Latar Belakang: Salah satu tindakan perawatan dalam bidang kedokteran gigi adalah
ekstraksi gigi. Ekstraksi gigi merupakan suatu tindakan pembedahan yang melibatkan
jaringan tulang dan jaringan lunak dari rongga mulut Pentingnya persetujuan tindakan
medis terhadap pasien yang akan dirawat merupakan faktor keamanan dan
kenyamanan kedua belah pihak baik dokter gigi maupun pasien, informed consent
adalah persetujuan yang diberikan pasien kepada dokter setelah diberikan penjelasan
Oleh karena itu adanya informed consent akan memfasilitasi keinginan pasien, serta
menjamin terpeliharanya hubungan baik antara dokter gigi dan pasien Tujuan: Untuk
mengetahui kelengkapan pemberian informed consent pasien sebelum dilakukan
tindakan ekstraksi gigi di RSGM Institut Ilmu Kesehatan Bhakti Wiyata Kediri.
Metode: Membuat surat izin melakukan penelitian dari Fakultas Kedokteran Gigi IIK Bhakti
Wiyata Kediri kepada kepala RSGM IIK Bhakti Wiyata Kediri. Selanjutnya, Peneliti
meminta ijin kepada pasien untuk berpartisipasi dalam penelitian ini, jika bersedia maka
peneliti bertanya kepada mahasiswa koas apakah pasien sudah diberi penjelasan informed
consent secara lengkap. Setelah dilakukan tindakan ekstraksi gigi, peneliti melakukan
wawancara dengan pasien mengenai apa saja poin informed consent yang diberikan oleh
mahasiswa koas, yang digunakan sebagai data penelitian, Peneliti melakukan pemeriksaan
data ulang, selanjutnya data akan dihitung di SPSS dengan tabel distribusi frekuensi dan
tabulasi silang. Hasil: Informasi yang paling sering tidak diberikan adalah mengenai
alternatif dan resikonya, prosedur, serta resiko tindakan. Sedangkan informasi yang paling
sering disampaikan adalah mengenai diagnosis, dasar diagnosis, serta komplikasi.
Kesimpulan: 1. Kelengkapan pemberian informed consent berdasarkan hasil obsevasi
jumlah persentase tertinggi dalam pemberian jenis Informasi yang paling sering tidak
tersampaikan kepada responden adalah mengenai prosedur tindakan, serta alternatif dan
resikonya, serta resiko tindakan. 2.Kelengkapan pemberian informed consent berdasarkan
jenis informasi yang paling sering disampaikan adalah mengenai diagnosis, dasar diagnosis,
serta komplikasi.
Kata Kunci: Informed Consent, Ekstraksi Gigi, Rumah Sakit Gigi dan Mulut Institut
Ilmu Kesehatan Bhakti Wiyata Kediri
ABSTRACT
Background: One of the treatment actions in the field of dentistry is tooth extraction. Tooth
extraction is a surgical procedure that involves bone tissue and soft tissue from the oral
cavity. The importance of the approval of medical treatment for patients to be treated is a
safety and comfort factor for both the dentist and the patient, informed consent is the consent
given by the patient to the doctor after it is given explanation Therefore, the existence of
informed consent will facilitate the wishes of the patient, as well as ensure the maintenance
of good relations between the dentist and the patient. Objective: To determine the
completeness of the patient's informed consent prior to the extraction of teeth at the RSGM
Bhakti Wiyata Kediri Institute of Health Sciences. Method: Make a permit to conduct
research from the Faculty of Dentistry IIK Bhakti Wiyata Kediri to the head of the RSGM IIK
Bhakti Wiyata Kediri. Next, the researcher asked the patient's permission to participate in
this study. If they were willing, the researcher asked the National Student Counsel whether
the patient had given a complete informed consent explanation. After extraction of the tooth,
the researcher conducted an interview with the patient about what informed consent points
were given by the student coas, which were used as research data, the researcher re-
examined the data, then the data would be calculated in SPSS with a frequency distribution
table and cross tabulation. Results: The information most often not given is about
alternatives and risks, procedures, and risk of action. While the information most often
delivered is regarding diagnosis, basis of diagnosis, and complications. Conclusions: 1.
Completeness of giving informed consent based on the results of observation of the highest
percentage of giving the type of information that is most often not conveyed to respondents is
about the procedure of action, as well as alternatives and risks, as well as risk of action. 2.
Completeness of giving informed consent based on the type of information most often
delivered is regarding diagnosis, basis of diagnosis, and complications.
Keywords: Informed Consent, Dental Extraction, Rumah Sakit Gigi dan Mulut Institut
Ilmu Kesehatan Bhakti Wiyata Kediri
PENDAHULUAN
Kesehatan gigi dan mulut provinsi, dan kabupaten atau kota
merupakan salah satu faktor yang (Potoh dkk., 2013). Persepsi dan
melatar belakangi status kesehatan perilaku masyarakat Indonesia
masyarakat di tingkat nasional,
terhadap kesehatan gigi dan mulut haknya sebagai pasien. Rumah sakit
masih buruk karena kurangnya sebagai salah satu fasilitas kesehatan
pemahaman akan arti penting wajib mengantisipasi perkembangan
memelihara kesehatan gigi dan tuntutan hak pelayanan kesehatan
mulut. Potret kesehatan gigi dan dan profesionalisme kesehatan dari
mulut di Indonesia yang masih buruk masyarakat dengan menerapkan
terlihat dari masih tingginya angka konsep hak dan kewajiban pasien
karies gigi dan penyakit mulut di (Bangun, 2013). Oleh karena itu,
Indonesia yang cenderung rumah sakit harus mempunyai aturan
meningkat. Penyakit gigi dan mulut dan standar pelayanan yang sesuai
merupakan penyakit masyarakat dengan kode etik kedokteran dan
yang dapat menyerang semua norma hukum. Penggunaan informed
golongan umur, yang mempunyai consent sesuai dengan
sifat progresif bila tidak dirawat PERMENKES No.
akan semakin parah (Cahyaningrum, 290/MENKES/PER/III/2008
2017). merupakan aturan dan standar
pelayanan medis yang mengatur
Salah satu tindakan perawatan persetujuan tindakan medis antara
dalam bidang kedokteran gigi adalah dokter dan pasien. Hal ini berlaku
ekstraksi gigi. Ekstraksi gigi bagi para dokter maupun dokter gigi
merupakan hal yang sering baik yang bekerja di rumah sakit,
dilakukan oleh seorang dokter gigi. klinik, maupun Puskesmas.
Ekstraksi gigi merupakan suatu
tindakan pembedahan yang Informed artinya telah diberitahukan,
melibatkan jaringan tulang dan telah disampaikan, atau telah
jaringan lunak dari rongga mulut diinformasikan. Consent adalah
(Fahriani, 2016). Ekstraksi gigi persetujuan yang diberikan kepada
paling banyak dilakukan karena seseorang untuk berbuat sesuatu.
karies, penyakit periodontal, gigi Dengan demikian informed consent
impaksi dan gigi yang sudah tidak adalah persetujuan yang diberikan
dapat lagi dilakukan perawatan pasien kepada dokter setelah
endodontik. Tindakan ekstraksi gigi diberikan penjelasan. Informed
juga dilakukan pada gigi sehat untuk consent bukan sekedar formulir
tujuan memperbaiki maloklusi, persetujuan yang didapat dari pasien,
untuk alasan estetik, dan juga tetapi merupakan suatu proses
kepentingan perawatan ortodontik komunikasi. Tercapainya
atau prostodontik (Ngangi dkk., kesepakatan antara dokter-pasien
2012). merupakan dasar dari seluruh proses
tentang informed consent (Oktarina,
Seiring perkembangan ilmu dan 2010).
teknologi, pasien sudah berkembang
kritis terhadap pelayanan kesehatan Pentingnya persetujuan tindakan
yang diberikan dan menuntut hak- medis terhadap pasien yang akan
dirawat merupakan faktor keamanan Wiyata Kediri. Prosedur penelitian
dan kenyamanan kedua belah pihak meliputi peneliti menemui
baik dokter gigi maupun pasien, mahasiswa Koas untuk menanyakan
meski sebagai masyarakat yang apakah hari ini akan melakukan
beragama, perlu disadari pula bahwa pencabutan, Peneliti meminta ijin
setiap keberhasilan ataupun kepada pasien untuk berpartisipasi
kegagalan perawatan oleh dokter dalam penelitian ini, jika bersedia
gigi tersebut adalah juga ditentukan maka peneliti bertanya kepada
oleh takdir Tuhan Yang Maha Esa. mahasiswa koas apakah pasien sudah
Dengan semakin luasnya diberi penjelasan informed consent
pengetahuan pasien dalam secara lengkap, Setelah dilakukan
kesehatan, khususnya bidang tindakan ekstraksi gigi, peneliti
kedokteran gigi, membuat pasien melakukan wawancara dengan
merasa perlu terlibat dalam pasien mengenai apa saja poin
pembuatan keputusan perawatan informed consent yang diberikan
terhadap diri sendiri. Dengan alasan oleh mahasiswa koas, yang
tersebut, komunikasi dan persetujuan digunakan sebagai data penelitian,
yang diperoleh dengan baik dapat Peneliti melakukan pemeriksaan data
memfasilitasi keinginan pasien, serta ulang dan selanjutnya data akan
menjamin terpeliharanya hubungan dihitung di SPSS dengan tabel
baik antara dokter gigi dan pasien distribusi frekuensi dan tabulasi
(Juliawati, 2014). silang.
METODE PENELITIAN
Desain penelitian yang digunakan HASIL DAN PEMBAHASAN
adalah Deskriptif observasional Hasil
dengan pendekatan cross sectional, Tabel V.1 Distribusi Frekuensi
yaitu penelitian hanya melakukan Responden berdasarkan
Sumber: Data Primer jenis kelamin
observasi tanpa memberikan berdasarkan Usia (Tahun)
intervensi pada variable yang akan Jenis Populasi Persentase (%)
diteliti (Notoatmodjo, 2010). dan Kelamin (N)
pengambilan sampel serta teknik
sampling penelitian ini ditentukan Laki-laki 20 32,3
menggunakan rumus slovin. Jumlah
sampel sebanyak 62 Sampel. Sampel Perempuan 42 67,7
penelitian yaitu pasien yang akan
Total 62 100
dilakukan tindakan ekstraksi gigi di
RSGM Institut Ilmu Kesehatan Sumber: Data Primer
Bhakti wiyata Kediri. Pengumpulan
data pada penelitian ini dilakukan
setelah mendapat ijin penelitian dari
Fakultas Kedokteran Gigi IIK Bhakti
Berdasarkan Tabel V.1, dapat dilihat informed consent di RSGM IIK
bahwa menunjukkan bahwa mayoritas Bhakti Wiyata Kediri tersaji pada
responden berjenis kelamin perempuan tabel-tabel berikut ini.
(67,7%).
Tabel V.4 Pemberian informed consent
Tabel V.2 Distribusi Frekuensi ditinjau dari jenis kelamin responden
Responden berdasarkan jenis
kelamin Informa Jenis kelamin Tot
si Laki-laki Perempua al
Usia Populasi Persentase (%) (n) n (n)
(tahun) (N) Ya Tid Ya Tid
25-34 9 14,5 ak ak
35-44 10 16,1 Diagnosi 19 1 41 1 62
s
45-54 25 40,3
Dasar dx 20 0 36 6 62
55-64 13 21,0 Tindaka 17 3 36 6 62
>64 5 8,1 n medis
Total 62 100 Indikasi 19 1 35 7 62
Sumber: Data Primer Prosedur 11 9 22 20 62
Tujuan 18 2 33 9 62
Berdasarkan tabel V.2. di atas, Resiko 12 8 23 19 62
mayoritas responden berusia 45-54
Komplik 16 4 38 4 62
tahun (40,3%). asi
Tabel V.3 Distribusi frekuensi tingkat Prognosi 14 6 30 12 62
s
pendidikan responden
Alternati 4 16 12 30 62
Tingkat Populasi Persentase (%) f dan
pendidikan (N) resiko
Tidak 2 3,2 Sumber: data primer
sekolah
SD/MI 21 33,9 Berdasarkan hasil pada tabel V.4
memberikan gambaran mengenai
SMP/MTs 3 4,8
pemberian informed consent ditinjau
SMA/MA 28 45,2 dari jenis kelamin responden.
Perguruan 8 12,9 Terlihat bahwa informasi yang
tinggi paling sering tidak diberikan
Total 62 100 menurut responden laki-laki maupun
Sumber: Data Primer perempuan adalah mengenai
alternatif dan resikonya, prosedur,
Berdasarkan hasil pada tabel V.3 serta resiko tindakan. Sedangkan
menunjukkan sebagian besar informasi yang paling sering
responden memiliki pendidikan disampaikan adalah mengenai
terakhir di tingkat SMA/MA diagnosis, dasar diagnosis, serta
(45,2%). Gambaran pemberian komplikasi.
Tabel V.5 Pemberian informed consent Tabel V.6 Pemberian informed consent
ditinjau dari usia responden ditinjau dari pendidikan responden