PENDAHULUAN
1
1.3 Tujuan Penulisan
Tujuan penulisan makalah ini antara lain:
1. Untuk mengetahui apa yang dimaksud dengan pengertian kemoterapi.
2. Untuk mengetahui apa yang dimaksud dengan efek samping.
3. Untuk menjelaskan apa saja efek dari kemoterapi.
4. Untuk memahami etiologi dari efeksamping kemoterapi.
5. Untuk menjelaskan tentang predisposisi efek samping kemoterapi.
2
BAB II
KONSEP DASAR
3
Oleh karena itu, pemberian obat sitostatik (berupa obat medis ataupun
obat herbal) harus dibawah pengawasan dokter yang berpengalaman untuk
mencegah timbulnya efek samping yang serius, dan bila terjadi efek samping
dapat segera diatasi atau diobati (Hendry, dkk 2007). Agar sel tubuh normal
mempunyai kesempatan untuk memulihkan dirinya, maka pemberian
kemoterapi biasanya harus diberi jedah (selang waktu) 2-3 minggu sebelum
dimulai lagi pemberian kemoterapi berikutnya (Hendry,dkk 2007).
Efek samping adalah suatu dampak atau pengaruh yang merugikan dan
tidak diinginkan, yang timbul sebagai hasil dari suatu pengobatan atau
intervensi lain seperti pembedahan.
Anti kanker merupakan obat yang indeks terapinya sempit. Pada umumnya
anti kanker menekan pertumbuhan atau proliferasi sel dan menimbulkan
toksisitas, karena menghambat pembelahan sel normal yang proliferasinya
cepat misalnya sumsum tulang, epitel germinativum, mukosa saluran cerna,
folikel rambut dan jaringan limfosit (Nafrialdi dan Sulistia, 2007).
4
baik itu disebabkan oleh pemberian kemoterapi, radioterapi, maupun akibat
perluasan dari kankernya (Pazdur, 2003).
Muntah atau vomite atau emesis adalah keadaan akibat kontraksi otot
perut yang kuat sehingga menyebabkan isi perut menjadi terdorong untuk
keluar melalui mulut baik dengan maupun tanpa disertai mual terlebih dahulu
Mual dan muntah sering muncul bersama dalam berbagai kondisi, termasuk
menjadi efek samping yang umum terjadi pada penggunaan obat anti
neoplastik.. Mual dan muntah yang terjadi setelah dilakukan kemoterapi
dikenal sebagai Chemotherapy Induced Nausea and Vomiting (CINV)
(Pazdur, 2003).
Demikian pula pada penderita kanker dapat disertai mual dan muntah
yang pada umumnya disebabkan efek samping dari pengobatan yang
diberikan, seperti pemberian sitostatika, analgetika opiate dan radiasi. Mual
dan muntah yang terjadi pada penderita yang mendapat sitostatika umumnya
terjadi 1-2 jam setelah pemberian sitostatika dan akan berlangsung selama 24
jam (Hood, 1995).
Keadaan ini disebut reaksi akut, namun demikian dapat juga terjadi
reaksi lambat, yaitu mual dan muntah terjadi beberapa hari setelah pemberian
sitostatika dan akan berlangsung beberapa hari. Penderita yang mual tidak
selalu disertai dengan muntah (Hood, 1995).
Mual adalah suatu gejala penyakit yang ditandai perasaan tidak suka
terhadap makanan, rasa tidak enak pada daerah lambung dan ada keinginan
untuk muntah. Muntah adalah suatu gejala penyakit yang ditandai adanya
5
pengeluaran isi lambung melalui mulut. Akhir-akhir ini banyak penelitian
dilakukan untuk mengetahui mekanisme dan pengelolaan penderita mual
muntah akibat kemoterapi maupun akibat stadium akhir dari kankernya
(Hood, 1995).
Mual dan muntah adalah efek samping yang seringkali dialami oleh
banyak orang yang menerima kemoterapi. Beberapa jenis obat juga seringkali
menimbulkan efek samping seperti ini. Ada beberapa obat antimual
(antiemetik) yang sudah tersedia untuk membantu mengurangi gejala ini,
namun demikian efek samping semacam ini adalah masalah yang harus
dicarikan solusinya agar proses kemoterapi dapat dijalani dengan lebih lancar
bagi para pasien.
Orang yang mengalami gejala ini tentu saja harus berusaha untuk tetap
makan dan sebaiknya pasien mendapatkan semua dukungan dan pertolongan
yang bisa diberikan sebisa mungkin untuk meningkatkan nafsu makannya.
Pada kemoterapi yang dilakukan dalam siklus 21 hari, muntah dan mual akan
terjadi selama beberapa hari setelah menerima obat, tapi biasanya gejala itu
akan hilang dalam waktu seminggu setelah menerima obat (Indrawati, 2009).
1. Lemas
Efek samping yang umum timbul. Timbulnya dapat mendadak atau
perlahan. Tidak langsung menghilang dengan istraha, kadang berlangsung
terus hingga akhir pengobatan.
6
2. Gangguan Pencernaan
Beberapa jenis obat Kometerapi berefek diare. Bahkan ada yang menjadi
diare disertai dehidrasi berat yang harus dirawat. Sebelit kadang bisa terjadi.
Bila diare kurang makanan berserat, sereal buah dan sayur, minum banyak
dan mengganti cairan yang hilang. Bila BAB perbanyak makanan beserta,
olah raga ringan bila memungkinkan.
3. Sariawan
Beberapa obat kemoterapi menimbulkan penyakit mulut seperti terasa
tebal atau infeksi. Kondisi mulut yang sehat sangat penting dalam
kemoterapi.
4. Rambut Rontok
Kerontokan rambut bersifat sementara, biasanya dua atau tiga minggu
setelah kometerapi dimulai. Dapat juga menyebabkan rambut patah di dekat
kulit kepala. Dapat terjadi setelah beberapa minggu terapi. Rambut dapat
tumbuh lagi setelah kometerapi selesai.
5. Otot dan Saraf
Beberapa obat kometerapi menyebabkan kesemutan dan mati rasa pada
jari tangan atau kaki serta kelemahan pada otot kaki. Sebagian bisa terjadi
sakit pada otot.
6. Efek pada Darah
Beberapa jenis obat kometerapi dapat mempengaruhi kerja sumsum
tulang yang merupakan pabrik pembuat sel darah, sehingga jumlah sel darah
menurun. Yang paling sering adalah penurunan sel darah putih (lekosit).
Penurunan sel darah terjadi pada setiap kometerapi dan tes darah akan
dilaksanakan sebelum kometerapi berikutnya untuk memastika jumlah sel
darah telah kembali normal. Penurunan jumlah sel darah dapat
mengakibatkan :
1. Mudah terkena infeksi
Hal ini disebabkan oleh karena jumlah leukosit turun. Karena
leukosit adalah sel darah yang berfungsi untuk perlindungan tehadap
infeksi. Ada beberapa obat yang bisa meningkatkan jumlah leukosit.
2. Perdarahan
7
Keping darah (trombosit) berperan pada proses pembekuan darah.
Penurunan jumlah trombosit mengakibatkan perdarahan sulit berhenti,
lebam, bercak merah di kulit.
3. Anemia
Anemia adalah penurunan jumlah sel darah merah yang ditandai
oleh penurunan Hb (haemoglobin). Karena Hb letaknya di dalam sel
darah merah. Akibatnya anemia adalah seorang menjadi merasa lemah,
mudah lelah dan tampak pucat.
Mual dan muntah adalah manifestasi dini yang sering ditemukan dari
toksisitas obat kemoterapi. Etiologi mual dan muntah dari banyak masalah
yang berbeda, oleh karena itu pengatasannya juga berbeda, bisa sederhana
atau bisa juga kompleks (Dipiro and Thomas, 2005). Pengontrolan mual dan
muntah dibutuhkan sebagai salah satu pertimbangan penting pada pengobatan
kanker dan terapi suportif (Pazdur, 2001).
8
pada sel sehat dapat mengakibatkan efek samping. namun hal ini akan
segera menghilang setelah pengobatan kemoterapi menghilang.
c. Jadwal pemberian.
Sesorang mungkin menerima kemoterapi dalam siklus. Satu siklus adalah
periode pengobatan kemoterapi diikuti oleh masa istirahat. Misalnya,
mungkin menerima satu minggu kemoterapi diikuti oleh tiga minggu
istirahat, sehingga satu siklus kemoterapi ini adalah empat minggu masa
istirahat memberikan kesempatan tubuh untuk membangun kembali sel
sel sehat baru untuk memberikan merekayang rusak terkait kemoterapi.
d. Pemberian (iv, im, peroral, per drip infus)
e. Faktor individual pasien yang memiliki kecenderungan efek toksisitas
pada organ tertentu.
2.5 Predisposisi
Data dari 1.654 pasien (1.328 lelaki dan 326 perempuan) menunjukkan
bahwa perempuan mengalami tingkat mual dan muntah yang lebih tinggi dari
lelaki, dengan persentase perempuan 89 persen dan lelaki 78 persen.
Sementara untuk diare, persentasinya sebanyak 54 persen perempuan dan 47
persen lelaki. Begitu juga dengan kerontokan rambut, 81 persen perempuan
dan 74 persen laki-laki. Ulkus mulut terjadi pada 50 persen perempuan tetapi
hanya 41 persen terhadap lelaki.
9
Efek samping yang terjadi selama masa perawatan membuat pasien
perempuan lebih lama menjalani rawat inap daripada lelaki di rumah sakit.
Mereka juga cenderung mengalami lebih banyak infeksi akibat jumlah sel
darah putih yang rendah.
Dalam hal efektivitas pengobatan, tidak ada perbedaan dalam tingkat
kelangsungan hidup antara kedua jenis kelamin, meskipun proporsi pasien
yang mengalami pengurangan ukuran tumor lebih tinggi pada lelaki
10
BAB III
PENUTUP
3.1 Simpulan
Mual dan muntah adalah manifestasi dini yang sering ditemukan dari
toksisitas obat kemoterapi. Etiologi mual dan muntah dari banyak masalah
yang berbeda, oleh karena itu pengatasannya juga berbeda, bisa sederhana
atau bisa juga kompleks. Sebuah studi menemukan perempuan lebih rentan
mengalami efek samping dari kemoterapi daripada lelaki.
3.2 Saran
Dengan adanya makalah ini diharapkan dapat menambah ilmu
pengetahuan dan pemahaman mahasiswa/i tentang efek samping kemoterapi.
11
DAFTAR PUSTAKA
https://www.alodokter.com/perawatan-kemoterapi-dan-efek-sampingnya
https://m.moderncancerhospital.co.id/perawatan_kanker/6438.html?
utm_source=adword&utm_medium=serp&utm_term=
%2Bkemoterapi&utm_campaign=id.sm-
kemo&utm_dev=m&utm_net=g&utm_tar=&utm_pla=&utm_mat=b&utm_adp=1t
1&utm_loc=1007723&utm_cam=1067132627&utm_adg=5135692817&utm_cre
=283929804954&gclid=EAlalQobChMluKqqge-
h4QiVk4aPCh0yCQXIEAAYASAAEgLtQvD_BwE
12