Rencana asuhan asuhan kesehatan gigi dan mulut adalah catatan yang berisi tentang
intervensi dan rencana asuhan kesehatan gigi dan mulut. Rencana asuhan kesehatan
gigi dan mulut adalah pengkajian dan pengidentifikasian masalah yang sistematis,
penentuan tujuan, serta strategi pelaksanaan pemecahan masalah. Perencanaan asuhan
kesehatan gigi dan mulut adalah penyusunan rencana tindakan asuhan kesehatan gigi dan
mulut yang akan dilaksanakan untuk mengatasi masalah sesuai dengan diagnosa asuhan
kesehatan gigi dan mulut yang telah ditentukan dengan tujuan terpenuhinya kebutuhan klien.
Tujuan rencana asuhan kesehatan gigi dan mulut dapat dibagi menjadi dua, yaitu
tujuan administratif dan tujuan klinik :
1. Tujuan administratif
a) .Untuk mengidentifikasi fokus asuhan kesehatan gigi dan mulut kepada klien
atau kelompok.
b) Untuk membedakan tanggung jawab perawat dan profesi kesehatan yang lain.
c) Untuk menyediakan suatu kriteria guna pengulangan dan evaluasi asuhan
kesehatan gigi dan mulut.
d) Untuk menyediakan kriteria klasifikasi klien.
2. Tujuan klinik
A. MENENTUKAN PRIORITAS
Penetapan prioritas adalah penyusunan urusan diagnosis asuhan kesehatan gigi dan
mulut dengan menggunakan tingkat kepentingan untuk memperoleh tahapan intervensi
keperawatan yang dibutuhkan bersama klien, anda akan memilih prioritas berdasarkan
kedaruratan masalah, keselamatan dan keinginan klien,sifat terapi dan hubungan antar
diagnosis.
B. MENETAPKAN TUJUAN
Tujuan asuhan kesehatan gigi dan mulut merupakan pedoman yang luas/umum
dimana klien diharapkan mengalami kemajuan dalam berespon terhadap tindakan.
Tujuan dibedakan menjadi dua, yaitu :
1. Tujuan Jangka Panjang
Tujuan jangka panjang adalah tujuan yang mengidentifikasi arah keseluruhan atau
hasilakhir asuhan kesehatan gigi dan mulut. Tujuan ini tidak tercapai sebelum pemulangan.
Tujuanjangka panjang memerlukan perhatian yang terus menerus dari klien dan (atau) orang
lain.
2. Tujuan jangka pendek
Tujuan jangka pendek adalah tujuan yang harus dicapai sebelum pemulangan.
Misalnya: rasa nyeri klien berkurang atau hilang setelah dilakukan tindakan asuhan
kesehatan gigi danmulut selama 2×24 jam. Tujuan yang diharapkan bisa dicapai dalam
waktu yang singkat,biasanya kurang dari satu minggu.
C. MENENTUKAN KRITERIA HASIL
Tujuan klien dan tujuan asuhan kesehatan gigi dan mulut adalah standar atau ukuran
yang digunakan untuk mengevaluasi kemajuan klien atau ketrampilan perawat gigi. Tujuan
klien merupakan pernyataan yang menjelaskan suatu perilaku klien, keluarga, atau
kelompokyang dapat diukur setelah intervensi asuhan kesehatan gigi dan mulut diberikan.
D. KOMPONEN RENCANA TINDAKAN ASUHAN KESEHATAN GIGI DAN
MULUT
Komponen tesebut dibawah ini harus diperhatikan untuk menghindari kerancuan dalam
rencana tindakan. Komponen tersebut adalah :
1. Waktu.
Semua rencana asuhan kesehatan gigi dan mulut harus diberi waktu untuk
mengidentifikasikan tanggal dilaksanakan, misalnya : setelah pencabutan, gigit tampon
selama 30 menit.
2. Menggunakan kata kerja
Semua rencana tindakan asuhan kesehatan gigi dan mulut secara jelas menjabarkan
setiap kegiatan, misalnya : lakukan tekanan menggunakan kassa steril selama 10 menit.
3. Fokus pada pertanyaan
Spesifik pada pertanyaan “
who, what, where, when, which, and how..” : siapa, apa, dimana, kapan, yang mana, dan
bagaimana.
E. PERENCANAAN PULANG
Perawat juga harus mempertimbangkan kebutuhan yang akan datang bagi klien,
khususnya pemulangan dari fasilitas asuhan kesehatan gigi dan mulut kesehatan.
Perencanaan pulang/discharge planning dimulai atau direncanakan disaat klien memasuki
tatanan asuhan kesehatan gigi dan mulut kesehatan.
F. DOKUMENTASI
Karakteristik dokumentasi rencana asuhan kesehatan gigi dan mulut adalah :
1. Ditulis oleh perawat
Rencana tindakan asuhan kesehatan gigi dan mulut disusun dan ditulis oleh perawat
profesional yang mempunyai dasar pendidikan yang memadai.
2. Dilaksanakan setelah kontak pertama kali dengan klien.
Setelah kontak pertama kali dengan klien. Pengkajian merupakan waktu yang tepat
dilakukan dokumentasi diagnosa aktual atau resiko, kriteria hasil dan rencana tindakan.
3. Diletakkan di tempat yang strategis (mudah didapatkan).
Bisa diletakkan dicatatan medis klien, di tempat tidur atau di kantor perawat. Hal ini
terus dilakukan karena rencana tindakan ini disediakan untuk semua tenaga kesehatan
yagn ada.
4. Informasi yang baru.
Semua komponen rencana tindakan harus selalu diperbaharui. Hal ini ditujukan agar
waktu perawat bisa dipergunakan secara efektif.
Pada waktu mengelola kasus-kasus gigi dan mulut perlu diperhatikan beberapa unsur
yang harus dilibatkan dalam perencanaan asuhan kesehatan gigi dan mulut, antara lain:
m) Edukasi pasien dimasukkan dalam perencanaan asuhan kesehatan gigi dan mulut.
o) Asuhan kesehatan gigi dan mulut tambahan yang harus dilakukan sebagai
konsekuensi asuhan kesehatan gigi dan mulut atau tindakan yang akan dilakukan.
Merupakan kegiatan tahap akhir yang penting dalam pengelolaan suatu kasus,
karena melalui tahapan ini dapat diketahui seberapa jauh rencana asuhan kesehatan
gigi dan mulut telah di Iaksanakan dan bagaimana hasil atau respon terhadap asuhan
kesehatan gigi dan mulut yang diberikan.
Untuk itu maka evaluasi terhadap setiap langkah asuhan kesehatan gigi dan
mulut yang telah diberikan harus dilakukan. Kemajuan yang telah dicapai pada
umumnya ditentukan berdasarkan data subyektif dan obyektif, diagnose dan
perencanaan yang telah ditetapkan sebelumnya. Berdasarkan hasil analisis data
sebelum dengan sesudah dilakukan asuhan kesehatan gigi dan mulut akan dapat
disimpulkan hasil asuhan kesehatan gigi dan mulut apakah balk, tidak baik atau tidak
ada perubahan atau bahkan keadaannya menjadi lebih buruk.
Prognosis merupakan prakiraan tentang perjalanan awal dan akhir dari suatu
penyakit dan prakiraan kesempatan untuk sembuh. Menentukan prognosis
merupakan salah saw tahapan akhir yang penting dalam perencana asuhan kesehatan
gigi dan mulut. Prognosis yang pasti suatu kasus kadang tidak mudah ditentukan
dengan cepat, karena memerlukan analisis beberapa variabel terkait seperti; kondisi
lokal dan umum, faktor-faktor individual seperti pekerjaan, umur, dan tanggapan
pasien sendiri terhadap rencana peravvatan yang akan diberikan. Pengalaman
(empiris) dan pengetahuan-pengetahuan yang telah ada sebelumnya banyak
membantu dalam menentukan prognosis.
a. promosi kesehatan gigi dan mulut kepada individu, keluarga, kelompok, dan
masyarakat
b. pelatihan kader kesehatan gigi dan mulut, guru serta dokter kecil c.
pembuatan dan penggunaan media/alat peraga untuk edukasi kesehatan gigi
dan mulut; dan
f. pencabutan gigi sulung persistensi atau goyang derajat 3 dan 4 dengan lokal
anastesi.
a. pencabutan gigi sulung dan gigi tetap satu akar dengan lokal anestesi; b.
penambalan gigi satu atau dua bidang dengan glass ionomer atau bahan lainnya;
dan
a. Pernyataan
Perawat gigi dalam menjalankan pekerjaannya sebagai perawat gigi harus
sesuai dengan :
b. Rasional
c. Kriteria input
3) Adanya sasaran
d. Kriteria proses
b) Pelatihan kader
a) Pemeriksaan plak.
c) Penumpatan gigi sulung dan gigi tetap satu bidang dengan bahan
sewarna gigi dan bahan amalgam
d) Lingkungan kerja
e. Kriteria output
Adanya upaya pelayanan asuhan kesehatan gigi dan oleh perawat gigi
yang bermutu untuk meningkatkan derajat kesehatan gigi dan mulut
masyarakat.
a. Pernyataan
p) Rasional
Data tentang kesehatan gigi dan mulut untuk menentukan prioritas masalah dalam
menyusun program kesehatan gigi dan mulut.
c. Kriteria input
d. Kriteria proses
Nama : .................................
Alamat : .................................
a) Keadaan umum
b) Penglihatan
c) Pendengaran
d) Penampilan
e) Tingkah laku
a) Gigi kotor
b) Gigi berlubang
e) Lidah kotor
e. Kriteria output
a. Pernyataan
Pemeriksaan endapan lunak dan calculus yang melekat pada gigi untuk
memperoleh data kebersihan gigi dan mulut sasaran untuk tindakan promotif,
preventif dan kuratif.
q) Rasional
Diperolehnya data kebersihan gigi dan mulut yaitu nilai OHI-S untuk
tindakan promotif, preventif dan kuratif.
c. Kriteria Input
d. Kriteria Proses
1) Menentukan gigi-gigi yang diperiksa untuk pemeriksaan Debris Indeks
(DI). dan Calculus Indeks (CI).
2) Menentukan gigi-gigi pengganti apabila ada gigi index yang tidak ada.
a. Pernyataan
b. Rasional
c. Kriteria Input
d. Kriteria Proses
a. Pernyataan
b. Rasional
c. Kriteria Input
d. Kriteria Proses
3) Melakukan pemeriksaan
e. Kriteria Output
a. Pernyataan
b. Rasional
c. Kriteria Input
d. Kriteria Proses
e. Kriteria Output
a. Pernyataan
b. Rasional
c. Kriteria Input
d. Kriteria Proses
a. Pernyataan
Proses alih pengetahuan dan keterampilan tentang kesehatan gigi dan mulut
kepada kader kesehatan (guru, dokter kecil, kader posyandu, dan sebagainya)
agar mereka dapat berperan serta aktif dalam upaya peningkatan kesehatan gigi
dan pencegahan penyakit gigi.
b. Rasional
c. Kriteria Input
d. Kriteria proses
e. Kriteria Output :
2) Kader mampu melakukan upaya pencegahan terjadinya penyakit gigi', dan mulut.
a. Pernyataan
b.Rasional
Sasaran dapat melakukan sikat gigi dengan cara yang baik dan benar sehingga dapat
meningkatkan kebersihan gigi dan mulut.
c. Kriteria Input
1) Adanya sasaran dan tempat
d. Kriteria Proses
1) Mengumpulkan sasaran
3) Meneteskan disclosing solution diujung lidah dan menginstruksikan agar ujung lidah
mengoleskan keseluruh permukaan gigi
e. Kriteria Output
b. Rasional
Kumur-kumur dengan larutan fluor yang rutin sesuai ketentuan, dapat mencegah
terjadinya karies,
c. Kriteria Input
1) Adanya sasaran dan tempat
2) Adanya jadwal pelaksanaan
3) Tersedianya alat dan bahan NaF 0,2%
4) Adanya gigi sasaran yang telah bersih bebas dari sisa makanan
d. Kriteria Proses
1) Mengumpulkan sasaran sesuai dengan jadwal yang telah ditentukan
2) Menginstruksikan sasaran duduk di dalam kelas di kursi masing-masing.
3) Menyediakan gelas kumur plastik dan mengisinya dengan larutan NaF 0,2 0/0.
4) Membagikan gelas kumur yang berisi larutan NaF kepada masing-masing murid.
5) Memberitahukan cara berkumur.
6) Posisi kepala anak harus tunduk.
7) Gelas dipegang setinggi dada.
8) Kumur selama + 3 menit.
9) Menginstruksikan mulai berkumur secara serentak.
10) Memberi instruksi untuk meludahkan cairan fluor ke gelas masing-masing.
e. Kriteria Output
1) Sasaran siap melakukan kumur-kumur dengan larutan fluor.
2) Gigi sasaran sudah terolesi larutan fluor.
a. Pernyataan
Membersihkan karang gigi yang melekat pada permukaan gigi.
b. Rasional
Pembersihan karang gigi dapat mencegah terjadinya gangguan jaringan penyangga
gigi.
c. Kriteria Input
1) Adanya sasaran dan tempat
2) Tersedianya alat pemeriksaan dan alat-alat skaling
3) Tersedianya bahan-bahan poles dan desinfektan
d. Kriteria Proses
1) Menyiapkan posisi sasaran untuk pembersihan karang gigi
2) Melakukan pemeriksaan dengan alat pemeriksaan
3) Melakukan komunikasi terapeutik pembersihan karang gigi
4) Melakukan pembersihan karang gigi per kwadran
5) Melakukan pemolesan pada seluruh permukaan gigi
6) Mengoleskan larutan desinfektan
7) Melakukan instruksi setelah pembersihan karang gigi
b. Rasional
Tindakan pengolesan fluor dapat mencegah terjadinya karies atau mengheatikan proses
penjalaran karies yang masih dini.
c. Kriteria Input
1) Adanya sasaran dan tempat
2) Tersedianya alat pemeriksaan dan bahan-bahan NaF 2%, SnF8
3) Adanya indikasi karies dini
d. Kriteria Proses
1) Menyiapkan posisi sasaran untuk pengolesan fluor
2) Melakukan pemeriksaan dengan alat pemeriksaan
3) Melakukan komunikasi terapeutik pengolesan fluor
4) Membersihkan dan mengeringkan permukaan gigi
5) Memblokir daerah sekitar gigi per kwadran yang akan di oles flour
6) Mengoleskan permukaan gigi dengan :
a) NaF 2 % selama 2 — 3 menit
b) SnF 8 % selama 2 - 3 menit
7) Menginstruksikan setelah selesai dioles penderita tidak boleh makan/ minum /sikat gigi
selang waktu 3 jam
e. Kriteria Output
Sasaran bebas karies
b. Rasional
Dengan penumpatan pit dan fissure yang dalam dengan recountcuring dan polishing
yang baik dan benar untuk mencegah terjadinya karies.
c. Kriteria Input
1) Adanya pasien
2) Adanya alat pemeriksaan
3) Adanya alat penumpatan pit dan fissure sealant
4) Adanya bahan resin komposit pit dan fissure sealant
5) Adanya cotton roll untuk memblokir saliva.
6) Adanya cotton pellet untuk membersihkan/mengeringkan kavita
d. Kriteria Proses
1) Mengidentifikasi kasus untuk indikasi perawatan pit dan fissure sealant
2) Melakukan komunikasi terapeutik untuk tindakan pit dan fissure sealant
3) Melakukan pembersihan gigi yang akan di tumpat
4) Melakukan pelarutan mineral email pada pit dan fissure gigi yang bersangkutan
(Etsa)
5) Meletakkan bahan pit dan fissure sealant.
6) Melakukan recountering dan polising
7) Menginstruksikan tidak makan/ minum selama ± 1 jam
e. Kriteria Output
1) Gigi sasaran tertutup oleh bahan tumpatan
2) Tidak ada peninggian gigitan.
14. Standar pencabutan gigi sulung goyang derajat 2 (dua) atau lebih
a. Pernyataan
Mengeluarkan gigi sulung goyang derajat 2(dua) atau lebih dari socketnya dengan
anestesi topikal.
b. Rasional
Pencabutan gigi sulung goyang dari socket, sehingga gigi permanen/tetap dapat tumbuh
Dengan baik
c. Kriteria Input
1) Adanya sasaran
2) Adanya alat pemeriksaan
3) Adanya alat pencabutan gigi sulung
4) Adanya Obat anestesi topikal
5) Adanya cotton roll dan tampon
6) Adanya Obat antiseptik
d. Kriteria Proses
1) Melakukan identifikasi kasus sesuai dengan indikasi pencabutan gigi sulung
goyang derajat 2(dua) atau lebih
2) Melakukan komunikasi terapeutik untuk tindakan pencabutan gigi sulung goyang
derajat 2(dua) atau lebih
3) Melakukan anestesi topikal pada mukosa sekitar gigi yang akan dicabut
4) Melakukan pencabutan gigi
5) Meletakkan tampon dengan antiseptik pada Iuka bekas cabutan
6) Memberikan instruksi sesudah pencabutan gigi.
e. Kriteria Output
1) Tercabutnya gigi sulung dengan indikasi pencabutan goyang derajat 2 atau lebih
2) Adanya tampon dengan antiseptik yang menekan Iuka bekas pencabutan
3) Pasien mengetahui hal-hal yang harus dihindari dan diperhatikan sesudah
pencabutan gigi.
b. Rasional
Penumpatan gigi tanpa menghilangkan jaringan gigi yang sehat.
c. Kriteria Input
1) Adanya sasaran
2) Adanya alat pemeriksaan
3) Adanya dental unit/ meja datar untuk melaksanakan ART
4) Adanya alat untuk melakukan ART
5) Tersedianya bahan tumpatan glass ionomer untuk ART
6) Adanya cotton roll untuk memblokir saliva
7) Adanya cotton pellet untuk membersihkan/mengeringkan kavita.
d. Kriteria Proses
1) Melakukan identifikasi kasus dengan indikasi ART
2) Mclakukan komunikasi terapeutik untuk tindakan ART
3) Memposisikan pasien dengan posisi mendatar di atas dental unit/meja datar
4) Melakukan ekskavasi gigi yang bersangkutan
5) Melakukan manipulasi bahan glass ionomer
6) Menumpat dan menekan dengan jari pada gigi yang bersangkutan
7) Mengambil kelebihan tumpatan menggunakan ekskavator.
8) Melakukan polising
9) Menginstruksikan tidak makan/ minum selama ± 1 jam
e. Kriteria Output
1) Adanya bahan tumpatan yang menutupi kavita
2) Tidak adanya peninggian gigitan.
b. Rasional
Mengembalikan bentuk sesuai anatomisnya dan mengembalikan fungsi gigi seperti
semula
c. Kriteria Input
1) Adanya sasaran
2) Adanya alat pemeriksaan
3) Adanya alat untuk preparasi gigi
4) Adanya alat penumpatan dengan bahan amalgam untuk 1-2 bidang
5) Tersedianya bahan desinfeksi kavita
6) Tersedianya bahan semen dasar
7) Tersedianya bahan amalgam
8) Adanya cotton roll untuk memblokir saliva
9) Adanya cotton pellet untuk membersihkan/mengeringkan kavita
d. Kriteria Proses
1) Melakukan identifikasi kasus dengan indikasi penumpatan amalgam 1-2 bidang
2) Melakukan komunikasi terapeutik untuk penumpatan amalgam 1-2 bidang
3) Melakukan preparasi gigi yang bersangkutan berbentuk boks
4) Memblokir area kerja dari saliva
5) Melakukan desinfeksi kavita
6) Memasang matrix pada tumpatan 2 bidang
7) Memanipulasi semen dasar dengan konsistensi seperti pasta
8) Meletakkan semen dasar pada dasar kavita secara merata setinggi dentino enamel
junction
9) Memanipulasi amalgam dengan hasil bila di mulling ada krepitasi
10) Meletakkan amalgam pada kavita selapis demi selapis dengan kondensasi yang
baik
11) Membentuk lumpatan amalgam sesuai dengan bentuk anatomis gigi
12) Mengecek peninggian gigitan
13) Menghaluskan permukaan tumpatan
14) Memberi instruksi setelah penumpatan amalgam.
15) Memoles tumpatan amalgam pada kunjungan berikutnya.
e. Kriteria Output
1) Adanya tumpatan amalgam dengan bentuk sesuai anatomis gigi
2) Tidak ada peninggian gigitan pada gigi yang ditumpat
3) Adanya tumpatan amalgam yang halus dan mengkilat sesuai bentuk anatomis gigi.
17. Standar penumpatan gigi 1-2 bidang dengan bahan sewarna gigi
a. Pernyataan
Penumpatan bahan sewarna gigi pada gigi dengan karies 1 - 2 bidang.
b. Rasional
Mengembalikan bentuk sesuai anatomisnya dan mengembalikan fungsi gigi seperti
semula.
c. Kriteria Input
1) Adanya sasaran
2) Adanya alat pemeriksaan
3) Adanya alat untuk preparasi gigi
4) Adanya alat penumpatan dengan bahan sewarna gigi untuk 1-2. bidang
5) Tersedianya bahan untuk desinfeksi kavita
6) Tersedianya bahan semen dasar
7) Tersedianya bahan sewarna gigi
8) Adanya cotton roll untuk memblokir saliva
9) Adanya cotton pellet untuk membersihkan/ mengeringkan kavita
d. Kriteria Proses
1) Melakukan identifikasi kasus dengan indikasi penumpatan 1-2 bidang
2) Melakukan komunikasi terapeutik untuk penumpatan 1-2 bidang
3) Melakukan preparasi gigi yang bersangkutan dengan undercut
4) Memblokir area kerja dari saliva
5) Melakukan desinfeksi kavita
6) Memasang celluloid strip pada tumpatan 2 bidang
7) Memanipulasi semen dasar dengan konsistensi seperti pasta
8) Meletakkan semen dasar pada dasar kavita secara merata setinggi dentino enamel
junction
9) Memanipulasi bahan tumpatan sewarna gigi dengan konsistensi seperti dempul
10) Meletakkan bahan tumpatan pada kavita
11) Membentuk tumpatan sesuai dengan bentuk anatomis gigi
12) Mengecek peninggian gigitan
13) Membuang kelebihan tumpatan
14) Memoles tumpatan sewarna gigi 1 jam sesudahnya.
15) Memberikan instruksi sesudah penumpatan dengan bahan sewarna gigi
e. Kriteria Output
1) Adanya tumpatan sewarna gigi sesuai bentuk anatomis gigi
2) Tidak ada peninggian gigitan atau over hanging pada gigi yang ditumpat
3) Adanya tumpatan sewarna gigi yang halus, tidak ada step, dan mengkilat sesuai
bentuk anatomis gigi.
18. Standar pencabtjtan gigi permanen akar tunggal dengan anestesi infiltrasi
a. Pernyataan
Mengeluarkan gigi permanen akar tunggal dari socketnya dengan anestesi infiltrasi
b.Rasional
Pencabutan gigi permanen akar tunggal tanpa menimbulkan rasa sakit dan tidak ada sisa
akar tertinggal.
c. Kriteria Input
1) Adanya sasaran
2) Adanya alat pemeriksaan
3) Adanya alat pencabutan gigi permanen akar tunggal
4) Adanya obat anestesi infiltrasi
5) Adanya cotton roll dan tampon
6) Adanya obat antiseptik.
d. Kriteria Proses
1) Melakukan identifikasi kasus sesuai dengan indikasi pencabutan gigi permanen
akar tunggal dengan anestesi infiltrasi
2) Melakukan komunikasi terapeutik untuk pencabutan gigi permanen akar tunggal
dengan anestesi infiltrasi
3) Melakukan anestesi infiltrasi pada mukosa sekitar gigi yang akan dicabut
4) Melakukan pencabutan gigi permanen akar tunggal
5) Meletakkan tampon dengan antiseptik pada luka bekas cabutan
6) Memberikan instruksi sesudah pencabutan gigi.
e. Kriteria Output
1) Tercabutnya gigi permanen akar tunggal dengan anestesi infiltrasi
2) Adanya tampon dengan antiseptik yang menekan luka bekas pencabutan
3) Sasaran mengetahui hal-hal yang harus dihindari dan diperhatikan. sesudah
pencabutan gigi.
Tujuan Informed Consent adalah melindungi hak individu untuk menentukan nasibnya
sendiri (self-determination).
Semua tindakan medik/asuhan kesehatan gigi dan mulut yang akan dilakukan terhadap
pasien harus mendapat persetujuan.
Persetujuan :
1. Persetujuan ; Tertulis maupun lisan.
2. Persetujuan diberikan setelah pasien mendapat informasi yang adekuat.
3. Cara penyampaian informasi disesuaikan dengan tingkat pendidikan serta kondisi dan
situasi pasien.
4. Setiap tindakan yang mengandung risiko tinggi harus dengan persetujuan, selain itu
dengan lisan.
Informasi ;
1. Informasi tentang tindakan harus diberikan baik diminta maupun tidak diminta.
2. Informasi harus diberikan selengkap-lengkapnya kecuali dinilai dapat merugikan pasien.
3. Informasi yang diberikan mencakup keuntungan dan kerugian dari tindakan.
4. Informasi diberikan secara lisan.
5. Informasi diberikan secara jujur dan benar, kecuali bila dinilai merugikan pasien.
6. Dalam hal tindakan harus diberikan oleh yang bersangkutan, terutama tindakan invasif.