Anda di halaman 1dari 76

DENTAL AMALGAM

Oleh
Surjosubandoro Widjaja
Staf Pengajar Konservasi Gigi
FKG Universitas Trisakti
2007
Buku Wajib :
1. Sturdevant’s Art & Science of Operative Dentistry,
Fifth edition, Theodore M. Roberson, Harald O.
Heymann, Edward J.Swift,Jr., Mosby Inc. 2006.
2. Textbook of Operative Dentistry, Third edition, Lloyd
Baum, Ralph W. Phillips dan Melvin R. Lund, W.B.
Saunders Company, 1995.
3. Silver Amalgam in Clinical Practice, Second edition,
I.D. Gainsford, John Wright & Sons Ltd, 1976.
4. Atlas of Operative Dentistry, Third edition, William
W. Howard dan Richard C. Moller, The C.V. Mosby
Company, 1981.
Pendahuluan :
Dental Amalgam merupakan bahan restorasi campuran
dari silver/tin/copper alloy dan mercury (Hg).
Campuran yang lunak ini dikondensasikan ke dalam ka-
vitas gigi yang telah dipreparasi dan restorasi tersebut
dibentuk sesuai dengan anatomi gigi dan fungsinya.
Bila bahan telah mengeras, gigi dapat berfungsi kembali
dengan restorasi silver-colored restoration.
Definisi :
Dental Alloy adalah campuran dari dua logam (metal)
atau lebih, dengan secara pemanasan dan diperdagang-
kan sebagai butir-butir yang sangat halus atau serbuk.
Biasanya terdiri dari logam Ag. Sn, Cu, Zn dan lain-lain.
Dental Amalgam (amalgam) adalah hasil pencampuran
antara dental alloy dengan merkuri (Hg = air raksa).
Amalgamation (amalgamasi) adalah proses pencampur-
an dental alloy dengan merkuri.
Trituration (triturasi) adalah prosedur pengadukan
(pengerusan) antara dental alloy dengan merkuri.
Condensation (kondensasi) adalah prosedur memasuk-
kan hasil triturasi yang merupakan massa amalgam
yang plastis ke dalam kavitas gigi yang telah dipre-
parasi.
Dental amalgam hingga kini masih banyak
dipakai untuk restorasi gigi yang rusak
karena karies, sebab:
1. Cukup keras dan kuat terhadap tekanan kunyah
2. Tidak mempengaruhi kesehatan tubuh
3. Mudah cara mengerjakannya
4. Murah dibandingkan dengan bahan restorasi gigi
lainnya.
Perbandingan (ratio) Alloy dan Merkuri
Perbandingan yang baik antara alloy dan merkuri
adalah satu hal yang dapat memberikan hasil massa
amalgam yang baik untuk restorasi dan disertai
dengan waktu pengadukan yang normal.
Pengaruh yang sangat besar dari hasil restorasi de-
ngan amalgam adalah jumlah Hg yang tertinggal
pada restorasi amalgam tergantung dari faktor
-faktor :
1. Perbandingan antara alloy dan Hg
2. Triturasi
3. Banyaknya Hg yang dikeluarkan sebelum kondensasi
4. Lama dan tekanan kondensasi.
Pada umumnya perbandingan alloy dan Hg adalah dalam
berat dan angka terbesar untuk Hg. Perbandingan pada
umumnya adalah 5 : 8 sebelum triturasi dan menjadi
5 : 5 ( 1 : 1 ) setelah restorasi selesai.
Eames (1959) mengemukakan teori / teknik pemakaian
Hg seminimal mungkin. Beliau memakai perbandingan
1 : 1 untuk alloy dan Hg. Perbandingan ini hanya dapat
dilakukan dengan mechanical amalgamation. Pada
sistem ini tidak perlu mengeluarkan kelebihan Hg
setelah triturasi, maupun memakai tekanan kondensasi
yang besar untuk mengeluarkan sisa Hg dalam restorasi
amalgam.
Untuk mendapat restorasi amalgam yang baik harus
mengikuti instruksi dari pabrik dengan tepat dan
cermat. Perbandingan yang tepat harus diukur sebelum
triturasi, penambahan Hg setelah triturasi dimulai akan
menyebabkan : kekuatan berkurang dan mudah korosi.
Untuk mendapat perbandingan yang tepat dipa-
kai berbagai alat dan cara :
1. Berdasarkan Berat : ditimbang dengan timbangan
Crescent and Ash, kemudian di triturasi dengan mortar
dan pestle.
2. Berdasarkan Volume : diukur dengan Baker propor-
tioner amalganom (Heimerle & Meule) atau S.S.
White proportioner.
3. Alloy-nya sudah ditimbang di pabrik dan dijual dalam
berbagai bentuk :
- dalam amplop cellophane : Sigrens (6gr) S.S. White
- dalam bentuk kapsul : Amalcap, bentuk ini sudah
ada Hg-nya, yang dipisahkan dari alloy-nya dengan
sekat . Triturasi dilakukan dengan cara mechanical,
misalnya pakai Silamat.
- bentuk tablet : Aristalloy tablets
4. Dengan alat dimana perbandingan alloy dan Hg
dapat diatur dan sekaligus dipakai sebagai mecha-
nical trituration. Misalnya dentomat dari Degusa
Trituration / Triturasi
Triturasi adalah prosedur pencampuran dental alloy de-
ngan merkuri (Hg)
Sebelum triturasi dilakukan maka perlu dipersiapkan
alat – alat yang diperlukan, baik untuk triturasi
maupun untuk kondensasi, sehingga tidak ada
interupsi pada waktu triturasi dan kondensasi, serta
dapat melakukan restorasi amalgam dengan baik.
Triturasi dapat dilakukan dengan 3 cara :
1. Memakai mortar dan pestle (hand trituration)
2. Memakai mesin (mechanical trituration)
3. Memakai jari-jari (finger stall trituration).
Triturasi memakai mortar dan pestle
Mortar dan pestle mempunyai beberapa bentuk, ukuran
dan bahan pembuatnya.
Mortar mempunyai berbagai bentuk antara lain:
1. Yang bagian dasar tengahnya oval / parabol
2. Yang bagian dasar tengahnya menonjol
3. Yang bagian dasar tengahnya datar.
Ukuran : berbeda-beda besar kecilnya.
Bahan untuk membuat mortal dan pestle dapat dari:
- logam (metal)
- porselen
- kaca
Mortar dan pestle untuk mengaduk dental alloy de-
ngan merkuri (Hg) secara hand trituration.
Bentuk pestle disesuaikan dengan bentuk mortarnya.
Beratnya berkisar antara ¼ s/d 7 gram.
Mortar dan pestle yang baru hendaknya dibikin kasar
lebih dahulu dengan memakai bubuk carborundum di-
campur air, digosokkan selama beberapa menit, sehing-
ga permukaannya menjadi kasar.
Pada pemakaian yang terus–menerus akan menyebab-
kan permukaan kedua-duanya menjadi halus, maka
harus dibikin kasar kembali.
Dengan permukaan yang kasar dari mortar dan pestle,
bertujuan untuk mendapatkan campuran amalgam yang
lebih uniform.
Diantara ketiga macam mortar, yang terbaik dan paling
efektif dipakai adalah mortar dengan dasar tengahnya
berbentuk oval / parabol dan pakai pestle yang sesuai.
Mortar yang bagian dasar tengahnya menonjol, tidak
begitu baik sebab adukan tidak merata.
Untuk pengadukan amalgam yang banyak, dipakai
mortar yang besar, kalau sedikit pakailah yang kecil.
Alloy dan Hg yang telah ditimbang dengan perbanding-
an yang tepat, dimasukkan ke dalam mortar dan
digerus dengan pestle.
Waktu pencampuran dalam mortar ± 25 – 45 detik dan
20 - 30 detik untuk hand mulling.
Cara memegang pestle ada dua macam :
1. Secara pen grasp : seperti memegang pena dengan te-
kanan kecil. Tekanan kira-kira 2 pound (± 1 kg) yang
memungkinkan operator memegang pestle dengan
keras dan kecepatan mencampur yang tinggi. Tekanan
yang ringan ini hanya jatuh pada alloy dan Hg yang
dicampur.
2. Secara palm grasp : tekanan kira-kira 4 pound (± 2 kg),
bila pestle dipegang tidak terlampau keras. Sebab te-
kanan besar, maka kita mencampur amalgam dengan
kecepatan yang lebih rendah dari pada cara pen grasp.
Pada palm grasp, secara tidak sadar kita menekan
amalgam ke dinding mortar. Lebih baik mencampur
secara pen grasp dari pada palm grasp.
Untuk mendapatkan hasil restorasi amalgam yang baik,
maka sebaiknya dipakai cara mencampur, tekanan,
kecepatan dan cara memegang pestle yang konsisten.
Agar supaya tekanan mencampur dan kecepatan menga-
duk sama, maka sebaiknya menempatkan mortar pada
tempat yang konstan atau di atas meja selama penga-
dukan.
Cara ini lebih baik dari pada memegang mortar dan
pestle di atas tangan pada waktu mengaduk amalgam.
Bila dipegang dengan tangan akan naik turun dan dida-
patkan tekanan yang tidak konstan serta kecepatan
mengaduk yang tidak sama.
Pada pemakaian mortar yang permukaannya kasar,
dengan tekanan dan kekuatan mencampur yang tepat,
maka akan didapatkan massa amalgam yang kwalitas-
nya setara dengan pencampuran secara mekanik
Untuk menghasilkan amalgam yang baik mutu-
nya, maka :
Triturasi = kecepatan pestle X tekanan pestle X waktu
1. Kecepatan : kecepatan putaran dapat dikontrol dengan
cara memegang pestle. Pen grasp, kecepatannya
± 200 rpm
2. Tekanan : tekanan yang baik ± 2 – 4 lb (pound)
3. Waktu : ± 25 – 45 detik, waktu rata-rata 35 detik. Pe-
ngurangan atau penambahan waktu triturasi berkisar ±
5 detik. Bila waktu triturasi diperpanjang sedangkan
faktor-faktor lain konstan, maka akan menghasilkan
amalgam dengan kontraksi yang cukup besar. Sebalik-
nya waktu triturasi diperpendek akan menghasilkan
amalgam dengan ekspansi yang berlebihan. Waktu
triturasi tidak banyak berpengaruh pada perubahan
sifat flow amalgam.
Cara Pengadukan / Pencampuran :
Alloy dan Hg yang telah ditimbang, dimasukkan di dalam
mortar, kemudian diaduk dengan pestle yang
dipegang secara pen grasp atau palm grasp.
Pengadukan dimulai di bagian tengah dengan gerakan
memutar yang cepat. Lingkaran makin lama makin
membesar, sampai menyentuh dinding mortar,
kemudian kembali ketengah. Hal ini terus dilakukan
sampai semua alloy telah dibasahi dengan Hg. Dalam
keadaan ini massa alloy + Hg tersebut cenderung
untuk menempel pada tepi mortar. Ketukan yang
ringan pada mortar akan mengumpulkan massa
amalgam tersebut kembali kebagian tengah.
Akhir dari triturasi dengan hasil yang baik / normal mix
terlihat sebagai berikut :
1. Tidak ada lagi partikel alloy yang kering
2. Massa amalgam yang homogen
3. Massa amalgam tidak melekat pada dinding mortar.
Hasil dari campuran ada 3 macam :
1. Under mix / Under worked amalgam : pencampuran
yang kurang. Pada keadaan ini didapatkan massa cam-
puran amalgam yang nampaknya ke abu-abuan, agak
kering, amalgam rapuh sekali, mengalami kesulitan
waktu melakukan kondensasi dan carving, tepi resto-
rasi cepat hancur. Restorasi amalgam semacam ini
cepat aus (korosi) serta ekspansinya besar dan mudah
terjadi tarnish.
2. Normal mix / normal worked amalgam : pencampuran
yang normal. Pada keadaan ini didapatkan massa cam-
puran amalgam kelihatan halus dan permukaannya
mengkilap serta tidak lekat pada mortar. Jika mortar
digoyang-goyangkan maka campuran akan menjadi
satu seperti bola tanpa sedikitpun dari massa amal-
gam lekat pada mortar. Sesudah mengeras, kekuatan
restorasi amalgam ini maksimal, permukaannya lebih
halus waktu dilakukan carving. Hasil pemolesan akan
mengkilap dan tahan lama.
Hasil triturasi normal mix
3. Over mix / over worked amalgam : pencampuran
yang berlebihan. Keadaan ini didapatkan jika
massa amalgam dicampur sampai melekat pada
dinding mortar dan tidak dapat diambil dengan
mudah. Menghasilkan restorasi dengan kontraksi
yang tidak sama besarnya, tergantung dari tipe
alloy yang dipakai. Pada over mix, massa amal-
gam terlalu plastis, sehingga sulit untuk mela-
kukan kondensasi.
Jika kesalahan terjadi pada waktu pengadukan,
maka lebih baik terjadi over mix dari pada under
mix, sebab konsekwesinya lebih kecil.
Beberapa sarjana menjelaskan pentingnya normal
mix amalgam, sebab campuran amalgm yang un-
der mix atau over mix akan mempengaruhi peru-
bahan dimensi, flow dan strength dari amalgam.
Mereka berpendapat pula bahwa speed, force dan
time (lamanya pengadukan) pada triturasi dapat
merubah sifat amalgam.
Selama melakukan triturasi, mortar dan pestle harus
kering dan bersih, demikian pula kavitas yang akan
direstorasi
Hindarkan kontak antara amalgam pada waktu triturasi
dan sebelum kondensasi selesai dengan benda-benda
yang basah dan kotor, termasuk tangan.
Pada kavitas yang basah dapat menyebabkan marginal
leakage dan dengan adanya cairan pada massa amal-
gam menyebabkan kekuatan berkurang serta exces-
sive delayed expansion.
Triturasi dengan Mesin / Mechanical Trituration
Triturasi dilakukan dengan memakai mesin yang disebut
amalgamator. Prinsip alat ini sama yaitu adanya kapsul
yang berfungsi sebagai mortar dan di dalamnya ada metal
yang berbentuk silindris dengan diameter kecil dan ber-
fungsi sebagai pestle. Sejumlah alloy dan Hg yang telah
ditimbang dengan baik dimasukkan ke dalam kapsul. Alat
ini mempunyai pengukur waktu otomatis dan dapat
diputar menurut kebutuhan. Kapsul akan digoncangkan
secara mekanik.
Kadang-kadang setelah selesai “pestle” diambil dan go-
yangan dilanjutkan beberapa detik dengan maksud agar
massa lebih homogen dan dapat dikumpulkan, sehingga
mudah diambil.
Untuk semua macam amalgamator, waktu yang diperlu-
kan berkisar 6 – 18 detik.
Keuntungan triturasi dengan amalgamator :
1. Ada keseragaman dalam pencampuran sehingga
campuran amalgam lebih homogen
2. Waktu lebih singkat
3. Tidak tergantung pada force (tekanan)
Keburukannya : sering terjadi over mix.
Dari hasil penelitian ternyata bahwa ada sedikit atau
hampir tidak ada perbedaan yang nyata dalam sifat
flow maupun kekuatan dari amalgam yang dicampur
dengan cara mekanik maupun tangan (mortar &
pestle) asal saja dilakukan dengan baik.
Finger Stall Trituration
Salah satu kekurangan pada pemakaian mortar dan
pestle adalah bahwa tidak semua partikel alloy berkon-
tak dengan Hg di bawah tekanan pestle, sehingga
cenderung untuk mendapat campuran amalgam yang
tidak homogen.
Untuk menghindari ini maka amalgamasi dilakukan
dengan memasukkan alloy dan Hg yang telah ditetap-
kan rationya ke dalam sepotong sarung tangan karet,
kemudian ditekan - tekan dengan jari tangan selama
1 menit. Dengan cara ini diharapkan untuk mendapat
campuran alloy dan Hg yang lebih homogen.
Ada beberapa dental alloy yang dengan mudah menga-
lami amalgamasi dengan cara ini, tetapi ada yang sukar.
Pada cara ini diperlukan latihan dan pengalaman. Dahu-
lu cara ini banyak dipakai dinegeri Inggris, sekarang ja-
rang dipakai.
Pada percobaan ternyata amalgam setelah triturasi,
baik dengan tangan atau cara mekanik, sebelum kele-
bihan Hg dikeluarkan, akan memberikan ciri-ciri
sebagai berikut :
1. Massa amalgam harus dapat mencetak sidik jari dan
sidik tersebut tetap bertahan.
- Bila tidak dapat mencetak sidik jari, maka tandanya
amalgam tersebut terlalu kering, tidak homogen dan
under mix
- Bila sidik iari dapat terbentuk tetapi segera hilang,
maka massa amalgam tersebut terlalu plastis atau
over mix
2. Massa amalgam yang baik dapat digulung dengan ibu
jari, sehingga berupa tambang / batang yang halus dan
ujungnya tumpul. “Tambang” ini digulung tanpa putus
atau terpisah-pisah. Hal ini menunjukkan adanya
homogenitas.
- Bila terputus - putus maka massa amalgam terlalu
plastis dan over mix
- Bila “tambang” tidak halus, tetapi berlapis - lapis,
ti-dak homogen, maka ini menunjukkan under mix.
3. Massa amalgam dibentuk menjadi bola. Bila bola amal-
gam ini dijatuhkan pada permukaan yang keras de-
ngan ketinggian 10 inci, maka harus terbentuk se-
tengah lingkaran / bulatan.
- Bila hanya terbentuk lempengan, maka massa terse-
but over mix
- Bila ternyata hanya terjadi sedikit lempengan pada
sisi yang berkontak dengan permukaan yang keras,
maka massa amalgam tersebut under mix.

Tetapi percobaan ini tidak dapat dilakukan bila hendak


melakukan restorasi, sebab sudah pasti massa amal-
gam akan berkontak dengan kotoran / cairan.
Mengeluarkan Kelebihan Hg dari Massa Amal-
gam sebelum Kondensasi
Adanya kelebihan Hg pada massa amalgam disebut pre-
condensation mercury. Kelebihan Hg ini diambil setelah
triturasi selesai (mixing sempurna), sebelum kondensasi
dimulai.
Mulling adalah istilah yang dipakai untuk menyelesaikan
proses triturasi, dengan cara memerasnya memakai
telunjuk dan ibu jari dalam sepotong sarung tangan karet,
squeeze cloth ( kain kasa ) atau sepotong rubber dam
sheet, untuk mengeluarkan kelebihan Hg dari massa
amalgam.
Massa amalgam yang telah siap untuk dikondensasikan,
dibagi-bagi dalam beberapa bagian kecil-kecil.
Ada 3 cara mengeluarkan kelebihan Hg :
1. Dengan tekanan telunjuk ibu jari (thumb and finger
pressure)
2. Dengan tekanan jari-jari dan squeeze cloth (squeeze
cloth and finger pressure)
3. Dengan squeeze cloth dan tekanan dari jepitan
pinset.
Material yang keluar pada waktu memeras amalgam,
98% adalah Hg dan sebagian kecil partikel alloy.
Penambahan Hg pada massa amalgam yang telah me-
ngeras dengan melanjutkan proses triturasi dan hand
mulling tidak boleh dilakukan, sebab akan merusak
ratio alloy dan Hg.
Hand Mulling dilakukan dengan maksud untuk men-
dapatkan amalgam yang homogen. Disamping itu
hand mulling diperlukan untuk mengumpulkan
amalgam yang telah ditriturasi menjadi satu
campuran, terutama setelah pengadukan secara
mekanik dengan amalgamator.
Waktu yang diperlukan untuk hand mulling berkisar
antara 2 – 5 detik.
Condensation ( Kondensasi ) Amalgam
Kondensasi : prosedur memasukkan massa amalgam
yang telah ditriturasi dengan sempurna ke dalam
kavitas yang telah dipreparasi dengan baik, bersih
dan kering. Kondensasi harus segera dilakukan
setelah triturasi dan harus dilangsungkan secepat
mungkin.
Tujuan kondensasi :
1. Mendapatkan adaptasi yang baik dari amalgam
terhadap dinding kavitas dan mengisi sudut kavitas
2. Mengeluarkan kelebihan Hg dari massa amalgam
3. Menyatukan massa amalgam, sehingga mendapat
massa yang lebih padat dan homogen.
Bila dibutuhkan amalgam banyak, sebab kavitas besar,
maka sebaiknya dilakukan triturasi berulang-ulang.
Hal ini untuk :
1. Menghindari / mencegah interupsi pada proses
pengerasan amalgam
2. Adaptasi yang lebih baik pada dinding kavitas
3. Mengontrol jumlah Hg dalam kavitas, sebab makin
banyak Hg tertinggal dalam kavitas, maka ekspansi
bertambah besar, flow bertambah besar, kekuatan
berkurang.
Menurut Harvey (1946) dan Nosteller (1950) waktu kon-
densasi maksimum 3 menit setelah triturasi selesai.
Hal ini penting, sebab bila sampai terjadi keterlambat-
an melakukan kondensasi, maka sudah ada sebagian
amalgam yang mengeras sebelum dimasukkan ke da-
lam kavitas. Bila hal ini terjadi, maka akan mengalami
kesulitan waktu melakukan kondensasi dan kekuatan
amalgam juga akan berkurang.
Makin banyak Hg yang tertinggal pada waktu konden-
sasi, maka ekspansi bertambah besar, flow bertam-
bah besar, kekuatan restorasi amalgam berkurang.
Untuk mendapatkan adaptasi yang baik terhadap din-
ding kavitas, maka perlu pengeluaran Hg yang ber-
lebihan, supaya mendapat restorasi yang padat, kuat
dan homogen.
Pada waktu kondensasi, sedapat mungkin mengeluar-
kan Hg yang berlebihan, yaitu dengan memakai te-
kanan.

Kondensasi dapat dilakukan secara :


1. Hand pressure condensation ( dengan tangan )
2. Mechanical condensation
Hand Pressure Condensation (dengan tangan)
Diperlukan alat yang disebut amalgam stopper / amal-
gam carrier / condenser. Alat ini bentuk dan besarnya
bermacam-macam, kecil, sedang dan besar.
Diameter ada : 1 mm, 1½ mm, 2 mm, yang optimum
antara 2 – 3 mm
Bentuk permukaannya : oval, bulat, segitiga, trape-
sium dan lain-lain.
Ujung amalgam stopper ada yang kasar dan ada yang
halus.
Pemakaian alat ini disesuaikan dengan bentuk kavitas
yang akan direstorasi.
Kondensasi yang baik, bila melakukan :
1. Membagi-bagi amalgam menjadi bagian-bagian kecil.
Sebelum dimasukkan ke dalam kavitas, tiap bagian
tersebut dikeluarkan kelebihan Hg nya, baru kemudian
dimasukkan ke dalam kavitas. Tekanan kondensasi
pada permukaan yang baru dimasukkan juga memban-
tu mengeluarkan kelebihan Hg.
2. Memakai alat yang tepat, sehingga semua amalgam
mengisi / mencapai semua internal line angle
3. Memakai tekanan sebesar mungkin, merata dan sama
kuat, tanpa membahayakan pulpa, tanpa menimbulkan
rasa sakit serta tanpa merusak matrix band
4. Mengisi agak lebih banyak, sebab kelebihan Hg yang
keluar pada permukaan restorasi dapat diambil pada
waktu carving, sehingga meninggalkan lapisan permu-
kaan yang mempunyai kadar Hg seminimal mungkin
dan memperoleh adaptasi yang baik pada cavo surface
line angle.
Cara Melakukan Kondensasi
Setelah preparasi kavitas gigi selesai, maka kavitas
diberi basis pada dasarnya.
Dipersiapkan amalgam stopper dengan diameter sesuai
dengan besar kavitas tersebut.

Sebelum dilakukan kondensasi maka perlu diperhatikan


bahwa kavitas sudah kering, dan selama kondensasi
harus dijaga kavitas tidak terkontaminasi dengan cairan
saliva.
Mula-mula dipakai amalgam stopper yang kecil, amal-
gam dimasukkan ke dalam kavitas sedikit demi sedikit.
Kemudian ditekan pada bagian tengah dan diarahkan
kearah lateral (tepi sudut) kavitas.
Selanjutnya dipakai amalgam stopper yang agak besar
dan terus berganti-ganti sampai seluruh kavitas penuh
terisi amalgam.
Tujuan Kondensasi : untuk mendapatkan kontak yang
baik antara amalgam dengan amalgam dan bukan kon-
tak dengan Hg yang tipis dan mengumpul pada permu-
kaan, karena kondensasi yang salah.
Kekuatan yang dipakai harus sebesar mungkin dan
disesuaikan dengan daerah kerja, tergantung pada
bentuk dan letak kavitas.
Pada kavitas kelas II, dimana dipakai matrix band,
maka untuk dapat mengatasi kekuatan tekanan kon-
densasi, perlu diperhatikan tekanan yang diberikan
tidak boleh sampai merusak matrix band yang dipakai.
Pada kondensasi setiap bagian dari massa amalgam
yang dipakai untuk restorasi harus diberi tekanan :
1. Sebesar mungkin
2. Dilakukan secara merata
3. Sama kuat
4. Tanpa mengakibatkan pasien kesakitan
5. Tidak merusak matrix band
6. Dan besarnya tekanan ± 4 – 5 kg.
Cara Pemasangan Matriks Band dengan
Wedge yang Benar
Pemasangan Matrix band and holder
Dilakukan kondensasi amalgam
Penyelesaian Restorasi Amalgam
Penyelesaian Pendahuluan / Preliminary carving
Pada formula alloy yang baru (misalnya dispers system
alloy dan beberapa micro cut alloy) tidak perlu me-
nunggu untuk penyelesaian restorasi amalgam. Tetapi
pada fine cut dan spherical alloy, kadang-kadang ha-
rus menunggu ± 5 menit untuk mulai menyelesaikan-
nya.
Pada restorasi amalgam kelas II, sebelum matrix band
dilepas, maka restorasi amalgam pada daerah proksi-
mal (marginal dan gingival) harus diselesaikan lebih
dahulu, demikian pula pengukiran secara kasar bagian
oklusalnya. Hal ini dilakukan untuk mempermudah pe-
lepasan matrix band dan mencegah pecahnya restora-
si amalgam. Pelepasan matrix band harus lurus kearah
bukal atau lingual.
Bila pelepasan dilakukan lurus kearah oklusal, maka
dapat mengakibatkan restorasi fraktur pada marginal
ridge.
Setelah matrix band dilepas maka daerah gingiva
harus diperiksa lebih dahulu. Kelebihan amalgam
pada gingival margin dapat diambil dengan sonde
yang berujung tajam dan melengkung
Lamanya waktu untuk carving tergantung dari macam
alloy yang dipakai.
Carving instrument yang biasa dipakai :
1. Spoon excavator no. 26, untuk menghilangkan
amalgam pada bagian oklusal
2. Ward’s C stainless carver, untuk bagian marginal
ridge
3. Cleoid-discoid carver, untuk line angle
4. Antomical burnisher, untuk developmental groove.
Final Carving
Dilakukan bila restorasi amalgam sudah cukup keras.
Carving dilakukan dengan alat-alat yang tajam,
sehingga pada waktu pengukiran timbul suara scraping
atau ringing.
Carving dilakukan dengan alat yang tepat dan sesuai
sepanjang tepi email – amalgam dimana sebagian dari
alat berada pada email. Pengukiran tidak boleh dilaku-
kan dari arah amalgam ke email, demikian sebaliknya,
sebab akan membuat restorasi menjadi jelek.
Pada Carving harus diperhatikan :
1. Bentuk anatomi dikembalikan seperti semula. Groove
harus dibentuk untuk proses pengunyahan dan me-
ngalirnya makanan serta saliva (bukal / lingual groove).
Tetapi groove ini juga tidak boleh terlalu dalam karena
akan sukar dipoles halus dan akan menjadi retensi sisa
makanan.
2. Fungsional contact dengan gigi antagonisnya, dengan
cara pasien disuruh oklusi dan mengunyah, terjadi
ketinggian atau tidak. Untuk melihat ini dipakai
articulating paper (biasanya berwarna biru / merah),
diletakkan pada permukaan oklusal gigi yang dires-
torasi, kemudian pasien disuruh mengunyah, dilihat
apa ada bekas warna biru / merah sangat tebal pada
restorasi. Bila ada maka bagian tersebut dihilangkan
dengan carving, sampai seluruh permukaan restorasi
di oklusal mempunyai warna rata. Akibat ketinggian
restorasi akan terjadi traumatic occlusion.
3. Relasi dengan gigi tetangga
4. Disamping itu harus diingat usia pasien. Pada pasien
yang sudah lanjut usia, cusp tidak perlu terlalu tinggi.
Finishing dan Polishing (Pemolesan) Amalgam
Memoles restorasi amalgam dilakukan minimal 24 jam
setelah restorasi. Tahap ini penting dan jangan
dilalaikan. Pemolesan restorasi amalgam tidak dapat
dilakukan bersamaan dengan waktu restorasi, sebab
itu prosedur ini sering dilalaikan.
Pemolesan penting untuk :
1. Cosmetic, menghindari diskolorisasi restorasi dan
gigi
2. Mencegah korosi pada restorasi, sehingga restorasi
dapat tahan lama
3. Mempertahankan kebersihan, sebab restorasi yang
kasar akan merupakan tempat sisa makanan berkum-
pul.
Untuk pemolesan dipakai :
1. Carborundum stone : untuk pengambilan amalgam
yang ketinggian dan membentuk margin yang baik
2. Finier atau finishing bur : untuk menghaluskan permu-
kaan restorasi
3. Rubber : untuk menghaluskan dan mengkilatkan, dipa-
kai bersama dengan pumice dan air
4. Brush yang halus : untuk mengkilatkan, dipakai ber-
sama dengan kryt dan air.
Disamping alat-alat tersebut di atas untuk restorasi ke-
las II dipakai juga :
1. Polishing strip : yang khusus untuk amalgam
2. Sand paper disk : untuk bagian proksimal.
Pemolesan harus dilakukan dengan :
1. Tekanan yang ringan dan rata
2. Tidak bekerja pada satu tempat, sebab akan meru-
sak bentuk anatomi yang telah dibuat dan menghin-
dari terjadinya panas.
Pada waktu memoles harus dihindarkan panas yang
berlebihan, sebab panas di atas 65º C akan:
1. Menarik Hg ke permukaan, sehingga lapisan yang
teratas akan banyak mengandung Hg. Akibatnya : ke-
kuatan amalgam berkurang, flow bertambah dan
amalgam kelihatan lebih berkilat dari pada yang
sesungguhnya
2. Membahayakan pulpa gigi (thermal shock).
Bila pemolesan sebelum 24 jam maka restorasi : tidak
dapat mengkilat, permukaan tidak kuat dan lembek
serta kasar.
Setelah 24 jam restorasi amalgam dapat dipoles
Tujuan Polishing
1. Untuk mendapatkan restorasi amalgam yang meng-
kilat dalam waktu lama dan lebih mudah dibersihkan.
Pada permukaan kasar terdapat microscopic pit,
dimana akan mudah tertimbun asam dan makanan ha-
lus yang memudahkan terjadinya tarnish dan korosi.
2. Mendapatkan restorasi amalgam lebih kuat.
3. Menghilangkan amalgam yang overhanging, agar su-
paya permukaan amalgam sesuai dengan permukaan
email gigi.
Suatu restorasi amalgam yang baik harus dapat berta-
han selama 5 s/d 25 tahun atau lebih, pada pemakai-
annya di dalam mulut.
Kegagalan pada Restorasi Amalgam
1. Preparasi kavitas yang kurang baik
2. Ratio Hg – alloy yang tidak tepat
3. Cara triturasi tidak betul, sehingga mendapatkan cam-
puran tidak homogen
4. Cara precondensation mercury dan kondensasi yang
salah
5. Adanya kontaminasi dengan cairan mulut atau kotor-
an dapat menyebabkan delayed expansion
6. Finishing dari amalgam tidak betul, disini termasuk
carving dan polishing yang tidak licin, memudahkan
terjadinya korosi
7. Adanya restorasi emas dan amalgam yang berkontak
satu sama lain, sehingga menyebabkan korosi restora-
si amalgam.
Tarnish : restorasi amalgam terlihat buram disebab-
kan adanya lapisan tipis di atasnya yang menyebab-
kan perubahan warna. Lapisan ini tidak lunak atau
keras seperti calculus atau plaque, yang makin lama
makin gelap. Biasanya terjadi pada restorasi amal-
gam yang permukaannya kasar dan tidak dipoles.
Tarnish mudah dihilangkan dengan memoles restorasi
tersebut.

Corrosion (Korosi) : aus / karat, dapat dibedakan :


1. Chemical corrosion : terjadi karena adanya reaksi
antara logam dan elemen non logam. Reaksinya da-
pat bersifat oksidasi, halogenisasi dan sulfurisasi.
2. Electrolitic corrosion : disebabkan : a. Amalgam tidak
homogen dapat menyebabkan perbedaan potensial
dengan saliva sebagai elektrolit; b. Ada kontak antara
dua restorasi logam berbeda jenisnya, misalnya res-
torasi amalgam dan emas.

Anda mungkin juga menyukai