Anda di halaman 1dari 11

Jurnal Ilmiah Keperawatan Gigi (JIKG)

Volume 3 No 2, September 2021


ISSN: 2721-2033

HUBUNGAN PENGETAHUAN PERAWATAN SALURAN AKAR


DENGAN KEPATUHAN PASIEN MENJALANI PERAWATAN
BERULANG DI KLINIK WIGUNA DENTAL CARE SURABAYA

Farah Bakhitah1, Sri Hidayati2, Isnanto3


1,2,3
Jurusan Keperawatan Gigi, Politeknik Kesehatan Kemenkes Surabaya

*farahbkhth@gmail.com

ABSTRAK
Kesehatan gigi dan mulut merupakan bagian dari kesehatan
tubuh, sehingga perlu dilakukan pemeliharaan kebersihan gigi
dan mulut sebagai upaya dalam peningkatan kesehatan gigi dan
Kata kunci: mulut. Karies gigi merupakan salah satu penyakit gigi dan mulut
pengetahuan, kepatuhan yang memiliki prevalensi tinggi di Indonesia. Fakta menunjukkan
pasien, pengobatan berulang banyaknya karies gigi yang dalam kondisi lanjut dikarenakan
tidak mendapat perhatian dari masyarakat, sehingga perlu
dilakukan perawatan saluran akar. Perawatan saluran akar
mengalami kegagalan yang disebabkan oleh ketidakpatuhan
pasien dalam perawatan saluran akar secara konvensional.
Adanya kemungkinan karena kurangnya pengetahuan
masyarakat tentang perawatan saluran akar. Penelitian ini
bertujuan untuk mengetahui hubungan antara pengetahuan
perawatan saluran akar dengan kepatuhan pasien menjalani
perawatan berulang. Jenis penelitian ini adalah penelitian analitik
cross sectional. Jumlah sampel dalam penelitian ini adalah 36
pasien yang menjalani perawatan saluran akar. Metode
pengumpulan data dengan hasil observasi dan kuesioner. Hasil
dalam penelitian ini tidak adanya hubungan yang signifikan
antara pengetahuan perawatan saluran akar dengan kepatuhan
pasien dalam menjalani perawatan berulang sebesar 0,526
(p>0,05). Kesimpulan penelitian yaitu tidak terdapat hubungan
antara pengetahuan perawatan saluran akar dengan kepatuhan
pasien menjalani perawatan berulang di Klinik Wiguna Dental
Care Surabaya.

ABSTRACT
Key word: Dental and oral health is part of body health, so it is necessary to
knowledge, patient maintain oral hygiene as an effort to improve dental and oral
compliance, repeated health. Dental caries is one of the dental and oral diseases that has
treatment a high prevalence in Indonesia. The facts show that many dental
caries are in advanced condition because they do not receive
attention from the public, so root canal treatment is necessary.
Root canal treatment failed due to patient non-compliance with

395
Home page: http://ejurnal.poltekkestasikmalaya.ac.id/index.php/jikg/index

conventional root canal treatment. This is probably due to a lack


of public knowledge about root canal treatment. This study aims
to determine the relationship between knowledge of root canal
treatment and patient compliance with repeated treatments. This
type of research is a cross sectional analytic study. The number of
samples in this study were 36 patients who underwent root canal
treatment. Methods of data collection with the results of
observations and questionnaires. The results in this study there
was no significant relationship between knowledge of root canal
treatment and patient compliance in undergoing repeated
treatments of 0.526 (p>0.05). The conclusion of the study is that
there is no relationship between knowledge of root canal
treatment and patient compliance with repeated treatments at the
Wiguna Dental Care Clinic, Surabaya.

PENDAHULUAN
Kesehatan gigi dan mulut merupakan bagian dari kesehatan tubuh, sehingga perlu
dilakukan pemeliharaan kebersihan gigi dan mulut sebagai upaya dalam peningkatan
kesehatan gigi dan mulut. Gigi merupakan salah satu bagian tubuh untuk mengunyah,
berbicara, dan mempertahankan bentuk muka Keadaan gigi yang rusak dapat berdampak
pada kesehatan tubuh lainnya dan berpengaruh pada estetik seseorang (Maulidah et al.,
2018). Penyakit gigi dan mulut termasuk dalam 10 peringkat penyakit terbanyak yang
diderita masyarakat. Hasil Riset Kesehatan Dasar (Riskesdas) tahun 2018 menyatakan
bahwa proporsi terbesar masalah gigi di Indonesia adalah gigi rusak/berlubang/sakit
(45,3%). Masalah gigi yang rusak biasa disebut karies gigi. Karies gigi merupakan
penyakit gigi yang banyak dijumpai pada masyarakat di Indonesia dengan prevalensi
dan derajat keparahan yang cukup tinggi.
Karies gigi terjadi karena demineralisasi jaringan permukaan gigi oleh asam organis
yang berasal dari makanan yang mengandung gula. Karies bersifat kronis dalam
perkembanganya membutuhkan waktu yang lama, sehingga sebagian besar penderita
mempunyai potensi mengalami gangguan seumur hidup (Boy & Khairullah, 2019).
Namun demikian penyakit karies gigi ini sering tidak mendapat perhatian dari
masyarakat dan perencana program kesehatan, karena jarang membahayakan jiwa.
Penyakit karies gigi yang dibiarkan dapat menyebabkan kelainan pada pulpa gigi
atau biasa disebut pulpitis yang akhirnya memerlukan perawatan endodontik. Salah satu
jenis perawatan endodontik adalah perawatan saluran akar yaitu perawatan saluran akar
terutama pada perawatan endodontik konvensional diperlukan waktu kunjungan yang
berulang kali yaitu antara 3 - 4 kali. Oleh karena itu sangat membutuhkan kepatuhan
pasien. Banyaknya kunjungan tersebut terkadang mengakibatkan perawatan yang tidak
tuntas karena ketidakpatuhan pasien sendiri. Hal ini karena keenggangan pasien datang
berkali-kali dan ketidaktahuan pasien pentingnya tahapan-tahapan yang terdapat dalam
suatu perawatan. Ketidakpatuhan dalam menjalani perawatan saluran akar dapat
menyebabkan kegagalan perawatan yang berakibat perawatan harus diulang kembali.
Hal ini berarti menambah biaya dan waktu (Maulidah et al., 2018)

396
Home page: http://ejurnal.poltekkestasikmalaya.ac.id/index.php/jikg/index

Penyebab timbulnya masalah kegagalan perawatan yang berakibat perawatan harus


diulang kembali salah satunya adalah faktor mengabaikan pentingnya melanjutkan
perawatan. Menurut Notoatmodjo, (2014) Kepatuhan adalah salah satu perilaku
pemeliharaan kesehatan yaitu usaha seseorang untuk memelihara kesehatan agar tidak
sakit dan usaha penyembuhannya apabila sakit. Selain itu menurut Kemenkes R.I (2011)
Kepatuhan (adherance) adalah suatu bentuk perilaku yang timbul akibat adanya interaksi
antara petugas kesehatan dan pasien. Hal tersebut dilandasi kurangnya pengetahuan
akan pentingnya memelihara kesehatan gigi. Pengetahuan akan berpengaruh terhadap
sikap dan perilaku seseorang dalam menjaga kebersihan gigi dan mulut. Presepsi dari
pengetahuan yang dimiliki seseorang tersebut akan menentukan sikapnya atas suatu
masalah yang dihadapinya. Sikap yang dihasilkan berupa sikap positif maupun negatif,
setuju atau tidak setuju terhadap sesuatu hal yang sedang dihadapinya. Motivasi atau
niat merupakan akhir terjadinya perwujudan dari niat tersebut yang berupa sebuah
perilaku, dalam hal ini muncul lah kepatuhan pasien (Maulidah et al., 2018)
Pengetahuan adalah hasil penginderaan manusia, atau hasil tahu seseorang terhadap
objek melalui indra yang dimilikinya (mata, hidung, telinga, dan sebagainya). Dengan
sendirinya waktu penginderaan bekerja hingga sampai ke otak akan menghasilkan
pengetahuan yang sangat dipengaruhi oleh intensitas perhatian dan persepsi terhadap
objek. Sebagian besar pengetahuan seseorang diperoleh melalui indera pendengaran
yaitu telinga dan indera penglihatan yaitu mata (Notoatmodjo, 2012).
Pada penelitian Maulidah et al., (2018) disebuah Rumah Sakit UNAIR pada tahun
2018 mengkaitkan motivasi dengan kepatuhan, pengetahuan dengan kepatuhan,
pendidikan dengan kepatuhan, dan pembiayaan dengan kepatuhan. Temuan bahwa yang
memiliki keterkaitan yang signifikan adalah motivasi dan pembiayaan. Banyak pasien
yang kurang memahami pengetahuan yang dimilikinya serta banyaknya informasi yang
berbeda-beda sehingga menimbulkan presepsi yang berbeda juga.
Pada penelitian Tiffany, (2017) disebuah Rumah Sakit Universitas Brawijaya Malang
mengkaitkan hubungan kepatuhan pasien dalam menjalani perawatan saluran akar. Hasil
penelitiannya yaitu adanya hubungan yang signifikan antara pengetahuan dengan
kepatuhan pasien. Ada hubungan yang sangat kuat antara pengetahuan dengan tingkat
kepatuhan pasien.
Tabel 1 Tabel Riwayat Kehadiran Pasien
Jumlah (n) Presentase (%)
Patuh 13 43,33 %
Tidak patuh 17 56,67%
Total 30 100

Dari data yang diperoleh melalui riwayat kehadiran pasien diketahui bulan Juli
sampai dengan Agustus terdapat 30 pasien yang hadir menjalani perawatan saluran akar.
Responden yang patuh sebanyak 13 orang atau 43,33 %, dan yang tidak patuh sebanyak
17 orang atau 56,67%. Bila dibandingkan patuh dengan yang tidak patuh, hasil survey
menunjukkan bahwa lebih banyak pasien yang tidak patuh daripada yang patuh. Kriteria
patuh sendiri yaitu hadir menjalani perawatan 3-4 kali, dan dikatakan tidak patuh apabila
hadir kurang dari 3 kali. Berdasarkan uraian data tersebut maka yang menjadi masalah

397
Home page: http://ejurnal.poltekkestasikmalaya.ac.id/index.php/jikg/index

disini adalah masih banyak pasien yang menjalani perawatan saluran akar yang tidak
patuh karena adanya kemungkinan pengetahuan tentang kesehatan gigi nya kurang

METODE
Jenis penelitian ini adalah penelitian analitik dengan rancangan penelitian cross
sectional. Populasi yang diambil yaitu dari rata-rata kehadiran pasien baru di bulan
Januari 2020 - Oktober 2020 yaitu 40 pasien. Lokasi yang digunakan dalam penelitian ini
adalah di Klinik Wiguna Dental Care Surabaya dengan alamat Jl. Raya Wiguna Tengah no
19 Surabaya. Waktu penelitian dilakukan pada bulan Januari 2021 – Febuari 2021. Data
primer pengetahuan pasien tentang PSA menggunakan kuesioner kemudian data
sekunder yaitu data kepatuhan pasien menjalani perawatan berulang sampai tahap ke
berapa menggunakan observasi dengan melihat rekam medis pasien yang diperoleh dari
klinik Wiguna Dental Care Kota Surabaya pada bulan Juli 2020 hingga Agustus 2020.
Analisis data dilakukan untuk menguji hipotesis dalam rangka menentukan kesimpulan
untuk mencapai tujuan penelitian. Dalam penelitian ini terdapat dua variabel yaitu
hubungan pengetahuan perawatan saluran akar dengan kepatuhan pasien menjalani
perawatan berulang, hipotesis penelitian ini yaitu ada hubungan pengetahuan perawatan
saluran akar dengan kepatuhan pasien menjalani perawatan berulang. Uji analisis yang
akan digunakan dalam penelitian ini adalah uji Chi Square dengan nilai p < 0,05 maka H1
diterima

HASIL DAN PEMBAHASAN.


Penelitian ini berlokasi di wilayah kerja Klinik Wiguna Dental Care Surabaya dengan
alamat Jalan Raya Wiguna Tengah No.19 Kecamatan Gunung Anyar Kota Surabaya.
Daerah Wiguna ini masih belum banyak klinik gigi ataupun poli gigi. Ditinjau dari
letaknya Klinik Wiguna Dental Care ini cukup strategis berada di jalan utama Raya
Wiguna. Klinik Wiguna Dental Care sudah berdiri sejak 2016 hingga saat ini.
Klinik Wiguna Dental Care ini melayani perawatan saluran akar gigi, sehingga
peneliti ingin mengetahui apakah ada hubungan antara pengetahuan perawatan saluran
akar dengan kepatuhan pasien menjalani perawatan berulang di Klinik Wiguna Dental
Care Surabaya. Penelitian ini dilakukan pada bulan Januari 2021 sampai dengan Februari
2021. Penelitian ini terhadap 36 responden dengan 13 diantaranya laki-laki dan 23
diantaranya perempuan.
Tabel 2 Karakteristik Responden
No Jenis Kelamin Frekuensi %
1. Laki-laki 13 36
Perempuan 23 64
Jumlah 36 100
No Umur Frekuensi %
1 20-25 16 44,4
2 26-30 3 8,3
3 31-35 5 13,9
4 >35 12 33,4
Jumlah 36 100
No Pendidikan Terakhir Frekuensi %

398
Home page: http://ejurnal.poltekkestasikmalaya.ac.id/index.php/jikg/index

1 SMP 3 8,3
2 SMA 17 47,2
3 Sarjana 13 36,2
4 Diploma 3 8,3
Jumlah 36 100
No Jenis Pekerjaan Pasien Frekuensi %
1 Guru 2 5,6
2 Swasta 11 30,5
3 Wiraswasta 19 52,8
4 PNS 4 11,1
Jumlah 36 100

Berdasarkan table 2 dapat diketahui bahwa distribusi frekuensi jenis kelamin pasien
paling tinggi adalah wanita sebesar 64%., Distribusi Frekuensi Berdasarkan Usia Pasien di
Klinik Wiguna Dental Care Surabaya tahun 2020, apat diketahui bahwa distribusi
frekuensi usia pasien yang paling tinggi berusia 20-25 tahun sebesar 44,4%.Distribusi
Frekuensi Berdasarkan Pendidikan Terakhir Pasien di Klinik Wiguna Dental Care
Surabaya tahun 2020 dan distribusi frekuensi tingkat pendidikan terakhir yang paling
tinggi adalah SMA sebesar 47,2%. Serta Distribusi Frekuensi Berdasarkan Pekerjaan
Pasien di Klinik Wiguna Dental Care Surabaya tahun 2020. Distribusi frekuensi jenis
pekerjaan pasien yang paling tinggi adalah wiraswasta sebesar 52,8%

Hasil Observasi Kepatuhan Pasien Menjalani Perawatan Berulang di Klinik Wiguna


Dental Care Surabaya Tahun 2020

Tabel 3 Distribusi Frekuensi Hasik Observasi Kepatuhan Pasien Menjalani Perawatan


Berulang di Klinik Wiguna Dental Care Surabaya Tahun 2020.
Patuh Tidak Patuh
Kunjungan PSA
f % F %
Kunjungan 1 36 100 0 0
Kunjungan 2 27 75 9 25
Kunjungan 3 20 55,6 16 44,4
Kunjungan 4 14 38,8 22 61,2
Berdasarkan tabel 3 menunjukkan pada kunjungan pertama seluruh pasien
mengikuti dan menjalani perawatan. Namun pada perawatan selanjutnya diperoleh
jumlah pasien yang semakin berkurang menjalani perawatan berulang (PSA). pada
kunjungan terakhir diperoleh sebanyak 61,2% yang tidak mengikuti perawatan berulang
hingga tuntas dan 38,8% yang mengikuti perawatan berulang hingga tuntas.
Analisis data yang digunakan dalam penelitian ini adalah menggunakan uji Chi-
square untuk mengetahui hubungan antara pengetahuan pasien dengan PSA dengan
kepatuhan pasien menjalani perawatan berulang.

399
Home page: http://ejurnal.poltekkestasikmalaya.ac.id/index.php/jikg/index

Pengetahuan Pasien Mengenai PSA di Klinik Wiguna Dental Care Surabaya Tahun
2020
Tabel 4 Distribusi Pengetahuan Pasien Mengenai PSA di Klinik Wiguna Dental Care
Surabaya Tahun 2020
Pengetahuan Ketentuan Frekuensi %
Baik > 76% 28 77,78
Cukup 56% - 75% 7 19,44
Kurang < 55% 1 2,78
Jumlah 36 100

Berdasakan tabel 4 dapat diketahui pengetahuan pasien berkategori baik sebanyak 28


responden (77,78%), kategori cukup sebanyak 7 responden (19,44%), dan kategori kurang
sebanyak 1 responden (2,78%). Hal ini menunjukkan bahwa pengetahuan pasien
mengenai perawatan saluran akar di Klinik Wiguna Dental Care memiliki pengatahuan
baik.

Kepatuhan Pasien Menjalani Perawatan Berulang di Klinik Wiguna Dental Care


Surabaya Tahun 2020

Tabel 5 Distribusi Kepatuhan Pasien Menjalani Perawatan Berulang di Klinik Wiguna


Dental Care Surabaya Tahun 2020
Tolak Ukur Frekuensi %
Patuh 16 44,4
Tidak Patuh 20 55,6
Jumlah 36 100
Berdasakan tabel 5 dapat diketahui jumlah pasien patuh sebanyak 16 (44,4%) dan
pasien tidak patuh sebanyak 20 (55,6%). Pasien dikatakan patuh jika pasien menjalani
perawatan berulang tiga sampai empat kali kunjungan. Dapat dikatakan pasien di Klinik
Wiguna Dental Care Surabaya berkategori tidak patuh.

Hubungan Pengetahuan Perawata Saluran Akar dengan Kepatuhan Pasien Menjalani


Perawatan Berulang di Klinik Wiguna Dental Care Surabaya Tahun 2020

Tabel 6 Distribusi Hubungan Pengetahuan Perawata Saluran Akar dengan Kepatuhan


Pasien Menjalani Perawatan Berulang di Klinik Wiguna Dental Care Surabaya Tahun
2020
Pengetahuan Patuh Tidak Patuh ∑ Nilai p
Kepatuhan

Baik 16 12 28 0,526
Cukup 3 4 7
Kurang 0 1 1
∑ 14 22 36

400
Home page: http://ejurnal.poltekkestasikmalaya.ac.id/index.php/jikg/index

Berdasarkan tabel 6 menunjukkan pasien yang memiliki pengetahuan baik sebanyak


28 responden terdiri dari 16 patuh dan 12 tidak patuh. Pasien yang memiliki pengetahuan
cukup sebanyak 7 responden terdiri dari 3 patuh dan 4 tidak patuh. Sedangkan pasien
yang memiliki pengetahuan kurang sebanyak 1 responden terdiri dari 1 yang tidak patuh.
Berdasarkan hasil perhitungan SPSS dengan menggunakan analisis data Chi-square
menunjukkan hasil analisis uji signifikansi data hubungan antara pengetahuan perawatan
saluran akar dengan kepatuhan pasien menjalani perawatan berulang di Klinik Wiguna
Dental Care tahun 2020 adalah 0,526. hal ini berarti 0,526 lebih besar dari nilai signifikansi
(ɑ) yang telah ditetapkan yaitu 0,05. Maka dari itu H0 diterima dan H1 ditolak, sehingga
kedua variabel tersebut tidak ada hubungan. Dengan demikian tidak ada hubungan
antara pengetahuan perawatan saluran akar dengan kepatuhan pasien menjalani
perawatan berulang di Klinik Wiguna Dental Care Surabaya tahun 2020.
Berdasarkan hasil penelitian, distribusi frekuensi hasil kuesioner pengetahuan pasien
mengenai perawatan saluran akar yang meliputi definisi, keuntungan, tujuan, indikasi,
tahapan, jenis dan akibat perawatan saluran akar. Hasil frekuensi kuesioner diketahui
bahwa pengetahuan pasien di Klinik Wiguna Dental Care Surabaya termasuk dalam
kategori baik. Namun, pada beberapa hal menunjukkan pengetahuan pasien yang kurang
mengenai perawatan saluran akar.
Ditinjau dari definisi perawatan saluran akar pada pernyataan perawatan yang
dilakukan pada saluran akar gigi yang sudah membusuk akibat gigi berlubang dan
menimbulkan rasa sakit dan perawatan saluran akar merupakan perawatan untuk
menghilangkan penyakit gigi menunjukkan bahwa pasien memiliki pengetahuan yang
baik. Menurut Tarigan (2012), Perawatan saluran akar adalah tindakan pengambilan
seluruh jaringan pulpa yang terinfeksi dari seluruh akar gigi, mengeluarkan isi saluran
dan setelah saluran akar disterilkan kemudian mengisinya dengan bahan pengisi.
Ditinjau dari keuntungan perawatan saluran akar pada pernyataan gigi yang dirawat
saluran akarnya tidak akan sakit lagi dan gigi yang dirawat saluran akar akan kembali
bentuk dan fungsinya menunjukkan bahwa pasien memiliki pengetahuan baik. Dalam
hal ini sebagian besar pasien mengetahui keuntungan melakukan perawatan saluran
akar. Sebagaimana yang diungkapkan oleh Zulfi (2016) perawatan saluran akar yaitu
mempertahankan gigi dan kenyamanannya. Agar gigi yang rusak tersebut dapat diterima
secara biologis oleh jaringan sekitarnya, tanpa gejala, dapat berfungsi kembali dan tidak
ada tanda-tanda patologis yang lain.
Ditinjau dari tujuan perawatan saluran akar pada pernyataan perawatan saluran akar
adalah mencegah pembusukan akar gigi berlanjut, menunjukkan bahwa pengetahuan
pasien baik. Menurut Ema Mulyawati (2011), tujuan utama dari perawatan saluran akar
adalah mendisinfeksi saluran akar dan mencegah terjadinya reinfeksi.
Ditinjau dari indikasi perawatan saluran akar pada pernyataan perawatan saluran
akar dapat dilakukan pada gigi yang sudah mati, menunjukkan bahwa pasien memiliki
pengetahuan baik sebesar 31%. Sebagaimana beberapa indikasi dan kontra indikasi yang
telah diungkapkan oleh Zulfi (2016) yaitu email yang tidak didukung oleh dentin, gigi
sulung dengan infeksi yang melewati kamar pulpa, baik pada gigi vital nekrosis sebagian
maupun gigi sudah nonvital, kelainan jaringan periapeks pada gambaran radiografi
kurang dari sepertiga apeks, mahkota gigi masih bisa direstorasi dan berguna untuk

401
Home page: http://ejurnal.poltekkestasikmalaya.ac.id/index.php/jikg/index

keperluan prostetik (untuk pilar restorasi jembatan), pasien ingin giginya dipertahankan
dan bersedia untuk memelihara kesehatan gigi dan mulutnya.
Ditinjau dari jenis perawatan saluran akar pada pernyataan perawatan saluran akar
dapat dilakukan pada gigi bagian depan, menunjukkan bahwa pasien memiliki
pengetahuan cukup sebesar 25%. Dikarenakan pasien belum memiliki informasi tentang
perawatan saluran akar, bila petugas kesehatan memberi informasi serta edukasi melalui
penyuluhan maupun komunikasi terapeutik, pasien akan memiliki pengetahuan tersebut.
Sebagaimana jenis perawatan saluran akar yang telah diungkapkan oleh Tarigan (2012),
terdapat beberapa jenis perawatan saluran akar, diantaranya yaitu pulpektomi,
aspeksifikasi, dan perawatan periapeks.
Ditinjau dari akibat perawatan saluran akar yang tidak tuntas pada pernyataan
perawatan yang tidak tuntas dapat menyebabkan penjalaran penyakit dari gigi ke organ
tubuh lain, menunjukkan bahwa pasien memiliki pengetahuan yang baik. Menurut
Tarigan (2012), perawatan saluran akar yang tidak tuntas akan mengalami kegagalan
dengan tanda-tanda kegagalan secara klinis, yang dimaksud secara klinis yaitu rasa nyeri,
baik dari cara spontan maupun akibat adanya rangsangan, perkusi dan tekanan positif,
palpasi mukosa sekitar gigi positif, dan lain-lain.
Berdasarkan hasil analisa data didapatkan tolak ukur pengetahuan pasien tentang
perawatan saluran akar di Klinik Wiguna Dental Care Kota Surabaya berkategori baik
Berdasarkan hasil observasi, diketahui kepatuhan pasien yang menjalani perawatan
berulang di klinik Wiguna Dental Care Surabaya adalah tidak patuh. Ditunjukkan pada
kunjungan pertama seluruh pasien menjalani perawatan. Namun seiring perawatan
selanjutnya jumlah pasien semakin berkurang. Hal ini dikarenakan pasien merasa jauh
lebih baik dari sebelumnya, yang membuat pasien tidak memerlukan dan kembali
menjalani perawatan saluran akar.
Keberhasilan perawatan saluran akar sangat membutuhkan kepatuhan kunjungan
pasien mulai dari kunjungan I hingga IV, ketidak patuhan pasien sendiri mengakibatkan
perawatan saluran akar terkadang tidak tuntas (Tarigan, 2012). Pasien yang tidak patuh
dikarenakan keengganan pasien datang berkali-kali dan ketidaktahuan pasien tentang
bagaimana pentingnya tahapan-tahapan yang terdapat dalam suatu perawatan.
Pasien membutuhkan penjelasan tentang kondisi yang dia rasakan, apa penyebabnya
dan apa yang dapat mereka lakukan dengan kondisi seperti itu. Hal ini sangat
dibutuhkan komunikasi yang baik antara pasien dengan dokter. Suatu penjelasan yang
lengkap dan memadai dari dokter dapat membantu meningkatkan kepercayaan pasien
terhadap dokter , yang akhirnya menghasilkan suatu kepatuhan.
Berdasarkan pernyataan Vermeir dikutip dalam (Maulidah et al., 2018) menyebutkan
semakin tinggi usia, tingkat pendidikan, status social ekonomi, kepuasan yang dirasakan
pasien, prosedur perawatan yang mudah, pembayaran yang mudah dan hubungan
dokter dan pasien dapat meningkatkan kepatuhan pasien dalam menjalani perawatan.
Berdasarkan analisa data di dapatkan tolak ukur kepatuhan pasien menjalani
perawatan berulang di Klinik Wiguna Dental Care Kota Surabaya berkategori tidak patuh.
Berdasarkan hasil analisa data menggunakan uji Chi square menunjukkan tidak ada
hubungan antara pengetahuan pasien tentang perawatan saluran akar dengan kepatuhan
pasien menjalani perawatan berulang di Klinik Wiguna Dental Care Surabaya. Hasil
penelitian ini sesuai dengan penelitian Maulidah et al. (2018) bahwa tidak adanya

402
Home page: http://ejurnal.poltekkestasikmalaya.ac.id/index.php/jikg/index

hubungan pengetahuan tentang kesehatan gigi dan mulut pasien dengan kepatuhan
pasien dalam menjalani perawatan berulang.
Hasil penelitian menunjukkan pengetahuan pasien tentang perawatan saluran akar
di Klinik Wiguna Dental Care Surabaya dalam kategori baik, akan tetapi tingkat
kepatuhan pasien menjalani perawatan berulang dalam kategori tidak patuh. Kepatuhan
pasien dalam menjalani perawatan berulang merupakan perilaku seseorang, perilaku
tersebut akan mempengaruhi status kesehatan gigi dalam perawatan berulang.
Sebagaimana yang telah dikatakan H.L. Blum dikutip dalam (Senjaya & Yasa, 2019),
status kesehatan gigi dipengaruhi oleh interaksi empat faktor, yaitu perilaku (kepatuhan
pasien menjalani perawatan berulang), lingkungan, pelayanan kesehatan, dan keturunan.
Perilaku dipengaruhi oleh tiga faktor salah satunya pengetahuan. Pengetahuan akan
mempengaruhi sikap, pengetahuan yang baik akan mempunyai sikap yang baik. Sikap
merupakan kecendurungan untuk bertindak, namun demikian pengetahuan yang baik
dan sikap yang baik tidak dapat diharapkan perilaku yang baik juga. Berdasarkan
pernyataan Green (1984) dikutip dalam Notoatmodjo (2012), bahwa perilaku sehat
dipengaruhi oleh tiga faktor pokok, yakni faktor predisposisi, faktor pendukung dan
faktor pendorong. Faktor predisposisi antara lain seperti pengetahuan, sikap,
kepercayaan, keyakinan dan sebagainya, faktor pendukung seperti adanya sarana
kesehatan dan lingkungan fisik, dan faktor pendorong adalah petugas kesehatan. Jadi,
suatu perilaku sehat dalam hal ini kepatuhan pasien, tidak hanya berhubungan dengan
salah satu faktor saja, tapi juga dipengaruhi oleh ketiga faktor di atas.
Sebagaimana pernyataan Maulidah et al. (2018) terdapat beberapa yang variabel yang
memiliki hubungan yang signifikan terhadap kepatuhan pasien, yakni presepsi pasien,
motivasi pasien, kebutuhan, dan biaya perawatan. Pernyataan Mujahidin (2018) terdapat
beberapa variabel yang memiliki hubungan signifikan terhadap kepatuhan pasien, yakni
presepsi, motivasi pasien, kebutuhan, dan biaya perawatan. Menurut Notoatmodjo
(2012), pasien yang memiliki tingkat pendidikan yang lebih tinggi akan mempunyai
pengetahuan yang lebih luas. Namun, jika tidak didukung dengan adanya faktor-faktor
motivasi akan hidup sehat, presepsi yang benar tentang kesehatan giginya, serta faktor-
faktor eksternal lainnya, maka kepatuhan pasien pun tidak akan tercapai.
Kepatuhan pasien dalam menjalani perawatan berulang tidak dipengaruhi oleh
faktor pengetahuan pasien, kemungkinan penyebab yang mempengaruhi kepatuhan
pasien dalam menjalani perawatan berulang yaitu faktor-faktor lain, diantaranya berupa
sikap, kepercayaan, keyakinan, lingkungan fisik, sarana dan prasarana penunjang
pelayanan kesehatan, petugas kesehatan, presepsi pasien, motivasi pasien, kebutuhan dan
biaya perawatan

KESIMPULAN
Berdasarkan hasil penelitian dan pembahasan dapat ditarik kesimpulan bahwa : 1)
Pengetahuan pasien tentang perawatan saluran akar di Klinik Wiguna Dental Care
Surabaya Tahun 2020 termasuk kategori baik . 2) Kepatuhan pasien menjalani perawatan
berulang di Klinik Wiguna Dental Care Surabaya Tahun 2020 termasuk kategori tidak
patuh. 3) Tidak ada hubungan antara pengetahuan perawatan saluran akar dengan
kepatuhan pasien menjalani perawatan berulang

403
Home page: http://ejurnal.poltekkestasikmalaya.ac.id/index.php/jikg/index

DAFTAR PUSTAKA
Ahmad Mujahidin. (2018). Hubungan Tindakan Kesehatan Gigi dan Mulut Pasien
Terhadap Kepatuhan Dalam Menjalani Perawatan Berulang. Conservative dentistry
journal, Vol 8, No 2
Boy, H., & Khairullah, A. (2019). Hubungan Karies Gigi Dengan Kualitas Hidup Remaja
Sma Di Kota Jambi. Jurnal Kesehatan Gigi, 6(1), 10.
https://doi.org/10.31983/jkg.v6i1.3888
Ema Mulyawati. (2011). Peran Bahan Disinfeksi Pada Perawatan Saluran Akar. In Majalah
Kedokteran Gigi, Gadjah Mada, Yogyakarta, Indonesia (Vol. 8, p. Gi; 18(2) : 205-209).
https://jurnal.ugm.ac.id/mkgi/article/view/15427
Hamali, A. Y. (2018). Manajemen Sumber Daya Manusia. Yogyakarta : PT Buku Seru.
Kusumadewi Giri, P. R. (2017). Hubungan antara ketepatan pengisian saluran akar
dengan keberhasilan perawatan saluran akar. Medicina Journal, 48(1), 19.
https://doi.org/10.15562/medicina.v48i1.18
Mattulada, I. K. (2010). Pemilihan medikamen intrakanal antar kunjungan yang rasional.
Journal of Dentomaxillofacial Science, 9(1), 63. https://doi.org/10.15562/jdmfs.v9i1.234
Maulidah, I., Roelianto, M., & Sampoerno, G. (2018). Hubungan Pengetahuan Kesehatan
Gigi dan Mulut Pasien Terhadap Kepatuhan Menjalani Perawatan Berulang ( The
Relationship between Oral and Dental Health Knowledge with Patient Compliance in
Multivisit Treatment ). Conservative dentistry journal, 8(1), 5–10.
Notoatmodjo, S. (2010). PROMOSI KESEHATAN DAN PERILAKU KESEHATAN. PT
RINEKA CIPTA.
Notoatmodjo, S. (2012). PROMOSI KESEHATAN DAN PERILAKU KESEHATAN. PT
RINEKA CIPTA
Notoatmodjo, S. (2014). PROMOSI KESEHATAN DAN PERILAKU KESEHATAN. PT
RINEKA CIPTA
Nursalam. (2013). Metodologi Penelitian Ilmu Keperawatan. 4.
Prasetya, M. A. (2018). BA L I D E NTA L JOUR NA L molar pertama permanen pada
anak Sekolah Dasar. 2(1), 1–8.
Ridlwan Kamaluddin, E. R. (2009). Analisis Faktor-Faktor yang Mempengaruhi
Kepatuhan Asupan Cairan pada Pasien Gagal Ginjal Kronik dengan Hemodialisis di
RSUD Prof. Dr. Margono Soekarjo Purwokerto. 04.
Senjaya, A. A., & Yasa, K. A. T. (2019). Hubungan Pengetahuan dengan Kebersihan Gigi
dan Mulut Siswa Kelas VII di SPMN 3 Selemadeg Timur Tabanan Tahun 2018. Jurnal
Kesehatan Gigi, 6(2), 19.
Tarigan, R. (2012). KARIES GIGI.
Tiffany, C. A. (2017). Hubungan Pengetahuan Kesehatan Gigi Dan Mulut Dengan Tingkat
Kepatuhan Pasien Saat Menjalani Perawatan Endodontik Multi Visit Di Rumah Sakit
Universitas Brawijaya Malang. Thesis.

404
Home page: http://ejurnal.poltekkestasikmalaya.ac.id/index.php/jikg/index

Vermeire MD. (2001). Patient Adhrence to Treatment : Three Decades of Research, A


Comprehensive Review. Journal of Clinical Pharmacy and Therapeutics.
Y.Heriyanto, N.Widyanti, B. P. (2005). Hubungan Antara Pengetahuan, Presepsi, dan
Sikap Terhadap Kesehatan Gigi dengan Status Kesehatan Gigi Pada Siswa Tuna
Netra Di Panti Sosial Bina Netra (PSBN) (Vol. 18).
Zulfi, A. B. (2016). Perawatan Saluran Akar Pada Gigi Permanen Anak Dengan Bahan
Gutta Percha. Jurnal PDGI, 65 (2)(2), 60–67.

405

Anda mungkin juga menyukai