PENUTUP
A. SIMPULAN
GBS adalah penyakit langka dimana sistem imun menyerang sistem saraf
sehingga menyebabkan peradangan pada saraf yang ditandai dengan adanya disfungsi
motorik, sensorik, dan otonom. Kejadian GBS di Indonesia tidak ditemukan data
terbaru sehingga sulit mengetahui prevalensinya. Penyebab pasti dari Guillaine Barre
Syndrom sampai saat ini masih belum dapat diketahui dan masih menjadi bahan
perdebatan. Penyakit ini pada banyak kasus sering dihubungkan dengan penyakit
infeksi viral, seperti infeksi saluran pernafasan dan saluran pencernaan. Oleh sebab itu
diperlukan anamnesa lebih dalam tentang riwayat penyakit pasien sebelum terjadi
serangan.
Penatalaksanaan medis dalam kasus GBS yang utama adalah pemberian terapi
IvIg (Gamaras). Pemberian IvIg ini dilakukan sekali saja selama 5 hari. Pemberian
gamaras ini tidak langsung memberikan hasil positif terhadap perkembangan penyakit
dimana setelah 5 hari pemberian gamaras, pasien masih mengalami kelumpuhan pada
kedua ekstremitas termasuk kelumpuhan pada otot-otot pernapasan. Gamaras
diberikan agar pasien bisa melewati masa kritis dan kondisi tidak semakin
memburuk. Penatalaksanaan untuk masalah paralisis otot-otot pernapasan adalah
pemasangan ventilator. Pemasangan ventilator yang lama memiliki efek samping
terhadap penurunan fungsi silia pada jalan napas. Oleh sebab itu dianjurkan untuk
dikalukan tindakan trakeostomi.
Peran perawat pada penatalaksanaan kasus GBS adalah dalam memantau jalan
napas pasien. Perawat harus mengevaluasi adanya reflek batuk pasien, selain itu
perawat juga harus memantau kesiapan pasien untuk dilakukan penyapihan ventilator.
Terapi inhalasi, fisioterapi dada dan postural drainase merupakan tindakan yang harus
dilakukan. Pada kasus Anak. A, perawat sudah melakukan manajemen jalan napas
dengan baik.
71
Perawat juga sangat berperan dalam memberikan kenyamanan pada pasien.
Perawat dapat memberikan terapi non farmakologis seperti pemijatan atau terapi
relaksasi. Terapi relaksasi yang bisa digunakan hanya mendengarkan musik atau
murrotal Qur’an. Terapi relaksasi terkadang tidak bisa dilaksanakan karena kondisi
ruangan dimana bunyi alarm yang berisik dan mengganggu ketenangan pasien.
Tindakan kolaborasi dengan tim kesehatan lain juga perlu dilakukan. Pada
kasus anak. A, kolaborasi dengan tim dokter sudah berjalan dengan baik tapi
kolaborasi dengan tenaga fisioterapi belum terlaksana.
B. SARAN
1. Perawat
Pasien GBS sekitar 80% bisa sembuh total tergantung dari tingkat
keparahan dan perawatannya. Pasien bisa berjalan dalam waktu lagi setelah
perawatan dalam hitungan minggu atau tahun (Rahayu, 2013). Perawatan pasien
GBS sangat penting oleh karena itu perawat diharapkan dapat mempertahankan
asuhan keperawatan pada pasien dengan GBS. Perawat diharapkan bisa
melaksanakan latihan rentang gerak sendi (ROM) pada pasien karena adanya
masalah gangguan mobilitas fisik.
72
2. Tenaga kesehatan lain
3. Rumah sakit
73