Anda di halaman 1dari 21

DENTAL AMALGAMS

TUGAS REMEDIAL BIOMATERIAL II


KELOMPOK 4
NAMA ANGGOTA:
1. Putu Sri Irayani (2002551005)
2. Kadek Ari Anggreni (2002551011)
3. Marcel Handoko (2002551018)
4. Gusti Agung Ayu Cinthia Ambarani (2002551031)
isi nim kalian ya gais sama isi pembagian tugasnya di cover -cinthia

PROGRAM STUDI SARJANA KEDOKTERAN GIGI


DAN PROFESI DOKTER GIGI
FAKULTAS KEDOKTERAN UNIVERSITAS UDAYANA
2021

Sampul
Kata Kunci (Putu Sri Irayani/2002551005)
Amalgam, alloy yang mengandung merkuri.
Amalgamasi, proses pencampuran merkuri cair dengan satu atau lebih metal atau alloy untuk
membentuk amalgam.
Kondensasi, proses penekanan dental amalgam untuk menghilangkan kelebihan merkuri dan
memastikan kontinuitas fase matriks.
Creep, strain atau deformasi yang bergantung pada waktu yang dihasilkan oleh tegangan.
Proses creep dapat menyebabkan restorasi amalgam memanjang keluar dari lokasi restorasi,
sehingga meningkatkan kerentanannya terhadap marginal breakdown.
Delayed expansion, ekspansi bertahap dari amalgam yang mengandung zinc selama
beberapa minggu hingga bulan. Ekspansi ini dikaitkan dengan pengembangan gas hidrogen,
yang disebabkan oleh penggabungan uap air dalam massa plastik selama manipulasinya
dalam preparasi cavity.
Dental amalgam, alloy yang terbentuk dari reaksi merkuri dengan perak, tembaga, dan
timah, dan beberapa mengandung paladium, zinc, dan elemen lain untuk meningkatkan
karakteristik penanganan dan kinerja klinis.
Dental amalgam alloy (alloy untuk dental amalgam) alloy dari perak, tembaga, timah, dan
elemen lain yang diproses dalam bentuk partikel bubuk.
Marginal breakdown, fraktur bertahap pada perimeter atau margin tambalan dental
amalgam, yang mengarah pada pembentukan celah antara amalgam dan gigi.
Triturasi, pencampuran partikel amalgam alloy dengan merkuri dalam alat yang disebut
triturator; istilah ini juga digunakan untuk menggambarkan pengurangan partikel padat
menjadi halus dengan penggilingan (grinding) atau gesekan.

1. Amalgam Alloy
(Marcel Handoko/ 2002551018)

Amalgam yang digunakan saat ini sebagian besar didasarkan pada formulasi yang diterbitkan
oleh G. V. Black pada tahun 1895. Modifikasi utama pada formulasi tersebut adalah
meningkatkan kandungan tembaga dan pembuatannya.

Terlepas dari sejarah panjang keberhasilan amalgam sebagai bahan restoratif, ada
kekhawatiran mengenai efek yang merugikan bagi kesehatan yang timbul dari paparan
merkuri dalam amalgam gigi. Karena kemajuan dalam komposit berbasis resin dan teknologi
perekat dalam kedokteran gigi, penggunaan amalgam telah menurun secara substansial.
Penggunaan amalgam gigi akan dibatasi di masa depan dan pada akhirnya dapat dihapus dari
armamentarium klinisi.

Keterampilan praktis dan pemahaman ilmiah yang baik tentang materi diperlukan untuk
membuat restorasi berkualitas tinggi. Bahkan ketika amalgam sudah tidak dipakai lagi pada
pasien, masih akan ada miliaran restorasi amalgam yang tersisa di mulut pasien. Banyak dari
restorasi ini memerlukan perhatian, seperti prosedur penggantian, perbaikan, atau perbaikan.
Dalam bab ini, struktur amalgam, properti, dan karakteristik manipulasi dibahas. Namun,
konsep-konsep ini memerlukan pemahaman tentang beberapa istilah kunci yang umum
digunakan oleh profesi kedokteran gigi.

Manipulasi Klinis Amalgam untuk Restorasi (Kadek Ari Anggreni/2002551011)

Dental amalgam alloy modern yang bagus dapat dimanipulasi sehingga restorasi dapat
bertahan lama, rata-rata 12-15 tahun. Prepariasi kavitasnya harus di rancang dengan benar,
dan amalgam harus dimanipulasi dengan baik sehingga tidak ada bagian dari restorasi
amalgam ditempatkan dibawah tegangan tarik yang berlebihan. Variabel-variabel manipulasi
yang akan didiskusikan pada bab ini adalah rasio merkuri/alloy, triturasi, dan kondensasi.

1. Rasio Merkuri/Alloy

Rasio merkuri/alloy adalah berat dari merkuri dibagi dengan berat dari alloy
yang dibutuhkan untuk triturasi. Merkuri dengan jumlah yang cukup harus ada dalam
campuran untuk menghasilkan koheren dan massa yang plastis setelah triturasi, tetapi
jumlahnya harus cukup rendah sehingga kandungan merkuri pada restorasi berada
pada tingkatan yang dapat diterima tanpa perlu untuk menghapus dalam jumlah yang
banyak selama kondensasi. Kandungan merkuri dari lathe-cut alloy sekitar 50%
berdasarkan berat, dan untuk spherical alloys 42% berdasarkan berat. Ketika alat
mortar dan pestle digunakan untuk mencampur amalgam, diperlukan jumlah merkuri
yang berlebih untuk memperoleh amalgam yang halus dan plastis. Penghapusan
merkuri yang berlebih dapat dicapai dengan memeras atau meremas-remas campuran
amalgam pada kain peras sebelum disisipkan ke kavitas yang sudah disiapkan.
Gambar 8-2 Tipe kapsul triturasi amalgam. A, Reusable capsules dengan pestle. B,
Preproportioned capsule dengan pestle. C, Preproportioned capsule tanpa pestle.

Dispenser yang paling umum berdasarkan proporsi volumetric. Pelet atau


tablet yang sudah ditimbang sebelumnya diletakkan di dalam kapsul (Gambar 8-2).
Dalam pencampuran mekanik, kapsul berfungsi sebagai mortar. Dispenser merkuri
harus dipegang secara vertikal untuk memastikan pengeluaran merkuri tetap
konsisten. Dispenser harus selalu setidaknya setengah penuh ketika digunakan untuk
memastikan berat merkuri yang dikeluarkan sesuai dengan ketentuan.

Kapsul sekali pakai mengandung preproportioned merkuri dan alloy sekarang


ini sudah banyak digunakan. Kedua kandungannya terpisah di dalam kapsul.
Beberapa desain kapsul memerlukan aktivasi sebelum triturasi untuk membawa
kandungannya bersamaan. Desain yang lain, disebut self-activating capsules,
membawa dan merkuri bersamaan secara otomatis selama beberapa osilasi pertama
dari amalgamator.

Terlepas dari metode yang digunakan, jumlah merkuri dan alloy yang baik
harus selalu proporsional, atau preproportioned capsule harus diaktivasi sebelum
memulai triturasi.

2. Triturasi Mekanis

Tujuan dari triturasi adalah untuk memastikan amalgamasi merkuri dan alloy
sesuai dan menyediakan konsistensi yang optimal untuk kondensasi. Fokus dari
triturasi termasuk triturator dan konsistensi dari campuran.

3. Triturator
Gambar 8-3 Triturator yang dapat diprogram

Mekanisme pencampuran utama dari triturator adalah lengan reciprocating


memegang kapsul dibawah protective hood. Tudung ini untuk membatasi merkuri
yang mungkin terlepas ke ruangan dan untuk mencegah capsul keluar secara tidak
sengaja dari amalgamator selama triturasi. Model triturasi yang lebih tua biasanya
menggunakan perangkat single-speed device dengan pengaturan waktu otomatis untuk
mengatur lamanya pencampuran. Model selanjutnya memiliki multiple speed settings.
Triturator modern sering menggunakan microprocessor controlled (Gambar 8-3) dan
mengandung preset trituration programs untuk beberapa material. Model terbaru juga
dapat diprogram oleh operator untuk memasukan material lainnya. Kapsul berfungsi
sebagai mortar. Logam silinder atau plastic piston dari diameter yang lebih kecil dari
kapsul dimasukkan ke dalam kapsul, dan ini berfungsi sebagai pestle. Spherical alloy
sering tidak memerlukan pestle (Gambar 8-2).

Pabrik alloy sering menyediakan list rekomendasi jadwal waktu dan kecepatan
setting dalam siklus per menit untuk alloy mereka dan berbagai tipe dari
amalgamator. Karena kecepatan yang bervariasi dalam amalgamator, jadwal tersebut
seharusnya dijadikan panduan kasar. Dokter gigi dan asisten dokter gigi mungkin
ingin untuk menyesuaikan waktu yang dibutuhkan untuk mencapai konsistensi yang
benar. Untuk pemberian alloy, rasio merkuri/alloy, menaikkan waktu triturasi dan
atau mempersingkat kecepatan working dan setting times.

Kapsul yang dapat digunakan kembali atau reusable capsule harus bersih dan bebas
dari campuran sebelumnya, alloy yang mengeras. Pada setiap akhir prosedur triturasi,
seharusnya secepatnya menghilangkan pestle dari kapsul, mengganti tutup,
memasukan kembali kapsul ke amalgamator, hidupkan 1 atau 2 detik dan hilangkan
amalgam. Proses mulling secara umum menyebabkan campuran untuk menyatu
sehingga amalgam dapat dengan mudah dibersihkan dari kapsul dengan residu yang
minimal pada kapsul. Mulling meminimalisir untuk mengikis sebagian alloy yang
mengeras, yang biasanya menghasilkan goresan pada kapsul.

Konsistensi dari Campuran

Gambar 8-10 Tampilan campuran amalgam yang baru saja di triturasi. A, Kasar,
undertriturated mixture: restorasi membuat campuran memiliki kekuatan yang lemah
dan memiliki resistensi yang buruk terhadap korosi. Campuran ini mungkin terlihat
seperti massa yang padat, tapi permukaannya tetap tanpa kilau, seperti yang terlihat
pada gambar. B, Sebuah triturasi amalgam yang baik yang terlihat bulat, dengan
permukaan yang halus dan berkilau. C, Sebuah campuran amalgam yang
overtriturated, yang lebih mengkilap dari campuran amalgam dengan triturasi yang
baik, dan karena konsistensinya lebih cair, massanya terlihat lebih pipih.

Waktu pengadukan yang baik dapat ditentukan oleh mengamati konsistensi


dari campuran. Contohnya, Campuran dengan tampilan agak kasar dan kusam
(Gambar 8-10, A) indikasi undertrituration. Tidak hanya restorasi amalgam yang
akan dibuat dari campuran ini lemah, tetapi akan meninggalkan permukaan kasar
setelah carving dari granular amalgam akan meningkatkan kerentanan tarnish. Jika
triturasi telah menghasilkan amalgam dari tampilan umum terlihat pada (Gambar 1-
10,B) kekuatannya akan optimal, dan permukaan ukiran halus akan mempertahankan
kilau pada permukaan lebih lama setelah polishing. Karena adanya gesekan antara
partikel selama triturasi, seperti campuran amalgam harus hangat (bukan panas)
ketika campurannya dibersihkan dari kapsul. Hal ini tidak akan mempengaruhi
property fisik dari amalgam selain dari pada untuk sedikit mempersingkat working
time. Overtrituration yang melalui kecepatan yang tinggi atau waktu pengadukan
yang lebih lama menghasilkan campuran yang lebih lembut (lembek) yang sering
menempel pada dinding kapsul. Dibandingkan dengan campuran amalgam yang baik,
permukaan dari overtriturated amalgam lebih mengkilat, bentuk dari massanya lebih
pipih (Gambar 8-10, C), dan working time lebih singkat dan memiliki pengaturan
kontraksi sedikit lebih tinggi.

4. Kondensasi

Tujuan dari kondensasi adalah untuk memadatkan alloy ke kavitas yang sudah
disiapkan sehingga kemungkinan kepadatan terbaik tercapai dengan adanya merkuri
yang cukup untuk memastikan kelanjutan dari fase matrix antara partikel alloy yang
tersisa. Hasil dari pengurangan merkuri dan porositas yang berlebih dalam set
amalgam.

Setelah campuran dibuat, peningkatan alloy seharusnya dibawa dan


dimasukkan ke dalam kavitas yang di sudah disiapkan sebelumnya dengan instrumen
seperti forceps kecil atau dengan pembawa amalgam yang dirancang untuk ini.
Kondensasi dari amalgam seharusnya dimulai pada waktunya. Lingkungan operasi
harus tetap kering selama proses kondensasi. Karena sifat dari operasi, kondensasi
biasanya dicapai dalam 4 dinding dan lantai. Satu atau lebih dinding dapat berupa
stainless steel yang tipis yang disebut matrix band.

5. Prosedur Kondensasi

Kondensasi adalah penekanan titik kondensor pada massa amalgam dibawah


tekanan tangan. Prosedur ini biasanya dimulai di tengah dan selanjutnya titik
kondensor bergerak secara bertahap maju ke dinding kavitas. Syarat kekuatan
bergantung pada bentuk dari partikel alloy.

Setelah kondensasi mengalami peningkatan, permukaan harus terlihat


berkilau. Indikasi ini menunjukkan adanya merkuri yang cukup pada permukaan
untuk menyerap lapisan berikutnya sehingga lapisan yang ditambahkan berikutnya
akan terikat dengan yang sebelumnya. Menghilangkan beberapa material yang lembut
dan lembek sebelum menambahkan lapisan berikutnya adalah hal yang diinginkan.
Tahapan ini kurang kritis dengan amalgam modern yang lebih sedikit menggunakan
merkuri untuk campuran.

Jika kavitasnya besar atau untuk alasan yang tidak semestinya, waktu
digunakan untuk menyelesaikan kondensasi, campuran lainnya seharusnya dibuat
sebelum yang semula digunakan atau ketika plastisitasnya hilang. Kondensasi
material yang sebagian tersusun patah dan memecah matriks yang telah terbentuk.
Tambahan, ketika beberapa plastisitas alloy telah hilang, kondensasi tanpa
menghasilkan rongga internal dan lapisan itu susah. Prosedur dari kondensasi
berlanjut sampai kavitas penuh.

6. Tekanan kondensasi

Tekanan kondensasi diatur oleh luas permukaan kondensor dan gaya yang
diberikan oleh operator pada campuran. Ketika gaya yang diberikan digunakan,
semakin kecil kondensor, semakin besar tekanan yang diberikan pada amalgam. Jika
titik kondensor terlalu besar, operator tidak bisa menghasilkan tekanan yang cukup
untuk memadatkan amalgam secara memadai dan memaksa campuran ke area
retentive dan memaksa campuran masuk ke daerah retentif. Sebuah penelitian dengan
30 partisipan menunjukkan bahwa gaya yang digunakan berkisar 13,3 sampai 17,8 N
(3-4 lb). Untuk memastikan kepadatan maksimum dan adaptasi pada dinding kavitas,
gaya kondensasi harus sebesar alloy, konsisten dengan kenyamanan pasien. Banyak
spherical alloy hanya menawarkan resistensi minimal untuk gaya kondensasi. Oleh
karena itu, kekuatan dari spherical amalgam alloys cenderung kurang sensitif untuk
tekanan kondensasi.

Dalam banyak kasus, kondensasi menjadi masalah dalam mencapai adaptasi


yang bagus. Kerugian potensial dari spherical alloy dibandingkan dengan admixed
alloy (lathe-cut dan partikel spherical) adalah kecenderungan untuk menjorok ke
daerah prokimal dan kontak proksimal yang lemah. Bentuk dari titik kondensor
seharusnya sesuai untuk daerah di bawah kondensasi. Sebagai contoh, sebuah
kondensor bulat tidak sesuai dengan pojok atau sudut kavitas yang sudah disiapkan;
kondensor dengan titik segitiga atau kotak ditunjukkan pada daerah tersebut.
7. Carving dan Finishing

Gambar 8-11 Proses finishing terakhir sebuah margin amalgam dengan halus,
unribbed prophylaxis cup dan fine prophylaxis paste. Cupsnya seharusnya digunakan
dengan tekanan yang sangat kecil untuk menghindari perataan dari kontur anatomi.

Gambar 8-12 Efek polishing amalgam. A, Tampilan restorasi amalgam setelah


carving. B, Restorasi restorasi yang sama setelah finishing akhir. (Courtesy Dr. Saulo
Geraldeli.)
Setelah amalgam dikondensasi ke dalam kavitas, amalgam dibentuk untuk
menghasilkan anatomi gigi yang seharusnya. Tujuan dari carving ini adalah untuk
menirukan anatomi gigi daripada mencoba menghasilkan detail yang sangat halus.
Proses carving seharusnya dimulai hanya saat amalgam sudah cukup keras untuk
menahan instrument carving. Suara gesekan atau berdering harus terdengar ketika
amalgam sedang di carving. Amalgam yang lebih halus dapat ditarik dari margin oleh
instrumen carving. Matrix band seharusnya dihilangkan selama prosedur final
carving. Pastikan kelebihan amalgam belum dipaksa keluar dari matriks gingiva
selama kondensasi.

Setelah carving, permukaan restorasi harus dihaluskan. Pada proses ini dapat
dicapai dengan memoleskan permukaan oklusal dengan ball burnisher dan restorasi
margin dengan rigid, flat-bladed instrument. Penghalusan terakhir dapat dengan
menggosokan permukaan menggunakan pelet kapas yang lembab atau dengan sedikit
haluskan permukaan dengan rubber polishing cup dan polishing yang sangat halus
atau prophylaxis paste (Gambar 8-11). Data klinis dari kinerja restorasi mendukung
keinginan untuk memoles dengan fast-setting, high-cooper system. Pemolesan dengan
slow-setting alloys dapat merusak margin restorasi.

Terlepas dari alloy, metode triturasi, atau teknik kondensasi, permukaan yang
terukir dari restorasi terlihat kasar, seperti yang ditunjukkan oleh permukaan tumpul
dari restorasi terlihat pada (Gambar 8-12,A). Permukaan tertutupi dengan goresan,
lubang, dan penyimpangan, yang dapat mengakibatkan konsentrasi sel korosi dari
waktu ke waktu (Bab 3, Concentration Cell Corrosion). Permukaan yang halus pada
restorasi terlihat pada (Gambar 8-12,B) yang dihasilkan dari prosedur finishing akhir.
Hasil akhir dari restorasi seharusnya diundur setidaknya selama 24 jam setelah
kondensasi dan lebih lama lebih baik. Diskusi selanjutnya mengenai polishing
amalgam dapat ditemukan pada Bab 16 Dental Amalgams.

Sifat-sifat Amalgam (Putu Sri Irayani/2002551005)


Spesifikasi ADA No. 1 oleh ISO (International Organization for Standardization)
menjelaskan mengenai amalgam alloy yang mencantumkan perubahan dimensi, kekuatan
tekan, dan creep sebagai ukuran kualitas amalgam. Variabel pengendali dan signifikansi sifat-
sifat ini adalah sebagai berikut :
1. Stabilitas Dimensi
Amalgam akan berkontraksi atau mengembang ketika material terbentuk. Kontraksi
yang parah dapat menyebabkan terjadinya kebocoran mikro, akumulasi plak, dan
karies sekunder. Ekspansi yang berlebihan dapat menghasilkan tekanan pada pulpa
dan sensitivitas pasca operasi. Selain itu, ekspansi yang berlebihan juga dapat
menimbulkan terjadinya penonjolan restorasi. Spesifikasi ADA No. 1 menyatakan
bahwa perubahan dimensi amalgam harus dalam kisaran 15-20 μm/cm yang diukur
pada 37 °C antara 5 menit dan 24 jam setelah awal triturasi.
a. Mekanisme Perubahan Dimensi Selama Setting
Pada saat alloy dan merkuri dicampur, akan menghasilkan kontraksi ketika
partikel tersebut larut. Karena volume akhir fase γ1 kurang dari jumlah
volume perak dan merkuri cair yang dibutuhkan untuk menghasilkan fase γ1,
maka kontraksi akan terus berlanjut saat fase γ1 telah terbentuk. Seiring
waktu, kristal γ1 akan mulai saling menimpa satu sama lain, sehingga
menyebabkan terjadinya ekspansi ketika terdapat cukup merkuri cair yang
membuat fase matriks menjadi plastis. Ketika fase matriks menjadi kaku,
tumpukan lebih lanjut dari kristal γ1 tidak dapat memaksa matriks untuk
mengembang lebih jauh. Reaksi berlanjut hingga kristal γ1 tumbuh menjadi
celah yang mengandung merkuri.
Model ini menyiratkan bahwa ekspansi yang lebih besar akan terjadi jika
terdapat merkuri yang cukup dalam campuran ketika perubahan dimensi
dimulai. Oleh karena itu kandungan merkuri yang lebih sedikit dalam
campuran, seperti untuk rasio merkuri/alloy yang lebih rendah dan tekanan
kondensasi yang lebih tinggi, akan menunjukkan ekspansi yang lebih sedikit.
Selain itu, pengaturan dan penggunaan merkuri yang dipercepat juga
menunjukkan pengurangan ekspansi, termasuk waktu triturasi yang lebih lama
dan penggunaan partikel alloy yang lebih kecil. Pengukuran perubahan
dimensi amalgam modern banyak mengungkapkan kontraksi bersih,
sedangkan di masa lalu, pengukuran selalu menunjukkan bahwa terjadi
ekspansi. Dimana hasilnya sesuai dengan model. Perlu dicatat bahwa amalgam
yang lebih tua mengandung partikel alloy yang besar dan dicampur pada rasio
merkuri/alloy yang lebih tinggi dibandingkan amalgam saat ini. Demikian
juga, triturasi manual atau dengan tangan digunakan dalam mempersiapkan
spesimen untuk studi sebelumnya. Namun sekarang, sudah beralih dengan
penggunaan amalgamator mekanis yang berkecepatan tinggi.

b. Efek Kontaminasi Kelembaban


Ketika amalgam yang mengandung zinc, low-copper atau high-copper
terkontaminasi oleh uap air selama triturasi atau kondensasi, ekspansi besar
seperti yang ditunjukkan pada gambar, dapat terjadi. Ekspansi ini biasanya
dimulai 3 hingga 5 hari setelah penempatan dan dapat berlanjut selama
berbulan-bulan, mencapai nilai setinggi 4 μm/mm (0,4%). Jenis ekspansi ini
dikenal sebagai delayed expansion. Ekspansi ini disebabkan oleh hidrogen
yang dihasilkan oleh aksi elektrolitik yang melibatkan zinc dan air. Gas
hidrogen terkumpul di dalam restorasi, meningkatkan tekanan internal ke
tingkat yang cukup tinggi untuk menyebabkan amalgam creep, sehingga
menghasilkan ekspansi yang diobservasi. Sumber kontaminasi dapat melalui
sekresi kulit yang menyentuh amalgam dengan tangan kosong atau air liur dari
isolasi yang buruk pada saat operasi. Kontaminan dapat dimasukkan ke dalam
sebagian besar amalgam selama proses triturasi atau kondensasi agar delayed
expansion terjadi.
Gambar 8-14 Delayed expansion dari low-copper amalgam konvensional

2. Kekuatan
Syarat utama restorasi amalgam adalah kekuatan yang cukup untuk menahan beban
pengunyahan. Dalam restorasi yang dirancang dengan baik, kegagalan fraktur dari
restorasi amalgam relatif jarang terjadi. Lebih umum adalah cacat atau kerusakan
pada margin amalgam. Terdapat perbedaan pendapat mengenai hal ini, apakah
kerusakan marginal disebabkan oleh fraktur enamel atau amalgam yang terlihat
sebagai marginal breakdown.
Secara tradisional, kekuatan dental amalgam telah diukur di bawah compressive stress
menggunakan spesimen dimensi sebanding dengan volume restorasi amalgam khas.
Ketika kekuatan diukur dengan cara ini, kekuatan tekan dari amalgam diharapkan
setidaknya mencapai 310 MPa.
Amalgam memiliki kekuatan yang lebih dari cukup untuk menahan beban tekan
potensial. Namun, amalgam jauh lebih lemah dalam tension daripada kompresi.
Tekanan tensile dapat dengan mudah terjadi pada restorasi amalgam. Sebagai contoh,
tekanan pada cusp dari gigi yang direstorasi dapat menimbulkan stress kompleks yang
menghasilkan tegangan tensile pada isthmus restorasi. Penting untuk ditekankan
kembali bahwa amalgam tidak dapat menahan tegangan tensile yang tinggi. Desain
restorasi diharapkan mencakup struktur pendukung apabila terdapat bahaya mengenai
restorasi yang akan tertekuk atau tertarik. Penggunaan high-copper amalgam tidak
akan membantu karena kekuatan tensile high-copper amalgam tidak jauh berbeda
dengan low-copper amalgam.
a. Efek Triturasi
Waktu triturasi dan kecepatan amalgamator menentukan efek triturasi.
Undertrituration ataupun overtrituration akan menurunkan kekuatan untuk
amalgam konvensional dan high-copper amalgam.
b. Pengaruh Kandungan Merkuri
Merkuri yang tidak mencukupi di antara partikel dapat menghasilkan
campuran granular yang kering. Campuran seperti ini menghasilkan
permukaan kasar dan berlubang yang memicu korosi. Dengan meningkatkan
kandungan merkuri akhir berarti meningkatkan fraksi volume fase matriks.
Kandungan merkuri yang lebih tinggi mendorong pembentukan fase γ2,
bahkan dalam amalgam yang mengandung high-copper, serta akan terjadi
insiden dan keparahan fraktur yang lebih besar seiring bertambahnya usia
restorasi amalgam.
c. Efek Kondensasi
Teknik kondensasi yang baik mengekspresikan merkuri dan menghasilkan
fraksi volume fase matriks yang lebih kecil. Tekanan kondensasi yang lebih
tinggi diperlukan untuk amalgam lathe-cut. Dalam kasus amalgam berbentuk
bola, tekanan yang lebih ringan menghasilkan kekuatan yang cukup,
sedangkan tekanan kondensor yang lebih besar hanya akan menembus
amalgam.
d. Efek Porositas
Porositas merupakan faktor yang dapat menurunkan kekuatan tekan amalgam
yang terbentuk. Kurangnya plastisitas campuran amalgam yang disebabkan
oleh delayed kondensasi atau undertrituration menyebabkan porositas dalam
setting amalgam. Tekanan kondensasi yang tidak mencukupi pada alloy lathe-
cut menghasilkan lebih banyak porositas.
e. Pengaruh Tingkat Pengerasan Amalgam
Karena pasien diperbolehkan meninggalkan dental chair dalam waktu 20
menit setelah triturasi amalgam, pertanyaannya apakah amalgam telah
memperoleh kekuatan yang cukup untuk mencegah fraktur yang disebabkan
oleh tekanan oklusal yang terlalu tinggi yang dipaksakan oleh pasien. Ketika
pasien dipulangkan, compressive strength amalgam mungkin hanya 6% dari
kekuatan 1 minggu. Jadi, persentase fraktur yang tinggi pada restorasi
amalgam kemungkinan terjadi dalam beberapa jam pertama setelah insersi.
Spesifikasi ADA No. 1 menetapkan minimum compressive strength adalah 80
MPa per 1 jam. Kekuatan ini akan membuat kemungkinan fraktur lebih kecil
jika pasien secara tidak sengaja menggigit restorasi segera setelah
meninggalkan dental care. Meskipun demikian, pasien tetap diperingatkan
untuk tidak melakukan restorasi dengan kekuatan gigitan yang tinggi
setidaknya selama 8 jam setelah penumpatan. Pada saat itu, amalgam yang
khas akan mencapai setidaknya 70% dari kekuatannya.

3. Creep

Gambar 8-16 Dua permukaan restorasi amalgam (kiri) low-copper amalgam dengan
marginal breakdown yang parah (kanan) perbedaan marginal minimal dari restorasi amalgam
berkualitas tinggi yang dihasilkan dari high-copper admix alloy. Dimana kedua amalgam
ditempatkan pada waktu yang sama.
Creep terjadi ketika bahan padat perlahan berubah bentuk secara plastis di bawah
pengaruh tekanan konstan. Pada diskusi sebelumnya telah dijelaskan bahwa delayed
ekspansi adalah bentuk creep yang disebabkan oleh tekanan konstan dari
pembentukan gas hidrogen dalam amalgam yang mengandung zinc yang
terkontaminasi uap air. Contoh lain dari creep adalah ketika segmen amalgam yang
menonjol di tepi restorasi patah dan meninggalkan parit di sekitar margin. Creep
amalgam ditentukan dengan menempatkan silinder set amalgam (diameter 4 mm dan
panjang 6 mm) di bawah compressive stress 36 MPa. Spesimen disiapkan dan
disimpan pada suhu 37 °C selama 7 hari sebelum pengujian. Perubahan panjang
antara 1 dan 4 jam sebagai persentase dari panjang aslinya adalah nilai creep yang
dilaporkan.
Ketika amalgam creep secara klinis, fase γ1 adalah fase yang terdeformasi secara
plastis. Tingkat creep yang lebih tinggi diharapkan untuk amalgam dengan fraksi
volume 1 yang lebih tinggi, dan sebaliknya. Adanya fase γ2 dapat meningkatkan laju
creep. Oleh karena itu faktor-faktor manipulatif yang telah dibahas sebelumnya yang
memaksimalkan kekuatan juga meminimalkan creep untuk jenis amalgam tertentu.

4. Ketahanan tarnish dan korosi


Restorasi amalgam sering tarnish dan menimbulkan korosi di rongga mulut.
Kecenderungan tarnish, yang merupakan hasil pembentukan perak sulfida di
permukaan, tidak mempengaruhi atau mengubah sifat mekanik amalgam. Korosi, di
sisi lain, memiliki efek negatif pada properti. Produk korosi yang paling umum
ditemukan dengan amalgam alloy konvensional adalah oksida dan klorida timah. Hal
ini ditemukan pada antarmuka amalgam gigi dan dalam sebagian besar restorasi
amalgam.
Terdapat bukti tidak langsung mengenai fase γ2 yang terlibat dalam kegagalan
marginal dan korosi aktif pada alloy konvensional tetapi tidak untuk high-copper
alloy. Fase η', yang kurang rentan terhadap korosi dibandingkan fase γ2,
menunjukkan korosi terbatas dengan high-copper amalgam. Setiap upaya perlu
dilakukan untuk menghasilkan permukaan yang halus dan homogen pada restorasi
untuk meminimalkan tarnish dan korosi, terlepas dari sistem alloy yang digunakan.
Setiap dilakukan restorasi emas dalam kontak dengan amalgam, korosi amalgam
dapat diperkirakan sebagai akibat dari perbedaan besar dalam gaya gerak listrik atau
electromotive force (EMF) dari kedua bahan. Proses korosi dapat membebaskan free
merkuri, yang dapat mencemari dan melemahkan restorasi emas. Selain itu, efek
biologis seperti galvanisme juga dapat terjadi.

Kinerja Klinis Restorasi Amalgam


Amalgam tidak menempel pada struktur gigi. Melainkan amalgam hanya memberikan
adaptasi yang cukup dekat dengan dinding kavitas yang dipreparasi. Untuk alasan ini, pernis
rongga digunakan untuk mengurangi kebocoran kotor yang terjadi di sekitar restorasi baru.
Agen bonding dentin telah digunakan dalam restorasi amalgam untuk mengurangi kebocoran
mikro. Namun, tidak ada bukti baik untuk mengklaim atau menyangkal perbedaan
kelangsungan hidup antara restorasi amalgam bonded and nonbonded. Meskipun demikian,
amalgam yang direkatkan memungkinkan preparasi kavitas yang lebih konservatif dengan
fitur retentif mekanis yang berkurang.
Jika amalgam dimasukkan dengan benar, kebocoran akan berkurang seiring
bertambahnya usia restorasi di dalam mulut. Hal ini kemungkinan disebabkan oleh produk
korosi yang terbentuk pada antarmuka antara gigi dan restorasi, menyegel antarmuka,
sehingga mencegah kebocoran. Kemampuan untuk menutup terhadap kebocoran mikro
dimiliki oleh amalgam lama, rendah tembaga dan baru, amalgam tinggi tembaga. Mendeteksi
margin yang mungkin terbuka beberapa mikrometer, baik dengan mata atau dengan
instrumen gigi seperti explorer, hampir tidak mungkin.
Masa pakai akhir dari restorasi amalgam ditentukan oleh beberapa faktor: (1)
bahannya, (2) dokter gigi dan asistennya, dan (3) lingkungan pasien. Mengganti dokter gigi
mengurangi masa pakai amalgam dan restorasi komposit hingga 30%. Dua parameter
pertama merupakan faktor dominan yang mengontrol kinerja amalgam selama masa awal
restorasi. Seiring berjalannya waktu, perbedaan dalam dinamika lingkungan mulut di antara
pasien berkontribusi signifikan terhadap variabilitas dalam proses deteriorasi, khususnya
marginal ditching. Perubahan struktur amalgam selama penggunaan klinis dan kelangsungan
hidup restorasi amalgam dari berbagai jenis dibahas selanjutnya.

Signifikansi Klinis Perubahan Dimensi


Ada beberapa penyebab ekspansi amalgam yang berlebihan. Salah satunya adalah triturasi
dan kondensasi yang tidak mencukupi; yang lainnya adalah ekspansi tertunda yang
disebabkan oleh kontaminasi amalgam yang mengandung Zn dengan uap air selama triturasi
atau kondensasi. Ketika restorasi amalgam mengembang dan menjadi terjepit erat pada
dinding kavitas, tekanan berkembang di ruang pulpa dan menyebabkan rasa sakit. Rasa sakit
tersebut dapat dialami 10 sampai 12 hari setelah amalgam dimasukkan. Jika restorasi tidak
dihilangkan, amalgam yang terkontaminasi terus berkembang, dan hasilnya mungkin
restorasi yang menonjol.

PERTANYAAN KRITIS
Seorang pasien melaporkan nyeri saat mengunyah 1 hari setelah restorasi amalgam dipasang.
Apa penyebab paling mungkin dari kondisi ini, dan apa solusi terbaiknya?

Seorang pasien yang mengeluh sakit 1 hari setelah restorasi amalgam ditempatkan
tidak dapat menderita efek ekspansi tertunda yang disebabkan oleh kontaminasi kelembaban.
Seseorang harus memeriksa permukaan restorasi untuk tanda abrasi mengkilap yang
menunjukkan kemungkinan hiper oklusi. Rasa sakit akan hilang segera setelah oklusi
disesuaikan dengan benar. Kemungkinan lain adalah perkembangan retakan pada gigi karena
reduksi gigi yang berlebihan dan cusp yang melemah. Situasi ini mungkin memerlukan
penggantian amalgam dan penutup dari cusp atau cusp yang melemah, seperti yang dilakukan
dengan restorasi cast-onlay. Ada juga kemungkinan
retaknya kecil dan tidak mengancam integritas cusp atau vitalitas gigi. Dalam hal ini, etsa
dinding retak dan ikatan celah dapat memberikan solusi sementara yang cukup. Upaya
terakhir adalah merestorasi gigi dengan onlay atau mahkota penuh untuk meminimalkan
risiko patah gigi.

PERTANYAAN KRITIS
Variabel mana yang mempengaruhi kerusakan marginal restorasi amalgam? Manakah dari
faktor-faktor ini yang berada di bawah kendali dokter gigi?
Kerusakan Marginal

Gambar 8-18 Restorasi amalgam yang “dibuang” dengan kerusakan marginal yang
parah. (Courtesy Dr. Saulo Geraldeli.)

Meskipun margin (Gambar 8-18) mungkin tidak berkembang ke titik di mana karies sekunder
mungkin telah berkembang, restorasi tidak sedap dipandang, dan kerusakan lebih lanjut dapat
diantisipasi. Pemeriksaan restorasi klinis berhubungan dengan karies sekunder dengan
perbedaan marginal yang melebihi 50 m. Banyak restorasi diganti sebagai tindakan
pencegahan. Penelitian telah menunjukkan bahwa pada populasi dengan kebersihan mulut
yang baik, kejadian karies sekunder cukup rendah, bahkan dengan adanya kerusakan
marginal yang parah. Jadi pendekatan yang lebih konservatif, seperti perbaikan atau
perbaikan, telah disarankan.
Tingkat creep telah ditemukan berkorelasi dengan kerusakan marginal amalgam
rendah tembaga konvensional; yaitu, semakin tinggi jumlah creep, semakin besar tingkat
kerusakan marginal. Tampaknya ada sedikit korelasi antara creep dan kerusakan marginal
dengan paduan yang memiliki nilai creep di bawah 1%. Namun, ketika nilai creep di atas
level ini, restorasi yang dibuat dari paduan dengan creep yang lebih tinggi umumnya
menunjukkan kerusakan marginal yang lebih besar daripada restorasi paduan dengan creep
yang lebih rendah.
Tidak adanya fase 2 yang rentan terhadap korosi dalam struktur mikro amalgam
tembaga tinggi dianggap sebagai faktor utama yang bertanggung jawab atas ketahanan
unggul paduan ini terhadap kerusakan marginal. Jika asumsi ini benar, sifat creep bukan
merupakan sifat penting untuk prediksi kerusakan marginal pada amalgam tembaga tinggi.
Perluasan amalgam dari kontaminasi kelembaban dari paduan yang mengandung seng juga
dapat menyebabkan jenis kegagalan ini.
Jadi beberapa mekanisme, secara terpisah atau bekerja secara sinergis, mungkin
bertanggung jawab atas kerusakan marginal. Pada saat ini, mekanisme pasti dari kerusakan
marginal dan sifat-sifat khusus ini tidak sepenuhnya dipahami. Namun, memilih paduan yang
secara inheren memiliki creep rendah dan memiliki ketahanan yang sangat baik terhadap
korosi sangat dianjurkan.

Preparasi atau Finishing Kavitas yang Tidak Tepat


Jika email yang tidak disangga tertinggal di area marginal dari preparasi kavitas, struktur gigi
dapat mengalami fraktur seiring waktu. Dengan demikian amalgam yang dibuang mungkin
melibatkan fraktur email yang berdekatan serta amalgam.
Pengukiran dan penyelesaian restorasi yang tidak tepat dan/atau kegagalan untuk
menghilangkan lapisan permukaan yang kaya merkuri dapat meninggalkan tepian amalgam
yang tipis dan lemah yang memanjang di atas email yang pada akhirnya akan patah,
meninggalkan margin yang hilang (Gambar 8-19). Ekstensi tipis seperti itu di luar garis akhir
preparasi gigi seringkali sulit untuk dideteksi dan dihilangkan. Salah satu metode adalah
untuk menyelesaikan margin ringan dengan cangkir poles profilaksis yang lembut dan tidak
bergaris dan pasta profilaksis yang halus dan sedikit lembab. Namun, cangkir harus
dimiringkan sedemikian rupa sehingga ujungnya berputar dari amalgam ke gigi (Gambar 8-
11).

Gambar 8-19 Pembongkaran marginal restorasi amalgam. Jika tepi bulu amalgam dibiarkan
tumpang tindih dengan enamel pada margin atau jika lapisan permukaan yang kaya merkuri
tidak dihilangkan dengan benar, ekstensi marginal dapat patah akibat tekanan pengunyahan.

Kelangsungan Hidup Restorasi Amalgam


Meskipun banyak faktor yang dapat menyebabkan kerusakan amalgam gigi, seperti yang
telah disebutkan di bagian sebelumnya, ujian terakhir adalah kelangsungan hidup jangka
panjang dari restorasi amalgam gigi yang ditempatkan dengan baik. Ketahanan restorasi
amalgam tergantung pada apakah restorasi amalgam ditempatkan dalam praktik umum atau
dalam studi klinis terkontrol. Waktu kelangsungan hidup rata-rata untuk restorasi amalgam
posterior adalah 7 sampai 15 tahun dalam praktek umum. Restorasi yang lebih besar dan
lebih kompleks termasuk dalam batas bawah kisaran ini. Berdasarkan studi klinis terkontrol,
dokter gigi yang bekerja di bawah sedikit batasan waktu untuk penempatan restorasi pada
pasien yang termotivasi memproyeksikan waktu kelangsungan hidup rata-rata 55 hingga 70
tahun.
Gambar 8-20 didasarkan pada 14 studi klinis terkontrol independen di mana
kelangsungan hidup restorasi amalgam dinilai berdasarkan kandungan tembaga dan sengnya.
Amalgam tembaga tinggi modern dengan Zn memiliki kelangsungan hidup terbaik secara
keseluruhan hampir 90% setelah 12 tahun. Amalgam tembaga tinggi tanpa Zn menghasilkan
yang terbaik berikutnya, dengan tingkat kelangsungan hidup sekitar 80%. Kurva
kelangsungan hidup untuk kedua kelompok amalgam ini dapat dibedakan hanya setelah kira-
kira 6 tahun, ketika kelangsungan hidup yang lebih baik dari sistem tembaga tinggi yang
mengandung sejumlah kecil Zn menjadi jelas. Kelompok berikutnya terdiri dari amalgam
rendah tembaga konvensional dengan Zn. Performa terburuk ditunjukkan oleh amalgam
rendah tembaga yang bebas Zn. Sistem ini menunjukkan kegagalan pada 50% restorasi
setelah hanya 10 tahun. Alasan perbedaan yang terlihat dalam penelitian ini tidak sepenuhnya
jelas. Namun, efek gabungan dan mungkin sinergis dari kandungan Cu dan Zn tambahan
mungkin menawarkan peningkatan perlindungan korosi pada restorasi.

Restorasi Amalgam yang Diperbaiki

• Gambar 8-20 Kurva kelangsungan hidup untuk restorasi amalgam yang diklasifikasikan
menurut kandungan tembaga dan seng. Baik tembaga dan seng tampaknya memberikan
perlindungan pada restorasi. Jadi dalam uji klinis ini, lebih banyak restorasi tembaga tinggi
yang mengandung seng bertahan daripada restorasi tembaga rendah tanpa seng. HC,
amalgam tembaga tinggi tanpa seng; HCZ, amalgam tembaga tinggi dengan seng; LC,
amalgam rendah tembaga tanpa seng; dan LCZ, amalgam tembaga rendah dengan seng.
(Diadaptasi dari Letzel H, et al: Pengaruh paduan amalgam pada kelangsungan hidup
restorasi amalgam: Analisis sekunder dari beberapa uji klinis terkontrol. J Dent Res 76:1787–
1798, 199

Ketika bagian dari restorasi amalgam gagal, mulai dari fraktur marginal, restorasi ini
terkadang dapat diperbaiki dengan memadatkan campuran amalgam baru secara langsung
pada bagian sisa dari restorasi yang ada. Faktor penting yang berhubungan dengan kualitas
perbaikan amalgam adalah ikatan antar muka antara amalgam baru dan lama. Perawatan
amalgam yang sudah ada merupakan faktor utama dalam mencapai kualitas bonding yang
tinggi, seperti pada bonding gigi (Bab 6, Kebersihan Permukaan Bonding).Permukaan
amalgam lama yang akan direkatkan harus dikasar untuk menghilangkan korosi dan
kontaminan saliva. dan bebas dari puing-puing yang lepas Ketika amalgam yang baru
ditriturasi dipadatkan langsung ke permukaan kasar amalgam yang ada, kekuatan lentur dari
struktur yang diperbaiki dapat mencapai 50% dari amalgam yang tidak diperbaiki. Perbaikan
harus dilakukan hanya jika area yang terlibat adalah area yang tidak akan mengalami
tegangan tinggi atau area di mana kedua bagian restorasi ditopang dan dipertahankan secara
memadai. Menggosok merkuri di tempat perbaikan sebelum meng kondensasi amalgam baru
atau meningkatkan kandungan merkuri dalam amalgam baru dapat lebih meningkatkan
kekuatan perbaikan. Kedua pendekatan tersebut menggunakan merkuri sebagai bahan
pengikat tetapi tidak dianjurkan karena meningkatkan paparan merkuri pada pasien.
Pembuatan slot pada amalgam yang ada untuk membentuk interlocking mekanis
antara kedua material juga meningkatkan kualitas sambungan perbaikan jika slot tersebut
dapat menghambat pertumbuhan retak. Beberapa bahan pengikat berbasis resin tampak lebih
unggul ketika kekasaran mekanis permukaan tidak dapat dilakukan. Reaksi antara paduan
amalgam yang tidak bereaksi dalam amalgam lama dan merkuri dalam amalgam baru
bertanggung jawab atas ikatan yang terjadi dengan restorasi yang diperbaiki. Penggunaan
bahan bonding dentin sebagian besar memfasilitasi retensi mekanis pada permukaan
amalgam tetapi menghilangkan manfaat ikatan kimia melalui merkuri pada antarmuka yang
diperbaiki.
Pilihan perbaikan lain untuk area yang menunjukkan kerusakan marginal minor—
celah yang lebarnya 250 m atau kurang—adalah mengetsa email yang berdekatan dengan
restorasi dan, setelah membilas dan mengeringkan area celah marginal, tutup celah dengan
perekat pengikat dentin. Ada bukti dari penelitian 10 tahun bahwa restorasi komposit yang
diikat dan disegel yang ditempatkan langsung di atas lesi kavitas yang meluas ke dentin
menghambat kemajuan klinis lesi ini selama penelitian. Baik restorasi amalgam komposit dan
konservatif yang disegel menunjukkan kinerja klinis yang unggul dan umur panjang
dibandingkan dengan restorasi amalgam yang tidak disegel. Pilihan perbaikan ini
menjanjikan tetapi membutuhkan lebih banyak bukti klinis untuk membuktikan bahwa teknik
ini dapat mencegah karies sekunder.
Diagnosis klinis karies sekunder (berulang) adalah alasan utama untuk mengganti
restorasi amalgam; Fraktur adalah alasan paling umum kedua untuk kegagalan restorasi
amalgam. Ketika karies sekunder didiagnosis, penggantian restorasi sering mengikuti.
Pengobatan alternatif adalah membuang sebagian dari restorasi ke kedalaman penuh di lokasi
cacat bersama dengan jaringan yang terinfeksi. Asalkan bagian utama restorasi memuaskan,
bagian restorasi yang dilepas dapat diisi dengan amalgam baru atau direstorasi dengan
komposit berbasis resin. Perbaikan restorasi yang ada sekarang dianggap sebagai alternatif
yang layak dan hemat biaya untuk penggantian lengkap, seperti yang dinyatakan dalam
berbagai publikasi studi klinis. Namun, tidak ada uji coba terkontrol acak yang
dipublikasikan yang dilaporkan menurut pernyataan Consolidated Standards of Reporting
Trials (CONSORT) per review Cochrane tahun 2014. Dokter harus mendasarkan keputusan
mereka pada pengalaman klinis dan keadaan individu dalam hubungannya dengan preferensi
pasien, di mana sesuai, ketika memutuskan apakah akan memperbaiki atau mengganti
restorasi.

PERTANYAAN KRITIS
Seorang pasien khawatir tentang keamanan restorasi amalgam setelah mendengar laporan
berita tentang toksisitas merkuri. Informasi terukur apa yang dapat Anda berikan untuk
meyakinkannya bahwa kadar uap merkuri yang dilepaskan dari restorasi amalgam jauh di
bawah ambang batas yang diketahui untuk toksisitas merkuri?

Keamanan Restorasi Amalgam


Restorasi amalgam hanya dimungkinkan karena karakteristik unik dari merkuri. Merkuri juga
merupakan elemen yang sangat mempengaruhi sifat dasar yang diperlukan untuk layanan
klinis. Masalah keamanan penggunaan merkuri di lingkungan mulut telah diangkat sejak
amalgam diperkenalkan di Amerika Utara pada tahun 1833. Beberapa aspek kontroversi saat
ini dan masa depan amalgam dibahas di bagian ini. Informasi tambahan tentang
biokompatibilitas merkuri dan amalgam diberikan dalam Bab 17, Dental Amalgam, tentang
efek biologis bahan kedokteran gigi. Untuk memahami kemungkinan efek samping amalgam
gigi, perbedaan antara alergi dan toksisitas harus didiskusikan.

Alergi
Biasanya, respons alergi merupakan reaksi antigen-antibodi yang ditandai dengan gatal,
ruam, bersin, dan kesulitan bernapas, disertai pembengkakan atau gejala lainnya. Dermatitis
kontak, yang merupakan tanda klinis reaksi hipersensitivitas tipe IV Coombs, merupakan
efek samping patologis yang paling mungkin dari amalgam gigi. Ketika reaksi tersebut telah
didokumentasikan oleh ahli alergi, bahan alternatif, seperti komposit resin atau bahan
keramik, harus digunakan. Namun, tidak satu pun dari bahan-bahan ini yang terbukti lebih
aman, dalam segala hal, daripada amalgam gigi.

Toksisitas
Toksisitas adalah potensi bahan yang berhubungan dengan dosis untuk menyebabkan
kematian sel atau jaringan. Beberapa orang percaya bahwa toksisitas merkuri dari restorasi
gigi adalah penyebab penyakit tertentu yang tidak terdiagnosis, dan bahwa bahaya nyata
mungkin ada bagi dokter gigi atau asisten gigi ketika uap merkuri terhirup selama
pencampuran, penempatan, dan pembuangan. Sebagian besar individu yang terkena dampak
yang didokumentasikan dalam laporan toksisitas merkuri dan reaksi alergi yang disebabkan
amalgam gigi adalah dokter gigi atau asisten (perawat) di klinik gigi. Beberapa kasus tersebut
telah dilaporkan selama beberapa dekade terakhir, mungkin karena perbaikan dalam
teknologi enkapsulasi, desain kapsul, metode penyimpanan memo, penghapusan karpet dan
situs retensi merkuri lainnya di sekitar kantor gigi, dan penurunan penggunaan amalgam.
Masalah ini kembali mengemuka dengan kekhawatiran baru-baru ini tentang pencemaran
merkuri terhadap lingkungan.
Pertemuan pasien dengan uap merkuri selama insersi restorasi berlangsung singkat,
dan jumlah total uap merkuri yang dilepaskan selama oklusi pada restorasi amalgam jauh di
bawah tingkat “tidak ada efek”. Tidak diragukan lagi, sejumlah kecil merkuri dilepaskan
selama pengunyahan. Namun, reaksi toksik pada pasien dari jejak merkuri yang menembus
gigi atau sensitisasi dari garam merkuri yang larut dari permukaan amalgam sangat jarang.

Kebersihan Merkuri di Klinik Gigi


Potensi bahaya merkuri di klinik gigi dapat sangat dikurangi dengan memperhatikan
beberapa tindakan pencegahan. Operator harus berventilasi baik. Semua kelebihan merkuri—
termasuk limbah, kapsul sekali pakai, dan amalgam yang dibuang selama kondensasi—harus
dikumpulkan dan disimpan dalam wadah yang tertutup rapat. Puing amalgam dari
pemotongan dan penggilingan dapat terperangkap dengan memasang pemisah partikel
amalgam di aliran air limbah gigi. Badan Perlindungan Lingkungan AS (EPA) mewajibkan
sebagian besar kantor gigi di seluruh negeri untuk memasang pemisah partikel amalgam
paling lambat tanggal 14 Juli 2020. Pembuangan yang benar melalui vendor gigi terkemuka
adalah wajib untuk mencegah pencemaran lingkungan. Potongan amalgam dan bahan yang
terkontaminasi merkuri atau amalgam tidak boleh dibakar atau disterilisasi dengan panas.
Jika merkuri tumpah, ini harus dibersihkan sesegera mungkin. Penyedot debu biasa hanya
menyebarkan merkuri lebih jauh melalui sistem pembuangan. Bubuk penekan merkuri sangat
membantu tetapi harus dianggap sebagai tindakan sementara. Jika merkuri mengenai kulit,
kulit harus dicuci dengan sabun dan air.
Seperti disebutkan sebelumnya, kapsul, baik yang dapat digunakan kembali maupun
sekali pakai, yang menggunakan amalgamator mekanis harus memiliki tutup yang pas untuk
menghindari kebocoran merkuri. Saat amalgam digiling, semprotan air dan penyedot harus
digunakan. Pelindung mata, masker sekali pakai, dan sarung tangan sekarang menjadi
persyaratan standar untuk praktik kedokteran gigi. Penggunaan kondensor amalgam
ultrasonik tidak dianjurkan. Semburan tetesan merkuri kecil telah diamati di sekitar ujung
kondensor selama kondensasi. Rekomendasi yang lebih rinci dapat diperoleh dengan
membaca laporan terbaru dari ADA's Council on Scientific Affairs.
Bagian penting dari program penanganan bahan beracun adalah pemantauan berkala
terhadap tingkat paparan aktual. Rekomendasi saat ini menyarankan agar prosedur ini
dilakukan setiap tahun. Beberapa teknik tersedia. Instrumen dapat digunakan yang
menghasilkan rata-rata tertimbang waktu untuk paparan merkuri terhadap sampel udara di
dalam operasi. Lencana film juga tersedia yang dapat dikenakan oleh personel kantor dengan
cara seperti lencana paparan radiasi. Penentuan biologis dapat dilakukan pada staf kantor
untuk mengukur kadar merkuri dalam darah atau urin. Risiko paparan merkuri terhadap
personel gigi tidak dapat diabaikan, tetapi kepatuhan yang ketat terhadap prosedur kebersihan
yang direkomendasikan akan membantu memastikan lingkungan kerja yang aman.

Regulasi Penggunaan Amalgam oleh Pemerintah


Saat ini, beberapa negara sedang menghentikan penggunaan amalgam gigi secara bertahap
karena masalah lingkungan. Aspek penting dari semua tindakan ini adalah kesimpulan
bahwa, dari sudut pandang medis, tidak ada bukti klinis yang menunjukkan bahwa amalgam
menyebabkan penyakit pada populasi umum.
Denmark menerbitkan rancangan perintah pada tahun 1989 yang mengusulkan untuk
menghentikan penjualan semua produk yang mengandung merkuri, termasuk amalgam gigi,
pada tahun 1999. Pada tahun 1992, parlemen Swedia menyetujui rencana umum untuk
menghapus merkuri dari semua sumber, termasuk amalgam pada gigi sementara anak-anak.
Sistem kesehatan nasional Swedia berhenti membayar pasien untuk restorasi amalgam pada
tahun 1999. Keputusan ini sangat mengurangi penggunaan amalgam sebelum larangan
menyeluruh terhadap merkuri mulai berlaku pada 1 Juni 2009. Pada tahun 2008, Norwegia
mengumumkan larangan umum penggunaan merkuri di produk, yang meliputi amalgam gigi,
dengan periode penghentian selama 3 tahun. Swedia dan Denmark mengumumkan larangan
serupa di tahun yang sama.
Pada tahun 1996, Health Canada merekomendasikan bahwa penggunaan amalgam
harus dihindari pada gigi sulung anak-anak, wanita hamil, dan pasien dengan gangguan
ginjal. Selain itu, dokter harus menggunakan praktik penanganan yang aman dengan merkuri
dan memberikan informasi kepada pasien tentang manfaat dan risiko perawatan amalgam.
Austria, Jerman, dan Jepang memiliki batasan serupa dalam penggunaan amalgam gigi. Di
Jepang, permintaan merkuri untuk digunakan dalam amalgam menurun dari 5200 kg pada
tahun 1970 menjadi 100 kg pada tahun 2006. Emisi tahunan merkuri ke udara dari amalgam
pada tahun 2005 diperkirakan sekitar 3 kg. Pada tahun 2009, Badan Pengawas Obat dan
Makanan AS (FDA) mengeluarkan aturan terakhir (FDA2008-N-0163) yang
mengklasifikasikan amalgam gigi sebagai perangkat kelas II. Klasifikasi FDA dari semua
perangkat medis dibahas secara rinci dalam kelas risiko Bab 17, Peraturan Hukum dan Kelas
Risiko.
Meskipun kebijakan penggunaan amalgam gigi sedang direvisi di beberapa negara,
diskusi global tentang pembatasan penggunaan produk merkuri yang dipimpin oleh Program
Lingkungan Perserikatan Bangsa-Bangsa (UNEP) telah mengadopsi kesimpulan dari
Konvensi Minamata tentang Merkuri yang dibuka untuk ditandatangani di Konferensi
Diplomatik di Kumamoto, Jepang, pada 10 Oktober 2013. Ada 127 pihak dalam perjanjian
tersebut hingga Januari 2021. Perjanjian tersebut adalah perjanjian lingkungan multilateral
yang membahas aktivitas manusia tertentu yang berkontribusi terhadap pencemaran merkuri
yang meluas. Ketentuan dari perjanjian yang terkait dengan amalgam gigi adalah bahwa
langkah-langkah yang diambil masing-masing pihak untuk mengurangi penggunaan amalgam
gigi harus memungkinkan untuk keadaan domestik pihak dan pedoman internasional yang
relevan dan harus mencakup dua atau lebih tindakan yang tercantum dalam dokumen.
Mereka termasuk menetapkan tujuan nasional untuk mengurangi karies dan meminimalkan
penggunaan amalgam, mencegah penggunaan amalgam melalui kebijakan pendidikan dan
asuransi, membatasi penggunaan bentuk amalgam yang dikemas jika diperlukan,
mempromosikan penggunaan dan penelitian merkuri yang efektif biaya dan efektif secara
klinis. alternatif gratis, dan mempromosikan penggunaan praktik lingkungan terbaik di
fasilitas gigi untuk mengurangi pelepasan merkuri dan senyawa merkuri ke air dan tanah.
Pada dasarnya, konvensi tersebut menyerukan pendekatan bertahap untuk amalgam gigi
melalui penekanan yang lebih besar pada pencegahan, penelitian bahan gigi baru, dan praktik
manajemen terbaik. Informasi terkini tentang Konvensi Minamata tentang Merkurius dapat
ditemukan di http://www.mercuryconvention.org.

Bacaan Terpilih

Anda mungkin juga menyukai