Anda di halaman 1dari 102

PERANCANGAN FILM ANIMASI ROMAN ANAK SEMUA BANGSA

BERJUDUL “TITIK BALIK”

Tugas akhir
diajukan untuk melengkapi
persyaratan mencapai
gelar sarjana

NAMA : IBNU JAMAL ASYARY


NPM : 201646500093

PROGRAM STUDI DESAIN KOMUNIKASI VISUAL


FAKULTAS BAHASA DAN SENI
UNIVERSITAS INDRAPRASTA PGRI
2021
LEMBAR PERSETUJUAN UJIAN TUGAS AKHIR

Nama : Ibnu Jamal Asyary


NPM : 201646500093
Fakultas : Bahasa dan Seni
Program Studi : Desain Komunikasi Visual
Judul Tugas Akhir : Perancangan Film Animasi Roman Anak Semua Bangsa
berjudul “Titik Balik”

Telah diperiksa dan disetujui untuk diujikan

Pembimbing Materi Pembimbing Teknik

Azhari Amri, S.Sn., M.Ds. Fauzi Rahman, M.Pd.


NIDN: 0324078601 NIDN: 0320078902

ii
LEMBAR PENGESAHAN

Nama : Ibnu Jamal Asyary


NPM : 201646500093
Fakultas : Bahasa dan Seni
Program Studi : Desain Komunikasi Visual
Judul Tugas Akhir : Perancangan Film Animasi Roman Anak Semua Bangsa
berjudul “Titik Balik”

Panitia Ujian

Ketua : Prof. Dr. Sumaryoto ________________________

Sekretaris : Dr. Supeno, M.Hum. ________________________

Anggota :
No. Nama Tanda Tangan
1. Penguji 1

2. Penguji 2

3. Penguji 3

iii
LEMBAR PERNYATAAN

Yang bertanda tangan di bawah ini:

Nama : Ibnu Jamal Asyary


NPM : 201646500093
Program Studi : Desain Komunikasi Visual

Dengan ini menyatakan bahwa tugas akhir dengan judul Perancangan Film Animasi
Roman Anak Semua Bangsa berjudul “Titik Balik” beserta seluruh isinya adalah
benar-benar karya saya sendiri. Saya tidak melakukan penjiplakan atau pengutipan
dengan cara-cara yang tidak sesuai dengan etika ilmu yang berlaku dalam
masyarakat keilmuan. Atas pernyataan ini, saya siap menanggung risiko/sanksi
apabila di kemudian hari ditemukan adanya pelanggaran etika keilmuan atau ada
klaim dari pihak lain terhadap keaslian karya saya ini sesuai dengan Undang-
Undang Republik Indonesia Nomor 20 Tahun 2003 tentang Sistem Pendidikan
Nasional Bab V Pasal 25 ayat 2.

Demikian pernyataan ini saya buat untuk dimanfaatkan sesuai dengan keperluan.

Yang menyatakan,

Meterai
10.000

Ibnu Jamal Asyary

iv
ABSTRAK

A. Ibnu Jamal Asyary, NPM: 201646500093

B. Perancangan Film Animasi Roman Anak Semua Bangsa berjudul “Titik


Balik”. Tugas Akhir; Jakarta; Fakultas Bahasa dan Seni; Program Studi Desain
Komunikasi Visual; Universitas Indraprasta Persatuan Guru Republik
Indonesia, Mei, 2021

C. xii + 3 Bab + 75 halaman

D. Kata Kunci: Film Animasi, Roman, Anak Semua Bangsa, Gagasan


Nasionalisme, Pramoedya Ananta Toer.

E. Tujuan penelitian ini adalah untuk merancang film animasi roman Semua Anak
bangsa berjudul “Titik Balik” yang bertujuan memberikan pengetahuan
mengenai gagasan nasionalisme yang terdapat pada roman Anak Semua Bangsa
agar gagasan tersebut dapat diterima oleh khalayak. Selain itu tujuan lainnya
adalah agar khalayak, khususnya remaja mengetahui fungsi serta ide-ide atau
gagasan dalam sebuah karya sastra. Metode penelitian yang digunakan adalah
metode kualitatif yaitu melakukan pengumpulan data, studi literatur, studi
lapangan dengan melakukan observasi dan wawancara dengan narasumber
yang berkompeten mengenai roman Anak Semua Bangsa. Setelah data-data
tersebut terkumpul dan dianalasis, peneliti dapat mengasumsikan bahwa
membuat film animasi yang menarik untuk remaja khususnya usia 15-20 tahun
dapat dilihat dari gaya hidup para remaja saat ini. Kemudian penyesuaian gaya
visual dan tampilan pada film animasi ini agar mudah diterima dan dipahami
oleh khalayak luas dengan media informasi yang tepat. Dalam perancangan film
animasi ini menggambarkan bentuk-bentuk perlawanan terhadap kolonialisme
yang dilakukan oleh para tokoh yang ada dalam roman Anak Semua Bangsa dan
dikemas dengan gaya semi-realis. Dari hasil yang dicapai dapat diketahui
bahwa remaja saat ini mengalami kemerosotan moral, watak, mental dan
perilaku/ etika hidup bermasyarakat dan berbangsa, sehingga perancangan film
animasi roman Anak Semua Bangsa berjudul “Titik Balik” ini guna memberi
solusi dengan dikemas lebih menarik, karena memuat unsur audio dan visual,
serta dapat meningkatkan semangat bermasyarakat dan berkebangsaan.

F. Daftar Pustaka : 13 Buku (tahun 2001-2019)


10 artikel dalam Jurnal (tahun 2006-2020)
3 laporan penelitian akademik (tahun 2017-2019)
4 sumber lain (tahun 2017-2021)

G. Pembimbing : Azhari Amri, S.Sn., M.Ds.


(Dosen Pembimbing Materi)
Fauzi Rahman, M.Pd.
(Dosen Pembimbing teknik)

v
MOTO

Tanpa Nasi, hanya akan ada Onalisme, tak akan ada Nasionalisme.

Ibnu Jamal Asyary

vi
KATA PENGANTAR

Dengan memanjatkan puji syukur ke hadirat Allah SWT. Yang telah


melimpahkan rahmat dan karuniaNya kepada peneliti, sehingga peneliti dapat
menyelesaikan tugas akhir dengan judul Perancangan Film Animasi Roman Anak
Semua Bangsa berjudul “Titik Balik’’. Tugas akhir ini ditulis untuk memenuhi
salah satu syarat memperoleh gelar sarjana pada Universitas Indraprasta PGRI.
Dalam kesempatan yang baik ini, izinkanlah peneliti menyampaikan rasa
hormat dan ucapan terimakasih yang sebesar-besarnya kepada semua pihak yang
telah memberikan bantuan dan dorongan kepada peneliti dalam menyelesaikan
tugas akhir ini, terutama kepada:
1. Azhari Amri, S.Sn., M.Ds., selaku Dosen Pembimbing Materi.
2. Fauzi Rahman, M.Pd., selaku Dosen Pembimbing Teknik.
3. Prof. Dr. H. Sumaryoto selaku Rektor Universitas Indraprasta PGRI.
4. Dr. Supeno, M.Hum., selaku Dekan Fakultas Bahasa dan Seni Universitas
Indraprasta PGRI.
5. Dr. Dendi Pratama, M.M., M.Ds., selaku Wakil Rektor Universitas Indraprasta
PGRI.
6. Santi Sidhartani, S.T., M.Ds., selaku Ketua Program Studi Desain Komunikasi
Visual Universitas Indraprasta PGRI.
7. Febriyanto Saptodewo, S.Sn., M.Ds., selaku Sekretaris Program Studi Desain
Komunikasi Visual Universitas Indraprasta PGRI.
8. Edo Galasro Limbong, S.I.Kom., M.Si., selaku Dosen Penasehat Akademik.
9. Para Dosen dan Staf Universitas Indraprasta PGRI yang telah memberikan
kemudahan dalam pengajuan surat serta lampiran pada saat penelitian
berlangsung.
10. Angga Okta Rahman, selaku keluarga Pramoedya Ananta Toer yang telah
memberi izin pada penelitian ini.
11. Untuk kedua Orang Tua dan Adik, yang selalu memberikan dukungan dan do’a
kepada peneliti untuk menyelesaikan penelitian ini.

vii
12. Bapak Ndaru Ranu Handoko yang selalu memberikan arahan serta dukungan
untuk menyelesaikan penelitian ini.
13. Inge Prihatini Utami yang selalu memberikan dukungan, motivasi serta
masukan dalam menyelesaikan pembuatan tugas akhir ini.
14. Teman-teman Desain Komunikasi Visual 2016 yang selalu mendukung,
membantu dan mendo’akan peneliti.
15. Teman-teman Rumah Kosong Studio yang telah membantu dalam proses
perancangan media pembuatan film ini.
16. Komunitas Rumah Langit, Taman Sandiwara, Galeri Kertas, Studio Hanafi,
yang ikut andil dalam merancang media pembuatan film animasi ini.
17. Teman-teman yang tidak bisa saya sebutkan satu persatu, yang telah memberi
dukungan serta doa kepada peneliti.
18. Luthfi Setyo Whidy, selaku narasumber yang telah memberikan informasi pada
penelitian ini.
Peneliti menyadari bahwa tugas akhir ini adalah sebuah permualaan untuk
berbuat yang lebih baik. Tentunya tugas akhir ini memiliki kekurangan dalam isi
maupun teknik penyajiannya dan karenanya peneliti sangat mengharapkan kritik
dan saran yang membangun, untuk perbaikan di masa yang akan datang. Semoga
dengan kehadiran tugas akhir ini berguna bagi yang memanfaatkannya.

Jakarta, Agustus 2021

Ibnu Jamal Asyary

viii
DAFTAR ISI

Halaman
HALAMAN JUDUL...............................................................................................i
ABSTRAK ............................................................................................................. v
DAFTAR ISI ......................................................................................................... ix
DAFTAR ISI ......................................................................................................... ix
DAFTAR GAMBAR ............................................................................................ xi

BAB I PENDAHULUAN ...................................................................................... 1


A. Latar Belakang ..................................................................................... 1
B. Rumah Masalah .................................................................................... 8
C. Tujuan Masalah .................................................................................... 8

BAB II PERANCANGAN .................................................................................... 9


A. Objek Penelitian ................................................................................... 9
B. Konsep Dasar Perancangan ................................................................ 22
C. Perancangan media ............................................................................. 32
D. Hasil Perancangan .............................................................................. 52

BAB III PENUTUP ............................................................................................. 63


A. Kesimpulan......................................................................................... 64
B. Saran ................................................................................................... 64

DAFTAR PUSTAKA
DAFTAR NARASUMBER
DAFTAR RIWAYAT HIDUP PENULIS
LAMPIRAN

ix
DAFTAR TABEL

Tabel 2.1 Storyboard ............................................................................................. 45

x
DAFTAR GAMBAR

Gambar 2.1 Roman Anak Semua Bangsa ............................................................. 11


Gambar 2.2 Minke dalam film Bumi Manusia ..................................................... 16
Gambar 2.3 Nyai Ontosoroh dalam film Bumi Manusia ..................................... 17
Gambar 2.4 Jean Marais dalam pentas Teater Bunga penutup abad..................... 18
Gambar 2.5 Ilustrasi Pilkemboh dalam kisah gadis belia yang dijadikan gundik
orang eropa ............................................................................................................ 20
Gambar 2.6 Latar penggambaran kediaman nyai Ontosoroh................................ 21
Gambar 2.7 Latar penggambaran wilayah yang terdapat di film bumi manusia .. 21
Gambar 2.8 Latar penggambaran pabrik gula abad ke-20 di Jawa Timur ........... 22
Gambar 2.9 Perancangan Mindmapping ............................................................... 29
Gambar 2.10 Moodboard karakter ........................................................................ 29
Gambar 2.11 Moodboard latar .............................................................................. 30
Gambar 2.12 Skema Akromatik ............................................................................ 30
Gambar 2.13 Huruf Handletters Demo ................................................................. 31
Gambar 2.14 Huruf Times New Roman ................................................................ 31
Gambar 2.15 Alternatif desain judul film animasi ................................................ 35
Gambar 2.16 Alternatif desain judul film animasi ................................................ 35
Gambar 2.17 Alternatif desain judul film animasi ................................................ 36
Gambar 2.18 Karakter Minke dalam film Bumi Manusia .................................... 37
Gambar 2.19 Sketsa karakter Minke ..................................................................... 37
Gambar 2.20 Karakter Barwarna Minke ............................................................... 37
Gambar 2.21 Modeling Puppet karakter Minke .................................................... 38
Gambar 2.22 Karakter Nyai Ontosoroh dalam film Bumi Manusia ..................... 39
Gambar 2.23 Sketsa Karakter Nyai Ontosoroh ..................................................... 39
Gambar 2.24 Karakter Berwarna Nyai Ontosoroh ................................................ 39
Gambar 2.25 Modeling Puppet karakter Nyai Ontosoroh .................................... 40
Gambar 2.26 Karakter Jean Marais dalam Teater Bunga Penutup Abad ............. 40
Gambar 2.27 Sketsa Karakter Jean Marais ........................................................... 41
Gambar 2.28 Karakter berwarna Jean Marais ...................................................... 41

xi
Gambar 2.29 Modeling Puppet Karakter Jean Marais .......................................... 41
Gambar 2.30 Sketsa Karakter Trunodongso ......................................................... 42
Gambar 2.31 Karakter Berwarna Trunodongso .................................................... 42
Gambar 2.32 Modeling Puppet Karakter Trunodongso ........................................ 43
Gambar 2.33 Ilustrasi Plikemboh .......................................................................... 43
Gambar 2.34 Sketsa Karakter Plikemboh ............................................................. 44
Gambar 2.35 Karakter Berwarna Plikemboh ........................................................ 44
Gambar 2.36 Modeling Puppet Karakter Plikemboh ............................................ 44
Gambar 2.37 Latar Rumah Nyai Ontosoroh ......................................................... 45
Gambar 2.38 Latar Perkebunan Tebu ................................................................... 45
Gambar 2.39 Latar Rumah Trunodongso.............................................................. 45
Gambar 2.40 Perbandingan Skalatis ..................................................................... 53
Gambar 2.41 Suasana Rumah Nyai Ontosoroh..................................................... 53
Gambar 2.42 Suasana Rumah Truno .................................................................... 54
Gambar 2.43 Jean Marais di Kantor Redaksi........................................................ 54
Gambar 2.44 Judul Pembuka “Titik Balik” .......................................................... 55
Gambar 2.45 Truno mengusir Plikemboh ............................................................. 55
Gambar 2.46 Berpapasan dengan Petani ............................................................... 56
Gambar 2.47 Truno meluapkan Kekesalan ........................................................... 56
Gambar 2.48 Minke berkeliling Tulangan ............................................................ 57
Gambar 2.49 Minke menyapa Truno .................................................................... 57
Gambar 2.50 Minke dan Truno ............................................................................. 58
Gambar 2.51 Media Pendukung (Totebag) ........................................................... 59
Gambar 2.52 Media Pendukung (T-Shirt) ............................................................. 60
Gambar 2.53 Media Pendukung (Sticker) ............................................................. 60
Gambar 2.54 Media Pendukung (Poster) .............................................................. 61
Gambar 2.55 Media Pendukung (Cover dan Label DVD) .................................... 62
Gambar 2.56 Tampilan Display ............................................................................ 63

xii
DAFTAR LAMPIRAN

Lampiran 1 Instrumen Wawancara

Lampiran 2 Hasil Perancangan Media

xiii
BAB I PENDAHULUAN

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang

Karya sastra merupakan hasil karya manusia dengan mendayungkan

imajinasi yang terdapat dalam diri pengarangnya. Keberadaan karya sastra

dalam kehidupan manusia dapat mengisi “kedahagaan jiwa” karena membaca

karya sastra bukan saja memberikan hiburan, tetapi dapat memberikan

pencerahan jiwa. karya sastra bukan saja memberikan hiburan, tetapi dapat

memberi pencerahan jiwa. Dengan kata lain, karya sastra dapat memberikan

hiburan dan manfaat. Dengan membaca karya sastra, kita sejenak dapat

mengalihkan duka dan mengikuti jalan cerita, keindahan, dan keluesan bahasa

yang ditampilkan pengarang. Manfaat karya sastra diperoleh melalui nilai-nilai

tersirat, dibalik jalinan cerita yang disampaikan pengarang. Dengan membaca

karya sastra, nilai-nilai tertentu akan meresap secara tidak langsung dibalik alur

atau jalinan cerita yang secara apik ditampilkan (Semi, 2012: 24).

Menurut Sumardjo dan Saini (dalam Rokhmansyah, 2014: 3) Sastra

adalah ungkapan pribadi manusia yang berupa pengalaman, pemikiran,

perasaan, ide, semangat keyakinan dalam suatu bentuk gambaran konkret yang

membangkitkan pesona dengan alat bahasa. Sastra dan manusia sangat erat

kaitannya karena pada dasarnya sastra sering bermula dari persoalan dan

permasalahan yang terjadi di masyarakat dan lingkungannya. Kemudian

dengan adanya imajinasi yang tinggi dari pengarang dituangkannya masalah-

masalah yang terjadi di sekitarnya dalam bentuk karya sastra yang mampu

1
2

dinikmati oleh masyarakat. Karya sastra lahir dari latar belakang dan dorongan

manusia yang ingin mengungkapkan eksistensi dirinya. Karya sastra

dituangkan dalam bentuk yang indah dan menarik sehingga pembaca seringkali

terlarut dalam karya sastra tersebut.

Karya sastra memiliki fungsi menyampaikan ide-ide atau gagasan-

gagasan seorang penulis puisi, prosa, dan drama. Ide-ide itu dapat berupa kritik

sosial, politik, budaya, dan pertahanan keamanan berkaitan dengan

permasalahan-permasalahan yang ada di sekitar tempat tinggalnya. Upaya

menuangkan ide atau gagasan melalui karya sastra dapat dikatakan sebagai

upaya kreatif seorang penulis untuk mengajak masyarakat pembaca

mendiskusikan permasalahan-permasalahan yang sedang terjadi dalam

kehidupan (Yasa, 2012: 3).

Novel adalah sebuah karya fiksi yang menawarkan sebuah dunia yang

berisi model kehidupan yang diidealkan, dunia imajinatif yang dibangun

melalui berbagai unsur instrisiknya seperti peristiwa, plot, tokoh dan

penokohan, latar, dan sudut pandang yang kesemuanya bersifat imajinatif,

walaupun semua yang direalisasikan pengarang sengaja dianalogikan dengan

dunia nyata yang tampak seperti sungguhan dan benar terjadi, hal ini terlihat

sistem koherensinya sendiri (Nurgiantoro, 2018: 5).

Menurut Tarigan (dalam Anjani, 2019: 13) kata novel berasal dari kata

latin novelius yang pula diturunkan pada kata noveis yang berati baru.

Dikatakan baru karena kalau dibandingkan dengan jenis-jenis karya sastra lain

seperti puisi, drama, dan lain-lain maka jenis novel ini baru muncul kemudian.
3

Berdasarkan pendapat tersebut, dapat disimpulkan bahwa novel

merupakan buah pikiran pengarang yang sifatnya rekaan dan berfungsi untuk

menyatakan sebuah gagasan dari temuan-temuan yang didapat pengarang

melalui peristiwa di sekelilingnya, bisa juga merupakan pengalaman penulis

maupun dari pengalaman orang lain dengan pola penulisan tidak terikat oleh

kaidah seperti yang terdapat dalam puisi.

Roman Anak Semua Bangsa mengekspresikan kekuasaaan, politik

kolonial, kehidupan sosial, ekonomi, budaya, dan kesenian di Hindia Belanda.

Lebih khususnya interaksi antara priyayi pribumi dengan orang Belanda.

Terdapat jurang pemisah sehingga timbul keterpurukan di dalam masyarakat

pribumi yang terlihat dari kondisi kultural Indonesia dan hadirnya golongan

masyarakat. Wacana negeri Barat yang memberikan identitas hibrida ini

merupakan konstruksi kolonial yang membagi kelas identitas penjajah dengan

ketinggian kultur yang didiskriminasikan. Relasi terjajah dan penjajah serta

perlawanan terjajah terhadap penjajah sebagai kontradiksi ideologi

kolonialisme. Pram menulis karyanya ini saat berada dalam pengasingan di

Pulau Buru (Sari, 2017: 10).

Menurut RM Farhana dan Aflahah (dalam Ni’imah, 2012: 91)

kolonialisme dalam sastra selalu menarik untuk diteliti terutama dalam novel,

karena kolonialisme dalam novel selalu memberi gambaran bagaimana

tindakan-tindakan yang dilakukan oleh pihak penjajah kepada kaum pribumi

saat masa kolonialisme atau masa penjajahan. Hal tersebut bisa menjadi

refleksi untuk mengetahui penderitaan kaum pribumi pada masa penjajahan


4

dan untuk menyadarkan arti para pejuang dalam mempertahankan haknya

sebagai manusia pribumi. Nasionalisme mengantarkan bangsa Indonesia pada

kemerdekaan, terhadap pemertahanan identitas bangsa pribumi yang telah

mendapatkan pengaruh dari bangsa Eropa. Menurut Hanskohn, nasioanalisme

adalah suatu paham yang berpendapat bahwa kesetiaan tertinggi individu harus

diserahkan kepada negara kebangsaan. Paham tersebut mulai muncul Ketika

suatu bangsa memiliki cita-cita yang sama untuk membangun suatu negara.

Berdasarkan uraian di atas dapat disimpulkan bahwa novel selain

mempunyai fungsi untuk menyampaikan sebuah gagasan seorang penulis juga

selalu memiliki nilai-nilai yang menarik untuk diteliti dan bisa menjadi refleksi

untuk mengetahui permasalah-permasalahan yang sedang terjadi dalam

kehidupan.

Menurut Tarigan (dalam Utami dkk., 2018: 3) Membaca adalah proses

yang dilakukan serta digunakan oleh pembaca untuk memperoleh pesan yang

hendak disampaikan oleh penulis melalui bahasa tulis. Minat baca menjadi

salah satu tolak ukur kemajuan bangsa. Indonesia saat ini walaupun sudah

merangkak naik tingkat minat bacanya, tetapi sewaktu dibandingkan dengan

negara lain indeks tingkat minat bacanya masih berada pada level bawah

(Aliyatin, 2014: 2). Bedasarkan fakta di lapangan, melalui studi observasi yang

dilakukan oleh peneliti pada tanggal 17 Mei 2021 minat baca pada karya sastra

khususnya novel pada usia 15-20 tahun masih tergolong rendah, yaitu 35.6%.

Minat baca pada remaja cenderung menurun dan tidak lebih dari sebelumnya.

Hal ini disebabkan oleh kemajuan teknologi dan piranti audio visual yang
5

menyebabkan para remaja lebih senang memanjakan mata dan telinganya

dibanding membaca (Utami dkk., 2018: 2-3).

Berdasarkan uraian di atas dapat disimpulkan bahwa minat baca para

remaja khususnya karya sastra novel tergolong rendah. Oleh karena, itu peneliti

ingin membuat film animasi Puppet Stopmotion dengan tujuan agar gagasan

penulis yang terdapat pada novel dapat disampaikan melalui media film

tersebut.

Menurut Nurzat Satria dkk. (2017: 2) film animasi kini sudah menjadi

salah satu media yang populer sebagai media penyampaian pesan baik itu

edukasi, hiburan, sejarah dan lain-lain. Menurut Dalz (dalam Pratama &

Ardoni, 2018: 3) film animasi biasa dipakai untuk merekam suatu keadaan atau

mengemukakan sesuatu. Film animasi dipakai untuk memenuhi suatu

kebutuhan umum, yaitu mengkomunikasikan suatu gagasan, pesan atau

kenyataan. Karena keunikan dimensi dan sifat hiburannya, film animasi telah

diterima sebagai salah satu media audio visual yang paling populer dan

digemari. Karena itu juga dianggap sebagai media yang paling efektif.

Menurut Agus Suheri (2006: 2) film animasi merupakan kumpulan

gambar yang diolah sedemikian rupa sehingga menghasilkan gerakan. Animasi

digunakan untuk memberi gambaran pergerakan bagi sesuatu objek. Animasi

membolehkan sesuatu objek yang tetap atau statik dapat bergerak dan kelihatan

seolah-olah hidup. Animasi multimedia merupakan proses pembentukan gerak

dari berbagai media atau objek yang divariasikan dengan efek-efek dan filter,

gerakan transisi, suara-suara yang selaras dengan gerakan animasi tersebut.


6

Menurut (Nadya, 2012: 1) Animasi merupakan proses menciptakan

efek gerakan yang terdiri dari rangkaian gambar yang disusun sedemikian rupa.

Dalam pengembangannya, teknik dalam menciptkan animasi menjadi

beragam, yaitu animasi 2 dimensi, 3 dimensi, dan animasi stopmotion. Animasi

Puppet stopmotion sering pula disebut Claymation karena dalam

pengembangannya, jenis animasi ini sering menggunakan clay (tanah liat)

sebagai objek yang digerakan. Dalam perancangan film animasi ini

menggunakan media boneka dengan teknik stopmotion. Menurut Agung

Wijayanto (2014: 2) Stopmotion adalah salah satu metode pembuatan animasi

tradisional. Dimana suatu objek diam dimanipulasi sehingga nampak seolah-

olah hidup.

Menurut Sapardi Djoko Damono (dalam Hibatullah dkk, 2017: 3)

Proses pemindahan atau transformasi adalah bagian dari adaptasi, karena

menitik beratkan pada sebuah proses perubahan bentuk sebagai hasil kerja.

Berkaitan dengan ini, akan terjadi alih wahana yang merupakan sebuah proses

perubahan dari satu jenis kesenian ke dalam bentuk kesenian lain. Sebagai

contoh alih wahana novel ke film animasi misalnya, dialog, tokoh, latar dan

lainnya dapat diubah sesuai kebutuhan, dalam hal tersebut sebuah karya sastra

yang ditransformasikan kedalam sebuah film animasi memiliki istilah, yakni

ekranasi. Menurut Eneste (dalam Hibatullah dkk, 2017: 3) Ekranasi adalah

suatu proses pelayar putihan atau pemindahan/pengangkatan sebuah novel

kedalam film.
7

Dengan demikian, menyampaikan isi pesan atau gagasan yang ingin

disampaikan dalam sebuah karya sastra atau roman Anak Semua Bangsa karya

Pramoedya Ananta Toer melalui media film animasi dapat efektif dan lebih

mudah diterima, karena film animasi merupakan salah satu media populer

untuk menyampaikan isi pesan atau gagasan, baik itu bersifat edukasi, hiburan

maupun sejarah.

Metode yang digunakan dalam perancangan film animasi “Titik Balik”

adalah metode kualitatif. Metode penelitian yang digunakan peneliti dalam

penelitian ini adalah pendekatan kualitatif dengan metode deskriptif.

“Metodologi adalah proses, prinsip, dan prosedur yang kita gunakan untuk

mendekati problem dan mencari jawaban” (Mulyana, 2008: 145). Menurut

Sugiyono (2007: 1) metode penelitian kualitatif merupakan suatu penelitian

yang digunakan untuk meneliti pada objek yang alamiah dimana peneliti

adalah sebagai instrumen kunci, teknik pengumpulan data dilakukan secara

gabungan, analisis data bersifat induktif, dan hasil penelitian kualitatif lebih

menekankan makna daripada generalisasi.

Dari permasalahan yang timbul di atas, maka peneliti mencoba

membaca gagasan nasionalisme dalam sebuah karya sastra yang ingin

disampaikan oleh Pramoedya Ananta Toer melalui karya roman Anak Semua

Bangsa dan memberi sebuah solusi memperkenalkan roman Anak Semua

Bangsa kepada generasi muda guna meningkatkan semangat nasionalisme

dengan mentransformasikan ke dalam media film animasi, sehingga dapat

menarik perhatian khalayak khususnya bagi generasi muda penerus bangsa.


8

B. Rumusan Masalah

Berdasarkan pemaparan dari latarbelakang, perumusan masalah dari

perancangan ini adalah bagaimana merancang film animasi roman Anak Semua

Bangsa berjudul “Titik Balik”?

C. Tujuan Penelitian

Berdasarkan permasalahan yang sudah dikemukakan di atas, tujuan

penelitian ini adalah untuk merancang film animasi roman Anak Semua

Bangsa berjudul “Titik Balik”.


BAB II PERANCANGAN

PERANCANGAN

A. Objek Penelitian

1. Roman Anak Semua Bangsa

Salah satu sastrawan yang selalu mengisahkan tentang kolonialisme

dan nasionalisme dalam karya-karyanya adalah Pramoedya Ananta Toer.

Karya Pramoedya Ananta Toer terbesar yang merupakan Tetralogi Buru

meliputi: Bumi Manusia, Jejak Langkah, Anak Semua Bangsa, dan Rumah

kaca. Cerita dalam novel tersebut dilatarbelakangi realitas sejarah

pergerakan nasional Indonesia. Tetralogi Buru merupakan karya pertama

Pramoedya Ananta Toer pada saat diasingkan oleh pemerintah Indonesia

antara tahun 1965-1979 di Pulau Buru dan keempat karyanya dibacakan

secara lisan oleh Pramoedya Ananta Toer kepada tahanan-tahanan lainnya

di Pulau Buru (Toer, 2019: 7).

Anak Semua Bangsa, adalah periode observasi atau turun ke bawah

mencari serangkaian spirit lapangan dan kehidupan arus bawah pribumi

yang tak berdaya melawan kekuatan raksasa Eropa. Dalam Anak Semua

Bangsa, Minke dihadapkan antara kekaguman pada peradaban Eropa dan

kenyataan di lingkungan bangsanya yang kerdil. Sejak kedatangan Khouw

Ah Soe seorang aktivis pergerakan Tionghoa, surat-surat keluarga De la

Croix (Sarah, Miriam, Herbert), teman Eropanya yang liberal, dan khotbah

9
10

politik nyai Ontosoroh, mertua sekaligus guru agungnya, kesadaran Minke

tergugat, tergurah, dan tergugah (Toer, 2019: viii).

Berdasarkan wawancara dengan Luthfi Setyo Whidy selaku pegiat

sastra sekaligus sutradara teater (Jumat, 25 juni 2021) mengatakan roman

Anak Semua Bangsa mengekspresikan tentang upaya memerdekakan diri

sendiri. Dalam roman Anak semua Bangsa Pram menggambarkan

bagaimana kekaguman Minke terhadap Eropa terbantahkan, dari kepergian

annelies dalam upaya mengambil rumah dan perusahaan Nyai Otosoroh,

serta upaya penguasaan sumber daya alam. Roman Anak Semua Bangsa

juga Pramoedya tidak hanya mengkritik kekuasaan Barat dalam upaya

menguasai sumber daya alam, namun juga mengkritik pribumi yang bodoh.

Roman ini mengekspresikan kekuasaan, politik kolonial, kehidupan

sosial, ekonomi, budaya, dan kesenian di Hindia Belanda. Lebih khususnya

interaksi antara priyayi pribumi dengan orang Belanda. Terdapat jurang

pemisah sehingga timbul keterpurukan di dalam masyarakat pribumi yang

terlihat dari kondisi kultural Indonesia dan hadirnya golongan masyarakat.

Wacana negeri Barat yang memberikan identitas hibrida ini merupakan

kontruksi kolonial yang membagi kelas identitas penjajah dengan

ketinggian kultur yang didiskriminasi ideologi kolonialisme (Sari, 2017: 10-

11).
11

Gambar 2.1
Roman Anak Semua Bangsa
Sumber: Dokumen Pribadi, 2020

2. Gagasan nasionalisme dalam roman Anak Semua Bangsa sebagai

perlawanan terhadap kolonialisme.

Menurut Sari (2017: 12) feodalistik beroperasi pada penjajahan

mentalistik dan kolonialisme bekerja pada jalur penguasaan sumber daya

alam dan politik. Praktek kolonialisme yang semena-mena dalam

penguasaan sumber daya alam dan manusia disahkan melalui hukum

kolonial yang rapi. Hal inilah yang menimbulkan perlawanan. Nasionalisme

digambarkan Pram sebagai ideologi perlawanan terhadap sistem kolonial.

Perlawanan tersebut dipicu oleh kelompok elite priyayi Jawa. Dari

merekalah cikal-bakal nasionalisme muncul. Setelah bibit nasionalisme

bersemai dalam pikiran Minke di novel Bumi Manusia, proses nasionalisme

selanjutnya oleh Pram digambarkan dengan turunnya Minke melihat realitas

pribumi sebagai kelas rendah.


12

Adapun gagasan nasionalisme dalam roman Anak Semua Bangsa

yang dimunculkan oleh Pramoedya Ananta Toer melalui serangkaian

bentuk perlawanan terhadap kolonialisme, yaitu:

a. Bentuk perlawanan Minke terhadap kolonialisme

Bentuk perlawanan Minke terhadap kolonialisme digambarkan

dalam adegan di mana mulai berupaya mengenal bangsanya.

“Dan apa pula gunanya aku hadapi dia dan berbaik-baik? Tapi

kau sudah bertekad mengenal bangsamu! Kau harus dapat mengenal

kesulitannya” (Anak Semua Bangsa, 2019, hlm. 237).

Adegan dalam roman tersebut memperlihatkan setelah Minke

melihat realitas yang terjadi terhadap pribumi, yang pada akhirnya

mematahkan keagungan Minke terhadap bangsa Eropa.

b. Bentuk perlawanan Nyai Ontosoroh terhadap kolonialisme

Bentuk perlawanan Nyai Ontosoroh terhadap kolonialisme

digambarkan dalam adegan di mana Nyai Ontosoroh berupaya

mempertahankan perusahaan dan rumah miliknya dari Ir. Mellema.

“Di Wonokromo, seorang perempuan, sendirian, harus

menghadapi lawan dewa pembangunan dan dewa sukses sekaligus”

(Anak Semua Bangsa, 2019, hlm. 500).

“Sebagaimana kita akan tetap terkenang pada hari ini, dia pun

seumur hidup akan diburu-buru oleh kenangan hari ini, sampai

matinya, sampai dalam kuburnya.”


13

“Ya, Ma, kita sudah melawan, Ma, biarpun hanya dengan

mulut” (Anak Semua Bangsa, 2019, hlm. 536).

Adegan dalam roman tersebut memperlihatkan upaya Nyai

Ontosoroh seorang pribumi yang melawan agar hak-haknya tidak

dirampas oleh kekuatan Eropa.

c. Bentuk perlawanan Trunodongso terhadap kolonialisme

Bentuk Perlawanan Tunodongso terhadap kolonialisme

digambarkan dalam adegan di mana Trunodongso berusaha

mempertahankan tanah miliknya dari keserakahan pabrik gula.

“Parang ini bukan hanya bisa untuk menebang batang pisang,”

gerutunya mengancancam dalam Jawa ngoko. “Sekali lagi, Orang akan

rasai sendiri.”

“Ada apa? Ada apa? Tanyaku bermanis-manis.

“Tidak peduli siapa saja orangnya, Jawa, Madura, Kompeni

pun, sekali lagi menggonggong….” (Anak Semua Bangsa, 2019, hlm.

236).

Adegan dalam roman tersebut memperlihatkan upaya

perlawanan Trunodongso terhadap orang yang dianggap mempunyai

kepentingan pabrik gula dan memaksa secara kasar Trunodongso untuk

menyewakan tanah miliknya.

d. Bentuk Perlawanan Jean Marais terhadap kolonialisme

Bentuk perlawanan Jean Marais terhadap kolonialisme

digambarkan dalam adegan di mana kritik Jean Marais terhadap Minke


14

terhadap tulisan-tulisannya dan menghendaki Minke untuk menulis

dalam bahasa melayu.

“mengapa kau hanya menulis dalam Belanda? Mengapa kau

hanya bicara pada orang Belanda dan mereka yang mengertinya? Kau

tak berutang budi sedikit pun pada mereka seperti pernah dikatakan

oleh ibumu” (Anak Semua Bangsa, 2019, hlm. 71).

“kau Pribumi terpelajar! Kalau mereka itu, Pribumi itu, tidak

terpelajar, kau harus bikin mereka jadi terpelajar” (Anak Semua

Bangsa, 2019, hlm. 72-73).

Adegan dalam roman tersebut memperlihatkan Jean Marais

berusaha menyadarkan Minke sebagai Pribumi terpelajar agar lebih

mengenal bangsanya sendiri.

3. Roman Anak Semua Bangsa dan Kondisi semangat nasionalisme saat ini.

Di era Indonesia modern yang ditandai dengan derasnya arus

globalisasi dan kemajuan teknologi yang dirayakan secara gegap gempita,

Indonesia menghadapi tantangan besar dalam hal kesadaran berbangsa dan

bernegara. Derasnya gempuran kebudayaan asing yang terfasilitasi dengan

media dan teknologi internet dapat secara bebas leluasa hadir di tengah-

tengah masyarakat kita dan berpotensi mendominasi serta mempengaruhi

kebudayaanlokal. Di era kolonial, nasionalisme dibangun atas kesadaran

bersama yang dipupuk atas dasar perbedaan suku, agama, ras, dan antar

golongan untuk terbebas dari belenggu penjajahan kolonial.

Jika nasionalisme dalam konteks dulu dibangun untuk membentuk


15

kesadaran kolektif demi memerdekakan diri dari kolonialisme, di era

kontemporer ini nasionalisme harus dibangun untuk membawa Indonesia

menjadi negara yang maju dan berdaulat (Margianto, 2019: 1).

Menurut Werdiningsih (2018: 2) bangsa Indonesia saat ini

menghadapi tantangan serius, bukan saja orang enggan bicara tentang

Pancasila, tetapi justru nilai-nilai yang terkandung di dalamnya nyaris tidak

lagi dihayati dan diamalkan. Mungkin hal ini adalah akibat dan sikap

traumatis dari pengalaman masa lalu, atau dapat pula karena terlahir

generasi baru yang telah menganggap bahwa Pancasila sudah tidak

bermakna lagi. Distorsi pemahaman dan implementasi yang terjadi saat ini,

dapat kita amati fenomenanya antara lain, 1) Terjadinya kemerosotan

(dekadensi) moral, watak, mental dan perilaku/etika hidup bermasyarakat

dan berbangsa terutama pada generasi muda. 2) Gaya hidup yang

Hedonistik, materialistik konsumtif dan cenderung melahirkan sifat

ketamakan atau keserakahan, serta mengarah pada sifat dan sikap

individualistik. 3) Timbulnya gejala politik yang berorientasi kepada

kekuatan, kekuasaan dan kekerasan, sehingga hukum sulit ditegakkan.4)

Persepsi yang dangkal, wawasan yang sempit, beda pendapat yang berujung

bermusuhan, anti terhadap kritik serta sulit menerima perubahan yang pada

akhirnya cenderung anarkis.

4. Visualisasi Objek

Penggunaan visual terjadi untuk menggambarkan suasana yang tepat

pada roman Anak Semua Bangsa digambarkan dengan kejadian pada abad
16

ke-20, Dimana suasana tersebut memiliki kesamaan pada cerita yang ada

pada roman Anak Semua Bangsa.

Penggambaran yang sejaman, di mana diketahui roman Anak Semua

Bangsa menggambarkan bangsa Indonesia sekitar tahun 1898 sampai 1918

atau pada masa pergerakan nasional.

a. Visual tokoh dan penokohan dalam roman Anak Semua Bangsa

Tokoh merupakan orang yang berperan dalam cerita dan

memiliki karakter yang beragam, sehingga cerita menjadi lebih hidup

dan berwarna. Sedangkan penokohan adalah karakter yang

digambarkan oleh tokoh dalam cerita.

Dalam novel Tetralogi Buru, Pram menempatkan karakter

tokohnya sebagai manusia biasa yang kesadarannya tidak datang begitu

saja. Akan tetapi melewati proses yang nyata, yang dialaminya. Baik

Minke atau Nyai Ontosoroh, memiliki tingkat kesadaran yang dibatasi

oleh relasi sosial mereka dan tidak bisa dipisahkan dari hubungan

mereka dengan dunia global (Novianto, 2017: 1).

1) Visual Tokoh Minke

Gambar 2.2
Minke dalam film Bumi Manusia
Sumber: Falcon Pitures, 2019
17

Menurut Ratri dkk. (2020: 1) Minke merupakan laki-laki

kelahiran jawa yang sekolah di H.B.S. Sekolah tersebut didominasi

oleh masyarakat Eropa yang tinggal di Indonesia. Oleh karena itu,

gaya Minke sudah seperti orang Eropa.

“Beberapa orang yang kupapasi menyingkir mendepis-

depis tepian, hanya karena aku bersepatu dan berpakaian Eropa,

pakaian Kristen. Mungkin mereka menyangka aku seorang

Belanda hitam yang sedang cari perkara.” (Anak Semua Bangsa,

2019, hlm. 348).

Dalam roman Anak Semua Bangsa Minke digambarkan

sebagai sosok laki-laki kelahiran Jawa, berkulit hitam, dan

mengenakan pakaian Eropa lengkap dengan sepatunya.

2) Visual Tokoh Nyai Ontosoroh

Gambar 2.3
Nyai Ontosoroh dalam film Bumi Manusia
Sumber: Falcon Pitures, 2019

Tokoh Nyai Ontosoroh atau yang mempunyai nama asli

Sanikem, Nyai Ontosoroh dikenal sebagai sosok yang memiliki


18

kepribadian yang keras, mempunyai pendirian yang sangat tinggi,

serta bertanaggung jawab atas semua yang dimilikinya (Fadloly,

2019: 29).

“Jalannya tegap dan bebas seperti wanita Eropa. Ia selalu

mengenakan kebaya yang sudah berabad jadi mode pada kalangan

Indo, nyai-nyai dan sekarang wanita Tionghoa.” (Anak Semua

Bangsa, 2019, hlm. 231).

Dalam roman Anak Semua Bangsa Nyai Ontosoroh

digambarkan sebagai wanita Jawa, bertubuh tegap, dan selalu

menggunakan kebaya yang menjadi mode.

3) Visual Tokoh Jean Marais

Gambar 2.4
Jean Marais dalam pentas teater Bunga Penetup Abad
Sumber: https://titimangsa.or.id, 2019

Jean Marais merupakan salah satu pelukis handal dari

Prancis yang berada di masa kolonial. Sebelumnya, Jean Marais

sempat menjadi tentara kolonial untuk menghabisi rakyat Aceh

pada peperangan dahulu kala. Namun naasnya, pada peperangan

tersebut ia harus kehilangan kakinya. Jean Marais merupakan salah


19

satu sahabat Minke yang kerapkali memberikan nasihat terhadap

Minken (Fadloly, 2019: 36).

Menurut Tim Pusat Data dan Analisa Tempo (2019),

Pelukis Prancis Jean Marais yang ikut berperang di aceh untuk

belanda, terpaksa hidup dengan satu kaki.

4) Visual Tokoh Trunodongso

Trunodongso adalah seorang petani yang menolak menjual

atau menyewakan tanahnya kepada perusahaan gula. Rumah dan

tanah warisan orang tuanya dipertahankan dengan mati-matian dari

upaya perampasan secara semena-mena. Perlawanan itu terus

berlangsung, hingga rumah dan sepetak ladang pertaniannya

dikelilingi ladang tebu yang luasnya ratusan hektar (Novianto,

2017: 1).

“Di depan rumah berdiri seorang lelaki berkumis,

berjenggot tebal. Dada telanjang. Bercelana hitam sampai bawah

lutut. Pada tangannya sebilah parang berkilat habis terasah.”

(Anak Semua Bangsa, 2019, hlm. 234).

Dalam roman Anak Semua Bangsa, Trunodongso

digambarkan sebagai petani tebu pemberani, berkumis, berjenggot

tebal, dada telanjang dan menggunakan celana hitam sampai

bawah lutut.
20

5) Visual Tokoh Plikemboh

Gambar 2.5
Ilustrasi Plikemboh dalam kisah gadis belia yang dijadikan gundik orang eropa
Sumber: https://www.netralnews.com/singkapsejarah/read/136491/kisah-gadis-
belia-yang-dijadikan-gundik-orang-eropa, 2019

Ia dipanggil Plikemboh. Nama aslinya Tuan Frits Homerus

Vlekkenbaaij. Kepalanya botak, berbadan bulat, tinggi, dan perut

buncit. Ia adalah tuan administratur pabrik gula di Sidoarjo, Jawa

Timur, pada pertengahan abad ke-19 (Kurniantoro, 2018: 1).

“Tuan Frits Homerus Vlekkenbaaij tidak bertubuh tinggi.

Juga untuk ukuran pribumi. Badannya bulat dengan perut buncit-

perut dari orang yang lebih banyak duduk dan tidak pernah kerja

badani. Matanya dalam, mengintip dari kelopaknya, kuning

kehijauan, bening seperti kelereng.” (Anak Semua Bangsa, 2019,

hlm. 189).

Dalam roman Anak Semua Bangsa Plikemboh

digambarkan sebagai sosok berbadan bulat dengan perut buncit,

serta bertubuh pendek. Matanya yang dalam berwarna kuning

kehijauan menggambarkan bahwa ia adalah orang Eropa.


21

b. Visualisasi bangunan dan keadaan wilayah

Roman Anak Semua Bangsa menggambarkan bangsa Indonesia

sekitar tahun 1898 sampai 1918, Untuk Visualisai bangunan dan

keadaan wilayah pada masa itu peneliti menggunakan gambaran latar

dari film Bumi Manusia, di mana film dan tersebut menceritakan

tentang kisah yang ada dalam roman Bumi Manusia dan Anak Semua

Bangsa.

Gambar 2.6
Latar penggambaran kediaman Nyai Ontosoroh
Sumber: Cahyana. L, 2019

Gambar 2.7
Latar penggambaran wilayah yang terdapat pada film Bumi Manusia
Sumber: Falcon Pitures, 2019
22

Gambar 2.8
Latar penggambaran pabrik gula abad ke-20 di Jawa Timur
Sumber: Nugroho dkk, 2020: 7

B. Konsep Dasar Perancangan

1. Analisis khalayak

Analisis Khalayak adalah hal yang penting dalam perancangan film

animasi. Hal ini bertujuan sebagai batasan secara umum dalam perancangan

film animasi, di mana efektifitas tampilan ditujukan kepada audience.

a. Segmentasi

1) Geografis

Audience dibagi berdasarkan jangkauan geografis baik satu

wilayah atau daerah. Wilayah yang dipilih adalah wilayah

Jabodetabek, di mana wilayah tersebut merupakan wilayah pusat

Indonesia dan menjadi wilayah berkumpul masyarakat dari berbagai

daerah dan suku yang ada di Indonesia, sehingga dapat menyebarkan

pesan dengan efektif dan efisien dari perancangan yang dibuat.


23

2) Demografis

Segmentasi berdasarkan demografis meliputi segmentasi

yang didasarkan pada usia, jenis kelamin, pendidikan, dan agama.

Berikut adalah segmentasi demografis pada perancangan film

animasi roman Anak Semua Bangsa berjudul “Titik Balik”:

a) Usia : 15-20 tahun

b) Jenis kelamin : Laki-laki dan perempuan

c) Tingkat pendidikan : Siswa SMA dan Mahasiswa

d) Agama : Semua agama

e) Status sosial : Semua golongan

Dengan pertimbangan golongan status sosial tersebut dapat

memfasilitasi dan memahami perangkat teknologi dan internet untuk

mendapatkan berbagai informasi.

3) Psikografis

Para remaja yang gemar menonton film dan memiliki

kecintaan terhadap bangsa Indonesia.

b. Targetting

Targetting dari perancangan film animasi ini diharapkan dapat

mengetahui, mempelajari, memahami roman Anak Semua Bangsa, dan

bentuk-bentuk perlawanan terhadap kolonial yang terkandung dalam

karya sastra.
24

c. Positioning

Perancangan film animasi yang mengangkat tentang roman

Anak Semua Bangsa ini merupakan sebuah sarana pengenalan dan

pengetahuan akan perlawanan terhadap kolonial dalam sebuah karya

sastra.

2. Konsep Media

Media yang digunakan dalam perancangan film animasi roman Anak

Semua Bangsa adalah film animasi yang dikemas dalam bentuk Digital

Vesalite Disc (DVD). Jenis film animasi yang dipilih adalah Puppet

Stopmotion. Puppet Stopmotion dibuat dengan format MP4, dengan durasi

kurang lebih 6 menit dan dibagi menjadi beberapa segmen yang digunakan

sebagai penempatan isi cerita.

a. Judul film animasi

Untuk pemilihan judul film animasi yang terkait dengan objek

penelitian yaitu roman Anak Semua Bangsa, Peneliti memberikan judul

terhadap film animasi tersebut dengan judul “Titik Balik”. Pemilihan

judul tersebut digunakan karena sesuai denga isi film animasi yang

berisikan gagasan sang penulis roman tentang beberapa tokoh yang

melakukan perlawanan terhadap kolonialisme dan mempunyai

semangat berkebangsaan.

b. Deskripsi media tayang

Media film animasi “Titik Balik” dibuat dengan format MP4

dengan resolusi 1280x720 pixel.


25

c. Konsep cerita

1) Sinopsis

Minke kehilangan istrinya, Annelies Mellema, pada bagian

awal novel. Sahabatnya, Panji Darman atau Robert Jan Dapperste-

lah yang menemani Annelies sampai ajalnya di Belanda. Banyak

surat dikirimkan oleh Panji Darman untuk Minke dan mertuanya,

Nyai Ontosoroh. Selama waktu ini, Minke dan mertuanya (Mama)

saling mendukung untuk lepas dari dukacita.

Pandangan Minke akan dunia dan bangsa-bangsa yang ada di

dalamnya dipengaruhi oleh para teman-temannya yang kebanyakan

orang Eropa, karena ia sendiri adalah lulusan HBS. Ia sering

berkirim surat dan bertukar pikiran dengan keluarga De la Croix

(Sarah, Miriam, Herbert),

Salah satu sahabatnya, Jean Marais, adalah seorang seniman

berkebangsaan Prancis. Suatu hari ia meminta Minke untuk menulis

dalam bahasa Melayu, dengan tujuan agar bangsanya sendiri dapat

membaca karya Minke. Minke terkejut dan merasa terhina, ia merasa

rendah apabila harus menulis dalam Melayu. Karena percakapan ini,

hubungannya dengan Marais menjadi dingin. Hanya karena

Maysaroh, anak Jean, Minke akhirnya mau berbaikan dengan Jean.

Minke dan Mama lalu memutuskan untuk berlibur ke

Tulangan, Sidoarjo, kampung halaman Mama. Mereka menginap di

rumah Sastro Kassier, saudara Mama. Mata Minke menjadi terbuka


26

akan kenyataan bangsanya. Dulu Mama dijual untuk menikahi Tuan

Administratur Mellema. Kini Surati, anak Sastro Kassier, terpaksa

menikahi Tuan Administratur Vlekkenbaaij karena jebakan orang

Belanda itu. Untungnya Surati sengaja menularkan cacar dari

kampung sebelah pada Vlekkenbaaij. Jadilah Vlekkenbaaij

meninggal, dan Surati yang dulu jelita kembali ke rumah dengan

borok di wajahnya.

Kepercayaan Minke akan Belanda mulai pudar, ia makin

bertekad untuk mengenal bangsanya. Maka menginaplah ia selama

beberapa hari di rumah salah satu petani, Trunodongso, yang tinggal

bersama dengan istri dan empat anaknya. Trunodongso bercerita

kepadanya mengenai kecurangan-kecurangan pemerintah Belanda

yang sering memaksa dan tidak menepati janji, sementara para

petani tidak bisa berbuat apa-apa untuk menuntut hak mereka.

2) Karakter

a) Minke

Minke seorang Pribumi yang dikaruniai pemikiran yang

cerdas serta kepintarannya dalam menulis. Baginya, menulis

adalah melawan, melawan kepada segala hal yang dianggapnya

keluar dari jalurnya

b) Nyai Ontosoroh

Tokoh Nyai Ontosoroh atau yang mempunyai nama asli

Sanikem, Nyai Ontosoroh dikenal sebagai sosok yang memiliki


27

kepribadian yang keras, mempunyai pendirian yang sangat

tinggi, serta bertanggung jawab atas semua yang dimilikinya.

c) Jean Marais

Jean Marais merupakan salah satu pelukis handal dari

Prancis yang berada di masa kolonial. Sebelumnya, Jean Marais

sempat menjadi tantara kolonial untuk menghabisi rakyat Aceh

pada peperangan dahulu kala. Namun naasnya, pada peperangan

tersebut ia harus kehilangan kakinya. Jean Maarais merupakan

salah satu sahabat Minke yang kerapkali memberikan nasihat

terhadap Minke.

d) Plikemboh

Plikemboh merupakan keturunan Belanda serta

penguasa pabrik gula di Tulangan, Sidoarjo.

e) Truno Dongso

Truno Dongso adalah petani asal Tulangan, Sidoarjo,

mempunyai sifat dan pendirian keras, sehingga mampu

melakukan perlawanan terhadap pabrik gula yang kerap

berusaha merampas lahan pertanian miliknya.

3) Latar tempat dan setting

a) Rumah Nyai Ontosoroh

Rumah Nyai Ontosoroh merupakan tempat kediaman

Nyai Ontosoroh dan Minke yang berada di daerah Wonokromo.


28

b) Kantor Redaksi S.N.v/d D

Kantor Redaksi S.N.v/d D merupakan sebuah kantor

Redaksi sekaligus percetakan koran berbahasa Belanda yang

berada di Surabaya dan berada di bawah kepentingan gula.

c) Pabrik Gula Tulangan

Pabrik gula Tulangan merupakan sebuah pabrik gula

yang diadministraturi oleh tuan besar Frits Homerus

Vlekkenbabij alias Plikemboh, dimana wabah cacar terjadi di

daerah tersebut.

d) Rumah bilik Trunodongso

Rumah bilik yang berdekatan dengan pabrik gula dan

berada di antara perkebunan tebu, rumah tersebut merupakan

tempat pertemuan Minke dengan seorang petani pemberani

bernama Trunodongso yang berani melawan terhadap pabrik

gula dengan cara tidak menjual tanah dan sawah petaknya.

d. Perancangan media tayang

Perancangan penempatan dari film animasi “Anak Semua

Bangsa” yaitu dengan mendistribusikan ke sekolah dan universitas

yang ada di Jabodetabek. Diharapkan dengan media film animasi ini

dapat membuat remaja lebih mempunyai semangat berkebangsaan dan

menanamkan nilai cinta akan karya sastra.


29

3. Konsep Visual

a. Mindmapping

Pada pembuatan film animasi “Titik Balik” proses dasar yang

harus digunakan dalam menyusun konsep visual dengan melakukan

pembuatan mind mapping, yang bertujuan untuk diterapkan dalam

segala aspek yang ada dalam pembuatan film animasi “Titik Balik”

dengan gaya visual dari media utama maupun media pendukung.

Gambar 2.9
Perancangan Mindmapping
Sumber: Dokumen Pribadi, 2021

b. Moodboard

1) Karakter

Gambar 2.10
Moodboard karakter
Sumber: https://www.idntimes.com/hype/fun-fact/irvin-nofrianto-pabane/film-
animasi-dibuat-teknik-stop-motion-c1c2/8, 2020
30

2) Latar/Background

Gambar 2.11
Moodboard latar
Sumber: pinterest.com, 2020

c. Gaya Ilustrasi

Gaya ilustrasi yang digunakan dalam perancangan film animasi

ini merupakan gaya ilustrasi semirealis yang merupakan gabungan dari

gaya realis dengan kartun. Pada gaya ini, anatomi bentuk objek

mengikuti bentuk yang sebenarnya yang kemudian disederhanakan

sehingga tidak sedetail gaya realis.

d. Skema Warna

Skema warna dalam perancangan film animasi “Titik Balik”

yaitu, menggunakan warna akromatik dari kombinasi putih dan hitam

agar memiliki kesan lampau. Skema warna dalam perancangan film

animasi ini juga telah disesuaikan dengan visual pada alur cerita yang

ada.

Gambar 2.12
Skema Akromatik
Sumber: Dokumen Pribadi, 2021
31

e. Pemilihan Jenis Huruf

Huruf yang digunakan sebagai judul “Titik Balik” pada teks-

teks yang diperlukan adalah Handletters Demo. Pemilihan huruf ini

disesuaikan dengan karakter tokoh serta setting kejadian pada abad ke

-20 agar memiliki kesan lampau atau kuno.

Gambar 2.13
Huruf Handletters Demo
Sumber: https://www.freefontspro.com/40708/handletters.ttf, 2020

Selain itu dalam perancangan ini juga menggunakan jenis huruf

Times New Roman yang digunakan sebagai judul Adaptasi Anak Semua

Bangsa. Pemilihan jenis huruf ini untuk menimbulkan kesan formal.

Gambar 2.14
Huruf Times New Roman
Sumber: http://www.identifont.com/find?similar=times%20new%20roman, 2020
32

C. Perancangan media

1. Tinjauan Animasi

a. Pengertian Animasi

Menurut Sugihato (dalam Ranang dkk, 2010: 9), animasi

berasal dari bahasa Latin, yaitu anima yang berarti “hidup” atau

animare yang berarti “maniupkan hidup Kembali”, kemudian

pengertian tersebut diterjemahkan dalam bahasa inggris menjadi

animate, atau animation yang berarti ilusi dari gerakan atau hidup.

1) Jenis Film Animasi

Seiring dengan perkembangan zaman, film animasi pun terus

berkembang. Perkembangan tersebut terlihat dari cara dan Teknik

pembuatannya. Menurut Aditya, (2009: 10-13) Secara umum

animasi dibagi ke dalam tiga kategori, diantaranya adalah sebagai

berikut:

2) Traditional Animation

Traditional Animation merupakan animasi yang berumur

sangat tua. Animasi ini biasanya dikerjakan menggunakan media

kertas dan Teknik pengerjaannya dilakukan pada media kertas

celluloid transparent atau secara sekilas terlihat sama dengan kertas

transparansi.

3) Stopmotion Animation

Stopmotion Animation merupakan animasi yang teknik

pembuatannya menggunakan media perekam seperti kamera untuk


33

menangkap momen sedikit demi sedikit. Animasi ini biasanya

menggunakan media Clay sebagai objek yang di bentuk untuk

membuat animasi.

4) Computer Graphic Animation

Computer graphic animation adlah jenis animasi yang

selurus proses pengerjaanya menggunakan media computer.

Aniamsi tersebut dapat berupa dua dimensi ataupun tiga dimensi.

b. Elemen Film Animasi

1) Ilustrasi

Ilustrasi didefinisikan sebagai seni gambar yang berfungsi

sebagai pemberi kejelasan atas suatu maksud dan tujuan secara

visual (Kusrianto, 2007: 140).

2) Warna

Menurut Kusrianto (2007: 47) warna merupakan pelengkap

gambar serta mewakili suasana kejiwaan pelukisnya dalam

berkomunikasi. Warna juga merupakan unsur yang sangat tajam

untuk menyentuh kepekaan penglihatan sehingga mampu

merangsang munculnya rasa haru, sedih, gembria, mood, atau

semangat, dan lain-lain. manfaat dari teori warna ini bagi peneliti,

dapat mengetahui jenis warna yang akan digunakan, dalam hal ini

peneliti akan menggunakan warna hangat dan dingin untuk

memunculkan rasa gembira, bersemangat, tenang dan kenyamanan.


34

3) Tipografi

Menurut Sihombing (2011: 2-3), huruf merupakan sebagian

kecil dari struktur baca dan tulis. Tipografi merupakan elemen dasar

pembangun kata ataupun kalimat.

4) Storyboard dan Naskah

Jeffy mengatakan (dalam Ajeng, 2014: 47), storyboard

adalah ilustrasi adegan dalam sebuah cerita yang dituangkan dalam

gambar tangan atau komputer, yang dilengkapi dengan penjelasan-

penjelasan berupa tulisan, waktu, kejadian, background yang

dipakai dan durasi.

Sedangkan naskah menurut Fanani (dalam Ajeng, 2014:

47), dalam bahasa latin berarti manuscript berisi spesifikasi suatu

penyaji dalam setiap medium. Script terdiri dari rincian naskah

setiap produksi yang berisi sudut pengambilan secara rinci dan

spesifik serta pembagian kegiatan yang nantinya akan tampil dalam

film. Storyboard dan script sangat bermanfaat untuk

mempermudah dalam proses kerja animator.

5) Suara

Suara dalam film animasi dapat dipahami sebagai seluruh

suara yang keluar dari film seperti dialog, musik, dan efek suara.

Prastita mengatakan (2008: 149) Suara dalam film animasi secara

umum dapat dikelompokan menjadi tiga jenis, yakni dialog, musik,

dan efek suara. Dialog adalah Bahasa komunikasi verbal yang


35

digunakan semua karakter di dalam maupun di luar cerita film

(narasi). Sementara musik adalah seluruh iringan musik serta lagu,

baik yang ada di dalam maupun di luar cerita film (musik latar).

Sementara efek suara adalah semua suara yang dihasilkan oleh

semua objek yang ada di dalam maupun di luar cerita film.

2. Desain judul dan halaman pembuka film animasi

a. Judul

Berikut ini adalah tiga alternatif desain judul pada film animasi

“Titik Balik” Adaptasi roman Anak Semua bangsa.

Gambar 2.15
Alternatif desain judul film animasi
Sumber: Dokumen Pribadi, 2021

Gambar 2.16
Alternatif desain judul film animasi
Sumber: Dokumen Pribadi, 2021
36

Gambar 2.17
Alternatif desain judul fim animasi
Sumber: Dokumen Pribadi, 2021

3. Perancangan karakter

a. Minke

1) Studi Referensi Karakter Minke

Berdasarkan penelusuran yang dilakukan oleh peneliti,

meneliti mendapatkan gambaran dari tokoh Minke yang ada pada

isi jurnal Bebryana Ratri, Sarwiji Suwandi, dan Andayani,

“Aktivitas Masyarakat Jawa dalam Novel Bumi Manusia Karya

Pramoedya Ananta Toer: Kajian Antropologi Sastra” Jurnal

Bahastra, Vol. 40 No. 2, Tahun 2020, pengamatan dari film Bumi

Manusia dan juga hasil simpulan dari adegan cerita yang ada pada

roman Anak Semua Bangsa. Berdasarkan deskripsi dari jurnal,

pengamatan dari film Bumi Manusia dan simpulan dari adegan

cerita yang ada pada roman Anak Semua Bangsa, tokoh Minke

merupakan laki-laki kelahiran jawa yang sekolah di H.B.S yang

didominasi oleh masyarakat Eropa yang tinggal di Indonesia. Oleh


37

karena itu gaya Minke sudah seperti orang Eropa. Minke

digambarkan sebagai sosok lelaki jawa berkulit hitam dan

mengenakan pakaian Eropa lengkap dengan sepatunya.

Gambar 2.18
Karakter Minke dalam Film Bumi Manusia
Sumber: Falcon Pitures, 2019

2) Proses Sketsa Karakter Minke

Gambar 2.19
Sketsa Karakter Minke
Sumber: Dokumen Pribadi, 2021

Gambar 2.20
Karakter Berwarna Minke
Sumber: Dokumen Pribadi, 2021
38

Gambar 2.21
Modeling Puppet karakter Minke
Sumber: Dokumen Pribadi, 2021

b. Nyai Ontosoroh

1) Studi Referensi Karakter Nyai Ontosoroh

Berdasarkan penelusuran yang dilakukan oleh peneliti,

peneliti mendapatkan gambaran dari tokoh Nyai Ontosoroh

berdasarkan dari Skripsi Maulana Adieb Fadloly, “Hibriditas

Budaya Pada Tokoh Utama dalam Novel Bumi Manusia Karya

Pramoedya Ananta Toer” Fakultas Ilmu Budaya, Universitas

Diponegoro, Tahun 2019, film Bumi Manusia dan juga hasil

simpulan dari adegan cerita yang ada pada roman Anak Semua

Bangsa. Berdasarkan deskripsi dari Skripsi, pengamatan dari film

Bumi Manusia dan simpulan dari adegan cerita yang ada pada

roman Anak Semua Bangsa, Nyai Ontosoroh atau yang mempunyai

nama asli Sanikem adalah wanita Jawa, bertubuh tegap dan selalu

menggunakan kebaya.
39

Gambar 2.22
Karakter Nyai Ontosoh dalam Film Bumi Manusia
Sumber: Falcon Pitures, 2019

2) Proses Sketsa Karakter Nyai Ontosoroh

Gambar 2.23
Sketsa Karakter Nyai Ontosoroh
Sumber: Dokumen Pribadi, 2021

Gambar 2.24
Karakter Berwarna Nyai Ontosoroh
Sumber: Dokumen Pribadi, 2021
40

Gambar 2.25
Modeling Puppet karakter Nyai Ontosoroh
Sumber: Dokumen Pribadi, 2021

c. Jean Marais

Berdasarkan penelusuran yang dilakukan oleh peneliti, peneliti

mendapatkan gambaran tokoh Jean Marais berdasarkan dari Skripsi

Maulana Adieb Fadloly, “Hibriditas Budaya Pada Tokoh Utama dalam

Novel Bumi Manusia Karya Pramoedya Ananta Toer” Fakultas Ilmu

Budaya, Universitas Diponegoro, Tahun 2019, Majalah Tempo, 2019,

dan Teater Bunga Penutup Abad. Jean Marais digambarkan sebagai

seorang pelukis, mantan tentara yang memiliki satu kaki akibat

peperangan.

Gambar 2.26
Karakter Jean Marais dalam Teater Bunga Penutup Abad
Sumber: https://titimangsa.or.id, 2019
41

1) Proses Sketsa Karakter Jean Marais

Gambar 2.27
Sketsa Karakter Jean Marais
Sumber: Dokumen Pribadi, 2021

Gambar 2.28
Karakter Berwarna Jean Marais
Sumber: Dokumen Pribadi, 2021

Gambar 2.29
Modeling Puppet karakter Jean Marais
Sumber: Dokumen Pribadi, 2021
42

d. Trunodongso

1) Studi Referensi Karakter Trunodongso

Berdasarkan penelusuran yang dilakukan oleh peneliti, peneliti

mendapatkan gambaran dari tokoh Trunodongso berdasarkan artikel

online pada mapcorner.wg.ugm.ac.id, Jejak Langkah Indonesia Hadir

di Bumi Manusia: Pramoedya & Embrio Kebangsaan dan simpulan dari

adegan yang ada pada roman Anak Semua bangsa. Trunodongso

digambarkan sebagai sosok petani pemberani yang menolak menjual

tanahnya untuk pabrik gula, mempunyai ciri berkumis, berjenggot

tebal, dada telanjang dan menggunakan celana hitam.

1) Proses Sketsa Karakter Trunodongso

Gambar 2.30
Sketsa Karakter Trunodongso
Sumber: Dokumen Pribadi, 2021

Gambar 2.31
Karakter Berwarna Trunodongso
Sumber: Dokumen Pribadi, 2021
43

Gambar 2.32
Modeling Puppet karakter Trunodongso
Sumber: Dokumen Pribadi, 2021

2) Plikemboh

1) Studi referensi karakter Plikemboh

Berdasarkan penelusuran yang dilakukan, peneliti

mendapatkan gambaran dari karakter Plikemboh berdasarkan dari

berita Online pada netralnews.com, Kisah Gadis Belia yang

Dijadikan Gundik Orang Eropa. Dan berdasarkan simpulan dari

adegan yang ada pada roman Anak Semua Bangsa. Karakter

Plikemboh digambarkan sebagai tuan administratur pabrik gula yang

ditakuti oleh masyarakat Tulangan, berbadan bulat dengan perut

buncit dan bermata kuning kehijauan.

Gambar 2.33
Ilustrasi Plikemboh
Sumber: https://www.netralnews.com/singkapsejarah/read/136491/kisah-gadis-
belia-yang-dijadikan-gundik-orang-eropa, 2020
44

2) Proses sketsa karakter Plikemboh

Gambar 2.34
Sketsa Karakter Plikemboh
Sumber: Dokumen Pribadi, 2021

Gambar 2.35
Karakter Berwarna Plikemboh
Sumber: Dokumen Pribadi, 2021

Gambar 2.36
Modeling Puppet karakter Plikemboh
Sumber: Dokumen Pribadi, 2021
45

4. Desain latar dan suasana (Environment)

Gambar 2.37
Latar Rumah Nyai Ontosoroh
Sumber: Dokumen Pribadi, 2021

Gambar 2.38
Latar Perkebunan Tebu
Sumber: Dokumen Pribadi, 2021

Gambar 2.39
Latar Rumah Truno Dongso
Sumber: Dokumen Pribadi, 2021
46

5. Storyboard

Sce Board Durasi Narasi Suara


ne
1. Opening

2. Dalam
keheningan di
rumah besar di
wonokromo,
terdengar isak
tangis nyai
ontosoroh dari
ruang tamunya
3.

4. Di stasiun kereta
api, Minke dan
Nyai Ontosoroh
ingin berangkat
menuju Tulangan
(Sidoarjo) dengan
menaiki kereta.

5. Di dalam kereta
api terlihat
kesedihan Minke
yang begitu dalam
setelah mendapat
kabar kematian
Annelies.
47

6. Di rumah bilik
dekat pabrik gula,
Truno dongso
dengan segala
amarahnya
berusaha
mengusir
Plikemboh dan
ajudannya yang
mencoba merayu
Truno untuk
menjual tanah
perkebunan
miliknya dengan
harga murah.
7. Judul

8. Wonokromo pagi
hari kedatangan
surat dan kabar
duka atas
kepergian
Annelies yang
dikirimkan oleh
panji darman,
Nyai Ontosoroh
menangis
membaca surat
tersebut.
9. Minke membaca
surat dari panji
darman dan tak
kuasa pula
menahan rasa
sedih.

10. Minke tak kuasa


menahan tangis
sekaligus
amarahnya setelah
membaca surat
yang dikirimkan
oleh Panji
Darman hingga
48

badannya pun
bergetar.

11. Ke esokan
harinya datang
surat dari Marten
Nijman kepada
Minke yang berisi
undangan, untuk
datang ke kantor
redaksinya esok
pagi.

12. Ke esokan
paginya, Minke
pun berangkat ke
kantor redaksi.

13. Sesampainya
Minke di kantor
Redaksi, Minke
bertemu dengan
Jean Marais.

14. Mereka pun


berdiskusi.
49

15. sampai pada


akhirnya
perdebatan antara
Jean Marais dan
Minke terjadi
bermula dari
percakapan Jean
Marais agar
Minke mulai
menulis dengan
bahasa melayu.
16. 3 hari kemudian
minke dan Nyai
Ontosoroh
bermaksud
mengunjungi
saudaranya yang
berada di
Tulangan,
Sidoarjo.
17. Minke dan Nyai
Ontosoroh pun
bergegas menuju
ke stasiun kereta
api.

18.

19. Nyai Ontosoroh


dan Minke pun
tidak banyak
berbincang karena
perasaan duka
kehilangan
Annelies masih
menyelimuti
mereka.
50

20. Kereta pun


berangkat menuju
Tulangan,
(Sidoarjo).

21.

22. Setiba di Sidoarjo


pun meraka
menuju rumah
saudara Nyai
Ontosoroh yang
bernama Sastro
Kasier

23. Di perjalanan
mereka
dihadapkan
dengan
kemegahan Pabrik
Gula Tulangan
yang di sisi kiri
dan kanannya
perkebunan tebu.
24. Mereka pun tiba
di rumah Sastro
Kasier.
51

25. Di rumah bilik tak


jauh dari
perkebunan tebu,
Trunodongso
terlibat konflik
dengan plikemboh
penguasa pabrik
gula.

26. Plikemboh
berusaha
menawar paksa
tanah milik
Truno, dan Truno
pun tidak terima.

27. Truno pun


mengusir
plikemboh untuk
segera pergi dari
rumah milik
Truno.

28. Sehari setelah


sampai di rumah
Sastro Kasier
Minke pun
berkeliling untuk
melihat realita
yang terjadi di
Tulangan.

29. Minke mendengar


suara yang
lantang dari
rumah bilik di
dalam perkebunan
tebu.
52

30 Minke pun
menanyakan pada
petani yang
dipapasinya.

31. Minke pun


menghampiri
rumah bilik
tersebut.

32. Minke pun


berkenalan
dengan petani
yang bernama
Trunodongso dan
mencari tau apa
yang terjadi pada
petani di
Tulangan.

D. Hasil Perancangan

1. Spesifikasi Teknis Media


Film animasi dengan judul “Titik Balik” adalah film animasi dengan

ukuran 1280x720 pixel dengan format output video HD, film animasi ini

berdurasi 6 menit.

2. Skala Gambar Hasil Perancangan

Peneliti membuat perbandingan skalatis semua desain karakter

dalam perancangan film animasi roman Anak Semua Bangsa berjudul “Titik

Balik” sehingga pembentukan tiap karakter terlihat perbedaan pada skala

ukurannya.
53

Gambar 2.40
Perbandingan Skalatis
Sumber: Dokumen Pribadi, 2021

3. Hasil Perancangan Media Utama

Berikut adalah hasil perancangan media utama film animasi berjudul

“Titik Balik”:

a. Bagian Awal

Gambar 2.41
Suasana rumah Nyai Ontosoroh
Sumber: Dokumen Pribadi, 2021
54

Gambar 2.42
Suasana rumah Truno
Sumber: Dokumen Pribadi, 2021

Gambar 2.43
Jean Marrais di kantor redaksi
Sumber: Dokumen Pribadi, 2021
55

Gambar 2.44
Judul Pembuka “Titik Balik”
Sumber: Dokumen Pribadi, 2021

b. Bagian Isi

Gambar 2.45
Truno mengusir Plikemboh
Sumber: Dokumen Pribadi, 2021
56

Gambar 2.46
Berpapasan dengan Petani
Sumber: Dokumen Pribadi, 2021

Gambar 2.47
Truno meluapkan kekesalannya
Sumber: Dokumen Pribadi, 2021
57

Gambar 2.48
Minke berkeliling Tulangan
Sumber: Dokumen Pribadi, 2021

c. Bagian Penutup

Gambar 2.49
Minke menyapa Truno
Sumber: Dokumen Pribadi, 2021
58

Gambar 2.50
Minke dan Truno
Sumber: Dokumen Pribadi, 2021

4. Media Pendukung

Dalam perancangan film animasi “Titik Balik” dibutuhkan media

pendukung sebagai promosi dalam peluncuran film animasi “Titik Balik”

guna memberi tahu kepada target khalayak. Media pendukung dibuat

menjadi tiga jenis, yaitu:

a. Totebag

Media pendukung Totebag dengan bahan canvas dengan desain

karakter. Media tersebut dipilih karena fungsi dari Totebag yang cocok

digunakan pada kegiatan sehari-hari, sepeti berbelanja, fashion, dan

promosi.
59

Gambar 2.51
Media Pendukung (Totebag)
Sumber: Dokumen Pribadi, 2021

b. T-Shirt

Media pendukung T-Shirt dengan bahan katun dan penggunaan

desain yang simple media tersebut mampu menarik perhatian remaja,

selain bisa digunakan untuk kegiatan sehari-hari, kaos juga efektif untuk

kegiatan promosi.

Gambar 2.52
Media Pendukung (T-Shirt)
Sumber: Dokumen Pribadi, 2021
60

c. Sticker

Media pendukung stiker dengan bahan vinyl yang cocok

diaplikasikan untuk sticker outdoor. Sebagai media promosi, stiker ini

juga dapat memperkenalkan identitas dari fim animasi “Titik Balik’”.

Gambar 2.53
Media Pendukung (Sticker)
Sumber: Dokumen Pribadi, 2021

d. Poster

Poster sebagai media pendukung media utama untuk

menginformasikan kepada target khalayak tentang peluncuran film

animasi roman Anak Semua Bangsa berjudul “Titik Balik”. Teknik

pembuatan poster sebagai media pendukung yaitu dengan

menggunakan:

1) Teknik Cetak : Digital Printing

2) Ukuran : 29.7 x 42 centimeter

3) Bahan : Kertas Art Paper 150 gram

4) Warna : CMYK
61

Gambar 2.54
Media Pendukung (Poster)
Sumber: Dokumen Pribadi, 2021

e. Cover DVD & Label DVD

Media pendukung utama dalam film animasi ini adalah DVD.

DVD memiliki fungsi untuk menaruh film animasi “Titik Balik” yang

akan ditampilkan kepada umum.

1) Perancangan Label DVD

a) Ukuran : 12 x 12 cm.

b) Cetak : Digital Printing

c) Bahan : Vinyl

2) Perancangan Cover DVD

a) Ukuran : 12 x 12 cm

b) Cetak : Digital Printing

c) Bahan : Vinyl
62

Gambar 2.55
Media Pendukung (Cover dan Label DVD)
Sumber: Dokumen Pribadi, 2021

5. Tampilan Pameran/ Display

Tampilan Pameran/ Display menggunakan latar belakang berwarna

Akromatik. Tampilan gambar menggunakan gambar objek para tokoh yang

ada pada film animasi dan disesuaikan dengan tema yang ingin ditampilkan.

Gambar 2.56
Tampilan Display
Sumber: Dokumen Pribadi, 2021
BAB III

PENUTUP

A. Simpulan

Dari penelitian yang telah dilakukan tentang roman Anak Semua

Bangsa dan perancangan film animasi Roman Anak Semua Bangsa berjudul

“Titik Balik’ maka dapat disimpulkan bahwa:

1. Perancangan film animasi roman Anak Semua Bangsa berjudul “Titik

Balik” dapat menjadi solusi untuk memperkenalkan roman Anak Semua

Bangsa khususnya di kalangan remaja. Dengan adanya film animasi ini

diharapkan mampu menyampaikan isi pesan atau gagasan dengan efektif

dan lebih mudah diterima, karena film animasi merupakan salah satu media

populer.

2. Perancangan film animasi roman Anak Semua Bangsa berjudul “Titik

Balik” menggunakan media boneka dengan gaya semi-realis, teknik

stopmotion, dan penggunaan warna akromatik sehingga bisa memunculkan

kesan lampau dan menarik untuk menyampaikan isi cerita yang ada pada

roman Anak Semua Bangsa. Pembuatan karakter tokoh dan latar dalam

perancangan ini menggunakan studi referensi. Perancangan film animasi

ini menggunakan software adobe photoshop untuk menyunting foto yang

sudah diambil. Perancangan film animasi ini juga menggunakan software

final cut pro untuk menggabungkan foto yang nantinya akan disusun secara

berurutan menjadi seolah-olah bergerak.

63
64

3. Perancangan film animasi Roman Anak Semua Bangsa berjudul “Titik

Balik” menggabungkan unsur-unsur desain komunikasi visual untuk

menyampaikan isi cerita secara efektif dengan bantuan media ilustrasi,

warna, dan tipografi. Penggambaran alur cerita peneliti menggunakan story

board. Untuk memudahkan dan menyajikan informasi dalam perancangan

film animasi ini juga menggunakan mind mapping.

B. Saran

Setelah menyelesaikan perancangan film animasi roman Anak Semua

Bangsa berjudul “Titik Balik” peneliti menyadari keterbatasan dari hasil

penelitian dan perancangan, maka dari itu peneliti menyarankan beberapa hal

yang perlu dilakukan oleh peneliti selanjutnya, antara lain:

1. Bagi perancangan film animasi selanjutnya peneliti menyarankan agar alur

cerita, adegan, serta gestur yang lebih baik lagi agar alur cerita lebih dapat

dinikmati oleh semua umur.

2. Bagi peneliti selanjutnya, peneliti menyarankan untuk lebih memperdalam

lagi materi tentang bentuk perlawanan tokoh dalam roman Anak Semua

Bangsa.

3. Peneliti menyarankan kepada peneliti selanjutnya untuk mengangkat objek

roman Anak Semua Bangsa saja namun dapat pula mengangkat objek

tentang karya sastra lainnya yang mempunyai ekspresi atau tema-tema

yang mengangkat sejarah agar dapat membangun rasa semangat

berkebangsaan.
DAFTAR PUSTAKA

Aditya. (2009). Trik Dahsyat Menjadi Animator 3D Andal. Yogyakarta: Andi


Offset.

Ajeng, P. M. (2014). Pembuatan Video Profil SD Negeri Tegalreja 03 Salatiga


Berbasis Multimedia. Jurnal Sentra Penelitian Enginering Dan Edukasi, II,
45–52.

Anjani, M. P. (2019). Analisis Penokohan dan Nilai-nilai Pendidikan Novel


Gerhana Merah Karya Muhammad Sholihin Hubungan Dengan
Pembelajaran Bahasa Indonesia di SMA. (Skripsi). Fakultas Pendidikan
Bahasa dan Seni, IKIP PGRI Bojonegoro, Bojonegoro.

Fadloly, M. A. (2019). Hibriditas Budaya Pada Tokoh Utama Dalam Novel Bumi
Manusia Karya Pramoedya Ananta Toer. (Skripsi). Fakultas Ilmu Budaya,
Universitas Diponegoro, Semarang.

Hibatullah, M. H., Harthoko, T., & Atmani, A. K. P. (2017). Penciptaan Film


Animasi 2D Diadaptasi Dari Puisi “Engkau”. Journal of Animation & Games
Studies, 3(1), 83. https://doi.org/10.24821/jags.v3i1.1718

Kurniantoro. (2018, November 8). Kisah Gadis Belia yang Dijadikan Gundik Orang
Eropa [Forum Online]. Diakses dari Netralnews.com.
https://www.netralnews.com/news/singkapsejarah/read/136491/kisah-gadis-
belia-yang-dijadikan-gundik-orang-eropa.

Kusrianto, A. (2007). Pengantar Desain Komunikasi Visual. Yogyakarta: Andi


Offset.

Margianto, H. (2019, 7 November). Pentingnya Nasionalisme Di Era Indonesia


Modern. [Online]. Diakses dari
https://nasional.kompas.com/read/2019/11/15/15304751/pentingnya-
nasionalisme-di-era-indonesia-modern?page=all.

Mulyana, D. (2008). Metodologi Penelitian Komunikasi (2nd ed.). Bandung:


Remaja Rosdakarya.

Nadya. (2012). Kajian Perkembangan Animasi Stopmotion Di Indonesia. Jurnal


Ruparupa, 1(2), 77–81.

Nafisah. (2014). Arti Penting Perpustakaan Bagi Upaya Peningkatan Minat Baca
Masyarakat. Jurnal Perpustakaan Libraria, 2(2).
Ni’imah. (2012). Metode Pandangan Nasionalisme Dalam Puisi Mahmud Darwisy
Dan Rendra Dalam Analisis Sastra. An-Nas, 1(2), 91.

Novianto, A. (2017, 7 November). Jejak Langkah Indonesia Hadir di Bumi


Manusia: Pramoedya & Embrio Kebangsaan. [Online]. Diakses dari
https://mapcorner.wg.ugm.ac.id/2017/09/jejak-langkah-indonesia-hadir-di-
bumi-manusia-pramoedya-embrio-kebangsaan/

Nurgiantoro, B. (2018). Teori Pengkajian Fiksi. Yogyakarta: Gadjah Mada


University Press.

Prastita, H. (2008). Memahami Film. Yogyakarta: Homerian Pustaka.

Pratama, A. (2018). Jenis Animasi. Ilmu Informasi Perpustakaan Dan Kearsipan,


7(2), 3.

Ranang, A. S. dkk. (2010). Animasi Kartun Dari Analog Sampai Digital. Jakarta:
PT. Indeks.

Ratri, B., & Suwandi, S. (2020). Aktivitas masyarakat jawa dalam novel Bumi
Manusia karya Pramoedya Ananta Toer. Kajian Antropologi Sastra. 40(2).

Rokhmansyah, A. (2014). Perkenalan Awal Terhadap Ilmu Sastra. Yogyakarta:


Graha Ilmu.

Sari, A. (2017). Gagasan Nasionalisme Pramoedya Ananta Toer Dalam Karya


“Tetralogi Buru". (Skripsi). Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik Universitas
Diponegoro, Semarang.

Satria, N., Gunanto, S. G., & Sulistiyono, A. (2017). Animasi Dua Dimensi Dengan
Teknik Cut Out. Jurnal of Animation and Games Studies, 3(2).

Semi, M. A. (2012). Metode Penelitian Sastra. Bandung: CV Angkasa.

Sihombing, D. (2001). Tipografi Dalam Desain Grafis. Jakarta: PT. Gramedia


Pustaka Utama.

Sugiyono. (2007). Metode Penelitian Kuantitatif, Kualitatif Dan R&D. Bandung:


Alfabeta.

Suheri, A. (2006). Animasi Multimedia Pembelajaran. Jurnal Media Teknologi,


2(1), 2. http://physicsmaster.orgfree.com/Artikel %26 Jurnal/Inovasi Dalam
Pendidikan/Animasi Multimedia Pembelajaran.pdf
TEMPO, P. D. dan A. (2019). Kisah Hidup dan Perjalanan Pramoedya Ananta
Tour - Seri II (2nd ed.). Jakarta: Tempo Publishing.

Toer, P. A. (2019). Anak Semua Bangsa (21th ed.). Jakarta: Lentera Dipantara.

Werdiningsih, R. (2018). Membangun Semangat Nasionalisme Generasi Muda


Dalam Bingkai Pendidikan Karakter. Majalah Ilmiah FISIP UNTAG, 13(18),
2.

Wijayanto, A. (2014). Stop Motion Dan Particle System. Jurnal Sistem Dan
Tekologi Informasi, 2(3).

Yasa, I. N. (2012). Teori sastra dan penerapannya. Bandung: Karya Putra Darwati.
DAFTAR NARASUMBER

1. Nama : Luthfi Setyo Whidy


Tempat / Tanggal Lahir : Jakarta, 23
November 1992
Pekerjaan : Guru, Penulis,
Sutradara Teater
Waktu wawancara : Jumat, 25 Juni 2021
Tempat wawancara : Griya Bukit
Cipayung
Kompetensi sesuai objek penelitian : Penggiat Sastra
DAFTAR RIWAYAT HIDUP PENULIS

Ibnu Jamal Asyary, lahir Jakarta, 13 Agustus 1994. Putra


pertama dari pasangan Bapak Topik Risdiyanto dan Ibu
Supriyatmi. Penulis berkebangsaan Indonesia dan beragama
Islam. Penulis memulai Pendidikan di Sekolah Dasar Negeri
Limus Nunggal 03, Bogor dan lulus tahun 2006, penulis
melanjutkan Pendidikan di Sekolah Menengah Pertama
Negeri 31, Bekasi dan lulus tahun 2009, penulis kemudian melanjutkan Pendidikan
di Sekolah Menengah Kejuruan Negeri 02, Bekasi dan lulus tahun 2012. Penulis
melanjutkan S1 pada tahun 2016 di Fakultas Bahasa dan Seni, Program Studi
Desain Komunikasi Visual, Universitas Indraprasta PGRI, hingga akhirnya penulis
menyelesaikan studi pada tahun 2021 dengan judul Perancangan Film Animasi
Roman Anak Semua Bangsa Berjudul “Titik Balik”.
LAMPIRAN

Lampiran 1. Hasil Perancangan Media

Suasana Rumah Truno

Judul “Titik Balik”


Minke setelah kepergian Annelies

Truno menceracau
Minke di perkebunan tebu

Minke berpapasan dengan petani


Truno dan Minke berdiskusi

Fragmen 1
Suasana rumah Nyai Ontosoroh

Nyai Ontosoroh dan Minke


Suasana kantor redaksi

Minke dan Jean


Suasana di stasiun

Suasana dalam kereta menuju Tulangan


Perjalanan menuju Tulangan

Minke dan Nyai Ontosoroh di Pabrik Gula


Cerobong pabrik gula

Pilkembuh dan Truno


Minke dan Nyai Ontosoroh berdiskusi

Minke mulai mengenal bangsanya


Credit Title

Lampiran 2. Transkrip Wawancara

TRANSKIP WAWANCARA

Narasumber : Luthfy Setyo Widhi, M.Pd.

Waktu wawancara : Jumat, 25 Juni 2021

Lokasi : Griya Bukit Cipayung

Durasi file rekaman : 30 menit

Menurut mas Upi roman Anak Semua Bangsa itu seperti apasih?

Mas Upi menuturkan “roman Anak Semua Bangsa mengekspresikan tentang upaya

memerdekakan diri sendiri. Dalam roman Anak semua Bangsa Pram

menggambarkan bagaimana kekaguman Minke terhadap Eropa terbantahkan, dari

kepergian annelies dalam upaya mengambil rumah dan perusahaan Nyai Otosoroh,

serta upaya penguasaan sumber daya alam. Roman Anak Semua Bangsa juga
Pramoedya tidak hanya mengkritik kekuasaan Barat dalam upaya menguasai

sumber daya alam, namun juga mengkritik pribumi yang bodoh.”

Apasih keunggulan dari roman ASB?

“Keunggulan dari roman ASB yaitu, kekuatan isi cerita yang ada di dalam roman

tersebut. Roman ASB juga menarik dari segi framingnya, bisa kemana saja. Mas

Upi mengibaratkan ketika membaca roman ASB itu seperti menjaring ikan bisa

mendapat ikan jenis apa saja, bisa nasionalis, bisa sosialis, bisa budaya, juga

pembangunan karakter.”

Apasih kekurangan dari ASB?

Mas menuturkan “roman ASB, kan roman ke dua dari tetralogy pulau buruh

Pramoedya. Pertama Bumi Manusia, Anak Semua Bangsa, Jejak Langkah, Rumah

Kaca. Tentu sebelum membaca roman ASB harus membaca roman sebelumnya

yaitu, Bumi Manusia. Kemudian tebal halaman roman ASB sampai 500 lebih

dengan penggunaan tatanan bahasa yang baku. Tentu ini menyulitkan bagi pembaca

di masa sekarang.”

Kenapa roman ASB kurang diminati oleh remaja saat ini?

Yang jadi permasalahan pada minat baca remaja terhadap karya sastra saat ini, anak

remaja lebih suka membaca karya sastra yang “cie” Mas Upi pun melanjutkan. Ya,

karya sastra yang mempunyai gaya tulisan romantis, komedi, serta memamerkan

kecanggihan – kecanggihan teknologi. Pada roman ASB sendiri kan konfliknya

lumayan rumit untuk remaja saat ini. Selain itu roman itu tebalnya lebih dari 500

halaman tentu ini jadi permasalahan minat baca dan yang terakhir di era teknologi

saat ini remaja lebih menyukai penonton film dibanding membaca buku.
Dalam romah ASB, Siapa sih menurut Mas Upi tokoh yang paling

berpengaruh dalam perlawanan terhadap Kolonial?

Mas Upi menuturkan, “menurut saya si Nyai Ontosoroh yang paling berpengaruh,

karena Nyai Ontosoroh punya peranan yang cukup sentral dalam perjalanan hidup

Minke.
UNIVERSITAS INDRAPRASTA PGRI
Jl. Raya Tengah Kel. Gedong - Jl. Nangka No.58C Tanjung Barat
Telp.: (021) 87797409, 78835283, 7818718 - Fax.: (021) 29121071

TRANSKRIP SEMENTARA
Fakultas : Bahasa dan Seni
Prog. Studi : Desain Komunikasi Visual
NPM : 201646500093
Nama : Ibnu Jamal Asyary Tempat/Tgl. Lahir : Jakarta, 13 Agustus 1994

Semester 1 Semester 2

1. MBB-E103 Pengantar Budaya Nusantara 3 A- 1. MBB-D205 Ilmu Sosial dan Budaya Dasar 3 C+
2. MBB-E106 Ekonomi Kreatif 2 A- 2. MBB-E207 Industri Kreatif 2 A-
3. MKK-E102 Pengantar Desain Komunikasi Visual * 2 C+ 3. MBB-E209 Filsafat Ilmu 2 B+
4. MKK-D106 Gambar Bentuk *# 3 C+ 4. MKK-E207 Desain Visual Dasar *# 2 A-
5. MKK-E123 Desain Elementer Dwimatra # 2 A 5. MKK-E224 Desain Elementer Trimatra * ## 2 B+
6. MPB-E105 Sejarah Seni Rupa Indonesia 2 B 6. MKK-E225 Karakter Visual *# 3 B
7. MPK-D103 Pend. Pancasila dan Kewarganegaraan 3 A- 7. MPB-E201 Desain dan Kebudayaan 3 A-
8. MPK-E108 Bahasa Inggris 3 B 8. MPK-E209 Bahasa Inggris Desain 3 C

Semester 3 Semester 4

1. BB46F340 Perkembangan Media 2 A- 1. KB46F438 Fotografi Terapan ## 3 B


2. KB46F305 Komputer # 2 A 2. KB46F444 Presentasi Desain 3 A-
3. KB46F337 Fotografi Dasar # 3 B 3. KB46F445 Komputer Grafis # 2 A
4. KB46G371 Filsafat Seni 2 A- 4. KK46F420 Tipografi Terapan ## 2 B+
5. KK46F319 Tipografi Dasar *# 2 B+ 5. KK46F429 Desain Komunikasi Visual 2 ## 3 A-
6. KK46F328 Desain Komunikasi Visual 1 # 3 A 6. KK46F437 Gambar Etnik *# 3 B+
7. KK46F336 Gambar Ilustrasi *# 3 A- 7. KK46F446 Komunikasi Periklanan * 2 B
8. PB46F301 Pendidikan Agama 2 B- 8. PK46F417 Kapita Selekta Pendidikan Agama 2 B-
9. PB46F343 Teknik Presentasi ## 3 A-

Semester 5 Semester 6

1. BB46F509 Kewirausahaan 2 B 1. BB46G618 Aplikasi Kewirausahaan 2 B


2. BB46G534 Filsafat Nusantara 2 B+ 2. KB46G642 Budaya Visual *) 2 A-
3. KB46F512 Wawasan Budaya Nusantara 2 B 3. KB46G644 Manajemen Pemasaran 2 B
4. KB46F555 Sosiologi Desain (+) 2 B+ 4. KB46G651 Menulis Kreatif ## +) 3 A-
5. KK46F530 Desain Komunikasi Visual 3 ## 3 B+ 5. PB46G625 Metode Penelitian Desain *) 2 B
6. KK46F547 Manajemen Periklanan * 2 B+ 6. PB46G647 Kekayaan Intelektual 2 A-
7. KK46F549 Metode Grafika 2 B- 7. PB46G650 Desain dan Media *) 3 B+
8. PB46F541 Estetika 2 E 8. PK46G614 Penulisan Ilmiah 2 A-
9. PB46F558 Bahasa Visual * 3 A-
10. PK46F507 Bahasa Indonesia 2 C

Semester 7 Semester 8

1. BB46G775 Kerja Praktik # 4 B 1. PB46G852 Etika Profesi 2 B


2. BB46G776 Seminar Desain Komunikasi Visual *) 2 A-
3. KB46G766 Film Animasi +) 3 A-
4. KK46G732 Proyek Desain Komunikasi Visual ## *) 2 B+
5. PK46G706 Sejarah Pendidikan dan PGRI 2 A-

IP Kumulatif : 3.25
Jumlah MK Lulus : 56
Jumlah SKS Lulus : 135

Jakarta, 05 Agustus 2021


Ka. Biro Adm. Akademik,

Hardian Mursito, S.E., M.Pd.

Anda mungkin juga menyukai