Sampul
Kata Kunci (Putu Sri Irayani/2002551005)
Amalgam, alloy yang mengandung merkuri.
Amalgamasi, proses pencampuran merkuri cair dengan satu atau lebih metal atau alloy untuk
membentuk amalgam.
Kondensasi, proses penekanan dental amalgam untuk menghilangkan kelebihan merkuri dan
memastikan kontinuitas fase matriks.
Creep, strain atau deformasi yang bergantung pada waktu yang dihasilkan oleh tegangan.
Proses creep dapat menyebabkan restorasi amalgam memanjang keluar dari lokasi restorasi,
sehingga meningkatkan kerentanannya terhadap marginal breakdown.
Delayed expansion, ekspansi bertahap dari amalgam yang mengandung zinc selama
beberapa minggu hingga bulan. Ekspansi ini dikaitkan dengan pengembangan gas hidrogen,
yang disebabkan oleh penggabungan uap air dalam massa plastik selama manipulasinya
dalam preparasi cavity.
Dental amalgam, alloy yang terbentuk dari reaksi merkuri dengan perak, tembaga, dan
timah, dan beberapa mengandung paladium, zinc, dan elemen lain untuk meningkatkan
karakteristik penanganan dan kinerja klinis.
Dental amalgam alloy (alloy untuk dental amalgam) alloy dari perak, tembaga, timah, dan
elemen lain yang diproses dalam bentuk partikel bubuk.
Marginal breakdown, fraktur bertahap pada perimeter atau margin tambalan dental
amalgam, yang mengarah pada pembentukan celah antara amalgam dan gigi.
Triturasi, pencampuran partikel amalgam alloy dengan merkuri dalam alat yang disebut
triturator; istilah ini juga digunakan untuk menggambarkan pengurangan partikel padat
menjadi halus dengan penggilingan (grinding) atau gesekan.
1. Amalgam Alloy
(Marcel Handoko/ 2002551018)
Amalgam yang digunakan saat ini sebagian besar didasarkan pada formulasi yang diterbitkan
oleh G. V. Black pada tahun 1895. Modifikasi utama pada formulasi tersebut adalah
meningkatkan kandungan tembaga dan pembuatannya.
Terlepas dari sejarah panjang keberhasilan amalgam sebagai bahan restoratif, ada
kekhawatiran mengenai efek yang merugikan bagi kesehatan yang timbul dari paparan
merkuri dalam amalgam gigi. Karena kemajuan dalam komposit berbasis resin dan teknologi
perekat dalam kedokteran gigi, penggunaan amalgam telah menurun secara substansial.
Penggunaan amalgam gigi akan dibatasi di masa depan dan pada akhirnya dapat dihapus dari
armamentarium klinisi.
Keterampilan praktis dan pemahaman ilmiah yang baik tentang materi diperlukan untuk
membuat restorasi berkualitas tinggi. Bahkan ketika amalgam sudah tidak dipakai lagi pada
pasien, masih akan ada miliaran restorasi amalgam yang tersisa di mulut pasien. Banyak dari
restorasi ini memerlukan perhatian, seperti prosedur penggantian, perbaikan, atau perbaikan.
Dalam bab ini, struktur amalgam, properti, dan karakteristik manipulasi dibahas. Namun,
konsep-konsep ini memerlukan pemahaman tentang beberapa istilah kunci yang umum
digunakan oleh profesi kedokteran gigi.
Dental amalgam alloy modern yang bagus dapat dimanipulasi sehingga restorasi dapat
bertahan lama, rata-rata 12-15 tahun. Prepariasi kavitasnya harus di rancang dengan benar,
dan amalgam harus dimanipulasi dengan baik sehingga tidak ada bagian dari restorasi
amalgam ditempatkan dibawah tegangan tarik yang berlebihan. Variabel-variabel manipulasi
yang akan didiskusikan pada bab ini adalah rasio merkuri/alloy, triturasi, dan kondensasi.
1. Rasio Merkuri/Alloy
Rasio merkuri/alloy adalah berat dari merkuri dibagi dengan berat dari alloy
yang dibutuhkan untuk triturasi. Merkuri dengan jumlah yang cukup harus ada dalam
campuran untuk menghasilkan koheren dan massa yang plastis setelah triturasi, tetapi
jumlahnya harus cukup rendah sehingga kandungan merkuri pada restorasi berada
pada tingkatan yang dapat diterima tanpa perlu untuk menghapus dalam jumlah yang
banyak selama kondensasi. Kandungan merkuri dari lathe-cut alloy sekitar 50%
berdasarkan berat, dan untuk spherical alloys 42% berdasarkan berat. Ketika alat
mortar dan pestle digunakan untuk mencampur amalgam, diperlukan jumlah merkuri
yang berlebih untuk memperoleh amalgam yang halus dan plastis. Penghapusan
merkuri yang berlebih dapat dicapai dengan memeras atau meremas-remas campuran
amalgam pada kain peras sebelum disisipkan ke kavitas yang sudah disiapkan.
Gambar 8-2 Tipe kapsul triturasi amalgam. A, Reusable capsules dengan pestle. B,
Preproportioned capsule dengan pestle. C, Preproportioned capsule tanpa pestle.
Terlepas dari metode yang digunakan, jumlah merkuri dan alloy yang baik
harus selalu proporsional, atau preproportioned capsule harus diaktivasi sebelum
memulai triturasi.
2. Triturasi Mekanis
Tujuan dari triturasi adalah untuk memastikan amalgamasi merkuri dan alloy
sesuai dan menyediakan konsistensi yang optimal untuk kondensasi. Fokus dari
triturasi termasuk triturator dan konsistensi dari campuran.
3. Triturator
Gambar 8-3 Triturator yang dapat diprogram
Pabrik alloy sering menyediakan list rekomendasi jadwal waktu dan kecepatan
setting dalam siklus per menit untuk alloy mereka dan berbagai tipe dari
amalgamator. Karena kecepatan yang bervariasi dalam amalgamator, jadwal tersebut
seharusnya dijadikan panduan kasar. Dokter gigi dan asisten dokter gigi mungkin
ingin untuk menyesuaikan waktu yang dibutuhkan untuk mencapai konsistensi yang
benar. Untuk pemberian alloy, rasio merkuri/alloy, menaikkan waktu triturasi dan
atau mempersingkat kecepatan working dan setting times.
Kapsul yang dapat digunakan kembali atau reusable capsule harus bersih dan bebas
dari campuran sebelumnya, alloy yang mengeras. Pada setiap akhir prosedur triturasi,
seharusnya secepatnya menghilangkan pestle dari kapsul, mengganti tutup,
memasukan kembali kapsul ke amalgamator, hidupkan 1 atau 2 detik dan hilangkan
amalgam. Proses mulling secara umum menyebabkan campuran untuk menyatu
sehingga amalgam dapat dengan mudah dibersihkan dari kapsul dengan residu yang
minimal pada kapsul. Mulling meminimalisir untuk mengikis sebagian alloy yang
mengeras, yang biasanya menghasilkan goresan pada kapsul.
Gambar 8-10 Tampilan campuran amalgam yang baru saja di triturasi. A, Kasar,
undertriturated mixture: restorasi membuat campuran memiliki kekuatan yang lemah
dan memiliki resistensi yang buruk terhadap korosi. Campuran ini mungkin terlihat
seperti massa yang padat, tapi permukaannya tetap tanpa kilau, seperti yang terlihat
pada gambar. B, Sebuah triturasi amalgam yang baik yang terlihat bulat, dengan
permukaan yang halus dan berkilau. C, Sebuah campuran amalgam yang
overtriturated, yang lebih mengkilap dari campuran amalgam dengan triturasi yang
baik, dan karena konsistensinya lebih cair, massanya terlihat lebih pipih.
4. Kondensasi
Tujuan dari kondensasi adalah untuk memadatkan alloy ke kavitas yang sudah
disiapkan sehingga kemungkinan kepadatan terbaik tercapai dengan adanya merkuri
yang cukup untuk memastikan kelanjutan dari fase matrix antara partikel alloy yang
tersisa. Hasil dari pengurangan merkuri dan porositas yang berlebih dalam set
amalgam.
5. Prosedur Kondensasi
Jika kavitasnya besar atau untuk alasan yang tidak semestinya, waktu
digunakan untuk menyelesaikan kondensasi, campuran lainnya seharusnya dibuat
sebelum yang semula digunakan atau ketika plastisitasnya hilang. Kondensasi
material yang sebagian tersusun patah dan memecah matriks yang telah terbentuk.
Tambahan, ketika beberapa plastisitas alloy telah hilang, kondensasi tanpa
menghasilkan rongga internal dan lapisan itu susah. Prosedur dari kondensasi
berlanjut sampai kavitas penuh.
6. Tekanan kondensasi
Tekanan kondensasi diatur oleh luas permukaan kondensor dan gaya yang
diberikan oleh operator pada campuran. Ketika gaya yang diberikan digunakan,
semakin kecil kondensor, semakin besar tekanan yang diberikan pada amalgam. Jika
titik kondensor terlalu besar, operator tidak bisa menghasilkan tekanan yang cukup
untuk memadatkan amalgam secara memadai dan memaksa campuran ke area
retentive dan memaksa campuran masuk ke daerah retentif. Sebuah penelitian dengan
30 partisipan menunjukkan bahwa gaya yang digunakan berkisar 13,3 sampai 17,8 N
(3-4 lb). Untuk memastikan kepadatan maksimum dan adaptasi pada dinding kavitas,
gaya kondensasi harus sebesar alloy, konsisten dengan kenyamanan pasien. Banyak
spherical alloy hanya menawarkan resistensi minimal untuk gaya kondensasi. Oleh
karena itu, kekuatan dari spherical amalgam alloys cenderung kurang sensitif untuk
tekanan kondensasi.
Gambar 8-11 Proses finishing terakhir sebuah margin amalgam dengan halus,
unribbed prophylaxis cup dan fine prophylaxis paste. Cupsnya seharusnya digunakan
dengan tekanan yang sangat kecil untuk menghindari perataan dari kontur anatomi.
Setelah carving, permukaan restorasi harus dihaluskan. Pada proses ini dapat
dicapai dengan memoleskan permukaan oklusal dengan ball burnisher dan restorasi
margin dengan rigid, flat-bladed instrument. Penghalusan terakhir dapat dengan
menggosokan permukaan menggunakan pelet kapas yang lembab atau dengan sedikit
haluskan permukaan dengan rubber polishing cup dan polishing yang sangat halus
atau prophylaxis paste (Gambar 8-11). Data klinis dari kinerja restorasi mendukung
keinginan untuk memoles dengan fast-setting, high-cooper system. Pemolesan dengan
slow-setting alloys dapat merusak margin restorasi.
Terlepas dari alloy, metode triturasi, atau teknik kondensasi, permukaan yang
terukir dari restorasi terlihat kasar, seperti yang ditunjukkan oleh permukaan tumpul
dari restorasi terlihat pada (Gambar 8-12,A). Permukaan tertutupi dengan goresan,
lubang, dan penyimpangan, yang dapat mengakibatkan konsentrasi sel korosi dari
waktu ke waktu (Bab 3, Concentration Cell Corrosion). Permukaan yang halus pada
restorasi terlihat pada (Gambar 8-12,B) yang dihasilkan dari prosedur finishing akhir.
Hasil akhir dari restorasi seharusnya diundur setidaknya selama 24 jam setelah
kondensasi dan lebih lama lebih baik. Diskusi selanjutnya mengenai polishing
amalgam dapat ditemukan pada Bab 16 Dental Amalgams.
2. Kekuatan
Syarat utama restorasi amalgam adalah kekuatan yang cukup untuk menahan beban
pengunyahan. Dalam restorasi yang dirancang dengan baik, kegagalan fraktur dari
restorasi amalgam relatif jarang terjadi. Lebih umum adalah cacat atau kerusakan
pada margin amalgam. Terdapat perbedaan pendapat mengenai hal ini, apakah
kerusakan marginal disebabkan oleh fraktur enamel atau amalgam yang terlihat
sebagai marginal breakdown.
Secara tradisional, kekuatan dental amalgam telah diukur di bawah compressive stress
menggunakan spesimen dimensi sebanding dengan volume restorasi amalgam khas.
Ketika kekuatan diukur dengan cara ini, kekuatan tekan dari amalgam diharapkan
setidaknya mencapai 310 MPa.
Amalgam memiliki kekuatan yang lebih dari cukup untuk menahan beban tekan
potensial. Namun, amalgam jauh lebih lemah dalam tension daripada kompresi.
Tekanan tensile dapat dengan mudah terjadi pada restorasi amalgam. Sebagai contoh,
tekanan pada cusp dari gigi yang direstorasi dapat menimbulkan stress kompleks yang
menghasilkan tegangan tensile pada isthmus restorasi. Penting untuk ditekankan
kembali bahwa amalgam tidak dapat menahan tegangan tensile yang tinggi. Desain
restorasi diharapkan mencakup struktur pendukung apabila terdapat bahaya mengenai
restorasi yang akan tertekuk atau tertarik. Penggunaan high-copper amalgam tidak
akan membantu karena kekuatan tensile high-copper amalgam tidak jauh berbeda
dengan low-copper amalgam.
a. Efek Triturasi
Waktu triturasi dan kecepatan amalgamator menentukan efek triturasi.
Undertrituration ataupun overtrituration akan menurunkan kekuatan untuk
amalgam konvensional dan high-copper amalgam.
b. Pengaruh Kandungan Merkuri
Merkuri yang tidak mencukupi di antara partikel dapat menghasilkan
campuran granular yang kering. Campuran seperti ini menghasilkan
permukaan kasar dan berlubang yang memicu korosi. Dengan meningkatkan
kandungan merkuri akhir berarti meningkatkan fraksi volume fase matriks.
Kandungan merkuri yang lebih tinggi mendorong pembentukan fase γ2,
bahkan dalam amalgam yang mengandung high-copper, serta akan terjadi
insiden dan keparahan fraktur yang lebih besar seiring bertambahnya usia
restorasi amalgam.
c. Efek Kondensasi
Teknik kondensasi yang baik mengekspresikan merkuri dan menghasilkan
fraksi volume fase matriks yang lebih kecil. Tekanan kondensasi yang lebih
tinggi diperlukan untuk amalgam lathe-cut. Dalam kasus amalgam berbentuk
bola, tekanan yang lebih ringan menghasilkan kekuatan yang cukup,
sedangkan tekanan kondensor yang lebih besar hanya akan menembus
amalgam.
d. Efek Porositas
Porositas merupakan faktor yang dapat menurunkan kekuatan tekan amalgam
yang terbentuk. Kurangnya plastisitas campuran amalgam yang disebabkan
oleh delayed kondensasi atau undertrituration menyebabkan porositas dalam
setting amalgam. Tekanan kondensasi yang tidak mencukupi pada alloy lathe-
cut menghasilkan lebih banyak porositas.
e. Pengaruh Tingkat Pengerasan Amalgam
Karena pasien diperbolehkan meninggalkan dental chair dalam waktu 20
menit setelah triturasi amalgam, pertanyaannya apakah amalgam telah
memperoleh kekuatan yang cukup untuk mencegah fraktur yang disebabkan
oleh tekanan oklusal yang terlalu tinggi yang dipaksakan oleh pasien. Ketika
pasien dipulangkan, compressive strength amalgam mungkin hanya 6% dari
kekuatan 1 minggu. Jadi, persentase fraktur yang tinggi pada restorasi
amalgam kemungkinan terjadi dalam beberapa jam pertama setelah insersi.
Spesifikasi ADA No. 1 menetapkan minimum compressive strength adalah 80
MPa per 1 jam. Kekuatan ini akan membuat kemungkinan fraktur lebih kecil
jika pasien secara tidak sengaja menggigit restorasi segera setelah
meninggalkan dental care. Meskipun demikian, pasien tetap diperingatkan
untuk tidak melakukan restorasi dengan kekuatan gigitan yang tinggi
setidaknya selama 8 jam setelah penumpatan. Pada saat itu, amalgam yang
khas akan mencapai setidaknya 70% dari kekuatannya.
3. Creep
Gambar 8-16 Dua permukaan restorasi amalgam (kiri) low-copper amalgam dengan
marginal breakdown yang parah (kanan) perbedaan marginal minimal dari restorasi amalgam
berkualitas tinggi yang dihasilkan dari high-copper admix alloy. Dimana kedua amalgam
ditempatkan pada waktu yang sama.
Creep terjadi ketika bahan padat perlahan berubah bentuk secara plastis di bawah
pengaruh tekanan konstan. Pada diskusi sebelumnya telah dijelaskan bahwa delayed
ekspansi adalah bentuk creep yang disebabkan oleh tekanan konstan dari
pembentukan gas hidrogen dalam amalgam yang mengandung zinc yang
terkontaminasi uap air. Contoh lain dari creep adalah ketika segmen amalgam yang
menonjol di tepi restorasi patah dan meninggalkan parit di sekitar margin. Creep
amalgam ditentukan dengan menempatkan silinder set amalgam (diameter 4 mm dan
panjang 6 mm) di bawah compressive stress 36 MPa. Spesimen disiapkan dan
disimpan pada suhu 37 °C selama 7 hari sebelum pengujian. Perubahan panjang
antara 1 dan 4 jam sebagai persentase dari panjang aslinya adalah nilai creep yang
dilaporkan.
Ketika amalgam creep secara klinis, fase γ1 adalah fase yang terdeformasi secara
plastis. Tingkat creep yang lebih tinggi diharapkan untuk amalgam dengan fraksi
volume 1 yang lebih tinggi, dan sebaliknya. Adanya fase γ2 dapat meningkatkan laju
creep. Oleh karena itu faktor-faktor manipulatif yang telah dibahas sebelumnya yang
memaksimalkan kekuatan juga meminimalkan creep untuk jenis amalgam tertentu.
PERTANYAAN KRITIS
Seorang pasien melaporkan nyeri saat mengunyah 1 hari setelah restorasi amalgam dipasang.
Apa penyebab paling mungkin dari kondisi ini, dan apa solusi terbaiknya?
Seorang pasien yang mengeluh sakit 1 hari setelah restorasi amalgam ditempatkan
tidak dapat menderita efek ekspansi tertunda yang disebabkan oleh kontaminasi kelembaban.
Seseorang harus memeriksa permukaan restorasi untuk tanda abrasi mengkilap yang
menunjukkan kemungkinan hiper oklusi. Rasa sakit akan hilang segera setelah oklusi
disesuaikan dengan benar. Kemungkinan lain adalah perkembangan retakan pada gigi karena
reduksi gigi yang berlebihan dan cusp yang melemah. Situasi ini mungkin memerlukan
penggantian amalgam dan penutup dari cusp atau cusp yang melemah, seperti yang dilakukan
dengan restorasi cast-onlay. Ada juga kemungkinan
retaknya kecil dan tidak mengancam integritas cusp atau vitalitas gigi. Dalam hal ini, etsa
dinding retak dan ikatan celah dapat memberikan solusi sementara yang cukup. Upaya
terakhir adalah merestorasi gigi dengan onlay atau mahkota penuh untuk meminimalkan
risiko patah gigi.
PERTANYAAN KRITIS
Variabel mana yang mempengaruhi kerusakan marginal restorasi amalgam? Manakah dari
faktor-faktor ini yang berada di bawah kendali dokter gigi?
Kerusakan Marginal
Gambar 8-18 Restorasi amalgam yang “dibuang” dengan kerusakan marginal yang
parah. (Courtesy Dr. Saulo Geraldeli.)
Meskipun margin (Gambar 8-18) mungkin tidak berkembang ke titik di mana karies sekunder
mungkin telah berkembang, restorasi tidak sedap dipandang, dan kerusakan lebih lanjut dapat
diantisipasi. Pemeriksaan restorasi klinis berhubungan dengan karies sekunder dengan
perbedaan marginal yang melebihi 50 m. Banyak restorasi diganti sebagai tindakan
pencegahan. Penelitian telah menunjukkan bahwa pada populasi dengan kebersihan mulut
yang baik, kejadian karies sekunder cukup rendah, bahkan dengan adanya kerusakan
marginal yang parah. Jadi pendekatan yang lebih konservatif, seperti perbaikan atau
perbaikan, telah disarankan.
Tingkat creep telah ditemukan berkorelasi dengan kerusakan marginal amalgam
rendah tembaga konvensional; yaitu, semakin tinggi jumlah creep, semakin besar tingkat
kerusakan marginal. Tampaknya ada sedikit korelasi antara creep dan kerusakan marginal
dengan paduan yang memiliki nilai creep di bawah 1%. Namun, ketika nilai creep di atas
level ini, restorasi yang dibuat dari paduan dengan creep yang lebih tinggi umumnya
menunjukkan kerusakan marginal yang lebih besar daripada restorasi paduan dengan creep
yang lebih rendah.
Tidak adanya fase 2 yang rentan terhadap korosi dalam struktur mikro amalgam
tembaga tinggi dianggap sebagai faktor utama yang bertanggung jawab atas ketahanan
unggul paduan ini terhadap kerusakan marginal. Jika asumsi ini benar, sifat creep bukan
merupakan sifat penting untuk prediksi kerusakan marginal pada amalgam tembaga tinggi.
Perluasan amalgam dari kontaminasi kelembaban dari paduan yang mengandung seng juga
dapat menyebabkan jenis kegagalan ini.
Jadi beberapa mekanisme, secara terpisah atau bekerja secara sinergis, mungkin
bertanggung jawab atas kerusakan marginal. Pada saat ini, mekanisme pasti dari kerusakan
marginal dan sifat-sifat khusus ini tidak sepenuhnya dipahami. Namun, memilih paduan yang
secara inheren memiliki creep rendah dan memiliki ketahanan yang sangat baik terhadap
korosi sangat dianjurkan.
Gambar 8-19 Pembongkaran marginal restorasi amalgam. Jika tepi bulu amalgam dibiarkan
tumpang tindih dengan enamel pada margin atau jika lapisan permukaan yang kaya merkuri
tidak dihilangkan dengan benar, ekstensi marginal dapat patah akibat tekanan pengunyahan.
• Gambar 8-20 Kurva kelangsungan hidup untuk restorasi amalgam yang diklasifikasikan
menurut kandungan tembaga dan seng. Baik tembaga dan seng tampaknya memberikan
perlindungan pada restorasi. Jadi dalam uji klinis ini, lebih banyak restorasi tembaga tinggi
yang mengandung seng bertahan daripada restorasi tembaga rendah tanpa seng. HC,
amalgam tembaga tinggi tanpa seng; HCZ, amalgam tembaga tinggi dengan seng; LC,
amalgam rendah tembaga tanpa seng; dan LCZ, amalgam tembaga rendah dengan seng.
(Diadaptasi dari Letzel H, et al: Pengaruh paduan amalgam pada kelangsungan hidup
restorasi amalgam: Analisis sekunder dari beberapa uji klinis terkontrol. J Dent Res 76:1787–
1798, 199
Ketika bagian dari restorasi amalgam gagal, mulai dari fraktur marginal, restorasi ini
terkadang dapat diperbaiki dengan memadatkan campuran amalgam baru secara langsung
pada bagian sisa dari restorasi yang ada. Faktor penting yang berhubungan dengan kualitas
perbaikan amalgam adalah ikatan antar muka antara amalgam baru dan lama. Perawatan
amalgam yang sudah ada merupakan faktor utama dalam mencapai kualitas bonding yang
tinggi, seperti pada bonding gigi (Bab 6, Kebersihan Permukaan Bonding).Permukaan
amalgam lama yang akan direkatkan harus dikasar untuk menghilangkan korosi dan
kontaminan saliva. dan bebas dari puing-puing yang lepas Ketika amalgam yang baru
ditriturasi dipadatkan langsung ke permukaan kasar amalgam yang ada, kekuatan lentur dari
struktur yang diperbaiki dapat mencapai 50% dari amalgam yang tidak diperbaiki. Perbaikan
harus dilakukan hanya jika area yang terlibat adalah area yang tidak akan mengalami
tegangan tinggi atau area di mana kedua bagian restorasi ditopang dan dipertahankan secara
memadai. Menggosok merkuri di tempat perbaikan sebelum meng kondensasi amalgam baru
atau meningkatkan kandungan merkuri dalam amalgam baru dapat lebih meningkatkan
kekuatan perbaikan. Kedua pendekatan tersebut menggunakan merkuri sebagai bahan
pengikat tetapi tidak dianjurkan karena meningkatkan paparan merkuri pada pasien.
Pembuatan slot pada amalgam yang ada untuk membentuk interlocking mekanis
antara kedua material juga meningkatkan kualitas sambungan perbaikan jika slot tersebut
dapat menghambat pertumbuhan retak. Beberapa bahan pengikat berbasis resin tampak lebih
unggul ketika kekasaran mekanis permukaan tidak dapat dilakukan. Reaksi antara paduan
amalgam yang tidak bereaksi dalam amalgam lama dan merkuri dalam amalgam baru
bertanggung jawab atas ikatan yang terjadi dengan restorasi yang diperbaiki. Penggunaan
bahan bonding dentin sebagian besar memfasilitasi retensi mekanis pada permukaan
amalgam tetapi menghilangkan manfaat ikatan kimia melalui merkuri pada antarmuka yang
diperbaiki.
Pilihan perbaikan lain untuk area yang menunjukkan kerusakan marginal minor—
celah yang lebarnya 250 m atau kurang—adalah mengetsa email yang berdekatan dengan
restorasi dan, setelah membilas dan mengeringkan area celah marginal, tutup celah dengan
perekat pengikat dentin. Ada bukti dari penelitian 10 tahun bahwa restorasi komposit yang
diikat dan disegel yang ditempatkan langsung di atas lesi kavitas yang meluas ke dentin
menghambat kemajuan klinis lesi ini selama penelitian. Baik restorasi amalgam komposit dan
konservatif yang disegel menunjukkan kinerja klinis yang unggul dan umur panjang
dibandingkan dengan restorasi amalgam yang tidak disegel. Pilihan perbaikan ini
menjanjikan tetapi membutuhkan lebih banyak bukti klinis untuk membuktikan bahwa teknik
ini dapat mencegah karies sekunder.
Diagnosis klinis karies sekunder (berulang) adalah alasan utama untuk mengganti
restorasi amalgam; Fraktur adalah alasan paling umum kedua untuk kegagalan restorasi
amalgam. Ketika karies sekunder didiagnosis, penggantian restorasi sering mengikuti.
Pengobatan alternatif adalah membuang sebagian dari restorasi ke kedalaman penuh di lokasi
cacat bersama dengan jaringan yang terinfeksi. Asalkan bagian utama restorasi memuaskan,
bagian restorasi yang dilepas dapat diisi dengan amalgam baru atau direstorasi dengan
komposit berbasis resin. Perbaikan restorasi yang ada sekarang dianggap sebagai alternatif
yang layak dan hemat biaya untuk penggantian lengkap, seperti yang dinyatakan dalam
berbagai publikasi studi klinis. Namun, tidak ada uji coba terkontrol acak yang
dipublikasikan yang dilaporkan menurut pernyataan Consolidated Standards of Reporting
Trials (CONSORT) per review Cochrane tahun 2014. Dokter harus mendasarkan keputusan
mereka pada pengalaman klinis dan keadaan individu dalam hubungannya dengan preferensi
pasien, di mana sesuai, ketika memutuskan apakah akan memperbaiki atau mengganti
restorasi.
PERTANYAAN KRITIS
Seorang pasien khawatir tentang keamanan restorasi amalgam setelah mendengar laporan
berita tentang toksisitas merkuri. Informasi terukur apa yang dapat Anda berikan untuk
meyakinkannya bahwa kadar uap merkuri yang dilepaskan dari restorasi amalgam jauh di
bawah ambang batas yang diketahui untuk toksisitas merkuri?
Alergi
Biasanya, respons alergi merupakan reaksi antigen-antibodi yang ditandai dengan gatal,
ruam, bersin, dan kesulitan bernapas, disertai pembengkakan atau gejala lainnya. Dermatitis
kontak, yang merupakan tanda klinis reaksi hipersensitivitas tipe IV Coombs, merupakan
efek samping patologis yang paling mungkin dari amalgam gigi. Ketika reaksi tersebut telah
didokumentasikan oleh ahli alergi, bahan alternatif, seperti komposit resin atau bahan
keramik, harus digunakan. Namun, tidak satu pun dari bahan-bahan ini yang terbukti lebih
aman, dalam segala hal, daripada amalgam gigi.
Toksisitas
Toksisitas adalah potensi bahan yang berhubungan dengan dosis untuk menyebabkan
kematian sel atau jaringan. Beberapa orang percaya bahwa toksisitas merkuri dari restorasi
gigi adalah penyebab penyakit tertentu yang tidak terdiagnosis, dan bahwa bahaya nyata
mungkin ada bagi dokter gigi atau asisten gigi ketika uap merkuri terhirup selama
pencampuran, penempatan, dan pembuangan. Sebagian besar individu yang terkena dampak
yang didokumentasikan dalam laporan toksisitas merkuri dan reaksi alergi yang disebabkan
amalgam gigi adalah dokter gigi atau asisten (perawat) di klinik gigi. Beberapa kasus tersebut
telah dilaporkan selama beberapa dekade terakhir, mungkin karena perbaikan dalam
teknologi enkapsulasi, desain kapsul, metode penyimpanan memo, penghapusan karpet dan
situs retensi merkuri lainnya di sekitar kantor gigi, dan penurunan penggunaan amalgam.
Masalah ini kembali mengemuka dengan kekhawatiran baru-baru ini tentang pencemaran
merkuri terhadap lingkungan.
Pertemuan pasien dengan uap merkuri selama insersi restorasi berlangsung singkat,
dan jumlah total uap merkuri yang dilepaskan selama oklusi pada restorasi amalgam jauh di
bawah tingkat “tidak ada efek”. Tidak diragukan lagi, sejumlah kecil merkuri dilepaskan
selama pengunyahan. Namun, reaksi toksik pada pasien dari jejak merkuri yang menembus
gigi atau sensitisasi dari garam merkuri yang larut dari permukaan amalgam sangat jarang.
Bacaan Terpilih