Anda di halaman 1dari 7

B.

INTERVENSI KEPERAWATAN

NO Diagnosa Keperawatan Kriteria Hasil Intervensi Keperawatan


1. Bersihan jalan napas tidak efektif Setelah dilakukan tindakan 1. Manajemen jalan napas
keperawatan, ketidakefektifan bersihan Mandiri
DS : (-) jalan napas dapat teratasi dengan - Pantau jalan napas
DO : kriteria hasil: - Pantau adanya bunyi napas tambahan
- ventilator via TC no. 4 a. Jalan napas paten kriteria hasil: - Atur posisi semi fowler
mode CPAP dengan Ps  Frekuensi napas normal - Lakukan fisioterapi dada
10, PEEP : 5, I:E 1:2, Tri:  Irama napas normal - Lakukan penghisapan lendir via oral,
2, Fi O2: 30% saturasi O2 nasal, dan TC
 Menunjukkan bunyi napas
96%-100%. Kolaborasi: Pemberian terapi inhalasi
yang bersih
- Slem banyak dan kental di 2. Manajemen jalan napas buatan
b. Status pernapasan : ventilasi
oral, nasal dan TC Mandiri
 Kemudahan dalam bernapas
- Suara napas ronkhi (+/+) - Pantau posisi TC
di kedua lapang paru  Pergerakkan sputum keluar
dari jalan napas - Berikan pre oksigenasi 100% sebelum
- Hasil kultur sputum: melakukan suction
kuman serrratia - Lakukan perawatan TC per 24 jam
marsescens - Lakukan oral hygiene
Kolaborasi:
1. Berikan terapi inhalasi
2. Pemberian terapi antibiotik

2. Gangguan penyapihan ventilator Setelah dilakukan tindakan Mandiri:


DS:- Perawat dinas malam keperawatan, diharapkan: - Periksa kemampuan untuk disapih
mengatakan, os rencana  Penggunaan oto bantu napas ( hemodinamik stabil, kondisi optimal,
recanulasi hari Senin, berkurang bebas infeksi)
DO:  Napas tidak megap-megap - Monitor prediktor kemampua untuk
-Os terpasang ventilator hari ke-  Tidak ada fighting antara napas menyolerir penyapihan ( spt tingkat
6 dengan mode CPAP pasien dengan ventilator kemampuan bernapas, kapasitas vital,
- Slym banyak dan kental  Diaforesis tidak ada tekanan inspirasi negatif, dlll)
- Atur posisi pasien semi fowler

4
- Lakukan penghisapan jalan napas
Kolaborasi:
- Lakukan penyapihan bertahap
- Periksa AGD
- Rontgen thorax ulang
3. Gangguan perfusi cerebral tidak Setelah dilakukan intervensi Manajemen peningkatan tekanan intracranial:
efektif keperawatan ketidakefektifan perfusi Mandiri:
jaringan cerebral teratasi. - Identifikasi penyebab peningkatan
DS: Perawat dinas malam TIK
mengatakan kesadaran pasien kriteria hasil: - Monitor tanda/gejala peningkatan TIK
apatis, twiching kadang-kadang - Monitor MAP
ada 1. Tekanan systole dan diastole - Pantau adanya kejang, spastik,
DO: keadaan umum sakit berat, dalam rentang yang diharapkan twiching
kesadaran apatis, GCS 2. Tidak ada ortostatikhipertensi - Minimalkan stimulus dengan
E4M4VTC. Pupil isokor 2/2, 3. Menunjukkan konsentrasi dan menyediakan lingkungan yang tenang
reflek cahaya +/+ . Kejang tidak orientasi - Berikan posisi semi fowler
ada, spastik tidak ada, twiching 4. Pupil seimbang dan reaktif Pemantauan tekanan intracranial:
kadang ada 5. Bebas dari aktivitas kejang - Kaji status neurologis
TD: 96/62 mmHG - Pantau peningkatan TD
HR: 132 x/i - Pantau penurunan nadi
RR: 35x/i Kolaborasi:
T : 37,2 ˚C Pemberian terapi
EEG Inj. Sibital 2x20mg
Kesan : gelombang epileptiform Inj. Phenitoin 2x25 mg
terutama di regio frontal bilateal. NGT:
Burst suppresion Prolepsi 2x 65 mg
MRI Carbamazepin 3x30mg
Kesan : Lesi di basal ganglia Piracetam 3x50 mg
bilateral dan white matter lobus Pyradoxin 3x5mg
occipital bilateral sesuai
gambaran HIE. Hipotrofi lobus
frontotemporoparietal bilateral

5
disertai subarachnoid efusi regio
temporoparietal bilateral.

C. IMPLEMENTASI

1. Bersihan jalan napas tidak efektif

Tanggal/ Jam Implementasi Evaluasi


17 November 19/ Dinas Jam 13:30
Pagi - Memantau jalan napas S: tidak dapat dikaji
08:00 - Memberikan terapi inhalasi dengan NaCl 0,9% O:
- Mengatur posisi pasien semi fowler - Slem masih ada dan kental dan berawarna putih
09:00 - Melakukan fisioterapi dada pada oral, TC dan nasal
- Memberikan pre oksigenasi 100% sebelum - Ronkhi masih terdengar halus pada kedua lapang
suction paru
- Melakukan penghisapan lendir dari TC, oral dan - Batuk ada
nasal A: bersihan jalan napas tidak efektif belum teratasi
- Memantau adanya bunyi napas tambahan P:
10:00 - Merubah posisi pasien - Pantau jalan napas
13:00 - Melakukan penghisapan lendir dan fisioterapi - Lakukan fisioterapi dada
dada - Lakukan suction sesuai indikasi
- Memberikan antibiotik inj. Ampicillin sulbactam - Pertahankan posisi semifowler
150 mg dan inj. Gentamycin 30 mg - Lakukan pergantian posisi pasien per 3 jam
- Memantau jalan napas - Pantau adanya reflek batuk
- Kolaborasi untuk folowup rekanulasi TC

6
19 november 19/ Dinas Sore - Memantau jalan napas Jam 20:30
14:00 - Mengobservasi rekanulasi TC S: tidak dapat dikaji
- Memberikan terapi inhalasi dengan NaCl 0,9% O:
16:00 - Mengatur posisi pasien semi fowler - Batuk ada
- Melakukan fisioterapi dada - ventilator via TC no. 4 rekanulasi mode PSIMV
- Memberikan pre oksigenasi 100% sebelum dengan Ps 10, RR : 20 , PEEP : 5, I:E 1:2, Tri:
2, Fi O2: 35% saturasi O2 96%-100%.
suction
- Slem banyak dan kental di oral, nasal dan TC
- Melakukan penghisapan lendir dari TC, oral dan - Suara napas ronkhi (+/+) di kedua lapang paru
nasal
18:00 - Memantau adanya bunyi napas tambahan A: bersihan jalan napas tidak efektif belum teratasi
20:00 - Merubah posisi pasien P:
- Melakukan penghisapan lendir dan fisioterapi - Pantau jalan napas
dada - Lakukan fisioterapi dada
- Memberikan antibiotik inj. Ampicillin sulbactam - Lakukan suction sesuai indikasi
150 mg dan inj. Gentamycin 30 mg - Pertahankan posisi semifowler
- Memantau jalan napas - Lakukan pergantian posisi pasien per 3 jam
- Pantau adanya reflek batuk

2. Gangguan penyapihan ventilator

Tanggal/Jam Implementasi Evaluasi


17 November 19/ Dinas Jam 13:30
Pagi S: tidak dapat dikaji
08:00 - Mengobservasi keadaan umum dan O:
kesadaran - Sesak tidak ada, retraksi tidak ada

7
- Melakukan penghisapan lendir - Os masih menggunakan ventilator mode
CPAP dengan FiO2 30 %
09:00 - Memonitor tanda-tanda vital selama - Slym masih banyak dan kental
proses weaning ventilator A: Gangguan penyapihan ventilator
- Memonitor adanya sianosis, sesak,
10:00 retraksi dada P:
- Mengatur posisi pasien - Pantau kesiapan pasien dalam penyapihan
13:00 - Pantau adanya sianosis, retrasi dada dan
sesak
- Atur posisi pasien
Kolaborasi untuk penyapihan ventilator dan tinjau
ulang apakah perli untuk pemeriksaan AGD. Os
rencana recanulasi hari senin, 18-11-19

19 november 19/ Dinas Sore - Mengobservasi keadaan umum dan Jam 20:30
14:00 kesadaran S: tidak dapat dikaji
- Melakukan penghisapan lendir O:
16:00 - Sesak tidak ada, retraksi tidak ada
- Memonitor tanda-tanda vital selama - Os masih menggunakan ventilator mode
proses weaning ventilator ventilator via TC no. 4 rekanulasi mode PSIMV
- Memonitor adanya sianosis, sesak, dengan Ps 10, RR : 20 , PEEP : 5, I:E 1:2, Tri:
retraksi dada 2, Fi O2: 35% saturasi O2 96%-100%.
- Mengatur posisi pasien - Slym masih banyak dan kental
A: Gangguan penyapihan ventilator
18:00
20:00 P:
- Pantau kesiapan pasien dalam penyapihan
- Pantau adanya sianosis, retrasi dada dan
sesak
- Atur posisi pasien

8
3. Gangguan perfusi cerebral tidak efektif

Tanggal/ Jam Implementasi Evaluasi


17 November 19/ Dinas Jam 13:30
Pagi S: tidak dapat dikaji
08:00 - mengidentifikasi penyebab peningkatan O:
TIK  keadaan umum sakit berat,
- Memberikan therapi kepra 75 mg per  kesadaran apatis GCS E4M4VTC
NGT
09:00  pupil isokor 2/2
- Memonitor tanda/gejala peningkatan
 reflek cahaya +/+
TIK
- Memberikan terapi carbamazepin 30 mg  Kejang tidak ada, spastik tidak ada, twiching
per NGT tidak ada
- Memonitor MAP  TD: 90/59 mmHG, HR: 126 x/I, RR: 36x/I,
- Menegah terjadinya kejang Temp : 36,6 ˚C
- Memberikan terapi prolepsi 65 mg per  Nadi teraba besar
10:00  Akral hangat
NGT
- Memberikan terapi piracetam 50 mg dan
11:00 pyrodoxin 5 mg per NGT A: Gangguan perfusi cerebral tidak efektif blm teratasi
13:00 - Meminimalkan stimulus dengan P:
menyediakan lingkungan yang tenang - Pantau status neurologi
- Memerikan posisi semi fowler - Pantau hemodinamik
- Memberikan selimut hangat - Pantau adanya kejang, spastik, twiching
- Memberikan terapi inj. Sibital 20 mg Kolaborasi pemberian terapi injeksi dan Oral/NGT

19 november 19/ Dinas Sore - mengidentifikasi penyebab peningkatan Jam 20:30


14:00 TIK S: tidak dapat dikaji
- Memberikan therapi kepra 75 mg per O:
16:00 NGT
 keadaan umum sakit berat,
- Memonitor tanda/gejala peningkatan
TIK  kesadaran apatis GCS E4M4VTC
 pupil isokor 2/2
9
- Memberikan terapi carbamazepin 30 mg  reflek cahaya +/+
per NGT  Kejang tidak ada, spastik tidak ada, twiching
- Memonitor MAP ada
- Menegah terjadinya kejang  TD: 90/59 mmHG, HR: 126 x/I, RR: 36x/I,
18:00
- Mengobservasi hemodinamik Temp : 36,6 ˚C
20:00 - Memonitor EKG  Nadi teraba besar
- Memberikan terapi prolepsi 65 mg per  Akral hangat
NGT  Hasil EKG sinus bradikardi
- Memberikan terapi piracetam 50 mg dan
pyrodoxin 5 mg per NGT A: Gangguan perfusi cerebral tidak efektif blm teratasi
- Meminimalkan stimulus dengan P:
menyediakan lingkungan yang tenang
- Pantau status neurologi
- Memerikan posisi semi fowler
- Memberikan selimut hangat - Pantau hemodinamik
- Memberikan terapi inj. Sibital 20 mg - Pantau adanya kejang, spastik, twiching
Kolaborasi pemberian terapi injeksi dan Oral/NGT
Kolaborasi pemberian diazepam

10

Anda mungkin juga menyukai