Anda di halaman 1dari 25

EFEKTIVITAS MEDIA AUDIOVOISUAL TERHADAP PENINGKATAN

PENGETAHUAN IBU HAMIL TENTANG KESEHATAN GIGI DAN MULUT DI


POLI KIA PUSKESMAS CITERAS
TAHUN 2021

PROPOSAL

OLEH :
AJI SAIPUL RAKHMAN
NIM P20625120039

PROGRAM STUDI DIPLOMA IV TERAPIS GIGI


JURUSAN KEPERAWATAN GIGI
POLTEKKES KEMENKES TASIKMALAYA
TASIKMALAYA
2021
BAB 1
PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang


Kesehatan merupakan bagian terpenting dalam kehidupan manusia, sehat secara
jasmani dan rohani tidak terkecuali pada ibu hamil.Kesehatan gigi dan mulut merupakan
bagian dari kesehatan secara menyeluruh,karenanya pemeliharaan kesehatan gigi dan
mulut yang baik dan benar sangat mendukung terwujudnya kesehatan gigi dan mulut
termasuk kesehatan ibu hamil pada umumnya(Kemenkes,2012).
Kesehatan gigi dan mulut dapat mendukung percepatan pencapaian MDGs khususnya
4 dan 5 yaitu meningkatkan kesehatan balita dan ibu hamil. Untuk mencapai kesehatan
gigi dan mulut yang optimal pada balita dan ibu hamil, maka harus dilakukan perawatan
secara berkala. Perawatan dapat dimulai dengan memperhatikan konsumsi makanan,
pembersihan plak dan sisa makanan yang tersisa dengan menyikat gigi secara teratur dan
benar, pembersihan karang gigi, penambalan gigi yang berlubang, dan pencabutan gigi
yang sudah tidak bisa dipertahankan lagi oleh dokter gigi, serta kunjungan berkala ke
dokter gigi baik ada keluhan ataupun tidak ada keluhan.Dengan memperhatikan hal-hal
tersebut, maka akan dicapai suatu kesehatan gigi dan mulut yang optimal yang akan
meningkatkan kesehatan tubuh secara keseluruhan. Keadaan rongga mulut ibu hamil
dapat mempengaruhi kondisi bayi yang dikandungnya. Jika seorang ibu menderita
infeksi periodontal, pada saat ibu tersebut hamil akan memiliki resiko lebih besar untuk
melahirkan bayi dengan berat lahir rendah dan mengalami kelahiran prematur.Penelitian
di RS Hasan Sadikin, Jabar (Komara,2006) menyatakan bahwa terdapat hubungan yang
sangat bermakna antara penderita periodontal marginalis kronis dengan kejadian BBLR.
Ibu hamil penderita periodontitis kronis beresiko 10,9 kali lebih besar memiliki bayi
BBLR, bahkan ibu hamil yang menderita infeksi periodontal, memiliki resiko terhadap
terjadinya Bayi BBLR sebanyak 19,2 kali dibanding yang normal. Sementara Dr.Steven
Off enbacher, Direktur Center of Oral and Systemic Diseases di University of North
Carolina menjelaskan bahwa risiko tersebut sama kuatnya dengan risiko akibat merokok
atau pemakaian alkohol(Kemenkes,2012).
Di Indonesia, hasil Riset Kesehatan Dasar (RISKESDAS) 2018 yang diselenggarakan
Kementerian Kesehatan menunjukkan 57,4% penduduk menyatakan bermasalah gigi dan
mulut, namun hanya 10,2% yang mendapat perawatan oleh tenaga medis gigi. Dari
seluruh penduduk, 88,8% mengalami karies gigi dan 74,1% menderita  radang jaringan
penyangga gigi. Walau 94,7% penduduk setiap hari menyikat gigi, namun hanya 2,8%
yang menyikat gigi pada waktu yang benar yaitu pagi setelah sarapan dan malam
sebelum tidur. Sebagaimana di banyak negara biaya perawatan gigi mencakup proporsi
yang cukup besar, pada pelaksanaan Jaminan Kesehatan Nasional (JKN) menunjukkan
pembiayaan perawatan penyakit gigi merupakan 4 besar yang dibayarkan oleh BPJS
Kesehatan (Riskesdas,2018).
Masyarakat perlu diberikan informasi tentang kesehatan gigi dengan menggunakan
berbagai media.Semakin banyak indra yang digunakan untuk menerima sesuatu maka
semakin banyak dan semakin jelas pula pengertian atau pengetahuan yang diperoleh.
Pengetahuan yang ada pada seseorang diterima melalui indra.
Menurut penelitian para ahli indra, yang paling banyak menyalurkan pengetahuan ke
dalam otak adalah indra pandang. Kurang lebih 75 % sampai 85 % dari pengetahuan
manusia diperoleh melalui indra pandang. Sedangkan 13 % melalui indra dengar dan 12
% lainnya tersalur melalui indra yang lain (Arsyad, 2006). Dari sini dapat disimpulkan
bahwa alat-alat visual lebih mempermudah penerimaan informasi atau bahan pendidikan
(Machfoedz, dkk., 2005a).
Media merupakan salah satu hal yang perlu diperhatikan dalam melakukan promosi
kesehatan. Media yang biasa dipakai dalam promosi kesehatan yaitu media audio, media
visual dan media audio-visual. Media audio visual merupakan media yang baik untuk
digunakan, karena media tersebut melibatkan lebih banyak indra dalam proses
pembelajaran.Video animasi ialah salah satu contoh media audio-visual(Rahayu
RD,2013).
Salah satu pertanyaan yang diajukan peneliti kepada dokter gigi di Puskesmas Citeras
tentang ada tidaknya ibu hamil yang memeriksakan giginya, ternyata masih sedikit ibu
hamil yang memeriksakan giginya dan kepada bidan KIA tentang pernah tidaknya
diadakan penyuluhan tentang kesehatan gigi dan mulut pada ibu hamil, ternyata di
Puskesmas Citeras jarang dilakukan penyuluhan tentang kesehatan gigi dan mulut pada
ibu hamil, sehingga dengan adanya penyuluhan tentang kesehatan gigi dan mulut pada
ibu hamil bisa meningkatkan pengetahuan tentang kesehatan gigi dan mulutnya.
Oleh sebab itu, penulis tertarik untuk membuat suatu media audiovisual yang berisi
informasi tentang kesehatan gigi dan mulut sehingga dapat mengetahui efektivitas media
audiovisual terhadap peningkatan pengetahuan kesehatan gigi dan mulut pada ibu hamil.
1.2 Rumusan Masalah
Dari latar belakang yang telah dipaparkan, maka rumusan masalah dalam penelitian
ini adalah “Bagaimana efektivitas media audiovisual terhadap peningkatan pengetahuan
ibu hamil tentang kesehatan gigi dan mulut di Puskesmas Citeras?”
1.3 Tujuan
1.3.1 Tujuan Umum
Tujuan penelitian ini adalah mengetahui efektivitas media audiovisual
terhadap peningkatan pengetahuan ibu hamil tentang kesehatan gigi dan
mulut Pasien yang berkunjung ke Poli KIA di Puskesmas Citeras tahun
2021.
1.3.2 Tujuan Khusus
a. Diketahui distribusi frekuensi karakteristik ibu hamil di Puskesmas
Kelurahan Rorotan 2020.

b. Diketahui perbedaan pengetahuan ibu hamil di Puskesmas Kelurahan


Rorotan tentang kesehatan gigi dan mulut sebelum dan 5 Poltekkes
Kemenkes Jakarta III sesudah diberikan pendidikan kesehatan tentang
kesehatan gigi dan mulut dengan media audiovisual.

c. Diketahui efektivitas media audiovisual terhadap peningkatan


pengetahuan ibu hamil tentang kesehatan gigi dan mulut di Puskesmas
Kelurahan Rorotan Tahun 2020.

d. Diketahui pengaruh karakteristik ibu hamil terhadap peningkatan


pengetahuan tentang kesehatan gigi dan mulut di Puskesmas Kelurahan
Rorotan Tahun 2020.

1.4 Manfaat Penelitian


1.4.1 Manfaat Teoritis
Mengetahui keefektivitasan media audiovisual dalam meningkatkan
pengetahuan ibu hamil tentang kesehatan gigi dan mulut di Puskesmas Citeras
tahun 2021.
1.4.2 Manfaat praktis
a. Bagi Instansi Puskesmas
Meningkatkan pengetahuan tentang kesehatan gigi dan mulut melalui
media audiovisual serta bekerjasama dengan fasilitas atau tenaga
kesehatan untuk memberikan penyuluhan tentang kesehatan gigi dan
mulut pada ibu hamil.
b. Bagi Ibu Hamil
Media audiovisual ini dapat digunakan oleh ibu hamil dalam
meningkatan pengetahuan tentang kesehatan gigi dan mulut.
c. Bagi Peneliti
Penelitian ini sebagai pengalaman baru dan berharga, karena dengan
penelitian ini dapat menambah wawasan dan pengetahuan tentang upaya
mengembangkan media promosi kesehatan dengan penggunaan media
audiovisual.

1.4.3 Ruang Lingkup Penelitian


Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui efektivitas pendidikan kesehatan
tentang kesehatan gigi dan mulut pada ibu hamil dengan menggunakan media
audiovisual terhadap pengetahuan ibu hamil di Puskesmas Citeras Tahun
2021. Rancangan penelitian yang digunakan adalah quasi experiment dengan
desain one group pre test post test. One group pre test post test adalah suatu
desain penelitian yang di dalamnya dilakukan observasi selama dua kali yaitu
sebelum eksperimen (pre test) dan sesudah eksperimen (post test).
Pengambilan sampel teknik sampling nonprobability sampling dengan
menggunakan metode puposive sampling. Total sampel yang digunakan
adalah ibu hamil sebanyak 30 responden.
BAB 11
TINJAUAN PUSTAKA

2.1 Media pendidikan Kesehatan


2.1.1 Pengertian
Kata media merupakan bentuk jamak dari kata medium. Medium dapat
didefinisikan sebagai perantara atau pengantar terjadinya komunikasi dari pengirim
menuju penerima (Heinich, 2002).Media adalah berbagai jenis komponen dalam
lingkungan peserta didik yang dapat merangsangnya untuk belajar (Arief S.
Sadiman, dkk., 2009 ).
Media dalam pendidikan kesehatan berperan sebagai perantara atau saluran
dalam menyampaikan informasi berupa pesan-pesan kesehatan. Penggunaan media
dapat mempermudah sasaran pendidikan menerima pesan-pesan kesehatan yang
dimaksud (Notoatmodjo S.,2007).
Media adalah segala alat fisik yang dapat menyajikan pesan serta merangsang
peserta didik untuk belajar contohnya buku, film, kaset, film bingkai. Berdasarkan
definisi di atas, dapat disimpulkan bahwa media pembelajaran adalah segala bentuk
perantara atau pengantar yang dapat digunakan untuk menyampaikan pesan dari
pengirim (pendidik) menuju penerima (peserta didik) dalam kegiatan pembelajaran
sehingga dapat merangsang pikiran, perasaan, perhatian, dan minat serta perhatian
peserta didik agar proses belajar mengajar dapat terjadi(Arief S. Sadiman, dkk.,
2009).
2.2 Media Audiovisual
Media audiovisual merupakan media yang memiliki unsur suara dan juga unsur
gambar. Jenis media ini memiliki keahlian yang lebih baik, sebab meliputi kedua jenis
media auditif (mendengar) dan juga visual (melihat). Media audiovisual adalah suatu alat
bantu audiovisual yang berarti bahan atau alat yang dipakai dalam situasi belajar untuk
membantu tulisan dan juga kata yang diucapkan dalam memberi pengetahuan, sikap dan
ide.
2.2.1 Jenis-jenis Audiovisual
a. Audiovisual Murni
Audio-visual murni atau biasa disebut juga dengan audio-visual gerak merupakan
media yang bisa menampilkan unsur suara serta gambar yang bergerak, unsur
suara atau unsur gambar tersebut berasal dari sebuah sumber.
1. Film Bersuara
Film bersuara ada berbagai macam jenis, ada yang dipakai untuk hiburan,
contohnya seperti film komersial yang diputar di bioskop-bioskop. Tetapi, film
bersuara yang dimaksud dalam pembahasan ini adalah film sebagai alat
pembelajaran.
2. Video
Video merupakan suatu media audio-visual yang menampilkan gerak, semakin
lama semakin populer dalam masyarakat kita. Pesan yang disampaikan dapat
bersifat fakta maupun fiktif, dapat bersifat informative, edukatif atau bisa juga
instruksional.
3. Televisi
Televisi merupakan media yang menyajikan pesan-pesan pembelajaran secara
audio-visual dengan disertai unsur gerak didalamnya.
b. Audiovisual tidak murni
Audio Visual tidak murni adalah media yang unsur suara dan juga gambarnya
berasal dari sumber yang berbeda. Audio-visual tidak murni ini biasa disebut
juga dengan audio-visual diam plus suara merupakan media yang menampilkan
suara serta gambar diam, contoh seperti Sound slide (Film bingkai suara). Slide
atau filmstrip yang ditambah dengan suara bukan alat audio-visual yang
lengkap, sebab suara dan juga rupa berada terpisah, oleh karena itu slide atau
filmstrip termasuk media audio-visual saja atau bisa juga sebagai media visual
diam plus suara.
2.2.2 Ciri-ciri Audiovisual
Teknologi Audio visual merupakan cara untuk menghasilkan atau menyajikan
materi yakni dengan memakai mesin-mesin mekanis dan juga elektronik untuk
menyampaikan pesan-pesan audio dan juga visual. Pengajaran melalui audio visual
jelas bercirikan penggunaan perangakat keras dalam proses belajar, conohnya
seperti mesin proyektor film, tape recorder, dan proyektor visual yang lebar. Ciri-
ciri utama teknologi media audio visual ialah sebagai berikut:
a. Biasanya bersifat linier.
b. Biasanya menyajikan visual yang dinamis.
c. Dipakai dengan cara yang sudah titerapkan sebelumnya oleh perancang maupun
pembuatnya.
d. Merupakan representasi fisik dari gagasan real atau gagasan abstrak.
e. Dikembangkan menurut prinsip psikologis behaviorisme dan kognitif.

2.2.3 Fungsi Audiovisual


Fungsi media dalam pembelajaran dalam konteks komunikasi mempunyai fungsi
yang sangat luas yaitu sebagai berikut:
a. Fungsi Edukatif
Menyampaiakan pengaruh yang bernilai pendidikan, mendidik masyarakat
agar berfikir kritis, memberi pengalaman yang bermakna dan mengembangkan
serta memperluas cakrawala berpikir masyarakat.
b. Fungsi Sosial
Menyampaikan informasi autentik dalam berbagai bidang kehidupan dan juga
konsep yang sama pada setiap orang supaya dapat memperluas pergaulan,
pengenalan, pemahaman tentang orang dan adat istiadat serta cara bergaul.
c. Fungsi ekonomis
Dengan menggunakan media pendidikan pencapaian tujuan bisa dilakukan
dengan efisien, penyampaian materi bisa menekan sedikit mungkin pemakaian
biaya, tenaga, serta waktu tanpa mengurangi efektivitas dalam pencapaian
tujuan.
d. Fungsi Budaya
Memberikan perubahan-perubahan dalam segi kehidupan manusia, bisa
mewariskan dan juga meneruskan unsur-unsur budaya serta seni yang ada di
masyarakat.

2.2.4 Manfaat Audiovisual


Berikut dibawah ini manfaat menggunakan audio visual
a. Mempermudah dalam menyajikan serta menerima pembelajaran maupun
informasi serta bisa menghindarkan salah pengertian
b. Mendorong rasa keingintahuan, hal ini disebabkan karena sifat audio visual
yang menarik dengan gambar yang dibuat semenarik mungkin membuat
masyarakat tertarik serta memiliki keinginan untuk mengetahui lebih banyak.
c. Memastikan pengertian yang diperoleh sebab selain dapat menampilkan
gambar, grafik, diagram maupun cerita. Sehingga mengekalkan pengertian.
Pembelajaran yang diserap melalui penglihatan (visual) sekaligus dengan
pendengaran (audio) bisa mempercepat daya serap masyarakat dalam
memahami pelajaran yang disampaikan.
d. Tidak membosankan, maksudnya ialah karena sifatnya yang variatif,
masyarakat dalam pembelajaran tidak merasa bosan, karena sifatnya yang
beragam seperti film, tiga dimensi atau empat dimensi, dokumenter dan yang
lainnya. Hal ini dapat menciptakan sesuatu yang variatif tidak tidak
membosankan.

2.3 Pengetahuan
2.3.1 Pengertian
Pengetahuan adalah hasil dari tahu dan ini terjadi setelah orang melakukan
penginderaan terhadap suatu objek tertentu. Pengetahuan atau kognitif merupakan
domain yang sangat penting dalam membentuk tindakan seseorang (over behavior)
dari pengalaman dan penelitian, perilaku yang didasari oleh pengetahuan akan lebih
melekat dari pada perilaku yang tidak didasari oleh pengatahuan.
2.3.2 Tingkat pengetahuan
Pengetahuan yang dicakup dalam domain kognitif mempunyai enam tingkatan,
yaitu:
1) Tahu (Know)
Tahu diartikan sebagai mengingat suatu materi yang telah dipelajari
sebelumnya. Termasuk pengetahuan tingkat ini adalah mengingat kembali
(recall) terhadap sesuatu yang spesifik dari seluruh bahan yang dipelajari atau
rangsangan yang telah diterima .Oleh sebab itu tahu merupakan tingkat
pengetahuan yang paling rendah. Kata kerja untuk mengukur bahwa orang
tahu apa yang dipelajari antara lain menyebutkan, mendefinisikan, menyatakan
dan sebagainya. Contoh dapat menyebutkan manfaat menggosok gigi.
2) Memahami (Comprehension)
Memahami diartikan sebagai suatu kemampuan untuk menjelaskan secara
benar tentang objek yang diketahui dan dapat menginterpretasikan materi
tersebut secara benar. Orang yang telah faham terhadap objek materi harus
dapat menjelaskan, menyebutkan contoh, menyimpulkan, meramalkan dan
sebagainya. Contoh dapat menjelaskan pentingnya menggosok gigi setiap hari.
3) Aplikasi (Aplication)
Aplikasi diartikan sebagai kemampuan untuk menggunakan materi yang telah
dipelajari pada situasi atau kondisi real (sebenarnya). Aplikasi disini dapat
diartikan sebagai aplikasi atau kegunaan hukumhukum, rumus, metode,
prinsip, dan sebagainya dalam konteks atau situasi yang lain. Contohnya ibu
hamil akan melakukan gosok gigi setiap hari dengan benar ketika ia telah
memahami materi kesehatan gigi dan mulut.
4) Analisis (Analysis)
Suatu harapan untuk menjabarkan suatu materi atau objek dalam komponen-
komponen tetapi masih dalam struktur organisasi tersebut dan masih ada
kaitannya dengan yang lain. Kemampuan analisa ini dapat dilihat dari
penggunaan kata kerja seperti dapat menggambarkan, membedakan,
memisahkan, mengelompokkan dan sebagainya.
5) Sintesis (Syntesis)
Sintesis menunjukkan kepada suatu kemampuan untuk menghubungkan
bagian - bagian dalam suatu bentuk keseluruh yang baru. Dengan kata lain
sintesis adalah kemampuan untuk menyusun, merencanakan, meningkatkan,
menyesuaikan dan sebagainya terhadap suatu teori atau rumusan yang telah
ada.
6) Evaluasi (Evaluation)
Evaluasi dikaitkan dengan kemampuan-kemampuan untuk melakukan
identifikasi atau menilai penilaian terhadap suatu materi atau suatu objek,
penilaian - penilaian ini berdasarkan kriteria yang telah ditentukan sendiri atau
menggunakan kriteria tak ada. Contohnya membandingkan antara ibu hamil
yang rajin menggosok gigi dengan yang tidak.
2.3.3 Faktor – faktor yang Mempengaruhi Pengetahuan
Faktor-faktor yang mempengaruhi pengetahuan seseorang, yaitu:
1) Faktor Internal
a) Pendidikan
Pendidikan berarti bimbingan yang diberikan seseorang kepada orang lain
terhadap suatu hal agar mereka dapat memahami. Makin tinggi pendidikan
seseorang semakin mudah pula mereka menerima informasi, dan pada
akhirnya makain banyak pula pengetahuan yang dimilikinya. Sebaliknya
seseorang dengan tingkat pendidikan rendah akan menghambat
perkembangan sikap seseorang terhadap penerimaan informasi dan nilai-nilai
baru diperkenalkan.
b) Umur
Bertambahnya umur seseoarang akan terjadi perubahan pada aspek psikis
dan psikologis (mental). Pertumbuhan fisik secara garis besar ada empat
kategori perubahan, yaitu perubahan ukuran, perubahan proporsi, hilangnya
ciri-ciri lama dan timbulnya ciri-ciri baru. Hal ini terjadinya karena
pematangan fungsi organ. Pada psikologis dan mental taraf berfikir seseorang
semakin matang dan dewasa.
c) Minat
Sebagai suatu kecenderungan atau keinginan yang tinggi terhadap sesuatu.
Minat menjadikan seseorang untuk mencoba dan menekuni suatu hal dan
pada akhirnya diperoleh pengetahuan yang lebih dalam.
d) Pengalaman
Pengalaman adalah suatu kejadian yang pernah dialami seseorang dalam
berinteraksi dengan lingkungannya. Ada kecenderungan pengalaman yang
baik seseorang akan berusaha untuk melupakan, namun jika pengalaman
terhadap objek tersebut menyenangkan maka secara psikologis akan timbul
kesan yang membekas dalam emosi sehingga menimbulkan sikap positif.
2) Faktor Eksternal
a) Pekerjaan Lingkungan pekerjaan dapat menjadikan seseorang memperoleh
pengalaman dan pengetahuan baik secara langsung maupun tidak langsung.
b) Kebudayaan Kebudayaan lingkungan sekitar, apabila dalam sutau wilayah
mempunyai budaya untuk menjaga kebersihan lingkungan maka sangat
mungkin masyarakat sekitarnya mempunyai sikap untuk selalu menjaga
kebersihan lingkungan.
c) Informasi Kemudahan memperoleh informasi dapat membantu mempercepat
seseorang untuk memperoleh pengetahuan yang baru.
d) Persepsi Persepsi yaitu mengenal dan memilih objek sehubungan dengan
tindakan yang akan diambil.
e) Motivasi Motivasi merupakan suatu dorongan keinginan dan tenaga penggerak
yang berasal dari dalam diri seseorang untuk melakukan sesuatu dengan
mengesampingkan hal-hal yang kurang bermanfaat. Agar motivasi muncul
diperlukan rangsangan dari dalam dan luar individu.
2.3.4 Pengukuran Pengetahuan
Perubahan atau adopsi perilaku baru adalah suatu proses yang
kompleks dan memerlukan waktu yang relatif lama.16 Secara teori perubahan
perilaku atau seseorang menerima atau mengadopsi perilaku baru dalam
kehidupannya ditentukan oleh pengetahuan, sikap, kepercayaan dan tradisi
sebagai faktor predisposisi disamping faktor pendukung seperti lingkungan
fisik, prasarana atau faktor pendorong yaitu sikap dan perilaku petugas
kesehatan atau petugas lainnya. Pengukuran pengetahuan menurut dapat
dilakukan dengan wawancara atau angket yang menanyakan tentang isi materi
yang ingin diukur dengan objek penelitian atau responden. Data yang bersifat
kualitatif digambarkan dengan kata-kata, sedangkan data yang bersifat
kuantitatif terwujud angka-angka, hasil perhitungan atau pengukuran, dapat
diproses dengan dijumlahkan, dibandingkan dengan jumlah yang diharapkan
dan diperoleh persentase, setelah dipresentasekan lalu ditafsirkan kedalam
kalimat.

2.3.5 Tingkat Pengukuran


Menurut Budiman dan Riyanto (2013) pengetahuan seseorang
ditetapkan menurut hal-hal berikut:
a. Bobot I : tahap tahu dan pemahaman.
b. Bobot II : tahap tahu, pemahaman, aplikasi dan analisis
c. Bobot II : tahap tahu, pemahaman, aplikasi, analisis sintesis dan evaluasi
Pengukuran pengetahuan dilakukan dengan wawancara atau kuesioner
yang menanyakan tentang isi materi yang akan diukur dari subjek penelitian
atau responden. Menurut Arikunto (2010) terdapat 3 kategori tingkat
pengetahuan yang didasarkan pada nilai presentase sebagai berikut:
a. Tingkat Pengetahuan kategori Baik jika nilainya ≥ 75%.
b. Tingkat pengetahuan kategori Cukup jika nilainya 56 – 74%
c. Tingkat pengetahuan kategori Kurang jika nilainya < 55%

2.4 Kesehatan Gigi dan Mulut Sebelum Masa Kehamilan


Perawatan kesehatan gigi dan mulut sebelum masa kehamilan merupakan bagian dari
perawatan kesehatan secara keseluruhan.Setiap tenaga pelayanan kesehatan dapat
memainkan peranan penting dalam mendorong calon ibu hamil untuk memeriksakan
kondisi gigi dan mulut ke fasilitas pelayanan kesehatan gigi. Selain itu juga meningkatkan
kesadaran calon ibu tentang pentingnya kesehatan gigi-mulut dan meluruskan
kesalahpahaman seperti keyakinan bahwa kehilangan gigi dan perdarahan di mulut adalah
"normal" selama kehamilan. Demikian juga nyeri selama perawatan gigi tidak dapat
dihindari dan menunda pengobatan sampai setelah kehamilan lebih aman untuk ibu dan
janin. Gigi berlubang yang tidak dirawat akan menyebabkan masalah sistemik selama
kehamilan dan dapat menyebabkan kelahiran prematur dan berat bayi lahir rendah. Gigi
berlubang yang tidak dirawat tersebut dapat menyebabkan indikasi pencabutan yang
dilakukan pada saat kehamilan. Tindakan pencabutan gigi pada saat hamil harus dihindari
karena dapat membahayakan janin akibat penggunaan obat anastesi atau timbulnya stres
pada ibu hamil saat pencabutan gigi. Perubahan hormonal pada saat kehamilan yang
disertai adanya faktor lokal seperti plak atau karang gigi akan menimbulkan pembesaran
dan atau peradangan pada gusi. Keadaan ini akan diperberat oleh kondisi gigi dan mulut
sebelum kehamilan yang sudah buruk.
2.5 Kehamilan
Kehamilan dihitung dari hari pertama menstruasi terakhir, untuk wanita yang sehat
kurang lebih 280 hari atau 40 minggu.Biasanya kehamilan dibagi dalam tiga bagian atau
trimester untuk masing-masing 13 minggu atau 3 bulan kalender. Dalam kehamilan terjadi
perubahan-perubahan fisiologis di dalam tubuh, seperti perubahan sistem kardiovaskular,
hematologi, respirasi dan endokrin. Kadang-kadang disertai dengan perubahan sikap,
keadaan jiwa ataupun tingkah laku. Pada wanita hamil, biasanya dapat terjadi perubahan-
perubahan sebagai berikut :
1. Perubahan Fisiologis (Perubahan Normal pada Tubuh)
• Penambahan berat badan.
• Pembesaran pada payudara.
• Bisa terjadi pembengkakan pada tangan dan kaki, terutama
pada usia kehamilan trimester III (6-9 bulan).
• Perubahan pada kulit karena adanya kelebihan pigmen pada
tempat-tempat tertentu (pipi, sekitar hidung, sekitar puting
susu dan diatas tulang kemaluan sampai pusar).
• Dapat terjadi penurunan pH saliva.
2. Perubahan Psikis (Perubahan yang Berhubungan dengan Kejiwaan)
Sering terjadi pada usia kehamilan muda (trimester I atau 0-3 bulan)
• Morning sickness (rasa mual dan ingin muntah terutama pada waktu pagi hari).
• Rasa lesu, lemas dan terkadang hilang selera makan.
• Perubahan tingkah laku diluar kebiasaan sehari-hari seperti “ngidam” dan sebagainya.
Keadaan tersebut menyebabkan ibu hamil sering kali mengabaikan kebersihan
dirinya, termasuk kebersihan giginya, sehingga kelompok ibu hamil sangat rawan atau
peka terhadap penyakit gigi dan mulut. Ada beberapa hal dalam kesehatan gigi dan mulut
yang perlu mendapat perhatian selama masa kehamilan, antara lain:
a. Trimester I (masa kehamilan 0 – 3 bulan)
Pada saat ini ibu hamil biasanya merasa lesu, mual dan kadang-kadang sampai
muntah. Lesu, mual atau muntah ini menyebabkan terjadinya peningkatan suasana
asam dalam mulut. Adanya peningkatan plak karena malas memelihara kebersihan,
akan mempercepat terjadinya kerusakan gigi. Beberapa cara pencegahannya:
- Pada waktu mual hindarilah menghisap permen atau mengulum
permen terus-menerus, karena hal ini dapat memperparah kerusakan gigi yang telah
ada.
- Apabila ibu hamil mengalami muntah-muntah hendaknya setelah itu mulut
dibersihkan dengan berkumur menggunakan larutan soda kue (sodium bicarbonate)
dan menyikat gigi setelah 1 jam.
- Hindari minum obat anti muntah, obat dan jamu penghilang rasa sakit tanpa
persetujuan dokter, karena ada beberapa obat yang dapat menyebabkan cacat
bawaan seperti celah bibir.
b. Trimester II (masa kehamilan 4 – 6 bulan)
Pada masa ini, ibu hamil kadang-kadang masih merasakan hal yang sama seperti
pada trimester I kehamilan. Karena itu tetap harus diperhatikan aspek-aspek yang
dijelaskan diatas. Selain itu, pada masa ini biasanya merupakan saat terjadinya
perubahan hormonal dan faktor lokal (plak) dapat menimbulkan kelainan dalam
rongga mulut, antara lain:
- Peradangan pada gusi, warnanya kemerah-merahan dan mudah
berdarah terutama pada waktu menyikat gigi. Bila timbul pembengkakan maka dapat
disertai dengan rasa sakit.
- Timbulnya benjolan pada gusi antara 2 gigi yang disebut Epulis Gravidarum,
terutama pada sisi yang berhadapan dengan pipi. Pada keadaan ini, warna gusi
menjadi merah keunguan sampai kebiruan, mudah berdarah dan gigi terasa goyang.
Benjolan ini dapat membesar hingga menutupi gigi. Bila terjadi hal-hal seperti
diatas sebaiknya segera menghubungi tenaga pelayanan kesehatan gigi utnuk
mendapat perawatan lebih lanjut.
c. Trimester III (masa kehamilan 7 – 9 bulan)
Benjolan pada gusi antara 2 gigi (Epulis Gravidarum) diatas mencapai puncaknya
pada bulan ketujuh atau kedelapan. Meskipun keadaan ini akan hilang dengan
sendirinya setelah melahirkan, kesehatan gigi dan mulut tetap harus dipelihara.
Setelah persalinan hendaknya ibu tetap memelihara dan memperhatikan kesehatan
rongga mulut, baik untuk ibunya sendiri maupun bayinya. Jika terjadi hal-hal yang
tidak biasa dalam rongga mulut, hubungilah tenaga pelayanan kesehatan gigi.

2.6 Manifestasi di Rongga Mulut


Kehamilan menyebabkan perubahan fi siologis pada tubuh dan termasuk juga
di rongga mulut. Hal ini terutama terlihat pada gusi berupa pembesaran gusi akibat
perubahan pada sistem hormonal dan vaskular bersamaan dengan faktor iritasi lokal
dalam rongga mulut. Selama kehamilan, seorang ibu dapat mengalami beberapa
gangguan pada rongga mulutnya yang dapat disebabkan oleh perubahan hormonal
atau karena kelalaian perawatan gigi dan mulutnya.
1. Gingivitis Kehamilan (Pregnancy Gingivitis)
Sebagian besar ibu hamil menunjukan perubahan pada gusi selama kehamilan
akibat kurangnya kesadaran menjaga kebersihan gigi dan mulut. Gusi terlihat
lebih merah dan mudah berdarah ketika menyikat gigi, penyakit ini disebut
gingivitis kehamilan, biasanya mulai terlihat sejak bulan kedua dan memuncak
sekitar bulan kedelapan. Gingivitis kehamilan paling sering terlihat di gusi
bagian depan mulut. Penyebabnya adalah meningkatnya hormon sex wanita
dan vaskularisasi gingiva sehingga memberikan respon yang berlebihan
terhadap faktor iritasi lokal. Faktor iritasi lokal dapat berupa rangsangan lunak,
yaitu plak bakteri dan sisa-sisa makanan, maupun berupa rangsang keras
seperti kalkulus, tepi restorasi yang tidak baik, gigi palsu dan permukaan akar
yang kasar.Hal ini menunjukkan bahwa kehamilan bukanlah menjadi
penyebab langsung dari gingivitas kehamilan, tetapi juga tergantung pada
tingkat kebersihan mulut pasien. Selama kehamilan, tingkat progesteron pada
ibu hamil bisa 10 kali lebih tinggi dari biasanya. Hal ini dapat meningkatkan
pertumbuhan bakteri tertentu yang menyebabkan peradangan gusi. Juga
perubahan kekebalan tubuh selama kehamilan yang menyebabkan reaksi tubuh
yang berbeda dalam menghadapi bakteri penyebab radang gusi.

Gambar 1. Gingivitis Kehamilan

2. Granuloma Kehamilan (Epulis Gravidarum)


Kehamilan dapat pula menimbulkan suatu pembentukan pertumbuhan berlebih
pada gingiva seperti tumor. Istilah yang digunakan untuk keadaan ini adalah
pregnancy tumor atau tumor kehamilan, epulis gravidarum ataupun granuloma
kehamilan.Tidak berbahaya tetapi dapat menyebabkan ketidaknyamanan.
Biasanya berkembang pada trimester kedua. Bentuknya seperti nodul berwarna
merah keunguan sampai merah kebiruan, mudah berdarah, sering terlihat pada
gusi rahang atas, tetapi dapat juga ditemukan di tempat lain di mulut.
Penyebab pasti tidak diketahui, meskipun faktor utamanya adalah kebersihan
mulut yang buruk. Selain itu faktor penyebab lainnya adalah trauma, hormon,
virus dan pembuluh darah yang pecah. Ibu hamil yang memiliki granuloma
kehamilan biasanya juga menderita gingivitis kehamilan yang luas. Granuloma

kehamilan akan menghilang setelah bayi lahir.

Gambar 2. Granuloma Kehamilan (Epulis Gravidarum)


3. Karies Gigi
Kehamilan tidak langsung menyebabkan gigi berlubang. Meningkatnya gigi
berlubang atau menjadi lebih cepatnya proses gigi berlubang yang sudah ada
pada masa kehamilan lebih disebabkan karena perubahan lingkungan di sekitar
gigi dan kebersihan mulut yang kurang. Faktor-faktor yang dapat mendukung
lebih cepatnya proses gigi berlubang yang sudah ada pada wanita hamil karena
pH saliva wanita hamil lebih asam jika dibandingkan dengan yang tidak hamil
dan konsumsi makan-makanan kecil yang banyak mengandung gula. Rasa
mual dan muntah membuat wanita hamil malas memelihara kebersihan rongga
mulutnya, akibatnya serangan asam pada plak yang dipercepat dengan adanya
asam dari mulut karena mual atau muntah tadi dapat mempercepat proses
terjadinya gigi berlubang. Gigi berlubang dapat menyebabkan rasa ngilu bila
terkena makanan atau minuman dingin atau manis. Bila dibiarkan tidak
dirawat, lubang akan semakin besar dan dalam sehingga menimbulkan pusing,
sakit berdenyut bahkan sampai mengakibatkan pipi menjadi bengkak.

Gambar 3. Gigi berlubang pada gigi seri dan gigi geraham

3.7 Pentingnya Pemeliharaan Kesehatan Gigi dan Mulut Bagi Ibu Hamil
Pemeliharaan kesehatan gigi dan mulut bermanfaat untuk menjaga kondisi
janin agar tetap tumbuh dan berkembang secara sehat dan sempurna, serta mencegah
terjadinya kelahiran bayi dengan berat badan tidak normal atau kelahiran prematur.
Selama kehamilan sangat penting untuk menjaga kesehatan gigi dan mulut sehingga
fungsi pengunyahan tetap baik dan asupan gizi tetap baik dan ibu hamil tetap sehat,
serta mencegah penyakit gigi dan mulut menjadi lebih parah. Makanan yang baik
untuk kesehatan gigi dan kesehatan tubuh secara keseluruhan ialah makanan yang
banyak mengandung serat, seperti buahbuahan dan sayuran. Selain baik untuk
pencernaan, makanan yang berserat juga secara tidak langsung dapat membersihkan
sisa makanan yang lengket dan menempel pada gigi. Untuk mencegah timbulnya
ganguan di rongga mulut selama masa kehamilan, perlu diciptakan tingkat
kebersihan mulut yang optimal. Pelaksanaan program kontrol plak penting dilakukan
untuk mencegah terjadinya karies gigi dan peradangan gusi akibat iritasi lokal. Ada
beberapa hal yang perlu ditekankan kepada ibu hamil dalam pemeliharaan kesehatan
gigi dan mulut agar terhindar dari penyakit gigi dan mulut selama masa kehamilan,
yaitu:
1. Bila ibu hamil mengalami muntah-muntah, segera bersihkan mulut dengan
berkumur-kumur dengan secangkur air ditambah 1 sendok teh soda kue
(sodium bicarbonat) dan menyikat gigi 1 jam setelah muntah.
2. Mengatur pola makan sesuai dengan pedoman gizi seimbang atau angka
kecukupan gizi dan membatasi makanan yang mengandung gula.
3. Menyikat gigi secara teratur dan benar minimal 2x sehari, pagi setelah sarapan
dan malam sebelum tidur.
4. Memeriksakan keadaan rongga mulut ke dokter gigi karena kunjungan ke
dokter gigi pada masa kehamilan bukanlah merupakan hal yang kontra indikasi.
Diet yang seimbang sangat diperlukan untuk menjamin asupan nutrisi bagi ibu
hamil dan bayi didalam kandungan. Apa yang dikonsumsi oleh ibu hamil
selama 9 bulan sangat mempengaruhi perkembangan bayi di dalam kandungan,
termasuk gigi. Gigi mulai terbentuk pada usia kehamilan 3-6 bulan. Sangat
penting bagi ibu hamil untuk mengkonsumsi makanan yang mengandung
kalsium, protein, fosfor dan vitamin A, C dan D. 2.8 Cara Pemeliharaan
Kesehatan Gigi dan Mulut Supaya ibu hamil terhindar dari penyakit gigi dan
mulut
3.8 Cara Pemeliharaan Kesehatan Gigi dan Mulut
Supaya ibu hamil terhindar dari penyakit gigi dan mulut selama kehamilannya,
dianjurkan untuk melakukan hal-hal sebagai berikut:
3.8.1 Menyikat Gigi secara Baik, Benar dan Teratur
Menyikat gigi yang baik dan benar adalah menyikat gigi yang dilakukan
dengan menggunakan cara yang dapat membersihkan seluruh permukaan
gigi tanpa mencederai jaringan lunak dalam mulut serta dilakukan secara
berurutan dari satu sisi ke sisi yang lainnya secara teratur.Adapun
frekuensi dan waktu menyikat gigi sebaiknya dilakukan paling sedikit dua
kali sehari, pagi setengah jam setelah sarapan danmalam sebelum tidur.
1. Untuk membersihkan gigi bagian depan atas (digerakkan dari atas ke
bawah, gerakan sikat dengan arah ke atas ke bawah atau memutar).
2. Untuk membersihkan gigi bagian samping, gerakan sikat dengan arah ke
atas ke bawah atau memutar.
3. Gerakan ke depan ke belakang dapat dilakukan untuk membersihkan
bagian pengunyahan gigi.
4. Bagian dalam dan belakang gigi dapat dibersihkan dengan cara
menggerakkan sikat ke atas ke bawah.
3.8.2 Mengkonsumsi Makanan yang Bergizi Seimbang
Diet yang seimbang sangat diperlukan untuk menjamin asupan nutrisi bagi
ibu hamil dan bayi didalam kandungan.Apa yang dikonsumsi oleh ibu
hamil selama 9 bulan sangat mempengaruhi perkembangan bayi di dalam
kandungan, termasuk gigi. Gigi mulai terbentuk pada usia kehamilan 3-6
bulan. Sangat penƟ ng bagi ibu hamil untuk mengkonsumsi makanan yang
mengandung kalsium, protein, fosfor dan vitamin A, C dan D. Seorang ibu
hamil sangat dianjurkan untuk mengkonsumsi makanan yang bergizi secara
seimbang sesuai dengan prinsip pedoman gizi seimbang atau angka
kecukupan gizi, supaya mempunyai daya tahan tubuh yang baik serta dapat
menjaga janinnya agar dapat tumbuh dan berkembang dengan sehat dan
sempurna.

Gambar 14. Bahan makanan yang baik untuk ibu hamil


Contoh bahan makanan yang baik bagi ibu hamil:
• Karbohidrat yang bisa didapat dari nasi dan makanan lain pengganti nasi seperti
roti atau kentang
• Protein yang terkandung dari bahan makanan seperti daging,ikan, tempe, tahu dan
susu
• Vitamin dan mineral yang baik bagi kesehatan gigi seperti:
- Vitamin A: banyak terdapat dalam buah-buahan seperti mangga dan sayur
sayuran.
- Vitamin B: banyak terdapat dalam beras dan kacang- kacangan.
- Vitamin C: banyak terdapat dalam buah-buahan seperti jeruk, mangga, jambu
biji dan delima.
- Vitamin D: banyak terdapat dalam ikan serta daging.
- Fluor dan Kalsium terdapat dalam makanan berasal dari
laut seperti ikan, udang, kerang, kepiting.
Apa yang terjadi apabila ibu hamil kekurangan vitamin dan mineral:
- Kekurangan vitamin A dapat menggangu pertumbuhan gigi pada janin sehingga
giginya dapat mengalami kelainan bentuk.
- Kekurangan vitamin C dapat menyebabkan ibu hamil rentan terhadap penyakit
gusi, selain itu janinnya dapat mengalami gangguan pada pembentukan gigi dan
jaringan lunaknya.
- Kekurangan vitamin D, kalsium dan fl uor dapat menyebabkan terjadinya
gangguan pada pertumbuhan gigi janin sehingga giginya akan sangat rentan
terhadap lubang gigi.
3.8.3 Menghindari Makanan yang Manis dan Lengket
Ibu hamil dianjurkan untuk menghindari makan makanan yang manis dan
lengket, karena makanan yang manis dapat diubah oleh bakteri menjadi asam yang
dapat merusak lapisan gigi. Makanan yang bersifat lengket dikhawatirkan akan
tinggal lama dalam mulut sehingga kemungkinan terjadinya asam akan lebih besar.
Apabila ibu hamil tidak dapat meninggalkan kebiasaannya dalam mengkonsumsi
makanan manis dan lengket ini, dianjurkan untuk segera membersihkan gigi dan
mulutnya setelah mengkonsumsi makanan tersebutminimal dengan cara berkumur-
kumur.
3.8.4 Memeriksakan Diri ke Fasilitas Pelayanan Kesehatan Gigi
Pemeriksaan kesehatan gigi dan mulut harus dilakukan secara berkala, baik
pada saat merasa sakit maupun pada saat tidak ada keluhan. Bahkan idealnya,
pemeriksaan kesehatan gigi dan mulut dilakukan apabila seseorang berencana atau
sedang mengharapkan kehamilan, sehingga pada saat dia hamil kondisi kesehatan gigi
dan mulutnya dalam keadaan baik. Apabila ibu hamil merasakan adanya keluhan pada
gigi dan mulutnya, maka harus sesegera mungkin mendatangi fasilitas pelayanan
kesehatan gigi untuk mendapatkan pemeriksaan dan perawatan gigi agar ibu hamil
terhindar dari terjadinya penyakit gigi dan mulut yang semakin parah. Penting untuk
diingat bahwa sebaiknya perawatan gigi dan mulut dilakukan sampai tuntas,
walaupun sudah tidak ada rasa sakit. Misalnya dalam keadaan sakit berdenyut atau
bengkak, dokter akan memberi obat untuk meredakan rasa sakit. Bila rasa sakit telah
reda, ibu hamil harus kembali lagi untuk mendapatkan perawatan selanjutnya
(pencabutan atau tindakan lainnya) untuk menyembuhkan penyakit yang diderita.
Penyakit gigi dan mulut yang tidak dirawat dapat menjadi sumber infeksi dan bisa
menyebar melalui peredaran darah ke organ-organ tubuh yang lain, misalnya ke
jantung, ginjal, saluran pencernaan,kulit, mata. Hal ini juga dapat membahayakan
janin pada seorang ibu hamil berupa kelahiran prematur (lahir sebelum waktunya) dan
bayi lahir dengan berat badan rendah.

Gambar 15. Ibu hamil memeriksakan giginya ke dokter gigi

BAB III
METODE PENELITIAN

3.1 Desain Penelitian


Penelitian ini merupakan jenis penelitian kuantitatif, menggunakan metode pendekatan
quasi eksperimen dengan pendekatan one group pre testpost test tanpa kelompok kontrol,
dimana kelompok eksperimen di lihat pre test sebelum perlakuan dan post test setelah
adanya perlakuan untuk mengetahui efektivitas media audiovisual terhadap peningkatan
pengetahuan tentang kesehatan gigi dan mulut pada ibu hamil di Puskesmas Kelurahan
Rorotan Jakarta Utara. Kelompok intervensi diukur tingkat pengetahuan dengan
menggunakan kuesioner yang sama pada sebelum dan sesudah dilakukan intervensi pada
waktu penelitian. Intervensi yang diberikan diharapkan dapat memberikan pengaruh
ataupun perubahan variable pengetahuan. Desain penelitian ini adalah sebagai berikut:

Kelompok Intervensi 01 X 02

Gambar 3.1 Desain Penelitian

Keterangan:
01 : Tingkat pengetahuan sebelum diberikan intervensi media audiovisual
kesehatan gigi dan mulut pada ibu hamil
X : Intervensi media audiovisual kesehatan gigi dan mulut pada ibu hamil.
02 : Tingkat pengetahuan sesudah diberikan intervensi media audiovisual
kesehatan gigi dan mulut pada ibu hamil

3.2 kerangka Konsep


Kerangka konsep penelitian adalah suatu uraian dan visualisasi hubungan atau
kaitan satu terhadap konsep lainnya, atau antara variabel yang satu dengan variabel
yang lain dari masalah yang ingin diteliti

Variable Independent Variable Dependent


Media audiovisual tentang Pengetahuan ibu hamil
kesehatan gigi dan mulut tentang kesehatan gigi dan
pada ibu hamil mulut

Variable Counfounding
1. Umur
2. Pendidikan
3. Pekerjaan
4. Sumber informasi
5.Dukungan keluarga

Gambar 3.2 Kerangka Konsep

3.3 Hipotesis Penelitian


Hipotesis penelitian adalah jawaban sementara suatu penelitian, patokan, duga,
atau dalil sementara yang kebenarannya akan dibuktikan melalui penelitian, setelah
melalui pembuktian dari hasil penelitian maka hipotesis ini dapat diterima atau
ditolak.
a. Ada perbedaan pengetahuan ibu tentang kesehatan gigi dan mulut pada
kehamilan antara sebelum (pre-test) dan sesudah (post-test) dilakukan
pemberian intervensi berupa media audiovisual
b. Ada hubungan antara variable counfounding dengan variable dependent
(pengetahuan ibu hamil) setelah pemberian intervensi berupa media
audiovisual.

3.4 Definisi Operasional


Definisi operasional adalah variabel secara operasional berdasarkan karakteristik
yang diamati, sehingga memungkinkan peneliti untuk melakukan observasi atau
pengukuran secara cermat terhadap suatu objek atau fenomena.
3.5 Populasi dan sampel
3.5.1 Populasi
Populasi adalah setiap subjek yang diteliti. Berdasarkan tujuan yang ingin
dicapai maka yang menjadi populasi dalam penelitian ini adalah seluruh pasien ibu
hamil yang berkunjung ke poli KIA di Puskesmas Citeras.
3.5.2 Sampel
Sampel adalah sebagian dari jumlah dan karakteristik yang dimiliki oleh
populasi, atau dapat mewakili seluruh populasi yang diteliti. Sampel pada
penelitian ini adalah ibu hamil yang ada di Puskesmas Citeras. Pengambilan
sampel dalam penelitian ini mengacu pada kriteria inklusi sebagai berikut:
a. Ibu hamil dengan usia kehamilan lebih dari 2 minggu atau dinyatakan positif
hamil oleh bidan atau dokter
b. Ibu hamil yang berkunjung ke Poli KIA Puskesmas Citeras
c. Dapat membaca dan menulis
d. Sehat jasmani dan rohani

DAFTAR PUSTAKA

dr. Bambang Sardjono, M. (2012). Pedoman pemeliharaan kesehatan gigi dan mulut ibu hamil dan
anak usia balita bagi tenaga kesehatan di fasilitas pelayanan kesehatan . Jakarta.

Kesehatan, D. J. (2012). Pedoman Pemeliharaan kesehatan gigi dan mulut ibu hamil dan anak usia
balita bagi tenaga kesehatan di fasilitas pelayanan kesehatan . Jakarta.
Papilaya, E. A. (Juli-Desember 2016). Perbandingan pengaruh promosi kesehatan menggunakan
media audio. Jurnal e-GiGi (eG), Volume 4 Nomor 2 , 282-286.

Pengaruh video kartun terhadap kemampuan kognitif pada anak kelompok B di TK Terpadu Al-
Hidayah II ds Bakung kec Udanawu kab Blitar. (2013). Jurnal Mahasiswa
Teknologi Pendidikan , 2(4):50.

Putri, I. A. (2020). Efektivitas Media Audiovisual Terhadap Peningkatan Pengetahuan Ibu Hamil.
Jakarta.

Putri, I. A. (2020). Efektivitas Media Audiovisual Terhadap Peningkatan Pengetahuan Ibu Hamil.
Jakarta.

Anda mungkin juga menyukai