D
I
S
U
S
U
N
OLEH :
ELISMAWATI
NIM : 2005038
1
BAB I
LAPORAN PENDAHULUAN
A. Defenisi
Pneumonia adalah peradangan paru dimana asinus paru terisi cairan radang dengan
atau tanpa disertai infiltrasi dari sel radang kedalam dinding alveoli dan rongga interstisium.
(secara anatomis dapat timbul pneumonia lobaris maupun lobularis / bronchopneumonia.
Pneumonia merupakan salah satu penyakit infeksi saluran pernafasan yang terbanyak
didapatkan dan sering merupakan penyebab kematian hampir di seluruh dunia. Di Indonesia
berdasarkan survei kesehatan rumah tangga tahun 1986 yang dilakukan Departemen
Kesehatan, pneumonia tergolong dalam penyakit infeksi akut saluran nafas, merupakan
penyakit yang banyak dijumpai.
B. Etioligi
Menurut Corwin (2001), Penyebab tersering pneumonia bakterialis adalah bakteri
positif-gram, streptococcus pneumonia yang menyebabkan pneumonia steptrokokus. Bakteri
staphylococcus aureus adalah streptokokus beta-hemolitikus grup A yang juga sering
menyebabkan pneumonia, demikian juga pseudomonas aeroginosa. Pneumonia lain
disebabkan oleh virus misalnya influenza. Pneumonia mikoplasma, suatu pneumonia yang
relative sering dijumpai yang disebabkan oleh suatu organisme yang berdasarkan beberapa
aspeknya berada diantara bakteri dan virus.
C. Manifestasi Klinis
Menurut Corwin (2001), gejala-gejala pneumonia serupa untuk semua jenis
pneumonia, tetapi terutama mencolok pada pneumonia yang disebabakan oleh bakteri.
Gejala-gejala mencakup:
1) Demam dan menggigil akibat proses peradangan
2) Batuk yang sering produktif dan purulen
79
3) Sputum berwarna merah karat (untuk streptococcus pneumoniae), merah muda
(untuk staphylococcus aureus), atau kehijauan dengan bau khas (untuk pseudomonas
aeruginosa)
4) Krekel (bunyi paru tambahan).
5) Rasa lelah akibat reaksi peradangan dan edema.
6) Biasanya sering terjadi respons subyektif dispnu. Dispnu adalah peasaan sesak
atau kesulitan bernafas yang dapat disebabkan oleh penurunan pertukaran gas-gas.
7) Mungkin timbul tanda-tanda sianosis
8) Ventilasi mungkin berkurang akibat penimbunan mucus, yang dapat
menyebabkan atelektasis absorpsi.
9) Hemoptisis, batuk darah, dapat terjadi akibat cedera toksin langsung pada kapiler
atau akibat reaksi peradangan yang menyebabkan kerusakan kapiler.
D. Patofisiologi
Menurut Chirstman (1995) dalam Asih & Effendy (2004), Dari berbagai macam
penyebab pneumonia, seperti virus, bakteri, jamur, dan riketsia, pneumonitis hypersensitive
dapat menyebabkan penyakit primer. Pneumonia juga dapat terjadi akibat aspirasi, yang
paling jelas adalah pada klien
yang diintubasi, kolonisasi trachea dan terjadi mikroaspirasi sekresi saluran pernafasan
atas yang terinfeksi, namun tidak semua kolonisasi akan mengakibatkan pneumonia.
Menurut Asih & Effendy (2004), mikroorganisme dapat mencapai paru melalui
beberapa jalur, yaitu:
1) Ketika individu terinfeksi batuk, bersin atau berbicara, mikroorganisme
dilepaskan kedalam udara dan terhirup oleh orang lain.
2) Mikroorganisme dapat juga terinspirasi dengan aerosol (gas nebulasi) dari
peralatan terapi pernafasan yang terkontaminasi.
3) Pada individu yang sakit atau hygiene giginya buruk, flora normal orofaring
dapat menjadi patogenik
4) Staphylococcus dan bakteri gram-negatif dapat menyebar melalui sirkulasi dari
infeksi sistemik, sepsis, atau jarum obat IV yang terkontaminasi.
80
Pada individu yang sehat, pathogen yang mencapai paru dikeluarkan atau bertahan
dalam pipi melalui mekanisme perubahan diri seperti reflex batuk, kliens mukosiliaris, dan
fagositosis oleh makrofag alveolar. Pada individu yang rentan, pathogen yang masuk ke
dalam tubuh memperbanyak diri, melepaskan toksin yang bersifat merusak dan menstimulasi
respon inflamasi dan respon imun, yang keduanya mempunyai efek samping yang merusak.
Reaksi antigen-antibodi dan endotoksin yang dilepaskan oleh beberapa
mikroorganisme merusak membrane mukosa bronchial dan membrane alveolokapiler.
Inflamasi dan edema menyebabkan sel-sel acini dan bronkiales terminalisterisi oleh debris
infeksius dan eksudat, yang menyebabkan abnormalitas ventilasi-perfusi. Jika pneumonia
disebabkan oleh staphilococcuc atau bakteri gram-negatif dapat terjadi juga nekrosis
parenkim paru.
Pada pneumonia pneumokokus, organism S. pneumonia meransang respons inflamasi,
dan eksudat inflamsi menyebabkan edema alveolar, yang selanjutnya mengarah pada
perubahan-perubahan lain . sedangkan pada pneumonia viral disebabkan oleh virus biasanya
bersifat ringan dan self-limited tetapi dapat membuat tahap untuk infeksin sekunder bakteri
dengan memberikan suatu lingkungan ideal untuk pertumbuhan bakteri dan dengan merusak
sel-sel epitel bersilia, yang normalnya mencegah masuknya pathogen ke jalan nafas bagian
bawah.
81
Mind Mapping Pneumonia
Reseptor Peradangan
Masuk Saluran
Pernafasan
Hipotalamus
Paru-paru
Suhu Tubuh Hipertermi
Bronkus Alveoli
Keringat berlebih
Mengganggu kerja
Makrofag Intake Cairan Resiko
Kekurangan
Volune cairan
Infeksi
Peradangan
83
E. Pemeriksaan Rontgen
Pemeriksaan ini dapat menunjukkan kelainan sebelum hal ini dapat ditemukan secara
pemeriksaan fisik. Pada bronchopneumonia bercak – bercak infiltrat didapatkan pada satu
atau beberapa lobus. Pada pneumonia lobaris terlihat adanya konsosolidasi pada satu atau
beberapa lobus. Pada pneumonia lobaris terlihat adanya konsolidasi pada satu atau beberapa
lobus. Foto rongent dapat juga menunjukkan adanya komplikasi pada satu atau beberapa
lobus. Foto rongent dapat juga menunjukkan adanya komplikasi seperti pleuritis, abses paru,
perikarditis dll.
F. Pemeriksaan Laboratorium
Pada pemeriksaan laboratorium terdapat peningkatan jumlah leucosit, biasanya >
10.000/µl kadang mencapai 30.000 jika disebabkan virus atau mikoplasma jumlah leucosit
dapat normal, atau menurun dan pada hitung jenis leucosit terdapat pergeseran kekiri juga
terjadi peningkatan LED. Kultur darah dapat positif pada 20 – 25 pada penderita yang tidak
diobatai. Kadang didapatkan peningkatan ureum darah, akan tetapi kteatinin masih dalah
batas normal. Analisis gas darah menunjukan hypoksemia dan hypercardia, pada stadium
lanjut dapat terjadi asidosis respiratorik.
G. Komplikasi
Menurut Suyono (2003) komplikasi pneumonia antara lain Efusi pleura dan emfisema.
Terjadi pada sekitar 45% kasus, terutama pada infeksi bakterial akut berupa efusi para
pneumonik gram negatif sebesar 60%, staplilococus aureus 50%, S. Pneumoniae 40-60%,
kuman anaerob 35%. Sedang pada mycoplasma pneumoniae sebesar 20%. Cairannya
transudat dan sterill, Komplikasi sistemik, dapat terjadi akibat invasi kuman atau bakteriemia
berupa menungitis. Dapa juga terjadi dehidrasi dan hiponatremia, anemia pada infeksi
kronik, peningkatan ureum dan enzim hati, Hipoksemia akibat gangguan difusi, Pneumonia
kronis yang dapat terjadi bila pneumonia berlangsung lebih dari 4-6 minggu akibat kuman
anaerob s. Aureus dan kuman gram (-), Bronkietaksis. Biasanya terjadi karena pneumonia
pada masa anakanak tetapi dapat juga oleh infeksi berulang di lokasi bronkus distal pada
cystic fibrosis atau hipogamaglobulinemia, tuberkolosis, atau pneumonia nekrotikans.
84
H. Prognosis
Pada umumnya prognosis adalah baik, tergantung dari faktor penderita, bakteri
penyebab dan penggunaan antibiotik yang tepat serta adekuat. Perawatan yang baik dan
intensif sangat mempengaruhi prognosis penyakit pada penderita yang dirawat. Angka
kematian penderita pneumonia komuniti kurang dari 5% pada penderita rawat jalan ,
sedangkan penderita yang dirawat di rumah sakit menjadi 20%. Menurut Infectious Disease
Society Of America ( IDSA ) angka kematian pneumonia komuniti pada rawat jalan
berdasarkan kelas yaitu kelas I 0,1% dan kelas II 0,6% dan pada rawat inap kelas III sebesar
2,8%, kelas IV 8,2% dan kelas V 29,2%. Hal ini menunjukkan bahwa meningkatnya risiko
kematian penderita pneumonia komuniti dengan peningkatan risiko kelas. Di RS
Persahabatan pneumonia rawat inap angka kematian tahun 1998 adalah 13,8%, tahun 1999
adalah 21%, sedangkan di RSUD Dr. Soetomo angka kematian 20 -35%.
I. Rumusan Diagnosa Nanda
Diagnosa Keperawatan Menurut Nanda (2013) antara lain:
a. Ketidakefektifan Bersihan Kalan Nafas
85
b.d mukus trakeobronkial yang terbuka dan respirasi sebagaimana mestinya
berlebihan lancar untuk pertukaran udara 2. Posisikan pasien semi fowler,
Setelah dilakukan tindakan atau posisi fowler
keperawatan selama 3x24 jam 3. Observasi kecepatan,irama,ked
pasien dapat meningkatkan alaman dankesulitan bernafas
status pernafasan yang 4. Auskultasi suara nafas
adekuatmeningkat dari skala 2 5. lakukan fisioterapi dada
(cukup) menjadi skala 4 (ringan) sebagaimana mestinya
dengan kriteria hasil : 6. Kolaborasi pemberian O2
1. Frekuensi pernafasan normal sesuai instruksi
(30-50x/menit) 7. Ajarkan melakukan batuk
2. Irama pernafasan normal efektif
(teratur) 8. Ajarkan pasien dan keluarga
3. Kemampuan untuk mengenai penggunaan perangkat
mengeluarkan secret (pasien oksigen yang memudahkan
dapat melakukan batuk efektif mobilitas
jika memungkinkan)
4. Tidak ada suara nafas
tambahan (seperti ;
Ronchi,wezing,mengi)
5. Tidak ada penggunaan otot
bantu napas (tidak adanya
retraksi dinding dada)
6. Tidak ada batuk
2 Ketidakefektif an Status pernafasan Manajamen Jalan nafas
pola napas Definisi : Proses keluar 1. Posisikan pasien Posisi semi
berhubungan masuknya udara ke paruparu fowler, atau posisi fowler
dengan keletihan serta pertukaran karbondioksida Manajemen pernafasan
otot pernafasan dan oksigen di alveoli. Setelah 2.Observasi
dilakukan tindakan keperawatan kecepatan,irama,keda laman dan
3x24 jam status pernafasan yang kesulitan bernafas
adekuat meningkat dari skala 2 3.Observasi pergerakan dada,
(berat) menjadi 5(ringan) dengan kesimetrisan dada,penggunaan
kriteria hasil : otootot bantu nafas,dan retraksi
1. frekuensi pernafasan normal pada dinding dada
(30-50x/menit) 4.Auskultasi suara nafas Terapi
2. Irama pernafasan normal oksigen
(teratur) 3. suara auskultasi nafas 5. Kolaborasi pemberian O2
normal (vesikuler) 6. Monitor aliran oksigen
4. Kepatenan jalan nafas 7.Ajarkan pasien dan keluarga
5. Tidak ada penggunaan otot mengenai penggunaan perangkat
bantu nafas (tidak ada retraksi oksigen yang memudahkan
dinding dada) mobilitas
6. Tidak ada pernafasan cuping
86
hidung
87
BAB II
Triger Case
Keluhan Utama : batuk berdahak dan sesak napas
An E (8 th) datang ke RS pada tanggal 01 Februari 2021, jam 10.20 wib dengan
keluhan batuk berdahak dan sesak napas. Orang tua anak mengatakan sesak napas didahului
oleh batuk pilek seminggu sebelum masuk RS. Orang tua anak mengatakan sesak napas
sejak 6 hari sebelum masuk RS.Orang tua anak mengatakan sesak napas timbul perlahan-
lahan, sesak napas terus menerus dan bertambah dengan aktivitas. Berat ringannya
keluhan : Orang tua anak mengatakan sesak napas cenderung bertambah sejak 2 hari sebelum
masuk RS. Orang tua anak mengatakan upaya untuk mengatasi sesak adalah dengan istirahat
dan minum obat batuk ( OBH ).
Penatalaksanaan Pneumonia
Penatalaksanaan medis secara umum untuk pneumonia menurut Manurung dkk
(2016) adalah :
1. Pemberian antibiotik seperti : penicillin, cephalosporin pneumonia
2. Pemberian antipiretik, analgetik, bronkodilator
3. Pemberian oksigen
4. Pemberian cairan parenteral sesuai indikasi.
88
BAB III
LAPORAN KASUS
A. Pengkajian
1. Biodata / Data Biografi
Identitas Klien:
Nama : An. E No Register :
Umur : 8 tahun
Suku/bangsa : Jawa
Status Perkawinan : -
Agama : Islam
Pendidikan : -
Pekerjaan : -
Alamat : jl.Cimanuk
Tanggal masuk RS : 01 Februari 2021
Tanggal Pengkajian : 02 Februari 2021
Catatan kedatangan : Kursi roda ( ), Ambulan ( ), Brankar ( √ )
89
b. Riwayat Kesehatan Sekarang (RKS) :
Faktor pencetus: Orang tua anak mengatakan sesak napas didahului oleh batuk pilek
seminggu sebelum masuk RS.
Muncul keluhan ( ekaserbasi) : Orang tua anak mengatakan sesak napas sejak 6 hari
sebelum masuk RS.
Sifat keluhan : Orang tua anak mengatakan sesak napas timbul perlahan-lahan, sesak
napas terus menerus dan bertambah dengan aktivitas.
Berat ringannya keluhan : Orang tua anak mengatakan sesak napas cenderung bertambah
sejak 2 hari sebelum masuk RS.
Upaya yang telah dilakukan untuk mengatasi : Orang tua anak mengatakan upaya untuk
mengatasi sesak adalah dengan istirahat dan minum obat batuk ( OBH ).
Keluhan lain saat pengkajian : Orang tuan anak juga mengatakan batuk dengan dahak
yang kental dan sulit untuk dikeluarkan, sehingga terasa lengket di tenggorokkan. Orang tua
anak mengatakan kesulitan bernapas.Orang tua anak mengutarakan kondisi badan anak
nya terasa lemah dan ujung - ujung jarinya terasa dingin.
c. Riwayat Kesehatan Dahulu (RKD) :
Orang tua anak mengatakan tidak ada riwayat alergi terhadap makanan, debu, dan lain-
lain.
d. Riwayat kesehatan keluarga (RKK) :
Orang tua anak mengatakan tidak ada anggota keluarga yang mempunyai penyakit sesak
napas seperti yang dialaminya dan tidak ada anggota keluarga yang menderita penyakit
keturunan dan penyakit menular lainnya seperti penyakit jantung, hipertensi, asma,TB dan
lain-lain.
3. Pola Fungsi kesehatan
a. Pola persepsi dan pemeliharaan kesehatan
Persepsi terhadap penyakit:
Orang tua pasien tidak mengetahui penyakit yang dideritanya.
Penggunaan :
Alergi (obat-obatan, makanan, plester, dll): pasien tidak ada alergi.
90
b. Pola nutrisi dan metabolisme
Diet/suplemen khusus: tidak ada
Intruksi diet sebelumnya: -
Nafsu makan (nomal, meningkat, menurun): menurun
Penurunan sensasi kecap, mual-muntah, stomatitis : pasien mual-mual
Fluktuasi BB 6 bulan terakhir (naik/turu) :
BB pasien menurun sebanyak 3 kg (kg 22 menjadi 19 Kg).
Kesulitan menelan (disfagia): tidak ada
Gigi (lengkap/tidak, gigi palsu): lengkap
Riwayat masalah kulit/penyembuhan (ruam,kering,keringat berlebihan, penyembuhan
abnormal: tidak ada
Jumlah minimum/24 jam dan jenis (kehausan yang sangat): tidak ada
Frekuensi makan: Normal (3X sehari)
Jenis makanan : KH, protein, lemak
Pantangan/alergi : tidak ada
c. Pola Eliminasi
Buang air besar (BAB) :
Frekuensi : 1x 2 hari Waktu : Pagi
Warna : Kuning Konsistensi : Lembek
Kesulitan (diare, konstipasi, inkontinensia) : Tidak ada
Buang air kecil (BAK) :
Frekuensi : 2X sehari Warna : pagi dan sore hari
Kesulitan (disuria, nokturia, hematuria, retensi inkontinensia): Tidak ada
Alat bantu (kateter intermitten, indwelling, kateter eksternal): tidak ada
Lain-lain
d. Pola aktivitas dan latihan
Kemampuan perawatan dari:
0 ═ Mandiri 3 ═ Dibantu orang lain dan peralatan
1 ═ Dengan alat bantu 4 ═ ketergantungan/tidak mampu
91
2 ═ Dibantu orang lain
Kegiatan/aktivitas 0 1 2 3 4
Makan/minum √
Mandi √
Berpakaian/berdandan √
Toileting √
Mobilisasi di tempat √
tidur
Berpindah √
Berjalan √
Menaiki tangga √
Berbelanja √
Memasak √
Pemeliharaan rumah √
e. Pola istirahat dan tidur
Lama tidur : 10 jam/malam Tidur siang: 2 Tidur sore: -
Waktu : 21.00 WIB
Kebiasaan menjelang tidur : -
Masalah tidur (insomnia, terbangun dini, mimpi buruk): Insomnia
Lain-lain (merasa segar/tidak setelah bangun) : merasa segar
92
Ketidak nyamanan/nyeri (akut/kronik) : Pasien mengalami nyeri akut pada daerah dada
Penatalaksanaan nyeri : Pasien beristirahat untuk mengurangi nyeri
Lain-lain : -
g. Persepsei Diri Dan Konsep Diri
Perasaan klien tentang masalah kesehatan ini : Pasien merasa tidak nyaman
Lain-lain : -
h. Pola Peran Hubungan
Pekerjaan : -
Sistem pendukung : pasangan (√ ), tetangga/teman ( ), tidak ada ( ), keluarga
serumah (√), keluarga tinggal berjauhan ( )
Masalah keluarga berkenaan dengan perawatan di RS : Tidak ada
Kegiatan sosial :
Sejak menderita penyakit pneumonia pasien jarang bergaulo dengan teman sebaya nya.
Lain-lain :
i. Pola Seksual Dan Reproduksi
Masalah seksual b.d penyakit : -
j. Pola koping dan toleransi stress
Perhatian utama tentang perawatan di RS atau penyakit (financial, perawatan diri) :
Pasien tidak mengalami kesulitan mengeanai biaya perawatan rumah sakit.
Kehilangan/perubahan besar dimasa lalu : tidak ada
Hal yang dilakukan saat ada masalah (sumber koping) : pasien bersifat terbuka terhadap
masalahnya
Penggunaan obat untuk menghilangkan stress : tidak ada
keadaan emosi dalam sehari-hari (santai/tegang) : tegang
lain-lain : -
k. Keyakinan agama dalam kehidupan
Agama : Pasien beragama Islam
Pengaruh agama dalam kehidupan : Pasien beranggapan bahwa penyakit yang dideitanya
adalah cobaan.
4. Pemeriksaan Fisik
93
Keadaan umum : Klien tampak lemah, klien tampak kesulitan bernapas dan klien tampak
gelisah.
- BB : 22 kg (turun 3 kg dari 22 kg menjadi 19 kg )
- TB : 100 cm
TTV :
- TD : 110 / 90 mmHg
- ND : 120 x / i
- RR : 32 x / i
- S : 39 ºC
Sistem integumen (kulit) : turgor kulit buruk (tidak elastis) dan pucat
Kepala : Simestris dan rambut warna hitam, tidak ada ketmbe, bersih.
Mata : DBN, konjuntiva tidak anemis,ukuran pupil normal.
Telinga : DBN
Kuku : Kuku pucat dan sedikit sinosis
Hidung : Pernapasan cuping hidung
Mulut : Mukosa bibir kering dan pucat
Thorak /paru
- Inspek : RR : 32x/i, penggunaan otot bantu pernapasan (+), takipnea (+),dispnea
(+),pernapasan dangkal, dan rektrasi dinding dada tidak ada.
- Palpasi : fremitus menurun pada kedua paru
- Perkusi : redup
- Auskultrasi : bunyi napas bronkial, krekels (+),stridor (+).
Vaskular periper : akral dingin, capilarry repille kembali dalam 5 detik
5. Pemeriksaan Penunjang
a. Hasil foto rontgen : menunjukkan infiltrasien lobaris (sebagianlobus pada kedua paru).
b. AGD :menunjukkan alkalosis respiratorik (pH naik,PCO2 turun,HCO3 normal)
c. Pemeriksaan sputum: ditemukan kuman Stapilococcus aureus dan Diplococcus
pneumonia
d. Pemeriksaan darah rutin didapatkan :
Leokosit = 16.000/mm3
94
Hb = 10,5 gr/dl
Trombosit =265.000/mm3
Hematokrit = 44%
Albumin = 3,01 gr/dl
Protein total = 5,86 gr/dl
B. Analisa Data
Nama klien : An. E (8 th)
Ruang rawat :
Diagnosa medik : Pneumonia
DO :
95
dangkal.
- Klien tampak tidak
terpasang 02.
- Bunyi nafas Ronchi
2 Ds : Ketidak seimbangan Kurangnya
1. Anak klien mengatakan nutrisi kurang dari asupan makan
nafsu makan klien menurun. kebutuhan tubuh
DO :
96
10. Urin klien tampak berwarna
kemerahan.
11. Jumlah urin klien 100cc.
12. Jumlah minum klien selama
sakit ± 3 gelas.
13. Infuse terpasang Nacl 0,9 %
dengan tetesan 20x/i.
C. Diagnosa Keperawatan
Berdasarkan dari analisa data penulis dapat menegakkan diagnosa keperawatan
neuromuscular.
97
D. Intervensi Keperawatan
No Diagnosa
Tujuan Rencana
keperawatan
1. Bersihan jalan nafas Respiratory status airway Airway Management :
tak efektif patient a. Posisikan pasien semi
fowler dengan cara
berhubungan dengan Vital sign statu meletakan bantal di
inflamasi trachea Setelah dilakukan tindakan belakang punggung klien.
keperawatn 3 x 24 jam b. Menganjurkan klien
bronchial, minum air hangat.
diharapkan ketidakefektifan
peningkatan produksi pola nafas dengan kriteria c. Monitor pernafasan klien
hasil : d. Monitor TTV
sputum
a. Mendemontrasikan batuk
efektif dan suara nafas
yang bersih, tidak ada
sianosis dan dyspneu
(mampu mengeluarkan
sputum, mampu bernafas
dengan mudah, tidak ada
pursed lips)
b. Menunjukkan jalan nafas
yang paten (klien tidak
merasa tercekik, irama
nafas, frekuensi
pernafasan dalam rentang
normal, tidak ada suara
nafas abnormal)
c. Tanda-tanda vital dalam
rentang normal.
A:
- Masalah ketidak efektifan bersihan
jalan nafas belum teratasi.
P:
- Intervensi di lanjutkan.
- Menganjurkan klien banyak di beri
minum
2 Kamis, Fluid management. S:
04
Februari 1. mempertahankan catatan - Anak klien mengatakan klien minum
intake dan output yang satu hari ± 3 gelas.
2021 adekuat. - Anak klien mengatakan klien
2. Memonitor status hidrasi henghabiskan porsi diet klien dari
3. mendorong keluarga untuk persediaan.
4. menawarkan snack (jus buah,
buah segar) O:
- Jumlah urin klien 400 cc.
- Klien tampak menghabiskan porsi
diet yang disediakan.
- Bibir klien masih tampak kering
- Klien tampak hanya habiskan ½
snack yang tersedia (jus semangka).
A:
- Masalah kekurangan volume cairan
teratasi sebagian.
P:
- Intervensi kekurangan volume
cairan dilanjutkan sebagian
3 Kamis, Nutrition management S:
04
Februari 1. Mengkolaborasi dengan ahli - Anak klien mengatakan klien sudah
2021 gizi untuk menentukan jumlah mau makan dengan bubur (ML).
kalori dan nutrisi yang di
butuhkan pasien O:
2. Mengganjurkan klien untuk - Porsi diet klien tampak habis.
meningkatkan intake
- Klien tampak masih sering tidur.
3. Memberikan makanan yang
- Klien tampak diberikan makan
terpilih (sudah di
sering oleh anak klien.
konsultasikan dengan ahli
gizi) A:
4. Memberikan informasi
tentang kebutuhan nutrisi. - Masalah ketidak seimbangan
5. Mengkaji kemampuan pasien nutrisi kurang dari kebutuhan tubuh
untuk mendapatkan nutrisi teratasi sebagian.
yang dibutuhkan.
6. Mengajurkan klien makan P:
sedikit tapi sering
- intervensi di lanjutkan sebagian.
BAB IV
KESIMPULAN DAN SARAN
A. Kesimpulan
Setelah melaksanakan Asuhan Keperawatan pada pasien dengan
gangguan sistem pernafasan pada pasien PPOK. Adapun kesimpulan tersebut
adalah :
neuromuscular.
aktif.
Kementerian Kesehatan RI. Data dan Informasi Profil Kesehatan Indonesia 2016.
Pusat Data dan Informasi Kementerian RI. 2017.
Nga Tong. 2013. Priority Medisines for Europe and the World "A Public Health
Approach to Innovation". www.who.int. September 2021.
II. TUJUAN
a. Tujuan Umum
Klien dan keluarga klien dapat menginformasikan dan
mengetahui tentang penyakit pneumonia sehingga dapat menjaga
kesehatan dan lingkungan sekitar.
b. Tujuan Khusus
menjawab
pertanyaan.
4. 2 menit Penutup Menyimak dan
Menyimpulkan,
menjawab
menutup acara dan salam
mengucapkan salam.
VII. EVALUASI
a. Bentuk : lisan
b. Jenis : pertanyaan langsung
c. Pertanyaan
1. Jelaskan pengertian pneumonia ?
2. Sebutkan tanda dan gejala pneumonia ?
3. Sebutkan penyebab pneumonia ?
4. Bagaimana cara mengobati pneumonia ?
LAMPIRAN MATERI
PNEUMONIA
A. Pengertian Pneumonia
Pneumonia adalah infeksi paru-paru yang dapat disebabkan oleh bakteri, virus,
atau jamur. Ketika seseorang bernafas, udara kaya oksigen mengalir ke tubuh
melalui saluran udara (trakea, bronkus, dan bronkhiolus) di paru-paru. Di ujung
saluran udara, oksigen ditukar dengan karbon dioksida, yang bergerak keluar dari
tubuh ketika seseorang bernafas. Alveoli adalah kantung udara yang sangat kecil
di ujung cabang saluran napas di mana pertukaran gas ini terjadi. Pneumonia
menyebabkan alveoli menjadi meradang dan terisi dengan cairan. Bakteri adalah
penyebab paling umum pneumonia pada orang dewasa, sedangkan virus adalah
penyebab paling umum pada anak-anak yang lebih muda dari 5 tahun. Di sini,
Thompson membahas gejala, pencegahan dan pengobatan pneumonia.
B. Penyebab Pneumonia
a. Bakteri
Pneumonia bakteri biasanya didapatkan pada usia lanjut. Organisme gram
posifif seperti : Steptococcus pneumonia, S. aerous, dan streptococcus
pyogenesis. Bakteri gram negatif seperti Haemophilus influenza, klebsiella
pneumonia dan P. Aeruginosa.
b. Virus
Disebabkan oleh virus influensa yang menyebar melalui transmisi droplet.
Cytomegalovirus dalam hal ini dikenal sebagai penyebab utama pneumonia
virus.
c. Jamur
Infeksi yang disebabkan jamur seperti histoplasmosis menyebar melalui
penghirupan udara yang mengandung spora dan biasanya ditemukan pada
kotoran burung, tanah serta kompos.
d. Protozoa
Protozoa yang menimbulkan terjadinya Pneumocystis carinii pneumonia
(CPC). Biasanya menjangkiti pasien yang mengalami immunosupresi.
C. Tanda dan Gejala Pneumonia
Elismawati
Oleh :
Indriany Sarumaha