Anda di halaman 1dari 10

PAPER

ILMU BAHAN KEDOKTERAN GIGI

“ AMALGAM ”

Oleh :

Kadek Adisty Maharani Putri


(200612201010003)

Fakultas Kedokteran Gigi

Universitas Mahasaraswati Denpasar

2021
KATA PENGANTAR

Puji syukur kami panjatkan ke hadirat Tuhan Yang Maha Esa karena atas karuniaNya lah
saya dapat menyelesaikan pembuatan paper yang berjudul “AMALGAM”. Tanpa rahmat dan
anugerah-Nya tidaklah mungkin semua ini dapat berjalan dengan lancar. Pembuatan paper ini
menggunakan metode mengumpulkan dan mengkaji materi Ilmu Bahan Kedokteran Gigi terkait
Amalgam dari berbagai referensi. Saya sebagai penyusun pastinya tidak lepas dari kesalahan.
Begitu pula dalam penyusunan makalah ini, yang mempunyai banyak kekurangan. Oleh karena
itu, saya mohon maaf atas segala kekurangannya. Saya ucapkan terimakasih kepada drg. Ni
Kadek Ari Astuti, MDSc sebagai dosen mata kuliah Ilmu Bahan Kedokteran Gigi yang telah
membimbing saya dalam penyusunan paper ini. Akhir kata, semoga paper ini dapat memberikan
manfaat kepada kita semua.

Senin, 9 Maret 2021

Penyusun

ii
DAFTAR ISI

KATA PENGANTAR ............................................................................................................................ ii


DAFTAR ISI .......................................................................................................................................... iii
PENDAHULUAN ................................................................................................................................... 1
1.1 Latar Belakang ................................................................................................................................ 1
1.2 Rumusan Masalah ........................................................................................................................... 1
1.3 Tujuan ............................................................................................................................................. 1
BAB 2....................................................................................................................................................... 2
PEMBAHASAN ...................................................................................................................................... 2
2.1 Pengertian Amalgam....................................................................................................................... 2
2.2 Klasifikasi Amalgam ...................................................................................................................... 3
2.3 Manipulasi Amalgam ...................................................................................................................... 3
BAB 3....................................................................................................................................................... 6
PENUTUP ............................................................................................................................................... 6
3.1 Kesimpulan ..................................................................................................................................... 6
DAFTAR PUSTAKA.............................................................................................................................. 7

iii
BAB 1

PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang
Dokter gigi dalam menjalankan profesinya untuk memberikan perawatan kesehatan gigi
kepada pasien memerlukan bahan dalam perawatannya. Masalah terbesar dari kesehatan gigi
adalah keadaan gigi berlubang akibat karies. Karies menyebabkan hilangnya sebagian
jaringan gigi mulai dari kerusakan awal dengan area yang kecil sampai lanjut pada areal yang
besar. Kehilangan jaringan gigi menyebabkan fungsi gigi baik dalam proses pengunyahan
makanan, estetika dan membantu dalam proses bicara menjadi terganggu. Untuk
mengembalikan fungsinya, gigi perlu dilakukan suatu restorasi. Restorasi gigi memerlukan
bahan kedokteran gigi dalam membangun kembali struktur gigi.
Saat ini dalam perawatan di bidang kedokteran gigi berbagai bahan kedokteran gigi
tersedia di pasaran untuk diseleksi oleh dokter gigi dipakai sebagai bahan restorasi gigi.
Salah satu bahan restorasi gigi yang dikenal adalah amalgam. Amalgam kuat dan cukup
tahan lama terhadap gaya-gaya yang bekerja selama pengunyahan, biaya relatif murah dan
mudah dalam manipulasinya.

1.2 Rumusan Masalah


1. Apa yang dimaksud dengan amalgam ?
2. Apa saja klasifikasi dari amalgam ?
3. Bagaimana manipulasi dalam pembuatan amalgam?

1.3 Tujuan
1. Untuk mengetahui pengertian dari amalgam
2. Untuk mengetahui klasifikasi dari amalgam
3. Untuk mengetahui manipulasi dalam pembuatan amalgam

1
BAB 2

PEMBAHASAN
2.1 Pengertian Amalgam
Amalgam adalah suatu alloy, air raksa dengan satu atau beberapa logam lain. Amalgam
gigi mengandung 50% unsur merkuri, 35% perak, 9% timah, 6% tembaga dan seng. Merkuri
(Hg) merupakan unsur logam berbahaya yang mempunyai tiga bentuk, yaitu elemental (HG0),
anorganik (Hg+), dan organik (metilmerkuri dan etilmerkuri) dengan toksisitan dan sumber
paparan yang berbeda-beda. Amalagam telah digunakan selama lebih dari 150 tahun untuk
restorasi gigi karies. Amalgam sendiri adalah bahan yang sering digunakan karena bahan ini
dapat bertahan lama sebagai bahan tumpatan, mudah memanipulasinya, mudah beradaptasi
dengan cairan mulut dan harganya relatif murah. Hingga saat ini biaya pengobatan untuk pasien
sakit gigi dengan menggunakan bahan paduan logam amalgam masih relatif murah. Oleh karena
itu, khususnya untuk masyarakat golongan menengah ke bawah masih menggunakan panduan
amalgam untuk tambal gigi. Menurut American Dental Association, terdapat 100 juta pengguna
amalgam di Amerika Serikat.

Tumpatan amalgam melepaskan partikel mikroskopik dan uap merkuri. Kegiatan


mengunyah makanan dan minum minuman yang panas menaikan frekuensi lepasnya tumpatan
gigi. Uap merkuri tersebut akan diserap oleh akar gigi, selaput lender dari mulut dan gusi, dan
ditelan, lalu sampai ke kerongkongan dan saluran cerna. Amalgam yang mengandung merkuri
yang masuk dalam tubuh manusia dapat terakumulasi sehingga menyebabkan keracunan,
kerusakan saraf di otak, terganggunya fungsi ginjal dan hati, serta merusak janin pada wanita
hamil.

2
2.2 Klasifikasi Amalgam
Amalgam dapat diklasifikasikan atas beberapa jenis, yaitu (Combe 1992) :
1. Berdasarkan jumlah metal alloy :
a. Alloy binary
b. Alloy tertinary
c. Alloy Quartenary
2. Berdasarkan bentuk ukuran alloy :
a. Microcut, ukuran 10 – 30 µm
b. Macrocut, ukuran lebih besar dari 30µm
3. Berdasarkan bentuk partikel alloy :
a. Alloy lathe-cut, alloy ini memiliki bentuk yang tidak teratur
b. Alloy spherical, alloy ini tidak berbentuk bulat sempurna tetapi dapat juga berbentuk
persegi
c. Alloy spheroidal, alloy ini dibentuk melalui proses atomisasi
4. Berdasarkan kandungan tembaga :
a. Alloy rendah copper (Low Copper Alloy)
Low Copper Alloy ini mengandung silver (68-70%), tin (26-27%), copper (4-5%), zinc
(0-1%).
b. Alloy tinggi copper (High Copper Alloy)
High Copper Alloy mengandung silver (40-70%), tin (22-30%), copper (13-30%),
zinc (0-1%).

2.3 Manipulasi Amalgam

Pada manipulasi amalgam terdapat perbandingan antara alloy dan merkuri.


Jumlah yang dihendaki pada merkuri dapat diperoleh dengan menimbang atau
menggunakan suatu alat (volume dispenser). Pada alloy dapat diukur dengan menimbang,
menggunakan table alloy terutama pada pencampuran secara mekanis, menggunakan
amplop yang telah ditimbang lebih dahulu menggunakan volume dispenser. Perbandingan
takaran alloy dan merkuri sebesar 5:7 atau 5:8. Kelebihan merkuri mempermudah triturasi
dan dapat diperoleh hasil campuran yang plastis. Sebelum bahan dimasukkan ke dalam
kavitas, kelebihan merkuri diambil dengan cara memeras dalam kain kasar. Metode

3
manapun yang dipergunakan dan jika ada kelebihan merkuri yang muncul dipermukaan
selama pengisian kavitas harus diambil.

Cara manipulasi pada amalgam :


Triturasi : Pencampuran manual dengan menggunakan mortar dan pastel yang terbuat
dari gelas. Permukaan dalam mortar agak kasar yang berguna untuk mempertinggi
frekuensi gesekan antara amalgam dan permukaan mortar. Teknik ini sudah jarang
digunakan lebih cepat menggunakan metode mekanis, karena risiko terhirup merkuri
lebih kecil

Pencampuran secara mekanis : Alloy dan merkuri perbandingan yang tepat, dapat
dicampur secara mekanis di dalam kapsul baik dengan atau tanpa menggunakan pastel
plastic atau stainless steel. Harus dipergunakan pastel yang diameternya lebih kecil dari
kapsulnya, bila alloy berbentuk pil sehingga memudahkan menghancurkannya.
Amalgamator mekanis mempunya pengatur waktu sehingga waktu pencampuran yang
tepat dapat terjamin serta dapat dilakukan berulang-ulang. Bahan tersedia dalam bentuk
kapsul, masing-masing kapsul berisi alloy dalam berat yang sudah diukur dan merkuri
dalam jumlah yang sebanding berada terpisah di bagian tutupnya. Sekat pemisah harus
dipecah sebelum kapsul dimasukkan pada amalgamator mekanis. Pemilihan waktu
triturasi adalah sangat penting, ini tergantung pada tipe alloy yang digunakan serta
kecepatan mencampur. Pada beberapa alloy kaya kuprum tertentu perlu diawasi kondisi
triturasi yang tepat. Beberapa produk seperti ini membutuhkan energi yang besar pada
pencampuran diperlukan untuk menghancurkan pelapis oksida yang terbentuk partikel
kaya kuprum. Pengadukan selama 60 detik, apabila bahan tumpatan sudah mengkilat dan
menempel di dinding mortat bearti sudah homogeny, letakkan di dalam kain kasa peras
menggunakan pinset, apabila kelebihan merkuri akan keluar lewat kain kasa tersebut.

4
Kondensasi : Bahan yang sudah dicampur kemudian dimasukkan ke dalam kavitas
sebagian demi sebagian sehingga setiap bagian teradaptasi dengan baik menggunakan
alat kondensor sesuai ukuran besar kavitasnya. Setiap kali amalgam dimasukkan lalu
diberi tekanan. Kelebihan bahan yang kaya merkuri akan muncul ke permukaan setiap
kali dilakukan kondensasi. Bahan hendaknya dikondensasi sesegera mungkin setelah
pencampuran. Bila dibiarkan terlalu lama dan memulai set maka tidak bias diperoleh
adaptasi yang baik dengan dinding kavitas dan tambalan yang diperoleh kurang kuat.

Trimming dan Carving : Bila kavitas diisi terlalu banyak, maka bagian atas yang kaya
merkuri dapat dibuang dan tambalan dibentuk sesuai dengan anatominya.

Pemolesan : Amalgam konvesional baru dapat dipoles paling cepat 24 jam setelah
penambalan, yaitu setelah tambalan cukup kuat. Amalgam yang kaya kuprum lebih cepat
mendapatkan kekuatannya.

5
BAB 3

PENUTUP
3.1 Kesimpulan
Amalgam adalah bahan yang sering digunakan karena bahan ini dapat bertahan
lama sebagai bahan tumpatan, mudah memanipulasinya, mudah beradaptasi dengan
cairan mulut dan harganya relatif murah. Amalgam gigi mengandung 50% unsur merkuri,
35% perak, 9% timah, 6% tembaga dan seng. Amalgam dapat diklasifikasikan atas
beberapa jenis, yaitu berdasarkan jumlah mental alloy, bentuk ukuran alloy, bentuk
partikel alloy, dan kandungan tembaga. Cara manipulasi yaitu alloy dan Hg ditaruh di
mortar, kemudian diaduk menggunakan stamper , pengadukan selama 60 menit detik
mengikuti arah jarum jam, apabila bahan tumpatan sudah mengkilat dan menempel di
dinding morta bearti sudah homogeny, kemudian diambil menggunakan spatel atau
plastis instrument dan diletakkan di dalam kain kasa, dan diperas di atas mortat
menggunakan pinset, apabila kelebihan merkuri akan keluar lewat kain kasa tersebut dan
jatuh di dalam mortar. Bahan tumpatan amalgam siap diaplikasikan ke kavitas gigi.
Pemolesan dilakukan setelah 24 jam dihitung setelah penumpatan.

6
DAFTAR PUSTAKA

Christi, Rawis Eirene dkk., 2017, Identifikasi dan Uji Resistensi Bakteri dari Plak Gigi Pasien
dengan Tumpatan Amalgam di Puskesmas Tikala Baru Terhadap Merkuri dan Antibiotik
Golongan Penisilin, Jurnal Ilmiah Farmasi, Vol. 6(3) : 201
Irawan, Bambang, 2012, Peran Bahan Restorasi Kedokteran Gigi dalam Keberhasilan
Pembuatan Restorasi, Jurnal PDGI Makassar, Vol. 1(4) : 1
Karamoy, Eunike M. dkk., 2017, Isolasi dan Identifikasi Bakteri Resisten Merkuri melalui
Analisis Gen 16S rRNA pada Urin Pasien dengan Tumpatan Amalgam, Jurnal e-Biomedik (eBm),
Vol. 5(2) : 2
Nahak, Maria Martina, 2014, Kontroversi Penggunaan Amalgam Alloy Sebagai Bahan Restorasi
Karies Gigi, Jurnal Kesehatan Gigi, Vol. 2 (1) :161
Sulastri, Siti, 2017, Dental Material, Kementrian Kesehatan Republik Indonesia ( Dalam :
http://bppsdmk.kemkes.go.id/pusdiksdmk/wp-content/uploads/2017/11/Dental_bab1-6.pdf ).
Diakses pada : 9 Maret 2021
Tanumihardja, Christofel A.N dkk., 2017, Identifikasi Bakteri Resisten Merkuri Menggunakan
Metode 16SrRNA terhadap Plak Gigi pada Pasien Pengguna Tumpatan Amalgam, Jurnal e-
Biomedik (eBm) ,Vol . 5(2) : 1
Yuswono, dkk., 2018, Pembuatan Amalgam Kandungan Cu Tinggi Untuk Tambal Gigi dan
Pengaruh Kandungan Hg Terhadap Nilai Kekeraasan, Jurnal Sains Materi Indonesia, Vol. 8(2)
: 109

Anda mungkin juga menyukai