Anda di halaman 1dari 6

PERENCANAAN ASUHAN KESEHATAN GIGI DAN MULUT

Diajukan untuk Memenuhi Salah Satu Tugas Mata Kuliah Asuhan


Pelayanan Kesehatan Gigi dan Mulut Individu

Dosen Pengampu : M Fiqih Sabilillah, S.ST, MKes

Oleh,
Risa Nur’azaen Meilawati
NIM.P2.06.25.0.18.029

KEMENTERIAN KESEHATAN REPUBLIK INDONESIA


POLITEKNIK KESEHATAN TASIKMALAYA
JURUSAN KEPERAWATAN GIGI
PRODI D-III KESEHATAN GIGI
2020
PERENCANAAN ASUHAN KESEHATAN GIGI DAN MULUT
Merencanakan dan memberikan perawatan optimal memerlukan
pengamatan menyeluruh dan sistematis serta penilaian klinis. Komponen
penilaian klinis meliputi pemeriksaan kepala, leher dan rongga mulut termasuk
skrining kanker mulut, dokumentasi temuan normal atau abnormal, dan penilaian
fungsi temporomandibular. Rangkaian radiografi terkini, lengkap, dan diagnostik
menyediakan data yang dibutuhkan untuk penilaian gigi dan periodontal yang
komprehensif.
Perencanaan adalah penetapan tujuan yang realistis dan pemilihan
intervensi kebersihan gigi yang dapat membuat klien lebih dekat terhadap
kesehatan mulut yang optimal. Intervensi harus mendukung tujuan pasien secara
keseluruhan dan hasil kesehatan mulut. Bergantung pada pengaturan kerja dan
undang-undang negara bagian, rencana perawatan kesehatan gigi mungkin berdiri
sendiri atau merupakan bagian dari kesepakatan kolaboratif. Rencana tersebut
meletakkan dasar untuk dokumentasi dan dapat menjadi panduan untuk
penggantian Medic aid. Ahli kebersihan gigi membuat keputusan klinis dalam
konteks prinsip-prinsip hukum dan etika.
Rencana perawatan kesehatan gigi harus menjadi wahana perawatan yang
aman, berbasis bukti, sehat secara klinis, bermutu tinggi, dan setara. Rencananya
harus dipersonalisasi sesuai dengan kebutuhan kesehatan mulut unik seseorang,
status kesehatan umum, nilai, harapan, dan kemampuan. Saat merumuskan
rencana tersebut, hygienists gigi harus sensitif dan responsif terhadap budaya,
usia, jenis kelamin, bahasa, dan gaya belajar pasien. Mereka harus menunjukkan
rasa hormat dan simpati terhadap pilihan dan prioritas pasien secara individu.
Dalam tahap perencanaan, dilakukan:
1. Identifikasi semua intervensi kebersihan gigi yang dibutuhkan termasuk
manajemen
perubahan, layanan pencegahan, pengobatan, dan rujukan.
2. Bekerja sama dengan pasien dan/atau pengasuh, memprioritaskan dan
mengurutkannya intervensi, memungkinkan fleksibilitas jika perlu dan
memungkinkan.
3. Identifikasi dan koordinasikan sumber daya yang diperlukan untuk
memfasilitasi perawatan berkualitas komprehensif (mis., Teknologi saat ini,
manajemen rasa sakit, personil yang memadai, urutan pengangkatan yang
tepat, dan manajemen waktu)
4. Berkolaborasi dan bekerja secara efektif dengan dokter gigi dan penyedia
layanan kesehatan lainnya dan program kesehatan mulut berbasis masyarakat
untuk memberikan perawatan tingkat tinggi dan berpusat pada pasien.
5. Menyajikan dan mendokumentasikan rencana perawatan kesehatan gigi
kepada pasien/pengasuh.
6. Berikan konseling dan edukasi pasien dan/atau pengasuh tentang pengobatan
alasan, risiko, manfaat, hasil yang diantisipasi, alternatif pengobatan berbasis
bukti, dan prognosis.
7. Mendapatkan dan mendokumentasikan informed consent dan/atau informed
refusal.
Rencana perawatan kesehatan gigi memilih intervensi yang didasarkan pada
analisis data penilaian yang telah dikonsolidasikan ke dalam pernyataan
diagnostik yang menentukan kebutuhan klien. Rencana perawatan dikembangkan
agar sesuai dan disesuaikan dengan rencana perawatan pasien secara keseluruhan.
Tujuan keseluruhan tim perawatan kesehatan gigi berfokus pada kesehatan mulut
klien. Tujuan utamanya adalah mengendalikan penyakit mulut.

Setelah merumuskan diagnosa keperawatan gigi maka perlu dibuat


perencanaan intervensi keperawatan gigi dan aktifitas keperawatan gigi. Tujuan
perencanaan adalah untuk mengurangi, menghilangkan dan mencegah masalah
gigi klien/pasien. Penentuan tindakan/perawatan dalam rencana perawatan yang
akan dilakukan pada klien/pasien sangat tergantung dari diagnosa keperawatan
gigi dan tujuan perencanaan.
Pedoman Penyusunan Perencanaan Selama Proses Keperawatan Gigi
1. Fokus utama perencanaan adalah pada masalah actual atau potensial yang
dapat menimbulkan tidak terpenuhinya kebutuhan manusia dari klien yang
berhubungan dengan kesehatan mulut.
2. Sumberdaya yang tersedia pada Terapis Gigi dan Mulut dan klien
mempengaruhi prioritas perawatan
3. Prioritas klien berpengaruh kuat terhadap perencanaan
4. Penentuan prioritas dipengaruhi oleh dasar teori dan pengetahuan
5. Perencanaan dipengaruhi oleh peraturan/regulasi dari pemerintah mengenai
praktek dan standar praktek Terapis Gigi dan Mulut.
6. Tingkat pemenuhan kebutuhan manusia dari klien merupakan pedoman dari
perencanaan pelayanan asuhan keperawatan gigi.

Informed Consent
Persetujuan tindakan medis (Informed Consent) adalah pernyataan
persetujuan (consent) atau izin dari pasien yang diberikan dengan bebas, rasional,
tanpa paksaan (voluntary) tentang tindakan kedokteran/ keperawatan gigi yang
akan dilakukan terhadapnya sesudah mendapatkan informasi yang cukup tentang
tindakan kedokteran/ keperawatan gigi yang dimaksud. Persetujuan ini bisa dalam
bentuk lisan maupun tertulis. Pada hakikatnya informed consent adalah suatu
proses komunikasi antara dokter/ Terapis Gigi dan Mulut dan pasien tentang
kesepakatan tindakan medis yang akan dilakukan dokter/ Terapis Gigi dan Mulut
terhadap pasien (ada kegiatan penjelasan rinci oleh dokter/ Terapis Gigi dan
Mulut), sehingga adanya kesepakatan.
Penandatanganan formulir Informed Consent secara tertulis hanya
merupakan pengukuhan atas apa yang telah disepakati sebelumnya. Formulir ini
juga merupakan suatu tanda bukti yang akan disimpan di dalam arsip rekam medis
pasien. Informed Consent berakar dalam nilai-nilai otonomi di dalam masyarakat
yang diyakini sebagai hak-hak mereka dalam menentukan nasibnya sendiri
apabila akan dilakukan tindakan medis.
Sering kali, terutama ketika pasien dirawat di rumah sakit, perawat
diwajibkan untuk menyaksikan tanda tangan pasien sebelum prosedur perawatan.
Perawat harus mencatat tanda tangan saksi di sebelah tanda tangan pasien. Bagi
pasien anak-anak (individu yang berada di bawah usia 18 dan blm menikah harus
dengan izin orang tua/wali) atau dengan kata lain untuk kasus anak di bawah
umur, informed consent akan diperoleh dari wali hukum (orang tua). Terapis Gigi
dan Mulut memiliki kewajiban untuk menjelaskan setiap perlakuan atau prosedur
dalam bahasa yang mudah dipahami pasien (orang yang bertanggung jawab).
Selain itu, dokter/Terapis Gigi dan Mulut harus mengingatkan pasien dari setiap
risiko material, bahaya atau yang merugikan dan memberi saran kepada pasien
mengenai alternative yang tersedia. Hal ini memungkinkan pasien untuk membuat
keputusan cerdas dan diinformasikan serta pilihan tentang perawatan apakah yang
akan dilakukan. Persetujuan yang diinformasikan harus diperoleh sebelum
pengobatan. Perawat harus mendokumentasikan informed consent yang diperoleh
dan pasien memahami informasi yang diberikan.

Ringkasan:
Setelah merumuskan diagnosa keperawatan gigi maka perlu dibuat
perencanaan intervensi keperawatan gigi dan aktifitas keperawatan gigi. Tujuan
perencanaan adalah untuk mengurangi, menghilangkan dan mencegah masalah
gigi klien/pasien. Penentuan tindakan/perawatan dalam rencana perawatan yang
akan dilakukan pada klien/pasien sangat tergantung dari diagnosa keperawatan
gigi dan tujuan perencanaan.
Perencanaan merupakan tindakan penentuan tipe-tipe intervensi
keperawatan gigi yang dapat dilaksanakan (diimplentasikan) untuk mengatasi
masalah klien dan membantu klien mencapai pemenuhan kebutuhannya yang
berhubungan dengan kesehatan gigi dan mulut. Perencanaan juga merupakan
kerangka kerja untuk pembuatan keputusan dan menguji penilaian klinis dalam
pelaksanaan pelayanan asuhan keperawatan gigi. Pada dasarnya, perencanaan
merupakan kesempatan untuk mengintegrasikan keputusan-keputusan yang
mendukung pencapaian tujuan dengan baik.
DAFTAR PUSTAKA

Sisca Mardelita, S. J. (2018). Pelayanan Asuhan Kesehatan Gigi dan Mulut Individu.
Jakarta: Kementerian Kesehatan Republik Indonesia.

Anda mungkin juga menyukai