Anda di halaman 1dari 26

PERENCANAAN PELAYANAN ASUHAN KESEHATAN

GIGI DAN MULUT INDIVIDU

A. MENETAPKAN RENCANA PELAYANAN ASUHAN KESEHATAN GIGI DAN


MULUT

Rencana asuhan asuhan kesehatan gigi dan mulut adalah catatan yang berisi tentang
intervensi dan rencana asuhan kesehatan gigi dan mulut. Rencana asuhan kesehatan
gigi dan mulut adalah pengkajian dan pengidentifikasian masalah yang sistematis,
penentuan tujuan, serta strategi pelaksanaan pemecahan masalah. Perencanaan asuhan
kesehatan gigi dan mulut adalah penyusunan rencana tindakan asuhan kesehatan gigi dan
mulut yang akan dilaksanakan untuk mengatasi masalah sesuai dengan diagnosa asuhan
kesehatan gigi dan mulut yang telah ditentukan dengan tujuan terpenuhinya kebutuhan klien.
Tujuan rencana asuhan kesehatan gigi dan mulut dapat dibagi menjadi dua, yaitu
tujuan administratif dan tujuan klinik :
1. Tujuan administratif
a) .Untuk mengidentifikasi fokus asuhan kesehatan gigi dan mulut kepada klien
atau kelompok.
b) Untuk membedakan tanggung jawab perawat dan profesi kesehatan yang lain.
c) Untuk menyediakan suatu kriteria guna pengulangan dan evaluasi asuhan
kesehatan gigi dan mulut.
d) Untuk menyediakan kriteria klasifikasi klien.
2. Tujuan klinik

a) Menyediakan suatu pedoman penulisan.


b)Mengkomunikasikan dengan staf perawat, apa yang diajarkan, apa yang
diobservasi dan apa yang dilaksanakan.
c) Menyediakan kriteria hasil sebagai pengulangan dan evaluasi asuhan kesehatan
gigi dan mulut.
d) Rencana tindakan yang spesifik secara langsung bagi individu, keluarga, dan
tenaga kesehatan lainnya untuk melaksanakan tindakan.
Langkah-langkah perencanaan:
Langkah dalam rencana asuhan asuhan kesehatan gigi dan mulut adalah : menentukan
proritas, menetapkan tujuan, menentukan kriteria hasil.

A. MENENTUKAN PRIORITAS
Penetapan prioritas adalah penyusunan urusan diagnosis asuhan kesehatan gigi dan
mulut dengan menggunakan tingkat kepentingan untuk memperoleh tahapan intervensi
keperawatan yang dibutuhkan bersama klien, anda akan memilih prioritas berdasarkan
kedaruratan masalah, keselamatan dan keinginan klien,sifat terapi dan hubungan antar
diagnosis.

B. MENETAPKAN TUJUAN
Tujuan asuhan kesehatan gigi dan mulut merupakan pedoman yang luas/umum
dimana klien diharapkan mengalami kemajuan dalam berespon terhadap tindakan.
Tujuan dibedakan menjadi dua, yaitu :
1. Tujuan Jangka Panjang
Tujuan jangka panjang adalah tujuan yang mengidentifikasi arah keseluruhan atau
hasilakhir asuhan kesehatan gigi dan mulut. Tujuan ini tidak tercapai sebelum pemulangan.
Tujuanjangka panjang memerlukan perhatian yang terus menerus dari klien dan (atau) orang
lain.
2. Tujuan jangka pendek
Tujuan jangka pendek adalah tujuan yang harus dicapai sebelum pemulangan.
Misalnya: rasa nyeri klien berkurang atau hilang setelah dilakukan tindakan asuhan
kesehatan gigi danmulut selama 2×24 jam. Tujuan yang diharapkan bisa dicapai dalam
waktu yang singkat,biasanya kurang dari satu minggu.
C. MENENTUKAN KRITERIA HASIL
Tujuan klien dan tujuan asuhan kesehatan gigi dan mulut adalah standar atau ukuran
yang digunakan untuk mengevaluasi kemajuan klien atau ketrampilan perawat gigi. Tujuan
klien merupakan pernyataan yang menjelaskan suatu perilaku klien, keluarga, atau
kelompokyang dapat diukur setelah intervensi asuhan kesehatan gigi dan mulut diberikan.
D. KOMPONEN RENCANA TINDAKAN ASUHAN KESEHATAN GIGI DAN
MULUT

Komponen tesebut dibawah ini harus diperhatikan untuk menghindari kerancuan dalam
rencana tindakan. Komponen tersebut adalah :

1. Waktu.
Semua rencana asuhan kesehatan gigi dan mulut harus diberi waktu untuk
mengidentifikasikan tanggal dilaksanakan, misalnya : setelah pencabutan, gigit tampon
selama 30 menit.
2. Menggunakan kata kerja
Semua rencana tindakan asuhan kesehatan gigi dan mulut secara jelas menjabarkan
setiap kegiatan, misalnya : lakukan tekanan menggunakan kassa steril selama 10 menit.
3. Fokus pada pertanyaan
Spesifik pada pertanyaan “
who, what, where, when, which, and how..” : siapa, apa, dimana, kapan, yang mana, dan
bagaimana.

E. PERENCANAAN PULANG
Perawat juga harus mempertimbangkan kebutuhan yang akan datang bagi klien,
khususnya pemulangan dari fasilitas asuhan kesehatan gigi dan mulut kesehatan.
Perencanaan pulang/discharge planning dimulai atau direncanakan disaat klien memasuki
tatanan asuhan kesehatan gigi dan mulut kesehatan.

F. DOKUMENTASI
Karakteristik dokumentasi rencana asuhan kesehatan gigi dan mulut adalah :
1. Ditulis oleh perawat
Rencana tindakan asuhan kesehatan gigi dan mulut disusun dan ditulis oleh perawat
profesional yang mempunyai dasar pendidikan yang memadai.
2. Dilaksanakan setelah kontak pertama kali dengan klien.
Setelah kontak pertama kali dengan klien. Pengkajian merupakan waktu yang tepat
dilakukan dokumentasi diagnosa aktual atau resiko, kriteria hasil dan rencana tindakan.
3. Diletakkan di tempat yang strategis (mudah didapatkan).
Bisa diletakkan dicatatan medis klien, di tempat tidur atau di kantor perawat. Hal ini
terus dilakukan karena rencana tindakan ini disediakan untuk semua tenaga kesehatan
yagn ada.
4. Informasi yang baru.
Semua komponen rencana tindakan harus selalu diperbaharui. Hal ini ditujukan agar
waktu perawat bisa dipergunakan secara efektif.

B. MERUMUSKAN RENCANA PELAYANAN ASUHAN KESEHATAN GIGI DAN


MULUT

1. PERENCANAAN ASUHAN KESEHATAN GIGI DAN MULUT


Untuk menyusun rencana asuhan kesehatan gigi dan mulut dapat dilakukan secara
bertahap melalui prosedur berikut ini:

a) Membuat daftar masalah sesuai dengan prioritas kebutuhan atau kegawatannya.


Masalah klien pada umumnya dapat dikelompokkan sesuai keterkaitannya dengan
keluhan utama, komplikasi-komplikasi yang potensial dan berbagai kondisi atau
penyakit gigi dan mulut yang ada.
b) Langkah berikutnya ialah membuat daftar berbagai kemungkinan solusi dan
implikasinya dalam rencana asuhan kesehatan gigi dan mulut untuk setiap masalah.
c) Memilih kemungkinan solusi terbaik untuk setiap masalah tersebut dengan tetap
mempertimbangkan kepentingan klien, pertimbangan teknis, dan kebutuhan asuhan
kesehatan gigi dan mulut

d) Tahapan selanjutnya ialah menyusun solusi masalah klien tersebut berdasarkan


skala prioritasnya mulai dari asuhan kesehatan gigi dan mulut simptomatik,
pengendalian penyakit, diikuti dengan asuhan kesehatan gigi dan mulut aktif
dengan prosedur restoratif.
e) Memilih cara pendekatan perencanaan asuhan kesehatan gigi dan mulut yang
tepat sesuai dengan yang dikehendaki klien mulai dari asuhan kesehatan gigi dan
mulut darurat, pengendalian penyakit, perawatan menyeluruh, terbatas atau
asuhan
Beberapa alternatif rencana asuhan kesehatan gigi dan mulut

Masalah Pasien Beberapa kemungkinan solusi


Keluhan f) Asuhan kesehatan gigi dan mulut
Meliputi berbagai kondisi terbaik ialah mengendalikan kondisi
seperti nyeri, kelukaan, infeksi akut meliputi pengendalian infeksi dan
atau perdarahan nyeri, scaling.
Masalah kesehatan g) Memodifikasi prosedure asuhan
Kondisi pasien dengan gusi kesehatan gigi dan mulut
meradang dan turun h) Untuk masalah medik yang kompleks
dan bila dari riwayat dan pemeriksaan
fisik pasien tidak diperoleh kejelasan
penyakitnya perlu konsultasi medik.
Pengobatan yang sedang i) Menyelidiki aksi, interaksi dan efek
dijalani pasien samping obat
Alergi atau idiosinkrasi atau j) Menghindari pemakaian obat yang sama
reaksi terhadap obat Menghindari penggunaan obat yang
menimbulkan reaksi

Pada waktu mengelola kasus-kasus gigi dan mulut perlu diperhatikan beberapa unsur
yang harus dilibatkan dalam perencanaan asuhan kesehatan gigi dan mulut, antara lain:

k) Rencana prosedur diagnostik yang diperlukan untuk menegakkan diagnosis


difinitif perlu dinyatakan dalam perencanaan asuhan kesehatan gigi dan mulut.

l) Perencanaan harus disusun runtut sesuai dengan masalah yang ada.

m) Edukasi pasien dimasukkan dalam perencanaan asuhan kesehatan gigi dan mulut.

n) Perlu dinyatakan langkah-langkah asesmen dan tindak lanjut yang akan


dilakukan termasuk evaluasi pasca pemberian asuhan kesehatan gigi dan mulut.

o) Asuhan kesehatan gigi dan mulut tambahan yang harus dilakukan sebagai
konsekuensi asuhan kesehatan gigi dan mulut atau tindakan yang akan dilakukan.

A. EVALUASI, TINDAK LANJUT DAN PROGNOSIS

Merupakan kegiatan tahap akhir yang penting dalam pengelolaan suatu kasus,
karena melalui tahapan ini dapat diketahui seberapa jauh rencana asuhan kesehatan
gigi dan mulut telah di Iaksanakan dan bagaimana hasil atau respon terhadap asuhan
kesehatan gigi dan mulut yang diberikan.

Untuk itu maka evaluasi terhadap setiap langkah asuhan kesehatan gigi dan
mulut yang telah diberikan harus dilakukan. Kemajuan yang telah dicapai pada
umumnya ditentukan berdasarkan data subyektif dan obyektif, diagnose dan
perencanaan yang telah ditetapkan sebelumnya. Berdasarkan hasil analisis data
sebelum dengan sesudah dilakukan asuhan kesehatan gigi dan mulut akan dapat
disimpulkan hasil asuhan kesehatan gigi dan mulut apakah balk, tidak baik atau tidak
ada perubahan atau bahkan keadaannya menjadi lebih buruk.

Dalam tahapan evaluasi demikian tidak tertutup kemungkinan timbulnya


masalah baru yang perlu ditindak lanjuti, atau bahkan diperlukan modifikasi
perencanaan yang telah ada sebelumnya. Khusus pada pasien yang mempunyai latar
belakang penyakit sistemik tertentu perlu pemikiran yang lebih lugas dan teliti
mengenai masalah yang ada pada pasien tersebut dan berbagai resiko terkait. Sebagai
contoh misalnya pasien dengan leukemia. Manifestasi di mulut dari leukemia tipe
akut dapat berkaitan dengan myelosu presi akibat leukemianya. Keadaan neutropenia
akan mudah terjadi infeksi kambuhan, ulserasi di mulut, gingivitis, atau hiperplasi
gingiva. Akibat trombositopeni akan menyebabkan gusi berdarah atau hematom.
Bila asesmen klinis menunjukkan kecurigaan kearah kondisi tersebut dan pasien
sendiri tidak mengetahui bahwa ia menderita leukemia, maka perlu pemeriksaan
yang lebih akurat dan lengkap. Pemeriksaan darah: Hemoglobin (Hb), jumlah
leukosit, trombosit, hematokrit dan rujukan medik untuk asesmen lebih lanjut mutlak
diperlukan. Bila pasien mempunyai riwayat pernah didiagnosa mendertia leukemia,
maka konsultasi medik untuk menentukan status hematologik dan asuhan kesehatan
gigi dan mulut yang pernah diperoleh sangat diperlukan sebagai dasar untuk
menentukan katagori resiko dan memodifikasi perawatan ataupun tindakan
pencegahan yang akan diberikan.

Prognosis merupakan prakiraan tentang perjalanan awal dan akhir dari suatu
penyakit dan prakiraan kesempatan untuk sembuh. Menentukan prognosis
merupakan salah saw tahapan akhir yang penting dalam perencana asuhan kesehatan
gigi dan mulut. Prognosis yang pasti suatu kasus kadang tidak mudah ditentukan
dengan cepat, karena memerlukan analisis beberapa variabel terkait seperti; kondisi
lokal dan umum, faktor-faktor individual seperti pekerjaan, umur, dan tanggapan
pasien sendiri terhadap rencana peravvatan yang akan diberikan. Pengalaman
(empiris) dan pengetahuan-pengetahuan yang telah ada sebelumnya banyak
membantu dalam menentukan prognosis.

Sebagai contoh misalnya; pada herpetik stomatitis, penyakit ini biasanya


berlangsung antara 7 —10 hari. Jika tidak ada faktor penyulit yang lain, dengan
asuhan kesehatan gigi dan mulut paliatif saja gambaran raja prognosinya baik.
Dengan diperkenalkan obat antivirus gambaran prognosisnya akan lebih baik, karena
dengan pengobatan antivirus infeksi demikian akan lebih cepat sembuh dan
komplikasi yang ditimbulkan menjadi berkurang.

B. JENIS PERENCANAN ASUHAN KESEHATAN GIGI DAN MULUT OLEH


PERAWAT GIGI

Berdasarkan UU RI. Nomor 36 Tahun 2014 tentang tenaga kesehatan,


Perawat gigi berubah namanya menjadi Terapis Gigi dan Mulut. Kewenangan
melakukan pelayanan asuhan kesehatan gigi dan mulut oleh Terapis Gigi dan Mulut
tecantum dalam Permenkes RI Nomor 20 Tahun 2016 tentang Izin Dan
Penyelenggaraan Praktik Terapis Gigi Dan Mulut, meliputi : 1. Upaya peningkatan
kesehatan gigi dan mulut; 2. Upaya pencegahan penyakit gigi; 3. Manajemen
pelayanan kesehatan gigi dan mulut; 4. Pelayanan kesehatan dasar pada kasus
kesehatan gigi terbatas; dan 5. Dental assisting.

Dari jenis kewenangan tersebut maka perencanaan tindakan yang dapat


disusun dari beberapa kewenangan tersebut adalah :

1. Upaya peningkatan kesehatan gigi dan mulut meliputi:

a. promosi kesehatan gigi dan mulut kepada individu, keluarga, kelompok, dan
masyarakat

b. pelatihan kader kesehatan gigi dan mulut, guru serta dokter kecil c.
pembuatan dan penggunaan media/alat peraga untuk edukasi kesehatan gigi
dan mulut; dan

d. konseling tindakan promotif dan preventif kesehatan gigi dan mulut.

2. Upaya pencegahan penyakit gigi meliputi:


a. bimbingan pemeliharaan kesehatan gigi dan mulut untuk individu kelompok
dan masyarakat

b. penilaian faktor resiko penyakit gigi dan mulut

c. pembersihan karang gigi

d. penggunaan bahan atau material untuk pencegahan karies gigi melalui: 1)


pengisian pit dan fissure gigi dengan bahan fissure sealant; 2) penambalan
Atraumatic Restorative Treatment (ART); dan atau 3) aplikasi fluor.

e. skrining kesehatan gigi dan mulut

f. pencabutan gigi sulung persistensi atau goyang derajat 3 dan 4 dengan lokal
anastesi.

3. Manajemen pelayanan kesehatan gigi dan mulut meliputi:

a. administrasi klinik gigi dan mulut

b. pengendalian infeksi, hygiene, dan sanitasi klinik

c. manajemen program UKGS; dan

d. manajemen program UKGM atau UKGMD.

4. Pelayanan kesehatan dasar pada kasus kesehatan gigi terbatas meliputi:

a. pencabutan gigi sulung dan gigi tetap satu akar dengan lokal anestesi; b.
penambalan gigi satu atau dua bidang dengan glass ionomer atau bahan lainnya;
dan

c. perawatan pasca tindakan.

C. STANDAR PELAYANAN ASUHAN KESEHATAN GIGI DAN MULUT

1. Standar tata laksana pelayanan asuhan kesehatan gigi dan mulut

a. Pernyataan
Perawat gigi dalam menjalankan pekerjaannya sebagai perawat gigi harus
sesuai dengan :

1) Standar pelayanan asuhan kesehatan gigi dan mulut.

2) Mematuhi standar profesi.

b. Rasional

Pelayanan asuhan kesehatan gigi dan mulut yang dilaksanakan sesuai


standar pada sarana pelayanan kesehatan.

c. Kriteria input

1) Adanya perawat gigi yang memiliki SIPG dan SIK

2) Adanya sarana pelayanart kesehatan

3) Adanya sasaran

4) Adanya Standar Operating Procedure (SOP) pelayanan

d. Kriteria proses

1) Melaksanakan upaya peningkatan kesehatan gigi dan mulut (promotif) :

a) Penyuluhan kesehatan gigi dan mulut kepada individu, kelompok


dan masyarakat

b) Pelatihan kader

c) Pembuatan dan penggunaan alat peraga penyuluhan

2) Melaksanakan upaya pencegahan penyakit gigi dan mulut (preventif) :

a) Pemeriksaan plak.

b) Teknik sikat gigi yang baik.

c) Pembersihan karang gigi.

d) Pencegahan karies gigi dengan fluor dengan teknik kumurkumur


dan pengolesan fluor pada gig.i
e) Penumpatan pit dan fissure gigi dengan bahan fissure sealant.

f) Pemeliharaan kesehatan gigi dan mulut pasien umum rawat inap.

3) Melakukan tindakan penyembuhan penyakit gigi :

a) Pengobatan darurat sesuai dengan standar pelayanan

b) Pencabutan sigi sulung dengan topikal anestesi

c) Penumpatan gigi sulung dan gigi tetap satu bidang dengan bahan
sewarna gigi dan bahan amalgam

d) Perawatan pasca tindakan

4) Melakukan pelayanan hygiene kesehatan gigi :

a) Higiene petugas kesehatan gigi dan mulut

b) Sterilisasi alat-alat kesehatan gigi

c) Pemeliharaan alat-alat kesehatan gigi

d) Lingkungan kerja

e. Kriteria output

Adanya upaya pelayanan asuhan kesehatan gigi dan oleh perawat gigi
yang bermutu untuk meningkatkan derajat kesehatan gigi dan mulut
masyarakat.

2. Standar penjaringan data kesehatan gigi dan mulut

a. Pernyataan

Melakukan pemeriksaan gigi dan mulut secara sepintas dan sederhana


terhadap adanya kelainan-kelainan gigi dan mulut.

p) Rasional
Data tentang kesehatan gigi dan mulut untuk menentukan prioritas masalah dalam
menyusun program kesehatan gigi dan mulut.

c. Kriteria input

1) Adanya sasaran dan tempat

2) Adanya jadwal pelaksanaan penjaringan

3) Adanya formulir pemeriksaan

4) Adanya alat pemeriksaan

5) Adanya bahan disclosing solution

d. Kriteria proses

1) Mencatat identitas murid

Nama : .................................

Jenis kelamin : L/P

Orang tua : .................................

Alamat : .................................

Tanggal lahir hari/bulan/tahun:…………………………………….. 2)


Mendata keadaan murid (oleh guru kelas) terdiri dari :

a) Keadaan umum

b) Penglihatan

c) Pendengaran

d) Penampilan

e) Tingkah laku

3) Mencatat keadaan Gigi dan mulut yang meliputi :

a) Gigi kotor
b) Gigi berlubang

c) Kelainan gusi ( gusi bengkak, berdarah, luka )

d) Bibir sumbing/ langit-langit terbelah

e) Lidah kotor

e. Kriteria output

Mendapatkan data kesehatan gigi dan mulut.

3. Standar pemeriksaan OHIS (Oral Hygiene Index Symplified

a. Pernyataan

Pemeriksaan endapan lunak dan calculus yang melekat pada gigi untuk
memperoleh data kebersihan gigi dan mulut sasaran untuk tindakan promotif,
preventif dan kuratif.

q) Rasional

Diperolehnya data kebersihan gigi dan mulut yaitu nilai OHI-S untuk
tindakan promotif, preventif dan kuratif.

c. Kriteria Input

1) Adanya sasaran dan tempat

2) Adanya formulir OHIS

3) Adanya alat pemeriksaan

4) Adanya bahan disclosing solution

d. Kriteria Proses
1) Menentukan gigi-gigi yang diperiksa untuk pemeriksaan Debris Indeks
(DI). dan Calculus Indeks (CI).

2) Menentukan gigi-gigi pengganti apabila ada gigi index yang tidak ada.

3) Pemeriksaan Debris sesuai kriteria penilaian debris.

4) Pemeriksaan calculus sesuai kriteria penilaian calculus.

5) Menghitung Debris score dan calculus score.

6) Menghitung OHIS score menurut standar WHO.

4. Standar pemeriksaan DMF -T (Decayed Missing Filled Teeth) dan d e f - t


(decayed extractie Filled teeth)

a. Pernyataan

Pemeriksaan pengalaman kerusakan, hilang dan perbaikan karena karies pada


gigi geligi dengan pengukuran : DMF-T untuk gigi tetap, dan def-t untuk gigi
sulung untuk memperoleh status kesehatan gigi masyarakat.

b. Rasional

Adanya pemeriksaan pengalaman karies gigi, maka diperoleh status


kesehatan gigi, untuk perencanaan upaya promotif, preventif dan kebutuhan
kuratif.

c. Kriteria Input

1) Adanya sasaran dan tempat.

2) Adanya formulir DMF-T/d e f-t.

3) Adanya alat pemeriksaan.

4) Adanya bahan desinfektan.

d. Kriteria Proses

1) Pasien dalam posisi pemeriksaan.

2) Melakukan pemeriksaan gigi.


3) Pemeriksaan jumlah keadaan gigi geligi yang mengalami kerusakan (decayed),
hilang (missing) dan perbaikan (filled) yang disebabkan caries.

4) Menghitung index DMF - T / d e f – t.

5. Standar pemeriksaan CPITN (Community Periodontal Index Of Treatment


Needs)

a. Pernyataan

Mengukur kondisi jaringan periodontal serta perkiraan akan kebutuhan


perawatannya dengan menggunakan dental probe standar World Health
Organization (WHO).

b. Rasional

Dengan pengukuran jaringan periodontal, maka diperoleh skor atau nilai


untuk menentukan tingkatan kondisi jaringan periodontal dan kebutuhan
perawatannya.

c. Kriteria Input

1) Adanya kelompok sasaran

2) Adanya formulir CPITN

3) Adanya alat pemeriksaan dan Periodontal probe

4) Adanya bahan desinfektan

d. Kriteria Proses

1) Melaksanakan prinsip kerja CPITN

2) Memantau sasaran dan gigi index

3) Melakukan pemeriksaan

4) Menetapkan skor untuk menentukan tingkatan kondisi jaringan periodontal

5) Mencatat data CPITN


6) Menentukan kebutuhan perawatan

e. Kriteria Output

1) Data status periodontal dan kebutuhan perawatan sasaran

2) Perawatan jaringan periodontal sesuai kebutuhannya

3) Pantauan kemajuan kondisi periodontal individu

6. Standar penyusunan rencana kerja penyuluhan pelayanan asuhan kesehatan


gigi dan mulut

a. Pernyataan

Menyusun rencana kerja penyuluhan dengan mengidentifikasi masalah,


menentukan prioritas masalah, menyusun materi, membuat alat bantu pendidikan
dan menentukan jadwal serta membuat rencana evaluasi penyuluhan.

b. Rasional

Tersusunnya rencana kerja penyuluhan pelayanan asuhan kesehatan gigi dan


mulut.

c. Kriteria Input

a) Adanya data tentang status kesehatan gigi dan mulut sasaran

b) Adanya tenaga pelaksana penyuluhan

c) Adanya materi penyuluhan

d) Adanya bahan untuk membuat alat bantu pendidikan

e) Adanya izin memberikan penyuluhan

d. Kriteria Proses

a) Melakukan identifikasi masalah

b) Menentukan prioritas masalah

c) Menyusun materi penyuluhan sesuai masalah


d) Membuat alat bantu pendidikan (ABP) yang sesuai dengan materi penyuluhan

e) Membuat jadwal pelaksanaan penyuluhan

f) Membuat rencana evaluasi penyuluhan.

e. Kriteria Output

a) Adanya rencana penyuluhan pelayanan asuhan kesehatan gigi dan mulut.

b) Tersedianya satuan pelajaran untuk setiap materi penyuluhan yang sesuai


dengan masalah.

c) Tersedianya alat bantu pendidikan yang sesuai dengan materi penyuluhan.

d) Adanya jadual pelaksanaan penyuluhan pelayanan asuhan kesehatan gigi dan


mulut.

e) Adanya rencana evaluasi kegiatan penyuluhan.

7. Standar penyuluhan kesehatan gigi dan mulut

a. Pernyataan

Penyuluhan kesehatan gigi dan mulut dilaksanakan untuk merubah perilaku


individu, kelompok atau masyarakat yang belum mempunyai pengetahuan,
kemampuan dan kebiasaan berperilaku hidup sehat di bidang kesehatan gigi.

b. Rasional

Meningkatnya pengetahuan dan kemampuan individu, kelompok atau


masyarakat, sehingga merubah perilaku dalam pemeliharaan kesehatan gigi dan
mulut.

c. Kriteria Input

1) Adanya sasaran penyuluhan

2) Adanya metode penyuluhan

3) Adanya materi penyuluhan

4) Tersedianya alat bantu pendidikan (ABP)


5) Adanya instrumen evaluasi penyuluhan

d. Kriteria Proses

1) Melaksanakan penyuluhan pada sasaran yang telah ditentukan

2) Memilih materi penyuluhan sesuai dengan kebutuhan sasaran

e. Kriteria Out Put

1) Data status kesehatan gigi.

2) Rencana tindakan promotif.

3) Rencana tindakan preventif.

4) Rencana tindakan kuratif.

5) Pantauan perkembangan status pengalaman karies dari individu

8. Standar pelatihan kader

a. Pernyataan

Proses alih pengetahuan dan keterampilan tentang kesehatan gigi dan mulut
kepada kader kesehatan (guru, dokter kecil, kader posyandu, dan sebagainya)
agar mereka dapat berperan serta aktif dalam upaya peningkatan kesehatan gigi
dan pencegahan penyakit gigi.

b. Rasional

Kader mampu memberikan penyuluhan dan memotivasi masyarakat untuk


dapat berperilaku sehat serta mampu melakukan deteksi dini, pengobatan darurat
sederhana dan malakukan rujukan.

c. Kriteria Input

1) Adanya daerah binaan


2) Adanya pendekatan lintas program dan lintas sektoral

3) Adanya guru / orang yang dilatih

4) Adanya materi pelatihan

5) Adanya metode pelatihan

6) Adanya media pembelajaran

7) Adanya evaluasi pelatihan

d. Kriteria proses

1) Memilih materi pelatihan sesuai dengan kebutuhan daerah binaan

2) Memilih metode pelatihan sesuai dengan materi pelatihan

3) Memilih media pembelajaran sesuai dengan materi pelatihan

4) Melaksanakan pelatihan pada sasaran yang telah ditentukan

5) Melakukan evaluasi dengan cara mempraktekkan materi yang telah diberikan.

e. Kriteria Output :

1) Kader mampu melakukan penyuluhan kepada masyarakat.

2) Kader mampu melakukan upaya pencegahan terjadinya penyakit gigi', dan mulut.

9. Standar sikat gigi massal kesehatan gigi dan mulut

a. Pernyataan

Kegiatan menyikat gigi yang dilakukan bersama-sama dibawah bimbingan


instruktur (guru, petugas kesehatan, kader).

b.Rasional

Sasaran dapat melakukan sikat gigi dengan cara yang baik dan benar sehingga dapat
meningkatkan kebersihan gigi dan mulut.

c. Kriteria Input
1) Adanya sasaran dan tempat

2) Tersedianya waktu pelaksanaan

3) Tersedianya alat dan bahan sikat gigi

4) Terus Menyikat Gigi

d. Kriteria Proses

1) Mengumpulkan sasaran

2) Menginstruksikan sasaran untuk berbaris

3) Meneteskan disclosing solution diujung lidah dan menginstruksikan agar ujung lidah
mengoleskan keseluruh permukaan gigi

4) Menginstruksikan untuk kumur-kumur dengan air putih bersih

5) Melakukan penyikatan gigi sesuai dengan teknik/ metode penyikatan gigi.

e. Kriteria Output

1) Sasaran berbaris rapi

2) Gigi sasaran sudah teroles dengan disclosing solution

3) Sasaran dapat melakukan sikat gigi dengan baik dan benar

4) Gigi sasaran bersih dari plak dan debris.

10. Standar bimbingan kumur-kumur dengan larutan fluor


a. Pernyataan
Membimbing kumur-kumur dengan larutan fluor (NaF 0,2%) kepada murid-murid,
dilaksanakan 1 kali dalam 2 minggu selama 2 tahun minimal 20 kali per tahun.

b. Rasional
Kumur-kumur dengan larutan fluor yang rutin sesuai ketentuan, dapat mencegah
terjadinya karies,

c. Kriteria Input
1) Adanya sasaran dan tempat
2) Adanya jadwal pelaksanaan
3) Tersedianya alat dan bahan NaF 0,2%
4) Adanya gigi sasaran yang telah bersih bebas dari sisa makanan

d. Kriteria Proses
1) Mengumpulkan sasaran sesuai dengan jadwal yang telah ditentukan
2) Menginstruksikan sasaran duduk di dalam kelas di kursi masing-masing.
3) Menyediakan gelas kumur plastik dan mengisinya dengan larutan NaF 0,2 0/0.
4) Membagikan gelas kumur yang berisi larutan NaF kepada masing-masing murid.
5) Memberitahukan cara berkumur.
6) Posisi kepala anak harus tunduk.
7) Gelas dipegang setinggi dada.
8) Kumur selama + 3 menit.
9) Menginstruksikan mulai berkumur secara serentak.
10) Memberi instruksi untuk meludahkan cairan fluor ke gelas masing-masing.

e. Kriteria Output
1) Sasaran siap melakukan kumur-kumur dengan larutan fluor.
2) Gigi sasaran sudah terolesi larutan fluor.

11. Standar pembersihan karang gigi

a. Pernyataan
Membersihkan karang gigi yang melekat pada permukaan gigi.

b. Rasional
Pembersihan karang gigi dapat mencegah terjadinya gangguan jaringan penyangga
gigi.
c. Kriteria Input
1) Adanya sasaran dan tempat
2) Tersedianya alat pemeriksaan dan alat-alat skaling
3) Tersedianya bahan-bahan poles dan desinfektan

d. Kriteria Proses
1) Menyiapkan posisi sasaran untuk pembersihan karang gigi
2) Melakukan pemeriksaan dengan alat pemeriksaan
3) Melakukan komunikasi terapeutik pembersihan karang gigi
4) Melakukan pembersihan karang gigi per kwadran
5) Melakukan pemolesan pada seluruh permukaan gigi
6) Mengoleskan larutan desinfektan
7) Melakukan instruksi setelah pembersihan karang gigi

e. Kriteria Out Put


1) Sasaran bebas karang gigi
2) Sasaran terhindar penyakit jaringan penyangga gigi

12. Standar pengolesan fluor


a. Pernyataan
Pengolesan fluor pada gigi geligi yang telah dibersihkan dan dikeringkan terlebih dahulu.

b. Rasional
Tindakan pengolesan fluor dapat mencegah terjadinya karies atau mengheatikan proses
penjalaran karies yang masih dini.

c. Kriteria Input
1) Adanya sasaran dan tempat
2) Tersedianya alat pemeriksaan dan bahan-bahan NaF 2%, SnF8
3) Adanya indikasi karies dini

d. Kriteria Proses
1) Menyiapkan posisi sasaran untuk pengolesan fluor
2) Melakukan pemeriksaan dengan alat pemeriksaan
3) Melakukan komunikasi terapeutik pengolesan fluor
4) Membersihkan dan mengeringkan permukaan gigi
5) Memblokir daerah sekitar gigi per kwadran yang akan di oles flour
6) Mengoleskan permukaan gigi dengan :
a) NaF 2 % selama 2 — 3 menit
b) SnF 8 % selama 2 - 3 menit
7) Menginstruksikan setelah selesai dioles penderita tidak boleh makan/ minum /sikat gigi
selang waktu 3 jam

e. Kriteria Output
Sasaran bebas karies

13. Standar penumpatan pit dan fissure sealant


a. Pernyataan
Tindakan untuk mencegah terjadinya karies dengan melakukan penumpatan pit dan
fissure yang dalam dengan bahan pengisi/ pelapis.

b. Rasional
Dengan penumpatan pit dan fissure yang dalam dengan recountcuring dan polishing
yang baik dan benar untuk mencegah terjadinya karies.

c. Kriteria Input
1) Adanya pasien
2) Adanya alat pemeriksaan
3) Adanya alat penumpatan pit dan fissure sealant
4) Adanya bahan resin komposit pit dan fissure sealant
5) Adanya cotton roll untuk memblokir saliva.
6) Adanya cotton pellet untuk membersihkan/mengeringkan kavita

d. Kriteria Proses
1) Mengidentifikasi kasus untuk indikasi perawatan pit dan fissure sealant
2) Melakukan komunikasi terapeutik untuk tindakan pit dan fissure sealant
3) Melakukan pembersihan gigi yang akan di tumpat
4) Melakukan pelarutan mineral email pada pit dan fissure gigi yang bersangkutan
(Etsa)
5) Meletakkan bahan pit dan fissure sealant.
6) Melakukan recountering dan polising
7) Menginstruksikan tidak makan/ minum selama ± 1 jam
e. Kriteria Output
1) Gigi sasaran tertutup oleh bahan tumpatan
2) Tidak ada peninggian gigitan.

14. Standar pencabutan gigi sulung goyang derajat 2 (dua) atau lebih
a. Pernyataan
Mengeluarkan gigi sulung goyang derajat 2(dua) atau lebih dari socketnya dengan
anestesi topikal.
b. Rasional
Pencabutan gigi sulung goyang dari socket, sehingga gigi permanen/tetap dapat tumbuh
Dengan baik

c. Kriteria Input
1) Adanya sasaran
2) Adanya alat pemeriksaan
3) Adanya alat pencabutan gigi sulung
4) Adanya Obat anestesi topikal
5) Adanya cotton roll dan tampon
6) Adanya Obat antiseptik

d. Kriteria Proses
1) Melakukan identifikasi kasus sesuai dengan indikasi pencabutan gigi sulung
goyang derajat 2(dua) atau lebih
2) Melakukan komunikasi terapeutik untuk tindakan pencabutan gigi sulung goyang
derajat 2(dua) atau lebih
3) Melakukan anestesi topikal pada mukosa sekitar gigi yang akan dicabut
4) Melakukan pencabutan gigi
5) Meletakkan tampon dengan antiseptik pada Iuka bekas cabutan
6) Memberikan instruksi sesudah pencabutan gigi.
e. Kriteria Output
1) Tercabutnya gigi sulung dengan indikasi pencabutan goyang derajat 2 atau lebih
2) Adanya tampon dengan antiseptik yang menekan Iuka bekas pencabutan
3) Pasien mengetahui hal-hal yang harus dihindari dan diperhatikan sesudah
pencabutan gigi.

15. Standar Atraumatic Restorative Treatment (ART)


a. Pernyataan
Teknik penumpatan gigi hanya menggunakan hand instrument (ART set) pada karies gigi
yang masih dangkal.

b. Rasional
Penumpatan gigi tanpa menghilangkan jaringan gigi yang sehat.

c. Kriteria Input
1) Adanya sasaran
2) Adanya alat pemeriksaan
3) Adanya dental unit/ meja datar untuk melaksanakan ART
4) Adanya alat untuk melakukan ART
5) Tersedianya bahan tumpatan glass ionomer untuk ART
6) Adanya cotton roll untuk memblokir saliva
7) Adanya cotton pellet untuk membersihkan/mengeringkan kavita.

d. Kriteria Proses
1) Melakukan identifikasi kasus dengan indikasi ART
2) Mclakukan komunikasi terapeutik untuk tindakan ART
3) Memposisikan pasien dengan posisi mendatar di atas dental unit/meja datar
4) Melakukan ekskavasi gigi yang bersangkutan
5) Melakukan manipulasi bahan glass ionomer
6) Menumpat dan menekan dengan jari pada gigi yang bersangkutan
7) Mengambil kelebihan tumpatan menggunakan ekskavator.
8) Melakukan polising
9) Menginstruksikan tidak makan/ minum selama ± 1 jam

e. Kriteria Output
1) Adanya bahan tumpatan yang menutupi kavita
2) Tidak adanya peninggian gigitan.

16. Standar penumpatan gigi 1-2 bidang dengan bahan amalgam


a. Pernyataan
Penumpatan amalgam pada gigi dengan karies 1 - 2 bidang.

b. Rasional
Mengembalikan bentuk sesuai anatomisnya dan mengembalikan fungsi gigi seperti
semula

c. Kriteria Input
1) Adanya sasaran
2) Adanya alat pemeriksaan
3) Adanya alat untuk preparasi gigi
4) Adanya alat penumpatan dengan bahan amalgam untuk 1-2 bidang
5) Tersedianya bahan desinfeksi kavita
6) Tersedianya bahan semen dasar
7) Tersedianya bahan amalgam
8) Adanya cotton roll untuk memblokir saliva
9) Adanya cotton pellet untuk membersihkan/mengeringkan kavita

d. Kriteria Proses
1) Melakukan identifikasi kasus dengan indikasi penumpatan amalgam 1-2 bidang
2) Melakukan komunikasi terapeutik untuk penumpatan amalgam 1-2 bidang
3) Melakukan preparasi gigi yang bersangkutan berbentuk boks
4) Memblokir area kerja dari saliva
5) Melakukan desinfeksi kavita
6) Memasang matrix pada tumpatan 2 bidang
7) Memanipulasi semen dasar dengan konsistensi seperti pasta
8) Meletakkan semen dasar pada dasar kavita secara merata setinggi dentino enamel
junction
9) Memanipulasi amalgam dengan hasil bila di mulling ada krepitasi
10) Meletakkan amalgam pada kavita selapis demi selapis dengan kondensasi yang
baik
11) Membentuk lumpatan amalgam sesuai dengan bentuk anatomis gigi
12) Mengecek peninggian gigitan
13) Menghaluskan permukaan tumpatan
14) Memberi instruksi setelah penumpatan amalgam.
15) Memoles tumpatan amalgam pada kunjungan berikutnya.

e. Kriteria Output
1) Adanya tumpatan amalgam dengan bentuk sesuai anatomis gigi
2) Tidak ada peninggian gigitan pada gigi yang ditumpat
3) Adanya tumpatan amalgam yang halus dan mengkilat sesuai bentuk anatomis gigi.

17. Standar penumpatan gigi 1-2 bidang dengan bahan sewarna gigi
a. Pernyataan
Penumpatan bahan sewarna gigi pada gigi dengan karies 1 - 2 bidang.
b. Rasional
Mengembalikan bentuk sesuai anatomisnya dan mengembalikan fungsi gigi seperti
semula.
c. Kriteria Input
1) Adanya sasaran
2) Adanya alat pemeriksaan
3) Adanya alat untuk preparasi gigi
4) Adanya alat penumpatan dengan bahan sewarna gigi untuk 1-2. bidang
5) Tersedianya bahan untuk desinfeksi kavita
6) Tersedianya bahan semen dasar
7) Tersedianya bahan sewarna gigi
8) Adanya cotton roll untuk memblokir saliva
9) Adanya cotton pellet untuk membersihkan/ mengeringkan kavita
d. Kriteria Proses
1) Melakukan identifikasi kasus dengan indikasi penumpatan 1-2 bidang
2) Melakukan komunikasi terapeutik untuk penumpatan 1-2 bidang
3) Melakukan preparasi gigi yang bersangkutan dengan undercut
4) Memblokir area kerja dari saliva
5) Melakukan desinfeksi kavita
6) Memasang celluloid strip pada tumpatan 2 bidang
7) Memanipulasi semen dasar dengan konsistensi seperti pasta
8) Meletakkan semen dasar pada dasar kavita secara merata setinggi dentino enamel
junction
9) Memanipulasi bahan tumpatan sewarna gigi dengan konsistensi seperti dempul
10) Meletakkan bahan tumpatan pada kavita
11) Membentuk tumpatan sesuai dengan bentuk anatomis gigi
12) Mengecek peninggian gigitan
13) Membuang kelebihan tumpatan
14) Memoles tumpatan sewarna gigi 1 jam sesudahnya.
15) Memberikan instruksi sesudah penumpatan dengan bahan sewarna gigi

e. Kriteria Output
1) Adanya tumpatan sewarna gigi sesuai bentuk anatomis gigi
2) Tidak ada peninggian gigitan atau over hanging pada gigi yang ditumpat
3) Adanya tumpatan sewarna gigi yang halus, tidak ada step, dan mengkilat sesuai
bentuk anatomis gigi.

18. Standar pencabtjtan gigi permanen akar tunggal dengan anestesi infiltrasi
a. Pernyataan
Mengeluarkan gigi permanen akar tunggal dari socketnya dengan anestesi infiltrasi

b.Rasional
Pencabutan gigi permanen akar tunggal tanpa menimbulkan rasa sakit dan tidak ada sisa
akar tertinggal.

c. Kriteria Input
1) Adanya sasaran
2) Adanya alat pemeriksaan
3) Adanya alat pencabutan gigi permanen akar tunggal
4) Adanya obat anestesi infiltrasi
5) Adanya cotton roll dan tampon
6) Adanya obat antiseptik.
d. Kriteria Proses
1) Melakukan identifikasi kasus sesuai dengan indikasi pencabutan gigi permanen
akar tunggal dengan anestesi infiltrasi
2) Melakukan komunikasi terapeutik untuk pencabutan gigi permanen akar tunggal
dengan anestesi infiltrasi
3) Melakukan anestesi infiltrasi pada mukosa sekitar gigi yang akan dicabut
4) Melakukan pencabutan gigi permanen akar tunggal
5) Meletakkan tampon dengan antiseptik pada luka bekas cabutan
6) Memberikan instruksi sesudah pencabutan gigi.
e. Kriteria Output
1) Tercabutnya gigi permanen akar tunggal dengan anestesi infiltrasi
2) Adanya tampon dengan antiseptik yang menekan luka bekas pencabutan
3) Sasaran mengetahui hal-hal yang harus dihindari dan diperhatikan. sesudah
pencabutan gigi.

E. PERSETUJUAN TINDAKAN (INFORMED CONSENT)


Persetujuan Tindakan (Informed Consent) adalah persetujuan yang diberikan oleh
pasien atau keluarga atas dasar informasi dan penjelasan mengenai tindakan yang akan
dilakukan terhadap pasien. Dasar pelaksanaan Informed Consent adalah bahwa pasien
berhak atas informasi tentang tindakan yang akan dilakukan terhadap dirinya, risiko bila
dilakukan tindakan atau bila tidak dilakukan, keuntungan (benefit) bila dilakukan tindakan,
atau alternatif-alternatif yang tersedia.

Tujuan Informed Consent adalah melindungi hak individu untuk menentukan nasibnya
sendiri (self-determination).

Terdapat 3 issue yang harus diperhatikan menyangkut Informed Consent:


1. Kapasitas seseorang untuk memberikan consent atau persetujuannya (penurunan
kesadaran, dibawah umur, dll.)
2. Pengungkapan optimal terhadap informasi yang relevan (informasi yang harus
diberikan, diberikan dengan sejelas-jelasnya)
3. Adalah kebebasan individu untuk membuat keputusan atau menentukan pilihannya
(untuk setuju atau untuk tidak setuju)

Atau dengan kata lain bahwa Informed Consent sah apabila:


1. Informasi yang harus diberikan telah diberikan
2. Persetujuan dibuat dengan sukarela
3. Pasien mempunyai kapasitas atau kapabilitas untuk membuat keputusan

Menyangkut informed consent tindakan medis (persetujuan tindakan operasi misalnya):


1. Penjelasan tindakan (hendaknya harus) dilakukan oleh dokter gigi
2. Kedudukan perawat gigi adalah sebagai saksi (witness) bahwa penjelasan telah
diberikan kepada pasien atau keluarga, sehingga perawat (sebaiknya) paling akhir
membubuhkan tandatangan setelah “tokoh-tokoh utama” dalam hal ini: dokter, pasien
dan atau keluarga.

Semua tindakan medik/asuhan kesehatan gigi dan mulut yang akan dilakukan terhadap
pasien harus mendapat persetujuan.
Persetujuan :
1. Persetujuan ; Tertulis maupun lisan.
2. Persetujuan diberikan setelah pasien mendapat informasi yang adekuat.
3. Cara penyampaian informasi disesuaikan dengan tingkat pendidikan serta kondisi dan
situasi pasien.
4. Setiap tindakan yang mengandung risiko tinggi harus dengan persetujuan, selain itu
dengan lisan.
Informasi ;
1. Informasi tentang tindakan harus diberikan baik diminta maupun tidak diminta.
2. Informasi harus diberikan selengkap-lengkapnya kecuali dinilai dapat merugikan pasien.
3. Informasi yang diberikan mencakup keuntungan dan kerugian dari tindakan.
4. Informasi diberikan secara lisan.
5. Informasi diberikan secara jujur dan benar, kecuali bila dinilai merugikan pasien.
6. Dalam hal tindakan harus diberikan oleh yang bersangkutan, terutama tindakan invasif.

Yang berhak memberikan persetujuan :


1. Pasien dewasa, sadar dan sehat mental.
2. Dewasa : 21 tahun atau telah menikah.
3. Bagi pasien dewasa yang berada di bawah pengampunan, persetujuan diberikan oleh
wali/curator. Bagi pasien dewasa yang menderita gangguan mental, persetujuan oleh
orang tua/ wali/curator.
4. Paien di bawah umur 21 tahun, tidak mempunyaiorang tua/wali atau berhalangan,
persetujuan diberikan keluarga terdekat/induk semang.
5. Tidak sadar/pingsan -a tidak didampingi oleh keluarga terdekat dan berada dalam
kegawatan dan memerlukan tindakan segera untuk kepentingannya, tidak perlu
persetujuan.

Anda mungkin juga menyukai