Oleh,
Risa Nur’azaen Meilawati
NIM.P2.06.25.0.18.029
Informed Consent
Persetujuan tindakan medis (Informed Consent) adalah pernyataan
persetujuan (consent) atau izin dari pasien yang diberikan dengan bebas, rasional,
tanpa paksaan (voluntary) tentang tindakan kedokteran/ keperawatan gigi yang
akan dilakukan terhadapnya sesudah mendapatkan informasi yang cukup tentang
tindakan kedokteran/ keperawatan gigi yang dimaksud. Persetujuan ini bisa dalam
bentuk lisan maupun tertulis. Pada hakikatnya informed consent adalah suatu
proses komunikasi antara dokter/ Terapis Gigi dan Mulut dan pasien tentang
kesepakatan tindakan medis yang akan dilakukan dokter/ Terapis Gigi dan Mulut
terhadap pasien (ada kegiatan penjelasan rinci oleh dokter/ Terapis Gigi dan
Mulut), sehingga adanya kesepakatan.
Penandatanganan formulir Informed Consent secara tertulis hanya
merupakan pengukuhan atas apa yang telah disepakati sebelumnya. Formulir ini
juga merupakan suatu tanda bukti yang akan disimpan di dalam arsip rekam medis
pasien. Informed Consent berakar dalam nilai-nilai otonomi di dalam masyarakat
yang diyakini sebagai hak-hak mereka dalam menentukan nasibnya sendiri
apabila akan dilakukan tindakan medis.
Sering kali, terutama ketika pasien dirawat di rumah sakit, perawat
diwajibkan untuk menyaksikan tanda tangan pasien sebelum prosedur perawatan.
Perawat harus mencatat tanda tangan saksi di sebelah tanda tangan pasien. Bagi
pasien anak-anak (individu yang berada di bawah usia 18 dan blm menikah harus
dengan izin orang tua/wali) atau dengan kata lain untuk kasus anak di bawah
umur, informed consent akan diperoleh dari wali hukum (orang tua). Terapis Gigi
dan Mulut memiliki kewajiban untuk menjelaskan setiap perlakuan atau prosedur
dalam bahasa yang mudah dipahami pasien (orang yang bertanggung jawab).
Selain itu, dokter/Terapis Gigi dan Mulut harus mengingatkan pasien dari setiap
risiko material, bahaya atau yang merugikan dan memberi saran kepada pasien
mengenai alternative yang tersedia. Hal ini memungkinkan pasien untuk membuat
keputusan cerdas dan diinformasikan serta pilihan tentang perawatan apakah yang
akan dilakukan. Persetujuan yang diinformasikan harus diperoleh sebelum
pengobatan. Perawat harus mendokumentasikan informed consent yang diperoleh
dan pasien memahami informasi yang diberikan.
Ringkasan:
Setelah merumuskan diagnosa keperawatan gigi maka perlu dibuat
perencanaan intervensi keperawatan gigi dan aktifitas keperawatan gigi. Tujuan
perencanaan adalah untuk mengurangi, menghilangkan dan mencegah masalah
gigi klien/pasien. Penentuan tindakan/perawatan dalam rencana perawatan yang
akan dilakukan pada klien/pasien sangat tergantung dari diagnosa keperawatan
gigi dan tujuan perencanaan.
Perencanaan merupakan tindakan penentuan tipe-tipe intervensi
keperawatan gigi yang dapat dilaksanakan (diimplentasikan) untuk mengatasi
masalah klien dan membantu klien mencapai pemenuhan kebutuhannya yang
berhubungan dengan kesehatan gigi dan mulut. Perencanaan juga merupakan
kerangka kerja untuk pembuatan keputusan dan menguji penilaian klinis dalam
pelaksanaan pelayanan asuhan keperawatan gigi. Pada dasarnya, perencanaan
merupakan kesempatan untuk mengintegrasikan keputusan-keputusan yang
mendukung pencapaian tujuan dengan baik.
DAFTAR PUSTAKA
Sisca Mardelita, S. J. (2018). Pelayanan Asuhan Kesehatan Gigi dan Mulut Individu.
Jakarta: Kementerian Kesehatan Republik Indonesia.