Anda di halaman 1dari 11

Jurnal Ilmiah Keperawatan IMELDA Vol. 3, No.

2, September 2017

Penelitian
HUBUNGAN PELAKSANAAN ORAL HYGIENE DENGAN
KEJADIAN INFEKSI RONGGA MULUT PADA PASIEN
DENGAN PENURUNAN KESADARAN DI RSU IMELDA
PEKERJA INDONESIA MEDAN

Nixson Manurung
Dosen Prodi S1/D-III Keperawatan, STIKes Imelda, Jalan Bilal Nomor 52 Medan

E-mail: nixsonmanurung@gmail.com

ABSTRAK

Oral Hygiene adalah tindakan untuk membersihkan dan menyegarkan mulut, gigi dan gusi. Untuk pasien
yang tidak mampu mempertahankan kebersihan mulut dan gigi secara mandiri harus dipantau
sepenuhnya oleh perawat. Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui hubungan antara pelaksanaan oral
hygiene pada pasien penurunan kesadaran dengan kejadian infeksi pada rongga mulut di RSU Imelda
Pekerja Indonesia Medan. Desain yang digunakan dalam penelitian ini adalah deskriptif korelasi dengan
menggunakan rancangan Cross Sectional pada 30 responden pasien dengan penurunan kesadaran di
RSU Imelda Pekerja Indonesia Medan. Variabel independen penelitian ini adalah pelaksanaan Oral
Hygiene dan variabel dependen penelitian ini adalah kejadian infeksi rongga mulut. Data dikumpulkan
melalui observasi dan menggunakan instrumen berupa checklist. Hasil penelitian bahwa ada hubungan
yang bermakna secara signifikan antara pelaksanaan oral hygiene dengan kejadian infeksi rongga mulut
GHQJDQ EDWDV NHPDNQDDQ . < 0.05. Didapatkan p = 0,00, sehingga 0,00 < 0.05. Disarankan perawat
meningkatkan pelaksanaan oral hygiene dengan cara mengikuti SOP yang ada diruangan.

Kata kunci: Oral Hygiene; Kejadian Infeksi Rongga Mulut.

PENDAHULUAN Menurut Perry, ddk (2005), pemberian


asuhan keperawatan untuk membersihkan
Oral hygiene adalah tindakan untuk mulut pasien sedikitnya dua kali sehari.
membersihkan dan menyegarkan mulut, gigi Tujuan utama dari kesehatan rongga
dan gusi (Clark, dalam Shocker, 2008). Dan mulut adalah untuk mencegah penumpukan
menurut Taylor, et al (dalam Shocker, 2008), plak dan mencegah lengketnya bakteri yang
oral hygiene adalah tindakan yang ditujukan terbentuk pada gigi. Akumulasi plak bakteri
untuk menjaga kontinuitas bibir, lidah dan pada gigi karena hygiene mulut yang buruk
mukosa mulut, mencegah infeksi dan adalah faktor penyebab dari masalah utama
melembabkan membran mulut dan bibir. kesehatan rongga mulut, terutama gigi.
Sedangkan menurut Hidayat dan Uliyah Kebersihan mulut yang buruk memungkinkan
(2005), oral hygiene merupakan tindakan akumulasi bakteri penghasil asam pada
keperawatan yang dilakukan pada pasien permukaan gigi. Asam demineralizes email
yang dihospitalisasi. Tindakan ini dapat gigi menyebabkan kerusakan gigi (gigi
dilakukan oleh pasien yang sadar secara berlubang). Plak gigi juga dapat menyerang
mandiri atau dengan bantuan perawat. Untuk dan menginfeksi gusi menyebabkan penyakit
pasien yang tidak mampu mempertahankan gusi dan periodontitis. Banyak masalah
kebersihan mulut dan gigi secara mandiri kesehatan mulut, seperti sariawan, mulut
harus dipantau sepenuhnya oleh perawat. luka, bau mulut dan lain-lain dianggap

274
Jurnal Ilmiah Keperawatan IMELDA Vol. 3, No. 2, September 2017

sebagai efek dari kesehatan rongga mulut kesadaran yang terbagi atas tatalaksana baik
yang buruk. Sebagian besar masalah gigi dan umum maupun khusus.
mulut dapat dihindari hanya dengan menjaga Berangkat dari masalah yang dipaparkan
kebersihan mulut yang baik (Forthnet, 2010). di atas, peneliti merasa tertarik untuk
Penurunan kesadaran merupakan kasus mengetahui Hubungan Pelaksanaan Oral
gawat darurat yang sering dijumpai dalam Hygiene dengan Kejadian Infeksi Rongga
praktek sehari-hari. Berdasarkan hasil Mulut Pada Pasien dengan Penurunan
pengumpulan data RSU Imelda Pekerja Kesadaran di RSU Imelda Pekerja Indonesia
Indonesia Medan, bahwa terdapat 3% kasus Medan pada tahun 2013.
dengan penurunan kesadaran atau koma dari
10% jumlah kasus kegawatdaruratan Permasalahan
neurologi di RSU Imelda Pekerja Indonesia Berdasarkan latar belakang diatas maka
Medan. Kesadaran ditentukan oleh kondisi perumusan masalah yaitu Sejauhmana
pusat kesadaran yang berada di kedua pelaksanaan oral hygiene pada pasien
hemisfer serebridan Ascending Reticular penurunan kesadaran mempengaruhi
Activating System (ARAS) Jika terjadi terjadinya infeksi pada rongga mulut di RSU
kelainan pada kedua sistem ini, baik yang Imelda Pekerja Indonesia Medan.
melibatkan sistem anatomi maupun
fungsional akan mengakibatkan terjadinya Tujuan Umum
penurunan kesadaran dengan berbagai Mengetahui hubungan antara
tingkatan. Ascending Reticular Activating pelaksanaan oral hygiene pada pasien
System merupakan suatu rangkaian atau penurunan kesadaran dengan kejadian infeksi
network system yang dari kaudal berasal dari pada rongga mulut di RSU Imelda Pekerja
medulla spinalis menuju rostral yaitu Indonesia Medan.
diensefalon melalui brain stem sehingga
kelainan yang mengenai lintasan ARAS Tujuan Khusus
tersebut berada diantara medulla, pons, 1. Mengidentifikasi pelaksanaan oral
mesencephalon menuju ke subthalamus, hygiene pada pasien dengan penurunan
hipothalamus, thalamus dan akan kesadaran di RSU Imelda Pekerja
menimbulkan penurunan derajat kesadaran. Indonesia Medan.
Neurotransmiter yang berperan pada 2. Mengidentifikasi kejadian infeksi rongga
ARAS antara lain neurotransmiter kolinergik, mulut pada pasien penurunan kesadaran
monoaminergik dan gammaaminobutyric di RSU Imelda Pekerja Indonesia
acid (GABA) Respon gangguan kesadaran Medan.
pada kelainan di ARAS ini merupakan 3. Menganalisa hubungan pelaksanaan oral
kelainan yang berpengaruh kepada sistem hygiene dengan kejadian infeksi rongga
arousal yaitu respon primitif yang merupakan mulut pada pasien dengan penurunan
manifestasi rangkaianinti-inti di batang otak kesadaran di RSU Imelda Pekerja
dan serabut-serabut saraf pada susunan saraf. Indonesia Medan.
Korteks serebri merupakan bagian yang
terbesar dari susunan saraf pusat di mana Manfaat Penelitian
kedua korteks ini berperan dalamkesadaran Adapun manfaat penelitian ini adalah:
akan diri terhadap lingkngan atau input-input 1. Bagi Peneliti
rangsangan sensoris, hal ini disebut Hasil penelitian ini diharapkan
jugasebagai awareness. Pada referat ini akan menambah khasanah ilmu pengetahuan
dibahas mengenai definisi penurunan dan sebagai bahan bacaan dan sumber
kesadaran, bahaya penurunankesadaran, informasi bagi peneliti selanjutnya.
patofisiologi, diagnosis serta diagnosis 2. Bagi Institusi
penurunan kesadaran akibat metabolik Hasil penelitian ini diharapkan dapat
danstruktural dan tatalaksana penurunan menjadi salah satu sumber informasi

275
Jurnal Ilmiah Keperawatan IMELDA Vol. 3, No. 2, September 2017

bagi instansi kesehatan tentang arti Metode Pengumpulan Data


pentingnya perawatan rongga mulut Tehnik Pengumpulan data dengan
pada pasien dengan penurunan menggunakan observasi langsung
kesadaran. menggunakan format check list yang telah
3. Bagi Rumah Sakit tersedia. Jadi data tersebut diperoleh
Meningkatkan mutu pelayanan dan langsung dari responden melalui suatu
kepuasan pasien dan keluarga. observasi langsung pada pasien.
4. Bagi Responden (Notoatmodjo, 2010).
Mendapatkan pelayanan yang 1. Data Primer
memuaskan sehingga mengurangi Data primer adalah data yang langsung
resiko akibat penurunan kemampuan diambil atau diperoleh dari responden
dalam memenuhi kebutuhan diri. dengan menggunakan obserasi langsung
menggunakan format check list.
METODE 2. Data Skunder
Data yang diperoleh dari instansi terkait
Jenis Penelitian yang ada hubungannya dengan
Desain yang digunakan dalam penelitian penelitian ini. Dalam hal ini data yang
ini adalah deskriptif korelasi dengan diperoleh dari RSU Imelda Pekerja
menggunakan rancangan Cross Sectional Indonesia Medan.
yaitu penelitian yang menekankan waktu
pengukuran/observasi data variabel Instrumen Penelitian
independen dan dependen hanya satu kali Instrumen dalam pengumpulan data ini,
pada satu saat (Nursalam, 2009). berupa instrumen yang berhubungan dengan
karakteristik responden, pelaksanaan oral
Lokasi dan Waktu Penelitian hygiene, infeksi rongga mulut dan penurunan
Penelitian ini akan dilaksanakan di RSU kesadaran, instrumen tersebut antara lain:
Imelda Pekerja Indonesia Medan pada 16 1. Instrumen karakteristik responden
Desember 2013 s/d 18 Desember 2013. Dalam instrumen karakteristik
responden antara lain: umur dan jenis
Populasi kelamin.
Populasi adalah keseluruhan subjek yang 2. Pelaksanaan oral hygiene, infeksi rongga
akan diteliti (Wasis, 2008). Populasi dalam mulut dan penurunan kesadaran dengan
penelitian ini adalah seluruh pasien yang menggunakan instrumen check list yang
mengalami penurunan kesadaran di ruang telah tersedia dengan sistem observasi.
ICU RSU Imelda Pekerja Indonesia Medan
yaitu berjumlah 30 orang. Etika Penelitian
Penelitian akan dilaksanakan setelah
Sampel mendapat persetujuan dari Kepala Program
Sampel adalah bagian dari populasi yang Studi Sekolah Tinggi Ilmu Kesehatan
diambil dengan menggunakan cara-cara Sumatera Utara. Peneliti menyakini bahwa
tertentu (Wasis, 2008). Teknik pengambilan responden perlu dilindungi dengan
sampel yang digunakan dengan cara Total memperhatikan prinsip etika dalam penelitian
sampling. Jumlah sampel dalam penelitian ini atau pengumpulan data secara umum, yang
adalah 30 orang. Hal ini didasarkan pada dapat dibedakan menjadi tiga bagian yaitu,
kecukupan pada responden dan jenis prinsip manfaat, prinsip menghargai hak-hak
penelitian ini digunakan peneliti untuk subjek, dan prinsip keadilan. Penjelasan
mengetahui beberapa variabel pada populasi prinsip-prinsip tersebut adalah sebagai
yang merupakan hal yang penting untuk berikut:
mencapai sampel yang representative
(Nursalam, 2009).

276
Jurnal Ilmiah Keperawatan IMELDA Vol. 3, No. 2, September 2017

Prinsip manfaat Responden harus diperlakukan secara


a. Bebas dari penderitaan adil dan baik sebelum, selama, dan
Penelitian harus dilaksanakan tanpa sesudah keikutsertaannya dalam
mengakibatkan penderitaan kepada penelitian tanpa adanya diskriminasi
responden, khususnya jika menggunakan apabila ternyata mereka tidak bersedia
tindakan khusus. atau dikeluarkan dari penelitian.
b. Bebas dari eksploitasi b. Hak dijaga kerahasiaannya (right to
Partisipasi responden dalam penelitian, privacy). Peneliti harus merahasiakan
harus dihindarkan dari keadaan yang informasi-informasi yang didapat dari
tidak menguntungkan. Subjek harus responden (confidentiality) dan selama
diyakinkan bahwa partisipsinya dalam kegiatan penelitian nama responden
penelitian atau informasi yang telah tidak digunakan, sebagai penggantinya
diberikan, tidak akan dipergunakan peneliti menggunakan nomor responden
dalam hal-hal yang dapat merugikan (anonymity). Subjek mempunyai hak
responden dalam bentuk apapun. untuk meminta bahwa data yang
c. Resiko (benefits ratio) diberikan harus dirahasiakan, untuk itu
Peneliti harus berhati-hati dalam perlu adanya tanpa nama dan rahasia
mempertimbangkan resiko dan (Nursalam, 2008).
keuntungan yang akan berakibat kepada
responden pada setiap tindakan. Defenisi Operasional
Defenisi operasional adalah defenisi
Prinsip menghargai hak asasi manusia berdasarkan karakteristik yang dapat diamati
(respect human dignity) (diukur) untuk diobservasi atau pengukuran
a. Hak untuk ikut atau tidak ikut menjadi secara cermat terhadap situasi obyek atau
responden atau subjek penelitian (right fenomena yang kemudian dapat diulangi lagi
to self determination). Responden diberi oleh orang lain (Nursalama, 2003).
kebebasan untuk menentukan apakah 1. Pelaksanaan Oral Hygiene merupakan
bersedia atau tidak mengikuti kegiatan Frekuensi Pelaksanaan Tindakan
penelitian secara sukarela. kebersihan rongga mulut yang dilakukan
b. Hak untuk mendapatkan jaminan dari oleh perawat kepada pasien penurunan
perlakuan yang diberikan (right to full kesadaran.
disclosure). Peneliti memberikan 2. Infeksi Rongga Mulut adanya tanda-
penjelasan secara rinci serta bertanggung tanda berupa ulserasi, merah, kering,
jawab jika ada sesuatu yang terjadi pada holitosis, lidah berselaput, bibir
responden. bengkak, bibir pecah.
c. Informed consent
Sebelum menandatangani lembar Aspek Pengukuran
persetujuan menjadi responden, peneliti 1. Adapun skala pengukuran variabel
menjelaskan tujuan, manfaat dan penelitian terhadap pelaksanaan oral
harapan penelitiian terhadap responden, higiene yang diukur melalui kuesener
peneliti juga menjelaskan berapa lama untuk observasi (Form of Observation)
penelitian akan dilaksanakan. atau lebih dikenal sebagai daftar tilik
Responden juga berhak keluar atau (Check List) yang telah disiapkan
berhenti menjadi responden dan tidak terlebih dahulu. (Prof. Dr. Soekidjo
ada pengaruhnya dengan perawatan Notoadmodjo, 2012). Apabila
yang akan diberikan selanjutnya. dilaksanakan akan diberi skor 2 Apabila
tidak dilaksanakan akan diberi skor 1.
Prinsip keadilan 2. Adapun skala pengukuran variabel
a. Hak untuk mendapatkan pengobatan penelitian terhadap Infeksi rongga mulut
yang adil (right in fair treatment) pada pasien dengan penurunan

277
Jurnal Ilmiah Keperawatan IMELDA Vol. 3, No. 2, September 2017

kesadaran diukur dengan mencheck list Pengolahan Tehnik Analisa Data


format observasi adanya tanda-tanda Metode pengolahan data yang digunakan
berupa ulserasi, merah, kering, holitosis, adalah dengan tabulasi dengan SPSS dengan
lidah berselaput, lidah bengkok, bibir lan gkah-langkah sebagai berikut:
bengkak, bibir pecah, yang telah 1. Editing adalah setiap lembaran observasi
tersedia. Apabila ada diberi skor 1 dan diperiksa untuk memastikan bahwa
apabila tidak ada diberi skor 2, yang setiap pernyataan yang terdapat dalam
kemudian diartikan: lembar observasi telah tercheck list
Infeksi ringan dengan interval nilai (14± semua.
16) Infeksi sedang dengan interval nilai 2. Coding adalah pemberian kode pada
(11±13) Infeksi buruk dengan interval setiap check list yang terkumpul dalam
nilai (8±10). Interval infeksi rongga lembar observasi untuk memudahkan
mulut: proses pengelolaan data.
I=Nilai tertinggi=Nilai terendah=16=8 3. Processing adalah melakukan
3 3 3 pemindahan akan memasukkan data dari
Analisa Data lembar observasi kedalam komputer
a. Analisis Univariat untuk diproses. Memasukkan data
Analisis univariat yang digunakan untuk kedalam komputer dilakukan dengan
melakukan analisis terhadap distribusi SPSS.
frekuensi dari tiap variabel yang diteliti. 4. Cleaning adalah proses yang dilakukan
Setiap kategori jawaban kategori setelah data masuk kekomputer data
variabel independen dan dependen akan diperiksa apakah ada kesalahan
ditampilkan dalam bentuk distribusi atau tidak, jika terdapat data yang salah
frekuensi dan selanjutnya dilakukan diperiksa oleh proses cleaning ini.
analisis tampilan data tersebut. Analisis 5. Komputer, untuk mengelolah data
Univariat dilakukan dengan dengan komputer, peneliti terlebih
mendeskripsikan setiap variabel yang dahulu menggunakan program tertentu,
diukur dalam penelitian, yaitu dengan baik yang sudah tersedia maupun
distribusi frekuensi. Hasil statistik program tertentu, baik yang sudah
deskriptif meliputi mean, median dan tersedia maupun program yang sudah
standar deviasi. Deskriptif Univariat disiapkan secara khusus dapat
dilakukan pada setiap variabel yang ditambahkan bahwa dalam ilmu-ilmu
diteliti. sosial banyak sekali digunakan program
b. Analisis Bivariat komputer. Dengan menggunakan
Analisa ini dilakukan untuk melihat dua program tersebut dapat dilakukan
variabel yang diduga ada hubungan, tabulasi sederhana. Tabulasi silang,
yaitu variabel independent (pelaksanaan regresi, korelasi, analisa faktor dan
oral hygiene) dan variabel dependent berbagai tes statistik.
(infeksi rongga mulut). Berdasarkan
karakteristik data tersebut maka uji HASIL
statistik menggunakan uji Chi Square
yang bertujuan untuk mengetahui Berdasarkan pengumpulan data yang
adanya hubungan antara pelaksanaan dilakukan pada bulan Desember 2013 sampai
oral hygiene dengan kejadian infeksi dengan bulan Januari 2014 di Ruang ICU
rongga mulut. Variabel penelitian ini RSU Imelda Pekerja Indonesia Medan
akan dianalisis menggunakan Program dengan responden sebanyak 30 orang, maka
Komputerisasi, dengan uji statitic diperoleh hasil data sebagai berikut:
parametrik menggunakan uji Chi Square
dengan batas kemaknaan r < 0.05.

278
Jurnal Ilmiah Keperawatan IMELDA Vol. 3, No. 2, September 2017

Tabel 1. Distribusi Frekuensi Responden Tabel 3. Distribusi Frekuensi Responden


Berdasarkan Umur pada Pasien dengan Berdasarkan Pelaksanaan Oral Hygiene pada
Penurunan Kesadaran di RSU Imelda Pekerja Pasien dengan Penurunan Kesadaran di RSU
Indonesia Medan Tahun 2014 ( n=30) Imelda Pekerja Indonesia Medan Tahun 2014
Frekuensi Persentase ( n=30)
No Umur
(F) (% ) Pelaksanaan Frekuensi Persentase
No
1 < 30 tahun 9 30,0 Oral Hygiene (F) (%)
2 30 ± 60 tahun 16 53,3 Tidak
1
Dilaksanakan 2 6,7
3 > 60 tahun 5 16,7
2 Dilaksanakan 28 93,3
Total 30 100
Dari tabel 1 di atas memberikan Total 30 100
gambaran umur responden sebagian besar Dari tabel 3 di atas hasil penelitian
53,3 % atau 16 orang berusia 30 tahun ± 60 menunjukkan bahwa sebagian besar
tahun. 30 % atau 9 orang berusia < 30 tahun responden (pasien) dilaksanakan oral hygiene
dan responden yang paling sedikit berusia > sebanyak 93,3 % atau 28 orang dan tidak
60 tahun sebanyak 16,7% atau 5 orang. dilaksanakan oral hygiene sebanyak 6,7 %
atau 2 orang.
Tabel 2. Distribusi Frekuensi Responden
Berdasarkan Jenis Kelamin pada Pasien Tabel 4. Distribusi Frekuensi Responden
dengan Penurunan Kesadaran di RSU Imelda Berdasarkan Kejadian Infeksi Rongga Mulut
Pekerja Indonesia Medan Tahun 2014 (n=30) pada Pasien dengan Penurunan Kesadaran di
Jenis Frekuensi Persentase RSU Imelda Pekerja Indonesia Medan Tahun
No 2014 ( n=30)
Kelamin (F) (% )
1 Laki-laki 16 53,3 Kejadian Infeksi Frekuensi Persentase
No
Rongga Mulut (F) (% )
2 Perempuan 14 46,7
1 Infeksi ringan 19 61
Total 30 100
2 Infeksi sedang 9 31
Dari tabel 2 di atas memberikan
3 Infeksi berat 2 8
gambaran responden yang paling banyak
adalah berjenis kelamin laki-laki sebesar 53,3 Total 30 100
% atau 16 orang, sedangkan 46,7 % atau 14 Dari tabel 4 hasil penelitian
orang berjenis kelamin perempuan. menunjukkan bahwa sebagian besar
responden (pasien) mengalami kejadian
infeksi ringan sebesar 61 % atau 19 orang,
kemudian kategori infeksi sedang 9 % atau 9
orang dan kategori infeksi berat 8 % atau 2
orang.
Tabel 5. Tabulasi Silang Hubungan Pelaksanaan Oral Hygiene dengan Kejadian Infeksi
Rongga Mulut pada Pasien dengan Penurunan Kesadaran di RSU Imelda Pekerja Indonesia
Medan Tahun 2014 ( n=30)
Kejadian Infeksi Rongga Mulut
Pelaksanaan Total
No Infeksi ringan Infeksi Sedang Infeksi berat P
Oral Hygiene
F % F % F % F %
Tidak
1. dilaksanakan 0 0 0 0 2 100,0 2 100,0 0,00
2. Dilaksanakan 19 67,9 9 32,1 0 0 28 100,0
Total 19 63,3 9 30,0 2 6,7 30 100,0

Pada tabel 5 Tabulasi silang hubungan kejadian infeksi rongga mulut pada pasien
pelaksanaan tindakan oral hygiene dengan dengan penurunan kesadaran diatas dapat
279
Jurnal Ilmiah Keperawatan IMELDA Vol. 3, No. 2, September 2017

diketahui bahwa dilaksanakan oral hygiene terdapat dalam plak gigi, cairan sulkus
pada 28 responden mengalami infeksi ringan ginggiva, mucus membrane, dorsum lidah,
sebanyak 19 responden (67,9%) dan infeksi saliva dan mukosa mulut.
sedang sebanyak 9 responden ( 32,1%). Hal ini relevan dengan penelitian yang
Tidak dilaksanakan oral hygiene pada 2 dilakukan oleh Stibeth (2012) bahwa
responden (0%) mengalami infeksi berat patofisiologi infeksi rongga mulut, suatu
sebanyak 2 responden (100%). Dengan uji toksikan dapat menyebabkan penyakit rongga
chi-square diketahui bahwa ada hubungan mulut melalui dua cara. Pertama yaitu secara
yang bermakna secara signifikan antara langsung. Hal ini dapat terjadi jika toksikan
pelaksanaan oral hygiene dengan kejadian langsung masuk kedalam rongga mulut,
infeksi rongga mulut dengan batas misalnya melalui makanan yang
NHPDNQDDQ . Didapatkan p = 0,00, terkontaminasi dengan toksikan atau secara
sehingga 0,00 < 0.05. tidak sengaja termakan suatu jenis toksikan.
Kedua yaitu secara tidak langsung atau
PEMBAHASAN disebut juga secara sistemik. Hal ini terjadi
dimana toksikan melalui kulit atau saluran
Hubungan Pelaksanaan Oral hygiene nafas masuk kedalam tubuh, diabsorbsi oleh
dengan Kejadian Infeksi Rongga Mulut darah selanjutnya menyebar ke seluruh tubuh
pada Pasien dengan Penurunan termasuklah kedaerah rongga mulut. Cara
Kesadaran di RSU Imelda Pekerja pertama akan menimbulkan gejala-gejala
Indonesia Medan penyakit rongga mulut yang akut sedangkan
Diketahui bahwa dilaksanakan oral cara kedua akan menimbulkan gejala-gejala
hygiene pada 28 responden mengalami kronis. (Anang Satrio, 2008).
infeksi ringan sebanyak 19 responden Pelaksanaan oral hygiene dilaksanakan
(67,9%) dan infeksi sedang sebanyak 9 dan responden yang mengalami infeksi
responden (32,1%). Tidak dilaksanakan oral ringan dan infeksi sedang diasumsikan
hygiene pada 2 responden (0%) mengalami peneliti juga dipengaruhi oleh faktor prilaku
infeksi berat sebanyak 2 responden (100%). perawat dalam melaksanakan oral hygiene
Dengan uji chi-square diketahui bahwa ada yaitu tidak mematuhi SOP. Hal ini
hubungan yang bermakna secara signifikan dilatarbelakangi karena kurangnya supervisi
antara pelaksanaan oral hygiene dengan dalam menejemen keperawatan. Supervisi
kejadian infeksi rongga mulut dengan batas merupakan bagian yang penting dalam
NHPDNQDDQ . Didapatkan p= 0,00, manajemen serta keseluruhan. Dalam
sehingga 0,00 < 0.05. pelaksanaan supervisi, supervisor membuat
Pelaksanaan oral hygiene dilaksanakan suatu keputusan tentang suatu pekerjaan yang
dan responden yang mengalami infeksi akan dilaksanakan, kemudian siapa yang
ringan dan infeksi sedang diasumsikan akan melaksanakan. Disini peneliti melihat
peneliti infeksi rongga mulut tetap terjadi kurangnya tanggung jawab kepala ruangan
walaupun telah dilaksanakan oral hygiene hal dalam supervisi pelayanan kesehatan diunit
ini dipengaruhi oleh tidak adanya gerakan kerjanya yaitu ruang ICU. Kepala ruangan
mengunyah dan menelan secara fisiologis merupakan ujung tombak penentu tercapai
oleh karena responden mengalami penurunan tidaknya tujuan pelayanan dalam
kesadaran dimana responden tidak sadar memberikan asuhan keperawatan dan
dalam arti tidak terjaga/tidak terbangun pendokumentasian diunit kerjanya.
secara utuh. Rongga mulut adalah bagian Hal ini relevan dengan teori supervisi
teratas dari saluran pencernaan yang adalah suatu proses kemudahan untuk
merupakan tempat hidup bakteri aerob dan penyesuaian tugas-tugas keperawatan
anaerob yang berjumlah lebih dari 400 ribu (Swansburg & Swansburg, 1999). Supervisi
spesies bakteri. Organisme-organisme ini adalah merencanakan, mengarahkan,
merupakan flora normal dalam mulut yang membimbing, mengajar, mengobservasi,

280
Jurnal Ilmiah Keperawatan IMELDA Vol. 3, No. 2, September 2017

mendorong, memperbaiki, mempercayai, keluarga responden. Keluarga merasa


mengevaluasi secara terus menerus pada kasihan bila dilaksanakan oral hygiene
setiap perawat dengan sabar, adil serta dikarena usia responden yang >70 tahun.
bijaksana (Kron, 1987). Tujuan supervisi Hal ini relevan dengan teori tentang
adalah memberikan bantuan kepada bawahan etika penelitian. Prinsip menghargai hak asasi
secara langsung sehingga dengan bantuan manusia (respect human dignity)
tersebut bawahan akan memiliki bekal yang a. Hak untuk ikut atau tidak ikut menjadi
cukup untuk dapat melaksanakan tugas atau responden atau subjek penelitian (right
pekerjaan dengan hasil yang baik (Suarli, to self determination). Responden diberi
2009). kebebasan untuk menentukan apakah
Hal ini juga relevan dengan penelitian bersedia atau tidak mengikuti kegiatan
yang dilakukan oleh Anang Satrianto (2008) penelitian secara sukarela.
bahwa pada penderita yang mengalami b. Hak untuk mendapatkan jaminan dari
penurunan kesadaran dan gangguan perlakuan yang diberikan (right to full
neuromusculer, oral hygiene merupakan disclosure). Peneliti memberikan
tindakan yang mutlak dilakukan oleh perawat penjelasan secara rinci serta
(Doengoes, 2000). Pemberian asuhan bertanggung jawab jika ada sesuatu
keperawatan untuk membersihkan mulut yang terjadi pada responden.
pasien sedikitnya dua kali sehari (Perry, c. Informed consent. Sebelum
2005). Menuntun prilaku seseorang sehingga menandatangani lembar persetujuan
orang tersebut dapat bertindak sesuai dengan menjadi responden, peneliti menjelaskan
sikap yang diekspresikan. Prilaku perawat tujuan, manfaat dan harapan penelitiian
dalam melakukan oral hygiene pada pasien terhadap responden, peneliti juga
penurunan kesadaran berlandaskan pada menjelaskan berapa lama penelitian
sikap yang perlu dimiliki seorang perawat akan dilaksanakan. Responden juga
agar dapat memberikanpelayanan dengan berhak keluar atau berhenti menjadi
baik. (Sunaryo, 2004). Berdasarkan uraian responden dan tidak ada pengaruhnya
tersebut diatas, maka dalam pelaksanaan oral dengan perawatan yang akan diberikan
hygiene terdapat dua komponen yang selanjutnya.
memiliki peranan, yang pertama adalah
komponen sikap dan yang kedua adalah KESIMPULAN
komponen prilaku. Dua komponen tersebut
berinteraksi satu dengan yang lainnya dan Setelah melakukan penelitian tentang
memberikan pengaruh terhadap tindakan Hubungan Pelaksanaan Oral hygiene Dengan
keperawatan. Faktor-faktor yang Kejadian Infeksi Rongga Mulut Pada Pasien
mempengaruhi komponen prilaku adalah Dengan Penurunan Kesadaran di RSU Imelda
faktor endogen antara lain jenis ras, jenis Pekerja Indonesia Medan maka dapat
kelamin, sifat fisik, sifat kepribadian, bakat disimpulkan bahwa:
pembawaan, intelegensi dan faktor eksogen a. Hasil penelitian menunjukkan bahwa
antara lain lingkungan, pendidikan, agama, pelaksanaan oral hygiene sudah
sosial ekonomi, maka kemungkinan dilaksanakan oleh perawat, pernyataan
dilaksanakan atau tidak dilaksanakan oral ini didukung dengan adanya data sebesar
hygiene oleh perawat dapat terjadi, 93,3% pasien dengan penurunan
tergantung pada perbedaan karakteristik kesadaran dilaksanakan oral hygiene.
masing-masing perawat. b. Hasil penelitian menunjukkan bahwa
Pelaksanaan oral hygiene yang tidak sebagian besar pasien mengalami
dilaksanakan dan responden yang mengalami kejadian infeksi ringan, pernyataan ini
infeksi berat adalah hal yang sangat didukung dengan adanya data sebesar
memprihatinkan dalam hal tersebut 63,3 % pasien dengan kategori infeksi
dipengaruhi karena tidak diizinkan oleh ringan.

281
Jurnal Ilmiah Keperawatan IMELDA Vol. 3, No. 2, September 2017

c. Uji statistik menggunakan uji chi square dan menambah referensi bagi mahasiswa
menunjukkan ada hubungan pelaksanaan yang ingin melanjutkan penelitian
oral hygiene dengan kejadian infeksi tentang hubungan pelaksanaan oral
rongga mulut pada Pasien dengan hygiene dengan infeksi rongga mulut
penurunan kesadaran di RSU Imelda pada pasien penurunan kesadaran
Pekerja Indonesia Medan. 5. Bagi Responden
Diharapkan agar responden
SARAN mendapatkan pelayanan yang
memuaskan sehingga mengurangi resiko
1. Bagi Rumah Sakit Umum Imelda akibat penurunan kemampuan dalam
Pekerja Indonesia Medan. Pihak memenuhi kebutuhan diri.
Manager Diharapkan kepada pihak 6. Bagi peneliti selanjutnya
meneger keperawatan melaksanakan Diharapkan pada peneliti selanjutnya
supervisi langsung dan tidak langsung yang ingin melanjutkan penelitian
untuk menemukan berbagai tentang hubungan pelaksanaan oral
hambatan/permasalahan dalam hygiene dengan infeksi rongga mulut
pelaksanaan asuhan keperawatan pada pasien penurunan kesadaran
diruangan dengan mencoba memandang menggunakan desain penelitian Quasi
secara menyeluruh faktor-faktor yang Eksperimen.
mempengaruhi dan bersama dengan staf
keperawatan untuk mencari jalan DAFTAR PUSTAKA
pemecahannya.
2. Pihak Kepala Ruangan Alicia et al. (2004). CDC & HICPAC:
Diharapkan kepala ruangan bertanggung Guidline for Prevention of Surgical Site
jawab dalam supervisi pelayanan Infection. Diperoleh tanggal 09 Agustus
keperawatan diunit kerjanya dengan 2012 dari
melakukan kegiatan meliputi : www.cdc.gov/hicpac/pdf/SSIguidelines.p
perencanaan dan pengorganisasian, df.
membuat penugasan dan memberi Amalia et al. (2008). Hubungan Pelaksanaan
pengarahan juga bimbingan, mendorong Tindakan Oral Hygiene dengan
kerjasama dan berpartisipasi, melakukan Kejadian Infeksi Rongga Mulut pada
koordinasi kegiatan dan melakukan Pasien Cedera Kepala dengan
evaluasi hasil penampilan kerja. Penurunan Kesadaran di Ruang 13 RSU
3. Pihak Perawat Dr. Saiful Anwar Malang. Diperoleh
Diharapkan perawat dapat tanggal 09 Agustus 2012 dari
menyelesaikan tugasnya secara efektif http://www.depkes.ujs.com/jurnal.
dan efisien, melaksanakan sistem dan Arifin, M. (2002). Peranan Oksigen Reaktif
prosedur yang tidak menyimpang dan pada Cedera Kepala Berat Pengaruhnya
meningkatkan kemampuan perawat pada Gangguan Fungsi Enzim Akinitase
karena akan berdampak pada dan Kondisi Asidosis Primer Otak. FKM
peningkatan kualitas pelayanan UI.
kesehatan, terutama pelaksanaan oral Burn, N., & Grove, S.K. (2005). The Practice
hygiene untuk mengurangi kejadian of Nursing Research: Conduct, Crique,
infeksi rongga mulut dengan cara and Utilization. (5 th ed). Missouri:
mengikuti SOP yang ada diruangan. Elsevier Sounders.
4. Bagi STIKES Imelda Medan Chulay, M. (2005). VAP Prevention: The
Diharapkan kepada STIKES Imelda Latest Guidelines. Diperoleh tanggal 09
Medan dengan adanya hasil penelitian Agustus 2012 dari
ini dapat menjadi masukan di http://rn.modernmedicine.com/rnweb/art
Perpustakaan STIKES Imelda Medan icleDetail.jsp?id=149672.

282
Jurnal Ilmiah Keperawatan IMELDA Vol. 3, No. 2, September 2017

Doenges, M.E. (2000). Rencana Asuhan Late-Onset Nosocomialpneumonia in


Keperawatan; Pedoman untuk The ICU Setting. Chest. 117:1434-42.
Perencanaan dan Pendokumentasian Ikhsanuddin, A.H. (2010). Asuhan
Perawatan Pasien, Edisi 3. Jakarta: Keperawatan pada Pasien dengan Koma
EGC. Myxedema. Diperoleh tanggal 09
Dzulfikar. (2006). Karakteristik Penderita Agustus 2012 dari http://ocw.usu.ac.id.
yang Mendapat Tindakan Ventilasi Koeman M, Hak F, Ramsay G, Joore
Mekanik Yang Dirawat di Ruang Kaasjager K, Hans, Vander Ven. (2006).
Perawatan Intensif Anak Rumah Sakit Oral Decontamination with
Hasan Sadikin Bandung. Bandung: Chlorehexidine Reduces the Inciden of
FKUP Rumah Sakit Hasan Sadikin Ventilator Associated Pneumonia.
Bandung. American journal of respiratory and
Ernawati. (2006). Ventilator Associated critical care medicine. Availeable from:
Pneumonia. Diperoleh pada tanggal 09 http//ajrccm.atsjournals.org/cgi/content/s
Agustus 2012 dari hort/173/121348.
digilib.unimus.ac.id/download.php?id=7 Kurniadi. (2010). Perbedaan Efektivitas Oral
39 Hygiene Antara Povidone Iodine dengan
Genuit, T., Bochicchio, G., Napolitano, L.M., Chlorhexidine terhadap Clinical
Mc Carter, R.J., Roghman, M.C. (2004). Pulmonary Infection Score pada
Prophylactic Chlorhexidine Oral Rinse Penderita dengan Ventilator Mekanik.
Decreases Ventilator-Associated Diperoleh tanggal 09 agustus 2012 dari
Pneumonia in Surgical ICU Patients. http://eprints.undip.ac.id/29081/.
Diperoleh tanggal 09 Agustus 2012 dari Luna, C.M et al. (2003). Resolution of
http://www.liebertonline.com/doi/pdf/jo Ventillator Associated Pneumonia
urnal. Prospective Evaluation of the Clinical
Grap, M.J et al. (2003). Duration of Action of Pulmonary Infection Score as An Early
A Single, Early Oral Application of Clinically Predictor of Outcome. Critical
Chlorhexidine On Oral Microbial Flora care Med 31: 676-82.
in Mechanicallyu Ventilated Patients: A Medical Record RSUD Arifin Achmad.
Pilot Study. Heart and Lung, 33(2), 83- (2012). Prevalensi Pasien yang
91. Terpasang Ventilator di Ruang ICU
Hafid, B. (2002). Kranioplasti RSUD Arifin Achmad. Pekanbaru:
Ototransplantasi Kalvarium. RSUD Arifin Achmad.
Perbandingan Penyimpanan di Subgalea Nursalam. (2003). Konsep dan Penerapan
dan Penyimpanan Beku [Disertasi]. Metodologi Penelitian Ilmu
Surabaya: Program Pascasarjana Keperawatan. Jakarta: Salemba Medika.
Universitas Airlangga. Peterson, D. (2005). How to use
Hastono, S.P. (2010). Statistik kesehatan. Chlorhexidine 0,12%. Diperoleh tanggal
Jakarta: Rajawali Pers. 09 Agustus 2012 dari
Heni et al. (2001). Keperawatan www.dentalgentlecare.com .
Kardiovaskuler, Pusat Kesehatan Potter & Perry. (2009). Buku Ajar
Jantung dan Pembuluh Darah. Jakarta: Fundamental Keperawatan (Edisi 4).
Diklat Rumah sakit Jantung Harapan Jakarta: EGC.
Kita. Prasanti, F. (2008). Efek Chlorhexidine
Hidayat, AAA. (2008). Metode Penelitian terhadap Resiko Karies Ditinjau dari pH
Keperawatan dan Tekhnik Analisis Plak dan pH Saliva. Diperoleh tanggal
Data. Jakarta: Salemba Medika. 09 Agustus 2012 dari
Ibrahim, E.H. (2000). A Comparative http://www.lontar.ui.ac.id.
Analysis of Patients with Early-Oset VS Purnawan. (2010). Kapita Selekta
Kedokteran, Jakarta: Media Aesculapius

283
Jurnal Ilmiah Keperawatan IMELDA Vol. 3, No. 2, September 2017

Fakultas Kedokteran Universitas http://ajrccm.atsjournals.org/ci/content/s


Airlangga. hort/173/12/1348.
Rello et al. (2007). Oral Care Practices in Smeltzer & Bare. (2002). Keperawatan
Intensive Care Units: A Survey of 59 Medikal Bedah. Edisi 8. Jakarta: EGC.
European ICUs. Diperoleh tanggal 09 Sony, H.S. (2010). Kin Mouthwash with
Agustus 2012 dari Chlorhexidine. Diperoleh tanggal 09
http://www.liebertonline.com/doi/pdf/jo Agustus 2012 dari
urnal. http://www.galapharma.com.
Rello et al. (2007). Prevention of Zero Rate Wiryana. (2007). Ventilator Associated
Possible. Associated Pneumonia. Pneumonia. Denpasar: FK UNUD.
American Journal of Respiratory and Diperoleh tanggal 09 agustus 2012 dari
Critical Care Medicine. Diperoleh digilib.unimus.ac.id/download.php?id=7
tanggal 09 Agustus 2012 dari 397.

284

Anda mungkin juga menyukai