nyeri pada saat
pasien batuk
P: Nyeri saat batuk
Q: Seperti ditusuk tusuk
R: Didada sebelah kiri IC
S: Skala 3 (1-5) sedang
18.00 T: Durasi 3 menit
O:
 Pasien hanya
berbaring ditempat
tidur
 Pasien tampak
meringis
TTV:
T : 37,9⁰C
N : 120x/mnt
R : 32x/mnt
TD: 140/80 mmHg
SPO2: 95 % memakai
oksigen nasal kanul 2L
A:Masalah belum teratasi
46

P:Lanjutkan Intervensi

S:
 Pasien mengatakan
masih nyeri pada saat
pasien batuk
P: Nyeri saat batuk
Q: Seperti ditusuk tusuk
R: Didada sebelah kiri IC
S: Skala 3 (1-5) sedang
T: Durasi 3 menit
O:
22.00  Pasien hanya
berbaring ditempat
tidur
 Pasien tampak
meringis
TTV:
T : 38,6⁰C
N : 132x/mnt
R : 30x/mnt
TD: 140/80 mmHg
SPO2: 95 % memakai
oksigen nasal kanul 4L
A:Masalah belum teratasi
P:Lanjutkan Intervensi
3. Rabu , Ansietas b.d ANXIETY REDUCTION S:
29, ancaman 1. Mengindentifikasi tingkat  Pasien mengatakan
10.30 kematian kecemasan. pasien masih cemas
2. Menggunakan pendekatan dengan penyakitnya
yang menenangkan. O:
3. Menjelaskan prosedur tindakan  Pasien tampak cemas
dan apa yang di rasakan selama  Pasien tampak gelisah
prosedur.  Pasien tampak susah
4. Membantu pasien mngenali tidur
situasi yang menimbulkan TTV:
kecemasan T : 37,7⁰C
N : 120x/mnt
R : 30x/mnt
TD: 130/80 mmHg
SPO2: 93% tanpa
oksigen
A: masalah tidak teratasi
P: lanjutkan intervensi

S:
 Pasien mengatakan
pasien masih cemas
dengan penyakitnya
18.00 O:
47

 Pasien tampak cemas


 Pasien tampak gelisah
 Pasien tampak susah
tidur
TTV:
T : 37,9⁰C
N : 120x/mnt
R : 32x/mnt
TD: 140/80 mmHg
SPO2: 95 % memakai
oksigen nasal kanul
2L
A: Masalah tidak teratasi
P:lanjutkan intervensi

S:
 Pasien mengatakan
pasien masih cemas
dengan penyakitnya
O:
 Pasien tampak cemas
 Pasien tampak gelisah
 Pasien tampak susah
tidur
TTV:
T : 38,6⁰C
N : 132x/mnt
22.00
R : 30x/mnt
TD: 140/80 mmHg
SPO2: 95 % memakai
oksigen nasal kanul 4L
A: Masalah tidak teratasi
P:lanjutkan intervensi

4. Rabu , Ketidakseimbang 1. Menganjurkan makan sedikit S:


29, an nutrisi kurang tapi sering dengan diet tinggi  pasien mengatakan
10.30 dari kebutuhan kalori tinggi protein (TKTP) tidak nafsu makan
b.d 2. Menganjurkan keluarga untuk  pasien mengatakan
Ketidakmampuan membawa makanan dari rumah makan hanya 4 sendok
menelan makanan terutama makanan yang O:
disukai klien  BB pasien menurun
3. Menganjurkan pada ahli gizi  Porsi makan pasien
untuk menentukan untuk sedikit
komposisi diet  Leukosit : 27,4 ribu
4. Memberikan vitamin sesuai A: masalah tidak teratasi
indikasi P: lanjutkan intervensi

S:
 pasien mengatakan
18.00 tidak nafsu makan
48

 pasien mengatakan
makan hanya 4 sendok
O:
 BB pasien menurun
 Porsi makan pasien
sedikit
 Leukosit : 27,4 ribu
A:masalah tidak teratasi
P: lanjutkan intervensi

S:
 pasien mengatakan
tidak nafsu makan
 pasien mengatakan
makan hanya 4 sendok
22.00 O:
 BB pasien menurun
 Porsi makan pasien
sedikit
 Leukosit : 27,4 ribu
A:masalah tidak teratasi
P: lanjutkan intervensi
5. Rabu , Gangguan Pola 1. Mendetermitas efek-efek S:
29, Tidur b/d kurang medikasi terhadap pola tidur  Pasien mengatakan
10.30 komtrol tidur 2. Menjelaskan pentingnya tidur tidak bisa tidur
yang adekurat nyenyak dan sering
3. Kolaborasi pemberian obat terbangun karena
tidur batuk, sesak nafas,
4. Memonitor waktu makan dan  Klien mengatakan
minum dengan waktu tidur tidur 1-2 jam hari dan
5. Memonitor/ catat kebutuhan sering gelisah
tidur klien setiap hari dimalam hari
O:
 Terlihat ada lipatan
kantung mata
 Pasien terlihat gelisah
 Pasien terlihat sesak
nafas
TTV:
T : 37,7⁰C
N : 120x/mnt
R : 30x/mnt
TD: 130/80 mmHg
SPO2: 93% tanpa oksigen
A: Masalah belum teratasi
P: Lanjutkan intervensi
S:
 Pasien mengatakan
tidak bisa tidur
nyenyak dan sering
49

terbangun karena
batuk, sesak nafas,
18.00  Klien mengatakan
tidur 1-2 jam hari dan
sering gelisah
dimalam hari
O:
 Terlihat ada lipatan
kantung mata
 Pasien terlihat gelisah
 Pasien terlihat sesak
nafas
TTV:
T : 37,9⁰C
N : 120x/mnt
R : 32x/mnt
TD: 140/80 mmHg
SPO2: 95 % memakai
oksigen nasal kanul 2L
A: Masalah belum teratasi
P:Lanjutkan intervensi

S:
 Pasien mengatakan
tidak bisa tidur
nyenyak dan sering
terbangun karena
batuk, sesak nafas,
 Klien mengatakan
tidur 1-2 jam hari dan
sering gelisah
dimalam hari
O:
 Terlihat ada lipatan
kantung mata
 Pasien terlihat gelisah
22.00
 Pasien terlihat sesak
nafas
TTV:
T : 38,6⁰C
N : 132x/mnt
R : 30x/mnt
TD: 140/80 mmHg
SPO2: 95 % memakai
oksigen nasal kanul 4L
A: Masalah belum teratasi
P:Lanjutkan intervensi
50

6. Rabu , Hipertermi b.d FEVER TREATMENT S:


29, proses penyakit 1. Memonitor TTV  Pasien mengatakan
10.30 2. Memonitorung warna dan suhu badannya meriang dan
kulit demam
3. Memberikan pengobatan untuk O:
mengatasi demam  TTV:
4. Memonitor intake output T : 37,7⁰C
5. Kolaborasi N : 120x/mnt
R : 30x/mnt
TD: 130/80 mmHg
SPO2: 93% tanpa
oksigen
 Hasil foto thorak :
Konsolidasi di kedua
paru
Kesimpulan :
+Pneumonia
 Lab:
leukosit : 27,4 ribu
LED : 91 mm/jam
Trombosit: 180 ribu
Limfosit : 14.3 %
A: Masalah tidak teratasi
P: Lanjutkan Intervensi

S:
 Pasien mengatakan
badannya meriang dan
demam
TTV:
TTV:
T : 37,9⁰C
N : 120x/mnt
R : 32x/mnt
TD: 140/80 mmHg
SPO2: 95 % memakai
18.00 oksigen nasal kanul 2L
 Hasil foto thorak :
Konsolidasi di kedua
paru
Kesimpulan : +Pneumonia
 Lab:
leukosit : 27,4 ribu
LED : 91 mm/jam
Trombosit: 180 ribu
Limfosit : 14.3 %
A: Masalah tidak teratasi
P: LanjutkanIntervensi

S:
51

 Pasien mengatakan
badannya meriang dan
demam
O:
TTV:
T : 38,6⁰C
N : 132x/mnt
R : 30x/mnt
TD: 140/80 mmHg
SPO2: 95 % memakai
oksigen nasal kanul 4L
 Hasil foto thorak :
Konsolidasi di kedua
paru
Kesimpulan : +Pneumonia
 Lab:
22.00 leukosit : 27,4 ribu
LED : 91 mm/jam
Trombosit: 180 ribu
Limfosit : 14.3 %
A: Masalah tidak teratasi
P: LanjutkanIntervensi
7. Rabu, Hambatan EXERCISE THERAPY: S:
29, Mobilitas fisik 1. Memonitor vital sign  Pasien mengatakan
10.30 sebelum/sesudah latihan dan tangan kanan dan
lihat respon pasien saat latihan. kedua kakinya lemah
2. Mengkaji kemampuan pasien dan sering keram
dalam mobilisasi. O:
3. Melatih pasien dalam  Pasien gelisah
pemenuhan kebutuhan ADL  Pasien terlihat
(Activity Daily Living) secara berbaring ditempat
mandiri. tidur
4. Mendampingi dan bantu pasien  ADL pasien di bantu
saat mobilisasi dan bantu keluarga
penuhi kebutuhan ADL  Pasien terlihat lemah
(Activity Daily Living) pasien.  Skala Otot
3333 4444
3333 3333
A: Masalah belum teratasi
P: lanjutkan intervensi

S:
 Pasien mengatakan
tangan kanan dan
kedua kakinya lemah
dan sering keram
O:
 Pasien gelisah
 Pasien terlihat
18.00
berbaring ditempat
52

tidur
 ADL pasien di bantu
keluarga
 Pasien terlihat lemah
 Skala Otot
3333 4444
3333 3333
A: Masalah belum teratasi
P: lanjutkan intervensi

S:
 Pasien mengatakan
tangan kanan dan
kedua kakinya lemah
dan sering keram
O:
 Pasien gelisah
 Pasien terlihat
berbaring ditempat
tidur
 ADL pasien di bantu
keluarga
 Pasien terlihat lemah
Skala Otot
22.00
3333 4444
3333 3333
A: Masalah belum teratasi
P: lanjutkan intervensi
No. Hari,tgl Diagnosa Implementasi Evaluasi paraf
,jam Keperawatan
1. Kamis, Ketidak efektifan 1. Mengbservasi secara berkala S:
31, bersihkan jalan pada fungsi respirasi, adanya  Pasien mengatakan
11.00 nafas b/d suara nafas tambahan ronchi masih sesak nafas
Akumulasi Sekret 2. Memberikan posisi semi  Pasien mengatakan
fowler atau dorsal batuk berdahak
3. Mengajarkan keluarga klien O:
melakukan fisioterapi dada  Pasien terlihat sesak
4. Mengeluarkan secret dengan nafas
batuk efektif  Nafas cepat
 Bunyi nafas ronchi
 Hasil foto thorak :
Konsolidasi di kedua
paru
Kesimpulan : +Pneumonia
TTV:
TD : 120/80 mmHg
N : 139 x/menit
RR : 32 x/menit
T : 38,4 ⁰C
Spo2: 89%tanpa o2
53

A: Masalah tidak teratasi


P: Lanjutkan Intervensi

19.00 S:
 Pasien mengatakan
masih sesak nafas
 Pasien mengatakan
batuk berdahak
O:
 Pasien terlihat sesak
nafas
 Nafas cepat
 Bunyi nafas ronchi
 Hasil foto thorak :
Konsolidasi di kedua
paru
Kesimpulan : +Pneumonia
TTV:
TD : 160/90 mmHg
N : 140 x/menit
RR : 35 x/menit
T : 41⁰C
Spo2 : 93% nasal kanul 5
L
A: Masalah belum teratasi
P: Lanjutkan Intervensi
22.00 S:
 Pasien mengatakan
masih sesak nafas
 Pasien mengatakan
batuk berdahak
O:
 Pasien terlihat sesak
nafas
 Nafas cepat
 Bunyi nafas ronchi
 Hasil foto thorak :
Konsolidasi di kedua
paru
Kesimpulan : +Pneumonia
TTV
TD : 130/80 mmHg
N : 140 x/menit
RR : 32 x/menit
T :39,5⁰C
Spo2 : 82% tanpa o2
A: Masalah belum teratasi
P: lanjutkan intervensi
2. Kamis, Nyeri Kronis b.d PAIN MANAGEMENT: S:
54

31, Agen Injuri 1. Melakukan pengkajian nyeri  Pasien mengatakan


11.00 biologis secara komprehensif termasuk nyeri pada saat batuk
(Pneumonia) Lokasi, Karakteristik, Durasi, sudah tidak ada lagi
Frekuensi, Kualitas, dan Faktor O:
Presipitasi.  Pasien tampak biasa
2. Mengobservasi reaksi non saat batuk
verbal dari ketidaknyamanan. TTV:
3. Menggunakan teknik TD : 120/80 mmHg
komunikasi terapeutik untuk N : 139 x/menit
mengetahui pengalaman nyeri RR : 32 x/menit
pasien. T : 38,4⁰C
4. Mengajarkan tentang teknik Spo2 :89% tanpa O2
non farmakologi (teknik A: Masalah Teratasi
relaksasi nafas dalam) P: Observasi nyeri klien

S:
19.00  Pasien mengatakan
nyeri pada saat batuk
sudah tidak ada lagi
O:
 Pasien tampak biasa
saat batuk
TTV:
TD : 160/90 mmHg
N : 140 x/menit
RR : 35 x/menit
T : 41⁰C
Spo2 :93% nasal kanul
5L
A: Masalah Teratasi
P: Observasi nyeri klien
22.00
S:
 Pasien mengatakan
nyeri pada saat batuk
sudah tidak ada lagi
O:
 Pasien tampak biasa
saat batuk
TTV:
TD : 130/80 mmHg
N : 140 x/menit
RR : 32 x/menit
T : 39,5⁰C
Spo2 :82% tanpa o2
A: Masalah Teratasi
P: Hentikan intervensi
3. Kamis, Ansietas b.d ANXIETY REDUCTION S:
31, ancaman 1. Mengindentifikasi tingkat  Pasien mengatakan
11.00 kematian kecemasan. pasien masih cemas
2. Menggunakan pendekatan
55

yang menenangkan. dengan penyakitnya


3. Menjelaskan prosedur tindakan O:
dan apa yang di rasakan selama  Pasien tampak cemas
prosedur.  Pasien tampak gelisah
4. Membantu pasien mngenali  Pasien tampak susah
situasi yang menimbulkan tidur
kecemasan TTV:
TD : 120/80mmHg
N : 139 x/menit
RR : 32 x/menit
T : 38,4⁰C
Spo2: 89%tanpa o2
A: Masalah tidak teratasi
P: Lanjutkan Intervensi
19.00
S:
 Pasien mengatakan
pasien masih cemas
dengan penyakitnya
O:
 Pasien tampak cemas
 Pasien tampak gelisah
 Pasien tampak susah
tidur
TTV:
TD : 160/90 mmHg
N : 140 x/menit
RR : 35 x/menit
T : 41⁰C
Spo2 : 93% nasal kanul 5
L
A: Masalah belum teratasi
P: Lanjutkan Intervensi
22.00
S:
 Pasien mengatakan
pasien masih cemas
dengan penyakitnya
O:
 Pasien tampak cemas
 Pasien tampak gelisah
 Pasien tampak susah
tidur
TTV
TD : 130/80mmHg
N : 140 x/menit
RR : 32 x/menit
T :39,5⁰C
Spo2 : 82% tanpa o2
A: Masalah belum teratasi
56

P: lanjutkan intervensi
4. Kamis, Ketidakseimbang 1. Menganjurkan makan sedikit S:
31, an nutrisi kurang tapi sering dengan diet tinggi  pasien mengatakan
11.00 dari kebutuhan kalori tinggi protein (TKTP) tidak nafsu makan
b.d 2. Menganjurkan keluarga untuk  pasien mengatakan
Ketidakmampuan membawa makanan dari rumah makan hanya 4 sendok
menelan makanan terutama makanan yang O:
disukai klien  BB pasien menurun
3. Menganjurkan pada ahli gizi  Porsi makan pasien
untuk menentukan untuk sedikit
komposisi diet  Leukosit : 27,4 ribu
4. Memberikan vitamin sesuai A: masalah tidak teratasi
indikasi P: lanjutkan intervensi

S:
19.00  pasien mengatakan
tidak nafsu makan
 pasien mengatakan
makan hanya 5 sendok
O:
 BB pasien menurun
 Porsi makan pasien
sedikit
 Leukosit : 27,4 ribu
A: masalah tidak teratasi
P: lanjutkan intervensi
22.00
S:
 pasien mengatakan
tidak nafsu makan
 pasien mengatakan
makan hanya 4 sendok
dan buah
O:
 BB pasien menurun
 Porsi makan pasien
sedikit
 Leukosit : 27,4 ribu
A: masalah tidak teratasi
P: lanjutkan intervensi
5. Kamis, Gangguan Pola 1. Mendetermitas efek-efek S:
31, Tidur b/d kurang medikasi terhadap pola tidur  Pasien mengatakan
11.00 control tidur 2. Menjelaskan pentingnya tidur tidak bisa tidur
yang adekurat nyenyak dan sering
3. Kolaborasi pemberian obat terbangun karena
tidur batuk, sesak nafas,
4. Memonitor waktu makan dan  Klien mengatakan
minum dengan waktu tidur tidur 1-2 jam hari dan
5. Memonitor/ catat kebutuhan sering gelisah
tidur klien setiap hari dimalam hari
57

O:
 Terlihat ada lipatan
kantung mata
 Pasien terlihat gelisah
 Pasien terlihat sesak
nafas
TTV:
TD : 120/80mmHg
N : 139 x/menit
RR : 32 x/menit
T : 38,4⁰C
Spo2: 89%tanpa o2
A: Masalah tidak teratasi
P: Lanjutkan Intervensi

19.00 S:
 Pasien mengatakan
tidak bisa tidur
nyenyak dan sering
terbangun karena
batuk, sesak nafas,
 Klien mengatakan
tidur 1-2 jam hari dan
sering gelisah
dimalam hari
O:
 Terlihat ada lipatan
kantung mata
 Pasien terlihat gelisah
 Pasien terlihat sesak
nafas
TTV:
TD : 160/90mmHg
N : 140 x/menit
RR : 35 x/menit
T : 41⁰C
Spo2 : 93% nasal kanul 5
L
A: Masalah belum teratasi
22.00
P: Lanjutkan Intervensi

S:
 Pasien mengatakan
tidak bisa tidur
nyenyak dan sering
terbangun karena
batuk, sesak nafas,
 Klien mengatakan
tidur 1-2 jam hari dan
sering gelisah
58

dimalam hari
O:
 Terlihat ada lipatan
kantung mata
 Pasien terlihat gelisah
 Pasien terlihat sesak
nafas
TTV
TD : 130/80mmHg
N : 140 x/menit
RR : 32 x/menit
T :39,5⁰C
Spo2 : 82% tanpa o2
A: Masalah belum teratasi
P: lanjutkan intervensi
6. Kamis, Hipertermi b.d FEVER TREATMENT S:
31, proses penyakit 1. Memonitor TTV  Pasien mengatakan
11.00 2. Memonitorung warna dan suhu badannya meriang dan
kulit demam
3. Memberikan pengobatan untuk O:
mengatasi demam TTV:
4. Memonitor intake output TD : 120/80mmHg
5. Kolaborasi N : 139 x/menit
RR : 32 x/menit
T : 38,4⁰C
Spo2: 89%tanpa o2
 Hasil foto thorak :
Konsolidasi di kedua
paru
Kesimpulan : +Pneumonia
 Lab:
leukosit : 27,4 ribu
LED : 91 mm/jam
Trombosit: 180 ribu
Limfosit : 14.3 %
A: Masalah tidak teratasi
P: Lanjutkan Intervensi

19.00 S:
 Pasien mengatakan
badannya meriang dan
demam
O:
TTV:
TD : 160/90mmHg
N : 140 x/menit
RR : 35x/menit
T : 41⁰C
Spo2 : 93% nasal kanul 5
L
59

 Hasil foto thorak :


Konsolidasi di kedua
paru
Kesimpulan : +Pneumonia
 Lab:
leukosit : 27,4 ribu
LED : 91 mm/jam
Trombosit: 180 ribu
Limfosit : 14.3 %
A: Masalah tidak teratasi
P: Lanjutkan Intervensi
22.00
S:
 Pasien mengatakan
badannya meriang dan
demam
O:
TTV
TD : 130/80mmHg
N : 140 x/menit
RR : 32 x/menit
T :39,5⁰C
Spo2 : 82% tanpa o2
 Hasil foto thorak :
Konsolidasi di kedua
paru
Kesimpulan : +Pneumonia
 Lab:
leukosit : 27,4 ribu
LED : 91 mm/jam
Trombosit: 180 ribu
Limfosit : 14.3 %
A: Masalah tidak teratasi
P: Lanjutkan Intervensi
7. Kamis, Hambatan EXERCISE THERAPY: S:
31, Mobilitas fisik 1. Memonitor vital sign  Pasien mengatakan
11.00 sebelum/sesudah latihan dan tangan kanan dan
lihat respon pasien saat latihan. kedua kakinya lemah
2. Mengkaji kemampuan pasien dan sering keram
dalam mobilisasi. O:
3. Melatih pasien dalam  Pasien gelisah
pemenuhan kebutuhan ADL  Pasien terlihat
(Activity Daily Living) secara berbaring ditempat
mandiri. tidur
4. Mendampingi dan bantu pasien  ADL pasien di bantu
saat mobilisasi dan bantu keluarga
penuhi kebutuhan ADL  Pasien terlihat lemah
(Activity Daily Living) pasien. Skala Otot
3333 4444
3333 3333
60

A: Masalah belum teratasi


P: lanjutkan intervensi

19.00 S:
 Pasien mengatakan
tangan kanan dan
kedua kakinya lemah
dan sering keram
O:
 Pasien gelisah
 Pasien terlihat
berbaring ditempat
tidur
 ADL pasien di bantu
keluarga
 Pasien terlihat lemah
Skala Otot
3333 4444
3333 3333
A: Masalah belum teratasi
P: lanjutkan intervensi
22.00 S:
 Pasien mengatakan
tangan kanan dan
kedua kakinya lemah
dan sering keram
O:
 Pasien gelisah
 Pasien terlihat
berbaring ditempat
tidur
 ADL pasien di bantu
keluarga
 Pasien terlihat lemah
Skala Otot
3333 4444
3333 3333
A: Masalah belum teratasi
P: lanjutkan intervensi
No. Hari,tgl Diagnosa Implementasi Evaluasi paraf
,jam Keperawatan
1. Jum’at, Ketidak efektifan 1. Mengbservasi secara berkala S:
01, bersihkan jalan pada fungsi respirasi, adanya  Pasien mengatakan
10.30 nafas b/d suara nafas tambahan ronchi masih sesak nafas
Akumulasi Sekret 2. Memberikan posisi semi  Pasien mengatakan
fowler atau dorsal batuk berdahak
3. Mengajarkan keluarga klien O:
melakukan fisioterapi dada  Pasien terlihat sesak
4. Mengeluarkan secret dengan nafas
61

batuk efektif  Nafas cepat


 Bunyi nafas ronchi
 Hasil foto thorak :
Konsolidasi di kedua
paru
Kesimpulan : +Pneumonia
TTV:
TD : 120/90 mmhg
N : 139 x/menit
RR : 32 x/menit
T : 38,6 ⁰C
Spo2 :88% tanpa o2
A : masalah belum teratasi
P :lanjutkan intervensi

18.00 S:
 Pasien mengatakan
masih sesak nafas
 Pasien mengatakan
batuk berdahak
O:
 Pasien terlihat sesak
nafas
 Nafas cepat
• Bunyi nafas
ronchi
• Hasil foto thorak :
Konsolidasi di kedua paru
Kesimpulan : +Pneumonia
TTV:
TD : 120/90 mmhg
N : 139 x/menit
RR : 36 x/menit
T : 40,3 ⁰C
Spo2 :92% terpasang nasal
5L
A : masalah belum teratasi
P :lanjutkan intervensi
22.00
S:
 Pasien mengatakan
masih sesak nafas
 Pasien mengatakan
batuk berdahak
O:
 Pasien terlihat sesak
nafas
 Nafas cepat
 Bunyi nafas ronchi
62

 Hasil foto thorak :


Konsolidasi di kedua
paru
Kesimpulan : +Pneumonia
TTV:
TD : 130/80 mmhg
N : 130 x/menit
RR : 33 x/menit
T : 39,2 ⁰C
Spo2 :8% tanpa o2
A : masalah belum teratasi
P :lanjutkan intervensi

2. Jum’at, Ansietas b.d ANXIETY REDUCTION S:


01, ancaman 1. Mengindentifikasi tingkat  Pasien mengatakan
10.30 kematian kecemasan. cemas klien berkurang
2. Menggunakan pendekatan  pasien mengatakan
yang menenangkan. pasrah dengan
3. Menjelaskan prosedur tindakan penyakitnya
dan apa yang di rasakan selama O:
prosedur.  pasien tampak pasrah
4. Membantu pasien mngenali TTV:
situasi yang menimbulkan TD : 120/90 mmhg
kecemasan N : 139 x/menit
RR : 32 x/menit
T : 38,6 ⁰C
Spo2 :88% tanpa o2
A: Masalah teratasi
sebagian
P: lanjutkan intervensi

S:
18.00  Pasien mengatakan
cemas klien berkurang
 pasien mengatakan
pasrah dengan
penyakitnya
O:
 pasien tampak pasrah
TTV:
TD : 120/90 mmhg
N : 139 x/meniit
RR : 36 x/menit
T : 40,3 x/menit
Spo2 :92% terpasang nasal
5L
A: Masalah teratasi
sebagian
P: lanjutkan intervensi
22.00 S:
63

 Pasien mengatakan
cemas klien berkurang
 pasien mengatakan
pasrah dengan
penyakitnya
O:
 pasien tampak pasrah
 pasien tampak tidur
TTV:
TD : 130/80 mmhg
N : 130 x/menit
RR : 33 x/menit
T : 39,2 ⁰C
Spo2 :81% tanpa o2
A: Masalah teratasi
sebagian
P: lanjutkan intervensi
3. Jum’at, Ketidakseimbang 1. Menganjurkan makan sedikit S:
01, an nutrisi kurang tapi sering dengan diet tinggi  pasien mengatakan
10.30 dari kebutuhan kalori tinggi protein (TKTP) tidak nafsu makan
b.d 2. Menganjurkan keluarga untuk  pasien mengatakan
Ketidakmampuan membawa makanan dari rumah makan hanya 4 sendok
menelan makanan terutama makanan yang O:
disukai klien  BB pasien menurun
3. Menganjurkan pada ahli gizi  Porsi makan pasien
untuk menentukan untuk sedikit
komposisi diet  Leukosit : 27,4 ribu
4. Memberikan vitamin sesuai A: masalah tidak teratasi
indikasi P: lanjutkan intervensi

S:
18.00  pasien mengatakan
tidak nafsu makan
 pasien mengatakan
makan hanya 4 sendok
O:
 BB pasien menurun
 Porsi makan pasien
sedikit
 Leukosit : 27,4 ribu
A: masalah tidak teratasi
P: lanjutkan intervensi

22.00 S:
 pasien mengatakan
tidak nafsu makan
 pasien mengatakan
makan hanya 4 sendok
O:
 BB pasien menurun
64

 Porsi makan pasien


sedikit
 Leukosit : 27,4 ribu
A: masalah tidak teratasi
P: lanjutkan intervensi
4. Jum’at, Gangguan Pola 1. Mendetermitas efek-efek S:
01, Tidur b/d kurang medikasi terhadap pola tidur  Pasien mengatakan
10.30 control tidur 2. Menjelaskan pentingnya tidur tidak bisa tidur
yang adekurat nyenyak dan sering
3. Kolaborasi pemberian obat terbangun karena
tidur batuk, sesak nafas,
4. Memonitor waktu makan dan  Pasien mengatakan
minum dengan waktu tidur tidur 1-2 jam hari dan
5. Memonitor/ catat kebutuhan sering gelisah
tidur klien setiap hari dimalam hari
O:
 Terlihat ada lipatan
kantung mata
 Pasien terlihat gelisah
 Pasien terlihat sesak
nafas
TTV:
TD : 120/90 mmhg
N : 139 x/menit
RR : 32 x/menit
T : 38,6 ⁰C
Spo2 :88%tanpa o2
A: Masalah belum teratasi
P: Lanjutkan intervensi
18.00 S:
 Pasien mengatakan
tidak bisa tidur
nyenyak dan sering
terbangun karena
batuk, sesak nafas,
 Pasien mengatakan
tidur 1-2 jam hari dan
sering gelisah
dimalam hari
O:
 Terlihat ada lipatan
kantung mata
 Pasien terlihat gelisah
 Pasien terlihat sesak
nafas
TTV:
TD : 120/90 mmhg
N : 139 x/menit
RR : 36 x/menit
65

T : 40,3⁰C
Spo2 :92%terpasang nasal
5L
A: Masalah belum teratasi
P: lanjutkan intervensi
22.00
S:
 Pasien mengatakan
tidak bisa tidur
nyenyak dan sering
terbangun karena
batuk, sesak nafas,
 Pasien mengatakan
tidur 1-2 jam hari dan
sering gelisah
dimalam hari
O:
 Terlihat ada lipatan
kantung mata
 Pasien terlihat gelisah
 Pasien terlihat sesak
nafas
TTV:
TD : 130/80 mmhg
N : 130 x/menit
RR : 33 x/menit
T : 39,2⁰C
Spo2 :81%tanpa o2
A: Masalah belum teratasi
P: lanjutkan intervensi
5. Jum’at, Hipertermi b.d FEVER TREATMENT S:
01, proses penyakit 1. Memonitor TTV  Pasien mengatakan
10.30 2. Memonitorung warna dan suhu badannya meriang dan
kulit demam
3. Memberikan pengobatan untuk O:
mengatasi demam TTV:
4. Memonitor intake output TD : 120/90 mmhg
5. Kolaborasi N : 139 x/menit
RR : 32 x/menit
T : 38,6⁰C
Spo2 :88% tanpa o2
 Hasil foto thorak :
Konsolidasi di kedua
paru
Kesimpulan : +Pneumonia
 Lab:
leukosit : 27,4 ribu
LED : 91 mm/jam
Trombosit: 180 ribu
Limfosit : 14.3 %
66

A: Masalah belum teratasi


P: Lanjutkan intervensi

18.00 S:
 Pasien mengatakan
badannya meriang dan
demam
O:
TTV:
TD : 120/90 mmhg
N : 139 x/menit
RR : 36 x/menit
T : 40,3⁰C
Spo2 :92% terpasang nasal
5L
 Hasil foto thorak :
Konsolidasi di kedua
paru
Kesimpulan : +Pneumonia
 Lab:
leukosit : 27,4 ribu
LED : 91 mm/jam
Trombosit: 180 ribu
Limfosit : 14.3 %
A: Masalah belum teratasi
P: Lanjutkan intervensi
22.00
S:
 Pasien mengatakan
badannya meriang dan
demam
O:
TTV:
TD : 130/80 mmhg
N : 130 x/menit
RR : 33 x/menit
T : 39,2⁰C
Spo2 :81%tanpa o2
 Hasil foto thorak :
Konsolidasi di kedua
paru
Kesimpulan : +Pneumonia
 Lab:
leukosit : 27,4 ribu
LED : 91 mm/jam
Trombosit: 180 ribu
Limfosit : 14.3 %
A: Masalah belum teratasi
P: lanjutkan intervensi
6. Jum’at, Hambatan EXERCISE THERAPY: S:
01, Mobilitas fisik 1. Memonitor vital sign  Pasien mengatakan
67

10.30 sebelum/sesudah latihan dan tangan kanan dan


lihat respon pasien saat latihan. kedua kakinya lemah
2. Mengkaji kemampuan pasien dan sering keram
dalam mobilisasi. O:
3. Melatih pasien dalam  Pasien gelisah
pemenuhan kebutuhan ADL  Pasien terlihat
(Activity Daily Living) secara berbaring ditempat
mandiri. tidur
4. Mendampingi dan bantu pasien  ADL pasien di bantu
saat mobilisasi dan bantu keluarga
penuhi kebutuhan ADL  Pasien terlihat lemah
(Activity Daily Living) pasien. Skala Otot
3333 4444
3333 3333
A: Masalah belum teratasi
P: lanjutkan intervensi

18.00 S:
 Pasien mengatakan
tangan kanan dan
kedua kakinya lemah
dan sering keram
O:
 Pasien gelisah
 Pasien terlihat
berbaring ditempat
tidur
 ADL pasien di bantu
keluarga
 Pasien terlihat lemah
Skala Otot
3333 4444
3333 3333
A: Masalah belum teratasi
P: lanjutkan intervensi
22.00
S:
 Pasien mengatakan
tangan kanan dan
kedua kakinya lemah
dan sering keram
O:
 Pasien gelisah
 Pasien terlihat
berbaring ditempat
tidur
 ADL pasien di bantu
keluarga
 Pasien terlihat lemah
Skala Otot
68

3333 4444
3333 3333
A: Masalah belum teratasi
P: lanjutkan intervensi
No. Hari,tgl Diagnosa Implementasi Evaluasi paraf
,jam Keperawatan
1.. sabtu, Ketidak efektifan 1. Mengbservasi secara berkala S:
02, bersihkan jalan pada fungsi respirasi, adanya  Pasien mengatakan
12.00 nafas b/d suara nafas tambahan ronchi masih sesak nafas
Akumulasi Sekret 2. Memberikan posisi semi  Pasien mengatakan
fowler atau dorsal batuk berdahak
3. Mengajarkan keluarga klien O:
melakukan fisioterapi dada  Pasien terlihat sesak
4. Mengeluarkan secret dengan nafas
batuk efektif  Nafas cepat
 Bunyi nafas ronchi
 Hasil foto thorak :
Konsolidasi di kedua
paru
Kesimpulan : +Pneumonia
TTV:
TD : 90/60 mmhg
N : 108 x/menit
RR : 28 x/menit
T : 38,9 ⁰C
SPO2: 96% memakai O2
nasal 3L
A: Masalah teratasi
sebagian
P: Intervensi dihentikan
pasien pindah ruangan (icu
paru)
2.. Sabtu, Ansietas b.d ANXIETY REDUCTION S:
02, ancaman 1. Mengindentifikasi tingkat  Pasien mengatakan
12.00 kematian kecemasan. cemas klien berkurang
2. Menggunakan pendekatan  pasien mengatakan
yang menenangkan. pasrah dengan
3. Menjelaskan prosedur tindakan penyakitnya
dan apa yang di rasakan selama O:
prosedur.  pasien tampak pasrah
4. Membantu pasien mngenali TTV:
situasi yang menimbulkan TD : 90/60 mmhg
kecemasan N : 108 x/menit
RR : 28 x/menit
T : 38,9 ⁰C
SPO2: 96% memakai O2
nasal 3L
A: Masalah teratasi
sebagian
P: Intervensi dihentikan
69

pasien pindah ruangan (icu


paru)
3.. Sabtu, Perubuhan 1. Menganjurkan makan sedikit S:
02, Penurunan Nutrisi tapi sering dengan diet tinggi  pasien mengatakan
12.00 Kurang Dari kalori tinggi protein (TKTP) tidak nafsu makan
Kebutuhan Tubuh 2. Menganjurkan keluarga untuk  pasien mengatakan
b/d Anoreksia membawa makanan dari rumah makan hanya 4 sendok
terutama makanan yang O:
disukai klien  BB pasien menurun
3. Menganjurkan pada ahli gizi  Porsi makan pasien
untuk menentukan untuk sedikit
komposisi diet  Leukosit : 27,4 ribu
4. Memberikan vitamin sesuai A: masalah tidak teratasi
indikasi P: intervensi dihentikan
pasien pindah ruangan (icu
paru)
4. Sabtu, Gangguan Pola 1. Mendetermitas efek-efek S:
02, Tidur b/d kurang medikasi terhadap pola tidur  Pasien mengatakan
12.00 control tidur 2. Menjelaskan pentingnya tidur tidak bisa tidur
yang adekurat nyenyak dan sering
3. Kolaborasi pemberian obat terbangun karena
tidur batuk, sesak nafas,
4. Memonitor waktu makan dan  Pasien mengatakan
minum dengan waktu tidur tidur 1-2 jam hari dan
5. Memonitor/ catat kebutuhan sering gelisah
tidur klien setiap hari dimalam hari
O:
 Terlihat ada lipatan
kantung mata
 Pasien terlihat gelisah
 Pasien terlihat sesak
nafas
TTV:
TD : 90/60 mmhg
N : 108 x/menit
RR : 28 x/menit
T : 38,9 ⁰C
SPO2: 96% memakai O2
nasal 3L
A: Masalah teratasi
sebagian
P: Intervensi dihentikan
pasien pindah ruangan (icu
paru)
5. Sabtu, Hipertermi b.d FEVER TREATMENT S:
02, proses penyakit 1. Memonitor TTV  Pasien mengatakan
12.00 2. Memonitorung warna dan suhu badannya meriang dan
kulit demam
3. Memberikan pengobatan untuk O:
mengatasi demam TTV:
70

4. Memonitor intake output TD : 90/60 mmhg


5. Kolaborasi N : 108 x/menit
RR : 28 x/menit
T : 38,9 ⁰C
SPO2: 96% memakai O2
nasal 3L
 Hasil foto thorak :
Konsolidasi di kedua
paru
Kesimpulan : +Pneumonia
 Lab:
leukosit : 27,4 ribu
LED : 91 mm/jam
Trombosit: 180 ribu
Limfosit : 14.3 %
A: Masalah teratasi
sebagian
P: Intervensi dihentikan
pasien pindah ruangan (icu
paru)
6. Sabtu , Hambatan EXERCISE THERAPY: S:
02, Mobilitas fisik 1. Memonitor vital sign  Pasien mengatakan
12.00 sebelum/sesudah latihan dan tangan kanan dan
lihat respon pasien saat latihan. kedua kakinya lemah
2. Mengkaji kemampuan pasien dan sering keram
dalam mobilisasi. O:
3. Melatih pasien dalam  Pasien gelisah
pemenuhan kebutuhan ADL  Pasien terlihat
(Activity Daily Living) secara berbaring ditempat
mandiri. tidur
4. Mendampingi dan bantu pasien  ADL pasien di bantu
saat mobilisasi dan bantu keluarga
penuhi kebutuhan ADL  Pasien terlihat lemah
(Activity Daily Living) pasien. Skala Otot
3333 4444
3333 3333
A: Masalah teratasi
sebagian
P: Intervensi dihentikan
pasien pindah ruangan
(icu)
71

BAB IV

PENUTUP

A. Kesimpulan
Pneumonia adalah suatu proses peradangan dimana terdapat
konsolidasi yang disebabkan pengisian rongga alveoli oleh eksudat.
Pertukaran gas tidak dapat berlangsung pada daerah yang mengalami
konsolidasi dan darah dialirkan kesekitar alveoli yang tidak berfungsi.
Hipoksia dapat terjadi tergantung banyaknya jaringan paru-paru yang
sakit (Irman Somantri, 2008: 67).
Pneumonia adalah proses peradangan pada parenkim paru-paru,
yang biasanya dihubungkan dengan meningkatnya cairan pada alveoli
(Santa Manurung, 2009: 93).
B. Saran
1. Bagi ilmu keperawatan
Dapat menjadi buhan referensi untuk pengembangan ilmu
keperawatan terutama masalah pneumonia
2. Bagi stikes cahaya bangsa
Dapat menjadi bahan pustaka, menambah wawasan dan
pengetahuan bagi mahasiswa lain tentang pneumonia
3. Bagi mahasiswa
Dapat mengetahui dan menambah wawasan bagi mahasiswa
lain serta agar lenh dapat dikembangkan untuk masa yang akan
datang selanjutnya.
72

DAFTAR PUSTAKA

Arif Muttaqin, 2008. Asuhan Keperawatan Pasien Pneumonia, EGC.

Irman Soemantri, 2009. Keperawatan Pasien Paru di Rumah Sakit. Jakarta,


EGC.

North American Nursing Diagnosis (NANDA) 2014, Panduan Penyusunan


Asuhan Keperawatan.

Santa Manurung, 2009. Asuhan Keperawatan Kegawat Daruratan Paru,


Jakarta, EGC. Medika

World Health Organization (WHO) 2013.

Anda mungkin juga menyukai