Anda di halaman 1dari 96

PERANCANGAN ANIMASI PEREMPUAN PAHLAWAN NASIONAL

SEBAGAI TOKOH PERJUANGAN INDONESIA

Tugas Akhir
diajukan untuk melengkapi
persyaratan mencapai
gelar kesarjanaan

Nama : VIVI RIZKY AWALIA


NPM : 201146500035

PROGRAM STUDI DESAIN KOMUNIKASI VISUAL


FAKULTAS BAHASA DAN SENI
UNIVERSITAS INDRAPRASTA PGRI
2015
LEMBAR PERSETUJUAN UJIAN TUGAS AKHIR

Nama : Vivi Rizky Awalia


NPM : 201146500035
Fakultas : Bahasa dan Seni
Program Studi : Desain Komunikasi Visual
Judul Tugas Akhir : Perancangan Animasi Perempuan Pahlawan Nasional
Sebagai Tokoh Perjuangan Indonesia.

Telah diperiksa dan disetujui untuk diujikan

Pembimbing Materi Pembimbing Teknik

Taufiq Akbar, S.Sn., M.Ds. M. Sjafei Andrijanto, S.Sn., M.Ds.


(NIDN: 0309098601) (NUPN: 9940000064)

ii
LEMBAR PENGESAHAN

Nama : Vivi Rizky Awalia


NPM : 201146500035
Program Studi : Desain Komunikasi Visual
Fakultas : Bahasa dan Seni
Judul Tugas Akhir : Perancangan Animasi Perempuan Pahlawan Nasional
Sebagai Tokoh Perjuangan Indonesia.

PANITIA UJIAN

Ketua : Prof. Dr. Sumaryoto

Sekretaris : Dr. Supeno, M.Hum

Anggota

No Nama Tanda Tangan

iii
LEMBAR PERNYATAAN

Dengan ini saya menyatakan bahwa Tugas Akhir dengan judul


”Perancangan Animasi Perempuan Pahlawan Nasional Sebagai Tokoh Perjuangan
Indonesia” adalah benar-benar karya saya sendiri. Atas pernyataan ini, saya siap
menerima sanksi yang dijatuhkan kepada saya apabila kemudian ditemukan
adanya pelanggaran terhadap etika keilmuan dalam karya saya ini, atau ada klaim
dari pihak lain terhadap keaslian karya saya ini sesuai dengan Undang-Undang
Republik Indonesia Nomor 20 tahun 2003 tentang Sistem Pendidikan Nasional
Bab V Bagian ke-4 pasal 25 ayat (2) dan pasal 70 tentang sanksi terhadap ayat
tersebut.

Jakarta, Agustus 2015

Vivi Rizky Awalia

iv
ABSTRAK

A. Vivi Rizky Awalia, NPM: 201146500035

B. Perancangan Animasi Perempuan Pahlawan Nasional Sebagai Tokoh


Perjuangan Indonesia. Tugas Akhir : Jakarta : Fakultas Bahasa dan Seni :
Program Studi Desain Komunikasi Visual : Universitas Indraprasta
Persatuan Guru Republik Indonesia, Agustus, 2015

C. xiii + 5 Bab + 70 halaman

D. Kata Kunci: Animasi, Pahlawan nasional, Perempuan pahlawan, Tokoh


perjuangan, Indonesia.

E. Tujuan penelitian adalah untuk menghasilkan Perancangan animasi


perempuan pahlawan nasional sebagai tokoh perjuangan Indonesia,
dengan memperkenalkan kembali kisah-kisah perjuangan perempuan
pahlawan yang bergelar pahlawan nasional dan menumbuhkan lagi rasa
nasionalisme anak-anak Indonesia, melalui media film animasi dua
dimensi mengenai kisah-kisah perjuangan perempuan pahlawan. Keempat
tokoh perempuan pahlawan yang bergelar pahlawan nasional antara lain
Martha Christina Tiahahu, Nyi Ageng Serang, Cut Nyak Dien dan Cut
Nyak Meutia. Dengan dibuatkan film animasi dua dimensi perempuan
pahlawan diharapkan mampu membuat anak-anak tertarik dan semakin
mengenal tokoh-tokoh perempuan pahlawan nasional Indonesia. Tokoh-
tokoh yang diangkat adalah perempuan pahlawan yang ikut serta dalam
pertempuran melawan penjajah dan bangsa asing di medan perang.
Metode penelitian yang digunakan adalah metode penelitian kualitatif,
dengan mengumpulkan data-data yang relevan terkait objek penelitian
yaitu berupa studi literatur, observasi dan wawancara. Setelah mendapat
data yang relevan mengenai biografi serta informasi tentang tokoh-tokoh
perempuan pahlawan, maka hasilnya akan dijelaskan secara deskrptif dan
digunakan sebagai acuan dalam pembuatan film animasi dua dimensi
perempuan pahlawan. Keterkaitan bidang Desain Komunikasi Visual
dalam perancangan animasi perempuan pahlawan ini adalah animasi
sebagai salah cabang ilmu Desain Komunikasi Visual, maka dengan
menerapkan elemen dan prinsip Desain Komunikasi Visual pada
perancangan animasi perempuan pahlawan nasional sebagai tokoh
perjuangan Indonesia mampu menyampaikan informasi kepada anak-anak.

F. Daftar Pustaka: 1. Buku 15 (tahun 2001-2010)


2. Skripsi dan tesis (2010-2013)
3. Jurnal ilmiah (2008-2014)

G. Pembimbing: (Taufiq Akbar, S.Sn., M. Ds.) Pembimbing Materi


(M. Sjafei Andrijanto, S.Sn., M.Ds.) Pembimbing Teknik
v
“Seberat apapun masalah yang kita hadapi,
Percayalah bahwa semua itu tidak
Melebihi batas kemampuan kita”

“Tugas Akhir ini


saya persembahkan
untuk bapak dan ibu tercinta
kasih sayang kalian tak akan pernah habis untukku”

vi
KATA PENGANTAR

Dengan memanjatkan puji syukur ke hadirat Allah SWT yang telah


melimpahkan rahmat dan karunia-Nya dan atas doa restu kedua orangtua yang
saya sayangi serta selalu mendukung saya dalam penelitian ini, sehingga dapat
menyelesaikan tugas akhir ini tepat pada waktunya.
Tugas akhir yang berjudul perancangan animasi perempuan pahlawan
nasional sebagai tokoh perjuangan Indonesia ini ditulis untuk memenuhi salah
satu syarat guna memperoleh gelar kesarjanaan pada Universitas Indraprasta
PGRI. Pada kesempatan yang baik ini, peneliti menyampaikan rasa hormat dan
ucapan terima kasih kepada semua pihak yang dengan tulus ikhlas telah
memberikan bantuan dan dorongan kepada peneliti dalam menyelesaikan tugas
akhir ini kepada:
1. Taufiq Akbar, S.Sn. selaku Dosen Pembimbing Materi.
2. M. Sjafei Andrijanto, S.Sn., M.Ds. selaku Dosen Pembimbing Teknik.
3. Prof. Dr. H. Sumaryoto, selaku Rektor Universitas Indraprasta PGRI.
4. Dr. Supeno, M.Hum., selaku Dekan Fakultas Bahasa dan Seni Universitas
Indraprasta PGRI.
5. Dendi Pratama, S.Sn., MM., M.Ds., selaku Wakil Dekan Fakultas Bahasa dan
Seni Universitas Indraprasta PGRI.
6. Santi Sidhartani, ST., M.Ds., selaku Ketua Program Studi Desain Komunikasi
Visual Universitas Indraprasta PGRI.
7. Ahmad Faiz Muntazori, M.Ds., selaku Sekretaris Program Studi Desain
Komunikasi Visual Universitas Indraprasta PGRI.
8. Kepada M. Rio Septiansyah yang ikut mendukung serta mendoakan saya
dalam penelitian ini.
9. Terima kasih untuk geng “Nyai Ronggeng Rumpieesss” Ayu, Sania, Uci,
Dede dan Linda atas bantuan, dukungan dan pengertian kalian selama
sembilan tahun kita berteman.

vii
10. Kepada Irwansyah, Eka, Sarah dan Agung, terima kasih banyak sudah
meluangkan waktu untuk membantu menjawab pertanyaan, mengajarkan
software multimedia.
11. Seluruh teman satu angkatan 2011 jurusan Desain Komunikasi Visual yang
telah sama-sama berjuang semasa perkuliahan.

Penulis menyadari bahwa penelitian dan penyusunan Tugas Akhir ini


masih belum bisa dikatakan sempurna, maka dengan memberi kritik dan saran
yang membangun dari pembaca sangat penulis harapkan. Penulis berharap
semoga Tugas Akhir ini dapat memberi manfaat bagi semua pihak.

Jakarta, Agustus 2015

Vivi Rizky Awalia

viii
DAFTAR ISI

Halaman Judul …………………………………………………………………. i


Lembar Persetujuan ……………………………………………………………. ii
Lembar Pengesahan ............……………………………………………………. iii
Lembar Pernyataan …………………………………………………………….. iv
Abstrak …………………………………………………………………………. v
Lembar Motto ………………………………………………………………….. vi
Kata Pengantar …………………………………………………………………. vii
Daftar Isi ………………………………………………………………………. . xi
Daftar Gambar …………………………………………………………………. xii
Daftar Lampiran ……………………………………………………………….. xiv

BAB I PENDAHULUAN
A. Latar Belakang…………………………………………………………….. 1
B. Identifikasi Masalah……………………………………………………….. 5
C. Batasan Masalah………………………………………………………….... 5
D. Rumusan Masalah…………………………………………………………. 5
E. Tujuan Penelitian………………………………………………………….. 6
F. Kegunaan Penelitian………………………………………………………. 6
1. Teoritis…………………………………………………………………. 6
2. Praktis………………………………………………………………….. 6
G. Sistematika Penulisan …………………………………………………….. 6

BAB II TINJAUAN PUSTAKA DAN LANDASAN TEORI


A. Tinjauan Pustaka …………………………….………….……………….... 10
B. Landasan Teori …………………………………………..…………..…… 15
1. Teori Desain Komunikasi Visual ……………………………………… 15
2. Teori Animasi …………………………………………………………. 16
a. Pengertian animasi ………………………………………………... 16
ix
b. Jenis animasi ……………………………………………………… 17
c. Prinsip-prinsip animasi ……………………………………………. 17
d. Tahapan proses produksi film animasi dua dimensi ……………… 22
e. Storyboard …………………………………………………………. 23
f. Alur atau plot ……………………………………………………… 23
3. Elemen Desain ……………………………………………………...…. 25
a. Ilustrasi …………………………………………………………….. 25
b. Warna ……………………………………………………………… 29
c. Tipografi …………………………………………………………… 30
C. Kerangka Berpikir ……………………………………………….………... 33

BAB III METODE PENELITIAN


A. Waktu dan Tempat Penelitian ……………………………………………... 34
B. Jenis Penelitian …………………………………………………….…..….. 34
C. Teknik Pengumpulan Data ………………………………………………… 35
1. Studi Literatur ………………………………………………………..... 35
2. Observasi ………………………………………………………………. 35
3. Wawancara …………………………………………………………….. 35

BAB IV PERANCANGAN
A. Perempuan Pahlawan ………………………………….…………….…..… 37
1. Martha Christina Tiahahu ………………………………………...….... 37
2. Nyi Ageng Serang ………………………………………………..…… 40
3. Cut Nyak Dien ………………………………………………………… 43
4. Cut Nyak Meutia ………………………………………………………. 45
B. Konsep Dasar Perancangan …………………………………..…..………. 47
1. Segmentasi dan Positioning …………………………………………... 47
a. Segmentasi ………………………………………………………… 47
b. Positioning ………………………………………………………… 50
2. Gaya Visual Animasi ………………………………………………….. 50
3. Skema Warna ………………………………………………………….. 51
x
4. Huruf …………………………………………………………………... 52
5. Tata Letak ……………………………………………………………... 52
C. Proses Perancangan ….………………………………………………..…... 53
1. Thumbnail ……………………………………………………………... 53
2. Sketsa Halus …………………………………………………………… 54
3. Konsep Komprehensif …………………………………………………. 56
4. Storyboard …………………………………………………………….. 57
D. Hasil Perancangan …………………..………………………………..….... 62
1. Keterangan dan Spesifikasi Teknik Dari Media ……………………… 62
2. Distribusi dan Penggunaan Media ……………………………………. 62
3. Hasil Perancangan Media Utama ………………………………..…... 64
a. Potongan scene media utama ………………………………………. 64
b. Media pendukung ………………………………………………….. 65
c. Konsep display …………………………………………………….. 68

BAB V PENUTUP
A. Simpulan …………………………..……………………………….……… 69
B. Saran …………………………………..…………………………….…….. 70

DAFTAR PUSTAKA
DAFTAR NARASUMBER
DAFTAR RIWAYAT HIDUP PENULIS
LAMPIRAN

xi
DAFTAR GAMBAR

Gambar IV. 1: Foto ilustrasi Martha Christina Tiahahu ……………………….. 37

Gambar IV. 2: Foto ilustrasi Nyi Ageng Serang ……………………………….. 40

Gambar IV. 3: Foto ilustrasi Cut Nyak Dien …………………………………... 43

Gambar IV. 4: Foto ilustrasi Cut Nyak Meutia ……………………………..….. 45

Gambar IV. 5: Gaya visual dari kartun Bung Karno dan Jenderal Sudirman …. 51

Gambar IV. 6: Warna yang digunakan untuk karakter ……………………...…. 51

Gambar IV. 7: Jenis huruf Bank Gothic LT (atas) dan jenis huruf Alexis Marie

(bawah) …………………………………………………………. 52

Gambar IV. 8: Sketsa kasar karakter ……………………………………...…..... 54

Gambar IV. 9: Karakter empat tokoh perempuan pahlawan yang terpilih …..... 55

Gambar IV. 10: Karakter empat tokoh perempuan pahlawan ………………….. 57

Gambar IV. 11: Storyboard animasi dua dimensi Martha Christina Tiahahu ..... 58

Gambar IV. 12: Storyboard animasi dua dimensi Nyi Ageng Serang ………..... 59

Gambar IV. 13: Storyboard animasi dua dimensi Cut Nyak Dien …………...... 61

Gambar IV. 14: Storyboard animasi dua dimensi Cut Nyak Meutia ………....... 62

Gambar IV. 15: Potongan scene dari sampul film animasi dua dimensi Martha

Christina Tiahahu ………….………..……………………..…. 64

Gambar IV. 16: Potongan scene dari film animasi dua dimensi perempuan

pahlawan tokoh Martha Christina Tiahahu ………..……...…... 64

Gambar IV. 17: Potongan scene dari film animasi dua dimensi perempuan

pahlawan tokoh Nyi Ageng Serang ……….…………………. 65

xii
Gambar IV. 18: Desain sampul untuk buku catatan ……..………………...…... 66

Gambar IV. 19: Desain CD dan Cover CD ……………...…………………….. 66

Gambar IV. 20: Desain sticker masing-masing tokoh perempuan pahlawan ….. 67

Gambar IV. 21: Desain t-shirt salah satu tokoh perempuan pahlawan ……..…. 67

Gambar IV. 22: Konsep display ……………………………………...………… 68

xiii
DAFTAR LAMPIRAN

Lampiran 1: Media Utama Animasi Dua Dimensi Perempuan Pahlawan Nasional


Lampiran 2: Media Pendukung
Lampiran 3: Display
Lampiran 4: Lembar Pengajuan Judul Tugas Akhir
Lampiran 5: Lembar Asistensi Tugas Akhir
Lampiran 6: Surat Izin Observasi Penelitian
Lampiran 7: Transkip Nilai
Lampiran 8: Kartu Rencana Studi Semester Ganjil

xiv
BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang

Indonesia adalah negara kepulauan dan merupakan penghasil

rempah-rempah dunia terutama di Kepulauan Maluku. Inilah yang menjadi

daya tarik bangsa Eropa untuk datang ke Indonesia. Tahun 1511 Portugis

adalah bangsa Eropa yang pertama kali datang ke Nusantara dengan tujuan

perebutan kekuasaan dan hasil bumi yaitu rempah-rempah (Mulyaningsih

dan Widodo, 2009: 73). Komoditas asli Nusantara ini menjadi barang

mahal dan mewah bagi bangsa Eropa. Hampir tiap daerah di Nusantara

diduduki oleh bangsa Eropa terutama Portugis dan Belanda. Hal ini

membuat masyarakat atau penduduk asli daerah itu merasa terusik dan

tidak senang atas kehadiran para penjajah. Dengan tekad dan semangat

yang dimiliki rakyat Indonesia saat itu, mereka melawan para penjajah

walau dengan senjata tradisional. Muncullah pahlawan-pahlawan pembela

bangsa dari seluruh kalangan rakyat Indonesia, termasuk perempuan.

Menurut Kementerian Pemberdayaan Perempuan dan Perlindungan Anak

Republik Indonesia ( 2014: 2) pengertian dari perempuan pahlawan adalah

individu-individu yang berjasa memperjuangkan dan menegakkan

kedaulatan berdirinya bangsa dan negara ini, sebagian besar pahlawan ini

dikenal karena jiwa ksatria mereka, bertempur mempertaruhkan nyawa di

garis depan melawan penjajah.

1
2

Dalam catatan sejarah, Indonesia memiliki tokoh-tokoh pahlawan

perempuan dari setiap daerah di Nusantara ini yang berjasa bagi

kemerdekaan. Ada duabelas perempuan pahlawan yang mendapat gelar

pahlawan nasional, yaitu Martha Christina Tiahahu, Nyi Ageng Serang,

Cut Nyak Dien, Cut Nyak Meutia, Raden Ajeng Kartini, Maria Walanda

Maramis, Dewi Sartika, Nyai Hj. Siti Walidah, Hj. Rangkayo Rasuna Said,

Opu Daeng Risadju, Fatmawati dan Siti Hartinah. Pahlawan nasional

adalah simbol sekaligus role mode yang sengaja diciptakan oleh negara

dengan tujuan menyatukan seluruh masyarakat dalam kesatuan sistem

sosial, politik dan budaya (Edensor dalam Kementerian Pemberdayaan

Perempuan dan Perlindungan Anak Republik Indonesia, 2014: 4). Nilai

serta manfaat yang patut diteladani dari kaum wanita pejuang adalah

semangat perjuangan mereka, baik secara fisik (turut bertempur

mengangkat senjata di medan perang untuk memperjuangkan harga diri

kaum dan bangsa Indonesia dari penjajah) maupun yang bergerak dalam

organisasi pendidikan untuk memajukan dan mencerdaskan bangsa

Indonesia (Warsidi, 2007: 3).

Generasi muda Indonesia saat ini hidup dalam sebuah sistem

politik yang relatif stabil, kemajuan di bidang pendidikan, ilmu

pengetahuan dan teknologi yang merambah ke pelosok-pelosok negeri.

Menjadikan generasi muda Indonesia dapat menikmati cara-cara

kehidupan modern agar bisa mensejajarkan prestasinya dengan generasi

muda lainnya di dunia. Namun situasi dan kondisi tersebut menjadikan


3

generasi muda terutama anak-anak dan remaja awal justru kurang

mengenal sosok para pahlawan Indonesia. Di samping itu, tidak banyak

referensi yang menulis mengenai nilai-nilai perjuangan perempuan

pahlawan yang dapat dijadikan acuan dan pedoman di dalam menjalani

kehidupan, baik sebagai individu maupun warga masyarakat di berbagai

bidang pembangunan dan di dalam keluarga (Kementerian Pemberdayaan

Perempuan dan Perlindungan Anak Republik Indonesia, 2014: 2). Agar

memiliki pertahanan yang cukup kuat untuk menghadapi globalisasi, maka

dipelajarilah sejarah bangsa Indonesia. Karena Indonesia adalah negara

dan bangsa yang dibesarkan oleh sejarah perjuangan bangsa, adalah hasil

dari kerja keras dan pengorbanan para pahlawan Indonesia yang telah

menghantarkan bangsa ini menjadi menjadi negara yang merdeka.

Pertahanan yang kuat juga sangat diperlukan bagi para perempuan dan

generasi muda yang lain khususnya anak-anak. Perempuan memiliki posisi

penting dan strategis dalam pembangunan sebuah bangsa dan Negara,

karena perempuan merupakan salah satu pendidik generasi muda.

Generasi muda Indonesia telah mengalami kemunduran dalam hal

nasionalisme. Nasionalisme generasi muda Indonesia sedikit demi sedikit

mulai terkikis dengan banyaknya pengaruh asing yang masuk ke

Indonesia, baik itu dalam hal kebudayaan, tekonologi maupun produk-

produk luar negeri yang merambah Indonesia. Untuk menumbuhkan lagi

jiwa nasionalisme dan mengembalikan adat ketimuran yang selama ini

menjadi kebanggaan dari negara Indonesia perlu dilaksanakan pendekatan


4

kesejarahan. Pendekatan kesejarahan yang bisa diterapkan, salah satunya

adalah dengan memperkenalkan kembali sosok tokoh pahlawan yang

pernah berjasa bagi daerah masing-masing. Pendekatan kesejarahan

semacam ini bisa diterapkan karena lebih menekankan kedekatan

emosional antara tokoh pahlawan dengan generasi muda serta

mengoptimalkan fungsi pembelajaran sejarah di sekolah dengan

mengajarkan tentang tokoh pahlawan nasional (Siswanto, 2013: 1-2).

Dari hasil wawancara peneliti dengan Widi Astuti yaitu penulis

buku perempuan pejuang dan juga penulis paper tentang pahlawan

Indonesia dalam seminar Internasional di Edinburgh University, Inggris.

Menurutnya generasi muda masih sangat sedikit yang paham dan hafal

dengan nama-nama pahlawan perempuan. Karena nama-namanya saja

tidak hafal, bagaimana dengan biografi pahlawan perempuan. Yang

mereka paham hanya segelintir nama pahlawan perempuan seperti Kartini

atau Cut Nyak Dien. Karena hanya nama-nama ini yang dibahas di buku-

buku pelajaran sejarah di sekolah.

Dari sekian banyak nama-nama perempuan pahlawan yang

bergelar pahlawan nasional yang peneliti dapat selama penelitian, peneliti

hanya mengangkat tokoh-tokoh perempuan pahlawan yang ikut serta

langsung dalam pertempuran melawan penjajah, karena tokoh-tokoh inilah

yang yang menjadi catatan awal perempuan ikut dalam pertempuran di

medan perang. Tokoh-tokoh tersebut antara lain Martha Christina Tiahahu,

Nyi Ageng Serang, Cut Nyak Dien dan Cut Nyak Meutia. Dari kisah-kisah
5

perjuangan mereka, peneliti memandang dari segi sifat dan suri tauladan

yang dapat dijadikan motivasi dan referensi bagi generasi muda khususnya

anak-anak, bagaimana mempertahankan semangat nasionalisme dan

persatuan bangsa, ikut serta dalam pembangunan negara dalam lingkup

pendidikan, pantang menyerah dalam menghadapi masalah, menegakkan

kebenaran, saling menghargai, kerjasama dan mempertahankan

kemerdekaan Indonesia dari segala macam jenis penjajahan.

Peneliti membuat inovasi media pembelajaran yang menarik

mengenai kisah perempuan pahlawan nasional Indonesia berupa film

animasi dua dimensi. Media ini memiliki keunggulan di banding buku

pelajaran, buku teks dan cerita bergambar, yaitu media yang menampilkan

visual bergerak dengan perpaduan suara. Film animasi dua dimensi

tentang perempuan pahlawan yang menampilkan animasi dari perpaduan

gerakan, ilustrasi, warna dan suara yang menarik sehingga dapat

meningkatkan pengetahuan dan interaktif serta mengembalikan jiwa

nasionalisme anak-anak terhadap tokoh-tokoh perempuan pahlawan

nasional.

B. Identifikasi Masalah

1. Kurangnya pengetahuan anak-anak tentang perempuan pahlawan

bergelar pahlawan nasional yang ada di Indonesia yang ikut berperang

melawan penjajah.
6

2. Minimnya minat dan daya tarik anak-anak untuk mengenal tokoh-

tokoh perempuan pahlawan nasional Indonesia.

3. Terkikisnya rasa nasionalisme anak-anak karena pengaruh budaya

asing baik dari teknologi maupun produk luar negeri.

4. Media penyampaian yang ada berupa buku teks dan buku cerita

bergambar, namun dalam hal pembahasan tentang perempuan

pahlawan nasional masih kurang lengkap.

5. Belum adanya media animasi dua dimensi yang memperkenalkan

perempuan pahlawan yang bergelar pahlawan nasional di Indonesia

yang terjun langsung bertempur di medan perang.

C. Batasan Masalah

1. Kurangnya pengetahuan anak-anak tentang perempuan pahlawan yang

bergelar pahlawan nasional yang ada di Indonesia yang ikut berperang

melawan penjajah.

2. Belum adanya media animasi dua dimensi yang memperkenalkan

perempuan pahlawan yang bergelar pahlawan nasional di Indonesia

yang terjun langsung bertempur di medan perang.

D. Rumusan Masalah

Bagaimana merancang film animasi perempuan pahlawan nasional

sebagai tokoh perjuangan Indonesia?


7

E. Tujuan Penelitian

Untuk mengetahui bagaimana merancang film animasi perempuan

pahlawan nasional sebagai tokoh perjuangan Indonesia.

F. Kegunaan Penelitian

1. Teoritis

Secara teoritis, penelitian ini diharapkan dapat menjadi referensi

ilmiah untuk mempopulerkan kembali kisah perjuangan perempuan

pahlawan kepada anak-anak melalui bidang desain komunikasi visual

dan juga diharapkan penelitian ini menjadi acuan dalam pengetahuan

tentang tokoh-tokoh perempuan pahlawan yang bergelar Pahlawan

Nasional.

2. Praktis

Secara praktis, hasil dari penelitian ini diharapkan film animasi dua

dimensi tentang perempuan pahlawan yang bergelar Pahlawan

Nasional dapat menjadi sarana pendidikan yang efektif, interaktif,

menarik dan mendidik untuk anak-anak serta dapat menumbuhkan rasa

nasionalisme terhadap anak-anak.

G. Sistematika Penulisan

Untuk memudahkan pembahasan penelitian ini, berikut susunan

sistematika penulisan yang peneliti susun, antara lain:


8

1. Bab I Pendahuluan

Berisikan latar belakang mengenai penjelasan tentang empat

perempuan pahlawan yang bergelar pahlawan nasional, permasalahan

objek dari kelebihan dan kekurangannya, penjelasan mengenai ide atau

gagasan sebagai solusi yaitu membuat media animasi dua dimensi.

Serta beberapa penjelasan mengenai identifikasi masalah dan batasan

masalah yang ditampilkan dalam bentuk pointer, rumusan masalah

yang membahas bagaimana peneliti menyelesaikan masalah objek

dalam bentuk kalimat tanya, tujuan penelitian yang merupakan

jawaban dari rumusan masalah, serta kegunaan penelitian yang dibagi

menjadi dua penjelasan yaitu secara teoritis dan praktis.

2. Bab II Tinjauan Pustaka Dan Landasan Teori

Bagian ini membahas tentang empat perempuan pahlawan yang

bergelar pahlawan nasional yang dibahas dalam tinjauan pustaka

seperti buku teks, jurnal, e-book dan laporan penelitian. Landasan teori

berisi teori-teori dari sudut pandang Desain Komunikasi Visual dan

teori yang berkaitan dengan jenis media yang akan dibuat oleh peneliti,

data yang disajikan dalam landasan teori ini diperoleh dari buku teks,

skripsi, jurnal ilmiah, e-book dan laporan penelitian. Kerangka berpikir

berisi tentang alur atau proses penelitian yang dimulai dari latar

belakang hingga proses perancangan, ditampilkan dalam bentuk bagan

yang informatif dan mudah dipahami.


9

3. Bab III Metode Penelitian

Menjelaskan tentang waktu dan tempat penelitian, peneliti harus

mencantumkan kapan memulai penelitian hingga akhir penelitian serta

mencantumkan wilayah observasi dalam batasan kota. Kemudian jenis

penelitian yang dipakai adalah jenis penelitian kualitatif, yaitu teknik

pengumpulan data dengan mengumpulkan informasi dengan

menggunakan studi literatur, observasi dan wawancara.

4. Bab IV Perancangan

Berisikan data tentang empat perempuan pahlawan nasional

yang telah dikumpulkan selama penelitian dengan teknik pengumpulan

data, yang di analisis terlebih dahulu dan hasilnya menjadi dasar

konsep dan proses perancangan. Proses perancangan berisikan proses

kreatif pengerjaan secara detail, mulai dari pemilihan sketsa rancangan

sampai desain yang terpilih. Hasil perancangan merupakan penjelasan

tentang hasil akhir dari perancangan media yang disertai dengan

penjelasan desain atau tampilan visual dan media pendukung.

5. Bab V Penutup

Berisikan kesimpulan dan saran dari hasil penelitian yang terkait

dengan bidang Desain Komunikasi Visual. Deskripsi mengenai

simpulan ditampilkan secara deskriptif dalam bentuk paragraf atau

point-point yang sistematis. Pada bagian saran menjelaskan

penyampaian saran bagi peneliti lain yang melakukan penelitian

terkait.
BAB II

TINJAUAN PUSTAKA DAN LANDASAN TEORI

A. Tinjauan Pustaka

1. Meneladani Kepahlawanan Kaum Wanita

Buku ini ditulis oleh Edi Warsidi pada tahun 2007 diterbitkan

oleh penerbit Yudhistira. Buku ini berisi tentang kepahlawanan dari

kaum perempuan di Nusantara. Dalam kodratnya wanita sewajarnya

hidup dalam lingkungan rumah tangga, melayani suami, merawat anak

dan memasak. Atas dasar pernyataan ini menggugah semangat kaum

wanita untuk mengangkat derajat kaumnya sendiri. Pada akhir abad ke

19 dan awal abad 20, dimulailah kemunculan perintis emansipasi

wanita di Indonesia antara lain Kartini, Dewi Sartika, Nyai Siti

Walidah Achmad Dahlan, HR. Rasuna Said dan Maria Walanda

Maramis serta beberapa nama tokoh lainnya dalam catatan sejarah.

Serta perjuangan kaum perempuan dalam keikutsertaan mereka dalam

perang melawan penjajah seperti Cut Nyak Dien, Cut Nyak Meutia,

Nyi Ageng Serang, dan Martha Christina Tiahahu. Pemerintah

Indonesia juga memberi gelar pahlawan nasional kepada sembilan

orang perempuan tersebut atas perjuangan dan usaha mereka dalam

kemajuan bangsa Indonesia.

Adapula catatan tentang kesuksesan wanita sebagai kepala

pemerintahan di Kerajaan Nusantara, seperti Ratu Sima, Sri

10
11

Isyanattunggawijaya, Sri Sanggamawijayatunggawarman, Putri Nurul

A’la, Laksamana Maharani, Syah Alam Barinsyah, Dyah Gayatri

(Rajapatni), Dyah Suhita, Sultanah Nahrasiyah, Ratu Anchesiny, Ratu

Putri Hijau, Laksamana Keumalahayati, Sultanah Safiatuddin Syah,

Sultanah Nurul Alam Naqiatuddin Syah, Sultanah Inayat

Zakiyyatuddin Syah, Sultanah Kamalat Syah.

Kegunaan pustaka ini bagi peneliti, bahwa ada sembilan orang

pahlawan perempuan dari Indonesia yang mempunyai gelar pahlawan

nasional beserta dengan kisah-kisah perjuangan mereka dalam

mempertahankan bangsa Indonesia dan perintis emansipasi

perempuan dalam bidang pendidikan. Serta ada beberapa catatan

mengenai perempuan yang menjabat sebagai kepala pemerintahan

atau ratu pada zaman kerajaan di Nusantara baik dalam Kerajaan

Islam maupun yang bercorak Hindu atau Buddha. Informasi dalam

buku ini dapat menjadi referensi peneliti bagi pengetahuan dalam

penyusunan objek penelitian.

2. Perempuan Pejuang: Jejak Perjuangan Perempuan Islam Nusantara

dari Masa ke Masa

Buku ini ditulis oleh Widi Astuti pada tahun 2013 diterbitkan

oleh Konstanta Publishing. Dalam buku ini membahas tentang jejak

kepahlawanan para perempuan pejuang Islam di Nusantara dari masa

ke masa. Ada 17 orang perempuan yang berasal dari berbagai daerah

di Nusantara yang berbeda masa dan generasi. Sebagian dari mereka


12

namanya sangat dikenal masyarakat dan sebagian lagi mungkin masih

jarang dikenal. Berikut nama mereka adalah Kalinyamat, Malahayati,

Safiatuddin, Nyi Ageng Serang, Siti Aisyah We Tenriolle, Cut Nyak

Dien, Tengku Fakinah, Pocut Baren, Cut Nyak Meutia, Pocut Meurah

Intan, Siti Walidah, Kartini, Dewi Sartika, Rohana Kudus, Rahmah El-

Yunusiyah, HR. Rasuna Said, dan Sholichah A. Wahid Hasyim.

Dalam buku ini ada beberapa tokoh perempuan agung yang

namanya tidak begitu dikenal oleh generasi sekarang. Tokoh-tokoh

inilah yang juga perintis dalam penyebaran agama Islam di Nusantara

dan diantaranya mempunyai jabatan yang tinggi dalam Kerajaan

Islam. Tujuan dari diterbitkannya buku ini untuk memperkenalnya

pejuang perempuan lainnya yang namanya tidak diangkat menjadi

pahlawan nasional.

Kegunaan pustaka ini bagi peneliti adalah peneliti dapat

mengetahui bahwa masih banyak pejuang perempuan yang namanya

masih belum dikenal oleh generasi muda sekarang, padahal

perjuangan mereka sama besarnya dengan perjuangan yang dilakukan

oleh pahlawan yang bergelar pahlawan nasional. Rata-rata para

pejuang perempuan ini berasal dari Kerajaan Islam Nusantara dan

mayoritas dari kalangan yang beragama Islam. Menjadikan buku ini

sebagai referensi yang bagus untuk lebih memperkenalkan kisah-kisah

perjuangan perempuan Islam kepada generasi muda sekarang yang

namanya masih jarang diperkenalkan.


13

3. Ensiklopedia Sejarah Pahlawan Nasional

Buku ini ditulis oleh Tim Sinarbaya pada tahun 2009 diterbitkan

oleh penerbit Sinarbaya Mandirancan. Buku ini membahas seluruh

pahlawan nasional di Indonesia baik dari laki-laki maupun perempuan.

Ada sekitar 121 cerita tentang pahlawan dari seluruh Indonesia.

Sepuluh orang diantaranya menceritakan tentang pahlawan perempuan

yaitu Cut Nyak Dien, Cut Nyak Meutia, Hj. Rangkayo Rasuna Said,

Hj. Fatmawati Soekarno, Raden Dewi Sartika, Nyi Ageng Serang,

Raden Ajeng Kartini, Nyai Siti Walidah Ahmad Dahlan, Maria

Walanda Maramis dan Martha Christina Tiahahu. Cerita yang

disuguhkan dalam buku ini sangat singkat dan kurang lengkap

sehingga pembaca sedikit mendapat pengetahuan dan informasi.

Kegunaan buku bagi peneliti adalah menambah pengetahuan

peneliti serta menambah informasi tentang perempuan pahlawan

bahwa Indonesia memiliki banyak pahlawan dan pejuang dari berbagai

daerah di Indonesia seperti Sumatera, Jawa, Kalimantan, Sulawesi,

Bali, Nusa Tenggara dan Maluku. Pahlawan dan pejuang yang

disebutkan dalam buku ini banyak yang belum peneliti ketahui karena

keterbatasan pengetahuan yang peneliti miliki sehingga buku ini dapat

dijadikan salah satu sumber pengetahuan tentang sejarah pahlawan

nasional bagi peneliti.


14

4. Mutiara Inspirasi: Warisan Nilai-Nilai Dari Perempuan Pahlawan

Indonesia Bagi Generasi Penerus Bangsa

Buku ini ditulis oleh Kementerian Pemberdayaan Perempuan

dan Perlindungan Anak Republik Indonesia tahun 2014. Dalam buku

ini membahas dua belas perempuan pahlawan Indonesia yang bergelar

pahlawan nasional dan telah diurutkan sesuai dengan tahun

perjuangannya yaitu Martha Christina Tiahahu, Nyi Ageng Serang,

Cut Nyak Dien, Cut Meutia, RA Kartini, Maria Walanda Maramis,

Dewi Sartika, Nyai Ahmad Dahlan, Hj. Rangkayo Rasuna Said, Opu

Daeng Risadju, Fatmawati, dan Siti Hartinah. Survey yang dilakukan

oleh Yayasan Melati yang bekerjasama dengan penyusun buku

mendapatkan hasil bahwa masih banyak generasi muda sekarang

dengan minimnya pengetahuan tentang perempuan pahlawan. Hal

inilah yang menjadi latar belakang pembuatan buku ini.

Kegunaan pustaka ini bagi peneliti adalah sebagai sumber

literatur utama tentang dua belas perempuan pahlawan yang

mempunyai gelar pahlawan nasional dan empat diantaranya yang ikut

bertempur langsung melawan penjajah di medan perang, dari informasi

yang dikumpulkan peneliti setelah membaca beberapa literatur

sebelumnya yang kurang lengkap. Karena dalam buku ini telah

ditentukan perempuan pahlawan yang bergelar pahlawan nasional di

Indonesia sesuai dengan ketetapan presiden.


15

B. Landasan Teori

1. Teori Desain Komunikasi Visual

Desain Komunikasi Visual adalah Ilmu mempelajari konsep

komunikasi dan ungkapan daya kreasi, yang diaplikasikan dalam

berbagai media komunikasi visual dengan mengolah elemen desain

grafis terdiri dari gambar (ilustrasi), huruf, warna, komposisi dan

layout. Semuanya itu dilakukan guna menampilkan pesan secara

visual, audio dan audio visual kepada target sasaran yang dituju.

Desain Komunikasi Visual salah satu bagian dari seni terapan yang

mempelajari tentang perencanaan dan perancangan berbagai bentuk

informasi komunikasi visual (Tinarbuko dalam Kusuma, 2009: 23).

Desain komunikasi visual meliputi media-media yang sangat

beragam. Apabila desain komunikasi visual diibaratkan sebagai

sebuah pohon, akar utama pohon ilmu desain komunikasi visual

adalah ilmu seni dan ilmu komunikasi. Sementara itu, akar ilmu

pendukungnya adalah ilmu sosial dan budaya, ilmu ekonomi dan ilmu

psikologi. Sedangkan cabang-cabang ilmu desain komunikasi visual

banyak sekali, diantaranya meliputi ilustrasi, fotografi, tipografi,

multimedia, elektronik media, computer graphic, animasi, periklanan,

percetakan/ penerbitan dan desain identitas. Salah satu cabang kreatif

desain komunikasi visual adalah animasi. Sebagai ilmu yang bersifat

multimedia, desain komunikasi visual juga mempelajari tentang

visualisasi dalam sebuah tampilan. Animasi merupakan kunci dasar


16

dari sebuah tampilan multimedia. Oleh karena itu animasi tidak bisa

dipisahkan dengan dunia desain komunikasi visual (Hakim, 2013: 7).

Dari beberapa penjelasan tersebut bahwa desain komunikasi

memiliki keterkaitan terhadap perancangan media film animasi dua

dimensi. Oleh karena itu peneliti memberikan solusi untuk membuat

animasi yang menampilkan ilustrasi berbagai tokoh perempuan

pahlawan berikut kisah-kisah mereka dalam bentuk animasi dua

dimensi. Melalui bidang keilmuan desain komunikasi visual peneliti

mampu membuat media film animasi ini agar pesan yang disampaikan

oleh peneliti dapat diterima oleh anak-anak dan mereka dapat lebih

mengenal kisah-kisah perempuan pahlawan serta menumbuhkan minat

dan daya tarik mereka terhadap perjuangan perempuan pahlawan.

2. Teori Animasi

a. Pengertian animasi

Definisi animasi adalah pembuatan gambar atau isi yang

berbeda-beda pada setiap frame, kemudian dijalankan rangkaian

frame tersebut menjadi sebuah motion atau gerakan sehingga

terlihat seperti sebuah film (Zeembry, 2001: 43 ).

Animasi dua dimensi terdiri atas serangkaian gambar yang

dibuat atau di foto secara berulang dan berurutan, lalu dimainkan

untuk menciptakan ilusi gerakan. (Roberts, 2004: 2).


17

b. Jenis animasi

Menurut Gumelar dalam Hakim (2012: 9-10) ada tiga jenis

animasi berdasarkan tekniknya, yaitu:

1) Animasi tradisional, sering disebut cell animation, karena

pengerjaannya menggunakan media kertas celluloid transparan

yang secara sekilas terlihat sama dengan kertas transparansi

untuk OHP (Over Head Projector).

2) Animasi stop motion adalah animasi yang menggunakan media

perekam, misalnya kamera untuk menangkap pergerakan objek

yang digerakan sedikit demi sedikit.

3) Computer Graphic Animation/ Computer Generated Imagery

(CGI) adalah jenis animasi yang keseluruhan prosesnya

dikerjakan dengan media komputer. Animasi ini dapat berupa

animasi dua dimensi atau animasi tiga dimensi.

c. Prinsip-prinsip animasi

Fungsi utama dari prinsip-prinsip dasar animasi adalah agar

setiap animasi yang dibuat kelihatan menarik, dramatis, dengan

gerakan alami. Pada dasarnya prinsip animasi adalah teori dasar

fisika yang diaplikasikan pada animasi karakter. Namun prinsip

animasi adalah teori dasar yang wajib dimiliki oleh animator

menghidupkan karakter animasinya. Hal ini berarti prinsip animasi

dijadikan pedoman untuk setiap gerakan, ekspresi dan mood dari

karakter atau tokoh (Purnomo dan Andreas, 2013: 15).


18

Dua belas prinsip animasi didefinisikan oleh Frank Thomas

dan Ollie Johnston, Kedua belas prinsip tersebut adalah Squash and

stretch, Anticipation, Staging, Straight Ahead And Pose to pose,

Follow Through and Overlapping Action, Slow In and Slow Out,

Archs, Secondary Action, Timing, Appeal, Exaggreation, Solid

Drawing (Purnomo dan Andreas, 2013: 15), tapi penulis hanya

menggunakan beberapa prinsip-prinsip animasi yang disesuaikan

dengan perancanga, berikut beberapa prinsip-prinsip animasi yang

peneliti gunakan, antara lain:

1) Squash and Stretch

Squash and Stretch adalah sebuah prinsip yang

digunakan untuk membuat ilusi seberapa keras permukaan

sebuah benda. Prinsip ini adalah upaya penambahan efek

lentur (plastis) pada objek atau figure sehingga seolah-olah

memuai atau menyusut sehingga memberikan efek gerak yang

lebih hidup (Purnomo dan Andreas, 2013: 22).

2) Anticipation

Anticipation adalah sebuah prinsip animasi dimana kita

sebagai animator memberikan tanda pada penonton mengenai

apa yang akan dilakukan oleh karakter. Anticipation boleh juga

dianggap sebagai persiapan/ awalan gerak atau ancang-ancang.

(Purnomo dan Andreas, 2013: 22).


19

3) Staging

Gambar dalam animasi adalah sebuah penampilan di

panggung yang mana kita sebagai directornya harus

memastikan bahwa ide cerita dari setiap detail penampilan

harus tersampaikan dengan sempurna pada para penonton. Hal

ini berarti harus memastikan bahwa setiap gerakan, ekspresi

dan mood dari karakter harus terlihat jelas dan tidak

disalahartikan (Purnomo dan Andreas, 2013: 24).

4) Straight Ahead And Pose to Pose

Yang pertama adalah Straight ahead action yaitu

membuat animasi dengan cara seorang animator menggambar

satu per satu, frame by frame, dari awal sampai selesai seorang

diri. Straight ahead adalah metode dengan menggambar secara

berurutan dari gambar pertama, kedua, ketiga dan seterusnya.

Yang kedua adalah pose to pose yaitu pembuatan

animasi oleh seorang animator dengan cara menggambar

hanya pada keyframe-keyframe tertentu saja, selanjutnya in-

between atau interval antar keyframe digambar/ dilanjutkan

oleh asisten/ animator lain. Dalam pose to pose, segala

pergerakan sudah diplanning terlebih dahulu. Jadi animator

telah menyiapkan gerakan-gerakan utamanya (key pose), lalu

dilanjutkan dengan detail gerakan diantara (in between)

(Purnomo dan Andreas, 2013: 25-26).


20

5) Archs

Sistem pergerakan tubuh manusia, binatang atau

makhluk hidup lainnya bergerak mengikuti pola/ jalur (maya).

Hal ini memungkinkan mereka bergerak secara halus dan lebih

realistik, karena pergerakan mereka mengikuti suatu pola yang

berbentuk lengkung. Pola gerak semacam inilah yang tidak

dimiliki oleh sistem pergerakan mekanik/ robotic yang

cenderung patah-patah (Purnomo dan Andreas, 2013: 35-36).

6) Secondary Action

Secondary action adalah prinsip dimana ada gerakan

sekunder yang terjadi akibat adanya gerakan utama. Disebut

juga gerakan-gerakan tambahan yang dimaksudkan untuk

memperkuat gerakan utama supaya sebuah animasi tampak

lebih realistic. Kemunculannya lebih berfungsi memberikan

emphasize untuk memperkuat gerakan utama (Purnomo dan

Andreas, 2013: 37).

7) Timing

Timing adalah tentang menentukan waktu kapan sebuah

gerakan harus dilakukan, sementara spacing adalah tentang

menentukan percepatan dan perlambatan dari bermacam-

macam jenis gerak. Timing menentukan berapa gambar yang

harus kita buat diantara dua pose atau yang biasa kita sebut

dengan istilah in between (Purnomo dan Andreas, 2013: 38).


21

8) Appeal

Appeal berkaitan dengan keseluruhan look atau gaya

visual dalam animasi. Appeal adalah tentang bagaimana kita

membuat karakter menjasi menarik dan tidak selalu harus yang

lucu seperti yang banyak orang pikirkan (Purnomo dan

Andreas, 2013: 39).

9) Exaggeration

Exaggeration adalah upaya untuk mendramatisir

sebuah animasi dalam bentuk rekayasa gambar yang bersifat

hiperbolis. Pada intinya melebih-lebihkan action, ekspresi atau

apapun dalam animasi kita sehingga terlihat lebih menarik dan

lebih kartun (Purnomo dan Andreas, 2013: 40).

10) Solid Drawing

Solid drawing adalah kemampuan untuk menggambar

karakter dalam berbagai angle sehingga karakter tersebut

terlihat bervolume dan konsisten dalam setiap frame animasi

(Purnomo dan Andreas, 2013: 41).

d. Tahapan proses produksi film animasi dua dimensi

Dalam proses pembuatan film animasi dua dimensi ada

beberapa tahapan yang harus dikerjakan, yaitu sebagai berikut

(Rahayu, 2013: 6) :
22

1) Tahap Pra Produksi

Tahap pra produksi dibagi lagi menjadi beberapa bagian ,

yaitu:

a) Penetapan ide cerita

b) Penulisan naskah atau script

c) Pembuatan Storyboard

2) Tahap Produksi

Tahap ini meliputi pembuatan karakter, pewarnaan

karakter, pembuatan background, menganimasikan kamera,

menganimasikan karakter dan merender animasi.

3) Tahap Pasca Produksi

Kegiatan pasca produksi meliputi pengeditan, pemberian

efek suara, rendering dan perencanaan media.

e. Storyboard

Storyboard adalah serangkaian sketsa dibuat berbentuk

persegi panjang yang menggambarkan suatu urutan (alur cerita)

elemen-elemen yang diusulkan untuk aplikasi multimedia

(animasi, film, game dan lain-lain). Storyboard menggabungkan

alat bantu narasi (scenario) dan visual pada selembar kertas

sehingga naskah dan visual menjadi terkoordinasi (Purnomo dan

Andreas, 2013: 48). Tujuan dibuatnya storyboard sebagai

gambaran dasar dan pedoman perancangan dari media yang akan

dibuat.
23

f. Alur atau plot

Alur adalah rangkaian cerita yang dibentuk oleh tahapan-

tahapan peristiwa sehingga menjalin sebuah cerita yang dihadirkan

oleh para pelaku dalam suatu cerita (Siswanto, 2008: 159). Plot

atau alur memiliki beberapa tahapan yaitu, tahap situasi, tahap

pemunculan konflik, peningkatan konflik, klimaks, penurunan

konflik dan tahap penyelesaian (Nugiyantoro, 2010: 67). Berikut

adalah dua jenis alur yang telah dikenal secara umum yaitu:

1) Alur Maju

Alur maju adalah rangkaian peristiwa yang urutannya

sesuai dengan urutan waktu kejadian (Fithriya, 2010: 29).

2) Alur Mundur

Alur mundur adalah rangkaian peristiwa yang

susunannya tidak sesuai dengan urutan waktu kejadian

(Fithriya, 2010: 29).

Indonesia memiliki banyak tokoh-tokoh pahlawan dan pejuang

baik sebelum era kemerdekaan dan sesudah kemerdekaan.

Pengetahuan tentang kisah-kisah mereka sering kita dengar dan baca

saat masih anak-anak karena sudah diperkenalkan dalam mata

pelajaran sejarah di sekolah dasar. Tetapi seiring berkembangnya

zaman banyak anak-anak yang masih kesulitan mengenal tokoh-tokoh

pahlawan tersebut. Anak-anak perlu mendapatkan media yang

menyenangkan untuk dapat memudahkan mengenal tokoh-tokoh


24

pahlawan Indonesia khususnya perempuan pahlawan. Perancangan ini

bertujuan untuk menghasilkan film animasi dua dimensi tentang

perempuan pahlawan untuk anak-anak.

Menurut Mayer dan Moreno dalam Sukiyasa (2013: 4)

mengemukakan bahwa animasi dapat menaikkan pemahaman anak-

anak ketika digunakan secara konsisten sesuai kognitif pada

pembelajaran multimedia.

Pemilihan media animasi dua dimensi oleh peneliti karena

menurut Anwar (2012: 3) film animasi digunakan sebagai tempat

terjadinya proses pembentukan identitas diri anak, maksudnya adalah

dalam kesehariannya anak-anak dimungkinkan akan meniru perilaku

positif seperti tokoh kartun tersebut dengan didampingi orang tua atau

guru.

Hal ini juga yang mendasari peneliti untuk membuat

perancangan media animasi sebagai media edukasi bagi anak-anak

untuk memperkenal tokoh-tokoh perempuan pahlawan nasional

Indonesia yang dilandasai oleh prinsip-prinsip animasi serta memilih

jenis animasi dengan teknik CGI. Dari penjelasan tersebut peneliti

mengambil kesimpulan bahwa dengan menggunakan media animasi

dua dimensi mengenai tokoh-tokoh perempuan pahlawan diharapkan

menjadi suri tauladan bagi anak-anak serta memupuk kembali rasa

nasionalisme mereka terhadap para pahlawan Indonesia.


25

3. Elemen Desain

Dalam perancangan film animasi ini peneliti menggunakan tiga

elemen desain yaitu ilustrasi, warna dan tipografi.

a. Ilustrasi

Ilustrasi adalah seni gambar yang dipakai untuk memberi

penjelasan atas suatu tujuan dan maksud tertentu secara visual

(Kusrianto, 2007: 140).

Menurut Listiani (2008: 10-11) gaya visual film animasi

dibagi menjadi lima jenis antara lain:

1) Gaya realis, di dalam gaya realis lebih diutamakan kecermatan

atau ketelitian dalam bentuk dari tokoh-tokohnya ataupun

lukisan latar belakangnya. Demikian juga mengenai warna-

warna yang dipergunakan mengesankan warna sesungguhnya

dari benda-benda yang digambarkan, misalnya daun berwarna

hijau, langit berwarna biru dan lain-lain. Gaya realis ini sangat

tepat untuk suatu kebutuhan akan komunikasi, karena dapat

dikenal dengan cepat oleh penonton. Film animasi dengan gaya

realis ini banyak dipakai untuk suatu keperluan pendidikan

maupun untuk keperluan hiburan semata-mata.

2) Gaya karikatur, di dalam gaya karikatur ini bentuk daripada

tokoh-tokohnya dan tulisan latar belakangnya diubah bentuk

yang asli menjadi bentuk-bentuk yang sederhana dan bebas.


26

Film animasi dengan gaya ini pada umunya sangat disukai oleh

anak-anak.

3) Gaya dekoratif, gaya ini merupakan stilasi dari bentuk

sebenarnya suatu benda, sehingga menjadi bersifat hiasan.

Gaya dekoratif ini banyak dianut oleh seniman-seniman

animasi dari Cekoslowakia. Penggambaran yang dipakai

berasal dari buku-buku ilustrasi anak-anak yang banyak berisi

cerita-cerita rakyat mereka.

4) Gaya perlambangan (simbolis), film animasi dengan gaya

perlambangan ini mempunyai dasar-dasar yang bersifat budaya

dalam bentuk grafis yang mempunyai suatu arti yang khas bagi

suatu masyarakat. Bentuk swastika, palu atau silang, membawa

suatu gambaran tertentu tentang nilai-nilai budaya. Lambang

dapat mewakili kekuatan-kekuatan dibalik beberapa gejala

alam atau mungkin juga digunakan untuk melambangkan sifat-

sifat dari suatu aksi.

5) Gaya bebas, gaya ini merupakan suatu hasil kesenian yang

bersifat bebas, tanpa dipengaruhi oleh tema-tema tertentu,

angan-angan seniman yang diterjemahkan dalam bentuk

gambar, serta bahan-bahan yang dipakai juga bisa bebas

tergantung dari pembuatnya. Film yang dihasilkannya

mempunyai nilai dan keindahan tertentu dan tidak mempunyai


27

sasaran tertentu untuk pemirsa. Jadi hanya bersifat

pengembangan gagasan-gagasan saja.

Selain teori tentang gaya visual pada animasi, dalam

pengolahan objek karakter yang peneliti gunakan dalam perancangan

animasi ini adalah teori tentang perubahan bentuk. Teori ini peneliti

gunakan untuk menyederhanakan bentuk dari tokoh-tokoh perempuan

pahlawan yang bergaya realis ke dalam bentuk yang lebih sederhana

dan menarik yaitu dengan gaya karikatur. Berikut macam-macam

perubahan bentuk antara lain :

1) Stilasi

Stilasi merupakan cara penggambaran untuk mencapai

bentuk keindahan dengan cara menggayakan objek atau benda

yang digambar, yaitu dengan cara menggayakan setiap kontur pada

objek atau benda tersebut (Kartika, 2004: 42).

2) Distorsi

Distorsi adalah penggambaran bentuk yang menekankan pada

pencapaian karakter, dengan cara menyangatkan wujud-wujud

tertentu pada benda atau objek yang digambar (Kartika, 2004: 42).

3) Transformasi

Transformasi adalah penggambaran bentuk yang menekankan

pada pencapaian karakter dengan cara memindahkan wujud atau

figur dari objek lain ke objek yang digambar (Kartika, 2004: 43).

4) Disformasi
28

Disformasi merupakan penggambaran bentuk yang

menekankan pada interpretan karakter, dengan cara mengubah

bentuk objek dengan cara menggambarkan objek tersebut dengan

hanya sebagian yang dianggap mewakili atau pengambilan unsur

tertentu yang mewakili karakter hasil interprestasi yang sifatnya

hakiki (Kartika, 2004: 43).

Dari penjelasan di atas mengenai macam-macam gaya visual

dalam animasi, peneliti memilih menggunakan gaya visual karikatur

atau kartun karena gaya visual ini pada umunya disukai oleh anak-

anak dan sesuai dengan target audience perancangan media animasi

tentang perempuan pahlawan nasional yaitu anak-anak serta peneliti

juga menggunakan jenis perubahan bentuk disformasi dalam

pengolahan bentuk karakter perempuan pahlawan dengan mengambil

unsur dari ciri khas yang ada pada tokoh-tokoh tersebut agar

mempermudah anak-anak dalam mengenali tokoh-tokoh perempuan

pahlawan yang peneliti tampilkan.

b. Warna

Warna dapat didefinisikan secara objektif/ fisik sebagai sifat

cahaya yang dipancarkan, atau secara subjektif/ psikologis sebagai

bagian dari pengalaman indra penglihatan. Secara objektif atau

fisik, warna dapat diperikan oleh panjang gelombang. Dilihat dari

panjang gelombang, cahaya yang tampak oleh mata merupakan


29

salah satu bentuk pancaran energi yang merupakan bagian yang

sempit dari gelombang elektromagnetik (Sanyoto, 2010: 13).

Menurut Hurlock dalam Rahardjo (2014: 3) berdasarkan teori

psikologi warna yang disebutkan dalam jurnal milik Ronald

(2008), Elizabeth B. Hurlock menyatakan bahwa anak-anak

menyukai semua warna. Penggunaan warna-warna kontras

ternyata dapat menarik perhatian anak-anak. Sehingga peneliti

memilih warna-warna kontras dalam kelompok warna primer,

warna sekunder dan warna tersier dalam perancangannya agar

media yang dihasilkan mampu menarik minat dan daya tarik anak-

anak.

c. Tipografi

Tipografi adalah sebuah disiplin khusus dalam desain grafis

yang mempelajari mengenai seluk beluk huruf (font). Huruf-huruf

tersebut dikelompokkan menurut beberapa kategori tertentu. Hal

ini menunjukan demikian banyaknya jenis dan karakter huruf yang

bisa digunakan dalam desain publikasi. Sebab beberapa jenis huruf

bisa menciptakan kesan-kesan tertentu sesuai dengan tema

publikasi (Sitepu, 2006: 33).

Pemilihan jenis dan karakter huruf, serta pengelolaannya

akan sangat menentukan keberhasilan desain komunikasi visual.

Dibaca tidaknya sebuah pesan tergantung pada penggunaaan huruf

(typeface) dan cara penyusunannnya. Informasi semenarik apapun,


30

bisa tidak dilirik pembaca karena disampaikan dengan tipografi

yang buruk (Supriyono, 2010: 23).

Menurut Wijaya (2013: 5) saat memilih jenis huruf untuk

teks yang ditujukan bagi anak-anak, yang harus dipertimbangkan

adalah:

1) Huruf yang sebaiknya digunakan adalah yang bentuknya

sederhana dan mudah dibaca.

2) Jangan menggunakan tipografi yang baku (serif) karena hal ini

akan membuat anak-anak kesulitan mengenali bentuk huruf.

3) Pilihlah ketebalan huruf yang lazim, jauhi bentuk yang sangat

tipis (hairline weight) atau malah sangat tebal.

4) Jika menggunakan huruf miring, pastikan huruf-huruf tersebut

juga tidak sulit dibaca, tidak terlalu tebal atau bergaya.

5) Pastikan ada cukup kontras antara jenis font dengan

background. Jika akan memasukan lebih dari satu paragraf

dalam satu halaman, sebaliknya gunakan garis dan bukan

sekedar jarak sebagai pemisah antar paragraf. Hal ini akan

memberikan semacam rehat, baik kepada teks itu sendiri

maupun pembacanya.

6) Kesempatan untuk berkreasi terletak pada judul. Font untuk

judul atau pikiran utama dapat lebih variatif baik dalam gaya,

warna dan tata letak, karena lebih sedikit menggunakan kata.

Font yang dekoratif, berwarna-warni dan tatanan yang


31

melengkung atau tidak rata dapat digunakan untuk menarik

minat dan menghibur anak-anak.

Dalam penggunaan huruf/ teks yang ditampilkan dalam

perancangan animasi dua dimensi perempuan pahlawan, peneliti

menggunakan jenis huruf sans serif (tidak berkait) karena bentuk

hurufnya sederhana tanpa banyak hiasan sehingga akan memudahkan

anak-anak untuk membacanya serta pesan yang peneliti sampaikan

dalam film animasi ini mampu dimengerti anak-anak.


32

C. Kerangka Berpikir

Perempuan Pahlawan Nasional


Indonesia

Latar Belakang :
1. Kurangnya pengetahuan dandaya tarik anak-anak tentang
perempuan pahlawan yang ada di Indonesia.
2. Terkikisnya rasa nasionalisme anak-anak karena pengaruh
budaya asing baik dari teknologi maupun produk luar negeri.
3. Belum adanya media edukasi pahlawan perempuan nasional
Indonesia berupa animasi dua dimensi.

Sumber literatur Peneliti mewawancarai Peneliti melakukan observasi


yang digunakan seorang penulis buku dengan mengunjungi
peneliti bersumber tentang perempuan Monumen Nasional dan
pada buku teks, e- pahlawan bernama Widi Diorama Arsip Nasioanal
book dan skripsi. Astuti dari Salatiga. Republik Indonesia.

Kondisi ideal yang didapat adalah Kondisi real yang didapat peneliti adalah
generasi muda sekarang mampu masih banyaknya generasi muda yang tidak
mengenal para perempuan mengenal perempuan pahlawan, kondisi
pahlawan dan menjadikannya suri media yang mempopulerkannya tidak
tauladan serta memupuk rasa menarik serta terkikisnya rasa nasionalisme.
nasionalisme.

Masalah Utama :
1.Kurangnya pengetahuan dan daya tarik anak-anak tentang perempuan pahlawan
yang ada di Indonesia.
2. Terkikisnya rasa nasionalisme anak-anak karena pengaruh budaya asing.
3. Media penyampaian dan pembahasan tentang perempuan pahlawan nasional masih
kurang lengkap serta belum adanya animasi dua dimensi perempuan pahlawan.

Solusi :
Perancangan film animasi dua dimensi tentang perempuan pahlawan
nasional di Indonesia sebagai tokoh perjuangan bangsa.

Media Utama :
Film animasi dua dimensi tentang perempuan pahlawan nasional di
Indonesia.
BAB III

METODE PENELITIAN

A. Waktu dan Tempat Penelitian

Waktu penelitian yang dilakukan peneliti dilaksanakan pada bulan

September 2014 sampai dengan bulan Oktober 2014. Peneliti juga

melakukan observasi kedua untuk penambahan data, observasi ini

dilakukan pada bulan Desember 2014 sampai Januari 2015. Dalam rentan

bulan tersebut peneliti telah mencari literatur terkait objek serta melakukan

observasi dan wawancara. Peneliti melakukan penelitian di dua daerah

yaitu di Jakarta dan Depok.

B. Jenis Penelitian

Metode penelitian yang digunakan peneliti pada penelitian ini

adalah metode penelitian kualitatif. Peneliti memilih metode penelitian

kualitatif karena kebutuhan untuk mendapatkan informasi berupa

kesimpulan. Untuk mendapatkan data yang terkait dan berhubungan

mengenai sejarah dan tokoh-tokoh perempuan yang bergelar pahlawan

nasional di Indonesia, proses pengumpulan data dilakukan dengan

mengkaji ensiklopedia, buku pelajaran sejarah, buku teks dan beberapa

jurnal ilmiah atau skripsi yang berkaitan dengan objek penelitian.

33
34

C. Teknik Pengumpulan Data

1. Studi Literatur

Dalam teknik ini peneliti mengumpulkan data-data mengenai objek

penelitian yang ada atau telah dibahas di dalam buku teks, skripsi, tesis

dan jurnal ilmiah. Peneliti hanya fokus pada literatur yang membahas

tentang perempuan pahlawan nasional Indonesia agar informasi yang

didapat lebih tepat dan cepat.

2. Observasi

Peneliti melakukan observasi di Museum Sejarah yang ada di

dalam gedung Monumen Nasional (Monas). Peneliti mengamati

diorama sejarah Indonesia yang terdapat di dalam museum tersebut,

peneliti hanya mendapatkan satu tokoh perempuan pahlawan dalam

diorama tersebut yaitu Raden Ajeng Kartini. Tujuan dari dilakukannya

observasi adalah untuk mengetahui ada atau tidaknya diorama yang

menceritakan tentang perempuan pahlawan nasional yang ikut

bertempur melawan penjajah sedangkan observasi kedua yang peneliti

lakukan di diorama Arsip Nasional Republik Indonesia, terdapat foto

profil dari beberapa tokoh perempuan pahlawan nasional, seperti

Martha Christina Tiahahu, Nyi Ageng Serang, Cut Nyak Dien, Dewi

Sartika dan Raden Ajeng Kartini.

3. Wawancara

Peneliti mewawancarai seorang penulis buku Perempuan Pejuang:

Jejak Perjuangan Perempuan Islam Nusantara dari Masa ke Masa dan


35

penulis paper “The impact of marginalizing of heroines in Indonesia's

nation building” (Dampak peminggiran dari pahlawan dalam

pembangunan bangsa di Indonesia) dalam seminar Internasional di

Edinburgh University, Inggris. Bernama Widi Astuti yang berasal dari

kota Salatiga. Peneliti melakukan wawancara dengan menggunakan

media sosial di internet pada tanggal 17 Oktober 2014 sampai dengan

21 Oktober 2014. Tujuan peneliti melakukan wawancara untuk

mengetahui data tentang kondisi realita yang ada di masyarakat umum

tentang pengetahuan mereka khususnya generasi muda terhadap

pengetahuan mereka tentang sosok perempuan pahlawan.


BAB IV

PERANCANGAN

A. Perempuan Pahlawan

Menurut catatan pemerintah Indonesia ada empat orang perempuan

pahlawan yang mempunyai gelar pahlawan nasional berdasarkan

keikutsertaan mereka dalam pertempuran dan peperangan melawan

penjajah dimedan perang, Berikut urutannya berdasarkan tahun

perjuangannya, yaitu :

1. Martha Christina Tiahahu

Gambar IV. 1: Foto ilustrasi Martha Christina Tiahahu


(Sumber: Buku Meneladani Kepahlawanan Kaum Wanita
oleh Edi Warsidi, 2007)

Martha Christina Tiahahu lahir di tahun 1800, ayahnya adalah

Kapitan Paulus Tiahahu, pelindung negeri Abubu. Sang ibu telah

meninggal dunia saat Martha Christina Tiahahu masih bayi. Paulus

Tiahahu adalah keturunan langsung dari para Kapitan hebat di negeri

36
37

Abubu, sehingga keluarga mereka sangat dihormati oleh masyarakat.

Awal mula keterlibatan Martha Christina Tiahahu secara langsung

dalam perang melawan penjajah Belanda adalah beberapa waktu

sebelum perang Pattimura pecah. Tekanan Belanda terhadap rakyat

makin semena-mena dan rakyat kian terpuruk, miskin serta terus

dipaksa bertanam tanpa pernah mendapatkan hasilnya hingga sekolah-

sekolah juga ditutup paksa oleh Belanda, karena Belanda khawatir

rakyat akan menjadi makin cerdas dan akan menuntut serta mengusir

Belanda. Keadaan ini membuat Kapitan Pattimura bertambah gelisah

dan berinisiatif memanggil semua Kapitan di Kepulauan Maluku untuk

menyatukan diri dan kekuatan melawan penjajah. Bulan Mei tahun

1817, pertemuan bersejarah di Saparua berlangsung. Di sinilah Martha

Christina Tiahahu meyakinkan dirinya untuk ikut memanggul senjata

bersama Pattimura dan ayahnya (Kementerian Pemberdayaan

Perempuan dan Perlindungan Anak Republik Indonesia, 2014: 15-17).

Di dalam pertempuran merebut Benteng Beverwijk di Nusalaut,

peranan Martha Christina Tiahahu sangat menonjol, terutama dalam

mengobarkan semangat juang pada rakyat dan akhirnya benteng

tersebut berhasil direbut oleh rakyat Maluku. Namun pada tanggal 10

November 1817 Benteng Beverwijk direbut kembali oleh Belanda.

Setelah merebut benteng tersebut, Belanda mengadakan penangkapan-

penangkapan. Sementara pertempuran di Ulat dan Ouw (Saparua)

berjalan amat sengit. Enam puluh serdadu Belanda dibawah pimpinan


38

Richermont menyerang, tetapi dipukul mundur oleh rakyat Maluku.

Pada tanggal 12 November 1817 Belanda mengadakan serangan umum.

Seluruh Ulat dan Ouw rata dengan tanah, beberapa orang Kapitan

ditangkap seperti, Said Perintah, Paulus Tiahahu, Martha Christina

Tiahahu, Hihanusa, Raja Ulat dan Patih Ouw, semuanya ditangkap dan

dibawa ke Kapal Eversten (Tim Sinarbaya, 2009: 272-273).

Di antara tawanan-tawanan yang pada 15 November diperiksa di

Kapal Everstsen oleh Laksamana Muda Buyskes terdapat Paulus

Tiahahu beserta Putrinya Martha Christina Tiahahu. Tatkala didengar

bahwa ayahnya dijatuhi hukuman mati, Martha Christina Tiahahu

berlutut di hadapan Buyskes dan memohon agar diperbolehkan

memikul hukuman ayahnya itu (Zacharias, 2012: 102-103).

Pada tanggal 17 November 1817, Kapitan Paulus Tiahahu

menjalani hukuman mati. Bersama 39 orang tawanan lainnya, Martha

Christina Tiahahu diasingkan ke Pulau Jawa untuk menjalani hukuman

kerja paksa di perkebunan kopi. Sebelum berangkat ke Pulau Jawa,

Belanda membujuk Martha Christina Tiahahu untuk bekerja sama tetapi

bujukan itu ditolak. Di atas kapal yang akan membawanya ke Pulau

Jawa, Martha Christina Tiahahu jatuh sakit dan menolak untuk diobati

oleh orang Belanda (Warsidi, 2007: 13-14).

Akhirnya Martha Christina Tiahahu meninggal dunia dalam

perjalanan tersebut, tepat di kawasan perairan Laut Banda. Oleh

Belanda jasadnya dibuang ke Laut Banda pada tanggal 2 Januari 1818.


39

Tanggal tersebut kemudian ditetapkan oleh rakyat Maluku sebagai Hari

Martha Christina Tiahahu (Kementerian Pemberdayaan Perempuan dan

Perlindungan Anak Republik Indonesia, 2014: 20).

Sesuai dengan Surat Keputusan Presiden Republik Indonesia

No. 012/ TK/ 1969, tanggal 20 Mei 1969. Martha Christina Tiahahu

diangkat sebagai Pahlawan Nasional (Warsidi, 2007: 12).

2. Nyi Ageng Serang

Gambar IV. 2: Foto ilustrasi Nyi Ageng Serang


(Sumber: Buku Meneladani Kepahlawanan Kaum Wanita
oleh Edi Warsidi, 2007)

Nama aslinya adalah Raden Ajeng Kustiyah Wulaningsih Retno

Edhi. Dilahirkan pada tahun 1752 di Serang, daerah yang berdekatan

dengan Purwodadi, Jawa Tengah. Nyi Ageng Serang masih terhitung

keturunan Sunan Kalijaga dan merupakan putri Pangeran Natapraja

yang bergelar Panembahan Serang. Ayahnya adalah Panglima Perang

pada pasukan Mangkubumi (Sultan Hamengku Buwono I) ketika

berperang melawan Belanda (Tim Sinarbaya, 2009: 100).


40

Sewaktu Nyi Ageng Serang tumbuh dewasa dan turut mempimpin

pasukan untuk menyerang Belanda, Nyi Ageng Serang tertawan dan

dibawa ke Yogyakarta, tetapi kemudian kembali ke Serang dan

meneruskan perlawanannya. Saat Nyi Ageng Serang berada di

Yogyakarta, sering terjadi keresahan dalam masyarakat akibat dari

berbagai tindakan pemerintah Belanda yang merendahkan harga diri

dan kehormatan raja-raja Jawa. Waktu itu, di dalam kalangan istana pun

muncul dua golongan, yaitu anti dan pro dengan Belanda. Atas bantuan

kalangan istana yang pro dengan penjajah, banyak tanah rakyat yang

diambil paksa oleh Belanda untuk dijadikan perkebunan yang dikelola

orang Eropa. Hal ini jugalah yang kemudian menyebabkan terjadinya

Perang Diponegoro (Warsidi, 2007: 10-11).

Nyi Ageng Serang merasa terpanggil untuk ambil bagian dalam

perang suci tersebut. Ia segera menggambungkan dirinya dengan

pasukan Pangeran Diponegoro. Nyi Ageng Serang diangkat oleh

Pangeran Diponegoro sebagai Pinisepuh. Pengalamannya berperang

puluhan tahun menjadikannya seorang ahli strategi. Pangeran

Diponegoro selalu mendengarkan nasihat-nasihat Nyi Ageng Serang.

Waktu itu usia Nyi Ageng Serang sudah 73 tahun, tapi semangatnya

masih membara. Nyi Ageng Serang yang memimpin pasukan

“siluman”. Sebuah pasukan gerak cepat yang menggetarkan Belanda.

Dengan didampingi cucunya, Raden Aryo Mas Papak, Nyi Ageng

Serang memimpin gerilya di daerah Serang, Purwodadi, Gundih,


41

Semarang, Demak, Kudus, Juwana dan Rembang. Dalam perjalanan

panjang tersebut Nyi Ageng Serang ditandu oleh pasukannya. Meski

ditandu bukan berarti Nyi Ageng Serang menjadi lemah. Nyi Ageng

Serang tetap memimpin perang gerilya di sekitar Desa Beku, Kabupaten

Kulon Progo (Astuti, 2014: 30-31).

Karena usianya yang telah tua, Nyi Ageng Serang kemudian

mengundurkan diri sebagai penasihat perang Pangeran Diponegoro.

Lalu menghabiskan masa tuanya di rumah keluarga Natapraja di

Yogyakarta. Nyi Ageng Serang wafat di Yogyakarta tahun 1838.

Jenazahnya dimakamkan di daerah Beku, Kulon Progo, Yoyakarta,

sesuai permintaanya ketika masih hidup (Tim Sinarbaya, 2009: 100).

Atas jasa Nyi Ageng Serang tersebut sesuai dengan Surat

Keputusan Presiden Republik IndonesiaNo. 063/ TK/ Tahun 1974,

tanggal 13 Desember 1974. Nyi Ageng Serang diangkat menjadi

Pahlawan Nasional (Kementerian Pemberdayaan Perempuan dan

Perlindungan Anak Republik Indonesia, 2014: 23).


42

3. Cut Nyak Dien

Gambar IV. 3: Foto ilustrasi Cut Nyak Dien


(Sumber: Buku Meneladani Kepahlawan Kaum Wanita
oleh Edi Warsidi, 2007)

Dilahirkan di Lampadang, Aceh, sekitar tahun 1850. Ia menikah

dengan pejuang Aceh bernama Teuku Ibrahim Lamnga. Cut Nyak Dien

bersama keluarga saat itu tinggal di daerah VI Mukim, pada bulan

Desember 1875 pasukan belanda menyerang daerah itu. Ayahnya,

Teuku Nanta Setia dan suaminya, Teuku Ibrahim Lamnga berusaha

mempertahankan daerah kekuasaanya namun akhirnya memilih mundur

dari pertempuran untuk menyusun kekuatan kembali. Saat itu Cut Nyak

Dien bersama anaknya mengungsi ke Blang Kala kemudian berpindah

lagi ke Montasik sewaktu Blang Kala jatuh ke tangan Belanda. Dalam

pertempuran di Gletarum pada tanggal 29 Juni 1878, Teuku Ibrahim

Lamnga gugur di medan pertempuran kemudian dimakamkan di

Montasik. Cut Nyak Dien kemudian menikah dengan Teuku Umar pada

tahun 1880 (Tim Sinarbaya, 2009: 5).


43

Enam tahun lamanya Cut Nyak Dien berperang di daerah

pedalaman Aceh. Pasukan Belanda berusaha menangkapnya, tetapi

tidak pernah berhasil. Namun, lama kelamaan jumlah pasukannya

semakin berkurang. Bahan makanan sulit diperoleh. Cut Nyak Dien pun

usianya bertambah tua, matanya mulai rabun serta kondisi tubuhnya

tidak sebagus dahulu. Anak buahnya merasa kasihan melihat keadaan

yang demikian itu. Pang laot, seorang panglima perang dan orang

kepercayaan Cut Nyak Dien melaporkan keadaan tersebut kepada

Belanda. Sewaktu akan ditangkap oleh Belanda, Cut Nyak Dien masih

sempat mencabut rencong dan berusaha melawan. Namun, tanganya

dapat ditangkap dan dipegang oleh Letnan Van Vuuren, lalu Cut Nyak

Dien ditawan dan dibawa ke Banda Aceh. Akhirnya pada tanggal 11

Desember 1906, Cut Nyak Dien diasingkan ke Sumedang, Jawa Barat

hingga akhir hayatnya (Warsidi, 2007: 31).

Cut Nyak Dien dianugerahi gelar Pahlawan Nasional sesuai

Surat Keputusan Presiden Republik Indonesia No. 106/ TK/ 1964,

tanggal 2 Mei 1964 (Tim Sinarbaya, 2009: 6).


44

4. Cut Nyak Meutia

Gambar IV. 4: Foto ilustrasi Cut Nyak Meutia


(Sumber : Buku Meneladani Kepahlawanan Kaum Wanita
oleh Edi Warsidi, 2007)

Cut Nyak Meutia dilahirkan di Perak, Aceh, pada tahun 1870.

Tepat tiga tahun sebelum perang Aceh dan Belanda meletus. Ketika

masa anak-anak, suasana perang itu mempengaruhi perjalanan hidup

selanjutnya. Ayahnya merupakan Ulubalang Perak, bernama Teuku

Ben Daud, tetapi Cut Nyak Meutia lebih tertarik kepada Teuku

Muhammad. Akhirnya, keduanya menikah. Teuku Muhammad adalah

seorang pejuang yang lebih dikenal dengan nama Teuku Cik Tunong.

Sekitar tahun 1900, peperangan rakyat Aceh dengan Belanda sedang

berkecambuk. Para pejuang Aceh sudah banyak yang gugur, pasukan

Belanda sudah sampai ke daerah pedalaman Aceh. Pada waktu itu, Cut

Nyak Meutia bersama dengan suaminya memimpin perjuangan gerilya

di daerah Pasai. Berkali-kali pasukan mereka berhasil mencegat patroli


45

pasukan Belanda, bahkan markas Belanda di Idie pernah pula diserang

(Warsidi, 2007: 27).

Pada tanggal 20 Januari 1903 Sultan Aceh menyerah kepada

Belanda, maka Teuku Cik Tunong beserta pasukannya melaporkan diri

kepada pasukan Belanda di Lhoseumawe. Kemudian bersama Cut

Nyak Meutia dan anaknya yang bernama Teuku Raja Sabi pergi ke Jrat

Mayang, kemudian ke Teupin Gajah, daerah Panton Labu dan tinggal

disana. Pasangan suami istri itupun menggalang kekuatan, tidak terlalu

besar memang jumlah orang yang berhasil mereka himpun, namun

demikian sangat merepotkan dan menimbulkan kerugian besar di pihak

pasukan Belanda melalui aksi-aksi heroik mereka. Pada tanggal 25

Januari 1905 Peutua Oulah dan anak buahnya menyerang serdadu

Belanda, dengan alasan sebelum terjadi serangan Peutua Oulah pergi

ke Teuku Cik Tunong, maka Teuku Cik Tunong ditangkap dan di

hukum mati. Cut Nyak Meutia mengambil alih peran suaminya untuk

memimpin pasukan gerilya melawan pasukan Belanda di pedalaman

Aceh (Tim Sinarbaya, 2009: 9-10).

Cut Nyak Meutia berduka, ia kehilangan sosok yang selama ini

meneguhkan perjuangannya. Meski berduka, bara perjuangan semakin

menyala di dadanya. Setelah menyelesaikan masa iddah, sesuai wasiat

suaminya, Cut Nyak Meutia menikah dengan Pang Nanggroe. Mereka

berdua kembali mengobarkan semangat jihad dan memimpin perang

gerilya (Astuti, 2014: 75).


46

Pada bulan September 1910, Pang Nanggroe tewas dalam

pertempuran di Paya Cicem, tetapi Cut Nyak Meutia masih dapat

meloloskan diri. Akan tetapi, akhirnya beberapa orang teman Pang

Nanggroe kemudian menyerahkan diri kepada Belanda. Cut Nyak

Meutia dibujuk supaya ikut menyerah pula, tetapi ditolaknya. Bersama

anaknya yang masih berumur belasan tahun, Cut Nyak Meutia hidup

berpindah-pindah tempat di pedalaman rimba Pasai. Namun, tempat

persembunyiannya akhirnya diketahui oleh pasukan Belanda. Pada

tanggal 24 Oktober 1913, tempat persembunyian Cut Nyak Meutia

dikepung Belanda. Cut Nyak Meutia melawan dengan menggunakan

sebilah rencong. Tiga tentara Belanda melepaskan tembakan. Sebutir

peluru mengenai kepala dan dua butir lainnya mengenai dada Cut

Nyak Meutia. Akhirnya Cut Nyak Meutia gugur dan atas

perjuangannya tersebut Cut Nyak Meutia dianugerahi sebagai

Pahlawan Nasional Republik Indonesia sesuai dengan Surat Keputusan

Presiden Republik Indonesia No. 107/ TK/ 1964, tanggal 2 Mei 1964 (

Warsidi, 2007: 27-29).

B. Konsep Dasar Perancangan

1. Segmentasi dan Positioning

a. Segmentasi

Segmentasi dari media perancangan film animasi dua

dimensi perempuan pahlawan Indonesia ini adalah anak-anak.


47

Karena anak-anak merupakan generasi penerus bangsa, diharapkan

dengan dibuatnya film animasi dua dimensi ini menjadikan anak-

anak Indonesia senantiasa menghormati dan terus mengingat

tentang perjuangan para perempuan pahlawan ini dalam

mempertahankan Indonesia dari penjajahan bangsa asing, serta

menjadi suri tauladan bagi anak-anak. Berikut penjelasan

segmentasi dari media perancangan film animasi dua dimensi

perempuan pahlawan nasional Indonesia ini :

1) Demografis

Secara demografis, segmentasi dari perancangan

animasi dua dimensi perempuan pahlawan adalah sebagai

berikut:

a) Jenis Kelamin : Laki-laki dan perempuan

b) Usia : tujuh sampai dua belas tahun

c) Pendidikan : Anak-anak Sekolah Dasar

d) Status Ekonomi : Semua Golongan

Peneliti memilih usia segmentasi untuk target sasaran

media film animasi dua dimensi perempuan pahlawan di usia

tujuh sampai dua belas tahun karena di usia tersebut anak-

anak sudah mendapatkan pelajaran di sekolah dasar mengenai

sejarah perjalanan bangsa Indonesia dari mulai penjajahan

sampai dengan kemerdekaan serta usia tersebut anak sudah

mulai bisa berpikir tentang perempuan pahlawan yang ikut


48

membela Indonesia. Pemilihan jenis kelamin, peneliti memilih

kedua jenis kelamin yaitu laki-laki dan perempuan agar semua

mendapat pengetahuan secara merata dan adil. Film animasi

dua dimensi ini bisa dikonsumsi oleh semua kalangan

ekonomi agar tidak ada kesenjangan sosial diantara mereka,

karena Indonesia adalah milik semua golongan di Indonesia

dan film ini ditujukan untuk anak-anak yang berperilaku tidak

tertarik dengan film animasi dan kisah perjuangan perempuan

pahlawan agar mereka merasa tertarik dan mengenal sosok

perempuan pahlawan bahkan mereka juga mengetahui sejarah

perjalanan para pahlawan ini dalam memperjuangkan

kemerdekaan Indonesia saat dijajah negara asing.

2) Geografis

Semua anak-anak yang berada di seluruh daerah

Indonesia. Karena anak-anak sebagai penerus bangsa

diharapkan dapat menumbuhkan rasa nasionalisme mereka,

meneruskan perjuangan para pahlawan dengan giat belajar di

bidang pendidikan dan ilmu pengetahuan agar membuat

bangsa Indonesia semakin maju dan berkembang.

3) Psikografis

Anak-anak yang memiliki keingintahuan tentang kisah-

kisah perjuangan dari perempuan pahlawan nasional Indonesia

dan anak-anak yang menyukai film animasi.


49

b. Positioning

Sebagai tokoh perjuangan Indonesia. Perempuan pahlawan

adalah sebagian dari pejuang-pejuang Indonesia yang ikut

memperjuangkan dan menegakkan kedaulatan Indonesia dari

tangan penjajah serta memperjuangkan hak-hak perempuan dalam

bidang pendidikan.

2. Gaya Visual Animasi

Gaya visual yang peneliti gunakan dalam perancangan film

animasi dua dimensi tentang perempuan pahlawan nasional Indonesia

adalah gaya karikatur atau kartun, gaya kartun diaplikasikan pada

ilustrasi karakter utama, karakter pendamping, latar dan properti-

properti lainnya. Dengan bentuk yang sederhana dari karakter-karakter

tersebut dapat menarik minat anak-anak untuk menonton, karena film

animasi dengan gaya ini pada umunya sangat disukai oleh anak-anak.

Gaya kartun yang ditampilkan oleh peneliti merujuk kepada ciri khas

yang ada pada tokoh perempuan pahlawan, misalnya dari gaya rambut,

gaya pakaian dan atribut yang dikenakan.


50

Gambar IV. 5: Gaya visual dari kartun Bung Karno dan Jenderal Sudirman
(Sumber : Animasi Perjuangan oleh Henkir Alam MH,
Diterbitkan tanggal 1 Oktober 2013 di Youtube)

3. Skema Warna

Pewarnaan yang digunakan dalam perancangan film animasi dua

dimensi ini peneliti menggunakan warna full color, artinya semua

macam warna dipakai dalam pewarnaan karakter dan lainnya agar

dapat menarik perhatian anak-anak, karena anak-anak menyukai semua

warna. Peneliti juga menambahkan warna gelap dan terang sebagai

bayangan agar karakter terlihat lebih hidup. Warna-warna yang banyak

dipakai meliputi warna merah, kuning, biru dan warna turunan yang

lain.

Gambar IV. 6: Warna yang digunakan untuk karakter


(Sumber : Dokumentasi pribadi)
51

4. Huruf

Jenis huruf yang peneliti gunakan pada perancangan media

animasi ini memilih jenis huruf sans serif atau tidak berkait. Peneliti

menggunakan jenis font Alexis Marie, karena jenis huruf ini tidak

memiliki kait, mudah dibaca, tidak terlalu baku dan bentuk hurufnya

seperti huruf-huruf yang ada di buku cerita. Sehingga diharapkan anak-

anak dapat dengan jelas melihat dan membaca huruf tersebut.

Gambar IV. 7: Jenis huruf Bank Gothic LT (atas) dan


Jenis huruf Alexis Marie (bawah)
(Sumber : Dokumentasi pribadi)

5. Tata Letak

Tata letak dalam perancangan animasi dua dimensi ini

menunjukkan posisi, desain dan lokasi dari film animasi yang peneliti

rancang. Layout memperlihatkan visualisasi dari perpaduan

background, karakter serta properti-properti yang dipakai. Untuk

menarik perhatian anak-anak, peneliti juga menerapkan bentuk-bentuk

layout dengan posisi berbeda-beda dengan mengubah angle dari

kamera serta mengatur posisi background.


52

C. Proses Perancangan

1. Thumbnail

Karakter yang diangkat dalam film animasi ini ada dua belas

tokoh perempuan pahlawan. Berikut peneliti tampilkan ilustrasi dari

karakter yang masih berupa sketsa kasar dalam bentuk thumbnail.


53

Gambar IV. 8: Sketsa kasar karakter


(Sumber : Dokumentasi pribadi)

2. Sketsa Halus

Sketsa halus didapat setelah memilih dari beberapa pilihan sketsa

kasar kemudian diperhalus lagi bentuk dan garisnya. Berikut alternatif

sketsa halus yang telah dipilih:


54

Gambar IV. 9: Karakter empat tokoh perempuan pahlawan yang terpilih


(Sumber: Dokumentasi Pribadi)
55

3. Konsep komprehensif

Dari beberapa alternatif gambar karakter yang peneliti gambar,

terpilihlah satu ilustrasi gambar yang cocok untuk media perancangan

film animasi dua dimensi perempuan pahlawan ini. Berikut ilustrasi

dari kedua belas karakter perempuan pahlawan, mulai dari sketsa

pensil sampai dengan yang sudah di traching.

Martha Christina
Tiahahu

Nyi Ageng Serang


56

Cut Nyak Dien

Cut Nyak Meutia

Gambar IV. 10: Karakter empat tokoh perempuan pahlawan


(Sumber: Dokumentasi Pribadi)

4. Storyboard

Storyboard digunakan dan dibuat untuk mempermudah

pekerjaan seorang animator dalam merancangan sebuah film animasi.

Peneliti juga membuat storyboard yang menjelaskan sebagian besar

dari inti film animasi dua dimensi yang peneliti rancang saat ini.

Storyboard yang peneliti buat adalah kisah perjuangan dari perempuan

pahlawan yang membela dan memperjuangkan Indonesia dari serangan


57

dan penjajahan yang dilakukan bangsa Eropa. Berikut storyboard dari

film animasi dua dimensi perempuan pahlawan.


58

Gambar IV. 11: Storyboard animasi dua dimensi Martha


Christina Tiahahu
(Sumber: Dokumentasi Pribadi)
59

Gambar IV. 12: Storyboard animasi dua dimensi


Nyi Ageng Serang
(Sumber: Dokumentasi Pribadi)
60
61

Gambar IV. 13: Storyboard animasi dua dimensi


Cut Nyak Dien
(Sumber: Dokumentasi Pribadi)
62

Gambar IV. 14: Storyboard animasi dua dimensi


Cut Nyak Meutia
(Sumber: Dokumentasi Pribadi)

D. Hasil Perancangan

Dalam membuat perancangan film animasi dua dimensi, peneliti

menggunakan tiga software yaitu Adobe Photoshop, Adobe Flash dan

Adobe Premier Pro. Ketiga software ini berkaitan dalam pengeditan,

digitalisasi, animasi dan penambahan efek dalam animasi. Sebelum

menggunakan ketiga software tersebut peneliti membuat sketsa kasar

karakter di kertas dengan menggunakan pensil. Kemudian di scan lalu di


63

edit dan diaplikasikan dengan warna yang telah ditentukan menggunakan

Adobe Photoshop kemudian karakter tersebut di animasikan menggunakan

software Adobe Flash, setelah animasi bisa bergerak dan sesuai dengan

storyboard yang dibuat, kemudian file yang sudah jadi dalam bentuk

animasi tersebut diberi tambahan efek animasi dan menambah suara di

software Adobe Premier Pro.

1. Keterangan dan Spesifikasi Teknik Dari Media

a. Judul film: Pahlawan Nasional Indonesia: Martha Christina

Tiahahu, Nyi Ageng Serang, Cut Nyak Dien dan Cut

Nyak Meutia.

b. Jenis film: Animasi dua dimensi

c. Format film: 720 x 576 pixel

d. Durasi film: 7 menit

e. Hasil produksi: .avi

2. Distribusi dan Penggunaan Media

Media film animasi dua dimensi perempuan pahlawan dapat di

distribusikan ke seluruh daerah di Indonesia. Karena media ini

diperuntukkan untuk anak-anak yang ada di Indonesia. Film ini dapat

digunakan untuk edukasi pendamping di sekolah maupun dirumah

yang dapat diajarkan atau dibimbing oleh guru dan orang tua dari

anak-anak.
64

3. Hasil Perancangan Media Utama

a. Berikut potongan scene dari film Pahlawan Nasional Indonesia:

Perempuan Pahlawan

Gambar IV. 15: Potongan scene dari sampul film animasi dua dimensi
Perempuan Pahlawan
(Sumber: Dokumentasi Pribadi)

b. Media pendukung

Media pendukung yang digunakan peneliti sebagai

pendamping media utama adalah buku catatan, CD, sticker, dan t-

shirt. Pemilihan media buku catatan sebagai salah satu sarana

dalam menginformasikan kepada anak-anak dikarenakan media

buku catatan sangat sering digunakan anak-anak dalam kegiatan

belajar sehari-hari sehingga secara tidak langsung anak-anak


65

tersebut dapat mengingat dan mengenal keempat tokoh perempuan

pahlawan. Ukuran buku catatan 14,8 x 21 cm. CD digunakan untuk

menyimpan file animasi yang sudah di burning di dalam piringan

CD tersebut agar memudahkan untuk pendistribusian ke sasaran

segmentasi.

Pemilihan media sticker di pilih karena anak-anak dapat

menjadi lebih kreatif dengan mengoleksi dua belas sticker

perempuan pahlawan sehingga anak-anak dapat cepat mengenal

empat tokoh perempuan pahlawan, ukuran sticker 7 x 7 cm. Media

pendukung berupa t-shirt sebagai salah satu media yang sering

digunakan dalam berpakaian sehari-hari sekaligus sebagai media

promosi.

Gambar IV. 16: Desain sampul untuk buku tulis


(Sumber: Dokumentasi Pribadi)
66

Gambar IV. 17: Desain lempeng CD dan cover CD


(Sumber: Dokumentasi Pribadi)

Gambar IV. 18: Desain sticker empat tokoh perempuan pahlawan


(Sumber: Dokumentasi Pribadi)

Gambar IV. 19: Desain t-shirt salah satu tokoh perempuan pahlawan
(Sumber: Dokumentasi Pribadi)
67

c. Konsep display

Konsep display dibuat sebagai salah satu media promosi

yang dibuat dengan menampilkan seluruh hasil perancangan baik

menampilkan media utama maupun media pendukung yang

peneliti rancang. Ukuran display yaitu 200 x 60 cm. Bahan yang

digunakan dalam pembuatan display menggunakan bahan Flexy

untuk backdrop banner kemudian bahan triplek dan kayu untuk

bagian pemasangan backdrop, kain hijau sebagai alas meja serta

satu buah layar LCD dan sepasang pengeras suara untuk memutar

film animasi.

Gambar IV. 20: Konsep display


(Sumber: Dokumentasi Pribadi)
BAB V

PENUTUP

A. Simpulan

Perempuan pahlawan nasional Indonesia sudah selayaknya

dihargai atas jasa-jasa mereka selama memperjuangkan kemerdekaan

Indonesia dari tangan bangsa asing. Kedua belas orang perempuan

pahlawan ini telah menunjukkan kekuatannya hingga mereka mendapatkan

gelar yang mulia yaitu pahlawan nasional. sebagai generasi muda

khususnya anak-anak di Indonesia diharapkan mengenal tokoh-tokoh

perempuan pahlawan ini dengan baik sehingga rasa nasionalisme dalam

diri anak-anak Indonesia terjaga. Berdasarkan dari hasil penelitian, peneliti

menyimpulkan bahwa:

1. Generasi muda khususnya anak-anak masih kurang mengenal tokoh-

tokoh perempuan pahlawan nasional Indonesia. Karena pengaruh

budaya asing dan perkembangan teknologi serta menurunnya rasa

nasionalisme anak-anak.

2. Menambah referensi yang menulis atau memuat informasi tentang

perempuan pahlawan yang mendapat gelar pahlawan nasional.

3. Perlunya media animasi dua dimensi yang memperkenalkan kembali

kisah-kisah perjuangan perempuan pahlawan agar menarik minat

anak-anak.

68
69

B. Saran

Setelah peneliti melakukan penelitian dalam merancang media

animasi dua dimensi perempuan pahlawan, ada hal-hal yang dapat menjadi

saran untuk peneliti lain yang akan meneliti perempuan pahlawan nasional

atau untuk peneliti sendiri sebagai penelitian selanjutnya, yaitu:

1. Mengumpulkan sumber data yang relevan serta terbukti kebenarannya

agar informasi yang di dapat jelas dan memperlancar perancangan

media.

2. Membuat media yang lebih menarik, kreatif dan unik tentang kisah-

kisah perjuangan perempuan pahlawan nasional, agar anak-anak lebih

berminat dan lebih mengenal tokoh-tokoh perempuan pahlawan.


DAFTAR PUSTAKA

Buku:
Astuti, Widi. 2013. Perempuan Pejuang : Jejak Perjuangan Perempuan Islam
Nusantara dari Masa ke Masa. Bandung: Konstanta Publishing House.

Kartika, Dharsono Sony, 2004. Seni Rupa Modern. Bandung: Rekayasa Sains.

Kementerian Pemberdayaan Perempuan dan Perlindungan Anak Republik


Indonesia. 2014. Mutiara Inspirasi : Warisan Nilai-Nilai dari Perempuan
Pahlawan Indonesia Bagi Generasi Penerus Bangsa. Jakarta: Kementerian
Pemberdayaan Perempuan dan Perlindungan Anak RI.

Kusrianto, Adi. 2007. Pengantar Desain Komunikasi Visual. Yogyakarta:


Penerbit Andi

Mulyaningsih, Sri dan Tuju Widodo. 2009. Ilmu Pengetahuan Sosial untuk siswa
Sekolah Dasar / Madrasah Ibtidaiyah kelas V. Jakarta: Pusat Perbukuan
Departemen Pendidikan Nasional.

Purnomo, Wahyu dan Wahyu Andreas. 2013. Teknik Animasi 2 Dimensi. Jakarta:
Kementerian Pendidikan dan Kebudayaan Republik Indonesia.

Robert, Steve. 2006. Animasi Karakter 3D. Malang: Bayumedia Publishing.

Rustan, Surianto. 2010. Layout: dasar & penerapannya. Jakarta: PT Gramedia


Pustaka Utama.

Sanyoto, Sadjiman Ebdi. 2010. Nirmana : Elemen-Elemen Seni dan Desain.


Yogyakarta: Jalasutra.

Sinarbaya, Tim. 2009. Ensiklopedia : Sejarah Pahlawan Nasional. Jakarta:


Sinarbaya Mandirancan.

Sitepu, Vinsensius. 2006. Panduan Mengenal Desain Grafis. Jakarta: Escaeva

Supriyono, Rakhmat. 2010. Desain Komunikasi Visual : Teori dan Aplikasi.


Yogyakarta: Andi.

Warsidi, Edi. 2007. Meneladani Kepahlawanan Kaum Wanita. Bogor: Yudhistira.

Zacharias, L. J. H. 2012. Martha Christina Tiahahu. Jakarta: Kementerian


Pendidikan dan Kebudayaan RI.
Zeembry. 2001. Animasi web dengan macromedia Flash 8. Jakarta: Elex Media
Komputindo.

Skripsi/ Tesis:
Anwar. Moh. Ali. 2012. Perancangan Film Animasi “Budi” Untuk Menanamkan
Budi Pekerti Kepada Anak-anak. Artikel. Program Sarjana Universitas
Negeri Malang, Malang.

Fithriya, Fety. 2010. Pembuatan Animasi 2 Dimensi Motion Graphic Frame By


Frame Dengan Optimalisasi Komposisi Di Adobe After Effects CS3.
Skripsi. Program Sarjana Universitas Islam Negeri Syarif Hidayatullah
Jakarta, Jakarta.

Hakim, Luqman. 2013. Iklan Layanan Masyrakat Go Green Dalam Bentuk


Animasi Dua Dimensi. Skripsi. Program Sarjana Universitas Negeri
Semarang, Semarang.

Kusuma, Aditya Dewa. 2013. Perancangan Buku Pop-Up Cerita Rakyat Bledhug
Kuwu. Skripsi. Program Sarjana Universitas Negeri Semarang, Semarang.

Rahayu, Aprilia. 2013. Perancangan Iklan Layanan Masyarakat “ Bahaya


Pencurian Listrik” Dengan Animasi 2D. Naskah Publikasi. Sekolah Tinggi
Manajemen Informatika dan Komputer AMIKOM, Yogyakarta.

Siswanto, Joko. 2013. Persepsi Siswa Kelas XI IPS SMA Negeri 1 Sulang
Tentang Ketokohan Raden Ajeng Kartini Sebagai Tokoh Nasional Dan
Pelopor Gerakan Emansipasi Di Indonesia. Skripsi. Program Sarjana
Univeritas Negeri Semarang, Semarang.

Wijaya, Priska. 2013. Perancangan Buku Ilustrasi Anak Berjudul Kerajaan Fantasi
Indonesia Bertema Gotong Royong. Tesis. Program Sarjana Universitas
Kristen Petra, Jakarta.

Jurnal ilmiah:
Listiani, Wanda. 2008. Menggali Kecintaan Anak Pada Perpustakan Lewat Film
Animasi. Majalah Visi Pustaka, Vol. 10 No. 1 hal 10-12.

Rahardjo, Dea Anandya. 2014. Perancangan Buku Anak Cerita Topeng Dan Pesta
Roh Suku Asmat Melalui Ilustrasi Seni Kertas. Jurnal Tingkat Sarjana
Bidang Senirupa dan Desain, Vol. 01 No. 1 hal 3.

Sukiyasa, Sukoco Kadek. 2013. Pengaruh Media Animasi Terhadap Hasil Belajar
dan Motivasi Belajar Siswa. Jurnal Pendidikan Vokasi, Vol. 03 No. 01 hal
129.
DAFTAR NARASUMBER

Nama : Widi Astuti


Tanggal Lahir : 03 April 1978
Pekerjaan : Penulis
Waktu Wawancara : 17 Oktober 2014
Tempat Wawancara : Jakarta
DAFTAR RIWAYAT HIDUP PENULIS

Nama : Vivi Rizky Awalia


Tempat/ Tanggal Lahir : Jakarta, 03 Juni 1992
Jenis Kelamin : Perempuan
Agama : Islam
Alamat : Jl. Paso Buntu I No. 16 A RT 004/ RW 06
Jagakarsa, Jakarta Selatan
Handphone : 085718801596
Email : virizawalia@gmail.com
Riwayat Pendidikan :
- TK Tarbiyatul Islamiyah lulus tahun 1996
- SD Negeri 03 Pagi Cilandak lulus tahun 1998
- SMP Negeri 166 Jakarta lulus tahun 2004
- SMK Negeri 41 Jakarta jurusan Multimedia lulus tahun 2007
A. Media Utama: Film animasi dua dimensi Perempuan Pahlawan
B. Media Pendukung

Cover Buku Catatan

CD dan Cover CD

Sticker

T-shirt
C. Display

Anda mungkin juga menyukai