Oleh
Surjosubandoro Widjaja
Staf Pengajar Konservasi Gigi
FKG Universitas Trisakti
2007
Buku Wajib :
1. Sturdevant’s Art & Science of Operative Dentistry,
Fifth edition, Theodore M. Roberson, Harald O.
Heymann, Edward J.Swift,Jr., Mosby Inc. 2006.
2. Textbook of Operative Dentistry, Third edition, Lloyd
Baum, Ralph W. Phillips dan Melvin R. Lund, W.B.
Saunders Company, 1995.
3. Silver Amalgam in Clinical Practice, Second edition,
I.D. Gainsford, John Wright & Sons Ltd, 1976.
4. Atlas of Operative Dentistry, Third edition, William
W. Howard dan Richard C. Moller, The C.V. Mosby
Company, 1981.
Pendahuluan :
Dental Amalgam merupakan bahan restorasi campuran
dari silver/tin/copper alloy dan mercury (Hg).
Campuran yang lunak ini dikondensasikan ke dalam ka-
vitas gigi yang telah dipreparasi dan restorasi tersebut
dibentuk sesuai dengan anatomi gigi dan fungsinya.
Bila bahan telah mengeras, gigi dapat berfungsi kembali
dengan restorasi silver-colored restoration.
Definisi :
Dental Alloy adalah campuran dari dua logam (metal)
atau lebih, dengan secara pemanasan dan diperdagang-
kan sebagai butir-butir yang sangat halus atau serbuk.
Biasanya terdiri dari logam Ag. Sn, Cu, Zn dan lain-lain.
Dental Amalgam (amalgam) adalah hasil pencampuran
antara dental alloy dengan merkuri (Hg = air raksa).
Amalgamation (amalgamasi) adalah proses pencampur-
an dental alloy dengan merkuri.
Trituration (triturasi) adalah prosedur pengadukan
(pengerusan) antara dental alloy dengan merkuri.
Condensation (kondensasi) adalah prosedur memasuk-
kan hasil triturasi yang merupakan massa amalgam
yang plastis ke dalam kavitas gigi yang telah dipre-
parasi.
Dental amalgam hingga kini masih banyak
dipakai untuk restorasi gigi yang rusak
karena karies, sebab:
1. Cukup keras dan kuat terhadap tekanan kunyah
2. Tidak mempengaruhi kesehatan tubuh
3. Mudah cara mengerjakannya
4. Murah dibandingkan dengan bahan restorasi gigi
lainnya.
Perbandingan (ratio) Alloy dan Merkuri
Perbandingan yang baik antara alloy dan merkuri
adalah satu hal yang dapat memberikan hasil massa
amalgam yang baik untuk restorasi dan disertai
dengan waktu pengadukan yang normal.
Pengaruh yang sangat besar dari hasil restorasi de-
ngan amalgam adalah jumlah Hg yang tertinggal
pada restorasi amalgam tergantung dari faktor
-faktor :
1. Perbandingan antara alloy dan Hg
2. Triturasi
3. Banyaknya Hg yang dikeluarkan sebelum kondensasi
4. Lama dan tekanan kondensasi.
Pada umumnya perbandingan alloy dan Hg adalah dalam
berat dan angka terbesar untuk Hg. Perbandingan pada
umumnya adalah 5 : 8 sebelum triturasi dan menjadi
5 : 5 ( 1 : 1 ) setelah restorasi selesai.
Eames (1959) mengemukakan teori / teknik pemakaian
Hg seminimal mungkin. Beliau memakai perbandingan
1 : 1 untuk alloy dan Hg. Perbandingan ini hanya dapat
dilakukan dengan mechanical amalgamation. Pada
sistem ini tidak perlu mengeluarkan kelebihan Hg
setelah triturasi, maupun memakai tekanan kondensasi
yang besar untuk mengeluarkan sisa Hg dalam restorasi
amalgam.
Untuk mendapat restorasi amalgam yang baik harus
mengikuti instruksi dari pabrik dengan tepat dan
cermat. Perbandingan yang tepat harus diukur sebelum
triturasi, penambahan Hg setelah triturasi dimulai akan
menyebabkan : kekuatan berkurang dan mudah korosi.
Untuk mendapat perbandingan yang tepat dipa-
kai berbagai alat dan cara :
1. Berdasarkan Berat : ditimbang dengan timbangan
Crescent and Ash, kemudian di triturasi dengan mortar
dan pestle.
2. Berdasarkan Volume : diukur dengan Baker propor-
tioner amalganom (Heimerle & Meule) atau S.S.
White proportioner.
3. Alloy-nya sudah ditimbang di pabrik dan dijual dalam
berbagai bentuk :
- dalam amplop cellophane : Sigrens (6gr) S.S. White
- dalam bentuk kapsul : Amalcap, bentuk ini sudah
ada Hg-nya, yang dipisahkan dari alloy-nya dengan
sekat . Triturasi dilakukan dengan cara mechanical,
misalnya pakai Silamat.
- bentuk tablet : Aristalloy tablets
4. Dengan alat dimana perbandingan alloy dan Hg
dapat diatur dan sekaligus dipakai sebagai mecha-
nical trituration. Misalnya dentomat dari Degusa
Trituration / Triturasi
Triturasi adalah prosedur pencampuran dental alloy de-
ngan merkuri (Hg)
Sebelum triturasi dilakukan maka perlu dipersiapkan
alat – alat yang diperlukan, baik untuk triturasi
maupun untuk kondensasi, sehingga tidak ada
interupsi pada waktu triturasi dan kondensasi, serta
dapat melakukan restorasi amalgam dengan baik.
Triturasi dapat dilakukan dengan 3 cara :
1. Memakai mortar dan pestle (hand trituration)
2. Memakai mesin (mechanical trituration)
3. Memakai jari-jari (finger stall trituration).
Triturasi memakai mortar dan pestle
Mortar dan pestle mempunyai beberapa bentuk, ukuran
dan bahan pembuatnya.
Mortar mempunyai berbagai bentuk antara lain:
1. Yang bagian dasar tengahnya oval / parabol
2. Yang bagian dasar tengahnya menonjol
3. Yang bagian dasar tengahnya datar.
Ukuran : berbeda-beda besar kecilnya.
Bahan untuk membuat mortal dan pestle dapat dari:
- logam (metal)
- porselen
- kaca
Mortar dan pestle untuk mengaduk dental alloy de-
ngan merkuri (Hg) secara hand trituration.
Bentuk pestle disesuaikan dengan bentuk mortarnya.
Beratnya berkisar antara ¼ s/d 7 gram.
Mortar dan pestle yang baru hendaknya dibikin kasar
lebih dahulu dengan memakai bubuk carborundum di-
campur air, digosokkan selama beberapa menit, sehing-
ga permukaannya menjadi kasar.
Pada pemakaian yang terus–menerus akan menyebab-
kan permukaan kedua-duanya menjadi halus, maka
harus dibikin kasar kembali.
Dengan permukaan yang kasar dari mortar dan pestle,
bertujuan untuk mendapatkan campuran amalgam yang
lebih uniform.
Diantara ketiga macam mortar, yang terbaik dan paling
efektif dipakai adalah mortar dengan dasar tengahnya
berbentuk oval / parabol dan pakai pestle yang sesuai.
Mortar yang bagian dasar tengahnya menonjol, tidak
begitu baik sebab adukan tidak merata.
Untuk pengadukan amalgam yang banyak, dipakai
mortar yang besar, kalau sedikit pakailah yang kecil.
Alloy dan Hg yang telah ditimbang dengan perbanding-
an yang tepat, dimasukkan ke dalam mortar dan
digerus dengan pestle.
Waktu pencampuran dalam mortar ± 25 – 45 detik dan
20 - 30 detik untuk hand mulling.
Cara memegang pestle ada dua macam :
1. Secara pen grasp : seperti memegang pena dengan te-
kanan kecil. Tekanan kira-kira 2 pound (± 1 kg) yang
memungkinkan operator memegang pestle dengan
keras dan kecepatan mencampur yang tinggi. Tekanan
yang ringan ini hanya jatuh pada alloy dan Hg yang
dicampur.
2. Secara palm grasp : tekanan kira-kira 4 pound (± 2 kg),
bila pestle dipegang tidak terlampau keras. Sebab te-
kanan besar, maka kita mencampur amalgam dengan
kecepatan yang lebih rendah dari pada cara pen grasp.
Pada palm grasp, secara tidak sadar kita menekan
amalgam ke dinding mortar. Lebih baik mencampur
secara pen grasp dari pada palm grasp.
Untuk mendapatkan hasil restorasi amalgam yang baik,
maka sebaiknya dipakai cara mencampur, tekanan,
kecepatan dan cara memegang pestle yang konsisten.
Agar supaya tekanan mencampur dan kecepatan menga-
duk sama, maka sebaiknya menempatkan mortar pada
tempat yang konstan atau di atas meja selama penga-
dukan.
Cara ini lebih baik dari pada memegang mortar dan
pestle di atas tangan pada waktu mengaduk amalgam.
Bila dipegang dengan tangan akan naik turun dan dida-
patkan tekanan yang tidak konstan serta kecepatan
mengaduk yang tidak sama.
Pada pemakaian mortar yang permukaannya kasar,
dengan tekanan dan kekuatan mencampur yang tepat,
maka akan didapatkan massa amalgam yang kwalitas-
nya setara dengan pencampuran secara mekanik
Untuk menghasilkan amalgam yang baik mutu-
nya, maka :
Triturasi = kecepatan pestle X tekanan pestle X waktu
1. Kecepatan : kecepatan putaran dapat dikontrol dengan
cara memegang pestle. Pen grasp, kecepatannya
± 200 rpm
2. Tekanan : tekanan yang baik ± 2 – 4 lb (pound)
3. Waktu : ± 25 – 45 detik, waktu rata-rata 35 detik. Pe-
ngurangan atau penambahan waktu triturasi berkisar ±
5 detik. Bila waktu triturasi diperpanjang sedangkan
faktor-faktor lain konstan, maka akan menghasilkan
amalgam dengan kontraksi yang cukup besar. Sebalik-
nya waktu triturasi diperpendek akan menghasilkan
amalgam dengan ekspansi yang berlebihan. Waktu
triturasi tidak banyak berpengaruh pada perubahan
sifat flow amalgam.
Cara Pengadukan / Pencampuran :
Alloy dan Hg yang telah ditimbang, dimasukkan di dalam
mortar, kemudian diaduk dengan pestle yang
dipegang secara pen grasp atau palm grasp.
Pengadukan dimulai di bagian tengah dengan gerakan
memutar yang cepat. Lingkaran makin lama makin
membesar, sampai menyentuh dinding mortar,
kemudian kembali ketengah. Hal ini terus dilakukan
sampai semua alloy telah dibasahi dengan Hg. Dalam
keadaan ini massa alloy + Hg tersebut cenderung
untuk menempel pada tepi mortar. Ketukan yang
ringan pada mortar akan mengumpulkan massa
amalgam tersebut kembali kebagian tengah.
Akhir dari triturasi dengan hasil yang baik / normal mix
terlihat sebagai berikut :
1. Tidak ada lagi partikel alloy yang kering
2. Massa amalgam yang homogen
3. Massa amalgam tidak melekat pada dinding mortar.
Hasil dari campuran ada 3 macam :
1. Under mix / Under worked amalgam : pencampuran
yang kurang. Pada keadaan ini didapatkan massa cam-
puran amalgam yang nampaknya ke abu-abuan, agak
kering, amalgam rapuh sekali, mengalami kesulitan
waktu melakukan kondensasi dan carving, tepi resto-
rasi cepat hancur. Restorasi amalgam semacam ini
cepat aus (korosi) serta ekspansinya besar dan mudah
terjadi tarnish.
2. Normal mix / normal worked amalgam : pencampuran
yang normal. Pada keadaan ini didapatkan massa cam-
puran amalgam kelihatan halus dan permukaannya
mengkilap serta tidak lekat pada mortar. Jika mortar
digoyang-goyangkan maka campuran akan menjadi
satu seperti bola tanpa sedikitpun dari massa amal-
gam lekat pada mortar. Sesudah mengeras, kekuatan
restorasi amalgam ini maksimal, permukaannya lebih
halus waktu dilakukan carving. Hasil pemolesan akan
mengkilap dan tahan lama.
Hasil triturasi normal mix
3. Over mix / over worked amalgam : pencampuran
yang berlebihan. Keadaan ini didapatkan jika
massa amalgam dicampur sampai melekat pada
dinding mortar dan tidak dapat diambil dengan
mudah. Menghasilkan restorasi dengan kontraksi
yang tidak sama besarnya, tergantung dari tipe
alloy yang dipakai. Pada over mix, massa amal-
gam terlalu plastis, sehingga sulit untuk mela-
kukan kondensasi.
Jika kesalahan terjadi pada waktu pengadukan,
maka lebih baik terjadi over mix dari pada under
mix, sebab konsekwesinya lebih kecil.
Beberapa sarjana menjelaskan pentingnya normal
mix amalgam, sebab campuran amalgm yang un-
der mix atau over mix akan mempengaruhi peru-
bahan dimensi, flow dan strength dari amalgam.
Mereka berpendapat pula bahwa speed, force dan
time (lamanya pengadukan) pada triturasi dapat
merubah sifat amalgam.
Selama melakukan triturasi, mortar dan pestle harus
kering dan bersih, demikian pula kavitas yang akan
direstorasi
Hindarkan kontak antara amalgam pada waktu triturasi
dan sebelum kondensasi selesai dengan benda-benda
yang basah dan kotor, termasuk tangan.
Pada kavitas yang basah dapat menyebabkan marginal
leakage dan dengan adanya cairan pada massa amal-
gam menyebabkan kekuatan berkurang serta exces-
sive delayed expansion.
Triturasi dengan Mesin / Mechanical Trituration
Triturasi dilakukan dengan memakai mesin yang disebut
amalgamator. Prinsip alat ini sama yaitu adanya kapsul
yang berfungsi sebagai mortar dan di dalamnya ada metal
yang berbentuk silindris dengan diameter kecil dan ber-
fungsi sebagai pestle. Sejumlah alloy dan Hg yang telah
ditimbang dengan baik dimasukkan ke dalam kapsul. Alat
ini mempunyai pengukur waktu otomatis dan dapat
diputar menurut kebutuhan. Kapsul akan digoncangkan
secara mekanik.
Kadang-kadang setelah selesai “pestle” diambil dan go-
yangan dilanjutkan beberapa detik dengan maksud agar
massa lebih homogen dan dapat dikumpulkan, sehingga
mudah diambil.
Untuk semua macam amalgamator, waktu yang diperlu-
kan berkisar 6 – 18 detik.
Keuntungan triturasi dengan amalgamator :
1. Ada keseragaman dalam pencampuran sehingga
campuran amalgam lebih homogen
2. Waktu lebih singkat
3. Tidak tergantung pada force (tekanan)
Keburukannya : sering terjadi over mix.
Dari hasil penelitian ternyata bahwa ada sedikit atau
hampir tidak ada perbedaan yang nyata dalam sifat
flow maupun kekuatan dari amalgam yang dicampur
dengan cara mekanik maupun tangan (mortar &
pestle) asal saja dilakukan dengan baik.
Finger Stall Trituration
Salah satu kekurangan pada pemakaian mortar dan
pestle adalah bahwa tidak semua partikel alloy berkon-
tak dengan Hg di bawah tekanan pestle, sehingga
cenderung untuk mendapat campuran amalgam yang
tidak homogen.
Untuk menghindari ini maka amalgamasi dilakukan
dengan memasukkan alloy dan Hg yang telah ditetap-
kan rationya ke dalam sepotong sarung tangan karet,
kemudian ditekan - tekan dengan jari tangan selama
1 menit. Dengan cara ini diharapkan untuk mendapat
campuran alloy dan Hg yang lebih homogen.
Ada beberapa dental alloy yang dengan mudah menga-
lami amalgamasi dengan cara ini, tetapi ada yang sukar.
Pada cara ini diperlukan latihan dan pengalaman. Dahu-
lu cara ini banyak dipakai dinegeri Inggris, sekarang ja-
rang dipakai.
Pada percobaan ternyata amalgam setelah triturasi,
baik dengan tangan atau cara mekanik, sebelum kele-
bihan Hg dikeluarkan, akan memberikan ciri-ciri
sebagai berikut :
1. Massa amalgam harus dapat mencetak sidik jari dan
sidik tersebut tetap bertahan.
- Bila tidak dapat mencetak sidik jari, maka tandanya
amalgam tersebut terlalu kering, tidak homogen dan
under mix
- Bila sidik iari dapat terbentuk tetapi segera hilang,
maka massa amalgam tersebut terlalu plastis atau
over mix
2. Massa amalgam yang baik dapat digulung dengan ibu
jari, sehingga berupa tambang / batang yang halus dan
ujungnya tumpul. “Tambang” ini digulung tanpa putus
atau terpisah-pisah. Hal ini menunjukkan adanya
homogenitas.
- Bila terputus - putus maka massa amalgam terlalu
plastis dan over mix
- Bila “tambang” tidak halus, tetapi berlapis - lapis,
ti-dak homogen, maka ini menunjukkan under mix.
3. Massa amalgam dibentuk menjadi bola. Bila bola amal-
gam ini dijatuhkan pada permukaan yang keras de-
ngan ketinggian 10 inci, maka harus terbentuk se-
tengah lingkaran / bulatan.
- Bila hanya terbentuk lempengan, maka massa terse-
but over mix
- Bila ternyata hanya terjadi sedikit lempengan pada
sisi yang berkontak dengan permukaan yang keras,
maka massa amalgam tersebut under mix.